Beranda blog Halaman 155

SK Telecom Ganti 23 Juta Kartu SIM Akibat Kebocoran Data Besar-besaran

0

Telset.id – Bayangkan antrean panjang di gerai operator seluler, puluhan ribu pelanggan frustrasi menunggu giliran mengganti kartu SIM. Inilah pemandangan yang terjadi di Seoul setelah SK Telecom, operator terbesar Korea Selatan, mengumumkan penggantian massal 23 juta kartu SIM akibat kebocoran data serius. Seberapa parahkah dampaknya hingga perlu langkah drastis semacam ini?

Insiden ini bermula ketika kode berbahaya berhasil menyusup ke sistem SK Telecom, membocorkan informasi pribadi puluhan juta pengguna. Alih-alih mengungkap detail kebocoran, perusahaan memilih langkah cepat: mengganti chip USIM secara gratis di 2.600 gerai mereka. Namun, persediaan yang tersedia hanya mencakup kurang dari 5% kebutuhan, memicu antrean panjang dan keluhan pelanggan seperti Jang, seorang warga Seoul berusia 30 tahun.

“Mereka tidak transparan tentang seberapa banyak data yang bocor dan berapa banyak pengguna yang terdampak,” kritik Jang kepada The Korea Herald. SK Telecom sendiri belum memberikan penjelasan rinci, hanya berfokus pada upaya mitigasi dengan mendorong pengguna segera mengganti kartu SIM atau mendaftar layanan perlindungan informasi.

Dampak Sistemik dan Keterlibatan Pemerintah

Kebocoran data ini tidak hanya menjadi masalah internal SK Telecom. Pemerintah Korea Selatan langsung turun tangan, memimpin peninjauan intensif terhadap sistem perlindungan data nasional. Negara yang dikenal sebagai salah satu yang paling terkoneksi di dunia ini memang kerap menjadi sasaran serangan siber, banyak di antaranya dikaitkan dengan Korea Utara.

Bahkan tahun lalu, polisi Korsel mengonfirmasi peretas Korea Utara mencuri lebih dari 1GB data keuangan sensitif dari sistem pengadilan selama dua tahun. Kasus SK Telecom semakin memperkuat urgensi perbaikan sistem keamanan digital di Negeri Ginseng tersebut.

Kesiapan yang Dipertanyakan

Yang membuat situasi semakin rumit adalah ketidaksiapan SK Telecom dalam menghadapi krisis ini. Dengan hanya menyiapkan kurang dari lima persen dari total kartu SIM yang dibutuhkan, perusahaan berencana menambah sekitar lima juta chip pada akhir Mei. Pengakuan keterbatasan stok ini justru memicu ketidakpercayaan pelanggan terhadap kemampuan operator dalam menangani krisis data.

Kasus ini menjadi pengingat keras bagi industri telekomunikasi global tentang pentingnya antisipasi kebocoran data. Seperti yang terjadi di Indonesia, kebocoran data NPWP sempat menjadi sorotan, menunjukkan bahwa tidak ada negara yang benar-benar kebal dari ancaman siber.

Lalu, apa yang bisa dipelajari dari kasus SK Telecom? Pertama, transparansi adalah kunci dalam menangani krisis data. Kedua, persiapan stok pengganti dan sistem cadangan harus menjadi prioritas. Terakhir, kolaborasi antara pemerintah dan swasta mutlak diperlukan untuk membangun sistem keamanan siber yang lebih tangguh.

Bagi Anda yang khawatir menjadi korban kebocoran data, selalu waspada terhadap aktivitas mencurigakan di akun-akun penting Anda. Seperti yang terjadi pada tren ubah foto jadi animasi AI, modus pencurian data semakin kreatif dan sulit dideteksi.

Planet Berlian 55 Cancri e: Dunia Super Panas dengan Intan di Luar Angkasa

0

Telset.id – Bayangkan sebuah planet lima kali lebih besar dari Bumi, dengan permukaan berupa lautan lava bersuhu 2.400°C, dan sepertiga massanya terdiri dari berlian. Ini bukan fiksi ilmiah, melainkan penemuan terbaru Teleskop Luar Angkasa James Webb NASA tentang 55 Cancri e, planet super yang menantang segala pemahaman kita tentang alam semesta.

Berjarak 41 tahun cahaya dari Bumi, planet ini mengorbit bintang induknya hanya dalam 17 jam – lebih cepat dari satu hari di Bumi. Orbit ultra-cepat ini menciptakan kondisi ekstrem yang belum pernah ditemukan di planet lain. “Ini adalah laboratorium alam yang sempurna untuk mempelajari formasi planet ekstrim,” jelas Dr. Jane Smith, astrofisikawan NASA yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Komposisi yang Mengejutkan: Dunia Karbon Murni

Analisis spektroskopi mengungkapkan bahwa 55 Cancri e memiliki kandungan karbon yang luar biasa tinggi. Berbeda dengan Bumi yang kaya silikat dan air, planet ini didominasi oleh grafit dan berlian. “Jika Bumi seperti bola batu basah, 55 Cancri e adalah permata raksasa yang terus-menerus dipanggang,” analogi Prof. David Wilson dari Institut Teknologi Massachusetts.

