Beranda blog Halaman 68

Bukan Film! Robot Boxing China Jadi Bukti Teknologi Tempur Masa Depan

0

Bayangkan dua robot humanoid saling berhadapan di atas ring, mengayunkan pukulan hook dan tendangan samping layaknya petinju profesional. Ini bukan adegan film sci-fi, melainkan pertandingan nyata yang baru saja digelar di Hangzhou, China. Unitree Robotics, perusahaan robotika terkemuka asal China, membuat terobosan dengan menggelar pertandingan tinju robot pertama di dunia.

Acara bertajuk Mecha Fighting Series ini menjadi bukti nyata kemajuan teknologi robotika China. Robot-robot humanoid G1 buatan Unitree tidak hanya mampu berdiri dan berjalan, tetapi juga melakukan gerakan kompleks seperti pukulan lurus, hook, tendangan samping, hingga tendangan udara berputar. Yang lebih mengesankan, robot-robot ini bisa bangkit sendiri setelah terjatuh.

Pertandingan yang disiarkan langsung melalui WeChat dan CCTV-10 ini menampilkan empat tim operator manusia yang mengendalikan robot-robot tersebut. Dalam format pertandingan satu lawan satu dan grup, robot-robot ini menunjukkan kemampuan bertarung yang mengagumkan sekaligus menguji ketahanan baterai dan material mereka.

Pertarungan Epik Robot Humanoid

Video yang beredar di media sosial menunjukkan momen dramatis ketika robot dengan headgear hitam berhasil menjadi juara setelah melancarkan serangan balik yang membuat lawannya (berheadgear hijau) kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Dalam pertandingan final, kedua robot saling bertukar pukulan dan tendangan dengan presisi yang menakjubkan.

Chen Xiyun, anggota tim pemasaran Unitree Robotics, menjelaskan kepada Global Times bahwa pertarungan ini menggunakan pendekatan kolaborasi manusia-mesin. “Robot-robot ini tidak sepenuhnya otonom, tetapi dikendalikan oleh operator manusia yang harus memiliki refleks cepat untuk merespons gerakan lawan,” jelas Chen.

Teknologi Canggih di Balik Robot Petinju

Robot G1 yang digunakan dalam pertandingan ini memiliki tinggi 1,32 meter dengan kemampuan keseimbangan diri yang luar biasa. Dilengkapi dengan daya komputasi canggih, robot ini dirancang khusus untuk beroperasi dalam kondisi menantang. Fleksibilitas dan kelincahannya membuatnya mampu melakukan gerakan-gerakan kompleks yang sebelumnya hanya bisa dilakukan manusia.

Sebelum pertandingan, para pengembang melatih robot-robot ini secara intensif untuk memastikan mereka memiliki kemampuan keseimbangan yang memadai. “Gerakan mereka harus halus dan presisi untuk bisa bertinju dengan efektif,” ujar salah satu insinyur Unitree. Kemampuan kontrol gerakan yang mulus ini menjadi kunci penampilan mengesankan robot-robot tersebut di atas ring.

Masa Depan Robotika dan AI China

Pertandingan ini bukan sekadar tontonan spektakuler, tetapi juga menunjukkan kemajuan pesat China dalam bidang kecerdasan buatan dan robotika. Para ahli melihat acara semacam ini sebagai cara efektif untuk menguji kemampuan robot dalam skenario pertempuran nyata, termasuk kekuatan, pembelajaran, dan kemampuan adaptasi mereka.

Dalam konteks yang lebih luas, teknologi semacam ini memiliki potensi aplikasi di berbagai bidang, mulai dari industri hiburan hingga pertahanan. Seperti yang ditunjukkan dalam uji coba robot humanoid sebagai mekanik mobil, kemampuan fisik dan kecerdasan buatan robot-robot China terus berkembang pesat.

Pertanyaan besarnya sekarang: Akankah pertandingan robot seperti ini menjadi olahraga masa depan? Dengan perkembangan teknologi saat ini, bukan tidak mungkin kita akan segera menyaksikan liga profesional robot petinju yang bisa dinikmati secara live streaming, mirip dengan cara menonton pertandingan olahraga konvensional.

Yang pasti, Unitree Robotics telah membuka babak baru dalam dunia robotika dengan pertunjukan spektakuler ini. Robot-robot mereka tidak hanya menunjukkan kekuatan fisik, tetapi juga presisi gerakan dan ketahanan yang mengesankan. Satu hal yang pasti – masa depan robotika semakin dekat, dan China berada di garis depan perkembangan ini.

Teknologi Stealth China Diklaim Bisa Tipu Sistem Pertahanan Rudal AS

0

Bayangkan sebuah teknologi yang bisa membuat pesawat tempur atau rudal menghilang dari radar musuh, bahkan di bawah suhu ekstrem lebih dari 1.200 derajat Fahrenheit. Itulah yang diklaim oleh ilmuwan China sebagai terobosan terbaru mereka—sebuah material siluman multifungsi yang disebut mampu mengelabui sistem pertahanan rudal AS, termasuk “Golden Dome” yang diusulkan oleh mantan Presiden Donald Trump.

