Beranda blog Halaman 62

Motorola Edge 60 Fusion: Smartphone Premium dengan AI dan Desain Pantone

Telset.id – Jika Anda mencari smartphone yang menggabungkan kecanggihan AI, desain mewah, dan performa tangguh, Motorola Edge 60 Fusion layak menjadi pertimbangan serius. Diluncurkan pada 23 Mei 2025, perangkat ini menawarkan pengalaman pengguna yang tak tertandingi di segmennya dengan harga spesial Rp5.299.000.

Motorola Edge 60 Fusion bukan sekadar smartphone biasa. Dengan layar lengkung empat sisi 1,5K paling imersif di dunia dan kamera Sony-LYTIA 700C True Color pertama di segmennya, perangkat ini siap mengubah cara Anda berinteraksi dengan teknologi. Bagus Prasetyo, Country Head Motorola Indonesia, menyebutnya sebagai perwujudan semangat #gueedgy – sikap berani untuk meraih lebih banyak.

Layar Paling Imersif dengan Warna Akurat

Motorola Edge 60 Fusion menghadirkan layar pOLED Super HD 1,5K (1220p) dengan rasio layar-ke-bodi 96,3% terbaik di kelasnya. Dengan kecerahan mencapai 4500 nits (2,8x lebih terang dari generasi sebelumnya), pengalaman menonton menjadi lebih hidup. Teknologi True Color dan SkinTone™ yang tervalidasi Pantone™ memastikan reproduksi warna yang akurat, sementara kecepatan refresh 120Hz dan sentuh 300Hz menjamin kelancaran navigasi.

Sistem Kamera Profesional dengan AI

Motorola Edge 60 Fusion menampilkan sistem kamera 50MP dengan sensor Sony LYTIA™ 700C pertama di dunia. Teknologi ini menghadirkan performa luar biasa dalam kondisi cahaya rendah, didukung oleh AI Adaptive Stabilization dan Photo Enhancement. Kamera depan 32MP dengan teknologi Quad Pixel memastikan swafoto berkualitas tinggi bahkan dalam pencahayaan minim.

Fitur kamera canggih lainnya termasuk Dual Capture, Audio Zoom, dan Magic Editor dari Google. Sensor ambien 3-in-1 secara otomatis mengkalibrasi sensitivitas cahaya untuk hasil foto yang konsisten. Seperti dibahas dalam artikel sebelumnya, Motorola terus berinovasi di bidang fotografi mobile.

Pengalaman AI Terbaik di Segmennya

Motorola Edge 60 Fusion dilengkapi moto ai 1.0 yang menghadirkan berbagai fitur cerdas seperti Catch Me Up (meringkas notifikasi terlewat), Pay Attention (mengingatkan agenda penting), dan Remember This (menyimpan momen dengan konteks AI). Magic Canvas 1.0 mampu mengubah teks menjadi gambar, sementara Style Sync membuat tema personal dari pakaian pengguna.

Dengan prosesor Mediatek7400 4nm dan RAM hingga 12GB (dapat di-boost hingga 24GB), performa multitasking dan gaming menjadi lancar. Baterai 5500 mAh dengan pengisian TurboPower™ 68W memberikan daya tahan panjang – hanya butuh 9 menit untuk cadangan sehari.

Ketangguhan Kelas Militer dengan Desain Elegan

Motorola Edge 60 Fusion telah melewati 16 tahap pengujian MIL-810H Military Grade Certification dan memiliki sertifikasi IP68+IP69. Perlindungan Gorilla Glass 7i pada keempat sisi layar lengkungnya menjamin ketahanan terhadap goresan dan jatuh.

Berkolaborasi dengan Pantone Color Institute™, smartphone ini tersedia dalam tiga pilihan warna eksklusif: PANTONE Slipstream (abu-abu magnetik), PANTONE Amazonite (hijau aqua lembut), dan PANTONE Mykonos Blue. Desainnya yang tipis (hanya 7.6mm) dengan sudut lengkung 45° menciptakan kesan premium yang menyatu sempurna.

Dengan paket bundling menarik termasuk langganan VISION+ Premium Ultimate, kuota gratis 60GB dari XL, dan voucher hotel Rp500.000 dari Mister Aladin, Motorola Edge 60 Fusion menawarkan nilai tambah yang signifikan bagi pengguna di Indonesia.

Samsung Galaxy S22 Ultra Dapat One UI 8, Ini Bocoran Fitur Terbarunya

Telset.id – Samsung Galaxy S22 Ultra kembali menjadi sorotan setelah muncul di Geekbench dengan sistem operasi terbaru, One UI 8 berbasis Android 16. Bocoran ini mengindikasikan bahwa pembaruan besar terakhir untuk seri S22 akan segera tiba, meskipun dengan daftar fitur yang terbilang sederhana.