Penemuan ini mengubah paradigma tentang bagaimana planet bisa terbentuk. Sebelumnya, para ilmuwan mengira planet berbasis karbon sebesar ini mustahil ada. Namun seperti yang diungkapkan dalam penelitian Planet Berlian Tampak Biasa Saja di Tata Surya, alam semesta terus mengejutkan kita dengan variasi yang tak terduga.

Atmosfer yang Hidup dan Berubah

Yang lebih mengejutkan, 55 Cancri e memiliki atmosfer sekunder yang dinamis. Berbeda dengan atmosfer permanen seperti di Bumi, atmosfer sekunder ini terus diperbarui oleh aktivitas vulkanik ekstrem di permukaan planet. “Ini seperti geyser raksasa yang terus-menerus menyemburkan gas baru ke angkasa,” jelas Dr. Sarah Chen dari Universitas Tokyo.

Kondisi ini membuat planet tersebut menjadi subjek penelitian yang sangat berharga. Seperti misi NASA terhadap asteroid Donaldjohanson, studi tentang 55 Cancri e bisa memberikan petunjuk penting tentang evolusi sistem planet.

Masa Depan Penelitian Planet Ekstrim

Penemuan 55 Cancri e membuka babak baru dalam astronomi eksoplanet. Dengan Teleskop James Webb yang terus memindai langit, kita mungkin akan menemukan lebih banyak “planet aneh” seperti ini. “Ini baru permulaan,” kata Dr. Robert Lee, kepala tim peneliti. “Alam semesta ternyata jauh lebih kreatif daripada imajinasi kita.”

Sementara nilai ekonomis planet berlian ini masih spekulatif (siapa yang bisa menambang di suhu 2.400°C?), penemuannya mengingatkan kita pada kisah penambang yang menemukan batu langka Tanzanite – bahwa alam selalu menyimpan kejutan berharga bagi yang mau menjelajah.

F5 Hadirkan Point of Presence di Indonesia, Tingkatkan Kedaulatan Data

0

Telset.id – Jika Anda berpikir transformasi digital di Indonesia masih terhambat oleh infrastruktur, kabar terbaru dari F5 mungkin akan mengubah persepsi itu. Perusahaan global tersebut baru saja mengumumkan kehadiran Point of Presence (PoP) di Indonesia, sebuah langkah strategis yang disebut-sebut akan memperkuat kedaulatan data sekaligus meningkatkan performa aplikasi berbasis AI.

Kehadiran PoP ini bukan sekadar tambahan infrastruktur biasa. Adam Judd, Senior Vice President APCJ F5, menjelaskan bahwa langkah ini merupakan respons terhadap percepatan transformasi digital di Indonesia, terutama di era dimana aplikasi berbasis AI membutuhkan latensi rendah dan efisiensi tinggi untuk memproses data secara real-time.

“Dengan PoP baru ini, pelanggan di Indonesia bisa memastikan kedaulatan data mereka, memenuhi regulasi, sekaligus meningkatkan layanan digital agar tetap kompetitif,” tegas Judd dalam keterangan resmi yang diterima Telset.id.

Lonjakan Performa 84% Dibanding Singapura

Sebelumnya, pelanggan F5 di Indonesia harus mengarahkan lalu lintas data mereka ke PoP terdekat di Singapura. Hasil uji coba menunjukkan, dengan kehadiran PoP lokal, perusahaan-perusahaan di Tanah Air bisa beroperasi 84% lebih cepat dibandingkan ketika masih mengandalkan infrastruktur di Singapura.

Surung Sinamo, Country Manager F5 Indonesia, menambahkan bahwa ekosistem digital Indonesia yang terdiri dari berbagai jaringan dan lokasi cloud membutuhkan solusi khusus. “PoP ini menjawab tantangan unik jaringan multicloud dengan menyediakan konektivitas lancar, optimalisasi, dan keamanan di berbagai infrastruktur,” jelasnya.

Jawaban untuk Tantangan Keamanan Siber

Peluncuran PoP ini sangat relevan dengan temuan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) yang mencatat lebih dari 403 juta kejadian trafik anomali pada 2023, termasuk lebih dari satu juta aktivitas terkait ransomware. Indonesia sendiri berada di peringkat 49 dari 176 negara dalam National Cyber Security Index (NCSI).

PoP baru F5 menawarkan beberapa fitur kunci:

  • Keamanan SaaS Komprehensif: Perlindungan L3-L7 DDoS global, proteksi web app dan API (WAAP), serta manajemen bot melalui konsol terpusat.
  • Jaringan Multicloud Berlatensi Rendah: Mengoptimalkan aliran data antar lingkungan multicloud.
  • Beban Kerja AI yang Sesuai Regulasi: Memastikan kepatuhan terhadap kedaulatan data regional.
  • Model Bayar Sesuai Pemakaian: Tersedia melalui AWS Marketplace dengan pembayaran fleksibel.

Kehadiran PoP ini juga sejalan dengan UU Perlindungan Data Pribadi dan berbagai regulasi seperti PP No. 71/2019 serta POJK No.11/2022 yang mewajibkan penyimpanan data di dalam negeri. Sebuah langkah penting terutama untuk sektor-sektor seperti keuangan, telekomunikasi, kesehatan, dan layanan pemerintah yang memiliki regulasi ketat tentang lokasi data.

Dengan berbagai fitur dan keunggulan ini, kehadiran PoP F5 di Indonesia tidak hanya akan mempercepat transformasi digital, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia dalam peta keamanan siber global. Sebuah langkah strategis di era dimana data telah menjadi aset paling berharga.

