Beranda blog Halaman 2

Apple Hadapi Investigasi Kriminal di Prancis Terkait Rekaman Siri

0

Telset.id – Bayangkan asisten digital pribadi Anda yang paling setia ternyata menyimpan rahasia terdalam Anda. Itulah yang sedang dihadapi Apple di Prancis, di mana perusahaan teknologi raksasa itu kini berhadapan dengan investigasi kriminal terkait pengumpulan dan penggunaan rekaman suara melalui asisten virtual Siri.

Kejaksaan Paris secara resmi mengonfirmasi penyelidikan pada 6 Oktober dan menyatakan telah menyerahkan kasus ini kepada Kantor untuk Memerangi Kejahatan Siber. Langkah hukum ini muncul menyusul pengaduan yang diajukan awal tahun ini oleh organisasi hak asasi manusia Prancis, Ligue des Droits de l’Homme. Apa yang membuat kasus ini semakin menarik adalah bahwa pengaduan tersebut didasarkan pada kesaksian mantan subkontraktor Apple yang berani membongkar praktik yang mungkin tidak pernah Anda duga.

Thomas Le Bonniec, mantan pekerja di mitra Apple Globe Technical Services di Irlandia pada 2019, menjadi whistleblower dalam kasus ini. Dalam kesaksiannya, Le Bonniec mengungkapkan bahwa selama bekerja di perusahaan tersebut, ia meninjau ribuan rekaman Siri yang mencakup percakapan berisi informasi pribadi sensitif. Rekaman-rekaman ini, menurutnya, bisa berisi detail intim tentang kehidupan pengguna dan beberapa di antaranya bahkan dapat diidentifikasi.

Pihak berwenang Prancis kini menyelidiki apakah Apple mengumpulkan dan memproses data suara pengguna tanpa persetujuan yang tepat. Yang menarik, Le Bonniec sebelumnya telah mengangkat masalah ini kepada regulator data Eropa, termasuk CNIL Prancis dan Komisi Perlindungan Data Irlandia, namun upaya tersebut tidak berujung pada penyelidikan formal sampai sekarang.

Respons Apple dan Komitmen Privasi

Apple memilih untuk tidak berkomentar langsung mengenai kasus ini, namun perusahaan merujuk pada posting blog Januari lalu. Dalam pernyataan resmi tersebut, Apple menegaskan bahwa mereka tidak menyimpan rekaman audio Siri kecuali pengguna secara eksplisit memilih untuk berpartisipasi. Perusahaan menyatakan menggunakan rekaman tersebut semata-mata untuk meningkatkan kinerja Siri dan tidak membagikannya kepada pemasar atau menjualnya kepada pengiklan.

Apple juga mengklaim telah memperkuat kontrol privasi Siri pada 2019 dan kembali pada 2025. Namun, pertanyaannya adalah: apakah langkah-langkah ini sudah cukup untuk melindungi privasi pengguna? Apakah Anda sebagai pengguna merasa yakin bahwa percakapan pribadi Anda benar-benar aman?

Dampak Hukum yang Meluas

Pengaduan ini tidak hanya memicu investigasi kriminal, tetapi juga telah menyebabkan gugatan class-action di Prancis. Kasus ini mengikuti pola serupa di Amerika Serikat, yang berakhir dengan penyelesaian senilai 95 juta dolar AS tahun lalu. Meskipun demikian, penting untuk dicatat bahwa Apple tidak mengakui kesalahan apa pun dalam kasus AS tersebut.

Fenomena ini mengingatkan kita pada kasus di Australia, di mana Apple Watch bisa menemukan tersangka pembunuhan, menunjukkan betapa dalamnya perangkat Apple dapat terlibat dalam kehidupan pengguna. Sementara di sisi lain, ada cerita unik tentang bocah 13 tahun yang diciduk polisi gara-gara “curhat” ke Siri, yang memperlihatkan bagaimana interaksi dengan asisten virtual bisa memiliki konsekuensi tak terduga.

Kejaksaan Prancis belum mengungkapkan detail lebih lanjut tentang ruang lingkup penyelidikan saat ini. Namun, yang jelas, kasus ini menimbulkan pertanyaan penting tentang sejauh mana perusahaan teknologi boleh “mendengarkan” kehidupan pribadi kita. Di era di asisten digital menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian, mulai dari mengatur jadwal hingga mengontrol perangkat rumah cerdas, batasan antara kenyamanan dan privasi menjadi semakin kabur.

Perkembangan teknologi asisten virtual memang tak terbendung. Google Assistant belajar mengenali suara pengguna dengan semakin canggih, menawarkan personalisasi yang lebih baik. Namun, dengan kemampuan yang semakin maju ini, muncul tanggung jawab yang lebih besar bagi perusahaan untuk melindungi data pengguna.

Kasus Apple di Prancis ini mungkin hanya puncak gunung es dari masalah privasi yang lebih besar di industri teknologi. Sebagai pengguna, mungkin saatnya kita bertanya: seberapa banyak yang kita rela korbankan dari privasi kita untuk mendapatkan kenyamanan teknologi? Dan yang lebih penting, apakah kita benar-benar menyadari apa yang sebenarnya terjadi di balik layar ketika kita berkata, “Hei Siri”?

Samsung Galaxy S22 Dapat One UI 8, Tapi Ini Update Terakhir?

0

Telset.id – Kabar yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Setelah berbulan-bulan menanti, seri flagship Samsung Galaxy S22, termasuk S22, S22+, dan S22 Ultra, mulai menerima pembaruan besar ke One UI 8. Namun, di balik kegembiraan ini tersimpan fakta pahit: inilah update Android terakhir untuk deretan ponsel yang pernah menjadi kebanggaan Samsung ini.

Bagaimana tidak? Update yang berbasis Android 16 ini telah terdeteksi menggelinding ke perangkat Galaxy S22 di beberapa wilayah, termasuk Eropa dan India. Dengan ukuran file sekitar 3,1GB, pembaruan ini tidak main-main. Ia membawa serta tambalan keamanan terbaru per 1 September 2025, menjadikan perangkat Anda lebih aman dari ancaman siber terkini. Tapi benarkah ini akhir dari perjalanan update untuk Galaxy S22 series?

Bagi Anda pemilik Galaxy S22, momen ini ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi, ada kegembiraan karena akhirnya bisa merasakan fitur-fitur terbaru One UI 8. Di sisi lain, ada kekecewaan karena Samsung telah mengonfirmasi bahwa ini adalah update Android besar terakhir untuk seri ini. Janji empat update utama Android yang diumbar Samsung sejak awal memang terpenuhi, namun rasanya tetap saja meninggalkan rasa getir.

Samsung Galaxy S22 Ultra in 2024

Bayangkan saja, Galaxy S23 FE yang menggunakan chipset yang sama—baik Exynos 2200 maupun Snapdragon 8 Gen 1—justru mendapatkan semua fitur Galaxy AI yang sedang tren. Sementara Galaxy S22 series, yang notabene lebih premium, justru ditinggalkan dalam hal kecerdasan buatan. Keputusan yang cukup membingungkan, bukan?

Apalagi jika melihat komitmen terbaru Samsung yang menjanjikan tujuh tahun update untuk seri Galaxy S24 dan S25. Seolah ada jurang pemisah yang lebar antara generasi lama dan baru. Tapi jangan khawatir, perangkat Galaxy S22 Anda tidak serta-merta menjadi usang. Samsung masih akan memberikan pembaruan keamanan hingga tahun 2026, memenuhi siklus dukungan lima tahun yang dijanjikan sejak peluncurannya di Februari 2022.

Masa Depan Galaxy S22 Setelah One UI 8

Pertanyaan besar yang kini menghantui para pengguna Galaxy S22 adalah: akankah mereka mendapatkan One UI 8.5? Secara teknis, karena One UI 8 berbasis Android 16, seharusnya seri S22 memenuhi syarat untuk menerima pembaruan point release tersebut. Namun, sampai saat ini belum ada kepastian dari Samsung.

Yang jelas, perjalanan update untuk Galaxy S22 series memang telah mencapai titik akhir sesuai janji awal. Ponsel yang pernah menjadi senjata andalan Samsung dalam persaingan dengan iPhone ini kini harus rela memberikan tongkat estafet kepada generasi penerusnya. Tapi jangan salah, performa hardware-nya masih cukup tangguh untuk menangani tugas sehari-hari.

Bagi Anda yang masih setia menggunakan Galaxy S22, mungkin ini saat yang tepat untuk mempertimbangkan upgrade. Atau, tetap bertahan dengan mengetahui bahwa perangkat Anda masih akan mendapatkan perlindungan keamanan selama setahun ke depan. Galaxy S22 dengan varian warna ungu yang sempat booming pun tak luput dari nasib yang sama.

Strategi Samsung dan Masa Depan Update Software

Keputusan Samsung untuk tidak membawa fitur Galaxy AI ke seri S22 mengundang banyak tanya. Apakah ini bentuk segmentasi produk yang disengaja? Ataukah ada kendala teknis yang tidak diungkap? Yang pasti, langkah ini menunjukkan bagaimana cepatnya evolusi teknologi smartphone dan betapa singkatnya siklus hidup sebuah flagship di era modern.

Perlu diingat, varian FE dari seri S22 pun memiliki nasib yang berbeda dalam hal update. Ini menunjukkan kompleksitas strategi software update yang diterapkan Samsung across different product lines.

Rollout One UI 8 untuk Galaxy S22 series sendiri diperkirakan akan meluas ke lebih banyak pasar dalam beberapa hari dan minggu mendatang. Bagi Anda yang belum menerima notifikasi update, bersabarlah. Proses distribusi bertahap seperti ini memang biasa dilakukan untuk memastikan stabilitas sistem.

Jadi, bagaimana perasaan Anda sebagai pengguna Galaxy S22? Apakah update terakhir ini menjadi alasan untuk beralih ke model baru, atau justru membuat Anda semakin menghargai perangkat yang telah setia menemani selama ini? Satu hal yang pasti: era Galaxy S22 sebagai penerima update utama telah berakhir, namun kisahnya dalam genggaman pengguna masih akan berlanjut.