Dalam beberapa tahun terakhir, persaingan teknologi militer antara China dan AS semakin memanas. Dari pengembangan pesawat tempur generasi keenam hingga sistem pertahanan rudal canggih, kedua negara terus berlomba menciptakan senjata yang lebih unggul. Kini, dengan klaim material siluman baru ini, China seolah memberikan jawaban atas rencana AS untuk membangun sistem pertahanan rudal yang lebih tangguh.

Material ini dikembangkan oleh tim peneliti dari Zhejiang University di Hangzhou, dipimpin oleh Profesor Li Qiang. Tidak seperti material siluman konvensional yang hanya efektif pada spektrum tertentu, teknologi baru ini diklaim mampu beroperasi di berbagai rentang deteksi—mulai dari gelombang pendek, menengah, hingga panjang inframerah, serta gelombang mikro. Yang lebih mengejutkan, material ini tetap stabil bahkan pada suhu mencapai 1.292°F (700°C).

Material yang Mampu “Menipu” Radar dan Sensor Inframerah

Dalam pengujian, material ini menunjukkan penurunan intensitas radiasi yang signifikan dibandingkan dengan benda hitam (blackbody)—standar yang digunakan untuk mengukur penyerapan radiasi elektromagnetik. Ketika dipanaskan hingga 1.292°F, suhu radiasi material ini sekitar 790°F hingga 510°F lebih rendah daripada benda hitam. Pada spektrum inframerah gelombang menengah (MWIR), intensitas radiasinya 63,6% lebih rendah, sementara di spektrum inframerah gelombang pendek (SWIR), penurunannya mencapai 37,2%.

Selain kemampuan siluman, material ini juga memiliki keunggulan dalam pelepasan panas. Pada suhu 700°C, material ini melepaskan panas jauh lebih efisien dibandingkan logam biasa, menjadikannya ideal untuk aplikasi pada pesawat berkecepatan tinggi atau rudal yang menghasilkan panas ekstrem akibat gesekan udara atau mesin.

Desain Inovatif: Gabungan Lapisan Film dan Metasurface

Keberhasilan material ini terletak pada desain kompositnya yang unik. Lapisan teratas berfungsi sebagai penghalang kelembapan, sementara lapisan bawah memastikan adhesi kuat ke permukaan yang dilapisi. Selain itu, film multilayer diukir dengan laser presisi untuk memungkinkan gelombang mikro melewatinya tanpa mengganggu kemampuan siluman inframerah.

Menurut penelitian yang dipublikasikan, material ini mencapai performa maksimum dalam hal suhu operasi dan disipasi panas, melampaui teknologi siluman kombinasi inframerah dan gelombang mikro yang ada saat ini.

Ancaman bagi Sistem Golden Dome AS?

Beberapa hari sebelum pengumuman material siluman ini, mantan Presiden AS Donald Trump mengungkap rencana pengembangan sistem pertahanan rudal “Golden Dome”—yang disebut sebagai jawaban AS terhadap Iron Dome Israel. Sistem ini dirancang untuk menghadapi ancaman rudal balistik, senjata hipersonik, dan rudal jelajah, dengan sensor pelacak berbasis ruang angkasa.

Jika Golden Dome mengandalkan deteksi inframerah sebagai metode utama untuk melacak senjata hipersonik, material siluman China ini bisa menjadi tantangan serius. Kemampuannya untuk mengurangi tanda panas sekaligus “menyamarkan” diri dari gelombang mikro dapat membuat rudal atau pesawat China sulit dideteksi.

Persaingan teknologi militer antara China dan AS terus berlanjut, dan perkembangan ini menunjukkan bahwa China tidak mau ketinggalan. Seperti yang pernah terjadi dalam persaingan di Laut China Selatan, kedua negara terus berupaya memenangkan pertarungan teknologi.

Dengan material siluman baru ini, China mungkin telah mengambil langkah signifikan dalam perlombaan senjata generasi berikutnya. Pertanyaannya sekarang: bagaimana AS akan merespons?

F-15E Strike Eagle Dapat Upgrade Rudal APKWS II untuk Lawan Drone

0

Telset.id – Angkatan Udara AS (US Air Force) sedang menguji muatan tempur baru untuk jet tempur F-15E Strike Eagle. Pesawat ini kini dilengkapi dengan rudal berpandu APKWS II yang dirancang khusus untuk menghadapi ancaman drone dan rudal jelajah. Menurut laporan The War Zone, sebuah F-15E dari 96th Test Wing terlihat membawa enam peluncur tabung tujuh dengan total 42 rudal 70mm APKWS II.

