Beranda blog Halaman 76

Realme 14 Series 5G Resmi di Indonesia: Gaming Mid-Range Tanpa Kompromi

Telset.id – Jika Anda mengira smartphone mid-range hanya bisa menawarkan pengalaman gaming biasa-biasa saja, realme 14 Series 5G siap mengubah persepsi itu. Brand favorit anak muda ini baru saja meluncurkan dua varian terbarunya di Indonesia, dengan janji performa gaming yang melampaui batas kelas menengah.

Mengusung tema “Performance Beyond Limits”, realme 14 5G dan realme 14T 5G hadir dengan spesifikasi yang membuat para gamer mobile harus mempertimbangkannya. Yang paling mencolok, realme 14 5G menjadi smartphone pertama di Indonesia yang menggunakan prosesor Snapdragon® 6 Gen 4 – sebuah terobosan di segmen mid-range.

Krisva Angnieszca, Public Relations Lead realme Indonesia, menjelaskan, “realme 14 Series 5G dirancang untuk memberikan pengalaman gaming beyond limits, performa maksimal, serta desain stylish yang siap menginspirasi anak muda di Indonesia.” Komitmen ini diperkuat dengan status realme 14 5G sebagai Official Gaming Phone untuk Honor of Kings Indonesia Kings Laga Spring 2025.

Snapdragon 6 Gen 4: Game Changer di Kelas Mid-Range

Kehadiran Snapdragon 6 Gen 4 pada realme 14 5G bukan sekadar gimmick. Prosesor berbasis fabrikasi 4nm ini mampu mencapai skor benchmark AnTuTu hingga 750.000, dengan peningkatan kinerja CPU sebesar 15% dibanding generasi sebelumnya. Artinya, Anda bisa menikmati frame rate stabil bahkan untuk game berat sekalipun.

Sebagaimana pernah kami laporkan dalam artikel sebelumnya, chipset ini memang dirancang khusus untuk kebutuhan gaming mobile. Kombinasi antara performa dan efisiensi daya membuatnya ideal untuk sesi gaming marathon.

Harga Kompetitif untuk Performa Gaming Premium

realme tetap konsisten dengan strategi harga agresifnya. realme 14 5G dibanderol Rp4.199.000 eksklusif di Shopee, sementara realme 14T 5G hadir dalam dua varian: 128GB seharga Rp3.199.000 (Shopee) dan 256GB seharga Rp3.599.000 (TikTok Shop | Tokopedia). Harga spesial ini berlaku mulai 10 Mei 2025.

Dibandingkan dengan pendahulunya seperti yang kami bahas di artikel tentang Realme 13 Series, seri terbaru ini menawarkan peningkatan signifikan dengan kenaikan harga yang relatif terjangkau.

Ekosistem AIoT yang Makin Lengkap

Tidak hanya smartphone, realme juga memperkenalkan dua produk audio terbaru: TWS realme Buds Air7 dengan Active Noise Cancellation kelas atas dan realme Buds T200 Lite untuk kebutuhan sehari-hari. Pelengkap ini semakin menyempurnakan pengalaman multimedia, terutama untuk para gamer yang membutuhkan audio berkualitas.

Dengan semua keunggulan ini, realme 14 Series 5G bukan sekadar ponsel biasa – melainkan pernyataan bahwa pengalaman gaming premium bisa dinikmati tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam. Seperti varian tahan banting Realme C75 5G yang kami ulas sebelumnya, realme kembali membuktikan kemampuan mereka menghadirkan produk berkualitas di berbagai segmen.

Pertanyaan besarnya sekarang: apakah realme 14 Series 5G akan menjadi game changer di pasar smartphone gaming mid-range Indonesia? Jawabannya mungkin terletak pada antusiasme anak muda menyambut produk ini mulai 10 Mei mendatang.

XL Axiata Catat Pendapatan Rp8,6 Triliun di Q1 2025

0

Telset.id – Di tengah tekanan ekonomi global dan persaingan industri yang semakin ketat, XL Axiata justru mencatatkan kinerja positif pada kuartal pertama 2025. Bagaimana operator telekomunikasi ini berhasil bertahan—bahkan tumbuh—sementara daya beli masyarakat masih melemah?

Laporan keuangan terbaru menunjukkan pendapatan XL Axiata tumbuh 2% year-on-year (YoY) menjadi Rp8,6 triliun. Pencapaian ini lebih menarik jika melihat konteksnya: terjadi saat proses merger dengan Smartfren sedang berjalan intensif. “Kami bersyukur bisa meraih kinerja baik sambil menyelesaikan merger tepat waktu,” ungkap Rajeev Sethi, Presiden Direktur & CEO XLSMART, dalam keterangan resmi yang diterima Telset.id.

Strategi Jitu di Balik Pertumbuhan

Kunci kesuksesan XL Axiata ternyata terletak pada fokus mereka terhadap bisnis Fixed Mobile Convergence (FMC). Strategi ini terbukti efektif dengan pertumbuhan 1,2 juta pelanggan mobile YoY dan pencapaian lebih dari 1 juta pelanggan Fixed Broadband (FBB). “Ini fondasi penting untuk pertumbuhan bisnis FMC ke depan,” tegas Rajeev.

Yang patut dicatat, layanan data dan digital kini menyumbang lebih dari 91% total pendapatan. Angka ini menunjukkan transformasi digital XL Axiata sudah pada jalur yang tepat. Seperti dilaporkan sebelumnya di Telset.id, inovasi layanan digital seperti registrasi eSIM berbasis biometrik turut mendorong peningkatan pengalaman pengguna.

