Beranda blog Halaman 2560

10 Juta Pengguna Android “Migrasi” ke iPhone

2

Telset.id, Jakarta –  Laporan riset dari firma Consumer Intelligence Research Partner mengungkapkan bahwa setiap kuartal ada sekitar 15 persen hingga 20 persen pengguna iPhone baru yang berasal dari pengguna ponsel Android.

Riset Consumer Intelligence Research Partner juga menemukan fakta bahwa mantan pengguna ponsel Android yang bermigrasi tidak sertamerta membeli iPhone seri termahal. Mereka terlebih dahulu membeli seri yang murah, mulai harga USD 349 atau Rp 5 jutaan.

Menurut BGR, seperti dikutip Telset.id, Rabu (27/6), Consumer Intelligence Research Partners memaparkan hasil riset yang dilakukan selama enam bulan dan  pada Maret 2018 lalu. Tidak kurang ada lima jenis iPhone yang digemari oleh para mantan pengguna Android.

Ponsel iPhone 8 maupun iPhone 8 Plus menjadi yang paling banyak dibeli oleh eks pengguna Android, yakni sebanyak 40 persen. Consumer Intelligence Research Partners menyebut bahwa mantan pengguna Android lebih suka membeli iPhone 8 Plus ketimbang iPhone 8.

Baca juga: 5 Smartphone Android dengan “Tampang” iPhone X

Lalu, bagaimana dengan iPhone X? Consumer Intelligence Research Partners melaporkan hanya sebanyak 10 persen eks pengguna Android yang membeli ponsel termahal keluaran Apple itu.

Baca juga: 5 Alasan iPhone X Pantas Digandrungi

Seri iPhone lain yang juga menjadi sasaran migrasi mantan pengguna Android adalah iPhone SE dan varian iPhone 6 serta iPhone 6s Plus.

Consumer Intelligence Research Partners mencatat, pada kuartal yang berakhir Maret 2018, sekitar 52,2 juta iPhone telah dijual oleh Apple. Apabila 15 persen hingga 20 persen pembelinya adalah  mantan pengguna Android, artinya 7,83 juta hingga 10,44 juta iPhone dibeli oleh para eks pemakai Android. [SN/HBS]

Yeay! Instagram Sudah Bisa Video Call

2

Telset.id, Jakarta –  Fitur Direct Instagram atau pesan pribadi Instagram sekarang bisa dipakai untuk melakukan panggilan video atau video call. Menariknya, panggilan telepon via Instagram Direct bisa dilakukan hingga empat orang.

Menurut laporan TechCrunch, Rabu (27/6/2018), panggilan telepon lewat Instagram Direct sudah bisa diakses melalui perangkat  iOS maupun Android. Cakupan layanannya pun sudah ke semua negara, termasuk Indonesia.

Hanya, jika sinyal ponsel kurang kuat, video dari lawan bicara tidak tampak meski suaranya masih terdengar. Begitupun ketika melakukan panggilan video berkelompok, jika sinyal kurang bagus, video dari teman-teman lainnya tak terlihat.

Kemudian, ketika panggilan antara dua orang tengah berlangsung, pengguna tak bisa menambahkan orang lain. Panggilan video berkelompok hanya bisa dilakukan jika pengguna sudah membuat grup. Saat panggilan telepon berlangsung, pengguna bisa mengecilkan jendela dan bermain Instagram.

Baca juga: Instagram Siapkan IGTV untuk Saingi YouTube?

Selain Instagram, beberapa layanan pesan instan lain yang sudah menawarkan panggilan video berkelompok adalah Snapchat dengan 16 peserta, FaceTime dengan 32 peserta, dan Facebook Messenger dengan enam peserta.

Selain panggilan video via Instagram Direct, Instagram juga meluncurkan fitur Explore yang memberi saran kanal apa yang mungkin disukai oleh pengguna, semisal bidang seni, kecantikan, olahraga, atau fesyen.

Baca juga: Instagram Siapkan Fitur Pembayaran untuk Belanja Barang

Selain itu, Instagram juga menghadirkan fitur efek kamera untuk Instagram Stories yang dirancang oleh rekanan Instagram, seperti Ariana Grande, BuzzFeed, Liz Koshy, Baby Ariel and the NBA. Tapi efek kamera tersebut hanya bisa didapat jika pengguna mengikuti akun-akun itu.

