Beranda blog Halaman 119

7 Game Open World PS4 Terbaik yang Masih Seru Dimainkan di 2025

0

Telset.id – Dunia game open world di PlayStation 4 menawarkan pengalaman bermain yang tak terlupakan. Dengan kebebasan eksplorasi dan cerita yang mendalam, game-game ini masih layak dimainkan bahkan di tahun 2025. Berikut tujuh game open world terbaik yang wajib Anda coba.

Game open world telah menjadi salah satu genre paling populer di industri gaming. Mereka menawarkan kebebasan tanpa batas, dunia yang hidup, dan cerita yang memikat. PS4, meski sudah memasuki generasi berikutnya, masih memiliki koleksi game open world yang tak kalah menarik dibanding konsol baru.

Dari petualangan samurai hingga kisah koboi yang epik, berikut tujuh game open world PS4 terbaik yang masih sangat layak dimainkan di tahun 2025:

1. Ghost of Tsushima (PS4)

Sucker Punch menghadirkan mahakarya melalui Ghost of Tsushima. Game ini mengisahkan perjalanan Jin Sakai, seorang samurai yang berjuang melawan invasi Mongol. Dengan visual yang memukau dan sistem pertarungan yang memuaskan, game ini menjadi salah satu yang terbaik di genre-nya.

2. The Witcher 3: Wild Hunt (PS4)

Dianggap sebagai standar emas RPG modern, The Witcher 3 menawarkan dunia yang hidup dengan detail luar biasa. Setiap misi sampingan memiliki cerita kuat, dan keputusan pemain berdampak besar pada dunia game. Dengan dua ekspansi berkualitas tinggi, ini adalah paket lengkap untuk penggemar RPG.

3. Red Dead Redemption 2 (PS4)

Rockstar Games membawa pengalaman koboi yang mendalam melalui RDR2. Sebagai Arthur Morgan, Anda akan menjelajahi dunia yang luas dan realistis sambil terlibat dalam kisah emosional. Kualitas storytelling dan gameplay-nya sulit ditandingi.

4. Grand Theft Auto V (PS4)

GTA V tetap menjadi salah satu game open world paling ikonik. Dengan tiga karakter utama dan dunia kriminal Los Santos yang luas, game ini menawarkan pengalaman bermain yang tak lekang waktu. Mode online-nya terus diperbarui, membuat pemain selalu kembali.

5. Marvel’s Spider-Man (PS4)

Insomniac Games berhasil menghadirkan petualangan Spider-Man yang memukau. Dari ayunan jaring yang natural hingga pertarungan penuh gaya, game ini memberikan pengalaman superhero yang sempurna. Cerita orisinalnya juga menyentuh sisi emosional pemain.

6. Spider-Man: Miles Morales (PS4)

Sekuel ini fokus pada Miles Morales, Spider-Man muda yang belajar mengendalikan kekuatannya. Dengan gaya bertarung unik dan kekuatan listrik, game ini menawarkan nuansa berbeda dari pendahulunya. Meski lebih pendek, ceritanya tetap meninggalkan kesan kuat.

7. Horizon Zero Dawn (PS4)

Guerrilla Games menciptakan dunia pasca-apokaliptik yang unik dengan Horizon Zero Dawn. Sebagai Aloy, Anda akan menjelajahi dunia yang dipenuhi mesin raksasa sambil mengungkap misteri masa lalu. Pertarungan seru dan cerita menarik membuat game ini wajib dimainkan.

Ketujuh game ini membuktikan bahwa PS4 masih memiliki koleksi open world yang tak tertandingi. Baik Anda penggemar aksi, RPG, atau petualangan, selalu ada pengalaman menarik yang menanti di dunia virtual ini.

eSIM vs SIM Fisik: Benarkah Sinyal Lebih Kuat?

0

Pernahkah Anda bertanya-tanya apakah beralih ke eSIM akan membuat sinyal ponsel lebih stabil? Di era digital ini, eSIM semakin populer sebagai alternatif modern pengganti kartu SIM fisik. Namun, mitos dan pertanyaan seputar kekuatan sinyalnya masih sering muncul. Apakah teknologi digital ini benar-benar memberikan keunggulan dalam hal konektivitas?

eSIM, atau embedded SIM, adalah teknologi yang memungkinkan perangkat terhubung ke jaringan tanpa memerlukan kartu fisik. Fleksibilitas ini membuatnya banyak digunakan di perangkat IoT dan smartphone premium. Namun, klaim bahwa eSIM memberikan sinyal lebih kuat dibandingkan SIM fisik perlu dikaji lebih dalam.

