Beranda blog Halaman 70

NextDev Summit 2025: AI Jadi Kunci Inovasi Startup Indonesia

0

Telset.id – Jika Anda berpikir kecerdasan buatan (AI) hanya milik perusahaan teknologi raksasa, acara NextDev Summit ke-10 yang digelar Telkomsel pada 8 Mei 2025 di Jakarta membuktikan sebaliknya. Dengan tema “AI for Empowering Generations”, ajang ini menjadi bukti nyata bagaimana startup lokal mampu memanfaatkan AI untuk menciptakan solusi inovatif bagi tantangan sosial dan ekonomi Indonesia.

Acara yang merupakan puncak dari program CSR Telkomsel ini tidak hanya sekadar seremoni. NextDev Summit telah menjelma menjadi wadah strategis bagi early-stage startup untuk mendapatkan akses pengetahuan, jaringan, dan pendanaan. Tahun ini, 10 startup finalis dari berbagai daerah di Indonesia bersaing ketat dengan solusi berbasis AI yang mencengangkan.

AI Sebagai Akselerator Ekonomi Digital

Vice President Corporate Communications and Social Responsibility Telkomsel, Saki H. Bramono, menegaskan komitmen perusahaan dalam membangun ekosistem digital inklusif. “Melalui NextDev yang telah memasuki tahun ke-10, kami semakin mendorong adopsi AI untuk startup digital,” ujarnya. Pernyataan ini sejalan dengan prinsip ESG Telkomsel yang terus diimplementasikan melalui berbagai program.

Yang menarik, pemanfaatan AI dalam NextDev Summit 2025 tidak hanya terbatas pada produk finalis. Dua sesi talkshow bertajuk “AI-Driven Startups: Innovate, Scale, and Lead” dan “Funding the Future: Smart Investments in AI & Tech Startups” menjadi bukti bahwa AI telah menjadi tulang punggung inovasi digital di Indonesia.

10 Startup Finalis yang Memukau

Tahun ini, NextDev Summit 2025 menampilkan 10 startup finalis yang terbagi dalam tiga kategori utama. Kategori Productivity Enhancement diisi oleh eHealth, Luar Kampus, dan On Journey. Sementara Emerging Technologies menampilkan EON Energy, KendAli, Molca, dan Satuplatform. Untuk Digital Lifestyle, terdapat Boonda, difotoin.id, dan GoDentist.

Yang membuat tahun ini spesial adalah penyebaran geografis finalis yang sangat beragam, berasal dari Bandung, Pontianak, Bali, Surabaya, Jakarta, Malang, hingga Makassar. Ini membuktikan bahwa inovasi digital berbasis AI telah merata di berbagai wilayah Indonesia.

Startup LuarKampus asal Pontianak berhasil menyabet gelar Best of The Best NextDev Startup 2025 dengan platform AI-nya yang membantu pelajar mencari beasiswa luar negeri. “Sebagai startup asal Pontianak yang kini meraih predikat Best of The Best, kami berharap dapat melangkah ke tingkat internasional,” ujar Syekh Arpi Ageng, CEO dan Founder LuarKampus.

Sinergi dengan Strategi Pemerintah

Program NextDev tidak berjalan sendiri. Inisiatif ini sejalan dengan lima prioritas Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) untuk mendorong percepatan ekonomi digital nasional berbasis AI. Kelima sektor prioritas tersebut meliputi layanan kesehatan, reformasi birokrasi, pendidikan talenta, pengembangan kota pintar, dan keamanan pangan.

Menariknya, data dari Outlook Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (ekraf) Indonesia 2023/2024 menunjukkan bahwa 41,46% pakar sepakat AI merupakan teknologi yang berpeluang besar mendorong pertumbuhan industri ekraf. Fakta ini semakin memperkuat relevansi tema NextDev Summit 2025.

Sebagai bagian dari peta jalan ekosistem inovasi digital Telkomsel, NextDev telah membuktikan diri sebagai program yang konsisten melahirkan startup-startup berkualitas. Dengan dukungan penuh dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah dan pelaku industri, masa depan ekonomi digital Indonesia tampaknya semakin cerah.

Samsung Galaxy S25 Edge Pakai Gorilla Glass Ceramic 2, Tahan Banting & Super Tipis!

0

Telset.id – Jika Anda mengira smartphone premium hanya soal performa dan kamera, bersiaplah terkejut dengan inovasi terbaru Samsung. Galaxy S25 Edge, seri flagship paling tipis dari Samsung, kini diperkuat dengan Corning® Gorilla® Glass Ceramic 2—material revolusioner yang menjawab tantangan ketahanan perangkat ramping.

Kolaborasi strategis antara Samsung dan Corning Incorporated ini bukan sekadar upgrade biasa. Gorilla Glass Ceramic 2 menghadirkan perlindungan maksimal tanpa mengorbankan estetika, sebuah terobosan yang mungkin akan mengubah standar industri smartphone. Bagaimana material ini bekerja, dan mengapa penting untuk pengalaman pengguna sehari-hari?

Desain Tipis, Perlindungan Ekstra

Dalam pernyataan resminya, Kwangjin Bae, EVP and Head of the Mechanical R&D Team of Mobile eXperience Business (MX) di Samsung Electronics, menegaskan bahwa Galaxy S25 Edge akan menjadi tolok ukur baru dalam hal desain dan performa. “Material layar yang sangat tipis namun tetap kuat adalah kunci dari desain revolusioner ini,” ujarnya.

Gorilla Glass Ceramic 2 menggunakan teknologi kristal yang tertanam presisi dalam struktur kaca, menciptakan lapisan pelindung ekstra terhadap benturan dan retak. Proses ion exchange khas Corning semakin memperkuat material ini, menghasilkan layar yang tetap jernih namun jauh lebih tahan lama dibanding generasi sebelumnya.

Sinergi Teknologi Samsung-Corning

Andrew Beck, Vice President and General Manager Corning® Gorilla® Glass, menjelaskan bahwa material terbaru ini adalah hasil dari visi bersama kedua perusahaan. “Kami berhasil menggabungkan desain tipis dengan kekuatan luar biasa, memenuhi kebutuhan konsumen akan perangkat premium yang tahan lama,” katanya.

Faktanya, tantangan utama perangkat tipis selalu terletak pada ketahanannya. Dengan Gorilla Glass Ceramic 2, Samsung tampaknya telah menemukan solusi elegan—memberikan perlindungan maksimal tanpa harus menebalkan bodi perangkat. Sebuah pencapaian yang patut diapresiasi, mengingat tren smartphone modern yang semakin mengutamakan faktor bentuk ramping.

Bagi Anda yang penasaran dengan keunggulan lengkap Galaxy S25 Edge, jangan lewatkan acara peluncurannya yang akan disiarkan langsung di kanal YouTube Samsung pada 13 Mei pukul 07.00 WIB. Sebelumnya, beberapa bocoran tentang Galaxy S25 Edge telah mengindikasikan bahwa perangkat ini akan menjadi yang paling tipis dalam seri Galaxy S sepanjang sejarah.

Dengan kombinasi desain ultra-slim dan perlindungan maksimal dari Gorilla Glass Ceramic 2, Galaxy S25 Edge siap menantang paradigma bahwa perangkat tipis harus mengorbankan ketahanan. Sebuah langkah berani yang mungkin akan memengaruhi tren smartphone di tahun-tahun mendatang.

AI Generatif dan Hak Cipta: Tantangan Baru di Era Digital

0

Telset.id – Bayangkan sebuah mesin yang mampu menciptakan karya seni, musik, atau bahkan artikel hanya dengan “mencerna” jutaan data yang ada di internet. Itulah kekuatan AI generatif. Namun, di balik kecanggihannya, muncul pertanyaan krusial: bagaimana dengan hak cipta material yang digunakan untuk melatihnya?

Sebuah laporan terbaru dari Carnegie Mellon University yang dimuat dalam buku kebijakan hak cipta AS mengungkap dilema ekonomi di balik praktik ini. Michael D. Smith, Profesor Teknologi Informasi dan Kebijakan Publik di Heinz College, menjelaskan bahwa hak cipta dirancang untuk menyeimbangkan insentif ekonomi bagi pencipta dengan akses terhadap karya yang sudah ada. “Proses kreatif kumulatif adalah fondasi inovasi,” katanya. “AI generatif, dalam hal ini, mirip karena ia menyerap karya yang ada dan menghasilkan sesuatu yang baru.”

Ilustrasi hak cipta dan AI generatif

Dua Pertanyaan Kunci

Para peneliti menggarisbawahi dua pertanyaan mendasar: pertama, manfaat sosial apa yang diperoleh pengembang AI dari akses ke materi pelatihan? Kedua, bagaimana dampaknya terhadap insentif pencipta manusia untuk terus berkarya?

Rahul Telang, Profesor Sistem Informasi di Heinz College, menambahkan bahwa sedikit sekali instrumen kebijakan yang tersedia untuk mencegah pemegang hak cipta membatasi akses publik ke karya mereka. “Satu-satunya solusi yang mungkin adalah persyaratan lisensi untuk penggunaan data,” ujarnya. Namun, ini pun tidak lepas dari tantangan, terutama dalam hal transparansi dan penegakan hukum.

Opt-Out vs. Opt-In: Beban Baru bagi Pemegang Hak Cipta

Laporan ini juga membahas kebijakan Uni Eropa yang mewajibkan pemegang hak cipta secara aktif “opt-out” jika tidak ingin karyanya digunakan untuk melatih model AI. Ini menggeser beban dari pengguna material berhak cipta ke pemiliknya—sebuah perubahan signifikan dalam perlindungan hak cipta tradisional.

Dengan perkembangan pesat teknologi seperti OmniHuman-1 dari ByteDance atau chipset MediaTek Genio, debat ini semakin relevan. Apakah kita sedang menyaksikan lahirnya era baru kolaborasi manusia-mesin, atau justru awal dari konflik kepemilikan intelektual yang lebih kompleks?

Yang jelas, seperti kata Smith, “Inovasi tidak terjadi dalam ruang hampa.” Tantangannya adalah menemukan keseimbangan baru yang adil bagi semua pihak di era di mana mesin pun bisa menjadi “pencipta”.

Robot Lunak Tanpa Otak Ini “Berpikir” dengan Kaki

0

Telset.id – Bayangkan sebuah robot yang bisa berjalan, melompat, dan berenang tanpa memiliki otak, elektronik, atau kecerdasan buatan. Kedengarannya mustahil? Tim peneliti dari AMOLF di Amsterdam telah membuktikan bahwa hal tersebut bukanlah khayalan. Mereka menciptakan robot lunak yang bergerak secara mandiri hanya dengan tabung fleksibel, udara, dan sedikit kecerdikan fisika.

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Science ini menggambarkan salah satu robot lunak tercepat dan paling sederhana yang pernah dibuat. Tidak ada komputer, perangkat lunak, atau sensor yang terlibat. Namun, robot ini mampu bergerak dengan koordinasi dan otonomi yang mengejutkan, semata-mata karena desain tubuhnya dan interaksinya dengan lingkungan.