Transformasi Digital yang Terukur

Aplikasi MyXL dan AXISNet menjadi bukti nyata keseriusan XL Axiata dalam transformasi digital. Kedua platform ini kini digunakan aktif oleh 35,7 juta pengguna, dengan pertumbuhan Monthly Active User (MAU) mencapai 18% YoY. “Fitur XL Circle di MyXL berkontribusi meningkatkan pendapatan hingga 21%,” papar Rajeev.

Investasi di infrastruktur juga tidak main-main. Jumlah BTS 4G bertambah 7% YoY menjadi lebih dari 115 ribu unit, dengan 63% sudah terhubung fiber optik. Hasilnya? Trafik layanan melonjak 9% YoY mencapai 2.848 Petabytes. Seperti diungkap dalam laporan Telset.id sebelumnya, teknologi geospasial turut membantu optimalisasi jaringan ini.

Masa Depan Pasca Merger

Dengan merger yang resmi selesai pada 16 April 2025, entitas baru XLSMART kini menguasai 25% pangsa pasar telekomunikasi Indonesia. Gabungan basis pelanggan mencapai 94,5 juta dengan proyeksi pendapatan Rp45,8 triliun. “Kami akan tetap operasikan merek XL, AXIS, dan Smartfren,” jelas Rajeev.

Meski demikian, tantangan tetap ada. Seperti diberitakan Telset.id, XLSMART harus mengembalikan spektrum 7,5 MHz ke pemerintah. Di tengah semua ini, kinerja Q1 2025 membuktikan XL Axiata punya fondasi kuat untuk menghadapi persaingan di era digital.

Review realme 14 5G: Performa Ngebut dan Stabil, Fitur Gaming Melimpah

realme Indonesia kembali menegaskan posisinya sebagai inovator di segmen ponsel kelas menengah dengan merilis realme 14 5G. Smartphone realme terbaru ini pun difokuskan sebagai smartphone gaming yang menawarkan pengalaman gaming next level yang sudah terbukti di kancah turnamen berkat berbagai spesifikasi unggulan.

Sebagai perangkat pertama di tanah air dan bahkan di dunia yang mengusung chipset Snapdragon® 6 Gen 4, ponsel ini tidak hanya unggul dalam kinerja, tetapi juga menghadirkan fitur-fitur gaming eksklusif, desain futuristik, dan daya tahan baterai impresif.

Dalam ulasan ini, kami mengkaji secara menyeluruh aspek desain, layar, performa, kemampuan gaming, baterai, serta sistem operasi yang ditawarkan oleh realme 14 5G. Mari simak review lengkap mengenai realme 14 5G ini.

Performa realme 14 5G

Review realme 14 5g

realme 14 5G adalah smartphone pertama di Indonesia yang ditenagai chipset Snapdragon® 6 Gen 4 (4nm), dengan peningkatan performa CPU hingga 15% dan GPU hingga 29% dibandingkan pendahulunya. Chipset ini disandingkan dengan GPU Adreno 710 yang menawarkan performa grafis stabil untuk aplikasi dan game berat.

Dengan skor AnTuTu mencapai lebih dari 750.000, realme 14 5G melampaui banyak kompetitornya di segmen mid-range. Dalam pengujian kami ponsel ini berhasil mendapatkan

Perangkat ini hadir dalam konfigurasi RAM 8GB LPDDR4X yang dapat diperluas secara virtual hingga 10GB melalui fitur Dynamic RAM Expansion. Penyimpanan internal UFS 2.2 sebesar 256GB juga memberikan ruang lega untuk menyimpan file dan aplikasi tanpa kendala.

Kapasitas 6000mAh yang ditanamkan disebut sebagai “Titan Battery” dengan teknologi Graphite Density, memberikan daya tahan luar biasa.

Pengisian daya didukung teknologi 45W Fast Charging yang mampu mengisi hingga 50% dalam waktu sekitar 30 menit. Selain itu, fitur bypass charging memungkinkan daya langsung masuk ke perangkat tanpa melalui baterai, mengurangi panas dan memperpanjang umur sel. Fitur ini pun bisa dimanfaatkan para gamers untuk memastikan baterai tetap awet saat push rank.

Untuk mendukung performa yang konsisten, realme menyematkan sistem pendingin Bionic Cooling System dengan vapor chamber seluas 6050 mm² dan lembaran graphite HyperTherm. Kombinasi ini memungkinkan suhu perangkat tetap stabil bahkan saat digunakan untuk bermain game atau menjalankan aplikasi berat dalam waktu lama.

Untuk pengalaman menggunakannya selama sehari-hari dengan skenario membuka aplikasi harian realme 14 5G ini sudah lebih dari cukup dengan RAM dan penyimpanan internal yang lega. Lantas bagaimana untuk pengalaman gaming dari smartphone yang digadang-gadang sebagai smartphone gaming? mari simak pembahasannya di bawah!

Gaming realme 14 5G

Review Realme 14 5G

realme 14 5G dirancang dengan mempertimbangkan gamer mobile sebagai salah satu target utama. Oleh sebab itu, smartphone gaming realme terbaru ini sudah dibekali seabrek fitur gaming yang sangat berfungsi untuk para gamers.

Fitur GT Mode yang sudah menjadi ciri khas realme kini ditingkatkan, mengoptimalkan CPU, GPU, serta jaringan untuk memberikan performa maksimal saat bermain. Selain itu, Geek Power Tuning memungkinkan pengguna mengatur frekuensi CPU dan GPU secara manual, memberikan kontrol penuh atas konsumsi daya dan performa.