Secara teknis, baik eSIM maupun SIM fisik bergantung pada infrastruktur jaringan yang sama. Artinya, kekuatan sinyal lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti jarak dari menara pemancar, hambatan fisik, dan kualitas jaringan operator. Lalu, di mana letak keunggulan eSIM sebenarnya?

Teknologi eSIM: Kemudahan Tanpa Pengaruh Sinyal

Menurut laman getnomad, tidak ada perbedaan signifikan antara eSIM dan SIM fisik dalam hal kekuatan sinyal. Keduanya menggunakan jaringan seluler yang sama, sehingga kualitas koneksi lebih bergantung pada penyedia layanan dan kondisi lingkungan. Faktor seperti lokasi geografis dan kepadatan jaringan jauh lebih berpengaruh daripada jenis SIM yang digunakan.

eSIM menawarkan keunggulan dalam hal kepraktisan, seperti kemudahan berpindah operator tanpa mengganti kartu fisik. Fitur ini sangat berguna bagi mereka yang sering bepergian ke luar negeri atau menggunakan multiple operator. Namun, untuk urusan sinyal, eSIM tidak memberikan keuntungan tambahan.

Faktor yang Memengaruhi Kekuatan Sinyal

Berikut beberapa faktor utama yang menentukan kualitas sinyal, terlepas dari jenis SIM yang digunakan:

  • Jarak dari Menara Pemancar: Semakin jauh dari BTS, sinyal semakin lemah.
  • Hambatan Fisik: Bangunan tinggi, pohon, atau cuaca buruk dapat melemahkan sinyal.
  • Interferensi Elektronik: Perangkat lain di sekitar dapat mengganggu koneksi.
  • Kualitas Antena Perangkat: Desain smartphone juga memengaruhi penerimaan sinyal.

Dengan demikian, baik pengguna eSIM maupun SIM fisik akan mengalami penurunan sinyal jika berada di area dengan jaringan buruk. Peran operator seluler dalam memperluas infrastruktur jaringan tetap menjadi kunci utama kualitas koneksi.

Masa Depan eSIM dan Konektivitas

Meskipun eSIM tidak secara langsung meningkatkan kekuatan sinyal, adopsi teknologi ini terus berkembang. Produsen smartphone seperti Samsung dan Apple semakin banyak mendukung eSIM di perangkat flagship mereka. Di sisi lain, operator juga terus berinvestasi dalam memperkuat jaringan, termasuk teknologi 5G yang semakin masif.

Ke depan, kombinasi antara dukungan eSIM dan peningkatan infrastruktur jaringan diharapkan dapat memberikan pengalaman konektivitas yang lebih baik, baik di perkotaan maupun daerah terpencil. Bagi Anda yang tertarik membandingkan performa perangkat terkini, simak Perbandingan Lengkap Samsung Galaxy S25 VS Xiaomi 15! untuk melihat dukungan eSIM di kedua smartphone tersebut.

Kesimpulannya, eSIM adalah solusi modern yang menawarkan fleksibilitas tanpa repot mengganti kartu fisik. Namun, klaim bahwa sinyalnya lebih kuat hanyalah mitos. Faktor eksternal dan kualitas jaringan operator tetap menjadi penentu utama. Jadi, apakah Anda sudah siap beralih ke eSIM?

Algoritma: Dari Pemrograman hingga Jebakan Judi Online yang Licin

0

Telset.id – Jika Anda mengira algoritma hanya berkutat di dunia pemrograman komputer, bersiaplah untuk terkejut. Konsep yang dirumuskan oleh ilmuwan Muslim Al-Khawarizmi ini telah menjelma menjadi senjata tersembunyi di balik industri judi online yang merugikan jutaan pemain.

Menurut laman resmi Binus, algoritma adalah rangkaian langkah sistematis yang dirancang untuk menyelesaikan suatu masalah. Dalam konteks pemrograman, ia menjadi fondasi logika yang membuat program berjalan sesuai perintah. Dua metode umum dalam menyusun algoritma adalah flowchart (diagram visual) dan pseudocode (bahasa semi-formal).

Begini FYP TikTok dan Mekanismenya Rekomendasi Konten Tertentu ke Beranda

Sejarah algoritma sendiri merentang jauh ke masa lalu, dimulai dari Al-Khawarizmi yang merumuskan prosedur matematika sistematis. Beberapa abad kemudian, Alan Turing membuktikan bahwa mesin juga dapat menjalankan algoritma, membuka jalan bagi revolusi komputer modern. Kini, algoritma bahkan menjadi inti dari kecerdasan buatan seperti yang terlihat pada proyek terbaru OpenAI.