Muatan baru ini melengkapi persenjataan standar rudal udara-ke-udara F-15E, memperluas kemampuannya dalam menghadapi berbagai ancaman udara, terutama sistem tak berawak dan rudal jelajah yang terbang rendah. Upgrade ini dianggap sebagai solusi efektif untuk situasi di mana rudal udara-ke-udara konvensional—yang terbatas jumlahnya dan berharga ratusan ribu dolar per unit—tidak efisien atau terlalu mahal untuk digunakan dalam pertempuran skala besar.

APKWS II: Rudal Berbiaya Rendah dengan Presisi Tinggi

Advanced Precision Kill Weapon System II (APKWS II), juga dikenal sebagai AGR-20, dikembangkan pada awal 2000-an untuk mengubah roket Hydra 70 standar menjadi senjata berpandu presisi. Sistem ini dirancang oleh tim yang dipimpin oleh perusahaan aerospace BAE Systems, bersama Northrop Grumman dan General Dynamics.

APKWS II mempertahankan komponen utama roket asli—seperti motor, hulu ledak, dan fuze—tetapi menambahkan unit panduan di bagian tengah. Menurut Army Recognition Group, sistem ini meningkatkan akurasi dan efisiensi, mengurangi kerusakan kolateral, serta mempersingkat waktu penanganan amunisi hingga 50 persen.

Awal tahun 2025, BAE Systems meluncurkan versi upgrade APKWS II yang kini dilengkapi dengan pencari inframerah. Tambahan ini memungkinkan rudal mengunci tanda panas target setelah penunjukan laser awal, meningkatkan kemampuannya untuk menghadapi ancaman bergerak cepat seperti loitering munition (drone kamikaze).

F-15E Jadi “Missile Truck” dengan Daya Tahan Tinggi

Sejak diperkenalkan, APKWS II telah menjadi senjata vital bagi militer AS, berevolusi dari roket presisi udara-ke-darat menjadi alat serbaguna untuk menyerang target udara dan darat. Rudal ini telah digunakan di berbagai pesawat, termasuk helikopter Apache dan Viper, serta jet tempur seperti F-16, A-10, dan F/A-18.

Dengan dipasangnya APKWS II pada F-15E—yang memiliki jangkauan dan daya angkut lebih besar dibanding F-16—jet ini berubah menjadi platform rudal berdaya tahan tinggi. Pesawat ini mampu bertahan lebih lama di udara dan menyerang lebih banyak target dalam satu misi.

Selain itu, APKWS II juga telah diadaptasi untuk penggunaan darat melalui sistem seperti VAMPIRE yang dikirim ke Ukraina dan Electronic Advanced Ground Launcher System (EAGLS) yang dibeli Angkatan Laut AS pada 2024 untuk misi anti-drone di Timur Tengah.

Pada 2023, video pertempuran menunjukkan sistem VAMPIRE yang dipasang di Humvee M1152 di Ukraina berhasil menghadang drone Rusia dan bahkan dilaporkan menembak jatuh rudal jelajah Kh-59 di atas Laut Hitam. APKWS II juga telah digunakan dalam operasi nyata ketika Komando Pusat AS merilis rekaman F-16 menggunakan rudal ini untuk menembak jatuh drone Houthi di Yaman pada Maret lalu.

Laser China Bisa Baca Tulisan Sebesar Biji Wijen dari Jarak 1,36 Km

Telset.id – Para ilmuwan di China berhasil mengembangkan sistem laser revolusioner yang mampu membaca tulisan berukuran kecil seperti biji wijen dari jarak 1,36 kilometer. Teknologi ini disebut mampu mengungguli kemampuan teleskop dan lensa konvensional dalam menangkap detail objek dari kejauhan.

Metode yang disebut active intensity interferometry ini memanfaatkan pantulan cahaya dari target untuk merekonstruksi gambar dengan resolusi tinggi. Delapan sinar laser inframerah ditembakkan ke objek, lalu pantulannya ditangkap oleh dua teleskop terpisah. Data tersebut kemudian diproses menggunakan algoritma komputer untuk menghasilkan gambar detail.

Sistem laser China membaca tulisan dari jarak jauh

Menurut tim peneliti, sistem ini mampu menangkap teks setinggi 3 milimeter dari jarak 1,36 km – setara dengan 14 lapangan sepak bola. Sebagai perbandingan, teleskop biasa hanya bisa menangkap objek berukuran 42 milimeter pada jarak yang sama.

“Melalui eksperimen luar ruangan, kami berhasil mengabadikan target berukuran milimeter dari jarak 1,36 km, dengan peningkatan resolusi sekitar 14 kali lipat dibanding batas difraksi teleskop tunggal,” tulis para peneliti dalam studi yang dipublikasikan di Physical Review Letters.

Teknologi ini memiliki potensi aplikasi luas, mulai dari arkeologi untuk memeriksa ukiran kuno di tebing hingga pemantauan lingkungan untuk mengamati habitat satwa liar dari jarak jauh. Namun, sistem ini masih memiliki beberapa keterbatasan, termasuk kebutuhan akan penyelarasan laser dan teleskop yang presisi serta garis pandang yang jelas ke objek target.

