Pesawat Luar Angkasa Jepang Bawa Petunjuk Asal-usul Tata Surya

Telset.id, Jakarta – Pesawat luar angkasa Jepang mendekati Bumi setelah perjalanan pulang selama setahun dari asteroid yang jauh dengan membawa sampel tanah dan data yang dapat memberi petunjuk tentang asal-usul tata surya.

Pesawat luar angkasa Hayabusa2 meninggalkan asteroid Ryugu, sekitar 180 juta mil dari Bumi, setahun lalu. Pesawat tersebut diperkirakan akan mencapai Bumi dan menjatuhkan kapsul yang berisi sampel berharga di Australia selatan pada 6 Desember 2020.

Para ilmuwan di Japan Aerospace Exploration Agency percaya bahwa sampel, terutama yang diambil dari bawah permukaan asteroid, mengandung data berharga yang mungkin memberikan petunjuk perihal asal-usul tata surya.

Data-data tersebut juga tidak terpengaruh oleh radiasi luar angkasa dan faktor-faktor lingkungan lain.

{Baca juga: Planet Berlian Tampak Biasa Saja di Tata Surya}

Seperti dikutip Telset dari New York Post, Senin (30/11/2020), Makoto Yoshikawa, manajer misi proyek Hayabusa2, mengatakan bahwa para ilmuwan sangat tertarik untuk menganalisis bahan organik dalam sampel tanah asteroid Ryugu.

“Bahan organik adalah asal mula kehidupan di Bumi. Namun, kami masih tidak tahu dari mana asalnya. Kami berharap dapat menemukan petunjuk tentang asal usul kehidupan di Bumi dengan analisis detail bahan organik,” kata Yoshikawa.

JAXA, badan antariksa Jepang, berencana untuk menjatuhkan kapsul berisi sampel ke daerah terpencil, daerah berpenduduk jarang di Australia, dari jarak 136.700 mil di luar angkasa, sebuah tantangan besar yang membutuhkan kontrol presisi.

Kapsul yang dilindungi oleh pelindung panas itu akan berubah menjadi bola api saat masuk kembali ke atmosfer di jarak 125 mil di atas tanah. Sekitar 6 mil di atas tanah, sebuah parasut akan terbuka untuk persiapan pendaratan dan sinyal suar akan dikirim.

Asal-usul Tata Surya dari Tabrakan Galaksi?

Asal usul tata surya

Peristiwa tabrakan dalam skala kolosal berupa jatuhnya dua galaksi kemungkinan telah membuka jalan bagi pembentukan tata surya. Setidaknya itu yang disampaikan oleh para ilmuwan luar angkasa.

Pembentukan bintang di galaksi Bima Sakti, yang mencakup waktu ketika tata surya lahir lebih dari 4,5 miliar tahun lalu, diendapkan oleh tabrakan galaksi kita dan yang lebih kecil bernama Sagitarius.

Tabrakan seperti itu biasanya tidak melibatkan bintang-bintang yang saling berhadapan. Namun, tabrakan telah menumbuhkan kondisi untuk pembentukan bintang dan peningkatan jumlah gas.

Menurut laporan, data dari observatorium ruang angkasa Gaia Badan Antariksa Eropa mengungkap episode pembentukan bintang berkepanjangan.

“Periode kecelakaan awal dari 6,2 miliar menjadi 4,2 miliar tahun lalu. Dua lonjakan formasi bintang lain terkait tabrakan galaksi memuncak 1,9 miliar tahun dan satu miliar tahun lalu,” kata ilmuwan.

{Baca juga: Benarkah Tabrakan Galaksi Picu Pembentukan Tata Surya?}

Mengenai asal-usul tata surya sendiri, sebenarnya ada banyak sekali hipotesis yang menjelaskannya. Mulai dari yang disebut teori kabut, teori pasang surut bintang, hingga teori bintang kembar.

Hipotesis terakhir dikemukakan pertama kali oleh Fred Hoyle pada tahun 1956. Menurut hipotesis ini, dahulunya tata surya adalah berupa dua bintang yang hampir sama ukurannya dan berdekatan.

Salah satu dari bintang itu meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi bintang yang tidak meledak dan mulai mengelilinginya. (SN/MF)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKAIT

REKOMENDASI
ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI