Beranda blog Halaman 156

Huawei Luncurkan Chip AI Ascend 910D, Tantang Dominasi NVIDIA

0

Telset.id – Di tengah ketatnya pembatasan teknologi dari Amerika Serikat, Huawei kembali menunjukkan taringnya. Perusahaan asal China ini baru saja mengumumkan chip AI terbaru, Ascend 910D, yang diklaim mampu menyaingi performa NVIDIA H100. Sebuah langkah berani yang menegaskan ambisi China untuk mandiri di bidang teknologi tinggi.

Huawei Ascend 910D, chip AI terbaru yang siap saingi NVIDIA

Dari 910 ke 910D: Lompatan Besar dalam 6 Tahun

Ketika Huawei pertama kali memperkenalkan Ascend 910 pada 2019, chip ini sudah mencatatkan 256 TeraFLOPS untuk performa FP16 — sebuah pencapaian yang cukup membanggakan kala itu. Namun, dalam waktu singkat, Huawei berhasil melesat jauh. Ascend 910C yang dirilis sebelumnya disebut memiliki 60% kemampuan inferensi NVIDIA H100. Kini, dengan 910D, Huawei semakin mendekatkan jarak dengan raksasa chip AS tersebut.

“Ini adalah bukti bahwa tekanan justru memicu inovasi,” kata seorang analis industri yang enggan disebutkan namanya. “China tidak mau terus bergantung pada teknologi Barat, dan Huawei menjadi ujung tombaknya.”

Strategi Huawei Melawan Pembatasan AS

Sejak 2022, Amerika Serikat secara ketat membatasi ekspor chip AI canggih ke China, termasuk NVIDIA H100 dan B200. Langkah ini jelas memukul industri teknologi China, yang selama ini bergantung pada chip buatan AS. Namun, Huawei justru melihatnya sebagai peluang.

Dengan Ascend 910D, Huawei tidak hanya menawarkan alternatif, tetapi juga membangun ekosistem mandiri. Beberapa perusahaan China dikabarkan telah mulai menguji chip ini, menunjukkan kepercayaan yang tinggi pada produk dalam negeri.

Seperti dilaporkan sebelumnya, DeepSeek AI adalah salah satu yang memanfaatkan chip Huawei untuk pengembangan model AI-nya. Ini membuktikan bahwa solusi lokal mulai diterima secara luas.

Masa Depan Industri Chip China

Langkah Huawei ini bukan tanpa tantangan. NVIDIA masih memimpin dengan pengalaman puluhan tahun dalam desain chip high-end. Namun, dengan dukungan penuh pemerintah China dan sumber daya yang masif, Huawei berhasil mempercepat pengembangan teknologi secara signifikan.

Bahkan, seperti diungkap dalam laporan terbaru, TSMC terpaksa menghentikan produksi chip AI untuk perusahaan China karena tekanan AS. Situasi ini semakin mendorong Huawei dan perusahaan lokal lainnya untuk berinovasi.

Jika Huawei terus konsisten dengan roadmap-nya, bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan, China akan memiliki solusi chip AI yang benar-benar mandiri — dan mungkin, bahkan lebih unggul dari produk Barat.

Stellantis Kembangkan Baterai Solid-State EV, Lebih Cepat dan Ringan dari Tesla

0

Telset.id – Jika Anda mengira baterai lithium-ion masih menjadi raja di dunia kendaraan listrik, bersiaplah untuk terkejut. Stellantis, salah satu raksasa otomotif global, baru saja mengumumkan terobosan besar dalam teknologi baterai solid-state yang bisa mengubah segalanya.

Stellantis’ solid-state EV battery beats Tesla, hits 375Wh/kg after 600 cycles

Bekerja sama dengan Factorial Energy, startup pengembang baterai, Stellantis berhasil memvalidasi baterai semi-solid-state yang mampu mencapai kepadatan energi 375 Wh/kg setelah 600 siklus pengisian. Angka ini jauh melampaui baterai lithium-ion konvensional yang biasanya berkisar 200-300 Wh/kg.


Revolusi dalam Pengisian Daya dan Bobot

Yang membuat baterai baru ini istimewa bukan hanya kapasitasnya. Teknologi semi-solid-state memungkinkan pengisian ultra-cepat dari 15% ke 90% hanya dalam 18 menit pada suhu ruangan. Bandingkan dengan baterai lithium-ion saat ini yang membutuhkan waktu lebih lama.

Selain itu, baterai ini menawarkan toleransi suhu yang luas (-22°F hingga 113°F) dengan performa lebih stabil di cuaca dingin dibanding baterai konvensional. Ini bisa menjadi solusi untuk masalah berkurangnya jarak tempuh EV di musim dingin.

Uji Coba pada Kendaraan Nyata

Yang membedakan pengembangan ini adalah baterai sudah diuji pada kendaraan sungguhan – Dodge Charger Daytona untuk uji performa dan Mercedes-Benz EQS untuk uji efisiensi. Kedua model menggunakan kimia baterai yang sama, hanya disesuaikan untuk kebutuhan masing-masing.