Nokia 800 Tough Generasi Kedua Bocor, USB-C dan KaiOS Terbaru

0

Telset.id – Enam tahun berlalu sejak Nokia 800 Tough pertama kali hadir dengan janji ketangguhan ala ponsel legendaris. Kini, kabar terbaru mengindikasikan generasi penerusnya sedang dipersiapkan. Apakah HMD Global akan menghadirkan revolusi atau sekadar penyegaran ringan?

Bocoran yang beredar dari sumber terpercaya di platform X mengungkap bahwa HMD Global tengah menggarap Nokia 800 Tough generasi kedua. Ini merupakan buah pertama dari perpanjangan lisensi Nokia dengan HMD Global yang diumumkan akhir bulan lalu. Bagi Anda yang merindukan ketangguhan ponsel dengan keypad fisik, kabar ini tentu menggembirakan.

Namun jangan berharap perubahan drastis. Menurut informasi yang beredar, upgrade yang diberikan lebih bersifat evolusioner daripada revolusioner. Port microUSB yang sudah ketinggalan zaman akhirnya digantikan oleh USB-C, menyelaraskan dengan standar modern. Sistem operasinya pun akan ditingkatkan dari KaiOS 2.5.2 ke versi 3.1 yang lebih mutakhir.

Render yang dibagikan oleh tipster menunjukkan desain yang hampir identik dengan pendahulunya. Bagian belakang masih menampilkan kamera tunggal yang diapit oleh flash LED di satu sisi dan grille speaker di sisi lain. Estetika yang konsisten ini justru menjadi daya tarik tersendiri bagi penggemar setia Nokia.

Warisan Ketangguhan yang Terus Dijaga

Mengingat garis keturunan perangkat ini, kita dapat berharap Nokia 800 Tough generasi kedua akan mempertahankan sertifikasi IP68 untuk ketahanan air dan debu, serta sertifikasi MIL-STD-810G untuk ketahanan terhadap kondisi ekstrem. Inilah warisan yang membuat HP Nokia ikonik begitu dikenang hingga sekarang.

Perjalanan Nokia 800 Tough memang menarik untuk ditelusuri. Model pertama yang diluncurkan pada 2019 membawa spesifikasi yang cukup sederhana bahkan untuk zamannya: layar TFT 2,4 inci, chipset Qualcomm Snapdragon 205, RAM 512MB, dan kamera belakang 2MP. Dilengkapi dengan Wi-Fi, Bluetooth 4.1, GPS, dan baterai 2.100mAh, perangkat ini memang tidak dirancang untuk bersaing dengan smartphone modern, melainkan untuk bertahan dalam kondisi terberat.

Lalu, apakah upgrade ke USB-C dan KaiOS 3.1 cukup signifikan? Bagi pengguna yang mengandalkan ponsel ini untuk aktivitas outdoor atau kondisi kerja yang menantang, perubahan ini justru sangat berarti. Port USB-C berarti lebih praktis untuk pengisian daya, sementara KaiOS 3.1 menjanjikan pengalaman pengguna yang lebih mulus dan fitur yang lebih lengkap.

Strategi HMD Global di Pasar Niche

Kehadiran Nokia 800 Tough generasi kedua menunjukkan strategi HMD Global yang berfokus pada segmen pasar khusus. Alih-alih mengejar pasar smartphone mainstream yang sudah jenuh, perusahaan ini justru menggarap ceruk yang masih memiliki penggemar loyal.

Pendekatan ini sejalan dengan komitmen HMD Global terhadap keberlanjutan, seperti yang terlihat dari rencana mereka untuk menjual HP daur ulang. Meski belum ada konfirmasi apakah Nokia 800 Tough generasi kedua akan menggunakan material daur ulang, filosofi ketangguhan dan keberlanjutan tampaknya menjadi DNA produk-produk Nokia baru.

Bagaimana dengan harga? Model 2019 diluncurkan dengan harga €110, dan kita dapat memperkirakan generasi baru akan berada di kisaran yang sama. Dalam dunia di mana smartphone flagship bisa mencapai harga puluhan juta rupiah, kehadiran ponsel tangguh dengan harga terjangkau seperti ini tentu menyegarkan.

Bagi Anda yang mencari alternatif smartphone dengan kamera berkualitas, mungkin HP Samsung dengan kamera terbaik bisa menjadi pilihan. Namun untuk ketangguhan dan daya tahan baterai yang luar biasa, Nokia 800 Tough generasi kedua tampaknya akan tetap unggul.

Teknologi pelacakan seperti Find My AirPods mungkin tidak akan Anda temukan di ponsel jenis ini, tetapi itulah trade-off yang harus diterima ketika memilih perangkat yang dirancang khusus untuk ketahanan ekstrem.

Hingga saat ini, belum ada informasi resmi mengenai tanggal peluncuran atau harga pasti Nokia 800 Tough generasi kedua. Namun dengan bocoran yang sudah mulai bermunculan, kita bisa berharap pengumuman resmi tidak akan lama lagi. Apakah Anda termasuk yang menantikan kehadiran ponsel tangguh baru ini?

Daftar Lengkap Perangkat Xiaomi yang Dapat Upgrade HyperOS 3

0

Telset.id – Kabar gembira untuk para pengguna produk Xiaomi! HyperOS 3 akhirnya resmi diumumkan sebagai pembaruan sistem operasi besar-besaran yang menjanjikan pengalaman lebih mulus, pintar, dan terintegrasi. Namun, pertanyaan besarnya: apakah perangkat Xiaomi yang Anda gunakan saat ini termasuk dalam daftar keberuntungan?

HyperOS 3 bukan sekadar pembaruan biasa. Ini adalah lompatan signifikan yang dibangun di atas Android 16, menghadirkan antarmuka HyperIsland yang segar, fitur artificial intelligence (AI) yang lebih cerdas, dan yang paling ditunggu—integrasi lintas perangkat yang lebih dalam, bahkan dengan ekosistem Apple. Puluhan peningkatan di balik layar juga dijanjikan untuk meningkatkan kelancaran, performa, dan efisiensi baterai. Pembaruan ini sudah mulai digulirkan di China dan akan segera menyusul ke pasar global. Tapi, seperti biasa, tidak semua perangkat lama akan mendapatkannya.

Nah, jika Anda penasaran apakah smartphone, tablet, atau wearable Xiaomi kesayangan termasuk yang berhak menikmati HyperOS 3, simak daftar lengkapnya berikut ini. Kami telah mengompilasi semua perangkat eligible berdasarkan informasi resmi dan bocoran terpercaya.

Daftar Smartphone yang Mendapat HyperOS 3

Xiaomi tampaknya cukup dermawan dalam hal ini. Banyak seri andalan, mulai dari flagship hingga mid-range, tercatat akan menerima pembaruan penting ini. Berikut adalah daftar smartphone Xiaomi, Redmi, dan Poco yang eligible:

  • Xiaomi 15, 15 Ultra
  • Xiaomi 15T, 15T Pro
  • Xiaomi 14, 14 Ultra
  • Xiaomi 14T, 14T Pro
  • Xiaomi 13, 13 Lite, 13 Pro, 13 Ultra
  • Xiaomi 13T, 13T Pro
  • Xiaomi 12, 12 Pro
  • Xiaomi 12T Pro
  • Xiaomi MIX Flip
  • Redmi Note 14, Note 14 5G, Note 14 Pro, Note 14 Pro 5G, Note 14 Pro+ 5G
  • Redmi Note 14S
  • Redmi Note 13 5G, Note 13 Pro, Note 13 Pro 5G, Note 13 Pro+ 5G
  • Redmi 15, 15 5G, 15C, 15C 5G
  • Redmi 14C
  • Redmi 13, 13X
  • Poco F7, F7 Pro, F7 Ultra
  • Poco F6, F6 Pro
  • Poco F5, F5 Pro
  • Poco X7, X7 Pro, X7 Pro (Iron Man Edition)
  • Poco X6, X6 Pro
  • Poco M7, M7 Pro 5G
  • Poco M6, M6 Pro
  • Poco C85, C75

Perhatikan bahwa seri seperti Redmi Note 13 Pro 5G, yang performa kameranya sudah kami ulas secara mendalam, termasuk dalam daftar ini. Ini adalah kabar baik bagi pemilik perangkat tersebut yang menantikan peningkatan software.

Tablet dan Wearable yang Juga Ikut Diupgrade

HyperOS 3 tidak hanya untuk smartphone. Xiaomi juga memperhatikan perangkat tablet dan wearable mereka untuk menciptakan ekosistem yang lebih solid. Berikut daftar tablet dan wearable yang akan mendapatkan HyperOS 3:

Tablet:

  • Xiaomi Pad 7, Pad 7 Pro
  • Xiaomi Pad 6S Pro 12.4
  • Xiaomi Pad Pro, Pad Pro 5G, Pad Mini
  • Redmi Pad SE 8.7, Pad SE 8.7 4G
  • Redmi Pad 2, Pad 2 4G, Pad 2 Pro, Pad 2 Pro 5G
  • Poco Pad

Wearable:

  • Xiaomi Watch S4 41mm
  • Xiaomi Smart Band 10 Glimmer Edition
  • Xiaomi Smart Band 10 Ceramic Edition
  • Xiaomi Smart Band 10

Dengan demikian, pengalaman HyperOS 3 akan terasa lebih menyeluruh, dari genggaman tangan hingga pergelangan tangan.

Kapan HyperOS 3 Mulai Digulirkan?

Xiaomi berencana memulai gelombang pembaruan HyperOS 3 pada akhir bulan ini. Seri flagship terbaru, Xiaomi 15, akan menjadi yang pertama merasakannya. Ini adalah strategi yang wajar, mengingat perangkat flagship biasanya menjadi prioritas utama.