Robot lunak tanpa otak yang bergerak dengan kaki tabung

Lalu, apa yang menggerakkannya? Rahasianya terletak pada prinsip fisika yang mungkin pernah Anda lihat tetapi tidak disadari. Ingat tabung inflatable yang sering berjoget di depan pom bensin? Fisika yang sama yang membuatnya bergoyang ternyata bisa menjadi kunci bagi generasi baru robot otonom.

Dengan aliran udara yang konstan, setiap kaki tabung lunak robot mulai berosilasi—mirip dengan tabung inflatable tersebut. Sendirian, setiap kaki bergerak secara acak. Namun, ketika beberapa kaki digabungkan, sesuatu yang tak terduga terjadi: gerakan mereka dengan cepat tersinkronisasi, menciptakan ritme berjalan yang teratur.

“Tiba-tiba, keteraturan muncul dari kekacauan,” kata Alberto Comoretto, penulis utama studi ini. “Tidak ada kode, tidak ada instruksi. Kaki-kaki itu secara spontan bersinkronisasi, dan robot pun mulai bergerak.”

Seperti kunang-kunang yang berkedip serempak atau sel-sel jantung yang berdenyut bersama, gerakan kolektif yang kompleks muncul dari interaksi sederhana. Dan robot ini cepat. Dengan aliran udara sebagai input, robot mencapai kecepatan 30 panjang tubuh per detik. Sebagai perbandingan, Ferrari hanya mencapai 20 panjang tubuh per detik.

Yang lebih mengejutkan lagi, sinkronisasi ini bisa beradaptasi. Jika robot menabrak rintangan, ia akan mengorientasikan ulang dirinya sendiri. Ketika berpindah dari darat ke air, gerakannya secara spontan berubah dari pola melompat menjadi gaya berenang bebas. Transisi ini terjadi tanpa prosesor pusat atau logika kontrol apa pun. Sebaliknya, gerakan muncul dari hubungan erat antara tubuh dan lingkungan.

“Dalam biologi, kita sering melihat kecerdasan terdesentralisasi serupa,” jelas Mannus Schomaker, salah satu penulis studi. “Bintang laut, misalnya, mengoordinasikan ratusan kaki tabung menggunakan umpan balik lokal dan dinamika tubuh, bukan otak pusat.”

Robot lunak beradaptasi dari darat ke air

Penelitian ini menantang gagasan konvensional bahwa robot membutuhkan sistem kontrol yang rumit untuk menampilkan perilaku seperti makhluk hidup. “Objek sederhana, seperti tabung, dapat menghasilkan perilaku kompleks dan fungsional, asalkan kita memahami cara memanfaatkan fisika yang mendasarinya,” kata Bas Overvelde, peneliti utama proyek ini.

Bahkan, Overvelde lebih suka tidak menyebutnya sebagai robot. “Tidak ada otak, tidak ada komputer. Pada dasarnya, ini adalah mesin. Tetapi ketika dirancang dengan benar, ia dapat mengungguli banyak sistem robotik dan berperilaku seperti makhluk buatan.”

Aplikasi potensial di masa depan beragam, mulai dari pil pintar hingga teknologi luar angkasa. Bayangkan robot mikro tanpa mikroelektronik yang bisa ditelan dan melepaskan obat setelah mencapai jaringan target secara mandiri. Atau eksosuit robotik yang bisa menyinkronkan langkah tanpa prosesor—mengurangi konsumsi daya sekaligus meningkatkan kekuatan manusia.

Secara lebih luas, penelitian ini membuka pintu bagi sistem mekanis yang berperilaku seolah-olah memiliki komputer, tanpa benar-benar membutuhkannya. Dengan karya ini, tim berharap dapat menginspirasi cara berpikir baru tentang desain robot: sistem yang lebih sederhana, adaptif, dan tangguh—bukan melalui komputasi dan AI, tetapi melalui fisika.

MotionGlot: AI Terobosan yang Menerjemahkan Teks ke Gerakan Robot

0

Telset.id – Bayangkan Anda bisa memberi perintah sederhana seperti “berjalan maju beberapa langkah lalu belok kanan” kepada robot apapun—mulai dari humanoid hingga robot berkaki empat—dan mereka langsung memahami serta mengeksekusi perintah tersebut dengan sempurna. Inilah yang ditawarkan oleh MotionGlot, model kecerdasan buatan terbaru dari Brown University yang mengubah cara kita berinteraksi dengan mesin.

Dalam dunia yang semakin dipenuhi oleh robot dengan berbagai bentuk dan fungsi, kemampuan untuk berkomunikasi secara alami menjadi krusial. MotionGlot muncul sebagai solusi revolusioner, memperlakukan gerakan sebagai bahasa universal yang bisa “diterjemahkan” antar berbagai jenis robot dan avatar digital. Konsep ini mirip dengan bagaimana ChatGPT memahami dan menghasilkan teks, tetapi diaplikasikan pada gerakan fisik.

Bahasa Gerakan yang Universal

Sudarshan Harithas, Ph.D. student di Brown University yang memimpin penelitian ini, menjelaskan: “Kami memperlakukan gerakan sebagai bahasa lain yang bisa diterjemahkan. Sama seperti kita menerjemahkan dari Bahasa Inggris ke Mandarin, sekarang kita bisa menerjemahkan perintah berbasis bahasa ke aksi yang sesuai untuk berbagai bentuk robot.”

