Beranda blog Halaman 2437

CEO Google Kembali Buka Suara Soal Proyek Dragonfly

0

Telset.id, Jakarta – Google melakukan berbagai upaya untuk bisa kembali ke China. Salah satunya dengan menggagas proyek Dragonfly. Raksasa teknologi ini seolah cuek dengan berbagai kritikan, bahkan penolakan, terkait proyek kontroversial tersebut.

CEO Google, Sundar Pichai, secara terang-terangan menyatakan bahwa perusahaan tetap mempertimbangkan untuk menghadirkan mesin pencari khusus bagi pengguna China ini. Ia menyebut, Google ingin melayani semua pengguna di dunia.

“Kedatangan kembali Google di China untuk mengakomodasi pengguna yang selalu membutuhkan alat untuk mencari sesuatu via internet. Dengan merambah lagi pasar China, Googla akan menyediakan informasi secara lebih baik,” jelas Pichai.

Baca juga : CEO Google Masih Bungkam Soal Proyek Dragonfly ke Senat AS

Ia melanjutkan, seperti dikutip Telset.id dari Wired, Selasa (16/10/2018), kehadiran Dragonfly bisa memberi informasi secara lebih luas kepada masyarakat di berbagai negara. Karenanya, sampai kini, Google masih yakin dengan proyek Dragonfly.

Pichai sangat sadar bahwa proyek Dragonfly telah mendapat penolakan dan memicu amarah karyawan Google. Tak cuma mereka yang ada didalam (perusahaan), pemerintah Amerika Serikat pun terang-terangan tak setuju dengan rencana peluncuran mesin pencari tersebut di China.

Baca juga : Google Lanjutkan Pengembangan Project Dragonfly untuk China

“Orang-orang tidak sepenuhnya memahami. Namun, kami harus membuat keseimbangan, termasuk memberi keadilan dengan menyediakan ruang untuk kebebasan berekspresi. Kami bukannya tidak mengikuti aturan hukum di setiap negara,” tutur Pichai.

Google dilaporkan telah melakukan serangkaian upaya untuk kembali menembus pasar China, termasuk mencari mitra lokal seperti Tencent Holdings untuk membangun pusat data dan jasa layanan komputasi awan. Google sepertinya sangat serius dengan proyek Dragonfly. [SN/IF]

Sumber : Wired

Yeay! Aplikasi Winamp Siap Comeback

Telset.id, Jakarta – Aplikasi pemutar musik legendaris, Winamp dikabarkan akan segera comeback, dan siap memutarkan musik apapun bagi penggunanya. Sebab, aplikasi Winamp dilaporkan sedang dikembangkan kembali sebagai platform audio terintegrasi untuk smartphone.

Diungkapkan CEO Radionomy, perusahaan yang membeli Winamp dari AOL pada tahun 2014, Alexandre Saboundjian, nantinya Winamp terbaru akan berubah menjadi pemutar musik kekinian, yang menjadi tempat bagi penggunanya untuk mendengarkan semua musik favorit.

Melalui aplikasi Winamp terbaru juga, pengguna dapat mengatur daftar putar, mendengarkan podcast, streaming stasiun radio, dan lainnya.

Baca Juga: Yak! Aplikasi Ini Bertugas Potret Kotoran Manusia di Trotoar

“Akan ada versi yang benar-benar baru tahun depan, dengan warisan khas Winamp, tetapi dengan pengalaman mendengarkan musik yang lebih lengkap,” kata Saboundjian, seperti dikutip Telset.id dari Techcrunch, Selasa (16/10/2018).

“Anda dapat mendengarkan MP3 yang mungkin Anda miliki di rumah, tetapi juga ke cloud, podcast, untuk streaming radio, ke daftar putar yang mungkin telah dibuat,” jelasnya.

Namun, Saboundjian masih enggan memberikan informasi secara rinci seperti apa tampilan Winamp nantinya, termasuk layanan cloud yang digunakan oleh Winamp. Selain itu, masih belum jelas apakah Winamp nantinya akan terintegrasi dengan layanan streaming seperti Spotify, Apple Music, dan lainnya atau tidak.

Baca Juga: Sindir Spotify, Bos Apple: Musik Terlalu Dikuasai Komputer

Seperti diketahui, Winamp merupakan aplikasi pemutar musik MP3 yang populer di kalangan pengguna PC Windows, yang pertama kali dirilis tahun 1997. Aplikasi ini sempat dimiliki AOL pada tahun 2002, namun kemudian dijual ke Radionomy pada tahun 2014 lalu.

Terakhir kali aplikasi Winamp mendapatkan pembaruan, terjadi pada tahun 2013 silam. Setelahnya, Winamp seperti “aplikasi mati suri”, yang tidak mendapatkan pembaruan, namun masih bisa digunakan. (FHP)

Saat Paul Allen Disebut “The Next” Jimi Hendrix

0

Telset.id, Jakarta – Di balik sosoknya yang terkenal di bidang teknologi, pendiri Microsoft Paul Allen bisa dibilang sangat mencintai dunia musik. Bahkan ia disebut-sebut mampu menyanyi dan bermain gitar layaknya musisi dunia, Jimi Handrix.

Produser musik kenamaan Quincy Jones dalam sebuah wawancara bersama David Marchese menyebut Paul sebagai pria yang sangat berbakat dalam bidang musik. Alih-alih menyebut The Beatles sebagai musisi terburuk di dunia, Quincy justru memuji Paul Allen.

Dilansir Telset.id dari Business Insider, Selasa(16/10), Quincy malah mengatakan jika Paul adalah satu-satunya orang yang bisa bernyanyi seperti Jimi Hendrix.

“Kamu tahu siapa yang bernyanyi dan bermain seperti Jimi Hendrix? Paul Allen” ujar Jones dalam satu kesempatan.

Baca juga: Pendiri Microsoft, Paul Allen Tutup Usia Karena Kanker

David Marchese yang juga wartawan Vulture tak percaya dengan pernyataan Quincy. Pasalnya, Jimi Hendrix adalah musisi legendaris dan sudah banyak musisi-musisi lain yang mencoba meniru gaya bermain gitarnya, namun tak berhasil.