Selanjutnya, pada bulan depan, pembaruan akan dengan cepat meluas untuk mencakup seri-seri populer seperti Redmi Note 14, Poco F7, Poco X7, dan Xiaomi Pad 7. Rencananya, sebagian besar perangkat eligible akan telah menerima pembaruan ini pada bulan Desember. Perangkat yang tersisa dijadwalkan akan mendapatkan update HyperOS 3 pada awal tahun depan.

Jika Anda ingin mengetahui lebih detail tentang fitur-fitur AI dan jadwal rollout yang lebih spesifik, kami telah membahasnya secara lengkap dalam artikel sebelumnya. Sementara itu, bagi Anda yang perangkatnya tidak masuk daftar, jangan terlalu kecewa. Fokus Xiaomi pada HyperOS 3 juga berarti mereka harus menghentikan dukungan untuk beberapa smartphone lama, seperti yang telah kami laporkan.

Jadi, bersiaplah untuk menyambut angin segar bagi perangkat Xiaomi Anda. HyperOS 3 hadir bukan hanya sebagai pembaruan, tapi sebagai transformasi pengalaman digital yang lebih terhubung dan responsif. Periksa kembali daftar di atas, dan semoga perangkat Anda termasuk dalam daftar yang beruntung!

Pelajaran Berharga dari Sejarah Teknologi Pendidikan untuk Era AI

0

Telset.id – Bayangkan jika Anda adalah seorang guru di tahun 1922, ketika Thomas Edison dengan yakin menyatakan bahwa buku teks akan segera punah, digantikan sepenuhnya oleh film strip. “Teks hanya 2% efisien, tapi film 100% efisien,” klaim sang penemu legendaris itu dengan statistik yang kini terbukti mengada-ada. Lebih dari seabad kemudian, kita kembali mendengar narasi serupa—kali ini tentang kecerdasan buatan yang konon akan mengubah pendidikan secara revolusioner. Tapi benarkah kita belajar dari sejarah?

Fenomena ini bukanlah hal baru. Selama lebih dari seratus tahun, teknolog Amerika terus mendesak para pendidik untuk mengadopsi penemuan terbaru mereka dengan cepat. Edison mungkin jenius dalam menciptakan bohlam lampu, tapi pemahamannya tentang pendidikan ternyata jauh dari sempurna. Pola yang sama terulang hari ini ketika para evangelis teknologi bersikeras bahwa guru harus segera mengintegrasikan AI ke dalam kelas sebelum tertinggal transformasi yang katanya akan menyapu bersih sekolah dan masyarakat.

Di MIT, saya mempelajari sejarah dan masa depan teknologi pendidikan, dan dalam penelitian saya, saya belum pernah menemukan satu pun contoh sistem sekolah—baik di tingkat negara, negara bagian, atau kota—yang dengan cepat mengadopsi teknologi digital baru dan menuai manfaat berkelanjutan bagi siswanya. Distrik pertama yang mendorong siswa membawa ponsel ke kelas tidak lebih sukses mempersiapkan generasi muda untuk masa depan dibandingkan sekolah yang mengambil pendekatan lebih hati-hati. Tidak ada bukti bahwa negara-negara pertama yang menghubungkan kelas mereka ke internet unggul dalam pertumbuhan ekonomi, pencapaian pendidikan, atau kesejahteraan warganya.

Kesalahan yang Berulang

Pengalaman pribadi saya mengajar sejarah di sekolah menengah pada 2003 menjadi bukti nyata betapa kita sering terlalu percaya diri dengan pendekatan yang tampaknya masuk akal. Saat itu, para ahli ilmu perpustakaan dan informasi mengembangkan pedagogi evaluasi web yang mendorong siswa membaca situs web dengan saksama untuk mencari penanda kredibilitas: kutipan, format yang tepat, dan halaman “tentang”. Kami memberikan siswa daftar periksa seperti tes CRAAP—currency, reliability, authority, accuracy, and purpose—untuk memandu evaluasi mereka.

Kami mengajar siswa untuk menghindari Wikipedia dan mempercayai situs web dengan domain .org atau .edu daripada domain .com. Semuanya tampak masuk akal dan berdasarkan bukti pada waktu itu. Tapi artikel peer-review pertama yang mendemonstrasikan metode efektif untuk mengajar siswa cara mencari di web baru diterbitkan pada 2019. Penelitian itu menunjukkan bahwa pemula yang menggunakan teknik yang biasa diajarkan ini tampil buruk dalam tes menilai kemampuan mereka memisahkan fakta dari fiksi di web.

Yang lebih mengejutkan, para ahli dalam evaluasi informasi online menggunakan pendekatan yang sama sekali berbeda: dengan cepat meninggalkan halaman untuk melihat bagaimana sumber lain mengkarakterisasinya. Metode itu, sekarang disebut lateral reading, menghasilkan pencarian yang lebih cepat dan akurat. Bagi guru senior seperti saya, temuan ini seperti pukulan di perut. Kami telah menghabiskan hampir dua dekade mengajar jutaan siswa cara mencari yang terbukti tidak efektif.

Industri Konsultan AI dan Keraguan yang Terabaikan

Saat ini, kita menyaksikan kemunculan industri konsultan, pembicara utama, dan “pemikir terdepan” yang berkeliling negara mengklaim melatih pendidik tentang cara menggunakan AI di sekolah. Organisasi nasional dan internasional menerbitkan kerangka kerja literasi AI yang mengklaim tahu keterampilan apa yang dibutuhkan siswa untuk masa depan mereka. Teknolog menciptakan aplikasi yang mendorong guru dan siswa menggunakan AI generatif sebagai tutor, perencana pelajaran, editor tulisan, atau partner percakapan.

Pendekatan-pendekatan ini memiliki dukungan bukti yang kira-kira sama dengan tes CRAAP ketika pertama kali diciptakan. Ada pendekatan yang lebih baik daripada membuat tebakan yang terlalu percaya diri: menguji praktik dan strategi baru secara ketat dan hanya mengadvokasi secara luas untuk yang memiliki bukti kuat tentang efektivitasnya. Seperti halnya literasi web, bukti itu akan membutuhkan satu dekade atau lebih untuk muncul.

Tapi ada perbedaan kali ini. AI adalah apa yang saya sebut sebagai “teknologi kedatangan.” AI tidak diundang ke sekolah melalui proses adopsi, seperti membeli komputer desktop atau smartboard—ia menerobos pesta dan kemudian mulai mengatur ulang furnitur. Itu berarti sekolah harus melakukan sesuatu. Guru merasakan urgensi ini. Namun mereka juga butuh dukungan: Selama dua tahun terakhir, tim saya telah mewawancarai hampir 100 pendidik dari seluruh AS, dan satu refrain yang luas adalah “jangan biarkan kami melakukannya sendirian.”

Tiga Strategi Menghadapi Ketidakpastian

Sementara menunggu jawaban yang lebih baik dari komunitas sains pendidikan, yang akan memakan waktu bertahun-tahun, guru harus menjadi ilmuwan sendiri. Saya merekomendasikan tiga penuntun untuk bergerak maju dengan AI dalam kondisi ketidakpastian: kerendahan hati, eksperimen, dan penilaian.

Pertama, secara teratur ingatkan siswa dan guru bahwa apa pun yang dicoba sekolah—kerangka kerja literasi, praktik pengajaran, penilaian baru—adalah tebakan terbaik. Dalam empat tahun, siswa mungkin mendengar bahwa apa yang pertama kali diajarkan kepada mereka tentang menggunakan AI ternyata terbukti cukup salah. Kita semua perlu siap untuk merevisi pemikiran kita.

Kedua, sekolah perlu memeriksa siswa dan kurikulum mereka, dan memutuskan eksperimen seperti apa yang ingin mereka lakukan dengan AI. Beberapa bagian kurikulum Anda mungkin mengundang keceriaan dan upaya baru yang berani, sementara yang lain pantas mendapat perhatian lebih. Dalam podcast kami “The Homework Machine,” kami mewawancarai Eric Timmons, seorang guru di Santa Ana, California, yang mengajar kursus elektif pembuatan film.

Penilaian akhir siswanya adalah film kompleks yang membutuhkan berbagai keterampilan teknis dan artistik untuk diproduksi. Seorang penggemar AI, Timmons menggunakan AI untuk mengembangkan kurikulumnya, dan dia mendorong siswa menggunakan alat AI untuk memecahkan masalah pembuatan film, dari penulisan naskah hingga desain teknis. Dia tidak khawatir AI melakukan segalanya untuk siswa: Seperti katanya, “Siswa saya suka membuat film… Jadi mengapa mereka akan menggantinya dengan AI?” Ini adalah salah satu contoh terbaik, paling bijaksana dari pendekatan “all in” yang pernah saya temui.

Saya juga tidak bisa membayangkan merekomendasikan pendekatan serupa untuk kursus seperti bahasa Inggris kelas sembilan, di mana pengenalan penting untuk menulis sekolah menengah mungkin harus diperlakukan dengan pendekatan yang lebih hati-hati. Seperti yang kita lihat dalam kasus Chromebook di Indonesia, adopsi teknologi pendidikan yang terburu-buru bisa menimbulkan masalah kompleks.

Ketiga, ketika guru meluncurkan eksperimen baru, mereka harus menyadari bahwa penilaian lokal akan terjadi jauh lebih cepat daripada sains yang ketat. Setiap kali sekolah meluncurkan kebijakan atau praktik pengajaran AI baru, pendidik harus mengumpulkan tumpukan pekerjaan siswa terkait yang dikembangkan sebelum AI digunakan selama pengajaran. Jika Anda membiarkan siswa menggunakan alat AI untuk umpan balik formatif pada laporan laboratorium sains, ambil tumpukan laporan laboratorium sekitar tahun 2022. Kemudian, kumpulkan laporan laboratorium baru. Tinjau apakah laporan laboratorium pasca-AI menunjukkan peningkatan pada hasil yang Anda pedulikan, dan revisi praktik sesuai kebutuhan.