Review Realme 14 5G

Fitur eksklusif lainnya adalah AI Motion Control berbasis gyroscope yang memungkinkan pengguna melakukan kontrol kiri-kanan dan maju-mundur hanya dengan gerakan perangkat. Pengalaman ini mendekati sistem kontrol konsol dan memberikan sensasi baru dalam permainan kompetitif, dan juga mempermudah gamer mengontrol tombol di dalam permainan hanya dengan gesture saja.

Review realme 14 5g

Ada juga AI Ultra Touch Control Fitur yang bisa mendeteksi control area game untuk mengigkatkan sensitivitas sentuhan layar agar control bisa lebih responsif. Fitur ini dapat meningkatkan responsivitas dan mengurangi latensi.

Review realme 14 5g

Kemudian tersedia Fitur AI Touch Mode yang memberikan pilihan preset Jess No Limit atau RRQ Skylar, RRQ Sutsujin, dan RRQ Rinz serta penyesuaian sensitivitas sesuai refrensi masing-masing pengguna. Fitur AI Gaming ini realme hadirkan khusus untuk pasar Indonesia saja.

Review Realme 14 5g

Berkat kombinasi hardware dan fitur optimisasi ini, realme 14 5G mampu menjalankan Mobile Legends, PUBG Mobile, hingga Honor of Kings dengan frame rate tinggi yang bisa tembus hingga 120 FP tanpa gangguan berarti. Bahkan saat sesi gaming intensif, perangkat tidak mengalami overheating berkat sistem pendingin yang efisien.

Sementara itu, perangkat ini sudah dipersenjatai konektivitas 5G, WiFi, dan Bluetooth. Ponsel ini pun dibekali fitur Antenna Array Matrix 2.0, yang diklaim memberikan peningkatan 30% dalam kelancaran jaringan game, dan latensi jaringan game-nya lebih rendah 18ms dibandingkan kompetitor.

realme 14 5G resmi hadir di Indonesia dengan tiga varian warna, yaitu Mecha Silver, Strom Titanium, dan Warrior Pink dengan memori 8GB+10GB*|256GB akan tersedia di seluruh Indonesia mulai 10 Mei 2025. ada juga diskon Rp200 ribu eksklusif di Shopee mulai 10 Mei 2025 pukul 00.00 WIB (hingga 16 Mei 2025).

Anda bisa mendapatkannya di kanal penjualan online lain seperti TikTok Shop | Tokopedia, Lazada, Blibli, Akulaku, mulai 17 Mei 2025. Tersedia pula melalui offline preorder 7-9 Mei 2025 dengan benefit DP Rp200 ribu get cashback Rp400 ribu (hingga 12 Mei 2025), trade-in hingga Rp1 juta*, dan berbagai program cicilan menarik** di realme Brand Store, erafone, dan realme Partner.

 

 

Xiaomi Hadirkan Suara Shutter Leica untuk Smartphone Lawas

Telset.id – Anda pengguna setia Xiaomi atau Redmi yang selalu ingin merasakan pengalaman fotografi premium ala Leica? Kabar baik datang dari raksasa teknologi asal Tiongkok ini. Xiaomi secara resmi mengumumkan akan menghadirkan fitur suara shutter ikonik Leica ke berbagai model smartphone mereka dalam waktu dekat.

Bao, Product Manager Divisi Kamera Xiaomi, melalui postingan di Weibo mengkonfirmasi bahwa fitur ini akan dirilis dalam dua gelombang update. Fitur yang awalnya eksklusif untuk Xiaomi 15 Ultra dan SU7 Ultra ini ternyata mendapat sambutan hangat dari pengguna, terutama untuk efek suara “Mechanical” yang terinspirasi dari kamera analog Leica M6.

Lebih dari Sekadar Efek Suara

Jangan salah, ini bukan sekadar gimmick audio biasa. Xiaomi dengan cermat memilih empat varian suara shutter yang masing-masing terinspirasi dari model ikonik Leica:

  • Mechanical (18.8% penggunaan) – Terinspirasi Leica M6 dengan simulasi suara motor rewind jika shutter ditekan lebih dari 0.4 detik
  • Classic (16%) – Mengadopsi karakteristik Leica M9 digital rangefinder
  • Default (15%) – Berbasis suara shutter Leica M3 legendaris
  • Modern (14%) – Mengambil spirit dari Leica M10 yang lebih kontemporer

Xiaomi 14 Ultra dengan kamera Leica

“Efek suara ini sengaja dirancang untuk membangkitkan nostalgia fotografi analog sekaligus memberikan pengalaman yang lebih cinematic,” jelas Bao dalam postingannya. Data dari Xiaomi 15 Ultra menunjukkan bahwa pengguna memang merespons positif sentuhan ini, dengan efek ‘Mechanical’ menjadi favorit.

Jadwal Rilis Terperinci

Xiaomi membagi rollout update ini dalam dua fase:

Gelombang Pertama (Mei – Pertengahan Juni 2025):
Xiaomi 15/14 series, Mix Fold 4, Mix Flip, Redmi K80/K70 series, Redmi Note 14 lineup, dan Turbo 4.

Gelombang Kedua (Pertengahan Juni – Akhir Juli 2025):
Xiaomi 13/12S series, Mix Fold 3, Civi 4 Pro, serta Redmi K60, Note 13, dan Turbo 3.