Menurut laporan dari @tarunvats33 di X, Galaxy S22 Ultra telah terlihat menjalankan firmware One UI 8 dalam pengujian performa. Ini menjadi pertanda bahwa Samsung bergerak cepat dalam pengembangan sistem operasi terbarunya, meskipun Android 16 sendiri masih dalam tahap awal.

Diluncurkan pada 2022 dengan Android 12, Galaxy S22 Ultra kini memasuki tahun keempat—masa di mana Samsung biasanya menghentikan dukungan pembaruan besar. One UI 8 akan menjadi angin segar terakhir bagi pengguna setia seri ini.

Galaxy S22 Ultra menjalankan One UI 8 di Geekbench

One UI 8: Pembaruan Ringan dengan Sentuhan AI

Berdasarkan pengujian firmware di perangkat seperti Galaxy S25 dan Z Fold 6, One UI 8 tampaknya lebih fokus pada penyempurnaan antarmuka dibanding revolusi fitur. Beberapa perubahan yang terlihat termasuk animasi yang lebih halus dan pembaruan pada fitur Quick Share.

Program beta One UI 8 rencananya akan dimulai pada Mei 2025, mencakup seri S22, S23, dan S24. Sementara itu, rilis stabil diperkirakan akan tiba antara Juni hingga September 2025, bersamaan dengan peluncuran Galaxy Z Fold 7 dan Flip 7.

Fitur Unggulan dan Tantangan untuk S22 Ultra

Meskipun daftar fitur One UI 8 masih terbatas, beberapa penyempurnaan menarik termasuk mode DeX yang lebih baik dan peningkatan pada Secure Folder—fitur yang memanfaatkan API Private Space dari Android 16.

Galaxy S22 Ultra, dengan kamera 108MP-nya yang masih tangguh, mungkin akan mengandalkan efisiensi baterai dari Android 16 untuk mengimbangi usia baterai 5.000mAh yang sudah berumur empat tahun. Namun, pertanyaan besar tetap mengemuka: Akankah Samsung menambahkan lebih banyak fitur selama fase beta, atau ini sekadar perpisahan sederhana untuk seri S22?

Untuk perangkat lain, seperti yang dibahas dalam artikel sebelumnya, beberapa varian Galaxy A juga akan menerima pembaruan ini. Namun, tidak semua perangkat Samsung beruntung—beberapa bahkan tidak akan mendapatkan One UI 8 sama sekali.

Dengan rilis beta yang semakin dekat, pengguna dapat berharap lebih banyak bocoran akan muncul. Sementara itu, apakah Anda termasuk yang menantikan One UI 8 atau justru sudah memikirkan upgrade ke perangkat yang lebih baru?

Samsung Galaxy S25 FE Bakal Upgrade Kamera Depan ke 12MP, Tapi Ada Kejutan

Telset.id – Setelah dua tahun “tertidur” dengan kamera depan 10MP, Samsung akhirnya memutuskan untuk memberikan upgrade pada Galaxy S25 FE. Bocoran terbaru mengindikasikan, ponsel yang dijadwalkan rilis September atau Oktober 2025 ini akan membawa sensor 12MP untuk selfie—setara dengan seri Galaxy S25 reguler. Tapi tunggu dulu, upgrade ini ternyata menyimpan paradoks menarik.

Menurut laporan GalaxyClub yang dikutip Telset, peningkatan resolusi kamera depan dari 10MP ke 12MP memang terdengar sebagai kemajuan. Namun, ada detail teknis yang justru membuat para pengamat bingung: meski resolusi lebih tinggi, ukuran sensor malah sedikit mengecil dari 1/3.0″ menjadi 1/3.2″. Artinya, setiap piksel individu pada sensor baru ini akan menangkap lebih sedikit cahaya.

Perbandingan kamera depan Galaxy S24 FE dan S25 FE

Upgrade atau Downgrade?

Lantas, apakah ini benar-benar sebuah peningkatan? Jawabannya tidak hitam putih. Di satu sisi, resolusi yang lebih tinggi berpotensi menghasilkan selfie lebih detail. Di sisi lain, sensor yang lebih kecil bisa mengurangi performa dalam kondisi cahaya rendah. Namun, seperti yang pernah diungkap dalam analisis sebelumnya di Telset, kualitas foto modern sangat bergantung pada pemrosesan gambar.

“Samsung kemungkinan besar akan menggunakan algoritma yang sama dengan Galaxy S25 series,” tulis salah satu sumber industri yang enggan disebutkan namanya. “Jadi meski secara hardware terlihat mundur, hasil akhirnya bisa lebih baik berkat software.”

Kamera Belakang Tak Berubah

Sementara kamera depan mendapat “upgrade kontroversial”, konfigurasi kamera belakang Galaxy S25 FE diprediksi tetap sama dengan pendahulunya: trio 50MP (utama) + 12MP (ultrawide) + 10MP (telephoto). Keputusan ini cukup masuk akal mengingat Samsung cenderung konservatif dalam hal kamera untuk lini FE.

