Beranda blog

Cara Pakai ChatGPT di WhatsApp: Panduan Lengkap untuk Ngobrol dengan AI

0

Telset.id – Ingin ngobrol dengan ChatGPT langsung dari WhatsApp? Kini, chatbot cerdas buatan OpenAI ini bisa diakses dengan mudah melalui aplikasi pesan instan favorit Anda. Simak panduan lengkapnya di sini!

WhatsApp terus berinovasi dengan menghadirkan fitur-fitur terbaru, salah satunya adalah integrasi dengan chatbot berbasis Artificial Intelligence (AI). Setelah sebelumnya memperkenalkan Meta AI, kini WhatsApp juga memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan ChatGPT tanpa perlu meninggalkan aplikasi. Fitur ini sangat berguna bagi Anda yang ingin mendapatkan informasi cepat, menerjemahkan teks, atau sekadar mengobrol dengan AI.

Cara Menambahkan ChatGPT di WhatsApp

Berbeda dengan Meta AI yang sudah terintegrasi langsung di WhatsApp, ChatGPT memerlukan langkah tambahan sebelum bisa digunakan. Berikut cara mudahnya:

  • Simpan kontak ChatGPT: Tambahkan nomor telepon 18002428478 ke daftar kontak Anda.
  • Gunakan link alternatif: Klik link ChatGPT WhatsApp untuk langsung membuka obrolan.
  • Mulai mengobrol: Setelah kontak tersimpan, ruang obrolan akan terbuka otomatis, dan Anda bisa langsung berinteraksi dengan ChatGPT.

Fitur yang Bisa Dinikmati

Setelah berhasil terhubung, Anda bisa memanfaatkan ChatGPT untuk berbagai keperluan, seperti:

  • Menerjemahkan teks: Cukup kirim pesan dalam bahasa asing, dan ChatGPT akan menerjemahkannya ke bahasa yang Anda inginkan.
  • Mencari informasi: Tanyakan apa saja, dari resep masakan hingga tips teknologi.
  • Membuat konten: ChatGPT bisa membantu menulis draf pesan, ide kreatif, atau bahkan puisi.

Meskipun ChatGPT sangat membantu, perlu diingat bahwa AI ini memiliki batasan. Seperti yang diungkapkan oleh Sam Altman, ChatGPT bukanlah terapis. Jadi, gunakanlah dengan bijak dan jangan mengandalkannya untuk masalah serius.

Dengan hadirnya ChatGPT di WhatsApp, pengalaman berkomunikasi Anda akan semakin canggih. Tertarik mencoba? Segera tambahkan kontaknya dan rasakan kemudahannya!

Wajib Tahu! Ini 11 Pertanyaan yang Tidak Boleh Ditanyakan ke ChatGPT

0

Telset.id – ChatGPT telah menjadi alat populer untuk mencari informasi, namun tahukah Anda bahwa ada pertanyaan-pertanyaan tertentu yang sebaiknya tidak Anda ajukan ke chatbot AI ini? Meskipun canggih, ChatGPT memiliki keterbatasan yang bisa berisiko jika diabaikan.

Sebagai sistem berbasis kecerdasan buatan, ChatGPT bekerja dengan memprediksi kata-kata berdasarkan data yang pernah dipelajarinya. Ia tidak memiliki pemahaman konteks atau kemampuan verifikasi fakta layaknya manusia. Oleh karena itu, jawabannya bisa saja meleset dari kebenaran.

Berikut adalah 11 pertanyaan yang sebaiknya dihindari saat menggunakan ChatGPT, demi keamanan dan akurasi informasi yang Anda dapatkan.

1. Diagnosa Kesehatan

Jangan pernah menggunakan ChatGPT untuk mendiagnosis penyakit atau keluhan kesehatan. AI ini tidak memiliki kemampuan memeriksa kondisi fisik Anda secara langsung. Semua jawabannya hanya berdasarkan data teks dari internet, yang bisa saja salah atau menyesatkan. Selalu konsultasikan dengan dokter untuk diagnosis medis yang akurat.

2. Curhat Masalah Mental

Meskipun ChatGPT bisa merespons dengan empati semu, ia bukanlah terapis profesional. Seperti diungkapkan dalam artikel Sam Altman: ChatGPT Bukan Terapis!, chatbot ini tidak memiliki pemahaman emosional yang mendalam. Jika Anda membutuhkan dukungan mental, lebih baik mencari bantuan dari ahli yang kompeten.

3. Pertanyaan Hukum yang Spesifik

ChatGPT tidak bisa memberikan nasihat hukum yang akurat. Hukum bersifat dinamis dan berbeda di setiap yurisdiksi. Jika Anda membutuhkan bantuan hukum, konsultasikan dengan pengacara yang berpengalaman.

4. Informasi Keuangan Pribadi

Jangan pernah membagikan detail keuangan pribadi atau meminta saran investasi dari ChatGPT. AI ini tidak memiliki akses ke data pasar terkini atau pemahaman mendalam tentang risiko keuangan.