 

 

Files Go Bisa Berbagi File Lokal

4

Telset.id, Jakarta – Google menguji fitur baru di Files Go untuk menantang AirDrop bikinan Apple. Fitur tersebut akan memudahkan pengguna Android untuk berbagi file lokal.

Files Go adalah bagian dari aplikasi Go. Bicara fungsi, Files Go adalah aplikasi pengelola berkas atau seringdisebut file manager yang menawarkan cara cerdas dalam mengelola berkas di perangkat.

Aplikasi ini membantu pengguna untuk menjaga memori tetap bersih, rapi dan terorganisir dengan baik. Files Go sendiri diluncurkan Google sebagai aplikasi dengan memori rendah yang dipasarkan di negara berkembang yang minim Internet.

Files Go membantu pengguna mengosongkan ruang penyimpanan perangkat, back up file ke cloud, serta memiliki opsi untuk berbagi file offline secara lebih baik.

Dilansir Phone Arena, memanfaatkan Files Go, pengguna bakal bisa menggunakan kecepatan transfer 500 Mbps untuk berbagi file secara lokal.

Google juga membuat transfer file lebih aman dengan memastikan pengguna terhubung ke perangkat yang sesuai. Transfer akan dienkripsi sehingga aman dari ‘dedemit’ dunia maya.

Apabila pengguna ingin mencoba kemampuan transfer data cepat, mereka bisa mengunduh Files Go versi beta yang sedang diuji via Play Store.

Files Go dirilis oleh Google pada akhir 2017 lalu. Aplikasi tersebut diklaim ramah kuota yang memang dikembangkan khusus pengguna yang baru mengenal Internet. Fitur utama Files Go secara default sebenarnya mirip-mirip dengan aplikasi pengelola berkas lainnya.

Bedanya, Google ada memberikan beberapa fitur pendamping, seperti fitur pengiriman berkas secara offline, pencarian cepat dokumen, dan juga sistem rekomendasi yang bertujuan untuk melegakan memori.

Penamaan Files Go sendiri ingin menandalan bahwa aplikasi ini menonjolkan elemen ringan dan cepat, sederhana, serta mudah digunakan. Google nampaknya ingin memudahkan pengguna yang memakai perangkat dengan spesifikasi rendah, namun tetap bisa optimal. [BA/HBS]

Sumber: Phone Arena

Tali Apple Watch ‘Modern Buckle’ Stop Diproduksi

2

Telset.id, Jakarta – Apple punya kebiasaan rutin meluncurkan tali baru Apple Watch, terutama pada awal tahun. Tali baru Apple Watch yang dihadirkan oleh Apple biasanya memiliki desain dan warna berbeda-beda setiap tahunnya.

Namun, dilaporkan Ubergizmo, Apple ternyata secara diam-diam menyetop produksi satu jenis tali Apple Watch. Tali itu adalah jenis Modern Buckle, yang dijual oleh Apple sejak generasi pertama Apple Watch dirilis.

Selama ini, tali Apple Watch jenis Modern Buckle dijual seharga USD 149 atau sekitar Rp 2,25 juta. Tali Modern Buckle pun hanya tersedia dalam satu ukuran, yakni 38 milimeter.

Baca juga: Seperti Walkie Talkie, Apple Watch Bakal Bisa Dipakai Ngobrol

Tali Apple Watch jenis Modern Buckle sebelumnya hanya dijual sebagai bawaan dari Apple Watch tipe bodi Stainless Steel. Jika pengguna ingin membeli secara terpisah, harganya memang jauh lebih mahal ketimbang tali Apple Watch jenis lain.

Tak dijelaskan lebih lanjut kenapa Apple menyetop tali Modern Buckle.Namun, keputusan tersebut merupakan yang kali pertama dalam beberapa tahun terakhir dilakukan oleh Apple terhadap tali Apple Watch.

Menurut informasi, Apple memutuskan menghentikan produksi tali Apple Watch jenis Modern Buckle karena minat pasar yang kurang baik. Dengan kata lain, tali itu kurang laku di pasaran.