Quincy mengaku melihat sendiri aksi Paul Allen bersama gitarnya. Ketika itu ia dan Paul, serta sejumlah musisi terkenal lainnya seperti David Crosby, Joe Walsh, Sean Lennon dan Stevie Wonder sedang melakukan perjalanan di kapal pesiar. Di dalam kapal itulah konser digelar. Termasuk ‘konser’ Paul.

Ya, saat tiba waktunya musisi Stevie Wonder dan kawan-kawan naik ke pentas, tiba-tiba saja partner Bill Gates itu ikutan naik dan memainkan gitarnya. Quincy pun dibuat terkesima oleh aksi Paul. “Dia hebat, kawan,” ucap Jones.

Allen adalah penggemar berat Jimi Hendrix. Dia menghabiskan sekitar USD 250 juta atau sekitar Rp 3,7 triliun untuk membuat museum tentang Jimi Hendrix, mulai dari koleksi gitar hingga aksesoris Jimi Hendrix di Seattle, Amerika Serikat.

Baca juga: Pendiri Microsoft Meninggal Dunia, Bos Teknologi Berduka

Museum tersebut kini sudah direnovasi menjadi Seattle Museum of Pop Culture yang tidak hanya berfokus pada sosok Jimi Hendrix tetapi juga ikon-ikon budaya populer lainnya.

Seperti dikutip dari MSN, selain menggilai Jimi Hendrix, Paul juga memiliki band bergenre blues-rock dengan nama Underthinkers. Pada tahun 2013 band ini merilis album dengan judul “Everywhere At Once”.

Paul yang berposisi sebagai gitaris turut bermain dalam lagu Straw Into Gold, Six Strings From Hell dan Pictures Of a Dream. Dia juga mengambil solo gitar di lagu Down Low dan Big Blue Raindrops.

Tapi semua itu kini hanya tinggal kenangan. Sepeninggal Paul, kita tidak bisa lagi menyaksikan aksi Paul bersama gitarnya, karena dia telah menyusul sang idola, Jimi Hendrix.

Seperti diketahui, Paul berpulang pada hari ini, Senin (15/10/2018), di usia 65 tahun. Ia meninggal akibat komplikasi limfoma non-Hodgkin, penyakit semacam kanker getah bening yang telah dideritanya sejak lama.

Baca juga: Bill Gates, Anak Mama Jadi Inspirasi Dunia

Sebenarnya pada awal bulan ini, Paul sempat menyatakan bahwa ia telah memulai pengobatan untuk melawan penyakit yang dideritanya. Saat itu, ia mengungkapkan bahwa tim dokter merasa optimis bahwa terapi pengobatan akan berjalan dengan baik. Sayang, kenyataan berkata lain.

Penyakit yang diderita Paul sendiri merupakan alasan utama kenapa dirinya meninggalkan Microsoft yang ia dirikan bersama Bill Gates, pada tahun 1983 silam. [NM/IF/HBS]

Sumber: Business Insider ,MSN

Kisah Paul Allen dan Bill Gates Dirikan Microsoft

1

Telset.id, Jakarta – Paul Allen dan Bill Gates bertemu ketika masih sekolah dan keduanya menjadi rekan ketika mendirikan Microsoft di tahun 1975. Menanggapi kepergian temannya akibat kanker, Bill Gates menuliskan kesan dan rasa terima kasihnya kepada Allen. “Komputer personal tidak akan ada tanpanya,” tutur Gates.

Baik Allen dan Gates memiliki rasa ketertarikan yang tinggi terhadap komputer. Keduanya bertemu di Sekolah Persiapan Lakeside, setara dengan SMA, di Seattle. Saat itu, Allen berusia 14 tahun dan Gates 12 tahun.

Allen, yang ayahnya bekerja di perpustakaan Universitas Washington (UW), sering menghabiskan waktu bersama Gates dan teman-temannya di Laboratorium Ilmu Komputer Universitas Washington.

Saking seringnya hingga ia mendapat surat di tahun 1971 yang memberitahu ia tidak lagi memiliki akses ke laboratorium komputer tersebut.

Namun, laboratorium tersebut merupakan tempat Allen dan Gates meluncurkan startup pertamanya, yaitu Traf-O-Data, untuk menghitung traffic. Pada peresmian nama Paul G. Allen School of Computer Science & Engineering Universitas Washington tahun lalu, Allen menuturkan bahwa Traf-O-Data merupakan kegagalan yang juga berperan dalam kesuksesan Microsoft.

Baca juga: Pendiri Microsoft, Paul Allen Tutup Usia Karena Kanker

“Walaupun Traf-O-Data secara teknis adalah kegagalan bisnis, pemahaman mikroprosesor yang (kami) pelajari sangat krusial bagi kesuksesan kami di masa mendatang,” ujar Allen.

“Jika bukan karena Traf-O-Data, dan jika bukan karena waktu yang kami habiskan di komputer UW, Anda bisa mengatakan kalau Microsoft mungkin tidak akan berdiri,” sambungnya.

Bersama Gates, Allen mendirikan Microsoft di tahun 1975. Perusahaan yang memiliki nama dari gabungan kata microcomputer dan software itu awalnya bertujuan untuk mengimplementasikan bahasa pemrograman bagi mikrokomputer, atau yang sekarang disebut komputer personal (personal computer).

Pecah Kongsi

Di tahun 1986, Allen terdiagnosis penyakit Hodgkin. Persahabatan Allen dan Gates mulai memasuki masa-masa sulit. Perbedaan pendapat dan hadirnya “orang ketiga”, membuat hubungan kedua sahabat ini memburuk, dan beruujung pecah kongsi.

Dalam memoarnya yang terbit tahun 2011, “Idea Man,”, memuat detail hubungan Allen dan Gates yang tidak banyak diketahui publik, termasuk negosiasi akan kekayaan Microsoft dan pengunduran Allen ketika ia didiagnosis penyakit Hodgkin.