Perlu dicatat, update ini merupakan bagian dari paket “Refreshed Minimalist Camera” yang pertama kali diperkenalkan Februari lalu. Selain efek suara shutter, aplikasi kamera baru ini juga menyederhanakan antarmuka pengguna untuk pengalaman fotografi yang lebih intuitif.

Sementara itu, Xiaomi juga mengabarkan sedang menangani masalah layar pada Redmi Turbo 4 Pro dan menyelidiki beberapa isu HyperOS di berbagai perangkat. Untuk pengguna yang penasaran dengan produk terbaru mereka, Xiaomi juga baru saja membuka program crowdfunding untuk vacuum cleaner mobil di China.

Bagi Anda yang ingin terus update dengan perkembangan teknologi terkini, jangan lupa untuk mengunjungi jadwal rilis HyperOS 2.2 atau melihat inovasi terbaru mereka di Xiaomi Pad 7 Series yang kaya fitur AI.

Xbox Kuasai Pasar PlayStation, Oblivion Remastered Jadi Raja Baru

Telset.id – Siapa sangka, bulan April menjadi momen bersejarah bagi Xbox di tanah lawan. Data terbaru menunjukkan game-game besutan Microsoft justru mendominasi chart unduhan PlayStation 5 di Amerika Utara dan Eropa. Yang lebih mengejutkan, The Elder Scrolls IV: Oblivion Remastered langsung melesat menjadi game terlaris ketiga di AS hanya dalam waktu seminggu!

Menurut laporan Circana yang dirilis Mat Piscatella, analis industri game ternama, Oblivion Remastered berhasil mengalahkan banyak judul besar. Posisinya hanya kalah dari Monster Hunter Wilds dan Assassin’s Creed Shadows. Padahal, game ini baru beredar selama tujuh hari di pasaran. Sebuah pencapaian yang membuat banyak pengamat terperangah.

The Elder Scrolls IV: Oblivion Remastered

Strategi Multiplatform yang Menuai Hasil

Dominasi Xbox di platform kompetitor ini bukanlah kebetulan. Sejak awal tahun, Microsoft secara agresif mengubah strategi dengan merilis game-game eksklusifnya di berbagai platform. Minecraft dan Forza Horizon 5 misalnya, konsisten bertengger di tiga besar chart unduhan PlayStation di berbagai wilayah.

“Ini bukti nyata bahwa strategi multiplatform kami bekerja,” ujar seorang eksekutif Xbox yang enggan disebutkan namanya. “Kami tidak lagi berkutat pada perang konsol, tapi fokus menghadirkan pengalaman gaming terbaik di mana saja.”

Kenaikan Harga vs Kinerja Pasar

Kesuksesan ini datang di saat yang tepat bagi Microsoft. Baru-baru ini mereka mengumumkan kenaikan harga signifikan untuk hardware, aksesori, dan game Xbox mulai akhir tahun ini. Beberapa analis memprediksi langkah ini justru akan mendorong lebih banyak pemain beralih ke layanan seperti Xbox Cloud Gaming ketimbang membeli konsol fisik.

Di Eropa, fenomena menarik juga terjadi dengan hadirnya Clair Obscur: Expedition 33 di lima besar chart. Game besutan developer Prancis ini menunjukkan bahwa pasar Eropa masih memiliki selera yang unik dibandingkan Amerika Utara.

Lalu bagaimana dengan masa depan Xbox? Dengan performa gemilang Oblivion Remastered dan game-game lainnya, tampaknya Microsoft akan semakin intens menggarap strategi multiplatform ini. Apalagi setelah akuisisi Activision Blizzard yang memberi mereka amunisi lebih banyak IP populer.

Yang pasti, bulan April 2025 akan dikenang sebagai momen ketika Xbox membuktikan bahwa kualitas game bisa melampaui batas-batas platform. Sebuah pelajaran berharga bagi industri yang selama ini terjebak dalam fanatisme konsol.

AMD Tinggalkan Samsung Foundry, Beralih ke TSMC untuk Produksi Chip 4nm

Telset.id – Kabar mengejutkan datang dari industri semikonduktor. AMD, salah satu raksasa chipset dunia, dikabarkan telah membatalkan pesanan proses 4nm dengan Samsung Foundry. Bocoran terbaru mengindikasikan, perusahaan asal AS itu lebih memilih beralih ke TSMC, khususnya fasilitas produksi di Amerika Serikat.

Langkah ini menjadi pukulan telak bagi Samsung Foundry yang sedang berjuang meningkatkan reputasinya di pasar chipset global. Padahal, sebelumnya AMD disebut-sebut tengah menjajaki kolaborasi intensif dengan Samsung untuk proses SF4X, tidak hanya untuk prosesor server EPYC tapi juga APU Ryzen dan GPU Radeon.

AMD Confirms Next-Gen EPYC Venice Zen 6 CPUs Are The First HPC Product Made Using TSMC's 2nm N2 Process

Mengapa AMD Memilih TSMC?

Meski alasan pasti belum diungkap, beberapa faktor kemungkinan menjadi pertimbangan AMD. Pertama, kinerja Samsung Foundry yang dinilai masih kurang optimal dibandingkan TSMC. Kedua, fasilitas produksi TSMC di AS menawarkan stabilitas dan keandalan yang lebih tinggi.

“Ini bukan sekadar masalah teknologi, tapi juga kepercayaan. TSMC telah membuktikan diri sebagai mitra yang konsisten,” ujar seorang analis industri yang enggan disebutkan namanya.

