Beranda blog Halaman 8

Apple Vision Pro Akan Siarkan Langsung Pertandingan LA Lakers

0

Telset.id – Bayangkan menyaksikan aksi spektakuler LeBron James dan kawan-kawan seolah-olah Anda duduk di baris depan Staples Center, tanpa perlu beranjak dari sofa. Inilah yang akan dihadirkan Apple melalui kemitraan eksklusif dengan Spectrum SportsNet untuk menyiarkan pertandingan Los Angeles Lakers langsung di Apple Vision Pro musim 2025-2026.

Kolaborasi strategis ini bukan sekadar tambahan konten biasa. Apple mengklaim pengalaman menonton basket dalam format immersive akan menawarkan “perspektif yang mustahil ditangkap siaran tradisional.” Bagaimana tidak? Pertandingan akan difilmkan menggunakan Apple Immersive Video Format – teknologi yang sama yang digunakan untuk film konser Metallica yang dirilis awal tahun ini. Teknologi ini dirancang khusus untuk pengalaman realitas virtual yang mendalam.

Bagi pemilik Apple Vision Pro yang selama ini mengeluh perangkat seharga $3.500 mereka lebih sering berdebu daripada digunakan, inilah alasan sempurna untuk kembali mengenakannya. Namun, ada beberapa batasan yang perlu dicatat. Siaran langsung hanya tersedia untuk pengguna di wilayah siaran regional Lakers – meliputi California Selatan, Hawaii, dan sebagian Nevada selatan. Kemungkinan besar juga memerlukan langganan khusus, meski Apple belum mengungkapkan detail paket berlangganannya.

Ilustrasi pengalaman menonton basket di Apple Vision Pro dengan tampilan immersive

Meski demikian, kabar baiknya adalah replay lengkap dan highlight pertandingan akan dapat diakses di “negara dan wilayah terpilih melalui aplikasi SportsNet dan NBA.” Ini memberi kesempatan lebih luas bagi penggemar basket global untuk merasakan pengalaman baru tersebut.

Jadwal pertandingan spesifik belum diumumkan, namun Apple dan Spectrum berjanji akan mengungkap rencana final mereka musim gugur ini, dengan pertandingan pertama diperkirakan mulai streaming awal 2026. Waktu yang cukup bagi para penggemar untuk mempersiapkan diri – dan mungkin menabung untuk headset jika belum memilikinya.

Ini merupakan langkah signifikan Apple dalam mengisi kekosongan konten olahraga yang memanfaatkan fitur unik Vision Pro. Selama ini, konsensus umum mengakui Vision Pro sebagai perangkat konsumsi media yang hebat, namun pemrograman olahraga yang benar-benar memanfaatkan kemampuannya masih sangat terbatas.

Apple memang telah menyediakan akses ke Friday Night Baseball dan Major League Soccer, namun NBA menjadi liga olahraga arus utama pertama yang benar-benar berusaha menawarkan pengalaman khusus untuk Vision Pro. Bukan hanya sekadar menonton pertandingan live, aplikasi NBA visionOS dapat menampilkan statistik pemain real-time, streaming beberapa pertandingan sekaligus dalam mode multiview, dan bahkan menampilkan tampilan meja permainan dengan lapangan 3D dan pemain mini.

Langkah ini datang di saat yang tepat. Dengan kompetisi dari Samsung yang sedang mengembangkan headset XR dan Vivo dengan Vision Explorer Edition yang lebih ringan, Apple perlu memberikan alasan kuat bagi konsumen untuk tetap setuh pada ekosistem mereka. Apalagi dengan bocoran mengenai Samsung Galaxy XR yang dikabarkan akan menjadi pesaing serius, tekanan kompetitif semakin nyata.

Strategi ini juga sejalan dengan laporan bahwa Apple lebih memprioritaskan kacamata pintar daripada versi Vision Pro yang lebih ringan dan murah. Dalam situasi seperti ini, hal terbaik yang dapat dilakukan perusahaan adalah menyediakan konten baru yang menarik bagi pemilik existing. Memberikan mereka alasan untuk terus menggunakan perangkat yang sudah mereka beli.

Memang, tidak semua orang menyukai Lakers. Tapi jika kolaborasi ini membuka pintu bagi lebih banyak siaran olahraga langsung di masa depan, itu jelas kabar baik bagi seluruh penggemar olahraga. Bayangkan jika nantinya pertandingan NBA playoffs, Super Bowl, atau bahkan Piala Dunia bisa dinikmati dengan pengalaman immersive seperti ini.

Pertanyaannya sekarang: apakah ini akan menjadi masa depan olahraga yang kita tonton? Apakah suatu hari nanti kita akan lebih memilih menonton pertandingan dengan headset VR daripada di layar datar? Dengan langkah Apple kali ini, masa depan tersebut mungkin lebih dekat dari yang kita kira.

Starship SpaceX Uji Terbang ke-11: Target Baru dan Strategi Landing

0

Telset.id – SpaceX bersiap menorehkan sejarah baru dalam program pengembangan Starship. Uji terbang ke-11 megaroket revolusioner ini dijadwalkan lepas landas dari Starbase, Texas, pada Senin 13 Oktober pukul 19.15 waktu setempat. Bagi Anda yang penasaran dengan momen bersejarah ini, siaran langsung bisa diakses 30 menit sebelum peluncuran melalui website resmi SpaceX dan platform X.

Langkah SpaceX kali ini bukan sekadar rutinitas. Setelah sukses mengantarkan muatan ke luar angkasa dalam uji terbang Agustus lalu, perusahaan Elon Musk ini kembali menaikkan level eksperimen. Yang menarik, misi kali ini menggunakan booster Super Heavy yang pernah terbang sebelumnya—sebuah bukti nyata komitmen SpaceX menuju sistem roket yang benar-benar dapat digunakan kembali.

Bayangkan: dari 33 mesin Raptor yang mendorong roket raksasa ini, 24 di antaranya sudah memiliki pengalaman terbang. Ini bukan lagi sekadar uji coba, melainkan demonstrasi kedewasaan teknologi yang semakin mendekati visi akhir: transportasi antariksa yang terjangkau dan berkelanjutan.

Starship SpaceX di landasan peluncuran Starbase Texas menjelang uji terbang ke-11

Jika menengok ke belakang, perjalanan Starship memang penuh lika-liku. Detik-detik Pesawat Starship SpaceX Meledak sempat menjadi perhatian dunia, namun SpaceX justru bangkit lebih kuat. Kegagalan awal tahun lalu yang diikuti kesuksesan uji terbang Agustus membuktikan resilience perusahaan ini dalam menghadapi tantangan pengembangan teknologi ruang angkasa.

Misi Lebih Ambisius dengan Pendekatan Realistis

Uji terbang ke-11 Starship membawa agenda yang lebih kompleks dibanding pendahulunya. SpaceX secara resmi mengonfirmasi tiga tujuan utama: mengumpulkan data eksperimen untuk pengembangan generasi berikutnya booster Super Heavy, melakukan stress-test pada heatshield Starship, dan mendemonstrasikan manuver yang meniru pendekatan akhir tahap atas untuk kembali ke lokasi peluncuran di masa depan.

Yang patut dicatat, meski memiliki kemampuan untuk menangkap booster dengan “chopsticks”, SpaceX memilih pendekatan konservatif untuk misi kali ini. Super Heavy akan mendarat di Teluk Meksiko, sementara Starship sendiri dijadwalkan mendarat di Samudra Hindia. Keputusan ini menunjukkan kematangan engineering—terkadang kemajuan terbesar justru datang dari mengetahui kapan harus berhenti sejenak.

Strategi landing yang berubah ini mengingatkan kita pada alasan-alasan teknis yang pernah menunda peluncuran Starship sebelumnya. SpaceX tampaknya belajar bahwa kesabaran dalam pengujian bertahap akan membuahkan hasil lebih baik daripada terburu-buru mengejar target yang belum siap.

Revolusi Payload dan Masa Depan Starlink

Untuk kesekian kalinya, SpaceX menggunakan delapan satelit Starlink simulator sebagai muatan demonstrasi. Pilihan ini bukan kebetulan. Dengan mengulang eksperimen yang sama, perusahaan bisa mengumpulkan data yang lebih konsisten dan terukur—sebuah pendekatan ilmiah yang jarang kita lihat dalam industri antariksa komersial.

Kesuksesan deployment muatan dalam uji terbang Agustus lalu menjadi momentum penting. Setelah mendapat lampu hijau untuk pengujian sebelumnya, kini SpaceX semakin percaya diri mengoperasikan Starship dalam misi yang semakin kompleks. Ini merupakan perkembangan signifikan mengingat betapa krusialnya kemampuan deployment payload untuk masa depan misi komersial dan eksplorasi.