Baca juga: Bill Gates, Anak Mama Jadi Inspirasi Dunia

Dalam buku itu, Allen menuliskan ia mendengar Gates berbincang dengan Steve Ballmer, karyawan Microsoft yang kelak menjadi CEO, mengenai kurangnya kontribusi Allen terhadap perusahaan. Hal inilah diduga yang menciptakan jarak antara kedua pengusaha raksasa tersebut.

Namun seiring berjalannya waktu dan keduanya sudah semakin menua, hubungan Allen dan Gates kemudian dilaporkan membaik setahun setelah buku tersebut terbit. [AU/HBS]

 

Penjualan Galaxy Note 9 di Korsel Tembus 1 Juta Unit

0

Telset.id, Jakarta – Tak hanya berjaya di pasar luar negeri, Samsung juga sukses menguasai pasar smartphone di Korea Selatan (Korsel). Ini dibuktikan dengan keberhasilan penjualan Galaxy Note 9 yang menembus 1 juta unit di Korsel dalam waktu 54 hari setelah diluncurkan.

Meski demikian, seperti dikutip Telset.id dari ZDNet, Selasa (16/10/2018), pencapaian Note 9 masih lebih lambat ketimbang pendahulunya, Samsung Galaxy Note 8 yang terjual 1 juta unit dalam waktu 48 hari sejak dirilis.

Baca Juga: Samsung Galaxy A8 jadi “Korban” Galaxy A7 dan A9 (2018)

Dengan perolehan tersebut, Samsung merasa optimis bisa mencapai rekor laba operasi hingga 17,5 triliun won atau mencapai Rp 236 trilun pada kuartal ketiga di tahun ini. Apalagi, penjualan smartphone flagship lainnya, Samsung Galaxy S9 juga mencapai 1 juta unit dalam waktu kurang dari 60 hari.

Namun dilaporkan, pendapatan Samsung secara keseluruhan dari penjualan smartphone diprediksi akan lebih sedikir ketimbang sebelumnya. Ada beberapa penyebabnya, salah satu di antaranya adalah kompetisi yang semakin ketat, terutama dari kompetitor asal China yang menawarkan hampir setara dengan harga lebih murah.

Samsung sendiri tidak tinggal diam dengan semakin berkurangnya pasar mereka oleh para kompetitor. Salah satu strateginya dalam jangka pendek adalah dengan merilis smartphone menengah, Samsung Galaxy A7 (2018).

Baca Juga: Samsung Rilis Galaxy A9 (2018) dengan Empat Kamera Utama

Smartphone itu menawarkan fitur flagship, seperti tiga kamera utama untuk konsumen di kawasan Asia Tenggara. Smartphone ini juga dibuat untuk bersaing dengan produk sejenis yang dirilis oleh Huawei.

Sebelumnya, Huawei mengejutkan industri smartphone dengan berhasil melengserkan Apple dari posisi kedua sebagai brand yang mengirimkan smartphone terbanyak pada kuartal kedua tahun 2018. Tapi, bisa jadi posisi tersebut bisa kembali diraih Apple di kuartal ketiga, dengan amunisi iPhone XS.

Baca Juga : Hands-on Samsung Galaxy A9 (2018), Pertama dengan Empat Kamera

Selain menyiapkan strategi jangka pendek, Samsung juga menyiapkan strategi jangka panjang seperti rencana peluncuran smartphone lipat pada awal tahun depan. Samsung diprediksi menjadi produsen pertama yang meluncurkan smartphone canggih tersebut ketimbang para pesaingnya yang masih dalam proses perancangan. (WS/FHP)

5 Smartphone Berteknologi AI dengan Harga Rp 3 Jutaan

0

Telset.id, Jakarta – Istilah Artificial Intelligent (AI) atau kecerdasan buatan belakangan ini semakin sering terdengar. Sampai-sampai, tak sedikit perusahaan pembuat smartphone mengklaim jika perangkat seri terbaru mereka memiliki teknologi AI.

Baru-baru ini Samsung merilis Samsung Galaxy A9 di Kuala Lumpur, Malaysia. Perangkat ini mengusung empat kamera utama di bagian belakang. Pengguna pun dapat memotret gambar dengan empat konfigurasi sekaligus.

Fitur ini memungkinkan pengguna mengambil foto normal, foto macro dengan memanfaatkan teknologi telephoto, foto landscape atau memotret dengan jangkauan lebih luas dengan wide-angle ataupun foto dengan efek bokeh.

Kamera di Samsung Galaxy A9 juga didukung dengan teknolgi AI. Disini teknologi AI ini dapat mendeteksi mata pengguna ketika berkedip saat menghadap kamera perangkat. Nah, ngomong-ngomong soal AI, apa sih sebenarnya hebatnya teknologi ini?

Menurut  Encyclopedia Britannica, AI adalah kemampuan computer digital untuk melakukan tugas-tugas yang terkait dengan kehidupan manusia. AI adalah sistem yang dibuat dengan kemampuan layaknya manusia seperti  kemampuan berpikir, menemukan makna atau memperbaiki sebuah kesalahan.

Istilah AI sendiri awalnya dikemukakan oleh ilmuwan komputer asal amerika yang bernama John McCarthy pada tahun 1956.

Dilanser Telset.id dari Forbes, ketika itu ia mengundang kelompok peneliti dari berbagai disiplin ilmu dalam sebuah acara musim panas yang dinamakan  “Dartmouth Summer Research Project of Artificial Intelligence” untuk mendiskusikan tentang konsep mesin yang memiliki kemampuan berpikir.

Baca Juga : Hebat! AI Besutan Google Bisa Deteksi Dini Kanker Payudara

Kala itu peneliti dari berbagai disiplin ilmu pun menjelaskan konsep mesin berdasarkan bidangnya. McCarty sendiri melihat jika semua konsep memiliki benang merah yang sama, yakni sebuah mesin dengan kemampuan berpikir yang dapat membantu memecahkan masalah manusia.