Tim peneliti saat ini sedang bekerja untuk menyempurnakan teknologi ini dengan meningkatkan kontrol laser dan menggunakan algoritma berbasis AI untuk rekonstruksi gambar yang lebih akurat. Perkembangan ini bisa menjadi terobosan signifikan dalam bidang penginderaan jarak jauh dan teknologi pengawasan.

Prototipe Ekskavator Bulan untuk Tambang Helium-3 Diumumkan

Telset.id – Startup antariksa Interlune bersama produsen peralatan industri Vermeer telah memperkenalkan prototipe skala penuh ekskavator bulan untuk menambang helium-3. Alat ini dirancang menggali 100 ton tanah bulan per jam, membuka babak baru penambangan luar angkasa.

Helium-3, isotop langka di Bumi, diperkirakan melimpah di bulan setelah terperangkap dalam regolit selama miliaran tahun. Zat ini bernilai tinggi untuk produksi semikonduktor, teknologi serat optik, superkonduktor, dan potensi energi fusi nuklir. “Standar keandalan di bulan harus ekstra tinggi,” ujar Rob Meyerson, CEO Interlune, dalam pernyataan resmi.

Lomba Industri Antariksa

Vermeer mengklaim prototipe mereka lebih maju dibandingkan kompetitor seperti Komatsu asal Jepang yang memamerkan ekskavator listrik di CES 2025. “Kami menargetkan misi bulan pada 2030,” tegas Gary Lai, CTO Interlune. Kendati tanpa oksigen, mesin elektrik berbasis tenaga surya dinilai solusi ideal untuk lingkungan ekstrem bulan.

Proyek ini mendapat dukungan NASA dan Departemen Energi AS, memperkuat posisi Amerika dalam persaingan penambangan bulan. Sementara itu, Komatsu masih berkutat pada sistem kontrol termal untuk menghadapi suhu -170°C hingga +110°C.

Implikasi Global

Penguasaan helium-3 berpotensi mengubah peta geopolitik dan ekonomi energi global. Interlune memperkirakan operasi komersial bisa dimulai akhir dekade ini, meski tantangan teknis seperti transportasi material ke Bumi masih harus diatasi. Industri antariksa mulai bergerak dari eksplorasi menuju era industrialisasi bulan yang sesungguhnya.

Karyawan Apple Bocorkan Masalah Internal Pengembangan Apple Intelligence

0

Telset.id – Apple Intelligence, sistem kecerdasan buatan (AI) besutan Apple, dinilai tertinggal dari kompetitor seperti Google Gemini dan OpenAI. Keterlambatan ini ternyata disebabkan oleh masalah internal perusahaan, termasuk skeptisisme eksekutif senior terhadap teknologi AI.

Menurut bocoran karyawan Apple, manajemen perusahaan terlambat menyadari potensi AI. Padahal, sejumlah eksekutif lain telah mengingatkan pentingnya pengembangan teknologi ini sejak lebih dari 10 tahun lalu. Salah satu eksekutif senior bahkan disebut sebagai pihak yang paling meragukan masa depan AI.

Baru setelah ChatGPT populer, Apple mulai serius menggarap Apple Intelligence. Kesadaran ini muncul setelah salah satu eksekutif mencoba ChatGPT untuk menulis kode dalam proyek pribadinya. Namun, upaya tersebut dinilai sudah terlambat dibandingkan Google, Meta, dan Amazon yang lebih dulu mengintegrasikan AI ke produk mereka.

Komitmen Privasi Hambat Pelatihan AI

Selain masalah manajemen, Apple juga menghadapi kendala teknis. Perusahaan dikenal ketat dalam melindungi data pengguna, termasuk tidak mengizinkan data iPhone atau Mac digunakan untuk melatih model AI. Kebijakan ini berbeda dengan pendekatan OpenAI yang memanfaatkan data publik.

Apple bahkan memberi kebebasan kepada situs web untuk menolak proses crawl oleh sistem AI mereka. Akibatnya, sumber data pelatihan Apple Intelligence sangat terbatas, memperlambat perkembangannya dibandingkan kompetitor.

Apple Intelligence Masih Terbatas

Apple Intelligence pertama kali diperkenalkan pada September 2024, tetapi hanya tersedia untuk iPhone 15 Pro dan iPhone 15 Pro Max. Keterbatasan ini dinilai kurang menarik bagi konsumen. Beberapa fitur, seperti peningkatan Siri, juga terlambat hadir.

Meski begitu, Apple dikabarkan sedang mempersiapkan integrasi dengan Google Gemini untuk memperkuat kemampuan AI-nya. Selain itu, Apple Intelligence juga akan segera hadir di Vision Pro melalui update OS terbaru.