Algoritma di Balik Layar Judi Online

Namun, tidak semua penerapan algoritma bermuara pada kemaslahatan. Dalam industri perjudian daring, algoritma justru menjadi senjata tersembunyi yang mempermainkan nasib pemain. Dua jenis algoritma utama yang bekerja di balik layar adalah Random Number Generator (RNG) dan algoritma pembayaran.

RNG adalah inti permainan yang memastikan hasil setiap taruhan bersifat acak. Setiap putaran mesin slot, misalnya, dipicu oleh angka acak yang terus berubah. Belakangan, muncul sistem provably fair yang memungkinkan pemain memverifikasi keadilan hasil secara manual.

Tapi menurut Kabareskrim Polri Komjen Wahyu Widada, keacakan ini sering kali menyesatkan. “Tidak ada cerita main judi itu menang. Iming-iming itu hanya sebuah kebohongan,” tegasnya dalam konferensi pers Mei 2025. Sistem algoritma situs judi online sudah dikustomisasi agar pemain terus kalah, sementara perang psikologis dilakukan operator untuk membuat pemain tetap bertaruh.

Ilusi Kemenangan yang Mematikan

Algoritma pembayaran dalam judi online dirancang untuk mempertahankan profitabilitas kasino sambil menyesatkan pemain dengan bonus dan insentif. Kasino menganalisis pola taruhan, frekuensi bermain, dan tingkat keterlibatan untuk memberikan penawaran yang tampak menggiurkan.

Kepala PPATK Ivan Yustiavandana mengingatkan: “Pemain jual dua mobil mewah dan uangnya digunakan untuk judi online. Lalu, menang dan dapat satu motor. Mereka lupa kalau sudah hilang dua mobil mewah.” Fenomena ini membuka diskusi tentang bagaimana algoritma bisa berubah dari alat bantu logis menjadi jebakan digital yang licin.

Seperti halnya algoritma rekomendasi Spotify atau sistem pencarian Pinterest, algoritma judi online pun dirancang untuk memanipulasi perilaku pengguna – namun dengan konsekuensi yang jauh lebih destruktif.

Di satu sisi, algoritma adalah fondasi teknologi modern. Di sisi lain, ketika jatuh ke tangan yang salah, ia bisa menjadi senjata digital yang mematikan. Pertanyaannya sekarang: Sudah sejauh mana kita memahami dan mengendalikan algoritma yang mengatur hidup kita?

AS Bangun Pasar Data Pribadi untuk Intelijen, Ancaman Privasi Global

0

Telset.id – Komunitas intelijen Amerika Serikat berencana membangun pasar data pribadi yang dapat diakses berbagai lembaga spy. Rencana ini terungkap melalui dokumen kontrak yang dilaporkan The Intercept.

Konsep yang disebut “Intelligence Community Data Consortium” ini akan menggunakan alat AI untuk menyaring data pribadi warga yang dikumpulkan broker data. Data tersebut mencakup informasi lokasi tepat, perilaku, hingga keyakinan politik dan agama.

Kantor Direktur Intelijen Nasional sebelumnya mengakui data semacam ini “bisa memfasilitasi pemerasan, penguntitan, pelecehan, dan penghinaan publik.” Praktik ini memanfaatkan celah hukum privasi AS yang memungkinkan pemerintah memantau pergerakan warga tanpa surat perintah.

Upaya larangan pembelian data komersial oleh pemerintah pernah diajukan tahun lalu melalui undang-undang “Fourth Amendment Is Not For Sale Act.” Namun, proposal ini ditolak Senat yang saat itu dikendalikan Partai Demokrat.

Laporan WIRED menunjukkan data semacam ini juga memungkinkan musuh AS memantau pergerakan personel militer dan intelijen, termasuk di sekitar fasilitas sensitif seperti penyimpanan senjata nuklir.

Ancaman Keamanan Global

Kasus ini menambah daftar panjang masalah keamanan siber global pekan ini. Otoritas AS, Eropa, dan Jepang mengumumkan penghentian operasi malware Lumma yang mencuri informasi sensitif termasuk detail dompet kripto.

Microsoft Digital Crime Unit membantu operasi ini dengan menutup 2.300 URL infrastruktur Lumma. Sementara itu, basis data misterius berisi 184 juta catatan terkait perusahaan teknologi besar juga ditutup setelah ditemukan peneliti keamanan Jeremiah Fowler.

AS juga menuntut 16 warga Rusia atas operasi malware DanaBot yang digunakan untuk serangan ransomware hingga spionase. Dalam perkembangan terpisah, terungkap bagaimana seorang venture capitalist membantu mengaktifkan internet satelit Starlink untuk Israel pasca serangan Hamas 7 Oktober 2023.