Di sektor dapur pacu, Galaxy S25 FE kemungkinan akan mengusung Exynos 2400e atau Dimensity 9400—dua chipset yang sudah dibahas mendalam di artikel sebelumnya. Spesifikasi lain yang diisukan antara lain layar AMOLED 6.7 inci FHD+ dengan refresh rate 120Hz, baterai 4.900mAh, dan dukungan fast charging 45W.

Dengan harga awal diperkirakan sekitar $650 (setara Rp10 jutaan), Galaxy S25 FE tetap memposisikan diri sebagai alternatif lebih terjangkau dibanding flagship utama Samsung. Kabarnya, ponsel ini akan dirilis bersamaan dengan Galaxy Z Flip FE—foldable budget pertama Samsung yang sudah lama dinantikan.

Jadi, siapkah Anda menyambut Galaxy S25 FE dengan segala keunikan upgrade kameranya? Atau justru lebih tertarik menunggu inovasi lain seperti yang diusung Galaxy S25 Edge? Bagikan pendapat Anda di kolom komentar!

Penjualan PS5 Tembus 77,8 Juta Unit, Tapi Tantangan Besar Menanti Sony

Telset.id – Dalam laporan terbarunya, Sony mengumumkan bahwa PlayStation 5 (PS5) telah terjual sebanyak 77,8 juta unit sejak peluncurannya pada 2020. Angka ini hampir menyamai kesuksesan pendahulunya, PlayStation 4, yang mencapai 79,1 juta unit dalam periode yang sama. Namun, di balik pencapaian ini, ada tantangan serius yang mengintai.

Pada kuartal terakhir, Sony berhasil mengirimkan 2,8 juta unit PS5 ke pasar. Meski demikian, penjualan tahun fiskal 2024 mengalami penurunan menjadi 18,5 juta unit, turun dari 20,8 juta unit di tahun sebelumnya. Kabar baiknya, penjualan game justru meningkat sembilan persen, mendorong pendapatan operasional divisi game Sony naik 43 persen secara tahunan. Sayangnya, peningkatan ini lebih banyak didorong oleh penjualan game pihak ketiga, sementara penjualan game eksklusif Sony justru sedikit menurun.

Masa Depan PS5: Antara Optimisme dan Kekhawatiran

Sony baru merilis satu game eksklusif sepanjang tahun ini, dengan judul-judul besar seperti Death Stranding 2: On the Beach dan Ghost of Yōtei masih dalam antrean. Namun, perusahaan tidak terlalu optimis dengan pertumbuhan penjualan di masa depan. Mereka memperkirakan penurunan pendapatan sebesar ¥100 miliar (sekitar $700 juta) akibat kenaikan tarif, terutama karena mayoritas penjualan PS5 terjadi di AS.

Belum lagi, penundaan rilis Grand Theft Auto VI hingga Mei 2026 turut menjadi pukulan berat. Game ini diharapkan menjadi pendongkrak penjualan konsol, mengingat pengaruh besar seri GTA dalam industri gaming. Dalam konferensi pendapatan, Sony juga menyebutkan kemungkinan menaikkan harga PS5 untuk mengimbangi kenaikan tarif, meski belum secara spesifik menyebut pasar AS.

Strategi Sony Menghadapi Tantangan

CEO Sony, Hiroki Totoki, mengungkapkan kemungkinan memindahkan produksi PS5 ke AS untuk mengurangi dampak tarif. “Ini sesuatu yang harus dipertimbangkan ke depan,” ujarnya. Langkah ini bisa menjadi solusi jangka panjang, meski berisiko meningkatkan biaya produksi.

Sony juga telah menaikkan harga PS5 di beberapa wilayah seperti Eropa, meski kenaikan harga di AS sangat jarang terjadi. Jika tarif benar-benar berdampak signifikan, tidak menutup kemungkinan konsumen akan merasakan efeknya.

Meski penjualan konsol sedikit melambat, Sony tetap optimis dengan masa depan PS5. Dengan game eksklusif seperti Ghost of Yōtei yang akan rilis tahun depan, serta potensi peningkatan produksi di AS, perusahaan berharap bisa mempertahankan momentum positif.

Namun, pertanyaannya adalah: bisakah Sony mengatasi tantangan ini tanpa mengorbankan konsumen? Jawabannya masih harus kita tunggu.

Eight Sleep Pod 5: Sistem Tidur AI yang Bisa Atur Suhu dan Kurangi Dengkuran

0

Telset.id – Jika Anda sering terbangun karena kepanasan atau kedinginan di malam hari, atau pasangan mengeluh akibat dengkuran Anda, solusinya mungkin telah hadir. Eight Sleep, perusahaan teknologi tidur ternama, baru saja meluncurkan Pod 5—sistem tidur berbasis AI yang menjanjikan pengalaman istirahat lebih personal dan nyaman.