Teknologi semi-solid-state ini menggunakan material seperti gel yang stabil, menggantikan cairan elektrolit pada baterai lithium-ion. Ini membuatnya lebih aman karena mengurangi risiko kebocoran dan overheating.

Fatal 15 seconds: US Army Black Hawk pilot missed key command before deadly crash

Tantangan Komersialisasi

Meski menjanjikan, masih ada tantangan besar. Biaya produksi baterai ini masih 10-30 kali lebih mahal daripada lithium-ion. Namun, Stellantis optimis biaya bisa turun signifikan melalui produksi massal dan kolaborasi dengan mitra strategis, termasuk dari China.

Keunggulan lain adalah pengurangan berat. Baterai ini bisa menghemat minimal 200 pon (90 kg) dibanding baterai konvensional. Dengan struktur pendukung yang lebih sederhana, penghematan berat total kendaraan bisa mencapai 500-2.000 pon (227-907 kg).

Menurut perhitungan tim, setiap pon berat yang dihemat bisa mengurangi biaya produksi sekitar $5. Artinya, potensi penghematan $2.500-$10.000 per kendaraan sangat mungkin tercapai di masa depan.

Dengan semua keunggulan ini, baterai semi-solid-state Stellantis dan Factorial Energy bisa menjadi jawaban atas tantangan utama EV saat ini: jarak tempuh, waktu pengisian, berat, keamanan, dan performa di cuaca dingin – semuanya sekaligus.

Meski belum sepenuhnya solid-state, teknologi ini dianggap sebagai langkah penting menuju baterai generasi berikutnya yang lebih sempurna. Untuk industri otomotif listrik, ini bisa menjadi game changer yang mempercepat adopsi EV secara global.

China Geser AS dalam Laju Energi Nuklir dengan 10 Reaktor Baru

0

Telset.id – Dalam lompatan besar di sektor energi bersih, China resmi menggeser Amerika Serikat sebagai pemimpin global dalam kapasitas energi nuklir. Dengan tambahan 10 reaktor baru yang disetujui tahun ini, Negeri Tirai Bambu kini mengoperasikan, membangun, atau mengantongi izin untuk 102 reaktor—total kapasitas mencapai 113 juta kilowatt. Sebuah pencapaian yang mengubah peta energi dunia.

China overtakes US in nuclear energy race with 10 new reactors, record capacity

Proyek Mega dan Standar Keamanan Tertinggi

Rapat eksekutif Dewan Negara China yang dipimpin Perdana Menteri Li Qiang pada Minggu (27/4/2025) menyetujui fase III Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Sanmen di Zhejiang. Proyek ini akan menambah kapasitas instalasi hingga 7,5 juta kilowatt—setara dengan kebutuhan listrik 5 juta rumah tangga. “Keamanan absolut adalah prioritas utama,” tegas pernyataan resmi pemerintah, menekankan kepatuhan terhadap standar internasional tertinggi.

Lima proyek baru yang disetujui tersebar di Guangdong, Zhejiang, Shandong, Fujian, dan Guangxi. Sejak 2022, China konsisten menyetujui minimal 10 unit reaktor per tahun, dengan total investasi diperkirakan menembus Rp 400 triliun. Langkah ini sejalan dengan komitmen China mencapai net-zero emission pada 2060.

Dominasi Global dan Kontribusi Iklim

Laporan Asosiasi Energi Nuklir China (CNEA) mengungkapkan, 28 reaktor sedang dibangun (kapasitas 33,65 juta kW), sementara 58 reaktor komersial telah beroperasi (60,96 juta kW). Pada 2024, PLTN China menghasilkan 444,7 miliar kWh listrik—4,72% dari total produksi nasional—sekaligus mengurangi emisi CO2 sebanyak 334 juta ton.

“Pada 2030, kapasitas operasional akan mencapai 110 juta kW. Nuklir menjadi tulang punggung transisi energi,” ujar Yang Changli, Ketua CNEA. Pencapaian ini menempatkan China di atas AS (94 reaktor) dan Prancis (56 reaktor).

Kemandirian Teknologi dan Kolaborasi Internasional

China kini menguasai 100% teknologi peralatan inti PLTN. Tahun lalu, mereka memproduksi 114 set peralatan nuklir domestik—naik dua kali lipat dari 2023. Proyek percontohan Guohe One telah beroperasi, sementara Linglong One ditargetkan rampung pada 2026.

Kerja sama dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dan negara seperti Rusia juga diperkuat. China membuka 12 fasilitas penelitian untuk mitra global, menunjukkan transparansi dalam pengembangan energi nuklir.

Super-Earth exoplanets more common across universe than thought: Study

Dengan percepatan ini, China tak hanya memimpin lomba energi nuklir, tetapi juga memberi solusi konkret bagi krisis iklim. Pertanyaannya kini: akankah AS dan Eropa mampu mengejar ketertinggalan?