Baca juga: Apple Watch Gantikan Kartu Mahasiswa di Amerika

Saat ini Apple hanya menjual tali jenis Watch Band untuk Apple Watch dengan empat pilihan harga, yakni USD 49 untuk Sport Band atau Woven Nylon, USD 149 untuk Leather Band, USD 199 untuk Stainless Steel, dan USD 439 untuk Hermès Leather.

Apple sendiri telah merilis pembaruan watchOS 4.3.1 yang dilakukan lebih dari satu bulan setelah perkenalan pembaruan watchOS 4.3 ke seluruh perangkat Apple Watch. Pembaruan ini membawa banyak fitur baru, seperti Portrait Nightstand Mode dan iPhone Music Control.

Untuk memperbarui versi ke watchOS 4.3.1, pengguna harus memasangkan iPhone ke Apple Watch. Pengguna lalu membuka iPhone dan masuk ke menu General dan klik Software Updates. Ketika proses unduh dan instal, iPhone maupun Apple Watch jangan sampai kehabisan baterai.

Baca juga: Apple Watch Bakal Bisa Deteksi Gejala Parkinson

Apple juga menambahkan fitur kesehatan baru di Apple Watch. Setelah sebelumnya menyematkan beberapa fitur kesehatan seperti kemampuan deteksi penyakit jantung, Apple Watch kini bakal bisa dipakai untuk mendeteksi penyakit Parkinson. [BA/HBS]

Sumber: Ubergizmo

Mozilla akan Kasih Notifikasi Saat Akun Firefox Diretas

1

Telset.id, Jakarta – Mozilla sedang mengembangkan fitur baru di peramban atau browser Firefox. Fitur baru tersebut bernama Firefox Monitor. Fitur ini bekerja secara efektif untuk menginformasikan apabila akun online milik pengguna diretas oleh seseorang.

Dalam mengembangkan Firefox Monitor, Mozilla bekerja sama dengan Have I Been Pwned atau HIBP situs yang bisa memeberi tahu apakah data pribadi pengguna disalahgunakan.

Firefox Monitor berwujud situs sekunder yang akan memberi keleluasaan bagi pengguna untuk mengakses lebih data dari HIB sehingga dapat memonitor peretasan.

HIBP memiliki kemampuan untuk mengumpulkan dan menganalisis lusinan data yang bocor dan memungkinkan pengguna mencari informasi secara mandiri.

Cara menggunakan Firefox Monitor sangatlah mudah. Pengguna cukup memasukkan alamat e-mail ke Firefox Monitor dan melihat apakah ada data pribadi yang disalahgunakan.

Baca juga: Mozilla Bikin Browser Baru dengan Perintah Suara

“Firefox memiliki basis instal ratusan juta orang. Keberadaan Firefox Monitor bisa meningkatkan jangkauan pengguna secara signifikan,” kata penggagas HIBP, Troy Hunt, seperti dikutip Telset.id dari CNET.

November 2017 lalu, Mozilla telah mengumumkan pihaknya mengintegrasikan akses HIBP ke Firefox agar dapat memperingatkan pengguna apabila terjadi peretasan.

Sebelumnya, Mozilla dikabarkan akan menghadirkan peramban atau browser baru yang bisa dikontrol menggunakan perintah suara pengguna. Rencana Mozilla untuk menghadirkan browser tersebut terungkap pada pertemuan yang berlangsung di San Francisco.

Browser baru yang sedang dikembangkan oleh Mozilla akan dijuluki Scout. Menggunakan Scout, pengguna bisa memulai penjelajahan pencarian dan mendapatkan konten yang diinginkan via perintah suara.

Baca juga: Begini Cara Bikin Browser Mozilla Firefox Bisa ‘Ngebut’

Cara memakainya pun tidaklah ribet dan langsung direspons. Satu contoh perintah suara yang ditunjukkan Mozilla adalah “Hei, Scout, bacakan artikel tentang beruang kutub”.

Sumber: CNET

 

Keren! Anak Tujuh Tahun Juara Kontes Bergengsi Google

0

Telset.id, Jakarta – Gadis berusia tujuh tahun asal Virginia, Amerika Serikat (AS), bernama Sarah Gomez Lane memenangkan kontes Doodle 4 Google yang diumumkan pada 18 Juni 2018 lalu.