Antara pendidik lokal dan komunitas internasional ilmuwan pendidikan, orang akan belajar banyak pada tahun 2035 tentang AI di sekolah. Kita mungkin menemukan bahwa AI seperti web, tempat dengan beberapa risiko tetapi akhirnya begitu penuh dengan sumber daya penting dan berguna sehingga kita terus mengundangnya ke sekolah. Atau kita mungkin menemukan bahwa AI seperti ponsel, dan efek negatif pada kesejahteraan dan pembelajaran akhirnya lebih besar daripada potensi keuntungan, dan dengan demikian paling baik diperlakukan dengan pembatasan yang lebih agresif.

Seperti yang terjadi dengan pemanfaatan teknologi satelit untuk pendidikan, kunci keberhasilan terletak pada pendekatan yang terukur dan berbasis bukti. Semua orang dalam pendidikan merasakan urgensi untuk menyelesaikan ketidakpastian di sekitar AI generatif. Tapi kita tidak perlu balapan untuk menghasilkan jawaban pertama—kita perlu balapan untuk menjadi benar. Teknologi pendidikan yang baru hanya sekuat komunitas yang membimbing penggunaannya. Membuka tab browser baru itu mudah; menciptakan kondisi untuk pembelajaran yang baik itu sulit.

Dibutuhkan bertahun-tahun bagi pendidik untuk mengembangkan praktik dan norma baru, bagi siswa untuk mengadopsi rutinitas baru, dan bagi keluarga untuk mengidentifikasi mekanisme dukungan baru agar penemuan baru dapat secara andal meningkatkan pembelajaran. Sementara perusahaan seperti Anthropic terus berinvestasi dalam pengembangan AI, tanggung jawab kita sebagai pendidik adalah memastikan bahwa teknologi ini benar-benar melayani tujuan pendidikan, bukan sekadar mengikuti tren.

Rahasia Baterai Lithium-Ion Akhirnya Terungkap oleh MIT

Telset.id – Bayangkan menggunakan sesuatu setiap hari tanpa benar-benar memahami cara kerjanya. Itulah yang terjadi dengan baterai lithium-ion, sumber tenaga di balik smartphone, laptop, dan mobil listrik Anda. Selama puluhan tahun, para ilmuwan tahu mekanismenya, tetapi teka-teki mendasar tentang bagaimana tepatnya ia berfungsi tetap menjadi misteri yang membingungkan. Sampai sekarang.

Tim peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) baru saja memecahkan teka-teki tersebut. Dalam makalah ilmiah yang diterbitkan 2 Oktober, mereka mengungkap model yang akhirnya menjelaskan “nyawa” dari baterai lithium-ion. Penemuan ini bukan sekadar pengetahuan akademis—ia berpotensi membuka jalan bagi baterai yang lebih bertenaga dan mengisi daya lebih cepat, sesuatu yang didambakan setiap pemilik gadget.

Lalu, apa sebenarnya rahasia yang selama ini tersembunyi? Jawabannya terletak pada proses yang disebut coupled ion-electron transfer (CIET), atau transfer ion-elektron berpasangan. Proses inilah yang menjadi kunci utama kinerja baterai yang kita andalkan sehari-hari.

Dibalik Layar: Cara Baterai Lithium-Ion Bekerja

Untuk memahami terobosan ini, kita perlu menyelami dasar cara kerja baterai lithium-ion. Sistem ini beroperasi melalui mekanisme kimia yang disebut interkalasi. Secara sederhana, saat baterai digunakan (discharge), ion lithium yang larut dalam larutan elektrolit akan menyusup masuk ke dalam elektroda padat. Sebaliknya, ketika baterai diisi daya, ion-ion tersebut “keluar” dari elektroda dan kembali ke elektrolit. Kecepatan proses interkalasi inilah yang menentukan segalanya, mulai dari daya total baterai hingga kecepatan pengisiannya.

Selama ini, model yang diterima secara luas menyatakan bahwa interkalasi lithium didorong oleh seberapa cepat ion-ion tersebut dapat berdifusi antara elektrolit dan elektroda. Namun, ada masalah: data eksperimen nyata tidak pernah sepenuhnya cocok dengan prediksi model tersebut. Ketidakcocokan ini, seperti suara sumbang dalam orkestra yang sempurna, memberi petunjuk kepada para peneliti bahwa ada sesuatu yang hilang dari pemahaman kita. Ini mungkin juga menjelaskan mengapa insiden seperti kebakaran yang diduga disebabkan baterai lithium-ion bisa terjadi ketika mekanisme dasarnya tidak sepenuhnya dikendalikan.

Eksperimen Penentu: Mencari Jawaban di Antara 50 Kombinasi

Untuk memecahkan misteri ini, tim MIT tidak main-main. Mereka menyiapkan lebih dari 50 kombinasi berbeda antara elektrolit dan elektroda. Pendekatan komprehensif ini dimaksudkan untuk memberikan jawaban yang pasti. Hasilnya? Seperti diduga, ketidaksesuaian antara data aktual dan model lama tetap ada dan signifikan. Jalan buntu ini memaksa mereka untuk berpikir di luar kotak dan merumuskan beberapa penjelasan alternatif.

Dari berbagai kemungkinan, satu model akhirnya muncul sebagai pemenang. Model ini berangkat dari asumsi revolusioner: sebuah ion lithium hanya dapat memasuki elektroda jika ia bepergian bersama dengan seorang “teman”—yaitu, sebuah elektron dari larutan elektrolit. Inilah yang disebut coupled ion-electron transfer (CIET). Pasangan elektrokimia ini, ibarat tiket masuk berdua, ternyata mempermudah terjadinya interkalasi. Yang lebih mengejutkan, matematika di balik model CIET ternyata cocok dengan sempurna terhadap data eksperimen yang mereka kumpulkan.

Martin Bazant, salah satu penulis studi dan matematikawan di MIT, memberikan penjelasan gamblang. “Langkah elektrokimianya bukanlah penyisipan lithium, yang mungkin Anda pikir sebagai hal utama, melainkan transfer elektron untuk mereduksi material padat yang menjadi ‘tuan rumah’ bagi lithium,” ujarnya kepada MIT News. “Lithium diinterkalasi pada saat yang bersamaan ketika elektron ditransfer, dan mereka saling memfasilitasi satu sama lain.” Dengan kata lain, ion dan elektron adalah partner menari yang gerakannya saling mendukung, bukan dua penari yang bergerak sendiri-sendiri.

Dampak dan Masa Depan: Menuju Baterai yang Lebih Cepat dan Kuat

Penemuan mekanisme CIET ini bagaikan menemukan kunci yang tepat untuk membuka pintu yang sebelumnya hanya bisa didorong-dorong. Para peneliti yakin bahwa wawasan ini dapat “memandu perancangan baterai lithium-ion yang lebih bertenaga dan lebih cepat pengisiannya.” Dalam dunia yang semakin haus daya, di mana baterai solid-state untuk drone dan robot mulai diproduksi massal, pemahaman mendasar seperti ini sangat berharga.

Dan ada bonus tak terduga. Selama penelitian, tim secara tidak sengaja menemukan bahwa mengubah komposisi elektrolit ternyata memengaruhi laju interkalasi. Ini adalah petunjuk berharga lainnya. Investigasi lanjutan berdasarkan temuan ini berpotensi mengungkap cara-cara yang lebih efisien untuk menciptakan baterai yang lebih kuat dan lebih cepat. Bayangkan smartphone Anda terisi penuh dalam hitungan menit, atau laptop yang mampu bekerja seharian penuh tanpa colokan—impian yang kini selangkah lebih dekat menuju kenyataan.

“Apa yang kami harap dapat diwujudkan oleh pekerjaan ini adalah membuat reaksinya menjadi lebih cepat dan lebih terkendali, yang dapat mempercepat pengisian dan pengosongan,” tambah Bazant. Kontrol yang lebih baik atas proses fundamental ini juga dapat berkontribusi pada keamanan baterai, membantu mencegah kesalahan fatal yang membuat baterai laptop cepat bocor dan rusak.

Jadi, lain kali Anda mengisi daya smartphone atau menyetir mobil listrik, ingatlah bahwa di dalam perangkat tersebut terdapat tarian rumit antara ion dan elektron—sebuah tarian yang rahasianya akhirnya terungkap. Terobosan dari MIT ini bukanlah akhir, melainkan awal babak baru dalam revolusi penyimpanan energi, membawa kita lebih dekat ke masa depan di mana kekuatan dan kecepatan ada di genggaman tangan.

Cara Membersihkan Cache PS5 untuk Atasi Konsol Lemot dan Macet

0

Telset.id – Pernahkah PlayStation 5 Anda tiba-tiba terasa lambat, sering freeze saat bermain game, atau berperilaku aneh tanpa alasan jelas? Jangan buru-buru panik dan membawanya ke service center. Masalah ini mungkin lebih sederhana dari yang Anda kira—dan solusinya bisa dilakukan sendiri dalam hitungan menit. Membersihkan cache PS5 mungkin menjadi obat mujarab yang selama ini Anda cari.

Seperti komputer pada umumnya, PS5 juga menyimpan file sementara di cache untuk mempercepat proses loading game dan aplikasi. Sistem ini biasanya bekerja dengan baik, namun seiring waktu, file-file tersebut bisa menumpuk, rusak, atau menjadi usang. Alih-alih membantu, mereka justru berbalik menghambat performa konsol. Kabar baiknya? Membersihkan cache PS5 tidak akan menghapus game, save data, atau pengaturan Anda. Ini adalah langkah pemecahan masalah berisiko rendah yang bisa mengembalikan konsol ke kondisi prima.

Bayangkan cache seperti lemari penyimpanan di rumah Anda. Awalnya teratur dan memudahkan Anda menemukan barang. Tapi setelah bertahun-tahun, lemari itu penuh dengan barang yang sudah tidak terpakai, kadaluarsa, atau bahkan rusak. Mencari sesuatu menjadi lebih lama, dan terkadang barang yang salah justru menyebabkan masalah. Membersihkan cache ibarat mendeklarasi ulang lemari tersebut—membuang sampah, menyusun ulang isinya, sehingga segala sesuatu kembali berfungsi efisien.