Kontrasepsi Pria Revolusioner: Suntikan Reversibel Bertahan 2 Tahun Masuk Uji Coba Fase 2

0

Telset.id – Dunia kontrasepsi pria sedang menuju babak baru. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, sebuah metode kontrasepsi pria yang reversibel dan bertahan hingga dua tahun telah berhasil melewati uji klinis fase 1 dan siap memasuki fase 2. Inovasi ini bisa menjadi solusi jangka panjang yang selama ini dinanti-nantikan.

Reversible male birth control injectable lasts 2 years, moves to phase 2 human trials

Perusahaan bioteknologi Contraline baru saja mengumumkan pencapaian penting dalam pengembangan ADAMâ„¢, sebuah hidrogel injeksi untuk kontrasepsi pria. Teknologi ini bekerja dengan menyumbat vas deferens (saluran sperma) menggunakan bahan yang larut dalam air dan kompatibel dengan tubuh manusia.


Bagaimana Cara Kerjanya?

ADAMâ„¢ dirancang sebagai alternatif vasektomi yang lebih fleksibel. Prosedurnya sederhana: dokter akan menyuntikkan hidrogel khusus ke dalam vas deferens melalui prosedur minimal invasif. Hidrogel ini kemudian akan membentuk penghalang fisik yang mencegah sperma keluar selama ejakulasi.

Yang membedakan ADAMâ„¢ dari vasektomi tradisional adalah sifatnya yang reversibel. Ketika pasien memutuskan ingin memiliki keturunan, hidrogel bisa dilarutkan dengan injeksi khusus, mengembalikan aliran sperma seperti semula.

Hasil Uji Klinis yang Menggembirakan

Dalam uji klinis fase 1 yang melibatkan 25 peserta, dua subjek pertama telah mencapai azoospermia (tidak ada sperma dalam ejakulasi) setelah 24 bulan pemakaian. Sementara 23 peserta lainnya masih dalam masa observasi dengan hasil yang konsisten pada bulan ke-12, 15, 18, dan 21.

Yang lebih penting, tidak ada efek samping serius yang dilaporkan selama uji coba. Efek samping yang muncul sebanding dengan prosedur vasektomi tanpa pisau bedah (no-scalpel vasectomy).

Fatal 15 seconds: US Army Black Hawk pilot missed key command before deadly crash

Tantangan dan Kritik

Meski menjanjikan, beberapa ahli masih meragukan beberapa aspek ADAMâ„¢. Profesor Jon Oatley dari Washington State University menyoroti bahwa belum ada data publik yang membuktikan reversibilitas metode ini sepenuhnya. Selain itu, efek jangka panjang dari penyumbatan vas deferens masih perlu diteliti lebih lanjut.

Oatley juga berpendapat bahwa kebanyakan pria mungkin lebih memilih pil kontrasepsi dibandingkan prosedur invasif, meski durasi kerjanya lebih pendek. Saat ini, Universitas Minnesota sedang mengembangkan pil kontrasepsi pria non-hormonal bernama YCT-529 yang telah berhasil diujicobakan pada tikus.

Menurut survei pasar Contraline, 35% pria di AS lebih memilih metode kontrasepsi dengan durasi 1-2 tahun. Perusahaan memperkirakan ada 17-20 juta pria di AS yang aktif mencari bentuk baru kontrasepsi pria, terutama setelah pembatalan Roe v. Wade yang membatasi akses aborsi.

Dengan persetujuan untuk uji klinis fase 2 di Australia tahun ini, ADAMâ„¢ semakin dekat dengan realisasi sebagai kontrasepsi pria revolusioner pertama di dunia. Jika berhasil, ini akan menjadi terobosan besar dalam kesehatan reproduksi global.

Robot Humanoid ‘Bumblebee’ China Jadi Mekanik Mobil di Uji Nyata

0

Telset.id – Jika Anda mengira robot humanoid masih sebatas konsep futuristik, bersiaplah terkejut. Kepler, perusahaan robotika asal China, baru saja mendemonstrasikan kemampuan robot humanoid terbarunya, “Bumblebee” (K2), dalam uji coba nyata di pabrik otomotif SAIC-GM Shanghai. Robot ini terbukti mampu melakukan berbagai tugas mekanik dengan presisi mengagumkan.

Dalam video yang dirilis Kepler, terlihat bagaimana robot-robot humanoid ini melakukan pemeriksaan kualitas, perakitan komponen, hingga menangani bagian-bagian berat dengan lincah. Ini menandai babak baru dalam integrasi robot humanoid di industri otomotif global. Sebelumnya, BMW juga telah mengintegrasikan robot humanoid Figure di pabriknya di Jerman sebagai bagian dari visi iFACTORY mereka.