Ilustrasi MotionGlot menerjemahkan perintah teks ke gerakan robot

Teknologi ini bekerja dengan memecah gerakan menjadi serangkaian “token”—potongan kecil yang merepresentasikan posisi dan orientasi bagian tubuh pada momen tertentu. Mirip dengan prediksi kata berikutnya dalam model bahasa besar, MotionGlot memprediksi gerakan berikutnya dalam suatu urutan.

Keunggulan utama MotionGlot terletak pada kemampuannya memahami bahwa konsep yang sama (seperti “berjalan”) bisa dieksekusi secara berbeda oleh tubuh yang berbeda. Ketika Anda memberi perintah “berjalan lurus ke depan”, robot humanoid akan menggerakkan kakinya secara bergantian, sementara robot berkaki empat akan menggunakan pola gerak yang sama sekali berbeda.

Pelatihan dengan Data Nyata

Untuk melatih model ini, tim peneliti menggunakan dua kumpulan data utama: QUAD-LOCO yang berisi gerakan robot berkaki empat dengan deskripsi teks, dan QUES-CAP yang berisi gerakan manusia dengan anotasi rinci. Hasilnya, MotionGlot tidak hanya bisa mengeksekusi perintah spesifik seperti “robot berjalan mundur, belok kiri lalu maju”, tetapi juga memahami konsep abstrak seperti “berjalan dengan gembira”.

Yang lebih mengesankan, model ini bahkan bisa menjawab pertanyaan dengan gerakan. Ketika ditanya “Bisakah kamu menunjukkan gerakan olahraga kardio?”, MotionGlot akan menghasilkan simulasi orang yang sedang jogging.

Srinath Sridhar, asisten profesor di Brown University yang turut meneliti, menekankan bahwa “Model-model seperti ini bekerja paling baik ketika dilatih dengan data yang sangat banyak. Jika kita bisa mengumpulkan data dalam skala besar, model ini bisa dengan mudah ditingkatkan kemampuannya.”

Dengan fleksibilitasnya, MotionGlot membuka pintu bagi berbagai aplikasi masa depan—mulai dari kolaborasi manusia-robot di pabrik, pengembangan game dan realitas virtual, hingga produksi animasi digital. Tim peneliti berencana membuka kode sumber model ini untuk umum, memungkinkan komunitas ilmiah dan industri untuk terus mengembangkannya.

Di tengah maraknya perkembangan robot humanoid seperti XPENG Iron atau inovasi robot dengan bentuk unik seperti robot cacing yang bisa melompat, MotionGlot muncul sebagai jembatan yang memungkinkan semua mesin ini memahami bahasa manusia dengan cara yang lebih alami dan intuitif.

Pengadaan Laptop Pemerintah Bernilai Triliunan, ASUS Siap Jadi Raja Baru?

0

Telset.id – Jika Anda berpikir belanja negara hanya urusan infrastruktur dan bantuan sosial, siap-siap terkejut: pengadaan elektronik untuk sektor publik ternyata diam-diam menelan anggaran hingga puluhan triliun rupiah. Dan di balik layar, ASUS muncul sebagai pemain kunci yang siap menancapkan kuku lebih dalam di ranah ini.

Fenomena ini bukan sekadar soal angka. Ini adalah cermin dari pergeseran strategis dalam prioritas belanja negara. Sejak 2022, anggaran pengadaan pemerintah stabil di angka fantastis: Rp1.200 triliun per tahun. Sebagian besar dana ini dialokasikan untuk mendukung program-program prioritas seperti digitalisasi pendidikan dan penyediaan makan bergizi gratis. Dua sektor yang – seperti Anda tahu – sangat bergantung pada perangkat teknologi, mulai dari laptop hingga smartboard.

TKDN: Antara Regulasi dan Realita Pasar

Namun, ada satu faktor kunci yang memengaruhi siapa yang bisa meraih kue anggaran jumbo ini: Tingkat Komponen Dalam Negeri, alias TKDN. Di atas kertas, aturan mainnya sederhana. Produk yang memiliki TKDN di atas 40% wajib diprioritaskan oleh instansi pemerintah. Produk impor? Silakan antre di belakang.

Tapi apakah sesederhana itu? Tentu tidak.

Bocoran dari pelaku industri menunjukkan bahwa penerapan TKDN masih menyisakan ruang interpretasi. “Tidak semua produk di e-katalog sudah memenuhi 40%. Labelnya ada, tapi verifikasi tetap dari Kemenperin, bukan LKPP,” ujar Yulianto Prihhandoyo, Direktur Pasar Digital Pengadaan LKPP. Artinya, ruang bermain masih terbuka bagi mereka yang bisa berakrobat dengan rantai pasok dan ekosistem lokal.

ASUS, misalnya, membaca peluang ini dengan sangat jeli. Mereka terus menambah kandungan lokal – dari port, solid capacitor, hingga baterai – sambil menyesuaikan diri dengan infrastruktur manufaktur yang masih bertumbuh di Indonesia. Target mereka jelas: menjadi nomor 1 di pasar komersial dalam tiga tahun ke depan.

Content image for article: Pengadaan Laptop Pemerintah Bernilai Triliunan, ASUS Siap Jadi Raja Baru?

Gempuran Strategis ASUS: Dari Digitalisasi hingga Perang Dagang

Tentu saja, ini bukan hanya soal TKDN. Ada kekuatan geopolitik yang ikut mendorong ASUS naik kelas di pasar Indonesia. Trade war antara Tiongkok dan Amerika Serikat memicu relokasi besar-besaran fasilitas produksi dari China ke negara-negara Asia Tenggara – termasuk Indonesia. ASUS memanfaatkan momen ini untuk memulai ekspor dari Indonesia, menyisipkan ambisi global di balik strategi lokal.