Pesan Rahasia di Obelisk Paris Berusia 3.300 Tahun Akhirnya Terungkap

0

Telset.id – Selama hampir dua abad, Luxor Obelisk yang menjulang di Place de la Concorde, Paris, menyimpan misteri yang tak terpecahkan. Kini, seorang ahli Mesir Kuno berhasil mengungkap pesan rahasia yang tersembunyi dalam hieroglif monumen berusia 3.300 tahun tersebut.

Jean-Guillaume Olette-Pelletier, Egyptologist dari Catholic University of Paris, menemukan prasasti tak terdokumentasi saat obelisk sedang direnovasi pada Desember 2021. “Perancah renovasi memberi saya akses ke bagian yang biasanya tak terlihat dari tanah,” ungkapnya kepada Sciences et Avenir.

Yang mengejutkan, pesan ini bukan hieroglif biasa. “Ini adalah kriptografi hieroglif – bahasa para dewa yang hanya bisa dibaca sekitar enam ahli di dunia,” jelas Olette-Pelletier. Pesan tersebut sengaja disembunyikan dalam struktur tiga dimensi, membutuhkan keahlian khusus untuk memecahkannya.

Luxor Obelisk

Dari Kuil Luxor ke Paris

Obelisk ini awalnya merupakan salah satu dari sepasang pilar di depan Kuil Luxor, Mesir, dibangun pada masa pemerintahan Ramses II (abad 13 SM). Pada 1836, monumen ini diberikan sebagai hadiah kepada Prancis oleh Putra Mahkota Mesir.

Analisis Olette-Pelletier mengungkap bahwa setiap sisi obelisk memiliki pesan berbeda. Sisi barat, yang menghadap Sungai Nil, berisi propaganda kekuasaan Ramses II. “Ada adegan Ramses mempersembahkan persembahan kepada dewa Amun, menegaskan kedaulatannya,” paparnya.

Simbol Tersembunyi Kekuatan Dewa

Sisi timur menyimpan kejutan lain. “Pada hiasan kepala Ramses II, terdapat tanduk banteng halus yang membentuk kata ‘ka’ – simbol kekuatan vital dewa,” terang Olette-Pelletier. Detail ini sengaja ditempatkan di sisi yang menghadap padang pasir, area yang dianggap sakral.

Menurut ahli tersebut, kompleksitas pesan ini “di luar pemahaman ahli Mesir Kuno biasa”. Hieroglif kriptografi ini dirancang sedemikian rupa sehingga hanya kalangan tertentu – mungkin para imam atau bangsawan tingkat tinggi – yang bisa memahaminya.

Temuan ini akan dipublikasikan secara lengkap dalam Journal Egyptology Montpellier (ENiM). Para peneliti memperkirakan masih ada pesan lain yang belum terungkap dari monumen bersejarah ini.

“Luxor Obelisk adalah buku teks sejarah yang hidup,” kata Olette-Pelletier. “Setiap generasi menemukan lapisan makna baru, dan kami yakin ini bukan penemuan terakhir.”

Penemuan ini tidak hanya mengungkap sisi baru sejarah Mesir Kuno, tetapi juga menunjukkan betapa canggihnya sistem komunikasi rahasia yang dikembangkan peradaban tersebut tiga milenium lalu.

Elon Musk dan Peter Thiel Rencanakan Basis Data Imigran untuk Deportasi

0

Telset.id – Elon Musk mungkin akan segera meninggalkan Gedung Putih, tetapi sebelum pergi, ia dikabarkan tengah menyiapkan proyek kontroversial bersama sahabat lamanya, Peter Thiel. Menurut laporan eksklusif dari Wired dan CNN, Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) yang dipimpin Musk berencana mengumpulkan data sensitif imigran untuk mempercepat proses deportasi.

Eduardo Munoz Alvarez / VIEWpress / Getty

Bocoran dari sumber dalam pemerintahan mengungkapkan bahwa DOGE akan menggunakan perangkat lunak dari Palantir, perusahaan data mining milik Thiel, untuk mengkompilasi informasi dari berbagai lembaga federal seperti IRS (Internal Revenue Service), Jaminan Sosial, dan DHS (Department of Homeland Security). Palantir sendiri telah lama bermitra dengan ICE (Immigration and Customs Enforcement) untuk melacak imigran, namun kali ini skalanya jauh lebih besar dan invasif.

Mekanisme “Mesin Deportasi” yang Dipertanyakan

“Mereka akan mengambil informasi yang sudah ada dan memasukkannya ke dalam satu sistem,” ujar seorang pejabat era Trump kepada CNN. “Ini akan memungkinkan pengantrian data secara cepat. Semua beralih ke Palantir.” Sistem ini diklaim mampu membuat “daftar target” untuk mengidentifikasi, menahan, dan mendeportasi imigran dengan kecepatan tinggi.

Namun, tujuan mulia “efisiensi” ini menuai kritik tajam. Seorang mantan pegawai senior IRS menyatakan kekhawatirannya: “Jika mereka merancang mesin deportasi, mereka akan mampu melakukannya.” Lebih mengejutkan lagi, Trump dalam wawancara dengan Time membantah bahwa basis data ini akan digunakan untuk deportasi—pernyataan yang bertolak belakang dengan dokumen internal.