Pod 5 bukan sekadar kasur pintar. Sistem ini terdiri dari beberapa komponen: cover dengan sensor biometrik, selimut hidro-powered, hub cerdas, dan base yang dapat menyesuaikan posisi tidur. Yang menarik, seluruh sistem ini didukung oleh mesin AI bernama Autopilot, yang telah dilatih dengan data tidur hampir 10 juta jam.

Teknologi Canggih di Balik Pod 5

Cover dan selimut Pod 5 mampu menyesuaikan suhu dari 55°F hingga 110°F (sekitar 12°C hingga 43°C) di seluruh tubuh pengguna. Sensor biometrik yang tertanam di cover memantau kondisi tidur secara real-time, lalu AI akan mengatur suhu secara otomatis sesuai kebutuhan.

Jika sistem mendeteksi dengkuran melalui getaran, base akan secara perlahan menaikkan posisi kepala. Teknik ini telah terbukti klinis mengurangi dengkuran. Base ini bisa dipasang di antara kasur dan rangka tempat tidur atau digunakan secara mandiri dengan kit kaki opsional.

Tempat tidur dengan sistem Pod 5 dari Eight Sleep

Fitur Tambahan untuk Relaksasi

Pod 5 juga dilengkapi dengan speaker surround-sound yang memutar audio khusus untuk relaksasi dan pemulihan. Eight Sleep menambahkan opsi meditasi terpandu, white noise, serta suara alam yang menenangkan. Semua ini bisa dikontrol melalui aplikasi pendamping.

Selain itu, sistem ini memiliki fitur Health Check yang memantau detak jantung dan laju pernapasan saat tidur. Jika terdeteksi kelainan, aplikasi akan memberikan laporan notifikasi.

Ketersediaan dan Harga

Pod 5 sudah bisa dipesan di AS, UE, Inggris, Kanada, Australia, UAE, Meksiko, Arab Saudi, Monako, dan Swiss. Harga dimulai dari $2.849 (sekitar Rp45 juta), dengan garansi uji coba 30 malam dan pengembalian gratis jika tidak puas.

Dengan teknologi AI yang terus belajar dari pola tidur pengguna, Pod 5 bukan sekadar kasur pintar—melainkan solusi tidur yang semakin cerdas seiring waktu. Apakah ini akhir dari malam-malam gelisah? Jawabannya mungkin ada di tangan Anda.

Toyota C-HR Listrik Siap Guncang Pasar dengan Performa dan Jarak Tempuh Mengesankan

Telset.id – Toyota kembali membuat gebrakan di pasar kendaraan listrik dengan mengumumkan kembalinya C-HR, kali ini dalam versi sepenuhnya elektrik. Setelah sempat menghilang dari pasar Amerika Serikat, C-HR kini hadir dengan platform e-TNGA yang lebih canggih dan spesifikasi menggiurkan. Apakah crossover listrik ini mampu bersaing dengan rival-rivalnya seperti Mazda EZ-60 atau Honda S7?

Dalam pengumuman resminya, Toyota menyebut C-HR listrik sebagai kendaraan yang menggabungkan utilitas crossover dengan performa sporty. Dengan jarak tempuh hingga 290 mil (sekitar 467 km) dan tenaga 338 horsepower, C-HR jelas bukan sekadar mobil listrik biasa. Bahkan, akselerasi 0-60 mph bisa dicapai dalam waktu sekitar lima detik—angka yang cukup mengesankan untuk segmennya.

Desain dan Fitur Unggulan

C-HR listrik mempertahankan DNA desainnya yang futuristic namun kini dengan sentuhan lebih elegan. Kabinnya dilengkapi dengan layar sentuh 14 inci, cluster instrumen digital, dan sistem Toyota Safety Sense 3.0 untuk keamanan berkendara. Tidak ketinggalan, fitur-fitur modern seperti power liftgate dan wireless charger juga tersedia.

Toyota C-HR Listrik Tampak Depan dengan Desain Futuristik

Untuk kenyamanan berkendara, Toyota menyematkan paddle shifter yang berfungsi mengatur regenerative braking. Fitur ini memungkinkan pengemudi menyesuaikan tingkat pengereman regeneratif sesuai preferensi, mirip dengan yang ditemukan di beberapa mobil listrik premium.

Infrastruktur Charging dan Persaingan Pasar

Salah satu keunggulan C-HR listrik adalah dukungan terhadap standar pengisian North American Charging Standard (NACS), yang dikembangkan Tesla dan kini menjadi open source. Dengan ini, pemilik C-HR bisa mengakses ribuan stasiun pengisian cepat di seluruh AS. Namun, Toyota belum mengonfirmasi apakah mobil ini juga kompatibel dengan jaringan Supercharger Tesla.

Persaingan di segmen crossover listrik semakin ketat. Selain Mazda EZ-60 dan Honda S7, Toyota juga harus berhadapan dengan Xpeng yang semakin agresif di pasar global. Apakah C-HR listrik bisa menjadi pilihan utama konsumen? Jawabannya akan terlihat ketika mobil ini mulai dijual di AS pada 2026.