John pun mengatakan jika semua konsep tersebut disebut dengan istilah Artificial Intelligence (AI) dan para ilmuwan pun setuju dengan itu. Mereka sepakat jika kemampuan berpikir dalam AI mencakup  sibenatika, teori automata dan pemrosesan informasi kompleks.

Seiring berjalannya waktu, konsep AI pun semakin berkembang. Kecerdasan teknologi ini digunakan manusia untuk membantu kehidupan baik dari segi sosial, ekonomi hingga kesehatan. Pihak Google menggunakan AI untuk mendeteksi kanker payudara. Mereka mengklaim jika AI miliknya bisa mendeteksi potensi kanker payudara dengan akurasi hingga 99%.

Kecanggihan AI juga dapat dirasakan oleh pengguna smartphone. Fitur AI dalam Galaxy Note A9 merupakan rangkaian dari banyak vendor yang memasang AI dalam produknya. Bahkan mereka memasang AI dalam smartphone yang secara harga terbilang ramah di kantong.

Kali ini Telset.id akan merekomendasikan 5 smartphone yang berada dikisaran Rp 3 Jutaan dan memiliki fitur AI.

Realme 2

Pada 9 Oktober 2018 lalu Realme 2 resmi dijual di Indonesia. Realme 2 merupakan versi standar yang mengusung layar berukuran 6,2 inci beresolusi HD+ dengan aspek rasio 19 :9. Smartphone ini ditenagai oleh prosesor octa-core 1.8GHz Snapdragon 450, RAM 3GB/4GB,ROM 32GB/64GB, serta baterai berkapasitas 4,230 mAh.

Realme 2 memiliki kamera ganda di belakang. Spesifikasi kamera tersebut adalah 13MP aperture f/2.2 dan 2MP lensa depth aperture f/2.4. Sedangkan  kamera depan beresolusi 8MP aperture f/2.2.

Realme 2 memiliki fitur AI. Pada seri ini, teknologi AI tersebut berada dalam pengisian daya dengan nama “AI Power Manager”.  Didalam fitur tersebut terdapat APP-freezing Power Saver yang secara cerdas membatasi aplikasi yang berjalan di latar belakang agar mengurangi konsumsi daya.

Baca Juga: Resmi Diperkenalkan, Ini Harga Realme 2 di Indonesia

AI Power Manager memungkinkan aplikasi yang ada di Realme 2 menghemat daya sebesar 5%-11%. AI Power Manager juga memiliki fitur bernama Quick App Freezing. Kecanggihan fitur ini adalah bisa menempatkan aplikasi latar belakang dalam folder quick-freezing yang secara efektif bisa memutus sambungan yang tidak berarti untuk menghemat daya.

Hasil uji yang dilakukan mengungkap bahwa sekitar 5% energi dapat dihemat selama 24 jam penggunaan dibandingkan dengan ponsel tanpa  menyalakan app-freezing.

Realme 2 sendiri bukan smartphone dengan harga selangit. Di Indonesia, perangkat ini diberi harga Rp1,9 jutaan untuk versi RAM 3GB dan ROM 32GB, sedangkan untuk RAM 4GB dan ROM 64GB dilepas dengan harga Rp2,3 jutaan. Realme 2 akan tersedia dengan tiga pilihan warna, yaitu Diamond red dan Diamond blue

Xiaomi Redmi Note 5

Pabrikan Xiaomi meluncurkan Redmi Note 5 pada 18 April 2018 lalu.  Seperti pendahulunya, Redmi Note 5 ramah di kantong, tapi mumpuni secara kualitas.

Xiaomi Redmi Note 5 mengusung layar berukuran 5,99 inch beresolusi FHD+ dengan aspek rasio 18:9. Smartphone ini ditenagai prosesor octa-core 1.8GHz Snapdragon 636, dua varian RAM dan ROM masing-masing 3GB/32GB dan 4GB/64GB, baterai berkapasitas 4,000 mAh dan sistem operasi MIUI 9 berbasis Android 8.1 Oreo.

Fitur AI dalam Redmi Note 5 terdapat dalam kameranya. Tepatnya di bagian belakang, dimana ia membawa kamera ganda dengan resolusi masing-masing 12 MP dan 5MP. AI dalam Redmi Note 5 bertujuan untuk meningkatkan kualitas foto.

Baca Juga : Unboxing Redmi Note 5, Seri Redmi Berteknologi AI

Cara kerjanya adalah kamera ganda di belakang akan mendeteksi sudut untuk membedakan antara background dan objek foto. AI dalam kamera Redmi Note 5 akan menghasilkan foto-foto dengan lebih bokeh layaknya hasil foto dari fotografer professional.

Kamera depan Redmi Note 5 yang memiliki resolusi 13 MP juga dilengkapi dengan AI – Beautify 4.0 dan HDR. Kabarnya berkat fitur AI hasil foto selfie akan lebih baik karena ini akan menyunting foto pengguna dengan menghilangkan minyak, bekas jerawat dan juga kantung mata. Hasilnya, wajah pengguna tampak lebih bersih dan menawan.

Di Indonesia, Redmi Note 5 dibanderol dengan harga Rp 2,49 jutaan untuk versi 3GB/32GB dan Rp 2,99 jutaan untuk versi 4GB/64GB. Smartphone itu akan sudah dijual secara resmi di Lazada sejak 25 April  dengan tiga pilihan warna yakni Gold, Black dan Blue.

Huawei Nova 2 Lite

Huawei Nova 2 Lite diperkenalkan di Indonesia pada sebuah acara peluncuran di Jakarta, 25 April 2018. Huawei Nova 2 Lite mengusung layar berukuran 5.99 inci dengan resolusi HD dan aspek rasio 18:9. Smartphone ini ditenagai prosesor octa-core 1.4GHz  Cortex-A53, Qualcomm Snapdargon 430 dengan RAM 3GB dan ROM 32 GB.

Baterai pada Huawei Nova 2 Lite berkapasitas 3,000 mAh dengan Sistem operasi  EMUI 8.0 yang berbasiskan sistem operasi Android 8.0.