Dari sisi permintaan, timing mereka nyaris sempurna. Windows 10 resmi pensiun, memaksa instansi pemerintah dan sektor pendidikan untuk melakukan refresh perangkat ke Windows 11. Efek domino ini mendorong lonjakan permintaan laptop baru. “Secara year-on-year, pertumbuhan kami mencapai 300%. Tahun ini target kami dua kali lipat dari sebelumnya,” kata Yulianto Hasan, Director of Commercial Products ASUS Indonesia.

Dan ini bukan gertakan. Tahun lalu saja, menurut data yang dibagikan LKPP, angka penjualan ASUS di sektor komersial mencapai Rp675 miliar. Jumlah yang cukup untuk membuat banyak vendor lain berkeringat. “Angka tersebut tak semuanya berasal dari seri komersial, ada produk konsumer juga di dalamnya,” jelas Yulianto Hasan, di acara peluncuran perangkat seri Expert terbaru di Batam.

Content image for article: Pengadaan Laptop Pemerintah Bernilai Triliunan, ASUS Siap Jadi Raja Baru?

Dari Raja Konsumen ke Raksasa Komersial

Selama ini, Anda mungkin mengenal ASUS sebagai brand yang mendominasi rak laptop konsumer di toko-toko elektronik. Tapi mereka tak mau berhenti di situ. Dengan strategi yang menyasar kebutuhan sektor swasta seperti onsite service dan accidental damage protection, ASUS menjajaki transisi dari pemain ritel menjadi penyedia solusi enterprise.

Apakah ini berarti mereka akan bangun pabrik sendiri di Indonesia? “Belum terlihat visibilitasnya,” ujar Yulianto Hasan, sambil menambahkan bahwa mereka masih memantau perkembangan ekosistem lokal. Namun satu hal pasti: ASUS sudah mencatatkan TKDN 40% sejak tahun lalu. Dan ini baru permulaan.

Refleksi: Indonesia di Persimpangan Jalan Industri

Narasi ASUS di Indonesia sejatinya adalah refleksi dari dilema yang lebih besar: antara ambisi industrialisasi dan kenyataan deindustrialisasi. Dalam dua dekade terakhir, banyak perusahaan besar hengkang dari Indonesia. Tapi kini, di tengah gejolak global, muncul peluang untuk membalikkan arus.

Pertanyaannya: apakah kita siap?

Jika regulasi TKDN terus dikawal secara konsisten, dan ekosistem manufaktur diberdayakan serius, bukan mustahil Indonesia bisa menjadi pusat produksi teknologi di Asia Tenggara. Dan jika ASUS bisa bertahan – bahkan berkembang – di tengah badai geopolitik dan regulasi yang dinamis, bukan tak mungkin mereka akan menjadi contoh sukses dari strategi yang start small, think big.

Bagaimana menurut Anda, apakah langkah ASUS ini sinyal kebangkitan industri elektronik nasional – atau hanya fatamorgana strategis semata?

IBM Percepat Revolusi AI Generatif dengan Solusi Hybrid Terbaru

Telset.id – Jika Anda berpikir adopsi AI generatif di dunia enterprise masih sebatas eksperimen, IBM siap membuktikan sebaliknya. Dalam acara tahunan THINK 2025, raksasa teknologi ini meluncurkan serangkaian inovasi hybrid yang dirancang untuk menghilangkan hambatan dalam menskalakan AI di bisnis.

IBM memperkirakan lebih dari satu miliar aplikasi akan muncul pada 2028, menciptakan tekanan besar bagi perusahaan untuk beradaptasi di lingkungan teknologi yang semakin kompleks. Namun ironisnya, studi terbaru IBM CEO Study mengungkap hanya 25% inisiatif AI yang mencapai ROI sesuai harapan.

Revolusi Agen AI dalam 5 Menit

IBM kini menghadirkan watsonx Orchestrate dengan kapabilitas agen terlengkap di industri. Yang mengejutkan, perusahaan bisa membangun agen AI sendiri dalam waktu kurang dari lima menit – mulai dari tool tanpa kode hingga solusi profesional.

“Era eksperimen AI telah berakhir. Keunggulan kompetitif saat ini datang dari integrasi AI yang dirancang khusus untuk hasil bisnis terukur,” tegas Arvind Krishna, Chairman dan CEO IBM.

Platform ini menawarkan:

  • 150+ agen siap pakai untuk berbagai fungsi bisnis
  • Integrasi dengan 80+ aplikasi enterprise seperti SAP dan Salesforce
  • Sistem observabilitas untuk memantau kinerja dan tata kelola agen

ROI 176% dengan Integrasi Hybrid

IBM memperkenalkan webMethods Hybrid Integration yang mampu menghasilkan ROI 176% dalam tiga tahun menurut studi Forrester TEI. Solusi ini menggantikan alur kerja kaku dengan otomatisasi berbasis agen untuk mengelola integrasi di lingkungan hybrid cloud.

Hasil nyata yang bisa dicapai:

  • Pengurangan downtime 40%
  • Penghematan waktu 67% untuk proyek sederhana
  • Peningkatan keamanan dan visibilitas operasional

Data Tidak Terstruktur Jadi Senjata Baru

IBM mengembangkan watsonx.data untuk mengubah data tidak terstruktur – seperti kontrak dan presentasi – menjadi aset berharga. Solusi ini mampu menghasilkan AI 40% lebih akurat dibanding metode RAG konvensional.

IBM juga mengumumkan rencana akuisisi DataStax untuk memperkuat kemampuan pencarian vektor, sekaligus integrasi dengan Llama Stack dari Meta. “Ini akan menjadi game changer dalam pemanfaatan data untuk AI generatif,” tambah Krishna.