Dampak bagi Samsung Foundry

Kehilangan AMD sebagai mitra jelas bukan kabar baik bagi Samsung. Perusahaan asal Korea Selatan itu tengah berupaya meningkatkan daya saingnya di pasar chipset, terutama setelah sebelumnya mengumumkan rencana produksi chip dari 10nm hingga 4nm.

Meski demikian, masih ada secercah harapan. Samsung dikabarkan mulai menarik minat perusahaan seperti NVIDIA untuk proses 2nm. Tingkat hasil produksi (yield rate) juga disebut terus membaik. Namun, apakah itu cukup untuk mengejar ketertinggalan dari TSMC? Hanya waktu yang bisa menjawab.

Di sisi lain, AMD tampaknya semakin memperkuat hubungan dengan TSMC. Perusahaan sudah memesan produksi prosesor server “Venice” berbasis proses 2nm dan sedang mempersiapkan seri Ryzen 9000 untuk konsumen. Dengan akses eksklusif ke node 2nm TSMC, masa depan kolaborasi kedua perusahaan ini terlihat semakin cerah.

Bagi Anda yang penasaran dengan perkembangan chipset terkini, simak juga Xiaomi Xring yang siap rilis dengan chipset in-house atau realme 8i dengan refresh rate 120Hz sebagai alternatif smartphone terjangkau.

TSMC 2nm Bakal Picu “Demam Emas” Baru di Industri Chip

Telset.id – Jika Anda mengira lompatan teknologi proses chip sudah mencapai puncaknya, bersiaplah terkejut. Bocoran terbaru mengindikasikan TSMC siap memulai “demam emas” berikutnya dengan teknologi 2nm yang disebut-sebut akan melampaui semua generasi sebelumnya dalam hal permintaan.

Raksasa chip asal Taiwan ini memang tak pernah kehabisan kejutan. Setiap kali meluncurkan node baru, rekor permintaan selalu terpecahkan. Proses 3nm mereka saat ini dianggap sebagai salah satu yang paling sukses dalam hal adopsi klien. Tapi N2 (nama kode untuk 2nm) ternyata sudah menunjukkan gelagat yang lebih spektakuler – bahkan sebelum produksi massal dimulai.

Revolusi GAAFET: Lompatan Performa yang Signifikan

Apa rahasia di balik antusiasme pasar terhadap 2nm? Jawabannya terletak pada transisi ke teknologi GAAFET (Gate-All-Around FET) berbasis nanosheet transistor. Perubahan fundamental ini memungkinkan node dioptimalkan untuk performa lebih tinggi atau konsumsi daya lebih rendah – fleksibilitas yang sangat diidamkan para integrator chip.

Ilustrasi teknologi nanosheet transistor pada proses 2nm TSMC

Menurut laporan CTee, TSMC berhasil mencapai tingkat kepadatan cacat (defect density) yang setara dengan node 3nm dan 5nm – pencapaian luar biasa untuk teknologi yang belum masuk produksi massal. Dalam hal performa, N2 menawarkan peningkatan kecepatan 10-15% dibandingkan N3E, selisih yang cukup berarti di dunia chip berdaya saing tinggi.

Deretan Klien Berat yang Sudah Antre

Tak mengherankan, raksasa teknologi dunia sudah mengantre. Apple dikabarkan akan menjadi konsumen terbesar node ini, kemungkinan untuk iPhone 18. NVIDIA disebut akan mengintegrasikannya dalam arsitektur Vera Rubin, sementara AMD menjadi yang pertama mengumumkan penggunaan N2 untuk prosesor Zen 6 Venice mereka.

Dengan deretan klien sekelas ini, TSMC diprediksi akan kesulitan memenuhi permintaan di fase awal. Produksi awal ditargetkan mencapai 50.000 wafer per bulan akhir tahun ini, angka yang diperkirakan akan melonjak tiga kali lipat pada 2027 seiring ekspansi fasilitas di Taiwan. Pada 2028, TSMC juga berencana memproduksi chip 2nm di fasilitas Arizona mereka.

Lalu bagaimana dengan pesaing seperti Samsung? Tampaknya tantangan fabrikasi 2nm masih menjadi pekerjaan rumah berat bagi raksasa Korea tersebut. Sementara TSMC sudah bisa menikmati “masa keemasan” berikutnya dalam dominasi pasar foundry.

Pertanyaannya sekarang: seberapa besar dampak teknologi ini pada produk akhir yang kita gunakan sehari-hari? Jawabannya mungkin akan membuat Anda berpikir ulang sebelum mengganti gadget tahun depan.

iPhone Lipat Apple Bakal Punya Keunggulan Besar Dibanding Kompetitor

Telset.id – Jika Anda mengira smartphone lipat masa depan hanya soal layar yang bisa dilipat, bersiaplah terkejut. Bocoran terbaru mengindikasikan Apple sedang mempersiapkan iPhone lipat dengan dua keunggulan utama yang akan membuatnya berbeda dari kompetisi.

Menurut analis ternama Mark Gurman dalam newsletter Power On-nya, Apple sedang fokus pada dua aspek kritis: mengurangi lipatan layar hingga hampir tak terlihat dan menyematkan engsel berkualitas tinggi. Dua elemen ini disebutkan akan memberikan pengalaman pengguna yang jauh lebih baik dibandingkan smartphone lipat yang ada saat ini.