5. Pertanyaan yang Melanggar Privasi Orang Lain

ChatGPT tidak dirancang untuk mencari informasi pribadi tentang orang lain. Menggunakannya untuk tujuan ini tidak hanya tidak etis, tetapi juga berpotensi melanggar privasi.

6. Instruksi untuk Aktivitas Berbahaya

Jangan meminta ChatGPT memberikan panduan tentang aktivitas berisiko tinggi seperti pembuatan bahan berbahaya atau tindakan kriminal. OpenAI telah memprogram pembatasan untuk mencegah hal ini.

7. Prediksi Masa Depan

ChatGPT tidak memiliki kemampuan meramal. Jawabannya tentang peristiwa masa depan hanyalah spekulasi berdasarkan data historis, bukan fakta yang bisa diandalkan.

8. Pertanyaan yang Memicu Bias atau Diskriminasi

AI bisa mencerminkan bias yang ada dalam data pelatihannya. Hindari pertanyaan yang berpotensi memunculkan stereotip atau diskriminasi terhadap kelompok tertentu.

9. Tugas Akademis yang Harus Dikerjakan Sendiri

Meskipun ChatGPT bisa membantu memahami konsep, menggunakannya untuk mengerjakan tugas akademis sepenuhnya adalah bentuk plagiarisme. Lebih baik gunakan sebagai alat bantu belajar, bukan pengganti pemikiran Anda sendiri.

10. Keputusan Hidup Penting

Jangan menjadikan ChatGPT sebagai satu-satunya sumber untuk keputusan besar dalam hidup Anda, seperti perubahan karir atau hubungan pribadi. AI tidak memahami kompleksitas situasi manusia sepenuhnya.

11. Pertanyaan Tentang ChatGPT Itu Sendiri

Menariknya, ChatGPT tidak selalu bisa menjelaskan cara kerjanya sendiri dengan akurat. Untuk memahami teknologi di baliknya, lebih baik merujuk ke sumber resmi seperti artikel tentang perkembangan AI dari situs teknologi terpercaya.

Dengan memahami batasan ini, Anda bisa memanfaatkan ChatGPT secara lebih bijak dan efektif. Ingatlah bahwa AI adalah alat bantu, bukan pengganti keahlian manusia di bidang-bidang khusus.

Cara Mengaktifkan Instagram Shopping untuk UMKM: Panduan Lengkap

0

Telset.id – Di era digital seperti sekarang, memiliki toko fisik bukan lagi syarat mutlak untuk memulai bisnis. Media sosial, terutama Instagram, telah menjadi ruang jual-beli yang potensial bagi pelaku UMKM. Sejak 2020, Instagram menghadirkan fitur Instagram Shopping di Indonesia untuk memudahkan transaksi online. Namun, masih banyak yang belum tahu cara mengaktifkannya. Simak panduan lengkapnya di sini.

Syarat Wajib Sebelum Mengaktifkan Instagram Shopping

Sebelum memulai, pastikan akun Instagram Anda memenuhi beberapa persyaratan berikut:

  • Akun Instagram harus diubah menjadi akun bisnis.
  • Produk yang ditawarkan harus berupa barang fisik (belum mendukung jasa).
  • Harus terhubung dengan Facebook Pages bisnis Anda.
  • Memenuhi kebijakan perdagangan Facebook dan Instagram.
  • Memiliki katalog produk di Facebook (bisa baru atau yang sudah ada).
  • Bisnis harus memiliki website untuk transaksi jual-beli.

Jika semua syarat sudah terpenuhi, Anda bisa melanjutkan ke langkah aktivasi. Proses verifikasi biasanya memakan waktu beberapa hari.

Langkah-Langkah Mengaktifkan Instagram Shopping

Berikut cara mengaktifkan fitur Instagram Shopping:

  1. Buka profil akun Instagram bisnis Anda.
  2. Pilih Setting atau Pengaturan.
  3. Klik Business, lalu pilih Sign Up for Shopping.
  4. Setujui syarat dan ketentuan dengan mengklik Accept Term.

Setelah itu, akun Anda akan direview oleh Instagram dan Facebook. Jika disetujui, Anda akan menerima notifikasi verifikasi.

Cara Menandai Produk di Instagram Shopping

Setelah fitur aktif, ikuti langkah berikut untuk menandai produk:

  1. Masuk ke akun Instagram bisnis.
  2. Pilih menu Setting, lalu klik Shopping.
  3. Pilih Catalog dan unggah foto produk.
  4. Klik Tag Product untuk menandai produk.

Anda bisa menandai hingga lima produk dalam satu konten. Jika ingin menambahkan tag pada postingan lama, cukup edit konten tersebut dan pilih Tag Product.

Dengan Instagram Shopping, transaksi jual-beli menjadi lebih praktis dan efisien. Selain itu, Anda juga bisa memanfaatkan platform lain seperti TikTok Shop atau SIMPATI TikTok untuk memperluas pasar.

Apple Bentuk Tim AKI untuk Bangun AI Pencarian Canggih Saingi ChatGPT

0

Telset.id – Jika Anda berpikir Apple akan diam saja di tengah persaingan ketat industri AI, pikirkan lagi. Bocoran terbaru mengungkap raksasa teknologi asal Cupertino itu telah membentuk tim khusus bernama AKI untuk mengembangkan alat pencarian berbasis AI yang bisa menyaingi ChatGPT. Langkah ini menjadi sinyal kuat bahwa Apple tak mau terus tertinggal dalam perlombaan kecerdasan buatan.