Robot Humanoid Bumblebee China melakukan tugas mekanik di pabrik otomotif

Revolusi Robot Humanoid Generasi 5.0

Forerunner K2 yang dijuluki “Bumblebee” ini merupakan penyempurnaan dari model sebelumnya, K1. Robot ini telah mengalami peningkatan signifikan baik dalam perangkat keras maupun lunak. Dengan kapasitas baterai 2,33 kWh, K2 bisa beroperasi hingga 8 jam nonstop. Lengan robotiknya kini memiliki 11 derajat kebebasan per tangan dengan kapasitas angkat mencapai 15 kg (33 pon).

Kepler mengklaim K2 memiliki kemampuan:

  • Navigasi mandiri di lingkungan pabrik yang kompleks
  • Pemrosesan visual real-time untuk inspeksi kualitas
  • Manipulasi presisi komponen otomotif
  • Belajar mandiri melalui imitasi dan reinforcement learning

Aplikasi Luas di Berbagai Industri

Kepler tidak hanya membatasi penggunaan robot humanoidnya di industri otomotif. Perusahaan ini mengklaim Bumblebee dapat diaplikasikan di berbagai sektor:

Dalam bidang pendidikan, robot ini dapat berfungsi sebagai asisten pengajar interaktif. Untuk keamanan, K2 dilengkapi dengan sensor lidar, kamera HD, dan detektor inframerah untuk patroli mandiri. Bahkan dalam lingkungan berbahaya seperti area radiasi atau mudah meledak, robot ini diklaim mampu beroperasi dengan aman.

Pencapaian Kepler dengan Bumblebee ini semakin mengukuhkan dominasi China dalam perlombaan robotika global. Seperti yang kita lihat di Shanghai Auto Show 2025, inovasi robot humanoid dari Negeri Tirai Bambu terus memecahkan batas-batas teknologi.

Dengan integrasi yang semakin matang antara kecerdasan buatan, pembelajaran mesin, dan robotika fisik, era di mana robot humanoid bekerja berdampingan dengan manusia di lingkungan industri tampaknya sudah di depan mata. Pertanyaan sekarang bukan lagi “apakah” tapi “kapan” revolusi ini akan mencapai puncaknya.

Telkomsel dan Pegatron Hadirkan Smart Factory Berbasis 5G di Batam

0

Telset.id – Bayangkan pabrik di mana mesin berbicara satu sama lain, sistem produksi berjalan otomatis, dan efisiensi meningkat berkat konektivitas super cepat. Itulah yang diwujudkan Telkomsel bersama PT Pegaunihan Technology Indonesia, anak perusahaan Pegatron, melalui kolaborasi Smart Factory berbasis 5G di Batam.

Kerja sama ini bukan sekadar proyek biasa. Ini adalah lompatan besar bagi industri manufaktur Indonesia di era Industri 4.0. Dengan dukungan penuh Kementerian Perindustrian RI, Telkomsel menghadirkan solusi 5G Private Network Standalone (SA) yang menjadi tulang punggung transformasi digital di fasilitas produksi canggih tersebut.

5G Sebagai Game Changer Industri Manufaktur

Mengapa 5G begitu krusial? Teknologi ini menawarkan tiga keunggulan utama: kecepatan ultra-tinggi, latensi rendah, dan kapasitas masif. Dalam konteks Smart Factory, ini berarti ribuan sensor IoT dapat terhubung secara real-time, memungkinkan pemantauan dan kontrol produksi yang presisi.

Telkomsel menyediakan 1.200 kartu SIM khusus perangkat IoT yang terintegrasi dengan sistem Smart Manufacturing. Solusi ini memungkinkan Pegatron melakukan predictive maintenance, mengurangi downtime, dan meningkatkan efisiensi hingga 30% dibanding jaringan konvensional.

Dukungan Pemerintah dan Strategi Jangka Panjang

Setia Diarta, Dirjen Industri Logam Kemenperin, menegaskan pentingnya kolaborasi ini: “Sektor manufaktur menyumbang 18,98% PDB nasional. Transformasi digital berbasis 5G adalah kunci daya saing global.” Data Kemenperin menunjukkan investasi manufaktur tumbuh 20,8% year-on-year pada 2024, mencapai Rp721,3 triliun.

Pegatron, dengan jejaknya di 13 negara, menjadikan Batam sebagai pusat manufaktur cerdas di Asia Tenggara. Andy Hsieh, Direktur Pegaunihan Technology Indonesia, menyebut kolaborasi dengan Telkomsel sebagai “fondasi untuk ekosistem industri yang lebih tangguh dan berkelanjutan.”

Wong Soon Nam, Direktur Planning & Transformation Telkomsel, menambahkan: “Ini adalah bukti komitmen kami sebagai penyedia solusi 5G terdepan di Indonesia.” Proyek ini juga sejalan dengan visi pengembangan 5G global yang dipamerkan di MWC 2025.

Dampak Lebih Luas: Lapangan Kerja hingga Rantai Pasok Global

Selain efisiensi produksi, proyek ini menciptakan lapangan kerja berkualitas tinggi. Pegatron berkomitmen pada pelatihan SDM berbasis digital, mempersiapkan tenaga kerja Indonesia untuk industri masa depan.