Pertanyaannya: kapan kita akan melihat Starship membawa muatan sungguhan? Dengan ritme pengujian yang semakin intens, jawabannya mungkin lebih dekat dari yang kita duga. Setiap sukses uji terbang seperti ini membawa kita selangkah lebih dekat ke era dimana perjalanan ke bulan—bahkan Mars—menjadi rutinitas.

Sebagai penutup, peluncuran Starship uji terbang ke-11 bukan sekadar angka dalam kalender SpaceX. Ini adalah testament tentang bagaimana kegigihan, pembelajaran dari kegagalan, dan pendekatan bertahap bisa membawa manusia melampaui batas-batas yang sebelumnya tak terbayangkan. Dan untuk kita yang menyaksikan dari bumi, ini adalah pengingat bahwa masa depan eksplorasi antariksa sedang ditulis di depan mata kita.

Fujifilm Luncurkan Instax Mini Evo Gentle Rose di Indonesia

0

Telset.id – Apakah Anda mencari cara baru yang lebih personal dan elegan untuk mengabadikan momen kebersamaan? Fujifilm Indonesia menjawabnya dengan menghadirkan varian warna terbaru instax mini Evo: GENTLE ROSE. Warna lembut nan anggun ini bukan sekadar tambahan palet, melainkan pernyataan gaya yang berbicara tentang ekspresi diri di tengah masyarakat Indonesia yang gemar mendokumentasikan setiap cerita.

Diluncurkan secara resmi pada 25 September 2025, GENTLE ROSE melengkapi dua varian warna sebelumnya—hitam dan cokelat—dan menawarkan alternatif yang lebih personal dan stylish. Dalam pasar di mana memotret dan berbagi kenangan telah menjadi ritual sehari-hari, dari acara keluarga, pernikahan, wisuda, hingga sekadar kumpul santai, kehadiran instax mini Evo dengan sentuhan warna ini diharapkan dapat merangkul lebih banyak segmen pengguna.

Bagi Anda yang mengikuti perkembangan produk Fujifilm, instax mini Evo sebenarnya bukan pemain baru. Sejak diperkenalkan secara global pada 2021, kamera hybrid ini telah menarik perhatian berkat perpaduan unik antara teknologi digital dan cetak instan analog. Seperti yang pernah kami bahas dalam artikel sebelumnya tentang peluncuran Instax Mini Evo, kamera ini memungkinkan pengguna memotret, memilih foto favorit, lalu langsung mencetaknya dalam format khas instax mini. Bahkan, perangkat ini juga berfungsi sebagai printer smartphone, memudahkan Anda mencetak foto digital dari ponsel.

Lantas, apa yang membuat varian GENTLE ROSE istimewa? Warna ini menghadirkan kesan elegan dan personal yang cocok dijadikan sebagai pelengkap gaya atau hadiah spesial. Desainnya yang klasik dengan nuansa premium—lengkap dengan dial lensa, dial film, dan tuas cetak yang menyerupai kamera analog—dipadukan dengan warna rose yang lembut, menciptakan perangkat yang tidak hanya fungsional tetapi juga fashion-forward. Sensasi mekanis saat menggunakannya menambah pengalaman fotografis yang autentik, sesuai dengan tren anak muda yang menggemari estetika retro berpadu teknologi modern.

Content image for article: Fujifilm Luncurkan Instax Mini Evo Gentle Rose di Indonesia

Lebih Dari Sekadar Warna: Ekspresi Kreativitas Tanpa Batas

Fitur kreatif instax mini Evo menjadi daya tarik utama yang membedakannya dari produk sejenis. Kamera ini dilengkapi dengan 10 efek lensa—seperti Soft Focus dan Light Leak—dan 10 efek film—termasuk Monochrome dan Retro—yang dapat dikombinasikan hingga menghasilkan 100 variasi berbeda. Bagi Anda yang ingin menambahkan sentuhan personal dalam mendokumentasikan cerita sehari-hari, dari ngopi bareng teman, menjelajahi tempat baru, hingga merayakan momen penting, fitur ini membuka ruang eksperimen tanpa batas.

Masato Yamamoto, Presiden Direktur Fujifilm Indonesia, menegaskan bahwa instax mini Evo warna GENTLE ROSE bukan sekadar varian baru. “Ini adalah cara kami memberi ruang bagi pengguna di Indonesia untuk mengekspresikan kepribadian dan kreativitas mereka. Kami paham betul masyarakat Indonesia gemar mengabadikan dan berbagi momen—baik bersama keluarga, teman, mau pun komunitas mereka. Dengan peluncuran ini, kami ingin menghadirkan kamera yang terasa segar, stylish, dan dekat dengan karakter hangat budaya Indonesia,” ujarnya.

Komitmen Fujifilm dalam menghadirkan inovasi yang sesuai dengan kebutuhan pasar Indonesia juga terlihat dari ragam produk sebelumnya. Seperti Fujifilm X-T4 yang ditujukan untuk kalangan profesional, atau edisi khusus Instax Mini 9 bertema Frozen 2 dan Star Wars yang menargetkan penggemar franchise populer. Kini, dengan GENTLE ROSE, Fujifilm semakin memperkuat posisinya di segmen lifestyle dan kreatif.

Harga dan Ketersediaan: Akses Mudah untuk Semua Kalangan

instax mini Evo varian GENTLE ROSE akan segera hadir di toko resmi Fujifilm Indonesia, mitra ritel kamera, serta platform e-commerce dengan harga ritel sekitar Rp 2.999.000. Harga ini terbilang kompetitif untuk sebuah perangkat yang menawarkan fleksibilitas sebagai kamera digital sekaligus printer instan. Bagi Anda yang tertarik dengan alternatif cetak foto praktis, Fujifilm juga telah menghadirkan solusi seperti ChatFoto yang memungkinkan cetak foto via WhatsApp, menunjukkan adaptasi brand terhadap kebiasaan konsumen modern.

Dengan peluncuran ini, Fujifilm tidak hanya memperluas pilihan warna, tetapi juga menegaskan komitmennya di pasar Indonesia, di mana instax™ telah identik dengan keceriaan, kreativitas, dan kedekatan antarindividu. Dari momen sederhana hingga peristiwa besar, instax mini Evo memudahkan siapa saja mengabadikan cerita lalu langsung membaginya. Lewat instax mini Evo GENTLE ROSE, Fujifilm Indonesia mengajak masyarakat merayakan setiap momen—dengan cara yang instan, kreatif, dan penuh warna.

Jadi, apakah Anda siap memberi warna baru pada koleksi gadget sekaligus mengangkat level kreativitas dalam mengabadikan momen? instax mini Evo GENTLE ROSE mungkin jawabannya.

Avatar Legends: The Fighting Game Resmi Diumumkan, Rilis 2026

0

Telset.id – Pertanyaan klasik yang selalu menghantui penggemar Avatar akhirnya akan terjawab: siapa yang lebih kuat antara Aang di masa kejayaannya melawan Korra dalam kondisi terbaiknya? Gameplay Group International secara resmi mengumumkan Avatar Legends: The Fighting Game di New York Comic Con, dengan jadwal rilis musim panas 2026. Game bertarung ini, yang masih menggunakan judul sementara, menghadirkan karakter-karakter ikonik dari franchise Avatar dalam arena pertarungan yang spektakuler.

Bagi Anda yang penasaran dengan gameplay-nya, developer telah merilis trailer berisi “footage pre-alpha” yang memberikan gambaran awal. Tampilannya mengingatkan kita pada game Street Fighter 6 namun dengan sentuhan dunia Avatar yang khas. Meski masih terlihat seperti draft kasar, janji yang ditawarkan cukup menggoda untuk ditunggu.

Gambar konsep Avatar Legends: The Fighting Game menampilkan karakter Aang dan Korra

Menurut halaman Steam yang sudah aktif, game ini akan menghadirkan 12 karakter saat peluncuran pertama. Yang menarik, developer berencana menambah karakter secara berkala melalui sistem seasonal. Pendekatan ini mirip dengan trend update berkelanjutan di game-game populer yang menjaga komunitas tetap aktif dan engaged.

Gameplay Group International tidak main-main dengan sistem pertarungan yang mereka bangun. Mereka telah merinci sistem unik bernama “flow system” yang dikombinasikan dengan karakter pendukung yang memungkinkan gerakan spesial. Kombinasi ini menjanjikan kedalaman strategi yang tidak biasa untuk game fighting konvensional.

Developer mengklaim game ini akan memiliki “energi classic fighting games” dengan fokus pada “fluidity, responsiveness, dan online integrity.” Tiga pilar ini menjadi kunci sukses game fighting modern, terutama di era dimana kompetisi online menjadi jantung dari genre ini. Integritas koneksi online menjadi hal krusial mengingat platform seperti Steam sering menjadi ajang berbagai masalah teknis dan non-teknis.