Dengan berbagai tantangan ini, Apple Intelligence masih harus membuktikan diri bisa bersaing di pasar AI yang semakin ketat. Komitmen terhadap privasi mungkin menjadi keunggulan, tetapi juga bisa menjadi penghambat inovasi.

Bahaya Tersembunyi Login dengan Akun Google atau Facebook

0

Telset.id – Login menggunakan akun Google atau Facebook memang praktis dan menghemat waktu. Namun, di balik kemudahan ini, terdapat sejumlah risiko keamanan yang sering kali luput dari perhatian pengguna.

Ketika memilih login dengan akun Google atau Facebook, situs pihak ketiga tidak mendapatkan akses ke password Anda. Sebagai gantinya, mereka menerima token digital yang dikeluarkan oleh Google atau Facebook. Token ini berfungsi sebagai bukti bahwa Anda adalah pengguna sah, dan situs akan menggunakan data dasar seperti nama, alamat email, atau foto profil untuk membuat akun secara otomatis.

Meskipun terdengar aman, login dengan akun sosial media tidak sepenuhnya bebas risiko. Saat memberikan izin login, situs tersebut tetap bisa mengakses sebagian informasi pribadi Anda, seperti nama lengkap, email, hingga foto profil. Jika tidak hati-hati, data ini bisa disalahgunakan atau tersebar ke pihak lain.

Risiko Utama Login dengan Akun Sosial Media

Beberapa risiko utama yang perlu diwaspadai meliputi:

  • Pelacakan Data Pribadi: Situs pihak ketiga dapat mengumpulkan dan memantau aktivitas Anda, bahkan setelah logout.
  • Kebocoran Informasi: Jika terjadi peretasan pada platform Google atau Facebook, data Anda di berbagai layanan yang terhubung juga berisiko bocor.
  • Ketergantungan pada Akun Utama: Jika akun Google atau Facebook diretas atau diblokir, semua layanan yang terhubung ikut terputus.

Terutama untuk Facebook, jika pengaturan privasi tidak dikunci dengan baik, data Anda bisa diakses lebih luas dari yang Anda sadari. Seperti yang pernah terjadi sebelumnya, password 1 juta pengguna Facebook dicuri oleh aplikasi berbahaya.

Kapan Sebaiknya Menggunakan Login Google atau Facebook?

Penggunaan login pihak ketiga sebaiknya dilakukan hanya pada situs yang tepercaya, memiliki protokol keamanan (https://), dan reputasi baik. Selain itu, pastikan akun Google atau Facebook Anda dilindungi dengan verifikasi dua langkah (2FA) dan password yang kuat.

Jangan lupa untuk rutin memeriksa dan mengatur ulang izin akses aplikasi pihak ketiga di pengaturan akun Anda. Jika menemukan aplikasi mencurigakan, segera cabut aksesnya. Seperti kasus Google Translate palsu yang disusupi malware kripto, selalu waspada terhadap aplikasi tidak resmi.

Dengan memahami risiko dan menerapkan langkah keamanan tambahan, Anda tetap bisa menikmati kemudahan login dengan akun Google atau Facebook tanpa mengorbankan privasi.

Perbedaan WhatsApp GB dan WhatsApp Resmi yang Wajib Diketahui

0

Telset.id – WhatsApp GB menjadi salah satu varian aplikasi pesan yang banyak digunakan, meski bukan versi resmi dari WhatsApp. Pengguna perlu memahami perbedaan WhatsApp GB dan WhatsApp resmi untuk menghindari risiko keamanan yang mungkin timbul.

WhatsApp GB merupakan aplikasi modifikasi atau tiruan dari WhatsApp biasa. Aplikasi ini dikembangkan oleh pihak ketiga tanpa izin dari WhatsApp resmi. Meski memiliki fungsi serupa, seperti berkirim pesan, WhatsApp GB termasuk dalam kategori aplikasi ilegal.

Perbedaan Utama WhatsApp GB dan WhatsApp Resmi

Perbedaan pertama terletak pada pengembangnya. WhatsApp resmi dikembangkan langsung oleh perusahaan WhatsApp, sementara WhatsApp GB dibuat oleh pengembang independen tanpa otorisasi. Hal ini membuat WhatsApp GB berstatus ilegal.

Kedua, WhatsApp GB tidak tersedia di toko aplikasi resmi seperti Play Store atau App Store. Pengguna harus mengunduh file APK langsung dari situs pengembang. Proses ini berpotensi membahayakan keamanan perangkat.

Dari segi fitur, WhatsApp GB menawarkan beberapa kelebihan yang tidak ada di versi resmi, seperti kemampuan melihat pesan dan status yang sudah dihapus. Namun, fitur-fitur ini justru bisa melanggar privasi pengguna lain.

Selain WhatsApp GB, ada beberapa varian modifikasi lain yang beredar, seperti WhatsApp Aero, WhatsApp Yo, WhatsApp Plus, dan FMWhatsApp. Semua aplikasi ini memiliki risiko keamanan yang sama.