Deloitte dalam 2025 Manufacturing Industry Outlook menempatkan 5G sebagai teknologi dengan ROI tertinggi. Dengan adopsi yang semakin masif, Indonesia berpotensi menjadi hub manufaktur digital di kawasan Asia Tenggara.

Seperti revolusi di industri smartphone, transformasi manufaktur berbasis 5G akan mengubah wajah industri nasional. Kolaborasi Telkomsel-Pegatron mungkin baru awal dari gelombang disruptif yang lebih besar.

Anker Kuasai Red Dot Awards 2025 dengan 17 Penghargaan Inovatif

0

Telset.id – Jika Anda mengira inovasi pengisian daya sudah mencapai puncaknya, pikirkan lagi. Anker Innovations, raksasa teknologi pengisian daya portabel, baru saja mencatatkan sejarah dengan meraih 17 penghargaan bergengsi di ajang “Red Dot Awards: Product Design 2025”. Prestasi ini semakin mengukuhkan posisi Anker sebagai pemimpin pasar yang tak terbantahkan.

Kemenangan spektakuler ini mencakup berbagai lini produk Anker, termasuk seri pengisian daya flagship mereka dan power bank revolusioner. Yang menarik, penghargaan ini bukan sekadar pengakuan atas desain estetis, melainkan bukti nyata bagaimana Anker terus mendobrak batas teknologi pengisian daya modern.

Desain yang Mengubah Pengalaman Pengguna

Dua produk unggulan yang menyabet penghargaan, Anker Prime Charging Series dan Anker Zolo Power Bank (Retractable Cables), menunjukkan pendekatan holistik Anker dalam merancang produk. Bukan hanya tentang tampilan, tetapi bagaimana teknologi dan desain bersinergi untuk menciptakan pengalaman pengguna yang tak tertandingi.

“Kami tidak sekadar membuat charger, kami menciptakan ekosistem pengisian daya yang intuitif,” tegas Leon Wu, General Manager Anker Innovations untuk Asia Tenggara. Pernyataan ini bukan klaim kosong – fitur seperti pemindaian perangkat otomatis dan tampilan status real-time pada Anker Prime membuktikan komitmen tersebut.

Revolusi GaN: Lebih dari Sekadar Teknologi

Kunci kesuksesan Anker terletak pada pengadopsian teknologi Gallium Nitride (GaN) yang visioner. Berbeda dengan charger konvensional berbasis silikon, teknologi GaN memungkinkan efisiensi energi yang lebih tinggi dalam bentuk faktor yang lebih ringkas. Hasilnya? Charger yang lebih kecil namun lebih bertenaga, dengan disipasi panas yang lebih efisien.

Anker Prime 250W dengan 6 port menjadi bukti nyata keunggulan ini. Bayangkan – satu perangkat kecil mampu mengisi daya hingga enam gadget sekaligus dengan kecepatan optimal. Ini bukan lagi sekadar charger, melainkan pusat kendali energi portabel untuk ekosistem digital modern.

Power Bank yang Menghasilkan Percakapan

Anker Zolo Power Bank (Retractable Cables) membawa konsep power bank ke level baru. Dengan output 165W dan kabel yang bisa ditarik, produk ini menghapus masalah kabel yang kusut sekaligus menyediakan daya cukup untuk berbagai perangkat. Fitur pemantauan suhu bawaan dan bodi tahan api menjadikannya solusi ideal untuk pengguna mobile.

Yang menarik, Anker tidak berhenti pada aspek fungsional. Kehadiran emoji pada tampilan Zolo Power Bank menambahkan sentuhan personalisasi yang jarang ditemui di produk sejenis. Detail kecil ini mencerminkan pemahaman mendalam Anker tentang psikologi pengguna modern.

Prestasi Anker di Red Dot Awards 2025 dan iF Design Awards (dengan tambahan 13 penghargaan) bukan akhir perjalanan. Melalui program “Charge Up, SEA!” yang memadukan teknologi AR dan CGI, Anker terus memperluas interaksi dengan konsumen Asia Tenggara. Inisiatif ini, seperti dijelaskan dalam artikel sebelumnya di Telset.id, menunjukkan bagaimana Anker tidak hanya berinovasi dalam produk, tetapi juga dalam cara berkomunikasi dengan pasar.

Di tengah maraknya isu keamanan baterai seperti yang dialami beberapa pengguna Pixel 7a, komitmen Anker terhadap keamanan dan inovasi menjadi penawar yang tepat. Dengan 17 penghargaan Red Dot sebagai bukti, jelas bahwa masa depan pengisian daya portabel sedang ditulis oleh Anker – satu inovasi sekaligus.