Mengapa PS5 Perlu Dibersihkan Cache-nya?

Sebagai perangkat teknologi canggih, PS5 membutuhkan perawatan berkala untuk menjaga performa optimal. Anda tidak perlu membersihkan cache setiap hari atau setiap minggu, tetapi mengenali tanda-tanda saat konsol membutuhkannya adalah keterampilan berharga bagi setiap gamer.

Tanda paling umum adalah lag pada menu sistem. Jika menggulir library game terasa seperti menunggu es batu mencair di musim dingin, atau membuka Settings membutuhkan kesabaran ekstra, cache yang penuh mungkin menjadi biang keroknya. Gejala lain termasuk crash acak—game yang tiba-tiba keluar sendiri dan mengembalikan Anda ke layar utama tanpa peringatan.

Masalah juga bisa muncul dalam permainan online. Data jaringan yang tersimpan dalam cache kadang bertentangan dengan koneksi internet terbaru, menyebabkan masalah login atau game yang gagal sinkronisasi dengan benar. Setelah pembaruan sistem besar, membersihkan cache dapat membantu menyelesaikan perilaku aneh seperti aplikasi yang gagal diluncurkan atau unduhan yang macet di tengah jalan.

Proses ini sangat aman. Tidak seperti reset factory yang mengembalikan konsol ke pengaturan awal dan menghapus semua data, membersihkan cache hanya membuang file sementara yang tidak penting. Ini adalah langkah pertama yang harus dicoba sebelum beralih ke solusi yang lebih drastis seperti memperbaiki penyimpanan konsol atau bahkan mengatur ulang seluruh sistem.

Langkah Demi Langkah Masuk Safe Mode PS5

Untuk membersihkan cache PS5, Anda perlu mengakses Safe Mode—semacam “ruang operasi” khusus tempat Anda dapat menjalankan fungsi dasar sistem. Berbeda dengan PC yang biasanya memiliki opsi Safe Mode dalam pengaturan, PS5 mengharuskan Anda melakukan urutan tombol tertentu untuk memasukinya.

Pertama, matikan PS5 sepenuhnya. Anda bisa melakukannya dengan menahan tombol PS pada controller, lalu memilih Power > Turn off PS5. Alternatifnya, tahan tombol power pada konsol itu sendiri selama tiga detik. Tunggu hingga konsol benar-benar mati—indikator power akan berkedip beberapa saat sebelum padam total.

Setelah konsol mati, tekan dan tahan tombol power pada konsol. Lepaskan tombol setelah Anda mendengar bunyi bip kedua (sekitar tujuh detik). Selanjutnya, sambungkan controller ke konsol menggunakan kabel USB, lalu tekan tombol PS pada controller. Penting untuk diingat: meskipun Anda bisa mematikan PS5 dengan controller, menghidupkannya untuk masuk Safe Mode harus menggunakan tombol power pada konsol dengan cara di atas.

Tampilan layar Safe Mode PS5 dengan berbagai opsi perbaikan sistem

Setelah berhasil, Anda akan melihat layar hitam dengan teks putih menampilkan berbagai opsi. Inilah Safe Mode—pusat kendali untuk pemecahan masalah PS5. Di sini, Anda memiliki akses ke fungsi-fungsi seperti mengubah output video, memperbarui perangkat lunak sistem, mengembalikan pengaturan default, dan tentu saja, membersihkan cache.

Proses Membersihkan Cache PS5

Begitu berada di Safe Mode, pilih opsi “Clear Cache and Rebuild Database” menggunakan controller yang telah tersambung. Menu ini berisi dua pilihan utama: “Clear System Software Cache” dan “Rebuild Database”. Untuk membersihkan cache, pilih “Clear System Software Cache”.

PS5 akan meminta konfirmasi sebelum melanjutkan. Pilih “OK” dan biarkan konsol melakukan tugasnya. Proses ini biasanya berlangsung cepat—hanya beberapa detik hingga satu menit. Jika konsol restart selama proses, jangan khawatir. Itu bagian normal dari pembersihan cache. Biarkan sistem menyelesaikan prosesnya tanpa gangguan.

Opsi “Rebuild Database” juga patut diperhatikan. Sony merekomendasikan langkah ini jika pengguna mengalami masalah kegagalan sistem yang lebih serius. Seperti membersihkan cache, rebuild database tidak akan menghapus data game atau pengaturan Anda. Ini adalah jalur pemecahan masalah tambahan yang bisa dicoba jika membersihkan cache tidak sepenuhnya menyelesaikan masalah.

Proses rebuild database memindai drive penyimpanan dan membuat database baru dari konten yang terinstal. Ini bisa memperbaiki masalah seperti game yang hilang dari library, icon yang tidak muncul dengan benar, atau error data. Jika Anda memiliki koleksi game yang besar, proses ini mungkin memakan waktu lebih lama, tetapi hasilnya sering sepadan dengan waktu tunggu.

Backup Data: Langkah Preventif yang Bijaksana

Meskipun membersihkan cache dan rebuild database tidak menghapus data Anda, memiliki backup tetap merupakan praktik bijaksana. Bayangkan jika suatu hari PS5 mengalami masalah hardware serius—backup data bisa menyelamatkan ratusan jam progress game yang telah Anda kumpulkan.

Untuk membuat backup, sambungkan drive USB yang diformat FAT32 atau exFAT ke PS5. Navigasi ke Settings > System > System Software > Back Up and Restore > Back Up Your PS5. Anda akan memiliki opsi untuk memilih jenis data yang ingin dicadangkan: Game dan Aplikasi, Saved Data, Screenshot dan Video Clip, atau Settings.

Pilih kategori yang ingin Anda backup—untuk keamanan maksimal, pilih semuanya—lalu pilih Next > Back Up. Konsol akan restart dan memulai proses backup. Setelah layar “Backup Complete” muncul, pilih OK. Proses selesai, dan Anda bisa bernapas lega mengetahui data berharga Anda aman.

Backup data PS5 ke hard disk eksternal berkapasitas besar seperti Seagate Exos X24 24TB memungkinkan Anda menyimpan seluruh library game sekaligus, plus semua screenshot dan video klip yang telah Anda kumpulkan. Dengan ruang penyimpanan yang cukup, Anda tidak perlu memilih-milih data mana yang penting—semuanya bisa diselamatkan.

Perawatan rutin seperti membersihkan cache mungkin terlihat sepele, tetapi dalam jangka panjang, ini bisa memperpanjang umur konsol dan menjaga pengalaman gaming tetap mulus. Sebelum memutuskan untuk membawa PS5 ke tukang servis atau bahkan membeli konsol baru, cobalah langkah sederhana ini. Siapa tahu, solusi untuk masalah konsol lemot Anda hanya berjarak beberapa klik saja.

OpenAI dan Jony Ive Hadapi Kendala Teknis untuk Perangkat AI 2026

0

Telset.id – Bayangkan memiliki asisten AI yang selalu siap membantu, memahami lingkungan sekitar, dan bisa Anda bawa ke mana saja tanpa layar. Itulah visi yang sedang dirajut OpenAI bersama desainer legendaris Jony Ive. Namun, jalan menuju realisasi perangkat AI revolusioner ini ternyata tidak semulus yang dibayangkan.

Bocoran terbaru dari Financial Times mengungkap fakta mengejutkan: kolaborasi prestisius antara raksasa AI dan maestro desain Apple ini masih bergulat dengan sejumlah “masalah teknis” yang serius. Masalah-masalah ini bukan sekadar hambatan kecil, melainkan tantangan fundamental yang berpotensi menunda peluncuran perangkat yang sangat dinantikan tersebut.

Anda mungkin bertanya-tanya, apa sebenarnya yang membuat dua raksasa teknologi ini kesulitan? Ternyata, menciptakan “teman” digital yang sempurna jauh lebih kompleks daripada sekadar menumpuk kecerdasan buatan canggih. Laporan FT menyoroti tiga tantangan utama yang sedang dihadapi tim: kepribadian AI, masalah privasi, dan anggaran produksi.

Ilustrasi konsep perangkat AI OpenAI dan Jony Ive yang sedang dalam pengembangan

Yang paling menarik adalah pergumulan mereka dalam menentukan suara dan perilaku asisten AI. Seorang sumber yang mengetahui rencana tersebut menggambarkannya sebagai “teman yang adalah komputer, bukan pacar AI aneh Anda.” Pernyataan ini mengisyaratkan betapa seriusnya mereka dalam menciptakan karakter AI yang tepat—cukup personal untuk menjadi teman sehari-hari, namun tidak sampai menimbulkan ketergantungan emosional yang tidak sehat.

Pertanyaannya, bagaimana caranya menciptakan kepribadian digital yang sempurna? Ini bukan sekadar memilih antara suara pria atau wanita, melainkan merancang seluruh pola interaksi yang natural dan membantu. Tim harus memutuskan apakah AI akan bersikap formal atau kasual, humoris atau serius, proaktif atau reaktif. Setiap pilihan memiliki implikasi psikologis terhadap pengguna.

Di balik tantangan kepribadian ini, tersembunyi masalah yang lebih mendasar: privasi. Bagaimana mungkin sebuah perangkat yang “selalu mendengarkan” bisa menjamin keamanan data pengguna? Ini adalah paradoks yang harus dipecahkan oleh tim. Di era dimana kesadaran privasi digital semakin tinggi, kegagalan dalam aspek ini bisa menjadi bumerang yang mematikan.

Belum lagi tantangan anggaran yang dilaporkan menjadi kendala signifikan. Komputasi yang diperlukan untuk menjalankan perangkat AI massal dengan kemampuan canggih membutuhkan sumber daya yang tidak main-main. Biaya produksi dan operasional bisa membengkak melebihi perkiraan awal, terutama mengingat investasi besar yang sudah dikucurkan OpenAI untuk proyek ambisius ini.