LinuxONE 5: Infrastruktur untuk AI Skala Besar

IBM meluncurkan LinuxONE 5 dengan kemampuan memproses 450 miliar operasi inferensi AI per hari. Platform ini menawarkan:

  • Akselerator AI canggih dengan chip IBM Telum II
  • Keamanan tingkat tinggi dengan enkripsi quantum-safe
  • Penghematan biaya hingga 44% dibanding solusi x86

Dengan kolaborasi bersama AMD, Intel, dan NVIDIA, IBM semakin memperkuat posisinya sebagai pemain kunci dalam revolusi AI enterprise. Seperti dikatakan Krishna, “Kompleksitas bukan lagi penghalang, melainkan peluang untuk berinovasi.”

Infinix XPad GT dan GT 30 Pro: Bocoran Spesifikasi dan Fitur Gaming Terbaru

Telset.id – Infinix tak mau ketinggalan dalam menghadirkan perangkat gaming yang mumpuni. Kabar terbaru mengungkap bahwa brand ini sedang mempersiapkan peluncuran dua produk andalan dalam ekosistem GT Verse mereka: tablet gaming XPad GT dan smartphone GT 30 Pro. Keduanya menjanjikan performa tinggi dengan dukungan fitur-fitur khusus untuk para gamer.

Infinix XPad GT: Tablet Gaming dengan Performa Premium

Bocoran terbaru menunjukkan bahwa Infinix XPad GT akan menjadi tablet gaming pertama mereka yang dibekali chipset Snapdragon 888. Dengan layar ber-refresh rate 144Hz, tablet ini dirancang untuk memberikan pengalaman visual yang mulus, terutama saat bermain game berat. Tak hanya itu, baterai berkapasitas 10.000mAh dengan dukungan fast charging 33W memastikan Anda bisa bermain lebih lama tanpa khawatir kehabisan daya.

Infinix XPad GT gaming tablet

Yang menarik, XPad GT juga dilengkapi dengan sistem audio delapan speaker dengan teknologi 3D surround sound. Fitur ini akan membuat pengalaman gaming dan menonton konten multimedia semakin imersif. Menurut rumor, perangkat ini akan hadir dengan RAM 8GB dan penyimpanan internal 256GB. Infinix juga mengintegrasikan asisten AI bernama Folax yang mendukung berbagai fitur produktivitas seperti AI notetaking dan perintah suara.

GT 30 Pro: Smartphone Gaming dengan Konektivitas Lengkap

Tak hanya tablet, Infinix juga menyiapkan GT 30 Pro sebagai “jantung” dari ekosistem GT Verse. Smartphone ini dikabarkan akan menggunakan chipset Dimensity 8350 dengan RAM 12GB, menjadikannya salah satu ponsel gaming terkuat di kelasnya. Salah satu fitur unggulannya adalah sistem pendingin yang lebih efisien untuk menjaga performa stabil selama sesi gaming panjang.

Selain itu, Infinix juga memperkenalkan berbagai aksesori pendukung seperti GT Buds dengan ANC 30dB, ZCLIP earbuds, power bank 55W, dan kipas pendingin. Semua ini dirancang untuk memberikan pengalaman gaming yang lebih lengkap dan nyaman.

Peluncuran global Infinix XPad GT dan GT 30 Pro diprediksi akan terjadi bulan ini. Jika Anda tertarik dengan produk-produk Infinix lainnya, jangan lewatkan Infinix XPad yang sudah resmi dijual di Indonesia atau varian terbaru Hot 50i dan Smart 9.

Lenovo Luncurkan ThinkPad Aura Edition dengan AI Personal untuk Profesional

Telset.id – Di tengah percepatan transformasi digital dan dinamika kerja yang semakin kompleks, Lenovo Indonesia menghadirkan solusi baru untuk para profesional modern. Lenovo ThinkPad Aura Edition, lini perangkat Copilot+ PC yang diperuntukkan bagi segmen bisnis, resmi diluncurkan dengan tiga varian unggulan: ThinkPad X1 Carbon Gen 13 Aura Edition, ThinkPad X9 Aura Edition, dan ThinkPad X1 2-in-1 Gen 10 Aura Edition. Ketiganya dibekali teknologi AI personal yang mampu beradaptasi dengan gaya kerja pengguna.

Kolaborasi Lenovo dengan Intel dan Microsoft menghasilkan perangkat yang tidak hanya tangguh secara performa, tetapi juga intuitif. Joni Irwanto, REL Sales Director Lenovo Indonesia, menegaskan bahwa teknologi cerdas harus mampu memahami penggunanya. “Melalui visi ‘Smarter AI for All’, kami menghadirkan perangkat yang berevolusi sesuai kebutuhan pengguna secara real-time,” ujarnya.

ThinkPad X1 Carbon Gen 13 Aura Edition: Mobilitas Tanpa Kompromi

Dirancang untuk eksekutif yang selalu bergerak, ThinkPad X1 Carbon Gen 13 Aura Edition mengusung bodi serat karbon ultra-ringan dengan durabilitas standar militer. Perangkat ini didukung prosesor Intel® Core™ Ultra (Series 2) dan Intel Arc Graphics, ideal untuk multitasking berat seperti analisis data besar atau rendering grafis. Fitur Wi-Fi 7 memastikan konektivitas tanpa hambatan, sementara AI bawaan mengoptimalkan daya baterai dan pengalaman meeting virtual.