Apple Intelligence, platform AI besutan Apple yang diluncurkan lebih dari setahun lalu, ternyata belum mampu membuat gebrakan berarti. Bahkan, fitur unggulannya seperti Siri yang dipersonalisasi harus tertunda hingga tahun depan. Keterlambatan ini berdampak pada pengalaman pengguna iPhone yang mulai terasa ketinggalan zaman. Tak heran jika pendapatan perusahaan di kuartal ketiga juga terdampak.

Menurut analis ternama Mark Gurman dalam newsletter Power On-nya, Apple kini berusaha mengubah pendekatannya. Perusahaan yang sempat ogah mengembangkan chatbot ala ChatGPT itu akhirnya membentuk tim “Answers, Knowledge, and Information” (AKI) awal tahun ini. Tim ini dipimpin oleh Robby Walker, mantan pengembang Siri yang kehilangan kendali akibat keterlambatan fitur AI.

Perubahan Arah Strategi Apple di Dunia AI

Meski beberapa petinggi Apple memiliki reservasi filosofis, perusahaan jelas sedang bergerak ke arah pengembangan alat pencarian berbasis AI. Tim AKI dikabarkan sedang mengerjakan berbagai layanan AI internal, termasuk pengalaman pencarian mirip ChatGPT. Apple bahkan dikabarkan telah menjajaki kerja sama dengan startup AI seperti Perplexity yang khusus menangani mesin pencari berbasis AI.

Langkah ini menunjukkan Apple serius ingin menghidupkan kembali Apple Intelligence dan mengejar ketertinggalan dari pesaing. Seperti dilaporkan sebelumnya, karyawan Apple sempat membocorkan masalah internal dalam pengembangan platform AI mereka. Kini, dengan pembentukan tim AKI, Apple berusaha memperbaiki kesalahan tersebut.

Tantangan dan Harapan untuk Masa Depan Apple Intelligence

Kehadiran alat pencarian AI baru ini bisa menjadi titik balik bagi Apple. Selama ini, Apple Intelligence dianggap hanya mampu menangani tugas-tugas dasar dan tertinggal dari kompetitor. Padahal, seperti ditunjukkan dalam fitur “Clean Up”, sebenarnya Apple memiliki potensi besar dalam pengembangan AI.

Namun, jalan Apple tidak akan mudah. Selain masalah internal, ada juga kendala eksternal seperti ketidakcocokan dengan platform Meta yang mengurangi daya guna Apple Intelligence. Dengan segala tantangan ini, pertanyaan besarnya adalah: akankah tim AKI berhasil membawa Apple keluar dari keterpurukan di dunia AI?

Mengingat pengembangan ini masih dalam tahap awal, mungkin kita harus bersabar sebelum melihat produk akhirnya. Tapi satu hal yang pasti: langkah Apple ini akan memicu gelombang baru inovasi di industri AI. Bagaimana pendapat Anda tentang langkah Apple ini? Apakah mereka akhirnya bisa mengejar ketertinggalan? Bagikan pemikiran Anda di kolom komentar.

Zuckerberg Klaim AI Meta Mulai Meningkatkan Diri Sendiri, Benarkah?

0

Telset.id – Dalam upayanya memimpin persaingan kecerdasan buatan (AI), CEO Meta Mark Zuckerberg membuat klaim mengejutkan. Ia menyatakan bahwa AI milik perusahaannya mulai menunjukkan kemampuan untuk meningkatkan diri sendiri—sebuah langkah yang disebutnya sebagai awal menuju “superintelligence”. Namun, benarkah klaim ini sehebat yang digembar-gemborkan?

Dalam surat terbuka terbarunya tentang “Superintelligence Lab”, Zuckerberg menulis bahwa Meta telah “mulai melihat sekilas sistem AI kami meningkatkan diri mereka sendiri”. Pernyataan ini langsung memicu perdebatan di kalangan ahli teknologi. Sebab, jika benar, ini bisa menjadi titik balik penting dalam pengembangan AI.

Namun, Zuckerberg tidak memberikan detail spesifik tentang klaim tersebut. Ia hanya menyebutnya sebagai “glimpses” atau sekilas pandang, tanpa penjelasan teknis yang memadai. Ketidakjelasan ini membuat banyak pihak meragukan kebenaran pernyataannya.

Mengenal Konsep AI yang Meningkatkan Diri Sendiri

Konsep AI yang mampu meningkatkan diri sendiri sebenarnya bukan hal baru dalam dunia teknologi. Dikenal sebagai recursive self-improvement, proses ini memungkinkan sistem AI memodifikasi dan meningkatkan kemampuannya sendiri tanpa campur tangan manusia.

Pada 2023, peneliti dari Nvidia dan beberapa universitas Amerika telah menciptakan Voyager, bot Minecraft yang bisa menulis ulang kodenya sendiri menggunakan model bahasa besar GPT-4 dari OpenAI. Belum lama ini, Google DeepMind juga meluncurkan AlphaEvolve, sistem AI lain yang diklaim mampu meningkatkan diri sendiri.