Hingga saat ini, Toyota belum merilis informasi harga untuk C-HR listrik. Namun, dengan spesifikasi dan fitur yang ditawarkan, kemungkinan besar mobil ini akan diposisikan sebagai penantang serius di segmen crossover listrik menengah atas.

Ironheart Siap Hadir di Disney+: Pertarungan Teknologi vs Sihir yang Dinanti

Telset.id – Setelah penantian panjang, serial Marvel terbaru, Ironheart, akhirnya akan tayang perdana di Disney+ pada 24 Juni mendatang. Dengan trailer resmi yang baru saja dirilis, serial ini menjanjikan aksi seru antara teknologi canggih dan kekuatan sihir yang memikat.

Serial ini mengisahkan Riri Williams, seorang jenius mekanik yang pertama kali diperkenalkan dalam Black Panther: Wakanda Forever. Seperti Tony Stark, Riri berhasil menciptakan baju besinya sendiri. Iron Man, Ironheart—lihat kemiripannya? Dalam komik, nama “Ironheart” diusulkan oleh versi AI Tony Stark, meski kecil kemungkinan Robert Downey Jr. akan kembali mengisi suara untuk proyek Disney+ ini.

Poster resmi serial Ironheart yang menampilkan Dominique Thorne sebagai Riri Williams

Dibawah arahan Ryan Coogler—sutradara Black Panther dan Sinners—sebagai produser eksekutif, Ironheart tampil dengan nuansa lebih “gritty” dan menghibur. Trailer terbaru mengisyaratkan pertarungan panjang melawan The Hood, penjahat kurang dikenal dalam komik yang memiliki kemampuan sihir dan koneksi samar dengan Dormammu, musuh Doctor Strange. Pertarungan teknologi vs sihir ini dipastikan akan menjadi daya tarik utama serial tersebut.

Dominique Thorne memerankan Riri Williams, didukung oleh Anthony Ramos, Alden Ehrenreich, Lyric Ross, dan Anji White. Chinaka Hodge, penulis skenario untuk Snowpiercer dan The Midnight Club karya Mike Flanagan, bertindak sebagai kepala penulis.

Disney+ akan merilis tiga episode pertama pada 24 Juni, diikuti episode baru setiap Selasa. Total, Ironheart akan berjalan selama enam episode. Setelahnya, penonton bisa menantikan serial animasi antologi Eyes of Wakanda yang dijadwalkan tayang perdana pada 6 Agustus.

Dengan kombinasi teknologi futuristik dan elemen mistis, Ironheart berpotensi menjadi salah satu serial Marvel paling segar tahun ini. Apakah Riri Williams bisa mengisi kekosongan pasca Tony Stark? Jawabannya akan segera terungkap.

PlayStation Plus Mei 2025: Sand Land hingga Battlefield V Siap Dimainkan

Telset.id – Para pemain PlayStation, bersiaplah! Katalog PlayStation Plus untuk Mei 2025 menghadirkan deretan game berat yang siap memanjakan para gamer. Mulai dari aksi RPG Sand Land hingga pertempuran sengit di Battlefield V, semua game ini akan tersedia mulai 20 Mei mendatang.

Pertama, ada Sand Land, adaptasi dari manga karya legenda Akira Toriyama—sosok di balik kesuksesan Dragon Ball, Chrono Trigger, dan Dragon Quest. Game ini menghadirkan petualangan aksi RPG dengan sentuhan pertarungan kendaraan yang seru. Jika Anda penggemar karya Toriyama, game ini wajib masuk daftar main!

Gambar gameplay Sand Land dengan karakter utama dan kendaraan tempur

Selanjutnya, Battlefield V kembali membawa pemain ke medan Perang Dunia II dengan mode battle royale yang mendukung hingga 64 pemain sekaligus. Jika Anda bosan dengan Call of Duty, game ini bisa jadi alternatif yang segar. Sayangnya, game ini hanya tersedia untuk PS4.

Bagi penggemar RPG bergaya turn-based, Soul Hackers 2 dari Atlus—studio di balik Metaphor: ReFantazio—menawarkan pengalaman dungeon-crawling yang memuaskan. Game ini eksklusif untuk PS5.

Tak ketinggalan, trilogi S.T.A.L.K.E.R. juga mendapatkan remaster dengan grafis yang diperbarui, dukungan keyboard-mouse, dan mode gameplay khusus untuk PS5 Pro. Game ini bisa dimainkan di PS4 dan PS5.

Selain itu, masih ada beberapa judul menarik seperti Five Nights at Freddy’s: Help Wanted, Granblue Fantasy Versus: Rising, dan Story of Seasons: A Wonderful Life. Dengan lineup sekeren ini, Mei 2025 akan jadi bulan yang sibuk bagi para gamer PlayStation.