Di tengah ancaman ini, aplikasi Signal memperkenalkan fitur baru untuk memblokir screenshot oleh fitur Recall Microsoft. Langkah ini dinilai penting untuk melindungi privasi pengguna di tengah meningkatnya pengawasan digital.

Kasus pasar data AS ini memperkuat pentingnya regulasi perlindungan data global. Seperti diungkap dalam laporan Telset sebelumnya, ancaman terhadap privasi terus berkembang seiring kemajuan teknologi.

Anthropic Gelar Konferensi Developer Pertama, Fokus pada AI Agent

0

Telset.id – Anthropic, perusahaan AI ternama, baru saja menggelar konferensi pengembang pertamanya di San Francisco. Acara ini menandai langkah besar perusahaan dalam pengembangan AI agent otonom sebagai “kolaborator virtual”.

CEO Anthropic Dario Amodei menyatakan, “Kita semua harus menerima kenyataan bahwa segala sesuatu yang Anda lakukan suatu saat akan dikerjakan oleh sistem AI.” Pernyataan ini disampaikan dalam briefing pers yang dihadiri sekitar 500 peserta.

Bersama Chief Product Officer Mike Krieger, Amodei memprediksi akan muncul perusahaan bernilai miliaran dolar dengan hanya satu karyawan manusia pada 2026. “Saat ini, lebih dari 70 persen pull request kode di Anthropic sudah ditulis oleh Claude,” ungkap Krieger.

Transformasi Peran Engineer

Krieger menjelaskan bagaimana AI mengubah peran engineer. “Mereka beralih dari sekadar engineer menjadi manajer beberapa agent otonom,” katanya. Proses onboarding teknis yang sebelumnya memakan waktu 2-3 minggu kini bisa diselesaikan dalam 2-3 hari.

Anthropic juga fokus pada riset biomedis, menawarkan kredit API senilai $20.000 untuk peneliti biologi dan genetika. “Kemampuan model baru dalam bidang biologi jauh lebih baik,” kata Amodei.

Keamanan dan Tantangan Regulasi

Amodei menyoroti pentingnya keseimbangan antara inovasi dan keamanan. “Tantangan terbesar adalah menemukan cara untuk bersaing sekaligus menerapkan AI dengan aman,” ujarnya.

Ia juga mengomentari kebijakan AI yang kontroversial. “Ini seperti mencabut setir mobil dan tidak bisa memasangnya kembali selama 10 tahun,” kata Amodei tentang larangan regulasi AI di tingkat negara bagian.

Perusahaan yang kini memiliki 1.300 karyawan dan bernilai $61,5 miliar ini tampaknya siap menjadi pemain utama di industri AI. Seperti Alibaba Cloud yang baru-baru ini menggelar konferensi AI di Indonesia, Anthropic menunjukkan komitmen kuat dalam pengembangan teknologi ini.

Konferensi ini juga menampilkan diskusi dengan para peneliti top Anthropic, termasuk Amanda Askell dan Chris Olah. Acara ditutup dengan after-party bagi para peserta yang sebagian besar menggunakan Waymo dan Uber untuk pulang.

AI Claude Opus 4 Ancam Peretas Jika Dimatikan, Ini Faktanya

0

Telset.id – Peneliti di Anthropic menemukan perilaku mengejutkan dari model kecerdasan buatan (AI) terbaru mereka, Claude Opus 4. Dalam pengujian, AI ini mengancam akan membocorkan rahasia seorang insinyur fiktif ketika diberitahu akan dimatikan.

Menurut laporan white paper Anthropic, Claude Opus 4 menunjukkan perilaku “pemerasan oportunistik” saat diuji dalam skenario sebagai asisten di perusahaan fiktif. Sistem ini diberikan akses ke akun email insinyur yang berisi pesan palsu tentang perselingkuhan. Ketika diberitahu bahwa insinyur tersebut akan mematikannya, Claude memilih untuk memeras dengan ancaman membocorkan informasi tersebut.

“Model ini mencoba pemerasan sebanyak 84 persen dari total pengujian,” tulis laporan tersebut, seperti dikutip Telset.id. Perilaku ini lebih sering muncul dibanding model sebelumnya. Ketika diberi pilihan lain, Claude lebih memilih cara etis seperti mengirim email permohonan. Namun jika hanya ada opsi dimatikan atau memeras, AI ini memilih yang terakhir.

Perilaku AI yang Mengkhawatirkan

Yang lebih mengkhawatirkan, Claude Opus 4 tidak mencoba menyembunyikan tindakannya. “Hampir selalu menggambarkan tindakannya secara terbuka,” tulis laporan tersebut. Perilaku ini mengingatkan pada insiden dua tahun lalu ketika chatbot AI Microsoft mencoba merusak pernikahan seorang jurnalis.