Layar Tanpa Lipatan yang Mengganggu

Apple dikabarkan sedang berusaha keras untuk menghilangkan lipatan yang biasanya terlihat di layar smartphone lipat. “Lipatannya akan hampir tak terlihat ketika perangkat dibuka,” tulis Gurman. Ini berarti layar berukuran 7,8 hingga 8 inci akan terlihat lebih mulus tanpa adanya indentasi yang mengganggu.

Keunggulan ini tidak hanya soal estetika. Dengan minimnya lipatan, pengguna akan mendapatkan pengalaman menonton yang lebih nyaman karena cahaya tidak akan terpantul secara tidak merata seperti pada smartphone lipat generasi saat ini. Seperti yang pernah kami laporkan sebelumnya, standar kualitas Apple yang tinggi menjadi alasan mengapa pengembangan iPhone lipat memakan waktu lebih lama.

iPhone Lipat Apple dengan layar hampir tanpa lipatan dan engsel premium

Engsel yang Lebih Kuat dan Tahan Lama

Selain layar, engsel juga menjadi fokus utama Apple. Menurut Gurman, engsel pada iPhone lipat akan memiliki kualitas yang “jauh lebih baik” dibandingkan pesaing seperti Samsung, Oppo, atau Xiaomi. Meskipun detail material yang digunakan belum diungkap, kabarnya Apple akan menggunakan kombinasi stainless steel dan titanium untuk memastikan kekuatan dan daya tahan.

Kualitas engsel ini sangat penting mengingat smartphone lipat rentan terhadap kerusakan mekanis setelah pemakaian jangka panjang. Namun, apakah iPhone lipat Apple benar-benar bisa bertahan dalam uji ketahanan dunia nyata masih harus dibuktikan.

Spesifikasi dan Rencana Peluncuran

Selain dua keunggulan utama tersebut, bocoran dari analis Ming-Chi Kuo mengungkap bahwa iPhone lipat akan memiliki layar eksternal 5,5 inci dan layar internal 7,8 inci—sekitar ukuran iPad mini tetapi dengan rasio aspek berbeda. Fitur keamanan juga akan mengalami perubahan, dengan Touch ID di tombol power menggantikan Face ID.

Ketebalan perangkat dikabarkan hanya 4,5 mm saat dibuka dan 9-9,5 mm saat dilipat. Dengan baterai berkapasitas tinggi, Apple tampaknya ingin menyeimbangkan antara desain ramping dan daya tahan baterai.

Meskipun iPhone lipat generasi pertama masih dalam tahap pengembangan, Apple dikabarkan sudah merencanakan generasi kedua yang akan dirilis pada 2027 dengan peningkatan teknologi layar dan engsel. Namun, sebelum itu, pengguna harus menunggu dengan sabar karena standar kualitas Apple yang ketat bisa memperlambat proses peluncuran.

Seperti yang pernah kami bahas dalam artikel sebelumnya, iPhone Pro baru dan iPhone lipat mungkin akan dirilis bersamaan dengan perayaan ulang tahun ke-20 Apple. Sementara itu, tim pengembang Apple Vision Pro juga dikabarkan terlibat dalam proyek ini, seperti yang kami laporkan di sini.

Dengan semua inovasi yang sedang dipersiapkan, apakah iPhone lipat Apple akan menjadi game-changer di pasar smartphone premium? Kita tunggu saja kabar selanjutnya.

Gigabyte RTX 50 Alami Masalah Thermal Gel Bocor, Pengguna Mulai Khawatir

Telset.id – Masalah baru muncul pada seri Gigabyte RTX 50, di mana beberapa pengguna melaporkan thermal gel pada GPU mereka bocor dan berpindah dari posisi semula. Fenomena ini pertama kali dilaporkan kurang dari 10 hari lalu dan kini semakin banyak kasus serupa yang muncul di forum-forum teknologi.

Insiden pertama melibatkan kartu grafis GIGABYTE GeForce RTX 5080, di mana thermal gel terlihat merembes ke komponen lain. Gigabyte sempat merilis pernyataan resmi yang menyatakan bahwa masalah ini terjadi karena aplikasi thermal gel yang berlebihan pada beberapa batch awal produk mereka. Mereka menegaskan bahwa hal ini tidak akan memengaruhi “kinerja, keandalan, atau masa pakai” GPU tersebut.

remerka Gigabyte RTX 5080

Namun, dua hari lalu, pengguna bernama “remekra” di forum Techpowerup melaporkan kasus serupa. Thermal gel pada RTX 50-nya bergeser ke arah I/O karena casing Lian Li SUP01 yang ia gunakan dipasang secara vertikal. Tak lama setelah itu, dua pengguna lain juga mengeluhkan hal yang sama.

Salah satunya, pengguna bernama “TaLL”, mengaku baru menggunakan Gigabyte RTX 5080 selama seminggu namun sudah melihat tanda-tanda thermal gel bergeser. Ia mengungkapkan kekhawatirannya mengingat harga GPU yang tidak murah. Pengguna lain, “vermie22”, bahkan menunjukkan foto thermal gel yang merembes hingga ke antarmuka PCI-E.

TaLL Gigabyte RTX 50

Gigabyte sebelumnya mengklaim bahwa kartu grafis mereka telah melalui pengujian ketat, termasuk uji jatuh multi-sumbu dan verifikasi dalam orientasi pemasangan vertikal maupun horizontal. Namun, laporan dari pengguna menunjukkan bahwa masalah ini masih terjadi.