Tokopedia & TikTok Shop Catat Lonjakan Transaksi 90% di Kuartal I 2025

Telset.id – Jika Anda berpikir belanja online sudah mencapai puncaknya, data terbaru dari Tokopedia dan TikTok Shop akan membuat Anda berpikir ulang. Kuartal pertama 2025 mencatat lonjakan transaksi hingga 90% berkat kampanye kolaboratif seperti Beli Lokal, Promo Guncang, dan Ramadan Ekstra Seru. Yang menarik, konten video menjadi kunci utama pertumbuhan ini—dengan live streaming sahur di TikTok Shop bahkan mencatat kenaikan transaksi 24 kali lipat!

#BelanjaAman: Perlindungan Konsumen di Era Konten Video

Melissa Siska Juminto, Presiden Direktur Tokopedia dan TikTok E-commerce, mengungkapkan bahwa lonjakan transaksi ini menunjukkan semakin banyak masyarakat yang berbelanja online setelah menonton konten video dari kreator. “Edukasi soal #BelanjaAman jadi krusial untuk memperkuat perlindungan konsumen,” tegasnya. Kampanye ini fokus pada pengenalan penjual terpercaya, pembacaan ulasan, dan pemanfaatan fitur seperti Power Shop atau Mall.

Tokopedia dan TikTok Shop merespons dengan menggencarkan Creators Lab, program pelatihan bagi kreator untuk merekomendasikan produk secara bertanggung jawab. Misalnya, kreator diajarkan memverifikasi izin BPOM/PIRT untuk produk makanan atau obat—langkah kecil yang berdampak besar pada kredibilitas mereka dan keamanan konsumen.

Kategori Produk Terlaris: Makanan & Fashion Mendominasi

Data Kuartal I 2025 mengungkap tren menarik:

  • Tokopedia: Makanan/Minuman, Otomotif, dan Rumah Tangga.
  • TikTok Shop: Makanan/Minuman, Fashion, serta Kecantikan & Perawatan Tubuh.

Kampanye kolaborasi seperti Beli Lokal dan Ramadan Ekstra Seru turut mendorong penjualan produk lokal. “Brand lokal di kategori Makanan, Fashion, dan Kecantikan patut berbangga,” tambah Melissa. Contohnya, etalase Beli Lokal di Sulawesi Selatan didominasi oleh ketiga kategori tersebut.

Creators Lab: Dari Emak-emak hingga Mahasiswa

Program Creators Lab tidak hanya fokus pada teknik pembuatan konten, tetapi juga memberdayakan kelompok spesifik:

  • Emak-emak Matic: Kolaborasi dengan Kemenekraf RI melatih ribuan ibu rumah tangga menjadi kreator affiliate. Program ini telah berjalan di Bekasi dan Tangerang, dengan rencana ekspansi ke Makassar pada 23 April 2025.
  • Mahasiswa Poltekpar: Kemenpar RI menggandeng Tokopedia dan TikTok Shop untuk melatih mahasiswa pariwisata di Makassar (24/04/2025) sebagai kreator yang mendukung promosi UMKM lokal.

Menurut Teuku Riefky Harsya (Menteri Kemenekraf RI), “Kontribusi e-commerce ke ekonomi kreatif sangat signifikan.” Hal ini sejalan dengan upaya meningkatkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan, yang saat ini hanya 50%—jauh di bawah laki-laki (80%).

Dengan 200 juta pengguna gabungan Tokopedia dan TikTok, serta 2,8 miliar views live streaming selama Ramadan, masa depan e-commerce Indonesia jelas bertumpu pada sinergi antara platform, kreator, dan UMKM. Dan seperti kata Melissa, “Rekomendasi yang tepat akan menentukan kredibilitas kreator.”

Untuk tips lebih lanjut tentang transaksi online yang aman, simak artikel kami tentang strategi DOKU mencapai pertumbuhan transaksi 40% atau cara NICEPay mempermudah transaksi online.

RRQ Kazu Pimpin, 5 Tim Indonesia Bertahan di FFWS SEA 2025 Spring

0

Telset.id – Lima tim Indonesia berhasil melewati Week 1 babak Knockout Stage Free Fire World Series Southeast Asia (FFWS SEA) 2025 Spring dengan hasil beragam. RRQ Kazu menjadi yang terbaik di antara mereka, menduduki posisi keempat klasemen sementara dengan 174 poin. Namun, perjalanan masih panjang untuk tim seperti Bigetron Esports, EVOS Divine, Vesakha Sriwijaya, dan ONIC yang perlu meningkatkan performa di pekan berikutnya.

Matchday 1: Bigetron Esports Curi Booyah dari Dominasi Thailand

Pertandingan pembuka FFWS SEA 2025 Spring pada 26 April 2025 diwarnai dominasi tim Thailand dan Vietnam. Hampir di setiap game, tim Indonesia kesulitan bertahan hingga late game. Namun, Bigetron Esports berhasil mematahkan tren tersebut dengan strategi matang dari Coach Chrisjo. Mereka mencuri Booyah di ronde terakhir, memberikan secercah harapan bagi tim Indonesia lainnya.