Pelajaran dari Kegagalan Pendahulu

Bukan tanpa alasan OpenAI dan Ive tampak lebih berhati-hati dalam mengembangkan perangkat pertama mereka. Sejarah telah membuktikan bahwa pasar perangkat AI konsumen adalah medan yang berbahaya. Humane AI Pin, yang sempat digadang-gadang sebagai revolusi berikutnya, akhirnya harus dihentikan karena gagal memenuhi target penjualan.

Kegagalan produk sejenis memberikan pelajaran berharga: teknologi canggih saja tidak cukup. Produk harus menyelesaikan masalah nyata dengan cara yang intuitif dan terjangkau. Kolaborasi dengan Jony Ive jelas merupakan langkah strategis untuk memastikan aspek desain dan pengalaman pengguna tidak diabaikan.

Sam Altman, CEO OpenAI, memberikan petunjuk menarik tentang bentuk perangkat ini kepada karyawan. Menurutnya, perangkat tersebut akan berukuran saku, mampu memahami lingkungannya, dan tidak memiliki layar. Konsep ini mengingatkan kita pada proyek sebelumnya yang dikembangkan mantan desainer Apple, namun dengan pendekatan yang lebih matang.

Ketidakhadiran layar justru menjadi elemen paling revolusioner. Dalam dunia yang dipenuhi layar, menghilangkannya adalah pernyataan berani. Ini memaksa tim untuk menciptakan antarmuka yang sepenuhnya berbasis suara dan kontekstual—tantangan yang tidak boleh diremehkan.

Antara Inovasi dan Realitas Pasar

Meskipun detail tentang produk akhir masih samar, yang jelas OpenAI dan Ive sedang berusaha menciptakan sesuatu yang benar-benar baru. Bukan sekadar smartphone dengan asisten AI yang ditingkatkan, melainkan kategori perangkat yang sama sekali berbeda.

Pendekatan Sam Altman yang mengagumi Apple Vision Pro menunjukkan apresiasinya terhadap inovasi hardware yang berani. Namun, berbeda dengan Vision Pro yang menargetkan pasar premium, perangkat AI OpenAI kemungkinan besar akan menargetkan audiens yang lebih luas.

Pertanyaan besarnya: apakah konsumen siap untuk meninggalkan layar dan sepenuhnya bergantung pada interaksi suara dengan AI? Ataukah ini akan menjadi produk yang terlalu maju untuk zamannya, seperti Newton MessagePad di era 90-an?

Yang pasti, dengan tenggat waktu 2026 yang semakin dekat, tekanan terhadap tim pengembang semakin besar. Setiap penundaan berarti memberikan kesempatan bagi kompetitor untuk mengejar ketertinggalan. Namun, seperti kata pepatah, lebih baik terlambat daripada produk yang setengah matang.

Kita hanya bisa menunggu dan berharap bahwa kolaborasi antara kecerdasan buatan terdepan dan desain legendaris ini akan menghasilkan sesuatu yang benar-benar mengubah cara kita berinteraksi dengan teknologi. Atau setidaknya, tidak berakhir seperti Humane AI Pin yang kini hanya menjadi catatan kaki dalam sejarah teknologi.

Discord Alami Kebocoran Data Pengguna, ID Pemerintah Juga Kena

Telset.id – Platform komunikasi favorit gamer dan komunitas online, Discord, baru saja mengalami insiden keamanan yang cukup serius. Kabar terbaru mengonfirmasi bahwa data sejumlah pengguna, termasuk dokumen identitas pemerintah seperti SIM dan paspor, telah diakses oleh pihak tak berwenang. Ini bukan sekadar rumor, melainkan fakta yang diakui oleh Discord sendiri.

Yang perlu Anda pahami: server inti Discord tidak diretas. Celah keamanan justru muncul dari pihak ketiga yang ditunjuk Discord untuk menangani layanan dukungan pelanggan (Customer Support) dan Tim Kepercayaan & Keamanan (Trust & Safety). Pada 20 September, pihak tak berwenang berhasil menyusup ke sistem penyedia layanan ini. Artinya, Anda hanya akan terdampak jika pernah berinteraksi dengan tim dukungan Discord—entah untuk melaporkan masalah, verifikasi usia, atau pertanyaan lainnya.

Bayangkan ini: saat Anda mengirimkan keluhan atau dokumen verifikasi ke customer service, percakapan itu tidak sepenuhnya aman di tangan Discord. Inilah yang terjadi. Pelaku mendapatkan akses ke apa pun yang Anda bagikan dalam percakapan tersebut. Kabar baiknya? Pesan pribadi Anda dengan teman di server atau DM tetap terlindungi. Fokus kebocoran hanya pada komunikasi dengan tim dukungan.

Ilustrasi keamanan siber dan perlindungan data pribadi di platform digital

Discord telah bergerak cepat dengan mengirim email notifikasi kepada pengguna yang terdampak. Yang menarik, email ini tidak hanya ditujukan kepada pemilik akun aktif. Bahkan Anda yang pernah menghubungi tim dukungan tanpa memiliki akun Discord pun akan mendapat pemberitahuan. Layanan ini cukup transparan dalam menjelaskan cakupan data yang mungkin bocor.

Menurut email yang beredar, informasi yang dikompromikan meliputi nama asli, nama pengguna (jika ada), alamat email, detail kontak lainnya, empat digit terakhir kartu kredit yang terhubung, serta alamat IP. Namun, ada satu poin yang paling mengkhawatirkan: dokumen identitas pemerintah. Discord menyebutkan sejumlah “kecil” SIM dan paspor—yang biasanya digunakan untuk verifikasi usia—ikut terbongkar.

Jika Anda termasuk yang diminta verifikasi ID, periksa email dengan saksama. Discord akan secara khusus memberitahukan jika dokumen identitas Anda termasuk yang disusupi. Status ini menempatkan Anda pada risiko pencurian identitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan pengguna lain yang “hanya” kehilangan data dasar.

Di tengah kabar buruk ini, ada beberapa titik terang. Discord menegaskan bahwa nomor kartu kredit lengkap, alamat fisik, dan kata sandi akun Anda TIDAK terganggu. Ini adalah batasan akses yang patut disyukuri, mengingat ketiga elemen tersebut adalah kunci utama keamanan digital seseorang. Platform ini juga menyatakan telah mencabut akses penyedia layanan pihak ketiga tersebut segera setelah insiden terdeteksi dan telah melaporkan kejadian ini kepada penegak hukum.

Dampak dan Langkah Pencegahan untuk Pengguna

Lalu, apa yang harus dilakukan jika Anda termasuk yang terdampak? Pertama, jangan panik. Periksa kotak masuk email—termasuk folder spam—untuk mencari notifikasi resmi dari Discord. Email ini akan memberi tahu secara spesifik data mana yang terpengaruh. Jika ID pemerintah Anda termasuk yang bocor, waspadalah terhadap upaya pencurian identitas. Pantau laporan kredit dan aktivitas mencurigakan yang menggunakan identitas Anda.

Kedua, meski kata sandi tidak bocor, tidak ada salahnya untuk mengganti kata sandi Discord dan mengaktifkan autentikasi dua faktor (2FA). Ini adalah langkah dasar yang sering diabaikan, namun efektivitasnya terbukti melindungi akun dari penyusupan. Ingat, keamanan digital adalah tanggung jawab bersama antara platform dan pengguna.

Insiden ini juga mengingatkan kita pada pentingnya keamanan data di era digital yang semakin kompleks. Sebuah platform bisa memiliki sistem keamanan yang canggih, namun celah tetap bisa muncul dari mitra pihak ketiga. Discord mengaku akan “sering mengaudit sistem pihak ketiga” untuk memastikan mereka memenuhi standar keamanan perusahaan. Janji ini tentu perlu dibuktikan dengan tindakan nyata.

Bagi Anda penggemar berat Discord untuk keperluan gaming dan komunitas, insiden ini seharusnya tidak menghentikan aktivitas. Namun, jadikanlah sebagai pelajaran untuk lebih berhati-hati dalam berbagi informasi sensitif. Pertimbangkan baik-baik sebelum mengirimkan dokumen identitas—tanyakan apakah ada metode verifikasi alternatif yang lebih aman.

Dalam dunia yang semakin terhubung, teknologi AI dan keamanan siber akan terus berkembang. Platform seperti Discord harus belajar dari insiden ini untuk memperkuat seluruh ekosistem keamanannya, tidak hanya sistem internal tetapi juga rantai pasokan layanan pendukung. Sebagai pengguna, kita berhak menuntut transparansi dan akuntabilitas.

Terakhir, ingatlah bahwa perangkat yang Anda gunakan untuk mengakses Discord juga memengaruhi keamanan secara keseluruhan. Memilih perangkat dengan fitur keamanan yang robust dapat menjadi lapisan pertahanan tambahan. Keamanan digital adalah rantai yang hanya sekuat mata rantai terlemahnya—jangan biarkan kecerobohan atau kelalaian menjadi titik lemah tersebut.

Discord telah mengambil langkah tepat dengan transparan mengumumkan insiden ini. Tindakan proaktif memberitahu pengguna—bahkan yang tidak memiliki akun—patut diapresiasi. Kini, giliran kita sebagai pengguna untuk tetap waspada tanpa perlu paranoid. Terus nikmati obrolan dengan komunitas, tapi selalu ingat: data pribadi adalah aset berharga yang perlu dilindungi dengan serius.

Chip Q3 iQOO 15: Ray Tracing Mobile Hanya 3mA Per Frame

0

Telset.id – Bayangkan bermain game AAA dengan kualitas grafis setara PC high-end di smartphone Anda, tanpa khawatir baterai terkuras dalam hitungan menit. Mimpi yang selama ini dianggap mustahil bagi gamer mobile kini mulai menemukan bentuk nyata melalui terobosan terbaru iQOO.

Product manager iQOO melalui akun Weibo-nya baru-baru ini mengungkap detail mengejutkan tentang chip gaming besutan mereka, Q3, yang akan meluncur bersama iQOO 15. Klaim “double breakthrough” dalam visual fidelity dan power management bukan sekadar jargon marketing belaka. Chip ini diklaim mampu mengatasi batasan performa dan efisiensi daya yang selama ini menjadi momok GPU tradisional dalam SoC.