Fitur-fitur yang dijanjikan cukup komprehensif: combo trials untuk mengasah skill, gallery mode untuk kolektor, dan yang paling penting – crossplay antara semua platform. Game ini akan tersedia di PS4, PS5, Xbox Series X dan S, Nintendo Switch 2, serta Steam. Keputusan untuk tetap mendukung PS4 menunjukkan strategi bisnis yang cerdas, mengingat masih banyak pemain yang belum upgrade ke generasi terkini.

Bagi Anda yang tidak terlalu tertarik dengan mode kompetitif, jangan khawatir. Avatar Legends: The Fighting Game akan menyertakan konten orisinal melalui campaign single-player-nya. Ini menjadi nilai tambah signifikan mengingat banyak game fighting modern yang mengabaikan aspek naratif.

Alternatif lain untuk penggemar Avatar yang menunggu pengalaman berbeda adalah RPG AAA dari Paramount yang masih belum memiliki tanggal rilis konkret. Pilihan ini memberikan variasi jenis game yang berbeda bagi komunitas dengan preferensi gameplay yang beragam.

Avatar Legends: The Fighting Game membawa banyak janji positif. Kombinasi antara roster karakter yang diverse dari franchise Avatar dan pengalaman developer dengan game fighting lainnya menjadi modal kuat. Setidaknya, ini bukan developer yang sama yang menghasilkan Avatar: The Last Airbender – Quest for Balance, game yang cukup membuat kecewa banyak penggemar.

Dengan jadwal rilis masih dua tahun lagi, masih banyak waktu untuk polishing dan improvement. Namun dari yang sudah diumumkan, game ini berpotensi menjadi jawaban atas pertandingan impian yang selama ini hanya ada dalam imajinasi penggemar. Siapkah Anda menyambut pertarungan ep antar Avatar?

Ferrari Elettrica Bocor: 1.000+ HP, Suara Unik, dan Desain Jony Ive

0

Telset.id – Bayangkan sebuah Ferrari yang bisa berubah dari mobil mewah sunyi senyap menjadi monster beringas hanya dengan memutar tombol di setir. Itulah janji Ferrari Elettrica, mobil listrik pertama dari pabrikan legendaris Maranello yang bakal menggebrak pasar tahun depan. Bocoran terbaru mengindikasikan, ini bukan sekadar EV biasa, melainkan revolusi dalam dunia mobil listrik performa tinggi.

Suara selalu menjadi topik rumit di dunia otomotif. Beberapa mobil hebat karena sangat bising, beberapa lainnya dihargai justru karena kesunyiannya. Hanya segelintir mobil yang bisa masuk kedua kategori tersebut. Sejauh ini, hanya Hyundai Ioniq 5 N yang berhasil mencentang kedua kotak itu. Tapi jika janji Ferrari tentang EV pertamanya bisa dipercaya, kita akan segera menyambut pendatang baru yang sangat spesial.

Dalam sebuah acara eksklusif di markas besar perusahaan di Maranello, Italia, Ferrari akhirnya mengungkap detail pertama tentang Elettrica. Meski kita masih belum tahu seperti apa penampakannya, setelah seharian berbincang dengan para insinyur di balik mesin ini, saya bisa mengungkap apa yang membuat mobil ini bergerak—dan bagaimana kemungkinan suaranya.

Chassis, battery pack dan modul untuk Ferrari Elettrica

Tenaga adalah metrik kunci untuk Ferrari mana pun, dan Elettrica punya banyak dari itu. Empat motor listrik—satu untuk setiap roda—bergabung untuk menghasilkan angka di atas 1.000 tenaga kuda. Ini akan menempatkannya mendekati kekuatan supercar F80 terbaru perusahaan. Tapi di era EV 2.000 tenaga kuda, output Elettrica tidak terlalu mengejutkan.

Bahkan Gianmaria Fulgenzi, kepala petugas pengembangan produk Ferrari, mengakui hal ini: “Sangat mudah dan sederhana menciptakan tenaga dalam mesin listrik. Itu tidak sulit.” Menikung, katanya, adalah segalanya. Dia menyebut EV performa saat ini sebagai “gajah,” mampu melaju cepat secara lurus tetapi gagal total menjadi mesin yang menarik untuk dikendarai.

Itulah sebagian alasan mengapa Elettrica memiliki empat motor. Dengan cara ini, sistem manajemen traksi dan stabilitas mobil dapat memodulasi daya untuk memaksimalkan cengkeraman di setiap ban secara individual, daripada mengandalkan satu atau dua motor dengan diferensial untuk mencoba mengelola selip roda.

Tapi ini lebih dalam dari sekadar itu. Elettrica juga dapat mengemudikan setiap roda belakang secara independen, lebih atau kurang di bagian dalam atau luar belokan untuk membantu mengelola (atau bahkan mungkin menginduksi) oversteer. Teknologi ini akan memberikan pengalaman berkendara yang benar-benar berbeda dari EV performa lainnya di pasaran.

The front motors and inverter on the Ferrari Elettrica

Akhirnya, Elettrica akan memiliki suspensi aktif, jenis baru yang debut pada SUV Purosangue dan juga digunakan pada supercar F80. Damper Ferrari menggantikan katup dan oli tradisional dengan motor listrik yang memberikan resistensi. Ini berarti, sekali lagi, peredaman dan ketinggian berkendara mobil dapat disesuaikan secara independen di setiap sudut, hampir secara instan.

Semua itu, kata CEO Ferrari Benedetto Vigna, akan menghasilkan EV yang berkendara seperti tidak ada lainnya di jalan: “Kami ingin menunjukkan bahwa kami mampu memanfaatkan teknologi apa pun dengan cara yang unik.” Membuat EV yang menarik—jenis mobil yang banyak dikritik karena terlalu sama—akan menjadi cara yang berani untuk melakukannya.

Salah satu faktor kunci untuk ini adalah suara yang unik. Insinyur Ferrari tahu bahwa mereka perlu membuat semacam iringan akustik untuk Elettrica, tetapi mereka juga tahu itu harus autentik. “Kami tidak menciptakan suara palsu, seperti pesawat luar angkasa atau semacamnya,” kata Fulgenzi. “Kami ingin memiliki suara yang persis dari mesin listrik.”

Ferrari menemukan solusi serupa dengan yang digunakan Porsche untuk Taycan, tetapi mereka mengeksekusinya dengan cara baru. Dalam Taycan, Porsche mengambil sampel dan mencampur ulang suara komponen listrik mobil. Untuk Elettrica, Ferrari benar-benar memasang akselerometer di dalam casing motor listrik belakang.

Sensor itu mengambil resonansi harmonik dan menjalankannya melalui amplifier digital untuk menciptakan suara yang bukan sampel—itu benar-benar datang langsung dari motor tersebut. Fulgenzi menyamakannya dengan amplifier pada gitar listrik, mengambil getaran yang hampir tidak terdengar dari senar dan mengubahnya menjadi suara (yang berpotensi memekakkan telinga).

The rear motor and inverter for the Ferrari Elettrica

Mereka juga tidak menunjukkan kepada siapa pun seperti apa bentuknya, tetapi tampaknya aman untuk mengharapkan bahwa mesin ini akan memiliki bentuk dan desain yang tidak seperti Ferrari mana pun yang datang sebelumnya. Itu karena Ferrari untuk pertama kalinya bekerja dengan rumah desain LoveFrom, lebih dikenal sebagai rumah yang dibangun Jony Ive setelah meninggalkan Apple pada 2019 dan kemudian dijual ke OpenAI seharga $6,5 miliar.

LoveFrom telah mengerjakan cukup banyak proyek sejak awal, tetapi ini akan menjadi mobil pertama perusahaan. Mengingat hal itu, kita sama sekali tidak memiliki acuan ketika menyangkut gaya visual. Tapi jika harus menebak, saya akan mengatakan sesuatu dengan vibe minimalis ada dalam menu berdasarkan karya Ive sebelumnya.

Yang kita ketahui adalah bahwa Elettrica akan memiliki empat pintu dan empat kursi. Jadi, ini bukan mobil sport sejati, melainkan berada di antara grand tourer dan SUV. Ini akan menjadi sesuatu yang dirancang dengan sedikit kepraktisan dan kenyamanan, mampu meluncur dengan tenang dan sunyi jika Anda suka. Atau, dengan memutar beberapa kenop di setir, ia mampu mengencang dan menjadi bising ketika Anda merasa lebih bersemangat.

Dengan jarak tempuh lebih dari 330 mil, ini seharusnya menjadi tourer yang layak juga. Itu berasal dari paket baterai 122 kWh (bruto) yang dibagi menjadi 15 modul, masing-masing berisi 14 sel pouch NMC. Sel awalnya bersumber dari SK On, tetapi Ferrari memperjelas bahwa mereka tidak terikat dengan pemasok itu. Memang, perusahaan berharap untuk mengembangkan desain dan kimia paket baterai selama bertahun-tahun, menjaga beberapa versinya tersedia selama beberapa dekade mendatang.