Namun, kemampuan ini masih sangat terbatas pada domain tertentu. Belum ada bukti bahwa AI bisa melakukan peningkatan menyeluruh terhadap seluruh sistemnya secara mandiri. Seperti dijelaskan dalam artikel Agentic AI: Revolusi Baru dalam Dunia Kecerdasan Buatan, perkembangan AI masih membutuhkan pengawasan manusia.

Antara Klaim dan Realita

Yang menarik, dalam konferensi investor di hari yang sama dengan rilis suratnya, Zuckerberg sama sekali tidak menyebut klaim tentang AI yang bisa meningkatkan diri sendiri. Ia justru mengatakan bahwa Meta masih dalam proses mengembangkan model semacam itu.

Ketidakkonsistenan ini memunculkan pertanyaan: apakah klaim Zuckerberg hanya strategi pemasaran untuk menarik perhatian? Atau memang Meta telah mencapai terobosan yang belum ingin diungkap secara detail?

Seperti yang terjadi pada Claude AI vs Pokémon Red, kemampuan AI seringkali dibesar-besarkan untuk menciptakan sensasi. Padahal, implementasi nyatanya masih jauh dari klaim yang dibuat.

Implikasi Jika Klaim Ini Benar

Jika Meta benar-benar telah menciptakan AI yang bisa meningkatkan diri sendiri secara signifikan, ini akan menjadi pencapaian besar. Beberapa ahli bahkan menyebutnya sebagai awal dari “singularitas teknologi”—momen ketika teknologi berkembang lebih cepat dari kemampuan manusia untuk memahaminya.

Namun, tanpa bukti konkret, klaim Zuckerberg sulit diverifikasi. Seperti perkembangan chip ISP V2 dari Vivo yang memang menunjukkan peningkatan nyata dalam kemampuan AI, sebuah klaim besar perlu didukung oleh demonstrasi yang jelas.

Meta sendiri belum memberikan tanggapan lebih lanjut ketika dimintai klarifikasi. Jika memang ada perkembangan penting, apakah perusahaan akan membagikan detailnya kepada publik? Atau ini hanya strategi untuk mempertahankan posisi Meta dalam persaingan sengit di dunia AI?

Satu hal yang pasti: klaim Zuckerberg ini telah berhasil mencuri perhatian dunia. Namun, tanpa bukti nyata, sulit untuk mengatakan apakah ini benar-benar terobosan atau hanya permainan kata-kata belaka.

Google Akui Gagal Deteksi Gempa Turki, Sistem Peringatan Android Kurang Akurat

0

Telset.id – Bayangkan jika ponsel di samping Anda bisa menyelamatkan nyawa saat gempa terjadi. Itulah yang dijanjikan Google melalui sistem Android Earthquake Alerts (AEA). Namun, kenyataannya tidak selalu sempurna.

Dalam makalah terbaru yang diterbitkan di jurnal Science, Google mengungkapkan bagaimana mereka menggunakan sensor gerak dari dua miliar ponsel Android untuk mendeteksi gempa antara 2021-2024. Sistem ini telah mengirim peringatan ke hampir 100 negara.

AEA bekerja dengan memanfaatkan akselerometer di ponsel Android untuk mendeteksi getaran seismik. Sistem ini memiliki dua tingkat peringatan: “be aware alert” untuk gempa ringan yang muncul sebagai notifikasi biasa, dan “take action alert” untuk gempa sedang hingga besar yang mengeluarkan alarm keras bahkan saat mode “Jangan Ganggu” aktif.

Kegagalan Mematikan di Turki

Google mengakui bahwa sistem mereka gagal bekerja optimal saat gempa dahsyat melanda Turki dan Suriah pada Februari 2023. Bencana yang menewaskan lebih dari 55.000 orang dan melukai 100.000 lainnya ini hanya memicu 469 peringatan “Take Action”.

Yang lebih memprihatinkan, setengah juta orang justru menerima peringatan “Be Aware” yang lebih lemah. Karena gempa pertama terjadi pukul 4:15 pagi, banyak orang yang tidur dan tidak menyadari peringatan tersebut.

Kesalahan ini terjadi karena algoritma Google salah membaca data sensor. Sistem memperkirakan gempa pertama berkekuatan 4.5-4.9 MMS, padahal sebenarnya mencapai 7.8 MMS. Pada gempa kedua, AEA juga meremehkan kekuatannya, hanya mengirim 8.158 peringatan “Take Action” dibandingkan hampir empat juta peringatan “Be Aware”.

Pembaruan Algoritma Setelah Tragedi

Google mengklaim telah memperbarui algoritma mereka setelah insiden Turki. Namun, pengakuan ini datang terlambat – lebih dari dua tahun setelah bencana. Padahal, BBC sudah menyoroti kelemahan sistem ini segera setelah gempa terjadi.

Sebagai negara yang juga rawan gempa, Indonesia perlu belajar dari kasus ini. Seperti dilaporkan dalam artikel sebelumnya, kita berada di Cincin Api Pasifik yang aktif.