Jika Anda penasaran dengan game-game sebelumnya yang pernah masuk PlayStation Plus, simak juga katalog PlayStation Plus April 2025 yang menampilkan Hogwarts Legacy.

OpenAI Luncurkan Safety Evaluations Hub, Transparansi atau Sekadar Pencitraan?

0

Telset.id – Di tengah gugatan hukum dan kontroversi penggunaan data pelatihan, OpenAI meluncurkan Safety Evaluations Hub—sebuah langkah yang diklaim sebagai upaya transparansi. Namun, benarkah ini solusi tuntas atau sekadar pencitraan belaka?

OpenAI resmi memperkenalkan Safety Evaluations Hub, sebuah halaman web baru yang memublikasikan informasi terkait kinerja model AI-nya. Mulai dari tingkat “halusinasi” (hallucination rates), konten berbahaya, hingga upaya jailbreak, semua akan tercantum di sini. Langkah ini disebut-sebut sebagai bentuk akuntabilitas perusahaan di tengah berbagai tuntutan hukum yang membayanginya.

Namun, ada ironi yang tak bisa diabaikan. Di satu sisi, OpenAI berkoar tentang transparansi. Di sisi lain, perusahaan ini masih bergulat dengan tuduhan penggunaan data ilegal untuk melatih model AI-nya. Bahkan, The New York Times mengklaim bukti dalam kasus plagiarisme sengaja dihapus oleh OpenAI. Lantas, seberapa kredibel inisiatif terbaru ini?

Safety Evaluations Hub: Antara Janji dan Realita

Menurut OpenAI, hub ini akan menjadi penyempurnaan dari “system cards”—dokumen yang hanya merinci langkah keamanan saat peluncuran produk. Bedanya, Safety Evaluations Hub akan memberikan pembaruan berkala. “Kami berkomitmen berbagi perkembangan evaluasi kemampuan dan keamanan model AI,” tulis OpenAI dalam pengumumannya.

Antarmuka Safety Evaluations Hub OpenAI

Di hub tersebut, publik bisa melihat data model seperti GPT-4.1 hingga 4.5. Namun, OpenAI mengingatkan bahwa informasi yang diberikan hanyalah “snapshot”. Artinya, detail lengkap tetap harus merujuk pada dokumen resmi lainnya. Pertanyaannya: jika memang ingin transparan, mengapa tidak sekalian membuka akses penuh?

Masalah Utama: OpenAI Jadi Hakim bagi Dirinya Sendiri

Inilah titik kritisnya: evaluasi keamanan ini sepenuhnya dilakukan oleh OpenAI sendiri. Tidak ada pihak independen yang memverifikasi atau memvalidasi hasilnya. Dengan kata lain, perusahaan bisa memilih mana data yang dibagikan dan mana yang disembunyikan. Seperti memberi kunci gudang pada penjaga yang pernah ketahuan mencuri.

Apalagi, kasus pencurian data yang melibatkan Microsoft dan DeepSeek menunjukkan betapa rapuhnya ekosistem AI saat ini. Jika OpenAI serius dengan transparansi, mengapa tidak mengundang auditor eksternal?

Di sisi lain, langkah ini bisa jadi respons atas tekanan komunitas AI yang semakin kritis. Dengan memberdayakan pengguna untuk membuat model ChatGPT sendiri, OpenAI mungkin sedang berusaha membangun kepercayaan. Tapi ingat, kepercayaan tidak bisa dibangun hanya dengan selebaran digital.

Jadi, apakah Safety Evaluations Hub ini terobosan atau sekadar kamuflase? Jawabannya mungkin terletak pada apa yang tidak diungkapkan—bukan pada apa yang dipamerkan.

OpenAI Rilis GPT-4.1 untuk Pengguna Berbayar, Lebih Cepat dan Efisien

0

Telset.id – Jika Anda pengguna setia ChatGPT Plus, Pro, atau Team, bersiaplah untuk menyambut kehadiran GPT-4.1. OpenAI secara resmi merilis model AI terbarunya ini untuk pengguna berbayar mulai hari ini, Kamis (15/5/2025). Sementara itu, pelanggan Enterprise dan Edu harus bersabar beberapa minggu lagi sebelum bisa mencicipi kecanggihannya.

Lantas, apa yang membuat GPT-4.1 begitu istimewa? Model ini sebenarnya sudah lebih dulu tersedia untuk developer melalui API bulan lalu. Menurut OpenAI, GPT-4.1 menawarkan peningkatan signifikan dalam hal kecepatan dan efisiensi dibandingkan pendahulunya, GPT-4.5. Ya, Anda tidak salah baca—meski nomor versinya lebih rendah, performanya justru lebih unggul.

Antarmuka ChatGPT dengan opsi pemilihan model GPT-4.1

Bagi yang penasaran bagaimana cara mengakses GPT-4.1, caranya cukup mudah. Anda tinggal membuka menu dropdown “more models” di model picker ChatGPT. Namun perlu diingat, fitur ini hanya tersedia untuk pengguna berbayar—setidaknya untuk sementara waktu.

Yang menarik, OpenAI juga memperkenalkan GPT-4.1 mini yang akan menggantikan GPT-4o mini sebagai model kecil andalan mereka. Berbeda dengan versi utamanya, upgrade ke GPT-4.1 mini akan tersedia untuk semua tingkatan pengguna, termasuk yang gratis. Model ini akan menjadi opsi cadangan ketika pengguna gratis telah mencapai batas akses mereka ke GPT-4o.

Kecepatan OpenAI dalam mengembangkan model-model baru memang patut diacungi jempol. Bayangkan saja, GPT-4.5 yang baru diperkenalkan bulan Februari lalu, kini sudah tergantikan oleh versi yang lebih mutakhir. Ini menunjukkan betapa cepatnya perkembangan teknologi AI belakangan ini.

Bagi Anda yang penasaran dengan perbedaan performa antara GPT-4.1 dan GPT-4.5, beberapa pengguna awal melaporkan bahwa respons dari GPT-4.1 terasa lebih cepat dan alami. Terutama untuk tugas-tugas kompleks seperti pemrograman atau analisis data. Namun, untuk penggunaan sehari-hari seperti menulis email atau mencari informasi umum, perbedaannya mungkin tidak terlalu terasa.

Menariknya, meskipun OpenAI belum merilis detail teknis lengkap tentang GPT-4.1, beberapa sumber menyebutkan bahwa model ini mengadopsi arsitektur yang lebih efisien dalam penggunaan sumber daya. Hal ini membuatnya tidak hanya lebih cepat, tetapi juga lebih hemat biaya operasional—kabar baik yang mungkin akan berdampak pada harga langganan di masa depan.

Bagi Anda yang menggunakan ChatGPT untuk keperluan bisnis, mungkin perlu mempertimbangkan upgrade ke versi Team atau Enterprise untuk mendapatkan akses penuh ke GPT-4.1. Seperti yang pernah kami bahas dalam artikel sebelumnya tentang fitur Deep Research ChatGPT, model-model terbaru biasanya membawa kemampuan analisis yang lebih mendalam.

Sementara itu, untuk pengguna biasa yang hanya membutuhkan ChatGPT untuk keperluan sehari-hari, GPT-4.1 mini mungkin sudah lebih dari cukup. Apalagi jika Anda kreatif dan ingin mencoba hal-hal unik seperti membuat action figure diri sendiri dengan bantuan AI.

Dengan rilis GPT-4.1 ini, OpenAI sekali lagi membuktikan komitmennya untuk terus berinovasi di bidang kecerdasan buatan. Pertanyaannya sekarang: sampai kapan kita bisa mengikuti perkembangan model-model baru yang dirilis dalam hitungan bulan? Satu hal yang pasti, persaingan di dunia AI semakin panas, dan kita sebagai pengguna yang akan menikmati manfaatnya.

Netflix Hidupkan Kembali Star Search dengan Format Live dan Interaktif

Telset.id – Siapa yang tidak ingat dengan Star Search? Ajang pencarian bakat legendaris yang melambungkan nama-nama seperti Christina Aguilera dan Sinbad itu akan kembali menghibur penonton, kali ini di bawah bendera Netflix. Kabar terbaru mengonfirmasi bahwa platform streaming raksasa ini akan menghidupkan kembali Star Search sebagai acara live dengan elemen interaktif, memperkuat ekspansi mereka ke dunia siaran langsung.

Netflix mengumumkan bahwa versi baru Star Search ini akan fokus pada “penampil baru di bidang musik, tari, komedi, dan aksi anak-anak.” Meskipun belum mengungkap siapa yang akan menjadi host atau juri, Netflix menjanjikan pengalaman yang “lebih interaktif daripada sebelumnya.” Jika mengacu pada format lama, penonton di rumah bisa memberikan penilaian langsung terhadap setiap penampilan—fitur yang kemungkinan besar akan diintegrasikan ke dalam aplikasi Netflix.

Warisan Star Search dan Pengaruhnya di Industri Hiburan

Star Search bukan sekadar ajang pencarian bakat biasa. Sejak pertama kali tayang pada 1983, acara ini telah menjadi batu loncatan bagi banyak bintang besar. Christina Aguilera, Britney Spears, Justin Timberlake, hingga komedian seperti Dave Chappelle pernah tampil di sini. Uniknya, kebanyakan dari mereka tidak pernah memenangkan kompetisi, tetapi Star Search tetap menjadi bukti bahwa bakat sejati akan bersinar di mana pun.

Di era di mana kompetisi reality show sudah sangat jenuh—terutama di Netflix dengan deretan acara seperti Too Hot to Handle dan The Circle—kehadiran Star Search bisa menjadi angin segar. Netflix tampaknya ingin memanfaatkan nostalgia sekaligus menawarkan sesuatu yang baru dengan format live dan interaktif.