ThinkPad X9 Aura Edition: Kekuatan untuk Kreator

Profesional kreatif akan dimanjakan dengan layar OLED 15,3 inci beresolusi 2.8K dan audio Dolby Atmos. Ditenagai Intel Arc Graphics Xe2 dan RAM hingga 32GB LPDDR5x, laptop ini sanggup menangani video editing hingga desain CAD. Fitur Eyesafe® dan sertifikasi TÜV Rheinland mengurangi kelelahan mata, sementara AI personalisasi menyesuaikan performa berdasarkan beban kerja.

ThinkPad X1 2-in-1 Gen 10 Aura Edition: Fleksibilitas Tanpa Batas

Convertible 360° ini cocok untuk pekerja dinamis. Layar sentuh OLED 14 inci dengan kecerahan 500 nits tetap jelas di bawah sinar matahari. NPU Intel AI Boost (hingga 48 TOPS) memungkinkan kerja multitasking efisien, bahkan tanpa internet. Keamanan enterprise melindungi data sensitif di ruang publik.

AI yang Memahami Gaya Kerja Anda

Seri Aura Edition dilengkapi fitur eksklusif berbasis AI, seperti:

  • Smart Mode: Adaptasi performa dan konsumsi daya sesuai konteks kerja.
  • Shield Mode: Memburamkan layar otomatis jika terdeteksi orang di belakang pengguna.
  • Wellness Mode: Memantau postur dan mengingatkan waktu istirahat.
  • Smart Share: Transfer file antar perangkat dengan ketukan sederhana.

Ketiga model telah tersedia di Indonesia dengan harga mulai Rp40,9 juta. Pembeli juga mendapatkan layanan Premium Support for Business, termasuk perlindungan kerusakan tak sengaja dan garansi perbaikan 1×24 jam. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi situs resmi Lenovo Indonesia.

Mafia: The Old Country Rilis Agustus 2025, Eksplorasi Asal Mafia di Sisilia

Telset.id – Penggemar game bertema kriminalitas terorganisir bersiap-siap! 2K Games akhirnya mengumumkan tanggal rilis resmi untuk Mafia: The Old Country, prekuel terbaru dari franchise Mafia yang legendaris. Game ini akan meluncur pada 8 Agustus 2025 untuk PS5, Xbox Series X/S, dan PC via Steam serta NVIDIA GeForce Now. Kabar ini tentu menjadi angin segar bagi para pemain yang sudah menantikan cerita baru dari dunia bawah tanah yang penuh intrik.

Diungkap pertama kali di The Game Awards tahun lalu, Mafia: The Old Country membawa pemain kembali ke awal abad ke-20 di Sisilia, Italia. Latar waktu ini mengingatkan pada adegan ikonik Vito Corleone muda di The Godfather Part II, yang juga dimulai di Sisilia pada 1901. Bedanya, kali ini Anda akan memainkan karakter baru bernama Enzo, yang mendapat tawaran untuk bergabung dengan keluarga kriminal Don Torrisi.

Lawrence Bonk

Gameplay dan Edisi yang Tersedia

Seperti judul Mafia sebelumnya, The Old Country tetap mengusung formula linear dan narasi yang kuat, dipadukan dengan mekanik stealth dan tembak-menembak. Kabar baiknya, harga yang ditawarkan cukup bersahabat di tengah tren game AAA yang semakin mahal. Edisi Standar dibanderol $50 (sekitar Rp750 ribu), sementara Edisi Deluxe seharga $60 (Rp900 ribu) menawarkan bonus senjata, kostum, soundtrack digital, dan buku seni digital.

Warisan Franchise Mafia

Franchise Mafia sendiri telah ada sejak 2002, menawarkan perspektif lebih serius dibandingkan Grand Theft Auto. Namun, dalam 23 tahun terakhir, hanya tiga game utama yang dirilis, dengan Mafia III menjadi yang terakhir pada 2017. Kehadiran The Old Country diharapkan bisa menghidupkan kembali seri ini, sekaligus memuaskan rasa penasaran akan asal-usul mafia modern.

2K Games memang sedang sibuk tahun ini. Selain Mafia: The Old Country, mereka juga akan merilis Borderlands 4 pada 12 September dan kemungkinan NBA 2K edisi terbaru. Tak lupa, mereka turut terlibat dalam publikasi GTA 6 yang ditunda hingga 26 Mei 2026. Bagi Anda yang ingin memesan Mafia: The Old Country lebih awal, preorder sudah dibuka secara resmi.

Dengan latar belakang sejarah yang kaya dan narasi yang menjanjikan, Mafia: The Old Country berpotensi menjadi salah satu game terbaik tahun 2025. Apakah Enzo akan menjadi legenda seperti Vito Corleone? Jawabannya akan terungkap Agustus mendatang.

Lenovo Legion 9i: Laptop Gaming dengan Layar 3D Tanpa Kacamata

Telset.id – Jika Anda mengira laptop gaming hanya soal performa dan RGB, bersiaplah terpukau dengan inovasi terbaru Lenovo. Legion 9i generasi ke-10 menghadirkan fitur revolusioner: layar 2D/3D yang bisa beralih mode tanpa perlu kacamata khusus. Bocoran terbaru mengindikasikan, laptop ini akan meluncur di AS musim gugur ini setelah debut di China.

Lenovo tak main-main dengan spesifikasi Legion 9i. Layar 18 inci ini mendukung resolusi 4K dalam mode 2D, tetapi yang lebih menarik adalah kemampuan 3D-nya. Dengan kombinasi pelacakan mata dan lensa lentikular, laptop ini menawarkan pengalaman 3D 2K tanpa kacamata—sebuah terobosan yang mungkin mengubah cara kita bermain game dan bekerja dengan desain 3D.