Ini, bagaimanapun, adalah tantangan yang saat ini menghambat pembuat EV premium lainnya. Bisakah Ferrari membuat EV yang benar-benar diinginkan, benar-benar premium? Memiliki nama Jony Ive yang tertempel tentu tidak merugikan. Kita semua harus menunggu hingga awal tahun depan untuk melihat seperti apa bentuknya dan bagaimana suaranya.

Saya pribadi tidak akan terlalu bersemangat tentang mobil ini sampai saat itu, tetapi saya sangat senang bahwa mobil ini bahkan ada. Kembali pada 2011, Luca Di Montezemelo, saat itu CEO Ferrari, mengatakan kepada saya bahwa Ferrari tidak akan pernah membuat EV. Saya skeptis dengan pernyataannya saat itu, dan 14 tahun kemudian, saya senang melihat perusahaan akhirnya berubah pikiran.

Dengan teknologi canggih, desain eksklusif dari Jony Ive, dan pendekatan unik terhadap pengalaman berkendara, Ferrari Elettrica berpotensi menjadi jawaban Italia terhadap EV hypercar seperti BYD U9 Extreme yang baru-baru ini memecahkan rekor kecepatan. Bagi para penggemar game balap mobil terbaik di Android, ini mungkin akan menjadi kendaraan impian yang suatu hari nanti bisa dikendarai secara virtual.

Perpanjang Umur Windows 10 dengan ESU Gratis, Begini Caranya

0

Telset.id – Tanggal 14 Oktober 2025 akan menjadi hari bersejarah bagi jutaan pengguna Windows 10 di seluruh dunia. Bukan karena peluncuran fitur baru, melainkan akhir dari dukungan resmi Microsoft untuk sistem operasi yang telah menemani kita selama satu dekade ini. Apa artinya bagi Anda? Komputer Windows 10 masih bisa digunakan, namun tanpa pembaruan keamanan rutin, perangkat Anda menjadi semakin rentan terhadap serangan malware setiap minggunya.

Namun jangan buru-buru panik dan mengeluarkan uang untuk upgrade. Microsoft ternyata memberikan opsi ketiga yang mungkin belum banyak diketahui: Extended Security Updates (ESU). Program ini memungkinkan Anda memperpanjang masa pakai Windows 10 dengan aman selama 12 bulan tambahan. Yang lebih menarik, untuk pengguna di Amerika Serikat (dan dengan syarat tertentu), opsi ini sekarang bisa didapatkan secara gratis. Bagaimana caranya? Simak panduan lengkap dari Telset.id berikut ini.

Ilustrasi perpanjangan masa pakai Windows 10 dengan Extended Security Updates

Sebelum kita membahas langkah-langkah teknis, mari pahami dulu mengapa ESU ini penting. Tanpa pembaruan keamanan, komputer Anda ibarat rumah dengan pintu terkunci namun jendela terbuka lebar. Penjahat siber hanya perlu menemukan celah yang tepat untuk masuk. Microsoft secara teratur merilis patch keamanan untuk menutupi kerentanan yang ditemukan, dan setelah 14 Oktober, Windows 10 tidak akan menerima perlindungan ini lagi.

Lalu mengapa tidak langsung upgrade ke Windows 11? Pertanyaan yang bagus. Beberapa komputer lawas memang tidak memenuhi spesifikasi minimum Windows 11, sementara pengguna lain mungkin memiliki alasan khusus untuk bertahan di Windows 10. Apapun alasannya, ESU memberikan Anda waktu bernapas selama setahun untuk merencanakan transisi yang lebih matang.

Langkah Demi Langkah Mendaftar ESU Windows 10

Proses pendaftaran Extended Security Updates sebenarnya cukup sederhana, namun ada beberapa prasyarat yang harus dipenuhi. Ikuti panduan ini dengan seksama untuk memastikan Anda tidak melewatkan langkah penting.

Langkah 1: Pastikan PC Anda Terupdate

Sebelum memulai proses ESU, pastikan Windows 10 Anda sudah menjalankan versi terbaru. Cara mengeceknya: buka Settings > System > About, lalu gulir ke bawah untuk melihat versi Windows yang dijalankan. Jika belum update, instal semua pembaruan yang tersedia terlebih dahulu. Ini seperti membersihkan rumah sebelum tamu penting datang – memastikan segala sesuatunya dalam kondisi prima.

Screenshot menu Settings untuk mengecek update Windows 10

Langkah 2: Login sebagai Administrator

Jika komputer Anda digunakan bersama beberapa orang, pastikan Anda login menggunakan akun administrator. Biasanya, ini adalah akun pertama yang dibuat saat setup komputer awal. Anda bisa mengeceknya di Settings > Your Info – jika di bawah nama akun tertulis “Administrator”, berarti Anda menggunakan akun yang tepat. Tanpa hak akses administrator, proses pendaftaran ESU tidak bisa dilanjutkan.

Langkah 3: Verifikasi Kesiapan Upgrade ke Windows 11

Meskipun kita sedang membahas cara bertahan di Windows 10, tidak ada salahnya mengecek apakah komputer Anda sebenarnya sudah siap untuk Windows 11. Jika ada opsi upgrade yang muncul, pertimbangkan untuk langsung beralih. Upgrade ke Windows 11 gratis dan membuat Anda tetap dalam ekosistem Windows dengan dukungan penuh. Namun jika komputer tidak memenuhi syarat atau Anda punya alasan untuk tetap di Windows 10, lanjutkan ke langkah berikutnya.

Langkah 4: Daftar Extended Security Updates

Ini adalah inti dari prosesnya. Buka Settings > Update & Security, lalu cari dan klik tautan “Enroll Now” seperti yang terlihat pada gambar di bawah. Jika Anda tidak melihat opsi ini, kemungkinan besar Windows 10 Anda belum terupdate dengan versi terbaru – kembali ke langkah 1.

Screenshot proses enroll Extended Security Updates Windows 10

Langkah 5: Pilih Metode Upgrade

Di sinilah bagian menariknya. Microsoft menawarkan beberapa opsi untuk ESU, termasuk opsi gratis dengan beberapa persyaratan. Opsi termudah adalah dengan membackup pengaturan PC Anda ke cloud. Proses ini gratis namun membutuhkan waktu karena Anda perlu membackup data.

Ilustrasi backup PC sebelum enroll Extended Security Updates

Namun seperti kebanyakan hal “gratis” di dunia digital, ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan, khususnya untuk pengguna di AS. Pengguna Eropa mendapatkan opsi gratis tanpa syarat tambahan, sementara pengguna AS harus mempertimbangkan dua hal:

Pertama, Anda harus menghubungkan login Windows dengan layanan cloud Microsoft. Bagi banyak pengguna, ini mungkin sudah dilakukan – jika Anda menggunakan CoPilot, Office 365, GamePass, OneDrive, atau layanan online Microsoft lainnya, Anda sudah terhubung. Namun jika selama ini Anda sengaja menggunakan login lokal untuk Windows, “harga” yang harus dibayar untuk ekstensi gratis ini adalah bergabung dengan universe Microsoft yang terhubung cloud.

Kedua, backup gratis hanya berlaku untuk 5 GB penyimpanan pertama. Lebih dari itu, Anda perlu berlangganan layanan OneDrive Microsoft. Kabar baiknya, Anda bisa mematikan folder yang tidak ingin dibackup melalui Settings > OneDrive, seperti Documents, Pictures, dan Videos, untuk tetap berada dalam batas gratis.

Setelah login, jendela pop-up akan muncul dengan pesan “Add this device to receive Extended Security Updates.” Klik Add Device untuk mendaftarkannya, lalu Done.

Screenshot konfirmasi berhasil enroll Extended Security Updates

Analisis: Strategi Microsoft atau Anugerah bagi Pengguna?

Keputusan Microsoft menawarkan ESU gratis dengan syarat tertentu patut kita analisis lebih dalam. Di satu sisi, ini merupakan langkah humanis yang memberikan waktu tambahan bagi pengguna untuk melakukan transisi. Di sisi lain, ini juga strategi cerdas untuk mendorong lebih banyak pengguna bergabung dengan ekosistem cloud Microsoft.

Perlu diingat bahwa ini bukan pertama kalinya Microsoft melakukan transisi semacam ini. Sebelumnya, Microsoft diam-diam menutup Windows 10 Mobile ketika fokus mereka beralih ke platform lain. Pola yang sama terlihat di sini – Microsoft secara bertahap mengalihkan sumber daya dari Windows 10 ke platform yang lebih modern, termasuk rencana membawa Copilot AI ke Windows 10 sebagai bagian dari strategi AI mereka.

Yang menarik, Microsoft juga telah mengumumkan bahwa dukungan Windows 11 SE akan dihentikan pada 2026, menunjukkan pola konsisten dalam siklus hidup produk Microsoft. Keputusan ini bukan sekadar kebetulan, melainkan bagian dari strategi besar perusahaan untuk mendorong adopsi platform terbaru mereka.

Lalu, apakah ESU gratis ini benar-benar menguntungkan pengguna? Jawabannya: tergantung. Bagi pengguna yang sudah terhubung dengan ekosistem Microsoft, ini adalah anugerah tanpa biaya tambahan. Namun bagi pengguna yang sangat menghargai privasi dan preferensi lokal account, ini mungkin terasa seperti kompromi yang tidak nyaman.

Yang pasti, dengan mengikuti panduan di atas, Anda telah berhasil mengamankan komputer Windows 10 selama 12 bulan ke depan. Anda sekarang punya waktu satu tahun penuh untuk mempertimbangkan opsi upgrade ke Windows 11, beralih ke platform lain, atau mungkin mencari solusi jangka panjang lainnya.

Ingat, keamanan digital bukanlah luxury, melainkan necessity di era yang semakin terhubung ini. Langkah proaktif yang Anda ambil hari ini akan melindungi data dan privasi Anda di masa depan. Sampai jumpa di update berikutnya ketika kita membahas langkah selanjutnya setelah tahun perpanjangan ini berakhir!

OpenAI Bebas dari Kewajiban Simpan Data ChatGPT, Kemenangan Privasi?

0

Telset.id – Bayangkan jika setiap percakapan Anda dengan asisten virtual terekam selamanya, siap diawasi kapan saja oleh pihak ketiga. Itulah yang hampir terjadi pada pengguna ChatGPT sebelum pengadilan federal Amerika Serikat memutuskan perubahan signifikan pekan lalu. Hakim Ona T. Wang membebaskan OpenAI dari kewajiban kontroversial untuk menyimpan secara permanen semua data log percakapan ChatGPT yang seharusnya terhapus secara rutin.

Keputusan tertanggal 9 Oktober 2024 ini menjadi titik balik penting dalam gugatan hak cipta The New York Times terhadap OpenAI. Sejak akhir 2023, media ternama tersebut menuduh raksasa AI itu melatih modelnya menggunakan konten berita milik mereka tanpa kompensasi layak. Gugatan ini memicu perintah pengadilan pada Mei 2024 yang mewajibkan OpenAI menyimpan semua log chat—keputusan yang langsung ditentang keras oleh perusahaan.

OpenAI mengajukan banding dengan argumen bahwa perintah preservasi data tersebut merupakan “tindakan berlebihan” yang mengancam privasi jutaan pengguna ChatGPT. Mereka bersikukuh bahwa kebijakan penghapusan data rutin justru dirancang untuk melindungi pengguna, bukan menyembunyikan sesuatu. Perlawanan ini akhirnya membuahkan hasil meski tidak sepenuhnya.

Ilustrasi pengadilan dan data digital ChatGPT yang sedang diproses

Kemenangan Terbatas untuk OpenAI

Meski terbebas dari kewajiban menyimpan semua data percakapan mulai 26 September, OpenAI tidak sepenuhnya lepas dari pengawasan. Hakim Wang menegaskan bahwa log chat yang sudah disimpan berdasarkan perintah sebelumnya tetap dapat diakses oleh The New York Times. Selain itu, perusahaan masih harus menyimpan data terkait akun ChatGPT yang telah ditandai oleh pihak penggugat.

“Ini seperti kemenangan babak pertama dalam pertarungan 12 ronde,” kata seorang pengamat privasi digital yang enggan disebutkan namanya. “OpenAI berhasil melindungi privasi pengguna baru, tetapi data historis mereka masih terbuka untuk investigasi.”

Yang menarik, The New York Times diperbolehkan memperluas jumlah pengguna yang ditandai seiring dengan proses investigasi mereka terhadap data yang sudah disimpan. Ini berarti meski kewajiban preservasi masa depan dicabut, pintu untuk pemeriksaan mendalam terhadap penggunaan tertentu tetap terbuka lebar.

Pertarungan Hak Cipta vs Privasi Pengguna

Kasus ini menyoroti ketegangan abadi antara perlindungan hak kekayaan intelektual dan hak privasi digital. Di satu sisi, The New York Times berhak membela konten berbayar mereka yang mungkin digunakan tanpa izin untuk melatih model AI bernilai miliaran dolar. Di sisi lain, pengguna ChatGPT berhak atas privasi percakapan mereka yang seringkali bersifat pribadi atau sensitif.

OpenAI dalam bandingnya berargumen bahwa mempertahankan semua data percakapan tidak hanya membebani sistem tetapi juga menciptakan risiko keamanan yang tidak perlu. Bayangkan jika database raksasa berisi percakapan pribadi jutaan pengguna bocor—akan menjadi bencana privasi terbesar dalam sejarah AI.

Perusahaan seperti Meta yang berencana menggunakan data pengguna EU untuk latih AI juga menghadapi dilema serupa. Di era dimana data menjadi emas baru, batasan antara pengumpulan data untuk pengembangan teknologi dan pelanggaran privasi semakin kabur.

Dampak Jangka Panjang bagi Industri AI

Keputusan pengadilan ini bukan sekadar urusan dua perusahaan, melainkan akan membentuk masa depan regulasi AI global. Bagaimana negara lain menanggapi kasus ini dapat menentukan standar baru untuk akuntabilitas model AI terhadap konten yang digunakan dalam pelatihan.

OpenAI sendiri sedang memperkuat posisinya dengan membantu negara membangun infrastruktur AI sambil menghadapi persaingan ketat dari pendatang baru seperti DeepSeek. Keputusan pengadilan yang menguntungkan ini memberikan ruang bernapas bagi perusahaan untuk fokus pada inovasi tanpa beban preservasi data yang berlebihan.

Namun, kemenangan ini mungkin hanya sementara. The New York Times masih dapat melanjutkan gugatan hak cipta mereka dengan data yang sudah terkumpul. Proses hukum ini dapat berlangsung bertahun-tahun dan menghasilkan preseden penting tentang bagaimana konten digital dilindungi di era AI.

Bagi Anda pengguna setia ChatGPT, keputusan ini setidaknya memberikan jaminan bahwa percakapan masa depan Anda tidak akan disimpan selamanya tanpa alasan kuat. Tapi ingat, dalam dunia digital, privasi selalu relatif. Seperti kata pepatah lama, “jika Anda tidak membayar untuk produk, maka Andalah produknya”—atau dalam kasus AI, data Andalah yang menjadi mata uangnya.

Persaingan di industri AI semakin panas dengan kesepakatan data center raksasa dengan UAE yang menuai kritik, menunjukkan betapa geopolitik dan teknologi kini tak terpisahkan. Keputusan pengadilan dalam kasus OpenAI vs New York Times ini mungkin hanya satu babak dalam drama besar yang akan menentukan masa hubungan antara manusia, mesin, dan hak atas data.

Apple Siap Rilis M5 Chip Pekan Ini, iPad Pro dan MacBook Pro Baru

0

Telset.id – Hanya dalam hitungan hari, Apple dikabarkan akan meluncurkan generasi terbaru chip M5 yang akan menghidupkan sejumlah perangkat andalannya. Menurut laporan terpercaya dari Mark Gurman di Bloomberg, raksasa teknologi asal Cupertino itu bersiap untuk merilis lineup produk Oktober mereka—termasuk iPad Pro yang ditingkatkan, Vision Pro dengan strap yang didesain ulang, dan MacBook Pro model dasar—semuanya ditenagai oleh silicon terbaru Apple. Kabar ini tentu membuat para penggemar setia Apple dan kalangan profesional menanti dengan penasaran: akankah M5 menjadi lompatan performa signifikan yang selama ini dinantikan?

Spekulasi mengenai waktu peluncuran M5 MacBook Pro sendiri sempat berubah-ubah. Awalnya, target rilis diperkirakan terjadi pada awal tahun 2026. Namun, dalam perkembangan terbaru, Gurman mengungkapkan bahwa Apple sedang “mendekati produksi massal” untuk laptop-laptop barunya. Perubahan timeline ini bukan tanpa alasan. Jika Anda memperhatikan, toko-toko Apple mulai mengalami kekurangan stok untuk MacBook Pro dengan chip M4, sementara varian dengan M4 Pro atau M4 Max masih tersedia cukup banyak. Ini adalah indikasi klasik—dan seringkali akurat—bahwa produk penerusnya sudah di ambang pintu.

Namun, ada sedikit catatan untuk para power user yang menantikan varian chip yang lebih ganas. Gurman juga menegaskan dalam newsletter sebelumnya bahwa chip M5 Pro dan M5 Max belum akan “siap dalam volume” hingga awal tahun depan. Jadi, jika Anda berharap dapat segera membawa pulang mesin dengan performa maksimal, mungkin perlu bersabar sedikit lebih lama. Tapi untuk kebutuhan sehari-hari yang tetap membutuhkan kekuatan ekstra, MacBook Pro dasar dengan chip M5 sudah lebih dari cukup.