Ekspansi Netflix ke Dunia Live TV

Keputusan Netflix menghidupkan kembali Star Search bukan tanpa alasan. Platform ini semakin serius mengeksplorasi konten live, mulai dari acara bincang-bincang alternatif hingga siaran langsung WWE. Pada Natal 2024 lalu, Netflix bahkan menayangkan pertandingan NFL perdana mereka. Rencana ini sejalan dengan ambisi mereka untuk menjadi pusat hiburan yang lengkap, meskipun di sisi lain, divisi gaming mereka justru mengalami penurunan.

Netflix baru-baru ini menutup studio game AAA mereka dan menghapus konten interaktif seperti Bandersnatch dari katalog. Tampaknya, fokus mereka kini beralih ke acara live dan event besar, dengan Star Search menjadi salah satu proyek utama.

Bagi Anda yang tertarik untuk berpartisipasi, casting untuk Star Search versi baru sudah dibuka. Kunjungi situs resmi Netflix untuk informasi lebih lanjut dan cara mendaftar. Siapa tahu, Anda bisa menjadi bintang besar berikutnya yang lahir dari ajang ini!

Indonet Perkuat Jaringan Fiber Optik untuk Akselerasi Ekosistem Digital Indonesia

0

Telset.id – Bayangkan sebuah kota digital di mana data mengalir deras seperti sungai tanpa hambatan, menghubungkan pusat-pusat bisnis, industri, dan pemerintahan dengan kecepatan tinggi. Inilah visi yang sedang diwujudkan Indonet melalui investasi besar-besaran pada infrastruktur fiber optik mereka. Dalam beberapa bulan terakhir, perusahaan dengan pengalaman tiga dekade ini telah melipatgandakan kapasitas jaringan mereka – sebuah langkah strategis untuk menjawab lonjakan permintaan konektivitas di era transformasi digital.

Indonesia saat ini berada pada fase kritis. Dengan lebih dari 200 juta pengguna internet dan pertumbuhan bisnis digital yang eksplosif, kebutuhan akan jaringan berkapasitas tinggi menjadi tidak terelakkan. Indonet merespons ini bukan sekadar dengan tambahan kabel, melainkan melalui revolusi infrastruktur yang mencakup peningkatan teknologi DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexing) mutakhir. Teknologi ini memungkinkan kecepatan backbone mencapai 800G per channel – cukup untuk mengalirkan seluruh konten perpustakaan digital dalam hitungan detik.

Jaringan Bawah Tanah: Solusi Cerdas untuk Konektivitas Masa Depan

Yang membedakan inisiatif terbaru Indonet adalah pendekatan holistik mereka. Tidak hanya menambah kapasitas, mereka membangun jaringan fiber optik bawah tanah yang menghubungkan pusat data strategis di Jakarta, Tangerang, Bekasi, dan Bogor. Metode ini bukan tanpa alasan. Selain mengurangi risiko kerusakan fisik seperti yang sering terjadi pada kabel udara, solusi ini menjamin uptime 99,99% – angka yang membuat para CIO perusahaan besar bisa tidur nyenyak.

Agus Ariyanto, SEVP Operation Indonet, mengungkapkan bahwa total fiber core yang telah terpasang melampaui akumulasi pembangunan sepuluh tahun terakhir. “Ini bukan sekadar ekspansi, tapi lompatan kuantum,” tegasnya. Peningkatan ini terutama difokuskan pada produk Cross Link™ mereka yang kini mendukung port pelanggan hingga 400G, memenuhi kebutuhan enterprise akan bandwidth besar untuk aplikasi seperti cloud computing, big data analytics, dan IoT industri.

Dampak Strategis bagi Ekosistem Digital

Investasi Indonet ini bukan sekadar urusan teknis. Yudie Haryanto, SEVP Sales & Marketing, menekankan bahwa infrastruktur digital adalah tulang punggung ekonomi baru. “Setiap peningkatan bandwidth 1Gbps di kawasan industri berpotensi menciptakan 80-100 lapangan kerja digital baru,” paparnya. Fakta ini semakin relevan melihat geliat kawasan industri yang mulai mengadopsi solusi fiber optik terjangkau untuk operasional mereka.

Keamanan fisik jaringan juga menjadi perhatian utama. Seperti yang pernah terjadi pada kasus pemotongan kabel optik di DKI Jakarta, Indonet belajar bahwa infrastruktur bawah tanah dan sistem monitoring canggih seperti yang diterapkan Triasmitra menjadi kunci ketahanan jaringan.

Fase berikutnya akan melihat Indonet memperluas cakupan ke lebih banyak lokasi strategis, menciptakan jaringan digital yang benar-benar merata. Dengan langkah ini, mereka tidak hanya membangun kabel, tetapi menyulam masa depan ekonomi digital Indonesia yang lebih inklusif dan berdaya saing global.