Nova 2 Lite juga mengusung kamera ganda di belakang dengan resolusi  13MP + 2MP dan  kamera depan sebesar 8MP. Perangkat ini memiliki teknologi AI dalam hal keamanan data. Seperti diketahui,  smartphone tersebut memiliki fitur pengenalan wajah untuk membuka kunci layar.

Baca Juga : Sasar Kaum Milenial, Huawei Luncurkan Nova 2 Lite

Fitur pengenalan wajah di Nova 2 Lite didukung oleh sistem algoritma AI Facial Recognition. Maksudnya fitur AI membantu untuk  mendeteksi 1.023 titik wajah penguna untuk memetakan informasi secara akurat.

AI dalam Nova 2 Lite memperkuat sistem keamanan melalui pengenalan wajah sehingga hanya pemilik asli yang dapat membuka kuncinya. Huawei Nova 2 Lite dibandrol dengan harga Rp 2,5 juta dan sudah bisa dibeli baik di toko online ataupun offline.

Vivo Y71

Vivo Y71 sudah tersedia di Indonesia sejak 14 April 2018 lalu. Vivo Y71 memiliki layar LCD 6.0 inci resolusi 720×1440 piksel dengan aspek rasio 18:9. Dapur pacunya dilengkapi chipset Snapdragon 450 , 1.8GHz dengan RAM 3GB dan ROM 32GB. Perangkat ini  dibekali baterai 3,360 mAh dengan, lengkap dengan dukungan Android 8.1 Oreo dan LTE di badannya.

Vivo Y71 memiliki kamera belakang dan depan, masing-masing 13 MP dan 5 MP. Kekuatan AI dalam Vivo Y71 terletak pada kameranya. Disini Vivo memasang AI Face Beauty, yang bertugas melakukan penyuntingan foto.

Baca Juga : Spek Mumpuni dan Berinovasi, Ini Harga Vivo V11 Pro

Kamera Vivo Y71 bisa mengindentifikasi karakter usia dan jenis kelamin sehingga dapat menyunting foto. Melalui efek beauty natural, maka wajah-wajah dalam foto akan tampak lebih bersih dan menawan.  Saat ini, Vivo Y71 sudah tersedia baik secara offline ataupun online dengan harga Rp 2,3 juta.

Nokia 6.1 Plus

Nokia 6.1 Plus resmi dirilis pada 6 September 2018. Perangkat ini mengusung layar berukuran 5,8 inci dengan resolusi FHD+ dan aspek rasio 19:9. Dapur pacunya diisi prosesor octa-core 1.8 GHz Snapdragon 636, RAM 4GB, ROM 64 GB, baterai berkapasitas 3,060 mAh dan sistem operasi Android Oreo 8.1.

Kamera belakang Nokia 6.1 Plus mengusung kamera ganda dengan resolusi masing-masing 16MP dan 5 MP, sedangkan kamera depan beresolusi 16 MP. Teknologi AI yang dibawanya diberi nama AI Dual-Sight. Melalui fitur ini kamera depan dan belakang bisa aktif secara bersamaan atau dikenal dengan istilah bothie.

Fitur ini sangat efektif bagi yang ingin melakukan video blog (Vlog). Dengan mengaktifkan Bothie maka pengguna bisa merekam subjek foto yang terekam di kamera belakang sekaligus merekam wajah melalui kamera depan secara bersamaan.

Baca Juga : Nokia 6.1 Plus, Smartphone Berponi dengan Kamera Mumpuni

Di Indonesia, Nokia 6.1 Plus sudah tersedia hari ini di sejumlah e-commerce seperti Blibli, Shopee, JD.id, Dinomarket, Tokopedia, TelesindoShop hingga Erafone dengan harga Rp 3,3 jutaan. Smartphone ini tersedia dengan tiga pilihan warna yakni Gloss Black, Gloss Midnight Blue dan Gloss White.

Kelima smartphone tersebut memiliki keunggulan masing-masing dalam teknologi AI. Walaupun berbeda-beda, tetapi tujuan pabrikan adalah sama, yaitu ingin memanjakan penggunanya. Nah, Anda termasuk salah satunya bukan? [NM/IF]

Xiaomi Mi Mix 3 Dipastikan Meluncur Akhir Oktober

Telset.id, Jakarta – Xiaomi dipastikan akan segera memperkenalkan smartphone flagship-nya, Xiaomi Mi Mix 3 pada akhir bulan ini. Hal tersebut mereka umumkan melalui teaser yang diunggah di media sosial asal China, Weibo.

Dilansir Telset.id dari Playfuldroid, Selasa (16/10/2018), Xiaomi menyatakan secara resmi bahwa acara peluncuran Mi Mix 3 akan diadakan pada 25 Oktober mendatang.

Diprediksi, Xiaomi juga akan melakukan produksi massal Mi Mix 3 di bulan yang sama. Hal ini ditegaskan oleh CEO Xiaomi, Lei Jun beberapa waktu lalu, yang berjanji akan mempercepat produksi massal Mi Mix 3 untuk melakukan penjualan dalam skala yang besar.

Baca Juga: Xiaomi Mi Mix 3 Jiplak Desain Oppo Find X?

“Saya akan memaksa rekan-rekan saya untuk mempercepat produksi massal dan berjuang untuk penjualan skala besar pada akhir Oktober,” ujarnya saat itu.

Dari teaser yang dibagikan juga, tampak skema desain Xiaomi Mi Mix 3. Terlihat, smartphone ini akan mengusung desain yang terinspirasi dari Oppo Find X, yakni kamera slider mekanik di bagian atas untuk memaksimalkan rasio layar terhadap body smartphone.

Hal ini sesuai dengan konsep desain yang sebelumnya dipamerkan oleh Co-Founder dan Presiden Xiaomi, Lin Bin melalui Weibo pribadinya. Terlihat dengan jelas, smartphone itu punya desain bezel-less dan memiliki kamera slider di bagian atasnya, mirip seperti desain Oppo Find X.

Baca Juga: Xiaomi Mi Mix 3 Punya Tombol Xiao AI, Buat Apa?