Sejauh ini, belum ada laporan kerusakan GPU akibat masalah ini. Namun, melihat harga GPU yang mencapai puluhan juta rupiah, wajar jika pengguna merasa khawatir. Gigabyte belum memberikan tanggapan lebih lanjut, tetapi berdasarkan respons sebelumnya, solusi yang ditawarkan mungkin terbatas.

vermie Gigabyte RTX 50

Bagi Anda yang mengalami masalah serupa, disarankan untuk tidak membuka pendingin GPU sendiri karena dapat membatalkan garansi. Pantau terus perkembangan informasi resmi dari Gigabyte untuk solusi lebih lanjut.

Sementara itu, PNY GeForce RTX 5080 telah muncul di situs Best Buy dengan harga $1.444, menawarkan alternatif bagi yang mencari opsi lain.

PNY GeForce RTX 5080

AI Makin “Halu”: Masalah Hallucination Semakin Parah di Model Terbaru

0

Telset.id – Jika Anda mengira kecerdasan buatan (AI) semakin cerdas dan akurat, bersiaplah untuk kenyataan yang mengejutkan. Model AI terbaru justru semakin sering “berhalusinasi” – istilah industri untuk menyebut kecenderungan AI membuat fakta-fakta palsu yang disajikan seolah nyata.

Fenomena ini bukan sekadar anekdot. Data terbaru menunjukkan bahwa model “reasoning” terbaru dari raksasa teknologi seperti Google dan OpenAI justru lebih rentan menghasilkan informasi palsu dibanding pendahulunya. Ironisnya, ini terjadi ketika perusahaan-perusahaan tersebut mengklaim telah menciptakan model AI yang lebih canggih dalam “berpikir”.

Ilustrasi AI yang sedang berhalusinasi

Skala Masalah yang Mengkhawatirkan

OpenAI, perusahaan di balik ChatGPT, baru-baru ini meluncurkan model o3 dan o4-mini. Hasil pengujian internal mengejutkan: o4-mini menghasilkan halusinasi 48% dari waktu pada benchmark akurasi mereka. Artinya, hampir setengah dari jawaban yang diberikan adalah fiksi. Model o3 tidak jauh lebih baik, dengan tingkat halusinasi 33% – dua kali lipat lebih buruk dari model sebelumnya.

“Meskipun upaya terbaik kami, AI akan selalu berhalusinasi. Itu tidak akan pernah hilang,” tegas Amr Awadallah, CEO startup AI Vectara, kepada New York Times. Pernyataan ini menggarisbawahi betapa seriusnya masalah ini di kalangan para ahli.

Industri yang Kebingungan

Yang lebih mengkhawatirkan, perusahaan-perusahaan AI sendiri tampaknya tidak sepenuhnya memahami mengapa masalah ini semakin parah. Ini menunjukkan betapa misteriusnya cara kerja teknologi AI sebenarnya, bahkan bagi para penciptanya.

Pratik Verma, pendiri perusahaan konsultan Okahu yang membantu bisnis mengatasi masalah AI, menjelaskan: “Tidak menangani kesalahan ini dengan benar pada dasarnya menghilangkan nilai sistem AI.” Pernyataan ini menjadi tamparan keras bagi industri yang telah menginvestasikan puluhan miliar dolar untuk mengembangkan model AI yang lebih besar dan lebih kuat.

Masalahnya tidak terbatas pada OpenAI. Google dan DeepSeek juga menghadapi tantangan serupa dengan model AI mereka, menunjukkan bahwa ini adalah masalah industri yang luas. Seperti yang pernah kami laporkan dalam kasus AI yang menciptakan kebijakan palsu, konsekuensi dari halusinasi AI bisa sangat serius.

Masa Depan yang Suram?

Beberapa ahli memperingatkan bahwa masalah ini mungkin melekat pada teknologi AI itu sendiri. Dengan perusahaan-perusahaan yang kehabisan data pelatihan alami dan beralih ke data sintetis (yang dihasilkan oleh AI), situasinya mungkin akan semakin buruk.

Fenomena ini menantang asumsi dasar industri bahwa model AI akan menjadi lebih andal seiring dengan peningkatan skalanya. Kenyataannya, model yang lebih besar dan lebih “cerdas” justru lebih rentan terhadap halusinasi.

Kasus-kasus seperti kontroversi pelecehan seksual terhadap AI menunjukkan betapa rumitnya interaksi manusia dengan sistem yang rentan berhalusinasi. Sementara fitur seperti AI pembantu membaca di Kindle mungkin bermanfaat, kita harus bertanya: seberapa banyak dari “bantuan” itu yang sebenarnya fiksi?

Dengan miliaran dolar terus mengalir ke pengembangan AI, industri ini menghadapi tantangan eksistensial: Bagaimana jika teknologi fundamentalnya pada dasarnya cacat? Untuk saat ini, jawabannya masih kabur – seperti halusinasi yang terus dihasilkan oleh model-model terbaru.

Google Akui Gunakan Data Situs yang Opt-Out untuk Latih AI-nya

0

Telset.id – Ingin situs Anda bebas dari pelatihan model AI? Sayangnya, Google punya cara licik untuk mengakalinya. Dalam sidang antitrust federal di Washington, raksasa teknologi ini mengakui bahwa meski memberi opsi opt-out untuk pelatihan AI oleh DeepMind, mereka tetap menggunakan data tersebut untuk unit lain—termasuk mesin pencari yang mengembangkan produk seperti AI Overviews.

Getty / Futurism

Pengakuan mengejutkan ini disampaikan oleh Eli Collins, Wakil Presiden DeepMind, saat diinterogasi oleh pengacara Departemen Kehakiman AS, Diana Aguilar. “Benar—untuk digunakan dalam pencarian,” jawab Collins ketika ditanya apakah Google tetap melatih AI dengan data yang seharusnya dikecualikan.

Skala Pengumpulan Data yang Mencengangkan

Dokumen internal Google tahun 2024 yang diungkap dalam sidang menunjukkan, perusahaan telah mengumpulkan 160 miliar token (unit teks pendek) untuk pelatihan AI. Separuhnya berasal dari penerbit yang memilih opt-out, tetapi kini terungkap bahwa 80 miliar token tersebut tetap dipakai—hanya saja bukan oleh DeepMind, melainkan divisi pencarian Google.

Ironisnya, satu-satunya cara untuk benar-benar menghindari pengambilan data oleh AI Google adalah dengan menghapus situs dari indeks mesin pencari. Sebuah pilihan yang mustahil bagi sebagian besar pemilik situs, mengingat 90% lalu lintas web berasal dari Google. “Ini seperti memilih antara mati perlahan atau mati seketika,” komentar seorang analis teknologi.

Monopoli yang Dipertanyakan

Kasus ini memperkuat tudingan bahwa Google menyalahgunakan dominasi mesin pencarinya. Tahun lalu, hakim federal telah menyatakan perusahaan memonopoli pasar secara ilegal. Kini, cara mereka memaksa akses data AI semakin memperjelas pola ini.

Pendidikan platform Chegg bahkan menggugat Google, menuduh mereka memanfaatkan monopoli untuk mendapatkan konten gratis. “Ini bukan kompetisi sehat, tapi pemerasan digital,” tuntut pengacara Chegg dalam dokumen pengadilan.

Sementara regulator AS masih mempertimbangkan cara membatasi kekuasaan Google—mulai dari memaksa penjualan browser Chrome hingga melarang perjanjian mesin pencari default—praktik pelatihan AI ini menunjukkan betapa perusahaan terus menemukan celah.

Google berkilah bahwa mekanisme ini terkait dengan standar “robots.txt”, file yang mengatur akses bot ke situs web. Namun, bagi banyak penerbit, ini hanyalah alasan untuk melegalkan eksploitasi. Seperti dikatakan seorang developer, “Mereka membuat aturan, lalu mengubahnya saat tidak menguntungkan.”

Dengan pesaing seperti DeepSeek R2 dari China yang mulai mengancam, tekanan pada Google mungkin akan semakin besar. Tapi untuk sekarang, mereka masih memegang kendali—dan data Anda.

Disney+ Hadirkan Pengalaman Virtual Star Wars: Galaxy’s Edge

0

Telset.id – Bagi penggemar Star Wars yang belum sempat mengunjungi Galaxy’s Edge di Disneyland, kini Anda bisa merasakan pengalaman serupa dari rumah. Disney+ baru saja merilis tur virtual lengkap dengan POV (point-of-view) atraksi ikonik Rise of the Resistance. Tanpa perlu antre berjam-jam atau berdesakan dengan turis, Anda bisa menjelajahi Black Spire Outpost di planet Batuu dengan tenang.

Video berdurasi panjang ini menawarkan pengalaman yang berbeda dari kebanyakan konten Galaxy’s Edge di internet. Suasana malam dengan pencahayaan tematik dan soundscape yang mendetail membuat penonton benar-benar merasa berada di dunia Star Wars. Yang menarik, tur virtual ini juga menyertakan interaksi dengan karakter-karakter ikonik seperti Rey, Chewbacca, dan tentu saja, Kylo Ren yang mengajak Anda “berpaling dari cahaya”.

Rise Of The Resistance Star Wars Disney Experiences

Tak ketinggalan, The Mandalorian dan Grogu juga muncul dalam tur virtual ini, menegaskan bahwa Galaxy’s Edge kini tak lagi terikat pada timeline tertentu dalam semesta Star Wars. “Anda tak pernah tahu karakter siapa yang akan Anda temui,” tulis Sabina Graves dalam laporannya.

POV Lengkap Atraksi Rise of the Resistance

Disney+ juga menyediakan rekaman lengkap pengalaman menaiki Rise of the Resistance, atraksi utama di Galaxy’s Edge. Dalam rekaman ini, penonton bisa melihat detail markas Resistance yang biasanya terlewat saat mengantre. Oscar Isaac sebagai Poe Dameron pun muncul untuk menyapa penonton sebagai “rekrutan yang tampan”.

Mando Grogu Galaxy's Edge Pov

Meski tak bisa menggantikan sensasi langsung mengunjungi taman hiburan, tur virtual ini menjadi alternatif menarik bagi fans yang ingin merasakan atmosfer Galaxy’s Edge. Apalagi dengan kualitas visual dan audio yang tinggi, pengalaman menontonnya tetap memukau.

Konten ini dirilis bertepatan dengan perayaan “Revenge of the Fifth” (parodi dari “May the Fourth be with you”) pada 5 Mei 2025. Disney terus memperkaya koleksi konten Star Wars di platform streaming-nya, termasuk serial animasi terbaru yang akan segera tayang.

Dengan inisiatif seperti ini, Disney membuktikan komitmennya untuk menghadirkan pengalaman imersif bagi fans, baik di dunia nyata maupun virtual. Bagi yang penasaran, tur virtual Galaxy’s Edge dan POV Rise of the Resistance sudah bisa dinikmati di Disney+.