Bagi Anda yang kerap mengalami frame drop saat pertempuran sengit atau harus mengorbankan kualitas grafis demi bermain lebih lama, kehadiran Q3 mungkin menjadi jawaban. Teknologi hybrid architecture yang diusung iQOO ini bukan sekadar upgrade incremental, melainkan lompatan signifikan dalam filosofi desain chip mobile.

Ilustrasi chip Q3 iQOO dengan arsitektur hybrid untuk gaming mobile

Revolusi Ray Tracing di Genggaman Tangan

Yang paling mencuri perhatian dari pengumuman ini adalah klaim efisiensi ray tracing yang hampir tak masuk akal. Teknologi yang mensimulasikan perilaku cahaya realistis dalam lingkungan 3D ini biasanya menghabiskan “ratusan milliamps per frame” pada perangkat mobile. iQOO mengklaim Q3 berhasil memangkas konsumsi daya tersebut hingga hanya 3 milliamps per frame.

Bayangkan: dari ratusan menjadi hanya 3. Itu seperti mengurangi konsumsi BBM mobil balap dari 1:2 menjadi 1:100. Efisiensi semacam ini bukan hanya angka di atas kertas, melainkan perubahan paradigma dalam bagaimana kita memandang kemampuan grafis perangkat mobile.

Dengan efisiensi seperti ini, pengalaman gaming yang selama ini eksklusif untuk PC dan konsol high-end—seperti pencahayaan dinamis, refleksi real-time, dan bayangan yang presisi—kini bisa dinikmati bahkan dalam game open-world yang paling demanding. Ini bukan sekadar improvement grafis biasa, melainkan penyetaraan lapangan bermain antara mobile gaming dan platform gaming tradisional.

Arsitektur Hybrid: Solusi Cerdas Atas Keterbatasan SoC

Lalu, apa rahasia di balik efisiensi luar biasa ini? Jawabannya terletak pada pendekatan arsitektur hybrid Q3 + SoC. Sementara sebagian besar perangkat mobile mengandalkan GPU berbasis SoC secara eksklusif, iQOO memilih jalur berbeda dengan mendelegasikan sebagian workload dari GPU utama ke chip Q3.

Analoginya seperti memiliki asisten pribadi yang khusus menangani tugas-tugas berat. Ketika GPU utama kewalahan mengolah efek cahaya dan refleksi kompleks, Q3 mengambil alih bagian tersebut. Hasilnya? Frame rate yang stabil dan konsumsi daya yang konsisten bahkan dalam sesi gaming marathon.

Pendekatan ini sangat relevan mengingat tantangan yang dihadapi industri chip saat ini. Seperti yang kami laporkan sebelumnya dalam analisis tentang pemangkasan produksi chip Samsung, efisiensi menjadi kunci di tengah fluktuasi pasar.

Perbandingan performa gaming dengan dan tanpa chip Q3 pada iQOO 15

Lompatan Performa yang Signifikan

Data yang diungkap product manager iQOO cukup membuat decak kagum. Dibandingkan pendahulunya, Q3 menawarkan peningkatan performa 60 persen, efisiensi energi 40 persen lebih baik, dan lonjakan 400 persen dalam komputasi AI. Cache yang 50 persen lebih besar juga menjamin pengiriman frame yang lebih smooth saat gaming berat.

Angka-angka ini bukan sekadar statistik teknis. Bagi Anda para gamer, ini berarti pengalaman bermain yang lebih imersif tanpa kompromi. Tidak perlu lagi memilih antara grafis memukau atau baterai tahan lama. Seperti yang kami amati dalam review Oppo Reno5 F, keseimbangan antara performa dan efisiensi memang menjadi kunci smartphone gaming yang sukses.

Yang menarik, product manager iQOO secara khusus menekankan perbedaan Q3 dengan metode interpolasi GPU yang umum digunakan industri. Daripada mengandalkan trik software untuk meningkatkan frame rate, iQOO memilih pendekatan hardware-based yang lebih fundamental dan berkelanjutan.

Inovasi semacam ini mengingatkan kita pada evolusi yang pernah kami dokumentasikan dalam gaming test Realme X50 Pro, di mana pendekatan hardware-centric terbukti memberikan hasil yang lebih konsisten.

Dengan proses manufaktur TSMC yang terkenal efisien, Q3 bukan hanya sekadar chip gaming biasa. Ini adalah pernyataan ambisi iQOO dalam mendefinisikan ulang batasan mobile gaming. Ketika smartphone gaming lain masih berkutat pada peningkatan refresh rate dan cooling system, iQOO memilih menyerang dari akar permasalahan: arsitektur chip itu sendiri.

Pertanyaannya sekarang: apakah revolusi Q3 ini akan memicu perlombaan baru dalam industri chip mobile? Dan yang lebih penting, apakah janji-janji manis ini akan terbukti ketika iQOO 15 akhirnya sampai di tangan konsumen? Jawabannya akan segera terungkap, dan Telset.id akan terus memantau perkembangan terbaru untuk Anda.

Xiaomi 17 vs Google Pixel 10: Duel Flagship 2025 yang Penuh Kejutan

0

Telset.id – Di tengah hiruk-pikuk pasar smartphone 2025, dua raksasa teknologi bersiap meluncurkan senjata andalan mereka. Xiaomi 17 dan Google Pixel 10 hadir dengan janji performa maksimal dan inovasi terkini. Tapi mana yang benar-benar layak menjadi pendamping harian Anda?

Perbandingan kedua flagship ini bukan sekadar pertarungan spesifikasi di atas kertas, melainkan duel filosofi desain yang berbeda. Xiaomi mengusung pendekatan “more is more” dengan hardware terdepan, sementara Google bertaruh pada optimisasi software dan ekosistem terintegrasi. Pilihan Anda antara keduanya akan menentukan pengalaman penggunaan smartphone untuk tahun-tahun mendatang.

Sebagai konsumen yang cerdas, tentu Anda ingin investasi pada perangkat premium ini memberikan nilai terbaik. Mari kita selami lebih dalam apa yang ditawarkan kedua kontestan ini, mulai dari desain yang memikat hingga performa yang mengagumkan.

Desain dan Tampilan Visual: Elegan vs Kokoh

Xiaomi 17 menghadirkan pesona dengan desain ramping yang memadukan kaca di bagian depan dan rangka aluminium. Bobotnya yang ringan membuatnya nyaman digenggam sepanjang hari, cocok untuk Anda yang aktif bergerak. Sensasi premium langsung terasa saat memegangnya, seolah-olah Anda memegang sepotong masa depan.

Google Pixel 10 mengambil pendekatan berbeda dengan perlindungan Gorilla Glass Victus 2 di depan dan belakang, ditopang rangka aluminium yang memberikan kesan kokoh. Meski sedikit lebih berat, perangkat ini terasa solid dan tahan lama. Bagi pengguna yang mengutamakan ketahanan, ini bisa menjadi pertimbangan utama.

Di bagian layar, Xiaomi 17 unggul dengan panel LTPO AMOLED 6,3 inci yang mampu mencapai kecerahan puncak 3500 nits. Bayangkan membaca konten di bawah terik matahari tanpa perlu menyipitkan mata. Kombinasi refresh rate 120Hz dan akurasi warna yang luar biasa menjadikannya surga bagi pecinta konten visual dan gaming.

Pixel 10 tidak kalah menarik dengan layar OLED 6,3 inci yang juga mendukung 120Hz dan HDR10+. Meski kecerahan maksimalnya “hanya” 3000 nits, kualitasnya tetap impresif untuk penggunaan sehari-hari. Namun untuk pengalaman visual terbaik, Xiaomi 17 memang sulit ditandingi.

Kekuatan di Balik Layar: Performa dan Daya Tahan

Xiaomi 17 ditenagai Snapdragon 8 Elite Gen 5 yang dibangun dengan proses 3nm. Chipset ini adalah monster performa yang sanggup menangani multitasking berat dan game paling demanding sekalipun. Rasanya seperti memiliki superkomputer di saku celana Anda.

Google Pixel 10 mengandalkan Tensor G5 yang dioptimalkan khusus untuk tugas-tugas AI. Meski tidak seganas Snapdragon dalam hal raw power, chipset ini menawarkan efisiensi yang luar biasa untuk pemrosesan bahasa alami dan fotografi komputasional. Bagi Anda yang bergantung pada asisten virtual dan fitur AI, ini adalah pilihan yang cerdas.

Di sektor baterai, perbedaan keduanya cukup signifikan. Xiaomi 17 membawa kapasitas raksasa 7000mAh yang didukung pengisian cepat 100W wired dan 50W wireless. Bayangkan, dari baterai kosong hingga penuh hanya butuh waktu sepersiap kopi pagi Anda. Daya tahannya bisa menyertai Anda dari pagi hingga larut malam tanpa khawatir.

Pixel 10 hadir dengan baterai 4970mAh yang mendukung pengisian 30W wired dan 15W wireless. Meski lebih kecil, kombinasi dengan optimisasi software membuatnya tetap mampu bertahan seharian untuk penggunaan normal. Tapi untuk power user yang sering traveling atau gaming marathon, Xiaomi 17 jelas lebih menjanjikan.

Seni Fotografi: Leica vs Computational Photography

Xiaomi 17 membawa warisan Leica melalui setup triple kamera 50MP yang mencakup wide, telephoto, dan ultrawide. Hasil jepretannya menawarkan detail tajam dan reproduksi warna yang akurat. Kamera selfie 50MP-nya memastikan setiap momen swafoto terabadikan dengan sempurna.

Google Pixel 10 mengandalkan kekuatan fotografi komputasional dengan sistem kamera 48MP wide, 10.8MP telephoto dengan zoom 5x, dan 13MP ultrawide. Pendekatan ini menghasilkan foto yang selalu konsisten dalam berbagai kondisi pencahayaan, meski dengan resolusi yang lebih rendah.