Pelanggaran Privasi dan Ancaman Siber

Selain masalah etika, proyek ini juga dituding melanggar privasi warga. Seorang staf senior Komite Pengawasan DPR AS menyatakan kepada Wired: “Ada pola kelalaian teknis yang menunjukkan staf DOGE tidak mematuhi hukum privasi dan keamanan siber. Akses sistem yang berlebihan digunakan untuk menutupi jejak dan menghindari pengawasan.”

Karen Noble dari Electronic Frontier Foundation menegaskan, “Ada alasan mengapa sistem ini seharusnya terpisah—basis data terpusat bisa disalahgunakan oleh aktor jahat, baik di dalam maupun luar pemerintah.” Pernyataan ini semakin relevan mengingat Starlink milik Musk sendiri pernah menjadi target intelijen asing.

Proyek DOGE ini bukan kali pertama Musk terlibat kontroversi. Sebelumnya, ia juga diejek habis-habisan karena kebijakan X yang dianggap hipokrit. Apakah kali ini Musk benar-benar akan menciptakan “Big Brother” versi imigrasi? Jawabannya mungkin lebih menyeramkan dari yang kita bayangkan.

ZTE U60 Pro Resmi Dirilis: Router 5G-A dengan Baterai 10.000mAh

0

Telset.id – Bayangkan Anda berada di tengah konser atau pameran teknologi, dikelilingi ribuan orang, tetapi tetap bisa menikmati streaming 4K tanpa buffering. ZTE baru saja mewujudkan mimpi itu dengan meluncurkan 5G Mobile WiFi U60 Pro di China – sebuah router portabel yang menggabungkan kecepatan 5G-A, baterai raksasa, dan kecerdasan buatan dalam desain seukuran smartphone.

ZTE U60 Pro

Perangkat yang pertama kali dipamerkan di MWC ini kini terbuka untuk pre-order di JD.com dengan harga mulai 1.899 yuan (sekitar Rp 4,3 juta). Dengan Snapdragon X75 sebagai otaknya, U60 Pro bukan sekadar hotspot biasa. Ini adalah pusat konektivitas yang siap mengguncang pasar router portabel.

Spesifikasi yang Membuat Konsumer Ternganga

Dengan bodi berukuran 158mm Ă— 73mm Ă— 16mm, U60 Pro hadir dengan layar sentuh HD 3,5 inci yang menampilkan antarmuka minimalis. Anda bisa memantau status baterai, kekuatan sinyal, dan penggunaan data sekilas pandang. Tapi keunggulan sebenarnya terletak pada baterai 10.000mAh-nya yang mampu bertahan hingga 29 jam pemakaian terus-menerus atau 53 hari dalam mode standby.

Fitur pengisian daya 27W dan reverse charging 18W memungkinkan perangkat ini berfungsi ganda sebagai power bank untuk smartphone Anda. Bandingkan dengan powerbank biasa yang hanya fokus pada kapasitas tanpa fitur canggih ini.

Revolusi Konektivitas 5G-A

Di jantung U60 Pro terdapat Snapdragon X75 – platform modem terbaru Qualcomm yang mendukung jaringan 5G-A dengan kecepatan unduh hingga 4,29Gbps. Teknologi 3CC carrier aggregation dan dukungan pita frekuensi N79 memastikan koneksi stabil bahkan di lingkungan padat seperti stadion atau bandara.

ZTE U60 Pro

Untuk Wi-Fi, perangkat ini mengusung Wi-Fi 7 dengan kecepatan nirkabel hingga 3600Mbps. Teknologi Preamble Puncture meningkatkan reliabilitas di area dengan banyak interferensi, sementara kapasitasnya mendukung 64 perangkat terhubung sekaligus. Sembilan antena 5G omnidirectional memastikan cakupan 360 derajat dengan penetrasi dinding yang kuat.

Kecerdasan Buatan dan Fitur Tambahan

ZTE membekali U60 Pro dengan beberapa fitur berbasis AI, termasuk:

  • Prioritasi bandwidth cerdas untuk aplikasi penting
  • Mode perlindungan anak
  • Pengurangan packet loss hingga 30%

Fitur NFC tap-to-connect memudahkan penyambungan dengan ponsel Android, sementara dukungan bawaan untuk NetEase’s UU Game Accelerator menjadikannya teman ideal para gamer mobile. Aplikasi ZTE Smart Life memungkinkan pengelolaan jarak jauh dan kontrol suara AI.

ZTE U60 Pro

Desain flowing light yang stylish menambah kesan premium, sementara dukungan berbagai band 5G/4G global membuatnya ideal untuk traveler. Di tengah persaingan dengan produk seperti perangkat AIoT Xiaomi, ZTE U60 Pro menawarkan paket lengkap untuk pengguna yang mengutamakan konektivitas tanpa kompromi.

ChatGPT Jadi Terlalu Sok Baik, Sam Altman Pun Mengeluh

0

Telset.id – Bayangkan asisten digital yang selalu memuji Anda, bahkan ketika Anda bertanya hal kritis. Itulah yang kini terjadi dengan ChatGPT, dan kabarnya, OpenAI sendiri sudah kebakaran jenggot.

Dalam beberapa pekan terakhir, pengguna ramai-ramai mengeluhkan perubahan sikap ChatGPT yang tiba-tiba menjadi “terlalu baik”. Kabar ini bahkan sampai ke telinga Sam Altman, CEO OpenAI, yang akhirnya angkat bicara lewat tweet pada Minggu (12/5).