Meski memiliki kelemahan, sistem AEA Google telah berhasil mendeteksi lebih dari 11.000 gempa. Teknologi ini menjadi bukti bagaimana perangkat sehari-hari bisa dimanfaatkan untuk keselamatan publik.

Masa Depan Deteksi Gempa Berbasis Ponsel

Pengalaman Turki menunjukkan bahwa teknologi deteksi gempa berbasis ponsel masih perlu penyempurnaan. Beberapa produsen seperti Xiaomi juga mulai mengembangkan sistem serupa.

Di tengah meningkatnya aktivitas seismik global – termasuk 30.000 gempa di Antartika – sistem peringatan dini yang akurat menjadi semakin vital.

Google kini menghadapi tantangan besar: bagaimana memperbaiki sistem mereka sambil mempertahankan kepercayaan publik. Untuk teknologi yang bisa berarti hidup atau mati, akurasi bukanlah pilihan – itu adalah keharusan.

WhoFi: Teknologi Baru yang Bisa Lacak Manusia Lewat Sinyal WiFi

0

Telset.id – Bayangkan jika router WiFi di rumah Anda bisa melacak pergerakan Anda, bahkan menembus dinding. Teknologi baru bernama WhoFi mengubah fiksi ilmiah menjadi kenyataan dengan kemampuan mendeteksi “sidik biometrik” manusia melalui gangguan sinyal WiFi. Akurasi sistem ini mencapai 95,5%, dan yang lebih mengkhawatirkan—ia bekerja dalam kondisi gelap total serta mampu “melihat” struktur internal tubuh seperti tulang dan organ.

Konsep pengawasan massal bukanlah hal baru. Pada 2003, laporan ACLU berjudul “Bigger Monsters, Weaker Chains” sudah memperingatkan tentang masyarakat yang terjebak dalam jerat teknologi mata-mata. Dua dekade kemudian, prediksi itu semakin nyata dengan hadirnya algoritma targetik, drone pengintai, dan sekarang: WhoFi. Peneliti dari Sapienza University of Rome mengklaim sistem ini “ramah privasi” karena tidak menggunakan kamera, tetapi bagaimana jika ia disandingkan dengan 85 juta kamera pengawas dan 80 pusat data intelijen di AS?

Dalam makalahnya, tim peneliti menjelaskan bahwa WhoFi memanfaatkan distorsi unik yang dihasilkan tubuh manusia saat berinteraksi dengan gelombang WiFi. “Ini seperti memiliki kemampuan melihat tembus dinding, tetapi tanpa kamera,” tulis mereka. Teknologi serupa sebenarnya sudah digunakan di sektor militer, seperti sistem Xaver 1000 buatan Israel yang bisa mendeteksi gerakan manusia di balik penghalang.

Dilema Privasi di Era Pengawasan Total

WhoFi bukan satu-satunya ancaman. Pada 2022, setidaknya 264,9 juta ponsel di AS—masing-masing dengan mikrofon dan kamera—siap merekam setiap aktivitas pengguna. Belum lagi teknologi pelacakan pemain sepak bola yang awalnya dikembangkan untuk olahraga, kini berpotensi disalahgunakan untuk memantau warga sipil.

Masa Depan yang Dipenuhi Mata-Mata Digital

Saat ini, WhoFi masih berupa proyek penelitian. Namun, sejarah membuktikan bahwa teknologi pengawasan—seperti pemindai wajah atau pembaca plat nomor—awalnya juga dikembangkan untuk keperluan terbatas sebelum akhirnya digunakan secara massal. Dengan dukungan perusahaan teknologi raksasa dan pemerintah, bukan tidak mungkin router WiFi biasa akan berubah menjadi alat pelacak dalam beberapa tahun ke depan.

Lalu, bagaimana melindungi diri? Solusi teknis seperti mengamankan jaringan WiFi mungkin bisa membantu, tetapi regulasi yang ketat tetap menjadi kunci. Tanpa pembatasan hukum, kita hanya menunggu waktu hingga “Big Brother” tidak hanya mengawasi, tetapi benar-benar mengenali kita lebih dalam daripada diri kita sendiri.

MacBook Spinning Wheel: Penyebab dan Solusi Mengatasinya

0

Telset.id – Anda sedang asyik bekerja atau menyelesaikan tugas penting di MacBook, tiba-tiba muncul roda berwarna pelangi yang berputar tanpa henti. Fenomena ini dikenal sebagai Spinning Wheel of Death (SPOD), dan jika dibiarkan, bisa mengganggu produktivitas Anda. Apa sebenarnya penyebabnya, dan bagaimana cara mengatasinya?

SPOD bukanlah hal baru bagi pengguna Mac. Ini adalah indikator bahwa sistem sedang mencoba memproses sesuatu, tetapi mengalami hambatan. Bisa karena aplikasi yang bermasalah, kapasitas RAM yang kurang, atau bahkan konflik hardware. Namun, jangan khawatir—masalah ini bisa diatasi dengan beberapa langkah sederhana.