Ia terpilih sebagai pemenang dari 180 ribu siswa lain di seluruh AS dan menjadi siswa termuda yang pernah memenangkan kontes tersebut. Alhasi, Sarah pun berhak menerima hadiah berupa uang tunai senilai USD 30.000 atau sekitar Rp 424 juta untuk beasiswa kuliahnya.

Dilansir Telset.id dari CNBC, Rabu (27/06/2018), Google juga menyumbang USD 50.000 dolar atau setara Rp 707 juta untuk sekolahnya, Pine Spring Elementary untuk pengembangan di bidang teknologi.

Kontes itu dibuka untuk seluruh siswa AS yang dibagi menjadi lima kelompok usia, mulai tingkat TK sampai kelas 12 SMA. Selain itu, Google juga mengevaluasi gambar siswa berdasarkan tiga kriteria yang meliputi keterampilan artistik, kreativitas, dan seberapa baik peserta mengikuti tema pada kontes Doodle 4 Google.

Baca juga: Nekat! Bocah Lima Tahun Naik Skuter Jet

Dalam kontes tahun ini, pihak Google meminta kepada anak-anak untuk menggambar dengan tema “Apa yang menginspirasi saya?”. Tanpa disangka, Sarah menggambar sejumlah dinosaurus.

“Saya menggambar dinosaurus dan sekop menjadi Doodle. Kenapa dinosaurus? Karena saya ingin menjadi seorang paleontolog. Sekop merupakan simbol pekerjaan masa depan saya,” ucapnya.

Google mengatakan bahwa tim Doodle langsung dibuat jatuh cinta dengan interpretasi kreatif Sarah tentang tema Doodle 4 Google yang menggunakan dinosaurus sebagai logo Google.

Baca juga: Family Link, Pantau Aktivitas Anak di Dunia Maya

Sarah dan empat finalis lainnya juga memenangkan perjalanan ke markas Google di Mountain View, California. Sebagai hadiah tambahan, setiap finalis juga menerima komputer Pixelbook. (SN/FHP)

Fitur Baru Google Classroom Bikin Siswa Susah Nyontek

0

Telset.id, Jakarta – Google mengumumkan kehadiran beberapa fitur baru pada aplikasi Google Classroom. Fitur-fitur tersebut memberi keleluasaan bagi orang tua dan guru untuk mematikan akses ke aplikasi atau konten-konten tertentu ketika siswa sedang belajar.

Lewat fitur baru Google Classroom, ketika siswa sedang mengerjakan kuis dari guru menggunakan format dari Google, maka siswa tidak dapat menggunakan akses internet untuk mengunjungi situs tertentu guna mencari jawaban kuis.

Dilansir dari DigitalTrends, Selasa (26/06/2018), selain adanya fitur “anti mencontek”, pada Google Classroom juga terdapat pula fitur baru lainnya yang memungkinkan para orang tua untuk mengontrol dan membatasi akses anak ke aplikasi atau konten tertentu.

Baca Juga: Cara Mudah Membuat Kuesioner Menggunakan Google Form

Google Classroom sendiri hadir di perangkat Android dan iOS sejak 2015 silam. Aplikasi tersebut ditujukan untuk memberi pekerjaan rumah kepada siswa dan memudahkan para guru untuk tetap berhubungan anak didiknya.

Siswa bisa memasukkan tugas ke Google Classroom dari lokasi lain atau lingkungan di luar sekolah. Karena sudah terintegrasi ke Google Drive, Google Classroom diklaim sangat berguna bagi para pengajar.

Baca Juga: Cara Download Data dari Akun Google, Mudah dan Efektif

Google Classroom pun mampu membantu para pengajar untuk membuat dan mengumpulkan tugas tanpa kertas. Apalagi, di aplikasi itu ada fitur untuk membuat salinan Google Docs secara otomatis untuk  setiap siswa, sampai memberikan nilai maupun umpan balik kepada anak didiknya. (SN/FHP)

Mirip Transformer, Kendaraan Militer AS Pakai Roda Segitiga

Telset.id, Jakarta – Militer Amerika Serikat (AS) memperkenalkan kendaraan tempur futuristik dengan sistem Ultra Survivable. Kendaraan bernama X-Vehicle tersebut merupakan bagian dari proyek rahasia Defense Advanced Research Project Agency (DARPA).