Walaupun demikian, masih belum diketahui spesifikasi dari Xiaomi Mi Mix 3. Namun, kemungkinan besar smartphone ini akan disematkan prosesor Snapdragon 845, RAM 8GB, serta teknologi sensor sidik jari di dalam layarnya yang berjenis Super AMOLED buatan Samsung.

Selain itu, Xiaomi Mi Mix 3 juga dikabarkan akan mempunyai asisten pribadi berbasis Artificial Intelligence (AI) bernama Xiao AI. Nantinya, Xiaomi akan membekali Mi Mix 3 dengan tombol khusus, yang memudahkan pengguna untuk mengakses asisten pintar khas Xiaomi tersebut. (FHP)

Paul Allen: Dari Seattle Bangun Microsoft dan Dunia

0

Telset.id, Jakarta – Berita kematian Paul Allen hari ini, Selasa (16/10/2018) mengejutkan seluruh dunia. Pria yang dikenal sebagai pendiri Microsoft bersama Bill Gates itu akhirnya menyerah pada penyakit kanker getah bening yang dideritanya.

Paul Gardner Allen lahir dan besar di Seattle, Washington pada tanggal 21 Januari 1953. Ayahnya ditugaskan sebagai Associate Director Perpustakaan Universitas Washington.

Allen kecil bersekolah di Lakeside School, sekolah swasta elit, dan bertemu Bill Gates. Saat itu, Allen berusia 14 tahun dan Gates 12 tahun.

Kedua sahabat ini memiliki ketertarikan yang sama, yakni komputer, sehingga mereka sering melatih kemampuan programming bersama-sama sambil bersekolah.

Allen melanjutkan pendidikannya ke Universitas Negeri Washington, sementara Gates mendaftar ke Universitas Harvard. Namun dua tahun berkuliah, tepatnya tahun 1974, Allen keluar untuk bekerja menjadi programmer komputer di Honeywell Inc.

Baca juga: Pendiri Microsoft, Paul Allen Tutup Usia Karena Kanker

Perusahaan teknologi tempat Allen bekerja itu terletak di dekat Boston, tempat Gates kuliah. Itu sebabnya, mereka berdua akhirnya bertemu kembali.

Allen dan Gates bersama-sama mengembangkan perangkat lunak untuk mikrokomputer atau komputer personal dengan mengadaptasi BASIC, bahasa pemrograman yang biasanya digunakan untuk komputer-komputer besar.

Di tahun 1975, mereka menandatangani kontrak dengan perusahaan elektronik Amerika Micro Instrumentation and Telemetry Systems (MITS) untuk mengembangkan BASIC agar dapat digunakan pada komputer Altair.

Allen kemudian menjadi wakil pimpinan sekaligus direktur peranti lunak di MITS, sementara Gates meninggalkan Harvard di tahun ketiganya. Allen dan Gates mulai membentuk Micro-Soft, perusahaan yang kelak menjadi Microsoft Corporation.

Agar dapat bekerja sepenuhnya di Microsoft, Allen memutuskan untuk meninggalkan MITS di tahun 1976. Pada era tahun 1980-an, nama Allen cukup berpengaruh dalam mendapatkan lisensi noneksklusif untuk sistem operasi DOS yang dikembangkan oleh Microsoft.

Allen juga mendapatkan hak untuk menyediakan DOS, yang kemudian dinamakan MS-DOS, bagi komputer-komputer buatan IBM, yang saat itu menjadi penguasa pasar perangkat keras atau PC komputer untuk perusahaan.

Kesuksesan tersebut menempatkan Microsoft pada posisi terdepan di tren komputer personal masa itu. Allen kemudian ditunjuk sebagai Pimpinan Teknologi Microsoft hingga ia mengundurkan diri di tahun 1983 akibat didiagnosis mengidap penyakit Hodgkin.

Baca juga: Saat Paul Allen Disebut “The Next” Jimi Hendrix

Meski mundur dari jabatan operasional di Microsoft, namun Allen tetap memegang jabatan sebagai dewan direktur di perusahaan yang didirikannya berang Bill Gates itu.

Di tahun 1986, Allen bersama adik perempuannya Jo Lynn Allen Patton membangun perusahaan induk Vulcan Inc. untuk mengatur investasinya. Allen juga menjadi pemilik tim basket profesional Portland Trail Blazers dari tahun 1988.

Bersama Patton, ia mendirikan Paul G. Allen Family Foundation di tahun 1990, sebuah yayasan swasta yang didedikasikan untuk memperkuat dan mengembangkan komunitas-komunitas di daerah barat laut Amerika, termasuk negara bagian Oregon dan Washington. Lewat yayasannya ini, Allen membantu berbagai organisasi nirlaba.

Allen juga mulai menjadi gitaris untuk Grown Men, grup musik Seattle yang didirikan tahun 1996. Satu tahun kemudian, ia mendirikan perusahaan produksi film independen Vulcan Productions dan menjadi pemilik tim sepak bola Amerika profesional Seattle Seahawks.

Allen memutuskan untuk mundur dari Dewan Direktur Microsoft di tahun 2000 dan menjual sebagian besar sahamnya di perusahaan tersebut. Bersama adiknya, Allen mendirikan Experience Music Project (EMP), museum musik interaktif yang kemudian menjadi Museum of Pop Culture di tahun 2016, dan fasilitas penelitian otak Allen Institute for Brain Science di tahun 2003.

Keduanya juga mendirikan Allen Science Fiction Museum and Hall of Fame. Allen turut mendanai SpaceShipOne, perusahaan eksplorasi angkasa pertama yang didanai secara privat. Allen kemudian menjadi salah satu pemilik tim sepak bola Seattle Sounders di tahun 2007.

Walaupun penyakit Hodgkinnya telah lama teratasi, di tahun 2009 Allen rupanya menemukan non-Hodgkin’s lymphoma atau NHL, yaitu kanker yang berkembang pada sistem limfatik. Allen terpaksa mendapatkan pengobatan radiasi kembali. Untungnya, Allen berhasil melawan diagnosis kankernya.