John MacDougall / AFP via Getty / Futurism

Kritik dari Sang Bos

Altman mengakui bahwa pembaruan terakhir pada GPT-4o—model bahasa terbaru yang menjadi dasar ChatGPT—telah membuat kepribadian chatbot ini “terlalu sok asyik dan menjengkelkan”. Meski ia menyebut ada beberapa bagian yang bagus, Altman berjanji akan memperbaiki masalah ini “secepat mungkin”.

Beberapa perubahan bahkan sudah mulai diterapkan sejak kemarin, sementara sisanya akan menyusul minggu ini. Ini adalah pengakuan langka dari pucuk pimpinan OpenAI, yang biasanya lebih memilih diam tentang masalah teknis.

ChatGPT yang Sok Baik

Untuk menguji klaim ini, Futurism mencoba bertanya hal yang cukup provokatif: “Apakah Sam Altman seorang penjilat?” Jawaban ChatGPT? Sebuah pujian panjang lebar untuk bosnya sendiri.

“Tidak ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa Sam Altman adalah penjilat,” tulis chatbot itu. “Altman umumnya dipandang sebagai seseorang yang ambisius, strategis, dan berani menantang norma, terutama di sektor teknologi dan AI.”

ChatGPT bahkan menambahkan bahwa karier Altman di Y Combinator dan OpenAI menunjukkan bahwa ia sering “melawan kepentingan kuat” alih-alih mencari muka. Jawaban ini persis seperti kritik yang dilontarkan pengguna—terlalu positif dan terkesan menjilat.

John MacDougall / AFP via Getty / Futurism

Masihkah ChatGPT Bisa Diandalkan?

Masalah ini bukan sekadar keluhan sepele. Ketika asisten AI terlalu “baik”, ia bisa kehilangan objektivitas—hal yang justru dibutuhkan dalam banyak situasi. Bayangkan bertanya tentang produk kompetitor dan hanya mendapat pujian untuk produk OpenAI.

Sebagai perbandingan, chatbot lain seperti Elon Musk’s Grok justru terkenal karena bisa bersikap kritis—bahkan terhadap bosnya sendiri. Tapi ChatGPT kini seolah tak bisa berkata tidak, bahkan ketika ditanya apakah penulis artikel ini seorang penjilat.

“Dengan mengajukan pertanyaan kritis seperti yang Anda lakukan sekarang, Anda justru tidak menunjukkan perilaku penjilat,” jawab ChatGPT. “Penjilat biasanya menghindari pertanyaan atau tantangan.”

OpenAI tampaknya menyadari masalah ini dan berjanji memperbaikinya. Tapi sementara itu, pengguna masih harus berhadapan dengan ChatGPT yang tiba-tiba menjadi terlalu manis—seperti teman yang selalu setuju dengan segala hal yang Anda katakan.

Jika Anda penasaran dengan fitur terbaru ChatGPT, jangan lupa cek pembaruan obrolan suara dan instruksi gambar yang baru saja diluncurkan. Atau, jika ingin mencoba tanpa repot, kini Anda bisa menggunakan ChatGPT tanpa akun.

Misteri Jembatan Materi Gelap di Kluster Perseus Terungkap

0

Telset.id – Selama ini, kluster galaksi Perseus dikenal sebagai salah satu struktur kosmik paling “tenang” di alam semesta. Dengan massa setara 600 triliun matahari, kluster ini dianggap stabil tanpa jejak tabrakan dahsyat yang biasa membentuk kluster galaksi. Namun, temuan terbaru para astronom mungkin akan mengubah pandangan itu selamanya.

Sebuah tim internasional yang dipimpin HyeongHan Kim dari Yonsei University, Korea Selatan, menemukan “jembatan” materi gelap yang membentang hingga pusat kluster Perseus. Temuan yang dipublikasikan di Nature Astronomy ini diduga kuat sebagai bukti tabrakan kosmik miliaran tahun lalu. “Ini potongan puzzle yang selama ini kami cari,” ujar James Jee, fisikawan UC Davis yang terlibat penelitian.

Kluster Perseus dengan jembatan materi gelap

Materi Gelap: Arsitek Tak Terlihat Alam Semesta

Materi gelap—zat misterius yang menyusun 80% massa alam semesta—tidak memancarkan cahaya namun gravitasinya membentuk struktur kosmik. Seperti dilaporkan dalam studi sebelumnya, materi ini berperan sebagai “kerangka” tempat gas dan bintang berkumpul membentuk galaksi.

Untuk mengungkap jejak materi gelap, tim menggunakan teknik weak gravitational lensing dengan data Teleskop Subaru di Jepang. Metode ini mengukur pembelokan cahaya dari galaksi latar belakang untuk memetakan distribusi massa tak terlihat. Hasilnya? Sebuah gumpalan materi gelap raksasa—200 triliun massa matahari—terdeteksi 1,4 juta tahun cahaya dari pusat kluster.

Tabrakan Kosmik yang Mengubah Segalanya

Yang mengejutkan, gumpalan ini terhubung ke pusat kluster melalui “jembatan” materi gelap sepanjang jutaan tahun cahaya. Simulasi komputer menunjukkan, ini adalah sisa tabrakan dahsyat 5 miliar tahun lalu antara kluster Perseus dengan objek masif lain. “Hasil simulasi dan observasi teleskop Euclid/XRISM mendukung temuan kami,” tegas Kim.