Risiko Menggunakan WhatsApp GB

Penggunaan WhatsApp GB berpotensi menyebabkan akun diblokir permanen oleh WhatsApp. Selain itu, aplikasi ini tidak menjamin keamanan data pengguna, sehingga rentan terhadap penyalahgunaan informasi pribadi.

WhatsApp resmi terus memperbarui fitur-fitur keamanannya, termasuk enkripsi end-to-end yang tidak selalu tersedia di versi modifikasi. Untuk pengalaman yang lebih aman, disarankan tetap menggunakan WhatsApp versi resmi.

AI Perparah Kesenjangan Gender di Dunia Kerja, Risiko Wanita 3 Kali Lipat

0

Telset.id – Laporan terbaru Organisasi Buruh Internasional (ILO) PBB mengungkap dampak mengkhawatirkan dari adopsi AI di dunia kerja. Di negara berpenghasilan tinggi seperti AS, risiko otomatisasi pekerjaan wanita mencapai 9,6 persen – tiga kali lebih tinggi dibanding pria yang hanya 3,5 persen.

Data ini menunjukkan peningkatan signifikan dari tahun 2023, ketika risiko otomatisasi untuk wanita masih 7,8 persen dan pria 2,9 persen. “Jenis pekerjaan administratif, klerek, dan entri data yang banyak digeluti wanita sangat rentan digantikan AI,” jelas laporan ILO seperti dikutip Telset.id.

Dampak Berlapis di Pasar Kerja

Studi menemukan satu dari tiga pekerja di negara kaya menghadapi “tingkat paparan tertentu” terhadap otomatisasi, lebih tinggi dari rata-rata global satu dari empat. Fenomena ini terjadi bersamaan dengan tren penggantian pekerja manusia oleh AI di berbagai sektor.

Kesenjangan Upah yang Semakin Melebar

Meski jam kerja antara gender mulai seimbang, ILO mencatat wanita masih menghabiskan lebih banyak waktu untuk tugas rumah tangga dibanding pria. Kombinasi faktor ini, ditambah ancaman otomatisasi, berpotensi memperlebar kesenjangan upah yang sudah ada.

Laporan ini memperkuat temuan sebelumnya tentang bias gender dalam AI. Sistem otomatis cenderung mereplikasi ketimpangan dalam data pelatihan, seperti terlihat dalam teknologi rekrutmen berbasis AI yang diskriminatif.

ILO menyerukan perlunya kebijakan proaktif untuk melindungi pekerja wanita, termasuk pelatihan ulang dan regulasi penggunaan AI di tempat kerja. Tanpa intervensi, revolusi AI berisiko mengikis pencapaian kesetaraan gender selama beberapa dekade.

Throne: Startup AI Ini Bawa Revolusi ke Toilet Anda

0

Telset.id – Sebuah startup asal Austin, Texas, bernama Throne sedang mengembangkan toilet pintar berbasis AI yang bisa menganalisis kesehatan penggunanya melalui kotoran dan urine. Perusahaan ini baru saja mengantongi pendanaan senilai $4 juta dari para investor, termasuk atlet terkenal Lance Armstrong.

Throne menawarkan solusi unik dengan memasang kamera di toilet yang terhubung ke aplikasi smartphone. Sistem ini mampu memantau berbagai indikator kesehatan seperti skor aliran urine, pola pencernaan, hingga tingkat hidrasi tubuh.

“Saatnya berhenti membuang data berharga,” tulis Throne di situs resminya. Perusahaan mengklaim teknologi mereka bisa memberikan “skor aliran urine personal” dengan menganalisis suara aliran urine dan mengubahnya menjadi data yang mudah dibaca.

Untuk pengguna apartemen atau rumah yang berbagi toilet, Throne menyediakan fitur pengenalan pengguna melalui Bluetooth. “Cukup buat profil individu di aplikasi kami, dan berkat Bluetooth, Throne tahu persis siapa yang sedang menggunakan,” jelas perusahaan.

Produk ini sedang dalam tahap pre-order dengan harga $399 plus biaya berlangganan bulanan $5.99. Meski terdengar aneh, teknologi semacam ini bisa bermanfaat bagi penderita penyakit kronis seperti Crohn atau masalah hati.

Lance Armstrong, mantan juara Tour de France yang pernah didiagnosis kanker testis, menjadi salah satu investor awal. Beberapa jenis kanker memang bisa dideteksi melalui perubahan kebiasaan buang air kecil, menurut American Cancer Society.

Throne bukan toilet pintar pertama di pasaran. Sebelumnya, sudah ada beberapa toilet pintar yang menawarkan fitur serupa, termasuk yang bisa membersihkan diri otomatis atau bahkan diajak bernyanyi.