Lenovo Legion 9i dengan layar 3D tanpa kacamata

Spesifikasi yang Membuat Konsol Merinding

Di balik inovasi layarnya, Legion 9i menyembunyikan raksasa performa. Laptop ini dibekali prosesor Intel Core Ultra 275HX dan GPU NVIDIA RTX 5090—duo yang menjanjikan kekuatan komputasi tak tertandingi. Lenovo juga melengkapinya dengan RAM 192GB DDR5 dan SSD 8TB, membuatnya menjadi salah satu laptop gaming paling bertenaga di pasaran.

Sistem pendinginnya tak kalah mengesankan. Kombinasi vapor chamber dan quad-fan memastikan performa tetap optimal meski digunakan untuk sesi gaming marathon. Bagi yang penasaran dengan desain fisiknya, bodi laptop ini terbuat dari delapan lapis serat karbon kelas penerbangan—lebih ringan dan kuat dari aluminium biasa.

Bukan Hanya untuk Gaming

Meski diposisikan sebagai laptop gaming, Lenovo melihat potensi lebih besar untuk Legion 9i. Dengan dukungan 30 game (yang belum diumumkan namanya) dalam mode 3D, laptop ini juga ditargetkan untuk profesional desain 3D. Kemampuan menampilkan model tiga dimensi tanpa kacamata bisa menjadi game changer dalam industri kreatif.

Tampilan Lenovo Legion 9i dalam mode tertutup sebagian

Untuk penggunaan sehari-hari, layarnya memiliki fitur dual-mode yang bisa beralih antara refresh rate 240Hz pada 4K dan 440Hz pada 1080p—solusi sempurna bagi yang menginginkan keseimbangan antara kualitas visual dan performa gaming. Rasio layar terhadap bodi mencapai 93%, memaksimalkan area tampilan tanpa membuat laptop menjadi terlalu besar.

Meski Lenovo belum mengumumkan harga resmi, melihat spesifikasi dan posisinya sebagai flagship, Legion 9i diprediksi akan dibanderol beberapa ribu dolar. Faktor tarif yang fluktuatif juga mungkin memengaruhi harga akhir ketika tiba di AS musim gugur nanti.

Inovasi Lenovo ini sejalan dengan tren teknologi hybrid yang mereka usung di MWC 2025 dan CES 2025. Legion 9i bukan sekadar upgrade spesifikasi, tapi bukti bahwa Lenovo terus berinovasi di pasar laptop premium.

Razer Clio: Speaker Gaming Unik yang Jadi Bantal Kepala

Telset.id – Bayangkan bisa merasakan audio immersif layaknya headset tanpa perlu mengenakan apa pun di kepala. Itulah yang ditawarkan Razer Clio, speaker gaming revolusioner yang sekaligus berfungsi sebagai bantal kepala. Dengan harga $230, apakah inovasi ini layak masuk ke daftar belanja Anda?

Razer baru saja meluncurkan Clio, speaker unik yang dirancang khusus untuk penggemar game. Tidak seperti speaker konvensional, perangkat ini dipasang di sandaran kursi gaming dan berfungsi ganda sebagai bantal kepala. Konsep ini sebenarnya sudah digaungkan sejak awal 2023, tetapi baru terealisasi sekarang.

Razer Clio Speaker Gaming dengan Bantal Kepala

Teknologi Audio yang Mengagumkan

Razer menjanjikan pengalaman audio “seimmersif headset tanpa kendala harus mengenakannya”. Untuk mewujudkannya, Clio dilengkapi dengan dua driver full-range 43mm yang diposisikan secara strategis. Driver ini diatur pada sudut tertentu agar suara langsung mengarah ke telinga pengguna.

Speaker ini juga terintegrasi dengan THX spatial audio, teknologi yang biasanya ditemukan di perangkat audio high-end. Yang menarik, Clio bisa digunakan secara mandiri atau dipasangkan dengan perangkat audio lain untuk menciptakan sistem surround sound 5.1. Dalam konfigurasi ini, Clio berperan sebagai speaker belakang.

Konektivitas dan Baterai

Clio menggunakan teknologi konektivitas nirkabel Razer HyperSpeed untuk mengurangi latensi. Bagi yang ingin menggunakannya dengan perangkat seluler, speaker ini juga mendukung Bluetooth untuk kompatibilitas dengan Android dan iOS.

Daya tahan baterainya cukup mengesankan, mencapai 14 jam per pengisian. Namun, Razer tidak menyertakan kabel USB-C dalam paket penjualan, keputusan yang mungkin mengecewakan beberapa pembeli.

Kenyamanan yang Diutamakan

Sebagai bantal kepala, Clio menggunakan memory foam yang dirancang untuk menyangga kepala dan leher dengan nyaman. Terdapat juga tali nilon yang bisa disesuaikan untuk memastikan posisi yang pas. Razer mengklaim produk ini kompatibel dengan sebagian besar kursi gaming berkualitas tinggi.

Meski menawarkan inovasi menarik, harga $230 (sekitar Rp 3,5 juta) mungkin menjadi pertimbangan serius bagi banyak gamer. Apalagi dengan tambahan biaya untuk kabel USB-C yang tidak disertakan. Clio sudah bisa dipesan sekarang dan akan mulai dikirim pada 16 Mei mendatang.

Bagi yang mencari alternatif headset gaming berkualitas dengan harga lebih terjangkau, produk seperti Jabra Evolve2 30 bisa menjadi pertimbangan. Namun, untuk pengalaman audio yang benar-benar berbeda tanpa harus mengenakan headset, Razer Clio menawarkan solusi unik yang patut diperhitungkan.