Ilustrasi chip Apple M5 dengan latar belakang gelap dan cahaya biru

Lalu, bagaimana dengan proses peluncurannya? Jangan berharap akan ada event spektakuler seperti saat iPhone 17 diumumkan. Apple kemungkinan akan mengungkap lineup musim gugur mereka yang tersisa melalui pengumuman online, mirip dengan yang mereka lakukan untuk MacBook Pro saat ini pada Oktober tahun lalu. Pendekatan ini semakin mengukuhkan tren Apple yang lebih efisien dan langsung ke inti untuk produk-produk di luar iPhone.

Perlu diingat, ini bukan pertama kalinya chip Apple M5 series diklaim tawarkan kinerja sekelas server. Potensi performa tinggi yang diusung generasi baru ini memang telah menjadi bahan perbincangan hangat di kalangan pengembang dan kreator konten. Bagaimana tidak, lompatan arsitektur yang diusung M5 diyakini mampu menangani beban kerja berat yang sebelumnya hanya bisa diatasi oleh workstation high-end.

Bagian yang tak kalah menarik adalah bagaimana Apple mengintegrasikan chip M5 ke dalam iPad Pro. Perangkat yang sudah powerful ini diprediksi akan mendapatkan peningkatan signifikan, tidak hanya di sisi prosesor tetapi juga fitur pendukungnya. Bocoran resmi mengindikasikan iPad Pro M5 bakal hadir dengan dual kamera depan, sebuah solusi cerdas yang akan merevolusi pengalaman FaceTime dan konferensi video. Bayangkan melakukan panggilan video dengan kualitas sinematik sambil mengerjakan proyek desain—semuanya dalam satu perangkat yang ringkas.

Sementara itu, untuk Vision Pro, upgrade yang datang mungkin terlihat sederhana: strap yang didesain ulang. Tapi jangan remehkan perubahan ini. Kenyamanan adalah faktor kritis dalam perangkat wearable, dan penyempurnaan pada strap bisa menjadi pembeda antara pengalaman yang menyenangkan dan yang membuat sakit kepala. Meskipun Apple Vision Pro 2 sebelumnya dikabarkan akan rilis dengan chip M4, integrasi M5 justru mengindikasikan lompatan generasi yang lebih ambisius.

Jadi, apa yang bisa kita harapkan dari chip M5 ini? Berdasarkan pola sebelumnya, kita dapat memperkirakan peningkatan efisiensi daya yang signifikan—sesuatu yang sangat krusial untuk perangkat mobile seperti iPad Pro dan MacBook Pro. Baterai yang lebih tahan lama dengan performa yang justru meningkat? Itulah kombinasi ajaib yang selalu diidamkan pengguna. Belum lagi kemungkinan peningkatan pada neural engine yang akan memperkuat kemampuan machine learning dan AI di perangkat Apple.

Bagi para profesional yang bergantung pada Apple ecosystem, kedatangan M5 bukan sekadar upgrade biasa. Ini adalah evolusi yang akan menentukan workflow mereka untuk tahun-tahun mendatang. Dari editor video yang membutuhkan render time lebih cepat, desainer yang menginginkan responsivitas maksimal, hingga developer yang menjalankan multiple virtual machine—semua mata tertuju pada bagaimana M5 akan menjawab tantangan ini.

Pertanyaannya sekarang: sudah siapkah Anda menyambut generasi baru Apple silicon? Dengan rilis yang diprediksi terjadi dalam hitungan hari, mungkin inilah saat yang tepat untuk mulai mempertimbangkan upgrade—atau setidaknya, mengikuti perkembangan terbaru dengan seksama. Satu hal yang pasti: landscape computing profesional akan segera mengalami perubahan menarik dengan kehadiran M5.

Samsung Gempur TSMC dengan Chip 2nm untuk Snapdragon Elite Gen 5

0

Telset.id – Persaingan sengit di dunia foundry chip sedang mencapai titik didih baru. Samsung Foundry dikabarkan telah mengirimkan sampel uji Snapdragon 8 Elite Gen 5 yang dibangun dengan proses 2nm Gate-All-Around (GAA) terbarunya kepada Qualcomm. Langkah strategis ini bukan hanya sekadar uji coba teknologi, melainkan sinyal kuat bahwa Samsung siap merebut kembali dominasi TSMC di pasar chip high-end.

Bocoran dari New Daily Korea Selatan mengungkapkan bahwa Samsung tak main-main dalam pendekatannya. Perusahaan asal Negeri Ginseng itu disebut menawarkan harga agresif untuk merebut kembali hati Qualcomm, yang selama ini lebih memilih TSMC sebagai mitra produksi utamanya. Jika strategi ini berhasil, kita mungkin akan menyaksikan perang harga baru di industri foundry yang bisa menguntungkan seluruh rantai pasokan.

Qualcomm tampaknya sedang memainkan kartu cerdas dengan mengeksplorasi dual sourcing sekali lagi. Snapdragon 8 Elite Gen 5 sendiri sebenarnya sudah resmi diluncurkan pada Snapdragon Summit akhir September 2025 dan telah memasuki fase produksi massal di TSMC. Namun keputusan Qualcomm untuk menguji proses 2nm Samsung menunjukkan keinginan kuat untuk mendiversifikasi supply chain dan mengurangi ketergantungan pada satu foundry saja.

Ilustrasi proses produksi chip 2nm Samsung Foundry untuk Snapdragon 8 Elite Gen 5

Dalam beberapa bulan ke depan, para engineer Qualcomm akan melakukan serangkaian pengujian ketat terhadap sampel dari Samsung. Fokus utama mereka adalah konsistensi yield, manajemen thermal, dan keandalan jangka panjang. Hasil pengujian ini akan menjadi penentu apakah Samsung layak kembali menjadi mitra produksi Qualcomm setelah pengalaman kurang menyenangkan dengan Snapdragon 888 dan Snapdragon 8 Gen 1 dulu.

Ingat bagaimana kedua chip tersebut sempat dikritik karena masalah overheating dan yield yang tidak konsisten? Pengalaman itulah yang akhirnya membuat Qualcomm kembali ke pelukan TSMC. Tapi Samsung rupanya tak menyerah. Perusahaan ini dikabarkan telah berhasil menstabilkan teknologi prosesnya, terbukti dari kepercayaan diri mereka menggunakan chip Exynos untuk pertama kalinya pada perangkat foldable tahun ini.

Galaxy Z Flip7 yang ditenagai Exynos 2500 sejauh ini tidak menunjukkan masalah performa signifikan, memberikan angin segar bagi reputasi Samsung Foundry. Ini menjadi bukti nyata bahwa Samsung serius memperbaiki kekurangan di masa lalu. Bahkan, AMD pun memilih TSMC untuk prosesor EPYC Venice 2nm mereka, menunjukkan betapa ketatnya persaingan di node advanced ini.

Faktor harga menjadi senjata ampuh Samsung dalam pertarungan kali ini. Biaya wafer di node advanced TSMC dikabarkan melonjak hingga 24% year-over-year, membuat pricing yang lebih kompetitif dari Samsung menjadi opsi menarik bagi Qualcomm. Dalam industri yang semakin sensitif terhadap biaya produksi, perbedaan harga yang signifikan bisa menjadi penentu keputusan bisnis.

Jika semua berjalan sesuai rencana dan Qualcomm memberi lampu hijau, chip Snapdragon 2nm pertama hasil kolaborasi ini bisa debut di Galaxy Z Flip8 pada pertengahan 2026. Timeline yang cukup ambisius, tapi bukan tidak mungkin mengingat persiapan yang telah dilakukan Samsung. Sementara itu, Google Pixel 11 juga dikabarkan akan menggunakan chipset 2nm, menunjukkan betapa panasnya persaingan di segmen ini.

Lalu bagaimana dengan Exynos 2600? Chipset andalan Samsung ini diperkirakan akan menghidupkan Galaxy S26 series di sebagian besar pasar, asalkan berhasil masuk produksi massal sebelum Januari 2026. Keputusan Samsung menggunakan Exynos untuk lini foldable dan kemungkinan kembali memproduksi chip Qualcomm menunjukkan strategi diversifikasi yang cerdas.

Persaingan sehat antara Samsung dan TSMC sebenarnya membawa angin segar bagi konsumen. Kompetisi yang ketat biasanya mendorong inovasi lebih cepat sekaligus membantu menekan harga chip. Dalam jangka panjang, ini berarti perangkat flagship masa depan bisa menawarkan performa lebih baik dengan harga lebih terjangkau. Bandingkan dengan laptop gaming dengan prosesor 12nm yang masih bertahan di pasar, terlihat jelas bagaimana teknologi semiconductor terus berkembang pesat.

Pertanyaannya sekarang: apakah Samsung benar-benar siap menebus kesalahan masa lalu? Dan yang lebih penting, apakah Qualcomm bersedia mengambil risiko kembali ke Samsung setelah pengalaman pahit sebelumnya? Jawabannya mungkin akan kita dapatkan dalam beberapa bulan ke depan, ketika hasil pengujian sampel chip 2nm ini keluar.