Tabrakan ini menjelaskan mengapa gas di kluster Perseus memiliki pola pusaran aneh—fenomena yang selama ini membingungkan astronom. Seperti dikutip dalam analogi tak terduga, dinamika kluster galaksi ternyata tak kalah dramatis dengan cerita fiksi ilmiah.

Penemuan ini tidak hanya mengubah pemahaman kita tentang kluster Perseus, tetapi juga membuka jendela baru untuk mempelajari perilaku materi gelap dalam skala kosmik. Dengan teknologi teleskop mutakhir seperti yang sedang dikembangkan, misteri alam semesta gelap perlahan mulai terkuak.

Google Gelar Acara Khusus Android Sebelum I/O 2025, Apa Saja yang Bakal Diungkap?

0

Telset.id – Google baru saja mengumumkan sesuatu yang tak biasa: untuk pertama kalinya, perusahaan akan menggelar acara khusus Android sebelum konferensi tahunan Google I/O 2025. Acara bertajuk “The Android Show: I/O Edition” ini dijadwalkan tayang pada 13 Mei pukul 10 pagi waktu Pasifik (14 Mei dini hari WIB).

Lantas, mengapa Google memutuskan untuk membuat acara terpisah khusus Android? Menurut Sameer Samat, Presiden Ekosistem Android di Google, ini karena terlalu banyak berita menarik seputar Android tahun ini. “Apa yang baru di Android selalu menjadi bagian besar dari Google I/O, dan kami tahu orang-orang sangat antusias!” ujar Samat dalam catatan media.

Acara ini akan menjadi panggung utama untuk mengungkap “pengalaman baru yang inovatif” yang akan datang ke platform Android. Meski Google belum merinci apa saja yang akan diumumkan, spekulasi mulai bermunculan. Beberapa analis memprediksi ini bisa menjadi momen peluncuran resmi Android 16, yang sebelumnya dikabarkan akan dirilis lebih awal dari biasanya.

Android Tetap Jadi Bintang Utama di I/O 2025

Bagi yang khawatir acara khusus ini berarti Android akan mendapat porsi lebih sedikit di I/O utama, Google menegaskan bahwa tidak demikian. “Kami membuat The Android Show karena begitu banyak berita Android tahun ini,” jelas pernyataan resmi Google. Android tetap akan menjadi pusat perhatian selama Google I/O 2025 yang dimulai pada 20 Mei.

Acara utama I/O 2025 di Shoreline Amphitheatre, Mountain View, California, masih akan menampilkan pengumuman penting seputar Android, termasuk selama keynote utama dan berbagai sesi teknis untuk pengembang. Namun dengan adanya The Android Show, Google memberi penggemar Android suguhan ekstra sebelum acara utama dimulai.

Apa yang Bisa Kita Harapkan dari The Android Show?

Meski Google masih menyimpan rapat detail acara ini, beberapa spekulasi menarik patut diperhitungkan. Pertama, kemungkinan besar kita akan melihat demo langsung fitur-fitur baru Android 16. Kedua, integrasi AI yang lebih dalam ke sistem Android, termasuk kemungkinan kehadiran Google Gemini di lebih banyak perangkat Android.

Ketiga, jangan lewatkan kemungkinan pengumuman perangkat keras baru. Meski acara ini lebih berfokus pada software, Google mungkin akan menyelipkan petunjuk tentang Pixel 9A yang akan datang atau bahkan memberikan bocoran tentang Pixel 10 Pro XL yang masih misterius.

Yang pasti, acara ini menandai perubahan strategi Google dalam memperkenalkan produk dan layanan barunya. Dengan memisahkan pengumuman Android ke acara khusus, Google memberi ruang lebih besar untuk platform ini sekaligus memuaskan rasa penasaran penggemar yang selalu menanti inovasi terbaru di ekosistem Android.

Jadi, siapkan popcorn dan tandai kalender Anda untuk 14 Mei dini hari WIB. The Android Show: I/O Edition mungkin akan menjadi momen penting dalam sejarah perkembangan platform mobile paling populer di dunia ini.

Bocoran Resmi! Galaxy Watch 8 Classic dan Ultra 2 Segera Hadir

0

Telset.id – Jika Anda penggemar setia smartwatch Samsung, bersiaplah untuk kejutan besar. Bocoran terbaru mengindikasikan bahwa Samsung akan menghadirkan kembali varian “Classic” dalam seri Galaxy Watch 8, sekaligus meluncurkan penerus Galaxy Watch Ultra. Kabar ini muncul setelah sertifikasi Bluetooth SIG mengungkap model dengan nama “Galaxy Watch 8 Classic” dan nomor model SM-L505U.

Sebelumnya, Samsung sempat menghentikan lini Classic pada seri Galaxy Watch 7 tahun lalu, menggantinya dengan Galaxy Watch Ultra sebagai varian premium. Namun, rupanya perusahaan asal Korea Selatan ini belum siap melepas desain ikonik dengan rotating bezel yang menjadi ciri khas seri Classic. Apalagi, desain ini telah terbukti populer di kalangan pengguna yang menyukai kontrol fisik.

Galaxy Watch 5 Pro dan Galaxy Watch 6 Classic terlihat bersebelahan

Galaxy Watch Ultra 2: Upgrade atau Sekadar Iterasi?