Di tahun 2010, Allen menggugat banyak perusahaan teknologi, termasuk AOL, Apple Inc., eBay, Facebook, Google Inc., dan Netflix, karena telah melanggar hak paten yang telah ia danai selama satu dekade.

Namun, gugatan tersebut dihentikan oleh pengadilan federal di tahun 2014 dan ajuan Allen untuk banding ditolak oleh Mahkamah Agung Amerika Serikat di tahun setelahnya.

Salah satu proyek ternama Allen termasuk Allen Institute for Artificial Intelligence yang ia dirikan tahun 2013. Allen sempat terlibat dalam eksplorasi laut dalam dan ia memimpin berbagai ekspedisi yang menemukan puing-puing kapal bekas Perang Dunia II, seperti USS Indianapolis dan USS Lexington.

Di tahun 2011, Allen menerbitkan buku yang menceritakan riwayat hidupnya yang berjudul Idea Man, julukan miliknya yang merupakan lawan dari juluan Gates, Man of Action. Buku itu juga memuat sejarah berdirinya Microsoft serta hubungannya dengan Gates yang sering diwarnai pertengkaran.

Baca juga: Kisah Paul Allen dan Bill Gates Dirikan Microsoft

Di tahun 2014, Allen menyumbangkan 100 juta dolar AS untuk melawan Ebola di Afrika Barat. Di tahun yang sama, ia juga mendirikan Allen Institute for Cell Science yang meneliti sel untuk memahami cara mereka melawan penyakit. Ketertarikan Allen pada luar angkasa juga membuat Allen meluncurkan Vulcan Aerospace di tahun 2015.

Di tahun 2018, Allen menempati urutan ke-21 pada daftar orang Amerika versi majalah Forbes, dengan total kekayaan mencapai 20,3 miliar dolar AS. Allen juga tercatat telah menyumbangkan uangnya lebih dari 2 miliar dolar AS untuk amal, termasuk 500 juta dolar AS untuk Allen Institute of Brain Science. [AU/HBS]

Pendiri Microsoft Meninggal Dunia, Bos Teknologi Berduka

Telset.id, Jakarta – Paul Allen, salah satu pendiri Microsoft meninggal dunia di usia 65 tahun, akibat komplikasi limfoma non-Hodgkin atau semacam penyakit kanker getah bening, yang telah dideritanya sejak lama. Beberapa “orang penting” di industri teknologi pun mengucapkan rasa belasungkawa, termasuk sang sahabat, Bill Gates.

Dalam penyataan resminya kepada ABC News, seperti dikutip Telset.id dari The Verge, Selasa (16/10/2018), Gates mengungkapkan rasa kehilangannya. Sebab baginya, Paul merupakan sosok mitra sejati dan teman baik yang selalu bersama selama Lakeside School, awal penciptaan Microsoft, hingga beberapa proyek lainnya.

“Paul adalah mitra sejati dan teman baik. Teknologi PC tidak akan ada tanpa kehadiran dia,” katanya.

Baca Juga: Pendiri Microsoft, Paul Allen Tutup Usia Karena Kanker

Sementara itu, CEO Microsoft, Satya Nadella mengatakan bahwa Paul Allen adalah seorang yang memberikan kontribusi penting bagi Microsoft dan industri teknologi. Menurutnya, ia adalah pribadi tenang dan gigih yang telah mengubah dunia, dan selalu menjadi inspirasi bagi Microsoft sampai sekarang.

“Kontribusi Paul Allen kepada perusahaan kami, industri kami, dan komunitas kami sangat diperlukan. Sebagai salah satu pendiri Microsoft, dengan caranya sendiri yang tenang dan gigih, ia menciptakan produk, pengalaman, dan lembaga magis, dan dengan demikian, ia mengubah dunia,” jelasnya.

CEO Apple, Tim Cook melalui akun Twitter pribadinya mengungkapkan bahwa industri teknologi telah kehilangan pionir dan salah satu kekuatan utamanya untuk selamanya.

Industri kita kehilangan pionir dan dunia kita kehilangan kekuatan untuk selamanya. Kami menyampaikan belasungkawa kami yang terdalam kepada teman-teman Paul, keluarganya, dan semua orang di Microsoft,” ujar Cook.

Baca Juga: Bill Gates, Anak Mama Jadi Inspirasi Dunia

Begitu juga dengan CEO Google, Sundar Pichai melalui media sosial yang sama. Pichai menyatakan, dunia telah kehilangan pelopor teknologi yang hebat saat ini, dan Paul Allen merupakan orang yang memberikan kontribusi besar kepada dunia melalui karyanya.

Kami kehilangan pelopor teknologi hebat hari ini. Terima kasih Paul Allen atas kontribusi Anda yang sangat besar kepada dunia melalui karya Anda dan filantropi Anda,” ucap Pichai. 

Sedangkan CEO Amazon, Jeff Bezos, mengaku sangat sedih ketika mendengar Paul Allen meninggal dunia. Paul Allen selalu menginspirasi banyak orang atas semangatnya untuk menemukan sesuatu dan terus bergerak maju.

Sangat sedih mendengar kematian Paul Allen. Semangatnya untuk penemuan dan bergerak maju, menjadi inspirasi begitu banyak. Dia tanpa henti sampai akhir. Hati saya pergi ke keluarga dan teman-teman Paul,” pungkas Bezos. (FHP)

Kamera Google Pixel akan Didukung Mikrofon Eksternal

0

Telset.id, Jakarta – Aplikasi kamera di ponsel Google Pixel disebut-sebut menjadi salah satu yang terbaik. Sayang, aplikasi ini hanya bisa digunakan oleh pemilik ponsel yang bersangkutan. Aplikasi ini dikatakan memiliki rangkaian perangkat lunak canggih meski disebut tidak dibekali satu fungsi penting, yaitu kemampuan merekam suara via mikrofon eksternal.

Mikrofon tersebut menjadi perangkat yang sering digunakan pengguna yang tidak ingin mengorbankan kualitas video dan mengandalkan aplikasi kamera pihak ketiga.