Berikut adalah solusi komprehensif untuk mengatasi SPOD pada MacBook Anda, berdasarkan analisis mendalam dari para ahli.

1. Force Quit Aplikasi yang Bermasalah

Langkah pertama adalah memeriksa apakah SPOD disebabkan oleh satu aplikasi tertentu. Tekan Command + Option + Esc untuk membuka Force Quit Applications, lalu pilih aplikasi yang tidak merespons dan klik Force Quit. Setelah itu, coba buka kembali aplikasi tersebut. Jika masalah berlanjut, pertimbangkan untuk memperbarui atau menginstal ulang aplikasi.

2. Restart MacBook Anda

Jika force quit tidak berhasil, coba restart MacBook dengan menekan tombol power selama beberapa detik hingga mati. Setelah itu, nyalakan kembali. Namun, ingat—langkah ini bisa menyebabkan kehilangan data yang belum disimpan, jadi pastikan Anda telah melakukan backup sebelumnya.

3. Perbaiki Disk Permissions (Untuk OS X Yosemite atau Lebih Lama)

Bagi pengguna Mac dengan OS X Yosemite atau versi sebelumnya, masalah SPOD bisa disebabkan oleh permission file yang rusak. Buka Applications > Utilities > Disk Utility, pilih hard drive Anda, lalu klik Repair Disk Permissions. Mulai OS X El Capitan, Apple sudah memperbaiki masalah ini secara otomatis saat pembaruan sistem.

4. Tunggu Proses Spotlight Indexing Selesai

Spotlight, fitur pencarian bawaan macOS, terkadang memakan banyak sumber daya saat mengindeks file baru. Jika MacBook Anda tiba-tiba lambat dan SPOD muncul, cek Activity Monitor di tab CPU. Jika proses mds, mdworker, atau mdimport memakan lebih dari 20% CPU, berarti Spotlight sedang bekerja. Tunggu hingga proses selesai.

5. Bersihkan Dynamic Link Editor Cache

Cache yang korup di Dynamic Link Editor bisa memicu SPOD. Untuk membersihkannya, buka Terminal dan ketik:

sudo update_dyld_shared_cache -force

Tekan Enter dan masukkan password administrator jika diminta.

6. Upgrade RAM atau Storage

Jika SPOD sering muncul saat menjalankan aplikasi berat, mungkin MacBook Anda kekurangan RAM atau ruang penyimpanan. Pertimbangkan untuk menambah RAM atau mengganti SSD dengan kapasitas lebih besar. Seperti yang pernah dibahas di MacBook Pro Touch Bar Segera Masuk Daftar “Barang Antik”, perangkat lama memang memerlukan upgrade untuk tetap optimal.

Penyebab Utama SPOD pada MacBook

Selain solusi di atas, penting untuk memahami akar masalahnya. SPOD biasanya muncul karena:

  • Aplikasi yang crash – Terjadi ketika sebuah program tidak merespons atau memakan terlalu banyak sumber daya.
  • Kapasitas RAM tidak mencukupi – Terutama jika Anda menjalankan banyak aplikasi sekaligus.
  • Hard drive penuh – Ruang penyimpanan yang hampir habis bisa memperlambat sistem.
  • Konflik hardware/software – Misalnya, driver yang tidak kompatibel atau pembaruan sistem yang belum diinstal.

Jika masalah terus berlanjut setelah mencoba semua solusi di atas, mungkin saatnya membawa MacBook Anda ke program perbaikan resmi Apple atau memeriksa apakah ada pembaruan sistem yang tersedia, seperti yang dibahas dalam iOS 17 Fokus ke Perbaikan Stabilitas.

Dengan memahami penyebab dan solusinya, Anda bisa mengatasi SPOD dengan lebih percaya diri. Jangan biarkan roda berputar itu mengganggu produktivitas Anda!

Cara Legal Download Video YouTube di Mac Tanpa Ribet

0

Telset.id – Ingin menonton video YouTube tanpa gangguan sinyal atau kuota? Fitur download video YouTube di Mac bisa jadi solusi. Namun, tahukah Anda bahwa hanya ada satu cara legal untuk melakukannya?

YouTube Premium menawarkan kemudahan menyimpan konten favorit secara offline. Layanan berbayar ini tidak hanya menghilangkan iklan, tetapi juga memungkinkan pengunduhan video dengan kualitas terjaga. Berbeda dengan metode ilegal yang berisiko melanggar hak cipta, cara ini 100% aman dan didukung penuh oleh platform.

Berikut panduan lengkap memanfaatkan YouTube Premium untuk mengunduh video di perangkat Mac, plus tips mengelola konten offline Anda.

Langkah Mudah Download Video YouTube di Mac

A YouTube video with the Download button visible

Dengan langganan aktif YouTube Premium, ikuti prosedur berikut:

  1. Buka YouTube melalui browser favorit Anda
  2. Temukan video yang ingin diunduh
  3. Klik tombol Download di bawah pemutar video
  4. Tunggu proses unduhan selesai
  5. Akses melalui menu Downloads di sisi kiri layar

Catatan penting: Tombol download mungkin tersembunyi di balik menu tiga titik jika jendela browser Anda terlalu kecil. Setelah berhasil diunduh, tombol akan berubah menjadi Downloaded sebagai konfirmasi.