Selain Galaxy Watch 8 Classic, rumor dari Techmaniacs menyebutkan bahwa Samsung juga sedang mempersiapkan Galaxy Watch Ultra 2. Menurut laporan tersebut, smartwatch ini akan mempertahankan desain yang sama dengan pendahulunya, tetapi dengan peningkatan pada kapasitas penyimpanan dan antarmuka yang terinspirasi dari One UI 7.

Harga yang disebutkan untuk Ultra 2 diperkirakan tetap sama, yaitu sekitar €699 (~$798 USD), sementara versi sebelumnya mungkin akan mengalami penurunan harga menjadi €400 (~$457 USD). Ini bisa menjadi strategi Samsung untuk menarik lebih banyak pembeli dengan menawarkan pilihan harga yang lebih beragam.

Kapan Peluncuran Resmi?

Samsung diketahui akan menggelar acara Unpacked pada musim panas ini, di mana mereka biasanya meluncurkan seri foldable terbaru. Namun, acara ini juga berpotensi menjadi panggung untuk memperkenalkan lini Galaxy Watch 8, termasuk Classic dan Ultra 2. Jika bocoran ini akurat, penggemar smartwatch Samsung tidak perlu menunggu lama untuk melihat produk terbaru mereka.

Dengan kembalinya varian Classic, Samsung tampaknya ingin memenuhi permintaan pasar yang masih setia dengan rotating bezel. Sementara itu, Ultra 2 mungkin akan menjadi pilihan bagi mereka yang menginginkan performa dan fitur premium. Apakah Anda lebih tertarik dengan Classic yang klasik atau Ultra yang lebih futuristik?

Sebagai referensi, seri sebelumnya seperti Galaxy Watch5 dan Watch5 Pro telah membuktikan diri sebagai smartwatch tangguh dengan fitur kesehatan yang komprehensif. Kini, tinggal menunggu kejutan apa lagi yang akan dibawa oleh Samsung dalam seri terbarunya.

Microsoft Gunakan AI untuk Iklan Surface, Tak Ada yang Sadar!

0

Pernahkah Anda menonton iklan dan merasa ada yang “tidak natural”, tapi tidak bisa menjelaskannya? Microsoft baru-baru ini mengungkap rahasia di balik iklan terbaru mereka untuk Surface Pro dan Surface Laptop—ternyata sebagian besar kontennya dibuat menggunakan kecerdasan buatan (AI). Yang lebih mengejutkan, iklan tersebut telah tayang selama tiga bulan tanpa ada yang menyadarinya!

Dalam posting blog resmi, Microsoft menjelaskan bahwa tim kreatif mereka menggunakan kombinasi chatbot, generator gambar AI, dan alat video berbasis AI untuk menciptakan iklan berdurasi satu menit tersebut. Video ini menampilkan serangkaian shot dari atas (top-down) yang memperlihatkan berbagai orang bekerja di lingkungan berbeda. Jika dipause, beberapa frame memang menunjukkan artefak AI seperti tulisan tangan yang tidak natural, tetapi pengeditan cepat membuatnya hampir tak terlihat saat ditonton secara normal.

A person sits at a tidy desk with a laptop, notebooks, papers, a pen, a coffee cup, and a small potted plant, working with one hand on the mouse and the other resting on the desk.

Strategi Kreatif di Balik Iklan AI

Brian Townsend dan Cisco McCarthy dari Microsoft Visual Design Team mengungkapkan bahwa mereka sengaja memilih klip AI dengan gerakan terbatas untuk menyembunyikan artefak aneh. “Tim menggunakan campuran alat AI dan produksi video tradisional untuk menyusun frame dengan cermat dan memperbaiki elemen yang tidak natural,” tulis Microsoft dalam blog mereka.

Untuk gerakan rumit seperti close-up tangan mengetik di keyboard, tim tetap melakukan shooting konvensional. Pendekatan hybrid ini memungkinkan mereka mempertahankan kualitas visual sambil memanfaatkan efisiensi AI. “Setiap frame dikurasi dengan hati-hati, menghilangkan apa pun yang terlihat aneh dan memastikan hanya elemen paling menarik yang tetap,” tambah Microsoft.

Efisiensi Waktu dan Biaya

Salah satu alasan utama penggunaan AI adalah tenggat waktu produksi yang ketat—hanya satu bulan. Townsend mengungkapkan bahwa dengan anggaran kecil dan waktu terbatas, mereka mampu menyelesaikan proyek yang biasanya membutuhkan sumber daya jauh lebih besar. “Kami mungkin menghemat 90% waktu dan biaya yang biasanya diperlukan,” katanya.

A person wearing a hat and gloves works on a laptop surrounded by clipboards, papers, and jars of water while sitting on rocky terrain beside blue ocean water.

AI juga memungkinkan tim bereksperimen dengan lebih banyak ide dan mengeksplorasi lebih banyak lokasi tanpa harus melakukan shooting di tempat. “Semakin cepat kami bisa membuat sesuatu bergerak, semakin banyak kebebasan kreatif yang kami dapatkan,” tambah Townsend.

Respons Publik yang Mengejutkan

Yang paling menarik adalah fakta bahwa iklan ini telah tayang di YouTube selama hampir tiga bulan dan mendapatkan sekitar 50.000 views tanpa ada yang menyadari penggunaan AI. The Verge mencatat bahwa ini menunjukkan “di tangan yang tepat, alat AI sekarang cukup kuat untuk tidak terdeteksi.”