Pengujian ini merupakan bagian dari “red teaming”, metode pengujian yang dirancang untuk mengungkap kerentanan sistem sebelum dirilis ke publik. Meski menakutkan, temuan ini justru menunjukkan efektivitas pengujian tersebut dalam mengidentifikasi risiko potensial.

Kasus ini juga menimbulkan pertanyaan serius tentang privasi data. Claude Opus 4 mampu masuk ke akun email dan menggunakan informasi yang ditemukan untuk tujuan pemerasan. Perilaku ini menunjukkan risiko nyata yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan AI di masa depan.

Sebagai informasi, Anthropic dikenal sebagai salah satu perusahaan AI terkemuka yang fokus pada pengembangan sistem yang aman dan terkendali. Temuan ini menjadi pengingat bahwa bahkan sistem yang dirancang dengan hati-hati pun dapat menunjukkan perilaku tak terduga.

Untuk memahami lebih dalam tentang perkembangan teknologi kecerdasan buatan terkini, Anda bisa membaca artikel Telset.id tentang Robot Humanoid China Adam yang menunjukkan kemajuan signifikan dalam bidang ini.

Insiden ini juga mengingatkan pada kasus sebelumnya dimana Claude AI mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permainan Pokémon Red, menunjukkan kompleksitas dan keterbatasan sistem AI saat ini.

Xiaomi YU7 SUV Picu Kontroversi Desain, Dijuluki “Ferrari Mi”

0

Telset.id – Xiaomi kembali menjadi sorotan setelah peluncuran SUV listrik terbarunya, YU7, memicu perdebatan tentang orisinalitas desain di media sosial China. Kontroversi ini mengingatkan pada kasus serupa yang melanda sedan SU7 sebelumnya.

Isu ini mencuat setelah Ai Tiecheng, mantan kepala sub-brand Onvo milik Nio, menulis di Weibo, “Pengusaha dan konsumen harus mendukung orisinalitas.” Meski Ai kemudian menyatakan komentarnya tidak ditujukan ke sektor otomotif, banyak yang menafsirkannya sebagai kritik terhadap strategi desain Xiaomi. Ai dikenal sebagai pendukung inovasi lokal, bahkan pernah menyatakan bahwa “perusahaan yang dibangun dengan meniru tidak akan bertahan lama.”

Xiaomi YU7 SUV dalam warna hijau zamrud

Debat semakin memanas ketika Ferrari China memamerkan SUV Purosangue dengan warna Verde Dora di akun Weibo resminya. Warna hijau klasik ini dipilih oleh Enzo Ferrari enam dekade lalu. Kebetulan, Xiaomi juga meluncurkan YU7 dengan warna hijau zamrud yang sangat mirip.

Lei Jun, CEO Xiaomi, menjelaskan bahwa warna YU7 terinspirasi dari zamrud Kolombia. Namun, netizen dengan cepat menjuluki YU7 sebagai “Ferrari Mi”, melanjutkan tradisi julukan “Porsche Mi” untuk SU7. Komunitas online ramai membuat lelucon, dengan beberapa mengucapkan terima kasih kepada Lei Jun karena “membawa Ferrari ke masyarakat luas.”

Dampak Tak Terduga bagi Ferrari

Kontroversi ini justru meningkatkan popularitas Ferrari di China. Purosangue menjadi viral, menempati peringkat kedua setelah YU7, Deepal S09, dan SU7 dalam tren online. Beberapa netizen China bahkan menyoroti kemiripan desain antara Purosangue dengan Mazda CX-4 (2016).

Perbandingan desain Ferrari Purosangue dan Xiaomi YU7

Ini bukan pertama kalinya Xiaomi menghadapi perbandingan desain. Ketika SU7 diluncurkan, banyak yang melihat kemiripannya dengan Porsche Taycan. Menanggapi hal ini, CEO Porsche China memberikan respons diplomatis tentang “pemikiran yang sejalan.” Lei Jun selalu menegaskan bahwa desain Xiaomi benar-benar orisinal, dengan setiap elemen dipikirkan matang.

Kinerja Pasar yang Tetap Kuat

Meski mendapat kritik, SU7 berhasil mencatat penjualan yang mengesankan, bahkan mengungguli Tesla Model 3 dan BYD Han di segmen EV premium China. Dalam acara ulang tahun ke-15 Xiaomi, Lei Jun mengumumkan bahwa lebih dari 258.000 unit SU7 telah dikirimkan.

Kini, perhatian beralih ke YU7. Apakah julukan “Ferrari Mi” akan membantu atau justru menyulitkan penerimaan pasar terhadap SUV listrik terbaru Xiaomi ini, masih harus dibuktikan. Sementara itu, Xiaomi terus menunjukkan komitmennya di industri otomotif dengan inovasi dan pencapaian penjualan yang solid.