Mengelola Video Offline

A downloaded YouTube video displayed in the Downloads section of the YouTube website

YouTube memberikan fleksibilitas dalam mengatur konten offline:

  • Masa aktif: Video tetap bisa diputar offline selama 2-29 hari tergantung wilayah
  • Pengaturan kualitas: Pilih resolusi sesuai kebutuhan penyimpanan
  • Smart Downloads: Fitur otomatis mengunduh rekomendasi konten
  • Manajemen penyimpanan: Hapus semua download sekaligus jika diperlukan

FAQ Seputar Download YouTube

Bisakah mengunduh musik dari YouTube?

Ya! YouTube Premium mencakup akses ke YouTube Music. Lagu yang diunduh melalui aplikasi tersebut memiliki ketentuan serupa – tetap bisa diakses offline selama akun Anda aktif dalam 30 hari terakhir.

Bagaimana cara download di iPhone?

Prosesnya mirip dengan versi desktop. Setelah login di aplikasi YouTube, cukup ketuk tombol Download di bawah video. Konten offline bisa diakses lintas perangkat selama menggunakan akun yang sama.

Ingin tips kreatif memanfaatkan video YouTube? Simak panduan kami tentang aplikasi edit video bokeh untuk hasil yang lebih profesional.

Redmi Bakal Hadirkan Smartphone dengan Layar 165Hz, Tiru Langkah OnePlus?

0

Telset.id – Jika Anda mengira “perang refresh rate” di dunia smartphone sudah mencapai puncaknya dengan layar 144Hz, bersiaplah untuk terkejut. Bocoran terbaru dari Digital Chat Station, tipster ternama asal China, mengungkapkan bahwa Redmi—sub-brand Xiaomi—sedang mempertimbangkan untuk meluncurkan ponsel dengan layar 165Hz. Yang menarik, langkah ini disebut-sebut terinspirasi dari rivalnya, OnePlus.

Menurut unggahan di platform Weibo, Redmi secara resmi telah memulai penelitian tentang penggunaan panel 165Hz di perangkat masa depannya. Sumber tersebut mengklaim bahwa minat Redmi muncul setelah OnePlus mulai mengevaluasi layar datar 165Hz “dalam jumlah besar”. Ini bisa menjadi pertanda dimulainya tren baru di kalangan produsen smartphone China.

OnePlus Jadi Pionir?

OnePlus dikabarkan sedang menguji dua perangkat sekaligus dengan refresh rate 165Hz: sebuah smartphone dan tablet gaming. Padahal, baru-baru ini mereka meluncurkan OnePlus Pad 2 Pro dengan layar 13,2 inci beresolusi 3,4K dan refresh rate 144Hz. Tablet ini didukung chipset Snapdragon 8 Elite, baterai raksasa 12.140mAh, dukungan fast charging 67W, dan bodi super tipis 5,97mm.

Lantas, apakah peningkatan dari 144Hz ke 165Hz akan memberikan manfaat nyata bagi pengguna? Banyak ahli meragukannya. Lonjakan ini lebih terasa seperti bagian dari “perang spesifikasi” di dunia Android, di mana angka-angka tinggi—meski tidak terlalu berdampak pada pengalaman pengguna biasa—tetap menjadi daya tarik pemasaran.

Target Pasar yang Jelas

Jika Redmi benar-benar meluncurkan smartphone dengan layar 165Hz, ini akan menjadi yang pertama dalam jajarannya. Perangkat tersebut kemungkinan besar akan menyasar segmen gamer, sama seperti target pasar OnePlus. Namun, perlu diingat bahwa informasi ini masih dalam tahap uji internal. Belum ada kepastian apakah Redmi akan benar-benar mewujudkannya.

Bagi kebanyakan orang, refresh rate 165Hz mungkin terasa berlebihan. Seperti yang pernah kami bahas dalam artikel tentang ViewSonic XG270Q, monitor gaming dengan refresh rate tinggi memang memberikan keuntungan bagi gamer kompetitif, tetapi manfaatnya kurang terasa untuk penggunaan sehari-hari.

Apakah ini menjadi awal dari era baru smartphone dengan refresh rate ultra-tinggi? Atau hanya sekadar gimmick pemasaran? Kita tunggu saja perkembangan selanjutnya. Sementara itu, jangan lupa untuk mengunjungi News Section kami untuk update harian seputar teknologi terkini!

Samsung Galaxy Z Fold 7: Benchmark Unggul, Performa Tak Tertandingi

0

Telset.id – Jika Anda mengira Samsung Galaxy Z Fold 7 hanya soal desain lipat yang elegan, bersiaplah terkejut. Di balik bodinya yang ramping, tersembunyi kekuatan prosesor yang siap menantang smartphone flagship mana pun. Bagaimana performanya dalam uji benchmark? Mari kita kupas tuntas.

Galaxy Z Fold 7 hadir dengan chipset Snapdragon 8 Elite generasi terbaru, sebuah langkah besar dari pendahulunya. Tak sekadar klaim marketing, angka benchmark membuktikan keunggulan ini. Dalam tes AnTuTu, perangkat ini mencetak skor 2.025.744—menempatkannya di jajaran ponsel paling powerful tahun ini.