Matchday 2: RRQ Kazu Tunjukkan Taring

Di hari kedua, RRQ Kazu tampil sebagai tim paling agresif. Duet RRQ Dutz dan RRQ Maal sukses membawa tim meraih Team of the Day dengan 58 poin eliminasi dan total 103 poin. “Kami masih punya banyak strategi untuk pekan depan,” ujar Coach Adi. Sementara itu, EVOS Divine yang baru pertama kali tampil menunjukkan performa fluktuatif, sempat comeback namun akhirnya tereliminasi lebih awal di dua ronde terakhir.

Matchday 3: Tiga Tim Indonesia Raih Booyah

Pekan pertama ditutup dengan hasil menggembirakan. ONIC, Vesakha Sriwijaya, dan Bigetron Esports berhasil meraih Booyah di Matchday 3. Vesakha, tim debutan, bahkan membuat kejutan dengan pernyataan percaya diri dari VESJ.JOOEEL: “Kami buktikan bahwa kami patut diperhitungkan.” Meski demikian, tantangan dari tim Thailand seperti Buriram United Esports dan Team Falcons masih menjadi momok.

Dengan lima pekan tersisa, semua tim Indonesia masih punya peluang untuk lolos ke Grand Finals. Dukungan fans sangat dibutuhkan, terutama saat pertandingan Week 2 berlangsung pada 1-3 Mei 2025. Jangan lupa saksikan melalui kanal resmi Free Fire Esports ID atau datang langsung ke Studio Sepat72, Jakarta Selatan.

Content image for article: RRQ Kazu Pimpin, 5 Tim Indonesia Bertahan di FFWS SEA 2025 Spring

Untuk penggemar yang ingin mendukung lebih jauh, gunakan kode redeem FF terbaru sebagai bentuk apresiasi. Sementara bagi yang ingin upgrade perangkat gaming, Realme 14 Series bisa menjadi pilihan menarik dengan performa tangguh untuk gaming.

Garmin Vivoactive 6: Smartwatch Wellness dengan Fitur Kesehatan Terdepan

0

Telset.id – Di era di mana kesehatan dan kebugaran menjadi prioritas, Garmin Indonesia meluncurkan jawaban tepat: vívoactive 6. Smartwatch wellness terbaru ini bukan sekadar aksesori, melainkan pelatih pribadi yang memahami tubuh Anda lebih baik dari diri sendiri.

Dengan desain ramping dan layar AMOLED 1200 nits yang memukau, vívoactive 6 hadir sebagai teman setia yang tak pernah lelah. Bayangkan, perangkat seberat 36 gram ini bisa bertahan hingga 11 hari dengan sekali charge. “Kami memahami bahwa kesehatan bukan lagi sekadar tentang latihan fisik,” ujar Sky Chen, Regional Director of Garmin Southeast Asia, dalam peluncuran resminya.

Lebih dari Sekadar Jam Tangan

Vívoactive 6 adalah evolusi dari konsep smartwatch konvensional. Dengan fitur seperti Smart Wake Alarm yang membangunkan Anda di fase tidur tepat, hingga Body Battery™ yang melacak energi tubuh sepanjang hari, perangkat ini benar-benar memahami ritme biologis penggunanya.

Fitur unggulan lainnya termasuk:

  • Sleep Coach dengan analisis kualitas tidur menyeluruh
  • HRV Status untuk memantau respons tubuh terhadap stres
  • Pulse Ox yang melacak saturasi oksigen darah
  • Women’s Health khusus pelacakan siklus menstruasi

Teman Latihan yang Cerdas

Bagi pecinta aktivitas fisik, vívoactive 6 menawarkan pengalaman berbeda. Dengan fitur Mobility Workout terbaru, smartwatch ini membantu meningkatkan rentang gerak persendian. Pelari pun dimanjakan dengan PacePro™ yang memberikan panduan kecepatan cerdas berdasarkan kemiringan lintasan.

Yang menarik, vívoactive 6 juga mendukung pengguna kursi roda dengan Wheelchair Mode khusus. Fitur ini membuktikan komitmen Garmin terhadap inklusivitas dalam dunia kebugaran.

Konektivitas Tanpa Batas

Tak hanya soal kesehatan, vívoactive 6 juga menjaga Anda tetap terhubung. Dengan kemampuan menerima notifikasi langsung dari smartphone, bahkan membalas pesan (untuk pengguna Android), smartwatch ini benar-benar menjadi ekstensi dari gaya hidup digital.

Content image for article: Garmin Vivoactive 6: Smartwatch Wellness dengan Fitur Kesehatan Terdepan

Integrasi dengan Spotify memungkinkan Anda menikmati musik favorit tanpa membawa ponsel. Sementara fitur safety & tracking memberikan rasa aman ekstra dengan kemampuan mengirim lokasi real-time ke kontak darurat.

Bagi yang penasaran dengan performa Garmin di lingkungan ekstrem, Anda bisa membaca pengalaman Garmin fēnix 7 dalam misi luar angkasa.