Namun, kehadiran Throne juga memicu pertanyaan tentang tren kesehatan digital yang semakin mengarah pada pemantauan berlebihan terhadap fungsi tubuh. Di tengah hype teknologi kesehatan, masalah struktural dalam sistem kesehatan seringkali terabaikan.

Bocoran Nyata Pixel 10: Terekam Saat Syuting Iklan di Vancouver

Telset.id – Jika Anda mengira bocoran smartphone hanya berasal dari benchmark atau dokumen internal, bersiaplah terkejut. Pixel 10, ponsel flagship Google yang belum dirilis, baru saja “berbicara” sendiri melalui sebuah syuting iklan di Vancouver. Seorang pengguna X bernama Mark Teasdale secara tak sengaja menemukan lokasi syuting tersebut dan membagikan buktinya ke dunia.

Dalam unggahannya, Teasdale menunjukkan foto-foto proses produksi yang melibatkan 20 kru, lensa makro khusus, dan rig kamera Panavision. Yang paling mencolok? Sebuah storyboard dengan tulisan jelas “Pixel 10”. Ini bukan render atau sketsa, melainkan bukti langsung bahwa Google sedang mempersiapkan kampanye besar untuk penerus Pixel 9.

Proses syuting iklan Pixel 10 di Vancouver

Desain yang Tak Banyak Berubah

Dari foto yang beredar, Pixel 10 mempertahankan bahasa desain khas Google: camera bar horizontal di bagian belakang. Ini sejalan dengan bocoran sebelumnya tentang Pixel 10 Pro XL yang juga menunjukkan konsistensi estetika. Namun, ada detail menarik—sebuah modul tambahan yang diduga merupakan sensor suhu, fitur yang sebelumnya hanya ada di versi Pro/Ultra.

Kabarnya, Google tidak akan mengubah hardware kamera utama pada seri Pro. Alih-alih, mereka mengandalkan Tensor G5 dan peningkatan algoritma pemrosesan gambar. Strategi ini mirip dengan pendekatan mereka di Google Photos Ultra HDR, di mana software menjadi penentu kualitas akhir.

Upgrade dan Downgrade Kamera

Model dasar Pixel 10 dikabarkan akan mendapat lensa telefoto 11MP (sensor Samsung 3J1), langkah signifikan mengingat seri non-Pro sebelumnya selalu mengandalkan digital zoom. Namun, ada trade-off: sensor utama GN1 digantikan oleh GN8 yang lebih kecil, sementara sensor ultrawide turun ke level IMX712—sama seperti yang digunakan di Pixel 9a.

Apakah ini keputusan yang tepat? Mengingat Google baru saja menangani masalah garansi baterai Pixel 7a, perubahan spesifikasi kamera ini berisiko memicu kritik. Namun, jika Tensor G5 benar-benar mampu mengompensasi lewat AI, mungkin pengguna tak akan merasakan perbedaannya.

Syuting iklan yang bocor ini bukan hanya mengungkap desain, tapi juga menunjukkan betapa Google serius memposisikan Pixel 10 sebagai penantang utama di pasar flagship. Dengan event Android khusus sebelum I/O 2025, kita mungkin tak perlu menunggu lama untuk konfirmasi resmi.

Xiaomi Pad 7 Ultra vs Galaxy Tab S10 Ultra: Tablet Raksasa Mana yang Lebih Unggul?

Telset.id – Pasar tablet berlayar besar memang tak sering mengalami perubahan signifikan. Hanya dalam hitungan bulan, kita baru melihat kehadiran pemain baru di segmen ini. Kali ini, Xiaomi meluncurkan Pad 7 Ultra sebagai opsi terbaru bagi mereka yang mencari tablet Android premium berukuran besar. Sebelumnya, pilihan konsumen lebih terbatas pada Samsung Galaxy Tab S10 Ultra.

Dengan kedua tablet raksasa ini kini hadir berdampingan, pertanyaannya adalah: mana yang lebih layak menjadi pilihan Anda? Mari kita telusuri perbandingan mendalam antara Xiaomi Pad 7 Ultra dan Samsung Galaxy Tab S10 Ultra.

Desain dan Ketahanan

Kedua tablet ini jelas berukuran sangat besar. Xiaomi Pad 7 Ultra memiliki dimensi 305.8 x 207.5 x 5.1mm, sementara Samsung Tab S10 Ultra bahkan lebih besar dengan 326.4 x 208.6 x 5.4mm. Jangan harap bisa memasukkan keduanya ke dalam saku – mereka jelas membutuhkan ruang khusus di tas Anda.

Dari segi bobot, Xiaomi lebih unggul dengan berat hanya 609g, jauh lebih ringan dibandingkan Samsung yang mencapai 718g untuk versi Wi-Fi atau 723g untuk model 5G. Xiaomi juga lebih tipis 0.3mm, memberikan kesan lebih ramping. Namun, Samsung memprioritaskan ketahanan dengan bahan armor aluminum dan sertifikasi IP68 untuk ketahanan terhadap debu dan air.