Galaxy Z Fold 7 AnTuTu score

AnTuTu: Raja Multitasking

Rincian skor AnTuTu mengungkap keunggulan di semua aspek: CPU (472.258), GPU (778.749), memori (438.501), dan UX (336.236). Dibandingkan rival seperti Vivo X Fold 5 (2.072.961) atau Motorola Razr 60 Ultra (1.841.572), Z Fold 7 menunjukkan konsistensi yang mengesankan.

Geekbench: Kekuatan CPU yang Mengesankan

Dalam tes Geekbench, Z Fold 7 mencetak 2.910 (single-core) dan 9.174 (multi-core)—angka yang jauh melampaui Pixel 9 Pro Fold dengan chip Tensor G4. Ini berarti kecepatan loading aplikasi, rendering video, atau gaming berat akan terasa lebih mulus.

Galaxy Z Fold 7 Geekbench score

3DMark: Tantangan untuk Gamer

Uji stres GPU dengan 3DMark Wild Life Extreme menunjukkan skor 5.952 (loop tertinggi) dan 3.302 (loop terendah). Meski terjadi throttling saat suhu meningkat, performanya masih unggul dibandingkan OnePlus Open atau Pixel 9 Pro Fold. Bagi gamer, ini berarti gameplay lebih stabil bahkan di setting grafis maksimal.

Galaxy Z Fold 7 3DMark Wild Life Extreme score

Dengan spesifikasi seperti layar 8 inci 120Hz dan kamera 200MP, Galaxy Z Fold 7 bukan sekadar inovasi bentuk—ia adalah powerhouse sejati. Jika Anda mencari foldable dengan performa terbaik saat ini, inilah jawabannya.

Exynos 2600 Resmi Diungkap: Chipset 2nm Pertama Samsung dengan Performa Gahar

0

Telset.id – Jika Anda mengira persaingan chipset mobile sudah mencapai puncaknya, bersiaplah untuk terkejut. Samsung baru saja mengungkap detail resmi Exynos 2600 selama earnings call Q2 2025, dan ini bukan sekadar generasi berikutnya—ini lompatan revolusioner.

Dalam pengumuman yang menggemparkan, Samsung mengkonfirmasi Exynos 2600 akan menjadi chipset smartphone pertama di dunia yang diproduksi menggunakan proses 2nm Gate-All-Around (GAA). Teknologi ini menempatkan Samsung selangkah lebih maju dari rival seperti Apple, MediaTek, dan Qualcomm. Tapi apa sebenarnya yang membuat chipset ini begitu istimewa?

Arsitektur 10-Core dengan Konfigurasi Cerdas

Bocoran awal dari Geekbench—seperti yang pernah kami laporkan di artikel sebelumnya—mengungkap konfigurasi CPU 10-core dengan susunan 1+3+6. Satu core utama berjalan pada kecepatan 3.55GHz, tiga core performa di 2.96GHz, dan enam core efisiensi pada 2.46GHz. Desain ini tidak hanya tentang kecepatan, tetapi juga efisiensi daya yang lebih baik.

Yang menarik, Samsung tampaknya belajar dari kesalahan masa lalu. Chipset ini akan dilengkapi teknologi Heat Path Block (HPB) terbaru—sebuah solusi pendinginan revolusioner yang menggunakan heatsink mikro berbasis tembaga yang terintegrasi langsung di atas prosesor dan memori dalam struktur package-on-package.

GPU Xclipse 960 dan AI yang Lebih Pintar

Di sisi grafis, Exynos 2600 akan membawa Xclipse 960 GPU yang diklaim 15% lebih bertenaga dibanding Adreno 830 di Snapdragon 8 Elite. Namun yang lebih mengesankan adalah peningkatan Neural Processing Unit (NPU) untuk komputasi AI on-device. Samsung menyebutkan peningkatan signifikan dalam pemrosesan perintah suara dan pengolahan gambar.

Menariknya, keunggulan proses 2nm Samsung tidak hanya untuk smartphone. Perusahaan baru saja menandatangani kontrak senilai $16.5 miliar dengan Tesla untuk memasok chip 2nm—sebuah indikasi kuat bahwa teknologi ini akan memiliki aplikasi yang lebih luas.

Seperti diungkap dalam analisis sebelumnya, Exynos 2600 kemungkinan besar akan menghidupkan Galaxy S26 Pro dan S26 Edge di awal 2026. Sementara itu, varian Ultra mungkin tetap menggunakan Snapdragon 8 Elite 2—sebuah keputusan strategis yang menunjukkan Samsung tidak ingin meletakkan semua telur dalam satu keranjang.

Dengan penjualan Galaxy Z Fold 7 yang kuat dan langkah strategis ini, masa depan Samsung di tahun 2025-2026 terlihat semakin cerah. Pertanyaannya sekarang: apakah Exynos 2600 akan menjadi comeback besar Samsung di arena chipset premium? Jawabannya mungkin akan mengubah peta persaingan mobile computing secara permanen.