Perbedaan pendekatan ini mirip dengan perbandingan iPhone 17 vs Vivo X200 Ultra yang juga menampilkan filosofi berbeda dalam menangani fotografi. Xiaomi fokus pada hardware premium, sementara Google mengandalkan kecerdasan buatan untuk menyempurnakan hasil.

Bagi Anda yang menyukai fotografi kreatif dengan kontrol penuh, Xiaomi 17 dengan lensa Leica-nya memberikan kebebasan lebih. Sedangkan untuk pengguna yang menginginkan foto bagal dengan sekali jepret tanpa editing, Pixel 10 mungkin lebih sesuai.

Nilai Investasi: Performa Premium dengan Harga Terjangkau

Di segi harga, Xiaomi 17 hadir dengan tagihan sekitar $700, sementara Pixel 10 dibanderol $800. Selisih $100 ini cukup signifikan, terutama mengingat Xiaomi justru menawarkan spesifikasi yang lebih unggul di beberapa aspek kunci.

Dengan harga lebih rendah, Anda mendapatkan prosesor lebih powerful, kamera beresolusi lebih tinggi, baterai lebih besar, dan pengisian daya lebih cepat. Ini seperti mendapatkan diskon tambahan untuk performa ekstra. Seperti yang kita lihat dalam Xiaomi 15T vs Realme GT 7 Pro, Xiaomi konsisten menawarkan value proposition yang menarik.

Kedua perangkat menjalankan Android 16, dengan Xiaomi menambahkan lapisan HyperOS 3. Bagi pengguna yang terbiasa dengan pengalaman Android murni, Pixel 10 tetap menjadi pilihan ideal. Namun HyperOS 3 pada Xiaomi 17 menawarkan kustomisasi dan fitur tambahan yang mungkin disukai sebagian pengguna.

Warisan kamera Leica pada Xiaomi 17 bukan hanya sekadar label premium, melainkan hasil kolaborasi nyata yang telah teruji dalam Xiaomi 15T Series yang resmi di Indonesia. Partnership ini membawa karakteristik warna dan processing khas Leica yang disukai banyak fotografer.

Di akhir perbandingan, Xiaomi 17 muncul sebagai pemenang jelas dengan kombinasi hardware superior, fitur lebih lengkap, dan harga lebih terjangkau. Kecuali jika Anda sudah terikat erat dengan ekosistem Google atau sangat mengandalkan fitur AI khusus Pixel, Xiaomi 17 menawarkan nilai investasi yang lebih baik untuk jangka panjang.

Pilihan akhir tetap berada di tangan Anda. Apakah lebih mementingkan raw power dan value for money, atau optimisasi software dan integrasi ekosistem? Keduanya adalah flagship yang mengesankan, tapi hanya satu yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan gaya hidup Anda.

Oppo Find X9 Series Bocoran: Spesifikasi Gahar dan Tanggal Rilis

0

Telset.id – Bayangkan sebuah smartphone yang mampu menyaingi kamera profesional, memiliki baterai yang bertahan berhari-hari, dan ditenagai chipset terbaru yang menghancurkan rekor benchmark. Itulah gambaran awal yang dibawa oleh bocoran terbaru mengenai Oppo Find X9 series. Setelah sukses dengan generasi sebelumnya, Oppo tampaknya tidak main-main dalam mempersiapkan penerusnya. Berbagai informasi yang beredar menunjukkan lompatan signifikan, terutama di sektor yang paling banyak dinanti: fotografi.

Jika Anda penggemar berat fotografi mobile, bersiaplah untuk terpukau. Oppo dikabarkan akan kembali berkolaborasi dengan Hasselblad, membawa tuning kamera yang lebih matang. Namun, yang lebih menarik, seri Pro-nya bahkan disebut-sebut akan kompatibel dengan aksesori kamera magnetik Hasselblad. Ini bukan sekadar peningkatan perangkat lunak, melainkan pendekatan hardware yang lebih serius. Seperti yang pernah kami bahas dalam ulasan mengenai tantangan kamera Hasselblad, kolaborasi ini memang selalu menjanjikan hasil yang spektakuler.

Lalu, bagaimana dengan daya tahannya? Di era di mana kita semakin bergantung pada perangkat mobile, baterai berkapasitas besar menjadi dambaan. Nah, kabar gembiranya, Oppo Find X9 series dikabarkan akan membawa baterai yang benar-benar “rakus”. Versi Pro-ya disebutkan akan mengusung baterai berkapasitas monster 7,500mAh, sementara varian standarnya tidak kalah hebat dengan 7,025mAh. Bayangkan, dengan kapasitas sebesar itu, kekhawatiran kehabisan daya di tengah hari mungkin akan menjadi cerita lama.

Desain Baru yang Mengesankan

Dari segi penampilan, Oppo Find X9 series dikabarkan akan mengalami perubahan desain yang cukup signifikan. Bocoran mengindikasikan bahwa mereka akan meninggalkan modul kamera bundar besar yang menjadi ciri khas pendahulunya. Sebagai gantinya, hadir pulau kamera persegi panjang dengan sudut membulat yang terlihat lebih modern dan elegan. Bingkai logam datar serta panel kaca datar di bagian belakang tetap dipertahankan, memberikan kesan premium yang konsisten.

Untuk soal ketahanan, Oppo sepertinya tidak ingin setengah-setengah. Varian Find X9 Pro dikabarkan akan memiliki rating IP66, IP68, dan IP69. Ini seperti membekali smartphone dengan jas hujan sekaligus baju zirah. Dengan ketebalan sekitar 8.24mm dan berat 224 gram, ia hadir dengan bobot dan ukuran yang solid. Sementara itu, Find X9 standar disebut lebih ramping dengan ketebalan 7.99mm dan berat 203 gram. Secara visual, desainnya dikabarkan memiliki kemiripan dengan OnePlus 15 yang akan datang, lengkap dengan tepi melengkung dan tekstur “velvet” atau “sand-velvet” untuk kesan mewah di genggaman.

Layar yang Memanjakan Mata

Bagian depan kedua ponsel ini juga tak kalah menarik. Oppo Find X9 diprediksi akan memiliki layar 6.59 inci, sedangkan versi Pro-nya lebih besar di 6.78 inci. Keduanya menggunakan panel OLED dengan dukungan LTPO, resolusi 1.5K, dan PWM dimming 3840Hz yang diklaim lebih ramah mata. Dengan refresh rate 120Hz, dukungan Dolby Vision, dan bezel yang lebih tipis serta seragam, pengalaman menonton dan bermain game dijamin akan lebih imersif.

Fitur keamanannya pun tak ketinggalan. Kedua model ini diyakini akan menggunakan pemindai sidik jari ultrasonik di bawah layar, yang dikenal lebih cepat dan akurat dibandingkan jenis optik. Sebuah bocoran terbaru bahkan menyebutkan bahwa Find X9 series akan memiliki kemampuan menampilkan kecerahan hingga 1 nit, mirip dengan yang diusung Xiaomi 17. Fitur ini sangat berguna untuk penggunaan dalam kondisi gelap tanpa membuat mata silau.

Dapur Pacu dan Konektivitas Masa Depan

Inilah jantung dari Oppo Find X9 series. Kedua ponsel ini disebut-sebut akan menjadi salah satu smartphone Android premium pertama yang ditenagai oleh chipset MediaTek Dimensity 9500. Seperti yang telah kami ulas dalam bocoran sebelumnya, chipset ini menjanjikan performa luar biasa. Buktinya, Find X9 Pro dilaporkan mencetak skor AnTuTu yang fantastis, melampaui 4 juta poin.

Konfigurasi memori juga bakal menggiurkan. Oppo dikabarkan akan menyediakan opsi RAM hingga 16GB dan penyimpanan internal hingga 1TB. Bagi Anda yang sering bepergian ke area terpencil, kabar baiknya: konfigurasi tertinggi ini juga diyakini akan membawa fitur SMS via satelit Beidou. Jadi, meski sinyal seluler hilang, Anda tetap bisa mengirim pesan darurat.

Fotografi: Ajang Pamer Kekuatan

Seperti yang telah disinggung, fotografi adalah fokus utama seri ini. Oppo Find X9 Pro diprediksi akan membawa kamera utama Sony LYT828 yang sama dengan yang digunakan Vivo X300 Pro. Sensor CMOS 1/1.28-inci ini dijamin akan menangkap cahaya dengan sangat baik. Ia akan didukung oleh lensa ultra wide 50MP Samsung JN5, telephoto periskop 200MP Samsung HP5, dan sensor multispektral 2MP. Dengan sensor 200MP, detail foto dari jarak jauh dijamin akan sangat mencengangkan.

Varian Find X9 standar tak kalah hebat, tetap mengusung setup kamera quad, meski dengan penurunan pada shooter telephoto menjadi 50MP. Kamera utamanya kemungkinan akan menggunakan sensor LYT808. Dan tentu saja, semua ini akan disempurnakan dengan tuning khas Hasselblad untuk menghasilkan warna dan dinamika yang lebih natural dan artistik.

Kapan Hadirnya?

Nah, untuk pertanyaan paling ditunggu: kapan Oppo Find X9 series resmi meluncur? Berdasarkan informasi yang beredar, Oppo dijadwalkan akan mengumumkan Find X9 dan Find X9 Pro di pasar China pada 16 Oktober 2025. Kedua perangkat ini diprediksi akan langsung menjalankan ColorOS 16 berbasis Android 16, yang konon akan membawa integrasi AI yang lebih dalam dan beragam tool cerdas baru.

Dengan semua bocoran menggiurkan ini, Oppo Find X9 series bukan sekadar pembaruan biasa. Ia hadir dengan ambisi untuk mendefinisikan ulang apa yang bisa dilakukan oleh sebuah flagship smartphone. Dari fotografi yang mendekati kamera profesional, baterai yang tak pernah lelah, hingga performa yang menghancurkan batas. Tinggal menunggu hari H untuk membuktikan apakah semua janji manis ini akan terwujud dalam kenyataan. Siap-siap, Oktober 2025 mungkin akan menjadi bulan yang sangat sibuk bagi para pencinta teknologi.