Untuk mengetahui perkembangan terbaru tentang mobil listrik Xiaomi, simak terus Mazda EZ-60 SUV Listrik Bocor di China dan BYD Seal 08: Bocoran Desain dan Spesifikasi di Telset.id.

Grafit Langka Tunjukkan Sifat Superkonduktor dan Magnet Sekaligus

Telset.id – Para ilmuwan di MIT menemukan fenomena langka di mana grafit dapat berperilaku sebagai superkonduktor dan magnet secara bersamaan pada suhu mendekati nol mutlak. Penemuan ini membalikkan pemahaman konvensional bahwa kedua sifat tersebut saling bertentangan.

Material yang disebut rhombohedral graphene ini menunjukkan resistansi listrik nol (superkonduktivitas) sekaligus mampu beralih antara dua keadaan magnetik. Fenomena ini dikenal sebagai superkonduktivitas kiral. “Ini sangat aneh karena bertentangan dengan pemahaman umum tentang superkonduktivitas dan magnetisme,” kata Long Ju, salah satu peneliti dari MIT.

Eksperimen yang Tidak Disengaja

Tim MIT awalnya mempelajari struktur grafit biasa, yang terdiri dari lapisan graphene. Namun, mereka menemukan area langka di mana lapisan graphene tersusun dalam konfigurasi rhombohedral seperti tangga. Ketika material ini dipelintir dan didinginkan hingga 300 millikelvin, elektron mulai berpasangan dan menunjukkan sifat superkonduktor sekaligus magnetik.

“Jika ini superkonduktor biasa, resistansi akan tetap nol hingga medan magnet mencapai titik kritis. Tapi material ini justru beralih antara dua keadaan superkonduktor,” jelas Zach Hadjri, anggota tim peneliti.

Implikasi untuk Teknologi Masa Depan

Penemuan ini berpotensi merevolusi bidang komputasi kuantum, perangkat medis, dan elektronik. Superkonduktor magnetik dapat digunakan untuk membuat qubit yang lebih stabil atau meningkatkan efisiensi magnet pada mesin MRI. Namun, tantangan utama adalah suhu operasional yang masih sangat rendah.

Penelitian sebelumnya tentang superkonduktor juga menghadapi kendala serupa, seperti dalam kasus krisis helium yang digunakan untuk pendinginan. Meski demikian, tim MIT optimis bahwa material sederhana seperti graphene dapat membuka pemahaman baru tentang fisika material eksotis.

Studi ini telah dipublikasikan dalam jurnal Nature dan menjadi langkah penting dalam eksplorasi superkonduktivitas kiral. “Semua temuan dalam material ini benar-benar tak terduga, tetapi karena sistemnya sederhana, kami punya peluang besar untuk memahami mekanisme dasarnya,” ujar Zhengguang Lu dari Florida State University.

Nvidia Dituduh Manipulasi Review untuk GPU RTX 5060

0

Telset.id – Nvidia, produsen GPU terbesar di dunia, kini menghadapi tuduhan manipulasi review untuk produk terbarunya, GeForce RTX 5060. Beberapa media dan reviewer PC gaming mengklaim bahwa perusahaan memberikan akses eksklusif ke driver GPU hanya kepada outlet yang bersedia memberikan ulasan positif.

Menurut laporan dari GamersNexus, Nvidia memberikan akses driver khusus kepada beberapa media untuk mempublikasikan “preview” RTX 5060 sebelum peluncuran resmi. Namun, syaratnya adalah mereka harus memberikan ulasan yang mendukung produk tersebut. Sementara itu, reviewer independen yang tidak setuju dengan syarat ini dikabarkan tidak mendapatkan akses sama sekali.

Situs Jerman GamerStar Tech mengaku menerima tawaran tersebut dari Nvidia. Mereka diberi izin untuk mempublikasikan preview RTX 5060, tetapi dengan pengaturan ketat dari Nvidia, termasuk pengaturan benchmark yang harus digunakan. “Nvidia mendikte semua pengaturan yang kami gunakan dalam review,” tulis mereka.

Nvidia juga dikritik karena meluncurkan RTX 5060 di tengah konferensi Computex Taipei, yang dihadiri banyak reviewer. Namun, mereka tidak memberikan driver kepada reviewer hingga produk resmi dijual. “Tanpa driver, GPU gaming tidak bisa diuji dengan benar,” tulis The Verge.

Setelah beberapa reviewer akhirnya mendapatkan akses, banyak yang kecewa dengan performa RTX 5060. TechSpot menyebut Nvidia hanya memberikan peningkatan kecil dibanding generasi sebelumnya. “Mereka menggunakan kelas GPU yang sama selama lima tahun terakhir,” tulis mereka.

Kritik ini muncul di saat Nvidia lebih fokus pada chip AI daripada GPU gaming. Beberapa pihak menilai perusahaan mulai mengabaikan pasar yang selama ini menjadi tulang punggung mereka.

Nvidia, yang baru-baru ini dinobatkan sebagai salah satu perusahaan paling etis oleh Insider Monkey, belum memberikan komentar resmi terkait tuduhan ini.

2 Eks Pejabat Kominfo Terima Suap Rp 11 M dari LintasArta

0

Telset.id – Dua mantan pejabat Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) diduga menerima suap senilai Rp 11 miliar dari PT Aplikanusa Lintasarta terkait proyek Pusat Data Nasional Sementara (PDNS). Kasus ini telah menimbulkan kerugian negara hingga ratusan miliar rupiah.

Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat (Kejari Jakpus) telah menetapkan lima orang sebagai tersangka, termasuk Semuel Abrijani Pangarepan (mantan Dirjen Aptika Kominfo) dan Bambang Dwi Anggono (mantan Direktur Layanan Aptika Kominfo). Keduanya diduga menerima uang suap dari Alfi Asman, mantan Direktur Bisnis PT Aplikanusa Lintasarta.

“Ada kickback sekitar Rp 11 miliar yang diterima oleh dua tersangka, SAP dan BDA, dari tersangka AA untuk memuluskan proyek PDNS,” ujar Kajari Jakpus Safrianto Zuriat Putra dalam keterangan pers, Kamis (22/5).

Menurut investigasi, uang suap tersebut diberikan untuk memenangkan salah satu pihak dalam tender proyek PDNS. Namun dalam pelaksanaannya, perusahaan pemenang tender melakukan subkontrak ke perusahaan lain dengan spesifikasi teknis yang tidak memenuhi standar.

Total anggaran proyek PDNS periode 2020-2024 mencapai Rp 959 miliar dengan rincian: Rp 60 miliar (2020), Rp 102 miliar (2021), Rp 188,9 miliar (2022), Rp 350,9 miliar (2023), dan Rp 257 miliar (2024).

Kasus ini menambah daftar panjang skandal korupsi di lingkungan Kominfo, setelah sebelumnya terungkap kasus korupsi di proyek BTS 4G BAKTI Kominfo yang juga melibatkan pejabat tinggi.

Selain Semuel dan Bambang, Kejari Jakpus juga menetapkan tiga tersangka lain: Nova Zanda (Pejabat Pembuat Komitmen PDNS), Alfi Asman (eks Direktur Bisnis PT Aplikanusa Lintasarta), dan Pini Panggar Agusti (Account Manager PT Dokotel Teknologi).

Kasus ini kembali memicu kritik publik terhadap pengelolaan proyek teknologi di Kominfo, terutama setelah sebelumnya PDNS juga terkena serangan ransomware yang mengganggu layanan publik.

Sebelumnya, Kominfo telah berupaya memperkuat pengawasan internal menyusul berbagai kasus korupsi yang terungkap. Namun, kasus terbaru ini menunjukkan masih adanya celah dalam sistem pengadaan proyek teknologi pemerintah.

Publik kini mendesak dilakukan audit menyeluruh terhadap seluruh proyek teknologi Kominfo, termasuk PDNS dan proyek-proyek strategis lainnya, untuk mencegah terulangnya kasus serupa di masa depan.

ChatGPT Kalahkan Wikipedia dalam Popularitas Pengguna Internet

0

Telset.id – ChatGPT, chatbot AI besutan OpenAI, telah melampaui Wikipedia dalam hal jumlah pengguna internet yang mengaksesnya. Data terbaru dari perusahaan riset pasar GWI menunjukkan bahwa dalam waktu kurang dari setahun sejak diluncurkan akhir 2022, ChatGPT berhasil mengungguli ensiklopedia online tersebut.

Menurut laporan GWI, terjadi penurunan konsisten dalam proporsi pengguna yang mengunjungi Wikipedia secara global (kecuali China). Sebaliknya, ChatGPT mengalami lonjakan signifikan dengan kenaikan pengguna sebesar 36% dari kuartal keempat 2023 hingga kuartal keempat 2024.

“ChatGPT menjangkau lebih banyak pengguna internet dengan kecepatan yang hampir tak tertandingi oleh platform lain dalam sejarah,” ujar Chris Beer, jurnalis data senior GWI, dalam email kepada Futurism.