Satu hal yang pasti: pertarungan di arena 2nm ini akan menentukan peta kekuatan industri semiconductor untuk tahun-tahun mendatang. Baik Samsung maupun TSMC sama-sama tidak ingin ketinggalan dalam perlombaan teknologi yang satu ini. Dan kita sebagai konsumen, siap-siap menikmati hasil dari persaingan sengit ini dalam bentuk perangkat yang lebih powerful dan efisien.

Tes Baterai iPhone 17 Pro Max vs Xiaomi 17 Pro Max Mengejutkan

0

Telset.id – Bayangkan Anda memiliki dua smartphone flagship: satu dengan baterai 7.500 mAh dan berat 219 gram, satunya lagi dengan baterai 4.823 mAh dan bobot 233 gram. Mana yang menurut Anda akan bertahan lebih lama? Jika jawaban Anda adalah yang pertama, siap-siap terkejut dengan hasil tes baterai terkini yang justru menunjukkan fakta sebaliknya.

Dalam dunia smartphone, kapasitas baterai sering dianggap sebagai penentu utama ketahanan daya. Logika sederhana: semakin besar mAh, semakin lama ponsel bertahan. Namun, tes baterai terbaru dari TechDroider terhadap iPhone 17 Pro Max dan Xiaomi 17 Pro Max membuktikan bahwa realitas tidak sesederhana itu. Meski kapasitas baterai Xiaomi 17 Pro Max 36% lebih besar daripada iPhone 17 Pro Max, kedua ponsel ini hampir seimbang dalam uji ketahanan baterai.

Bagaimana mungkin ponsel dengan baterai jauh lebih kecil bisa bersaing ketat dengan rival yang kapasitas baterainya hampir 2.000 mAh lebih besar? Rahasianya ternyata terletak pada optimisasi sistem yang dilakukan Apple melalui pendekatan hardware-software terintegrasi. Hasil tes menunjukkan Xiaomi 17 Pro Max bertahan 13 jam 36 menit, sementara iPhone 17 Pro Max hanya kalah tipis 5 menit dengan durasi 13 jam 31 menit.

Perbandingan hasil tes baterai iPhone 17 Pro Max vs Xiaomi 17 Pro Max

Detil Tes Baterai yang Menghasilkan Kejutan

TechDroider melakukan tes baterai yang komprehensif dengan melibatkan enam flagship terbaru: Xiaomi 17 Pro Max (7.500 mAh), iPhone 17 Pro Max (4.823 mAh), Galaxy S25 Ultra (5.000 mAh), Xiaomi 15 Pro (6.100 mAh), Pixel 10 Pro XL (5.200 mAh), dan OnePlus 13 (6.000 mAh). Metode pengujian dirancang untuk mensimulasikan penggunaan berat sehari-hari, mencakup sesi gaming intensif, pemutaran YouTube, browsing web, penggunaan Instagram, dan terakhir perekaman video 4K hingga ponsel mati total.

Hasil lengkapnya cukup mengejutkan: Xiaomi 17 Pro Max memang menjadi juara dengan 13 jam 36 menit, tetapi iPhone 17 Pro Max yang hanya bermodal baterai 4.823 mAh berhasil bertahan hingga 13 jam 31 menit. Posisi ketiga ditempati Xiaomi 15 Pro dengan 12 jam 31 menit, diikuti OnePlus 13 (11 jam 56 menit), Pixel 10 Pro XL (11 jam 28 menit), dan Galaxy S25 Ultra (11 jam 20 menit).

Yang menarik, perbedaan hanya 5 menit antara dua ponsel teratas ini terjadi meskipun kapasitas baterai mereka berbeda signifikan. Fakta ini mengundang pertanyaan: seberapa pentingkah angka mAh sebenarnya dalam menentukan ketahanan baterai smartphone?

Efisiensi Chipset: Kunci Rahasia di Balik Performa Baterai

Meski tidak bisa dibandingkan secara langsung karena platform berbeda, efisiensi chipset A19 Pro pada iPhone 17 Pro Max dan Snapdragon 8 Elite Gen 5 pada Xiaomi 17 Pro Max jelas menjadi faktor penentu. Apple dikenal dengan pendekatan “vertical integration” dimana mereka mendesain chipset, hardware, dan software secara bersamaan untuk mencapai optimisasi maksimal.

Pendekatan ini memungkinkan iPhone 17 Pro Max menghasilkan performa baterai yang hampir menyamai Xiaomi 17 Pro Max meski dengan kapasitas baterai yang jauh lebih kecil. Hasil tes ini konsisten dengan temuan sebelumnya dalam uji baterai antara iPhone Air dan Galaxy S25 Edge bulan lalu, yang juga menunjukkan keunggulan efisiensi perangkat Apple.

Bagi Anda yang tertarik dengan flagship Apple terbaru, informasi mengenai pre-order iPhone 17 dan iPhone Air di Indonesia sudah bisa diakses. Sementara untuk panduan lengkap pre-order, Anda dapat melihat cara pre-order iPhone 17 di Indonesia melalui iBox dan Digimap.

Implikasi bagi Konsumen dan Masa Depan Smartphone

Hasil tes ini memberikan pelajaran berharga bagi konsumen: jangan hanya terpaku pada angka kapasitas baterai saat memilih smartphone. Faktor seperti efisiensi chipset, optimisasi software, dan manajemen daya yang cerdas ternyata sama pentingnya, bahkan mungkin lebih krusial.

Dalam konteks persaingan Android vs iOS, tes ini menunjukkan bahwa meski Android menawarkan kapasitas baterai yang lebih besar, Apple berhasil menutupi kekurangan tersebut melalui efisiensi sistem yang superior. Namun, penting diingat bahwa performa baterai bisa bervariasi tergantung kondisi penggunaan spesifik, seperti optimisasi aplikasi di platform berbeda atau kualitas sinyal jaringan.

Perbandingan menarik lainnya bisa dilihat dalam duel Xiaomi 17 vs Google Pixel 10 yang menawarkan dinamika berbeda dalam ekosistem Android. Tren ini mengindikasikan bahwa di masa depan, produsen smartphone tidak hanya akan fokus pada penambahan kapasitas baterai, tetapi juga pada peningkatan efisiensi sistem secara keseluruhan.

Jadi, lain kali Anda membandingkan smartphone, ingatlah bahwa angka mAh yang besar tidak selalu menjamin ketahanan baterai yang lebih baik. Terkadang, yang kecil justru lebih perkasa—setidaknya dalam dunia smartphone flagship 2025.

Vivo X300 Bocoran Lengkap: Spesifikasi Gahar dan Tanggal Rilis Terungkap

0

Telset.id – Bayangkan sebuah smartphone yang menggabungkan kekuatan chipset flagship dengan kamera 200MP dan desain compact yang nyaman di genggaman. Itulah yang ditawarkan Vivo X300 menurut bocoran terbaru yang berhasil kami himpun. Sebelum peluncuran resminya pada 13 Oktober mendatang, seluruh spesifikasi seri Vivo X300 telah muncul melalui listing China Telecom dan slide presentasi yang bocor.

Bocoran ini memberikan gambaran komprehensif tentang apa yang bisa kita harapkan dari Vivo X300, mulai dari dimensi fisik, pilihan warna, spesifikasi layar, hingga konfigurasi kamera yang mengesankan. Sebagai jurnalis teknologi yang telah meliput berbagai peluncuran smartphone selama bertahun-tahun, saya harus mengatakan bahwa jika bocoran ini akurat, Vivo sedang menyiapkan sesuatu yang sangat spesial.

Vivo X300 dengan nomor model V2509A dikabarkan akan menjadi smartphone compact dengan dimensi 150.57 x 71.92 x 7.95mm dan berat hanya 190 gram. Desain yang ramping ini akan tersedia dalam pilihan warna Freedom Blue, Leisure Purple, Lucky Colour, dan Pure Black – kombinasi yang menarik untuk berbagai selera pengguna.

Vivo X300

Yang membuat kami semakin penasaran adalah spesifikasi layarnya. Vivo X300 akan menggunakan panel OLED BOE Q10+ berukuran 6.31 inch dengan resolusi 1.5K (2640 x 1216 pixels) dan refresh rate 120Hz. Kombinasi ini menjanjikan pengalaman visual yang tajam dan smooth, cocok baik untuk konsumsi konten maupun gaming.

Dari sisi performa, Vivo X300 dikabarkan akan ditenagai oleh chipset Dimensity 9500 yang belum lama ini dibocorkan spesifikasinya sebagai calon chipset terkuat. Dipadukan dengan baterai berkapasitas 6,040mAh yang mendukung pengisian cepat 90W wired dan 40W wireless, perangkat ini sepertinya tidak akan membuat Anda kecewa dalam hal daya tahan.