Teknisi Google baru-baru ini mengonfirmasi bahwa aplikasi kamera Google Pixel akan menerima pembaruan sehingga mendukung mikrofon eksternal pada 18 Oktober 2018.

Baca juga : Google Pixel 3 Diperkenalkan, Janjikan Kamera Kualitas Terbaik

Menurut BGR, Senin (15/10), tanggal tersebut juga merupakan waktu peluncuran ponsel terbaru Google, yaitu Pixel 3 dan 3 XL.

Tim teknisi juga menyebut kehadiran fitur ini merupakan respons atas permintaan pasar, serta akan diperkenalkan di seluruh lini Pixel alias tidak hanya di Pixel 3 dan Pixel 3 XL.

Baca juga : 5 Teknologi Baru Google Pixel 3 dan Pixel 3 XL

Sebelumnya via Twitter, Google mengonfirmasi telah menyediakan opsi untuk menyembunyikan bagian poni di Pixel 3 XL guna mengakomodasi pengguna yang lebih menyukai tampilan ponsel tradisional. [BA/IF]

Sumber : BGR

Dilengkapi Kursi Bergerak, Ini Dia Mobil Mini Besutan Honda

0

Telset.id, Jakarta – Honda Motor  meluncurkan mobil berukuran kecil, yang dikhususkan bagi keluarga muda di Jepang. Mobil ini adalah versi terbaru dari N-Box, yang dilengkapi pendeteksi kesalahan pedal, pengereman darurat secara otomatis, dan kursi bergerak.

N-Box menjadi kendaraan berpenumpang terlaris di Jepang. Sekitar 50 persen pengguna kendaraan model baru tersebut berusia 50 tahun ke atas. Keinginan mengincar pasar keluarga menghadapi tantangan karena demografi Jepang yang didominasi manula.

Meski demikian, menurut Business Times, Honda Motor berharap opsi fitur teknologi tinggi akan menarik pembeli yang lebih muda. Pun meski jumlah pengemudi Jepang berusia di bawah 30 tahun sudah turun hampir 40 persen sejak 2001.

Baca juga : Honda dan GM Kolaborasi Bikin Mobil Otonom

Dengan harga mulai dari 800 ribu yen dan pengenaan pajak yang rendah, roda empat berukuran mini itu telah mempunyai pelanggan setia di antara populasi lansia Jepang yang tumbuh pesat dan banyak warga berpenghasilan tetap.

Mobil Kei telah menguasai sepertiga dari seluruh penjualan mobil berpenumpang di Jepang, dan sekitar satu dari setiap 20 mobil yang terjual tahun ini telah menjadi bagian N-Box. Permintaan kendaraan murah dan aman seperti N-Box pun mengalami peningkatan tajam.

Keberhasilan mobil-mobil tersebut memberi peluang untuk memasarkannya ke pengguna yang lebih tua di luar negeri. Namun, mobil mungil berukuran mesin 660cc tersebut dinilai terlalu kecil untuk ukuran pasar luar negeri.

Baca juga : Honda Rilis Teknologi Pencegah Kecelakaan, Seperti Apa?

Honda mengatakan, N-Box dilengkapi fitur keselamatan sehingga pengemudi berusia tua tetap bisa mengoperasikannya. Mobil ini menggunakan sensor untuk melacak kondisi lingkungan di sekitar dan mendeteksi apakah sopir bisa menekan pedal secara tepat. [BA/IF]

Sumber : businesstimes

Pendiri Microsoft, Paul Allen Tutup Usia Karena Kanker

Telset.id, Jakarta – Salah satu pendiri Microsoft, Paul Allen meninggal dunia pada Senin (15/10/2018), di usia 65 tahun. Paul meninggal akibat komplikasi limfoma non-Hodgkin, penyakit semacam kanker getah bening yang telah dideritanya sejak lama.

Menurut Jody Allen, saudara perempuan Paul, sosok Paul merupakan seorang yang luar biasa dan sangat dicintai oleh saudara, dan teman-temannya. Ia menjelaskan, di sela-sela kesibukannya, ia selalu meluangkan waktu untuk keluarga dan teman-temannya.

“Paul adalah individu yang luar biasa di setiap level. Bagi kami, dia adalah seorang saudara dan paman yang sangat dicintai, dan seorang teman yang luar biasa,” katanya mengenang Paul Allen.

Baca Juga: Bill Gates, Anak Mama Jadi Inspirasi Dunia

Sebenarnya pada awal bulan ini, Paul sempat menyatakan bahwa ia telah memulai pengobatan untuk melawan penyakit yang dideritanya. Saat itu, ia mengungkapkan bahwa tim dokter merasa optimis bahwa terapi pengobatan akan berjalan dengan baik. Sayang, kenyataan berkata lain.

Penyakit yang diderita Paul sendiri merupakan alasan utama kenapa dirinya meninggalkan Microsoft yang ia dirikan bersama Bill Gates, pada tahun 1983 silam.

Bill gates, seperti dikutip Telset.id dari CNBC, Selasa (16/10/2018), menyatakan bahwa sahabatnya tersebut merupakan sosok penting dari berkembangnya teknologi komputer saat ini.

Baca juga: Hebat! 15 Ramalan Bill Gates yang Jadi Kenyataan

“Saya sedih dengan meninggalnya salah satu teman tertua dan tersayang saya, Paul Allen,” katanya.

“Dari hari-hari awal kami bersama di Lakeside School, melalui kemitraan kami dalam penciptaan Microsoft, hingga beberapa proyek filantropi bersama kami selama bertahun-tahun, Paul adalah mitra sejati dan teman baik. PC tidak akan ada tanpa dia,” jelasnya.

CEO Microsoft, Satya Nadella juga mengungkapkan rasa belasungkawanya melalui akun Twitter pribadinya. Ia menyatakan, Allen memberikan kontribusi sangat penting kepada Microsoft dan industri teknologi.

“Sebagai salah satu pendiri Microsoft, dengan caranya sendiri yang tenang dan gigih, dia menciptakan produk, pengalaman, dan institusi ajaib, dan dengan melakukan itu, dia mengubah dunia,” pungkasnya. (FHP)