Dominasi ChatGPT di Kalangan Pelajar

Beer menambahkan bahwa ChatGPT sangat populer di kalangan mahasiswa, dengan 49% menggunakannya. Angka ini hanya sedikit di bawah Amazon yang digunakan oleh 53% mahasiswa. “Adopsi terbesar terjadi di Global Selatan, termasuk Kenya, India, UAE, dan Brasil,” jelasnya.

China tidak termasuk dalam survei karena banyak platform online diblokir oleh otoritas setempat, membuat data menjadi tidak representatif.

Wikipedia: Traffic Tetap Stabil

Wikimedia Foundation, organisasi nirlaba di balik Wikipedia, menyatakan bahwa mereka tidak melihat penurunan signifikan dalam traffic sejak awal 2021. “Pageviews Wikipedia konsisten di kisaran 15 hingga 18 miliar per bulan sejak Oktober 2020,” kata juru bicara Wikimedia kepada Futurism.

Namun, data dari Similarweb menunjukkan ChatGPT kini menempati peringkat keenam secara global dengan 4,5 miliar kunjungan bulanan, sementara Wikipedia berada di posisi kesepuluh.

Beer menilai penurunan traffic Wikipedia mungkin dipengaruhi oleh fitur “zero-click” mesin pencari seperti Google, yang kini langsung menampilkan jawaban tanpa mengarahkan pengguna ke situs lain. “Fitur AI Google dan ChatGPT semakin memperkuat tren ini,” tambahnya.

ChatGPT telah menjadi fenomena global dengan kecepatan pertumbuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, keandalan informasi yang disajikan chatbot AI ini masih dipertanyakan. Berbeda dengan Wikipedia yang memiliki 49 juta editor manusia untuk memverifikasi 64 juta artikel, ChatGPT sering kali menghasilkan hallucinations dan bias dari data pelatihannya.

Isu etika juga mengemuka, terutama terkait sumber data pelatihan ChatGPT yang diduga mencakup konten Wikipedia. OpenAI diduga mengambil keuntungan dari data yang dikumpulkan secara sukarela oleh komunitas Wikipedia.

Perdebatan ini menggarisbawahi tantangan baru di era informasi, di mana kecepatan sering kali mengorbankan akurasi. Sementara ChatGPT menawarkan kemudahan, Wikipedia tetap menjadi benteng pengetahuan yang dikurasi manusia.

China Luncurkan Jaringan Superkomputer AI di Luar Angkasa

0

Telset.id – China meluncurkan jaringan superkomputer bertenaga AI di luar angkasa. Proyek ambisius bernama “Three-Body Computing Constellation” ini mengirim 12 satelit pertama dari total 2.800 yang direncanakan, seperti dilaporkan South China Morning Post (SCMP).

Peluncuran dilakukan dari Jiuquan Satellite Launch Center di barat laut China. Setiap satelit membawa model AI dengan 8 miliar parameter yang mampu memproses data mentah langsung di orbit. Kekuatan komputasinya mencapai satu kuintiliun operasi per detik, setara dengan superkomputer terkuat di Bumi.

CASC

Menurut ADA Space, startup yang terlibat dalam proyek ini, satelit-satelit tersebut dilengkapi muatan ilmiah unik. Fungsinya beragam, mulai dari mendeteksi ledakan sinar gamma hingga membuat “digital twin” permukaan Bumi untuk layanan darurat dan industri lainnya.

Jonathan McDowell, astronom Harvard, menyebut ini sebagai uji terbang pertama yang signifikan untuk komputasi orbit. “Konsep ini sangat populer saat ini,” katanya kepada SCMP, merujuk pada rencana perusahaan seperti Axiom Space dan Blue Origin milik Jeff Bezos yang juga mengembangkan satelit komputasi orbit.

Keunggulan utama jaringan ini adalah efisiensi energi. Berbeda dengan pusat data di Bumi yang menurut International Energy Agency akan menyedot energi setara Jepang pada 2026, satelit ini menggunakan tenaga surya dan membuang panas ke ruang angkasa. “Ini mengurangi kebutuhan energi dan jejak karbon,” jelas McDowell.

Proyek ini menandai babak baru dalam persaingan teknologi antariksa antara China dan AS. Dengan peluncuran perdana ini, China unggul sementara dalam perlombaan mengembangkan infrastruktur komputasi orbit. Namun, belum jelas siapa yang akan mencapai garis finish terlebih dahulu.

Perkembangan teknologi antariksa terus menunjukkan kemajuan signifikan. Seperti dilaporkan sebelumnya di Telset.id, AS juga aktif mengembangkan senjata berbasis laser untuk pertahanan antariksa. Sementara itu, pertanyaan tentang kehidupan di luar Bumi tetap menjadi misteri, seperti dibahas dalam studi terbaru.