Kamera: Senjata Utama Vivo X300

Sektor kamera selalu menjadi andalan Vivo, dan X300 sepertinya tidak akan mengecewakan. Untuk selfie, perangkat ini akan menggunakan kamera Samsung JN1 50-megapixel dengan field of view 92 derajat. Tapi yang lebih menarik adalah setup kamera belakangnya.

Vivo X300 akan membawa triple camera system yang terdiri dari kamera utama Samsung HPB 200-megapixel dengan OIS, lensa ultra-wide Samsung JN1 50-megapixel, dan kamera periscope telephoto Sony LYT-602 50-megapixel dengan OIS. Konfigurasi ini mendukung focal length 23/50mm dan dilengkapi dengan chip V3+ untuk post-processing yang lebih optimal.

Vivo X300 series specs leak

Bocoran tentang spesifikasi lengkap Vivo X300 ini semakin memperkuat posisi Vivo dalam persaingan smartphone flagship. Dengan kombinasi chipset Dimensity 9500 dan kamera 200MP, Vivo sepertinya sedang menyiapkan jawaban serius untuk para kompetitornya.

Fitur Tambahan dan Ketersediaan

Seri X300 Pro akan datang dengan Android 16 dan lapisan OriginOS 6 di atasnya. Fitur-fitur pendukung lainnya termasuk universal signal amplifier 3.0, 4 Wi-Fi wall-penetrating chips, dual speakers, x-axis linear motor, ultrasonic in-screen fingerprint scanner, Bluetooth 5.4, NFC, USB 3.2 Gen 1, dan rating IP68.

Mulai 17 Oktober, Vivo X300 akan tersedia dalam berbagai varian RAM dan storage: 12GB+256GB, 12GB+512GB, 16GB+256GB, 16GB+512GB, dan 16GB+1TB. Vivo juga telah mengonfirmasi bahwa perangkat ini akan mendukung Zeiss 2.35× telephoto teleconverter sebagai aksesori opsional.

Persaingan di segmen flagship semakin panas dengan kehadiran Vivo X300 ini. Seperti yang kami laporkan sebelumnya tentang Oppo Find X9 Series yang juga dibocorkan spesifikasinya, tahun depan akan menjadi ajang pertarungan seru antara para vendor smartphone premium.

Meskipun bocoran ini terlihat sangat meyakinkan, sebagai jurnalis yang berpengalaman, saya selalu menyarankan pembaca untuk menyikapinya dengan hati-hati. Beberapa detail mungkin tidak sepenuhnya akurat, dan kita harus menunggu pengumuman resmi dari Vivo pada 13 Oktober mendatang untuk memastikan semua spesifikasi ini.

Bocoran: Xiaomi Mix Flip 3 dan Civi 6 Dibatalkan untuk 2026?

0

Telset.id – Apa yang terjadi dengan lini produk andalan Xiaomi? Bocoran terbaru dari seorang tipster ternama di China mengindikasikan bahwa dua model yang dinanti-nantikan—Xiaomi Mix Flip 3 dan Xiaomi Civi 6—mungkin tidak akan meluncur pada tahun 2026. Kabar ini tentu mengejutkan, mengingat kedua perangkat ini diharapkan dapat melanjutkan warisan seri sebelumnya. Namun, performa penjualan yang kurang memuaskan dari generasi pendahulunya disebut-sebut sebagai biang keladi keputusan ini.

Anda mungkin bertanya-tanya, mengapa Xiaomi yang dikenal agresif dalam meluncurkan produk tiba-tiba mengerem? Rupanya, pasar foldable vertikal dan mid-range yang semakin padat persaingan membuat setiap langkah harus dihitung matang. Mix Flip 2, yang merupakan ponsel lipat vertikal pertama Xiaomi, konon tidak berhasil mencatatkan angka penjualan yang membanggakan meski dibekali desain premium dan harga bersaing. Nasib serupa dialami Civi 5 yang kesulitan merebut pangsa pasar di segmen mid-range.

Lalu, bagaimana dengan rencana globalisasi kedua seri ini? Sebelumnya, setelah peluncuran Mix Flip 2 dan Civi 5 Pro di China, beredar kabar bahwa keduanya akan dirilis secara global—dengan Civi 5 Pro kemungkinan diubah namanya menjadi Xiaomi 15 Civi. Namun, hingga Xiaomi merilis seri flagship Xiaomi 15T untuk pasar global, tidak ada kabar resmi mengenai kehadiran Mix Flip 2 dan 15 Civi di luar China. Ini semakin menguatkan spekulasi bahwa kedua perangkat tersebut dibatalkan untuk rilis yang lebih luas.

Ilustrasi ponsel lipat Xiaomi Mix Flip series di meja kerja

Kredibilitas Sumber dan Spekulasi Model

Bocoran ini datang dari seorang tipster yang terutama dikenal karena membagikan informasi tentang ponsel Honor mendatang. Namun, diskusi di bagian komentar postingan Weibo-nya mengarah pada spekulasi bahwa yang dia maksud adalah Xiaomi. Meskipun tipster tersebut tidak menyebutkan nama model secara spesifik, analisis komunitas teknologi menyimpulkan bahwa perangkat yang dimaksud kemungkinan besar adalah Xiaomi Mix Flip 3 dan Xiaomi Civi 6.

Keputusan untuk menghentikan pengembangan satu generasi ini memang mengejutkan, terutama untuk Mix Flip 3. Bagaimana tidak, perangkat dengan nomor model 2603APX0AC dan 2603EPX2DC ini sudah terlihat di database IMEI pada Juli tahun ini. Kemunculan di database IMEI biasanya menjadi pertanda bahwa perangkat sedang dalam tahap pengembangan lanjutan. Namun, tampaknya Xiaomi memilih untuk mengevaluasi ulang strateginya.

Fenomena ini mengingatkan kita pada pola yang sebelumnya terjadi di lini Mix Fold Xiaomi. Tahun lalu, Xiaomi meluncurkan Mix Fold 4 di China, namun tahun ini mereka melewatkan Mix Fold 5. Sebagai gantinya, database IMEI baru-baru ini mengungkap bahwa Xiaomi mungkin akan meluncurkan ponsel lipat buku pada tahun 2026, kemungkinan dengan nama Xiaomi 17 Fold, bukan Mix Fold 6. Pola penamaan baru ini bisa mengindikasikan strategi rebranding yang lebih luas.

Dampak Strategis dan Masa Depan Lini Produk

Keputusan untuk membatalkan atau menunda peluncuran Mix Flip 3 dan Civi 6 bukanlah langkah kecil bagi Xiaomi. Di balik keputusan ini, tersimpan pelajaran berharga tentang dinamika pasar smartphone yang semakin kompleks. Pasar foldable vertikal, meskipun menarik, ternyata tidak semudah yang dibayangkan—terutama ketika harus bersaing dengan pemain mapan seperti Samsung dengan seri Z Flip-nya.

Di segmen mid-range, persaingan semakin ketat dengan kehadiran pemain seperti Xiaomi 15T Pro yang menawarkan spesifikasi tinggi dengan harga lebih terjangkau. Civi 5, dengan positioning-nya yang lebih fokus pada desain dan kamera, mungkin kesulitan menemukan celah di antara deretan ponsel yang menawarkan value for money lebih tinggi.

Grafik pertumbuhan pasar smartphone foldable dan mid-range global

Lalu, apa implikasi bagi konsumen? Jika Anda menantikan kehadiran Mix Flip 3 atau Civi 6, mungkin perlu bersabar lebih lama. Namun, kabar baiknya adalah Xiaomi kemungkinan akan fokus pada penyempurnaan HyperOS 3 untuk perangkat-perangkat yang sudah ada, sekaligus mempersiapkan lini produk lain yang lebih strategis. Dengan lebih dari 80 model dalam uji coba HyperOS 3, jelas Xiaomi tidak kekurangan inovasi.

Pertanyaan besarnya: apakah ini akhir dari lini Mix Flip dan Civi? Atau hanya jeda sementara untuk evaluasi dan penyempurnaan? Mengingat Xiaomi dikenal sebagai perusahaan yang cepat beradaptasi, sangat mungkin mereka akan kembali dengan strategi yang lebih matang. Mungkin dengan desain yang lebih inovatif, atau positioning harga yang lebih kompetitif. Atau, siapa tahu, mereka sedang mempersiapkan kejutan lain yang belum terungkap.

Bagi penggemar setia Xiaomi, perkembangan ini mungkin mengecewakan. Namun, dalam dunia teknologi yang serba cepat, terkadang langkah mundur justru diperlukan untuk melompat lebih jauh. Yang pasti, pasar smartphone tahun 2026 akan tetap menarik untuk diikuti—dengan atau tanpa kehadiran Mix Flip 3 dan Civi 6. Kita tunggu saja perkembangan resmi dari Xiaomi dalam bulan-bulan mendatang.