Dikutip Telset.id dari Daily Mail, Selasa (26/06/2018), X-Vehicle berfungsi untuk melindungi pasukan AS ketika terjun ke area hutan belantara. Bahkan, X-Vehicle juga diklaim mampu menerobos area dengan kondisi jalan yang sulit untuk dilalui.

Yang paling menarik, X-Vehicle punya roda yang mampu berubah dari ban biasa menjadi roda berbentuk segitiga, layaknya roda Transformer.

Baca juga: Militer Amerika Pakai Kontroler Game untuk ‘Operasikan’ Kapal

Perubahan bentuk roda hanya membutuhkan waktu dua detik saja, dengan sekali menekan tombol. Bahkan, perubahan roda juga bisa dilakukan ketika X-Vehicle sedang beroperasi.

X-Vehicle juga dilengkapi sistem sensor multiple onboard dan teknologi peningkat resolusi tinggi yang memungkinkan pengendara untuk memantau situasi dengan jangkauan 360 derajat.

DARPA menyatakan, tujuan utama proyek Ground X-Vehicle Technologies (GXV-T) itu adalah meningkatkan mobilitas, daya tahan hidup, keamanan, dan efektivitas prajurit dalam skenario pertempuran di masa yang akan datang.

Baca Juga: Amerika Beri Militer Filipina Enam Drone Pengintai

“Kami mencari cara untuk meningkatkan daya tahan hidup dengan menambah tombol di kokpit serta kru asisten pengemudi,” papar Mayor Amber Walker, manajer program GXV-T di Departemen Taktik Teknologi DARPA.

“Untuk mobilitas, kami mengambil pendekatan radikal dengan menghilangkan persenjataan. Kami memilih untuk melakukan pengembangan di bagian penggerak supaya kendaraan mampu bergerak cepat serta tanpa kendala meski melewati beragam kondisi jalan,” lanjut Walker.

Baca Juga: Militer AS Uji “Humvee Otonom” Penyapu Ranjau

X-Vehicle juga kemungkinan bakal memiliki opsi perubahan roda terbaru. Sebab, kontraktor perusahaan yang memenangkan tender tahap kedua pryek GXV-T, Caneguie Mellon dikabarkan tengah mengembangkan bentuk roda lain yang bisa menjadi teknologi perintis kendaraan tempur canggih. (SN/FHP)

Google Buka Kursus AR Gratis, Berminat?

0

Telset.id, Jakarta – Google baru saja memberikan layanan khusus bagi siapapun yang tertarik dengan teknologi Augmented Reality (AR). Sebab, raksasa pencarian ini telah membuka kelas kursus gratis bagi siapa saja yang ingin mempelajari teknologi AR.

Kursus AR tersebut terbuka bagi umum, bahkan untuk orang-orang yang sama sekali awam dengan teknologi berbasis AR.

Nantinya, setiap pertemuan kursus belajar AR bersama Google bakal berlangsung selama 15 jam. Total, peserta akan mengikuti kursus selama empat minggu, dengan berbagai materai teknologi AR yang menarik, termasuk bagaimana caranya membuat konten AR menggunakan ARCore.

Baca Juga: Google Rilis Aplikasi “Penggaris Digital”

Tak cuma itu, peserta kursus juga akan diberi materi tentang cara mengidentifikasi jenis-jenis AR, alat yang dipakai, serta platform apa saja yang digunakan dalam lingkup teknologi AR, beserta dengan cara penggunaannya.

Sebagai tambahan pengalaman, dilansir dari Engadget, peserta bisa bertemu dengan ribuan peserta lain untuk menambah teman sekaligus menyerap masukan dari mereka. Peserta juga dapat berdiskusi maupun transfer ilmu dengan peserta kursus lainnya.

Harapannya, ketika ada materi yang sulit dipahami, peserta satu dengan yang lain bisa saling mengajari. Nantinya, jika dinyatakan lulus oleh Google, peserta boleh membawa pulang sertifikat sebagai bukti keabsahan.

Baca Juga: Perangkat Augmented Reality Ini Bisa Rasakan Panas dan Dingin

Bagi siapapun yang berminat, calon peserta kursus dapat mendaftar langsung di situs resmi Coursera. Peserta dijamin tidak dipungut biaya sepersen pun. Namun sayang, Google tak menjelaskan soal akomodasi dan fasilitas lain selama kursus.