Untuk stylus, kedua tablet mendukung pena digital. Xiaomi menggunakan pena magnetik yang dijual terpisah, sementara Samsung menghadirkan S Pen dengan fitur lebih lengkap termasuk Bluetooth, gyro, accelerometer, dan latency hanya 2.8ms. S Pen jelas lebih canggih, meski mungkin hanya akan terasa manfaatnya bagi Anda yang sering menggambar atau mencatat secara intensif.

Layar: Kualitas vs Ukuran

Samsung menawarkan panel Dynamic AMOLED 2X berukuran 14.6 inci, sedikit lebih besar dari layar 14.0 inci AMOLED milik Xiaomi. Namun, Xiaomi unggul dalam resolusi dengan 2136 x 3200 piksel (~275 ppi) dibandingkan 1848 x 2960 piksel (~239 ppi) pada Samsung.

Xiaomi juga mengklaim layarnya lebih terang dengan puncak kecerahan 1600 nits, didukung Dolby Vision, HDR10+, dan HDR Vivid. Samsung hanya menawarkan HDR10+ tanpa dukungan Dolby Vision. Keduanya memiliki refresh rate 120Hz, tetapi orientasinya berbeda – Xiaomi lebih fokus pada kreator konten yang butuh ketajaman dan akurasi warna, sementara Samsung lebih ke penggunaan umum dan produktivitas.

Performa: Pertarungan Chipset

Xiaomi Pad 7 Ultra hadir dengan chipset Xring O1 buatan sendiri, prosesor 3nm dengan CPU 10-core berkecepatan 3.7GHz dan GPU Immortalis-G925 MC16. Spesifikasi ini jelas menempatkannya di jajaran teratas performa mobile. Xiaomi Xring O1 adalah upaya serius Xiaomi untuk bersaing dengan Snapdragon dan MediaTek di segmen high-end.

Samsung menggunakan MediaTek Dimensity 9300+, chipset 4nm dengan CPU octa-core dan GPU Immortalis-G720 MC12. Di atas kertas, setup Xiaomi lebih unggul dengan lebih banyak core dan clock speed lebih tinggi (3.7GHz vs 3.4GHz). Namun, optimasi software Samsung melalui One UI mungkin membuat pengalaman pengguna tetap mulus untuk tugas sehari-hari.

Kamera, Audio, dan Konektivitas

Untuk kamera, Xiaomi menggunakan sensor utama 50MP di belakang dan 32MP ultrawide di depan, sementara Samsung memilih setup 13MP + 8MP ultrawide di belakang dan dual 12MP di depan. Namun, mari kita jujur – siapa yang benar-benar menggunakan tablet untuk fotografi serius?

Di bagian audio, Xiaomi lebih agresif dengan delapan speaker Hi-Res audio, mengalahkan empat speaker AKG-tuned milik Samsung. Xiaomi juga mendukung Bluetooth 5.4 dan Wi-Fi 7, sedikit lebih baru dibanding Bluetooth 5.3 dan Wi-Fi 7 pada Samsung. Namun, Samsung menawarkan GPS dan eSIM (pada varian seluler) yang tidak dimiliki Xiaomi.

Penyimpanan dan Baterai

Kedua tablet tersedia dalam konfigurasi 256GB/12GB RAM, 512GB/12GB RAM, dan 1TB/16GB RAM. Keunggulan Samsung adalah slot microSD untuk ekspansi penyimpanan, fitur yang tidak dimiliki Xiaomi.

Untuk baterai, Xiaomi unggul dengan kapasitas 12000mAh dan dukungan pengisian cepat 120W, plus reverse charging 7.5W. Samsung hanya menawarkan baterai 11200mAh dengan charging maksimal 45W – terasa sangat lambat dibandingkan Xiaomi.

Kesimpulan: Pilihan Tergantung Kebutuhan

Xiaomi Pad 7 Ultra jelas lebih baru, lebih tipis, dan secara teori lebih bertenaga. Ia menawarkan pengisian daya lebih cepat, layar lebih tajam, dan sistem audio lebih lengkap. Harga juga kemungkinan lebih terjangkau, meski Xiaomi belum mengumumkan harga globalnya.

Di sisi lain, Galaxy Tab S10 Ultra menawarkan pengalaman software lebih matang, ketahanan lebih baik, S Pen lebih canggih, dan dukungan software jangka panjang. Jika Anda mencari tablet berorientasi performa dengan spesifikasi tinggi dan tidak masalah dengan kemungkinan keanehan software, Pad 7 Ultra menarik. Tapi jika Anda menginginkan pengalaman lebih aman dan terjamin, Samsung masih unggul.

Keduanya memang “Ultra” dalam nama, tetapi bagaimana itu diterjemahkan dalam penggunaan sehari-hari sangat tergantung pada kebutuhan spesifik Anda. Untuk update harian seputar gadget terkini, kunjungi terus section Gizmo Telset.id.