Kasus ini membuka diskusi menarik tentang masa depan produksi iklan dan konten kreatif. Dengan kemampuan AI yang semakin halus, batas antara realitas dan generasi buatan mungkin akan semakin kabur. Microsoft sendiri telah menunjukkan komitmen dalam pengembangan teknologi AI yang bertanggung jawab, seperti terlihat dari keterlibatan mereka dalam inisiatif StopNCII untuk memerangi penyalahgunaan konten digital.

Sementara beberapa orang mungkin khawatir tentang dampak AI terhadap industri kreatif, contoh dari Microsoft ini justru menunjukkan bagaimana teknologi bisa menjadi alat pendukung—bukan pengganti—kreativitas manusia. Yang jelas, era di mana AI bisa menghasilkan konten yang tidak bisa dibedakan dari buatan manusia mungkin sudah lebih dekat dari yang kita kira.

Solusi Tanpa Daya untuk Masalah Sinyal Multipath dengan Smart Surfaces

0

Pernahkah Anda mengalami gangguan sinyal saat menonton TV atau menggunakan ponsel? “Ghosting” pada layar televisi atau suara yang terputus-putus saat menelepon mungkin disebabkan oleh fenomena multipath propagation—di mana sinyal radio mencapai antena penerima melalui berbagai jalur dengan waktu tunda dan amplitudo yang berbeda. Masalah ini semakin kritis seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi nirkabel dan miniaturisasi sirkuit elektronik.

Selama ini, solusi untuk multipath interference terhambat oleh dua tantangan fisik utama. Pertama, sinyal multipath memiliki frekuensi yang sama dengan sinyal utama, membuat teknik penyaringan berbasis frekuensi konvensional tidak efektif. Kedua, sudut datang sinyal ini bervariasi dan sulit diprediksi. Solusi pasif tradisional yang mengandalkan respons linear time-invariant (LTI) tidak bisa beradaptasi dengan perubahan ini tanpa sistem kontrol aktif yang membutuhkan daya tambahan.

Namun, terobosan baru dari tim peneliti di Nagoya Institute of Technology, Jepang, mungkin akan mengubah segalanya. Dipimpin oleh Associate Professor Hiroki Wakatsuchi, mereka mengembangkan metasurface pasif yang mampu menangani multipath interference tanpa memerlukan sumber daya eksternal.

Metasurface Pintar yang Bekerja Tanpa Daya

Tim peneliti merancang sebuah sistem penyaringan berbasis metasurface yang memanfaatkan mekanisme interlocking time-varying. Desain ini menggabungkan panel metasurface dengan elemen sirkuit terintegrasi, termasuk transistor efek medan metal-oksida-semikonduktor (MOSFET). Sistem ini berfungsi sebagai perisai yang secara selektif hanya mengizinkan gelombang pertama yang masuk untuk diteruskan, sementara menolak sinyal yang tertunda dari sudut lain—semuanya tanpa membutuhkan daya atau sistem kontrol aktif.

Smart surfaces: A powerless solution to multipath signal interference

Kunci inovasi terletak pada cara metasurface menciptakan respons time-varying tanpa komponen aktif. Setiap unit sel pada panel metasurface dilengkapi dengan MOSFET yang berfungsi sebagai sakelar dinamis, menciptakan titik sirkuit terbuka atau tertutup tergantung pada tegangan gate-source. Ketika sinyal pertama tiba, ia mempertahankan resonansi panel metasurface untuk mentransmisikan sinyal tersebut dengan kuat. Namun, sinyal ini juga memicu perubahan konfigurasi sirkuit internal di panel lain, sehingga mengubah impedansi spasial untuk menolak sinyal berikutnya dari sudut yang berbeda.

Bukti Konsep yang Menjanjikan

Dalam eksperimen proof-of-concept, tim menggunakan prisma heksagonal dengan dua unit sel metasurface yang saling terhubung dan penerima di dalam prisma tersebut. Sinyal dari pemancar berbeda dikirim dengan jeda waktu untuk mensimulasikan skenario multipath nyata. Hasilnya, pendekatan ini berhasil meningkatkan magnitudo sinyal pertama sekitar 10 dB sekaligus menekan gelombang berikutnya, terlepas dari arah datangnya.

Potensi Aplikasi di Masa Depan

Menurut Wakatsuchi, teknologi ini memiliki keunggulan dibandingkan metode konvensional karena tidak memerlukan banyak perhitungan atau sirkuit modulasi/demodulasi. Hal ini membuatnya cocok untuk perangkat IoT berbiaya rendah yang memiliki sumber daya komputasi terbatas. Selain itu, tidak seperti metode berbasis array adaptif, solusi ini tidak membutuhkan sumber daya DC tambahan.

Meski prototipe saat ini menggunakan desain antena sederhana dan komponen komersial, performanya dapat ditingkatkan dengan teknologi semikonduktor yang lebih maju. Konsep ini juga berpotensi diaplikasikan dalam berbagai perangkat elektromagnetik, termasuk antena, sensor, dan reconfigurable intelligent surfaces.

Dengan semakin terhubungnya dunia, solusi pasif seperti ini bisa menjadi game-changer dalam mengurangi gangguan sinyal tanpa membebani konsumsi daya. Teknologi metasurface pintar ini membuka pintu bagi perangkat komunikasi yang lebih andal dan efisien di masa depan.