Sekadar informasi, AR adalah teknologi yang menggabungkan benda maya dua dimensi dan ataupun tiga dimensi ke dalam sebuah lingkungan nyata tiga dimensi. Tidak seperti Virtual Reality, AR menambahkan atau melengkapi dunia nyata. (SN/FHP)

Durasi Penggunaan Instagram Meningkat, Facebook Terancam?

1

Telset.id, Jakarta – Durasi penggunaan Instagram pada perangkat Android di wilayah Amerika Serikat (AS) pada bulan ini dilaporkan hampir menyamai durasi pengguna yang mengakses aplikasi Facebook.

Berdasarkan data dari Similar Web, rata-rata durasi penggunaan Instagram via Android tercatat selama 53 menit per harinya pada Juni 2018. Dilansir Recode, Rabu (27/6/2018), durasi tersebut selisih lima menit dengan penggunaan Facebook di Android yang tercatat 58 menit per hari.

Tercatat juga jika pengguna Android lebih banyak menghabiskan waktu di dua platform media sosial itu ketimbang di Snapchat, yang notabene adalah pesaing berat Instagram.

Baca Juga: Kudos, “Kloningan” Instagram Khusus Anak-anak

Kendati demikian, peningkatan durasi penggunaan Instagram via Android tercatat lebih tinggi dibanding Facebook dari Mei 2018 ke Juni 2018. Grafik Similar Web menunjukkan, pada Mei 2018, waktu penggunaan Instagram di Android tercatat mencapai 48 menit, sedangkan di Facebook 55 menit.

Artinya secara pertimbuhan, penggunaan Instagram dari Mei 2018 ke Juni 2018 meningkat lima menit, sementara Facebook hanya tiga menit. Masih menurut Similar Web, durasi penggunaan Snapchat menggunakan perangkat Android pada Juni 2018 tercatat rata-rata mencapai 49 menit per hari.

Baca Juga: Jumlah Pengguna Instagram Tembus 1 Miliar

Sekedar informasi, Instagram diakuisisi oleh Facebook pada 2012. Meski bersaing ketat dengan Snapchat, Instagram tumbuh lebih signifikan dengan jumlah pengguna aktif bulanan mencapai satu miliar pada Juni 2018.

Durasi waktu penggunaan aplikasi sendiri sangat penting, karena dapat dijadikan sebagai acuan bagi para pengiklan. Similar Web mengumpulkan data melalui panel global, data ISP, sumber data publik, serta pengukuran langsung. (SN/FHP)

Medsos Penyebar Hoax akan Didenda

2

Telset.id, JakartaKementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) saat ini tengah menyiapkan aturan yang akan menjatuhkan denda untuk platform yang melakukan pembiaran terhadap pemberitaan palsu alias hoax. Aturan tersebut juga berlaku untuk penyebar konten yang bertujuan memecah belah bangsa.

Sebenarnya aturan serupa sudah diberlakukan oleh otoritas Jerman, yang mengancam menjatuhkan denda terhadap Facebook hingga Rp 76 miliar jika tidak menghapus atau memblokir konten negatif seperti ujaran kebencian, dalam waktu 24 jam. Namun Kominfo belum mengungkapkan lebih detail aturan tersebut karena masih dalam tahap penggodokan.

“Sedang disiapkan juga penalti rupiah kepada platform yang melakukan pembiaran terhadap hoaks dan konten yang bisa memecah belah bangsa. Sejalan dengan ini pemblokiran juga tetap jalan terus,” ujar Menkominfo Rudiantara di Jakarta, Selasa (26/6/2018).

Menkominfo mengatakan pihaknya terus melakukan strategi untuk mencegah hoax yang semakin marak menjelang momentum Pemilu Presiden 2019 yang akan datang. Strategi tersebut antara lain dengan meningkatkan literasi masyarakat bagaimana cara berinteraksi di depan telepon pintar mereka.

Baca juga: Banyak Akun Palsu Facebook di Indonesia

Untuk itu semua pihak diharapkan bisa menjaga diri dan mengedepankan etika ketika saling berinteraksi di media sosial. Pasalnya, apa yang dilakukan seseorang dengan ponsel bisa diketahui oleh semua orang melalui semua jejak digitalnya.

“Dalam berinteraksi di media sosial, jangan seperti Tuhan. Kami bicara langsung seperti ini ada batasnya, ada etikanya. Di depan ponsel sendiri, mereka bisa berpikir seperti Tuhan, apa yang tidak bisa dilakukan di dunia nyata ia lakukan dengan ponsel,” katanya.

Sebelumnya Rudiantara memberikan tips kepada masyarakat agar tidak termakan hoax, dan tidak ikut menyebarkannya. Apa tipsnya?

“Kalau ada yang mengajak supaya diviralkan atau dicopy dari “kamar sebelah”, jangan mau, karena biasanya itu hoax,” jelas Menkominfo Rudiantara dalam deklarasi HKKI 2018 beberapa waktu lalu.

Baca juga: Menkominfo: Stop Konten Negatif di Sosmed

Menurutnya, konten negatif atau hoax yang disebarkan biasanya akan menuliskan kata “viralkan”. Makanya masyarakat diminta untuk lebih dulu mengecek apakah berita itu benar atau hoax.

Selain itu, untuk menekan penyebaran berita bohong, Menkominfo lebih memilih pola edukasi yang mudah dimengerti untuk masyarakat luas. Misalnya menggunakan istilah fitnah daripada hoax. [WS/HBS]

Menkominfo Ajak Polisi Bekerja Lebih “Digital”

1

Telset.id, Jakarta – Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara mengajak jajaran Kepolisian RI untuk mengubah cara kerja mereka seiring dengan perkembangan teknologi. Dengan cara ini kinerja polisi akan semakin meningkat karena bisa merespon pengaduan masyarakat lebih cepat.

Rudiantara memberi contoh ketika terjadi tindakan kriminal pada taksi berbasis aplikasi online di jalan, jejak transaksi bisa dijadikan alat bukti. Dengan demikian kasus tersebut akan bisa diungkap lebih cepat ketimbang menggunakan metode konvensional menanyakan saksi dan menahan mobil sebagai barang bukti.

“Kalau ada tindakan kriminal di jalan, biasanya saksinya yang ditanya, mobilnya yang jadi alat bukti. Sekarang bagaimana Polisi bekerja sama dengan platform karena semua jejak digital dari transaksi itu ada di platform,” ujar Menkominfo di Jakarta, Selasa (26/6/2018).

Menurut Menkominfo Kepolisian di berbagai negara juga memanfaatkan teknologi dalam operasional mereka, seperti benda-benda internet alias internet of things untuk pemantauan lalu lintas, kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) untuk pelayanan, serta sistem Digital Police di Shenzhen, Republik Rakyat China.

Sistem yang dimiliki Kepolisian China, kata dia, bahkan memungkinkan petugas mengidentifikasi pengendara yang tidak mematuhi aturan lalu lintas melalui teknologi pengenalan wajah atau facial recognition pada kamera CCTV yang tersebar di hampir tiap sudut negara itu.

Baca juga: Berkat Teknologi Pemindai Wajah, Buronan Diciduk saat Nonton Konser

“Negara lain sudah ada polisi yang digital. Cikal bakal masa depan dari layanan polisi adalah digital police. Contohnya di Shenzhen. Pelayanan masyarakat juga bisa gunakan AI, pake chatbot, dijawab teks.” kata Rudiantara.

Lebih lanjut Menkominfo mengatakan poin utama dalam pemanfaatan teknologi adalah perubahan proses bisnis. Dalam hal ini, teknologi menjadi alat untuk mewujudkan tujuan melalui proses yang berubah.

Kepolisian RI dinilai sudah melakukan perubahan dengan melakukan adaptasi perkembangan teknologi digital melalui Direktorat Kejahatan Siber (cyber crime).

Langkah ini diharapkan bisa mengatasi berbagai kasus kejahatan yang memanfaatkan teknologi digital sekaligus menjadi nilai tambah dalam proses bisnis layanan Kepolisian.

Baca juga: Canggih! Polisi Inggris Bisa Identifikasi Tersangka Pakai Ponsel

“Kami lihat bahwa perubahan di dunia benar-benar di drive oleh teknologi, terutama teknologi digital. Strateginya cuma satu, bagaimana memaksimalisasi karena ini suatu yang nggak bisa dihindari. Gunakan sebagai nilai tambah, banyak yang bisa diubah pada proses bisnis layanan di Kepolisian,” pungkas dia. [WS/HBS]