Vívoactive 6 tersedia dalam empat pilihan warna modern: Black/Slate, Bone/Lunar Gold, Jasper Green, dan Pink Dawn. Dengan harga Rp 5.349.000, smartwatch ini menawarkan nilai tambah yang sulit ditandingi produk sejenis.

Content image for article: Garmin Vivoactive 6: Smartwatch Wellness dengan Fitur Kesehatan Terdepan

Garmin juga memperkenalkan Garmin Connect+, layanan premium dengan fitur Active Intelligence berbasis AI. Layanan ini memberikan wawasan kesehatan yang lebih personal, meski tetap mempertahankan semua fitur dasar Garmin Connect yang bisa dinikmati gratis.

Di tengah persaingan ketat dengan produk seperti Samsung Galaxy Ring atau perangkat wearable lainnya, vívoactive 6 berhasil mencuri perhatian dengan pendekatan holistik terhadap konsep wellness.

Jadi, apakah vívoactive 6 layak menjadi teman setia aktivitas Anda? Jawabannya mungkin terletak pada seberapa dalam Anda ingin memahami tubuh sendiri – karena itulah yang ditawarkan smartwatch canggih ini.

AI Bikin Kita Makin Bodoh? Studi Ungkap Dampak Mengerikan

0

Pernahkah Anda merasa lebih sulit berkonsentrasi setelah bergantung pada ChatGPT untuk menulis email penting? Atau mungkin ingatan Anda mulai berkurang karena terbiasa meminta AI mengingatkan segala hal? Sebuah analisis terbaru mengungkap fakta mengejutkan: kecerdasan buatan mungkin justru membuat kemampuan kognitif manusia menurun.

Kita hidup di era di mana AI menyusup ke setiap aspek kehidupan—dari pekerjaan hingga pendidikan. Namun, menurut analisis The Guardian, ada ironi besar di balik kemudahan yang ditawarkan teknologi ini. Alih-alih membuat kita lebih pintar, ketergantungan pada AI berpotensi mengikis kemampuan berpikir kritis dan daya ingat kita.

Sejumlah penelitian terbaru menunjukkan bahwa semakin banyak tugas intelektual yang kita serahkan pada AI, semakin lemah otak kita bekerja. Fenomena ini mirip dengan atrofi otot—jika tidak digunakan, kemampuan kognitif kita bisa menyusut.

Bukti Ilmiah: AI Melemahkan Kemampuan Kognitif

Getty / Futurism

Sebuah studi dalam jurnal Frontiers in Psychology menemukan bahwa penggunaan AI secara teratur dapat menyebabkan penurunan kapasitas memori dan kemampuan analitis. Yang ironis, penelitian ini sendiri menggunakan ChatGPT untuk “koreksi”—sebuah fakta yang justru memperkuat argumennya.

Michael Gerlich dari Swiss Business School dalam risetnya di jurnal Societies menyoroti hubungan antara penggunaan AI yang intensif dan melemahnya kemampuan berpikir kritis. Ia memberi contoh dunia kesehatan, di mana sistem otomatis meningkatkan efisiensi rumah sakit, tetapi mengurangi peran profesional yang seharusnya melakukan analisis mandiri.

“Menggunakan AI itu seperti berjalan dengan tongkat sepanjang waktu. Lama-lama, otot kaki Anda akan melemah,” kata Gerlich dalam analoginya yang tajam.

Efek “Magic Box”: Ketika AI Jadi Solusi Segala Masalah

Industri AI gencar mempromosikan istilah-istilah seperti “deep learning” dan “kecerdasan umum buatan”, menciptakan kesan bahwa mesin ini bisa menggantikan sepenuhnya proses berpikir manusia. Sebuah survei bahkan menemukan bahwa 25% Gen Z percaya AI sudah memiliki kesadaran.

Namun, para ahli memperingatkan bahwa sikap ini berbahaya. “Sulit untuk tetap kritis terhadap AI—Anda harus disiplin,” ujar Gerlich. “Sangat menggoda untuk menyerahkan seluruh proses analisis pada mesin.”

Fenomena ini semakin nyata di dunia pendidikan. Guru-guru melaporkan bahwa kecurangan menggunakan AI sudah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Seperti yang terjadi dalam kasus perusahaan virtual yang dijalankan AI, teknologi ini sering kali memberikan solusi instan tanpa pemahaman mendalam.

Bukan Hanya AI: Faktor Lain yang Turut Berperan

Getty / Futurism

Meski demikian, The Guardian mengingatkan untuk tidak menyalahkan AI sepenuhnya. Penurunan kecerdasan dasar di negara-negara Barat sudah terjadi sejak 1980-an, bersamaan dengan kebijakan ekonomi neoliberal yang mengurangi pendanaan untuk sekolah umum.

Namun, AI jelas memperburuk tren ini. Seperti dalam penggunaan AI dalam militer, teknologi ini sering kali mengambil alih keputusan yang seharusnya membutuhkan pertimbangan manusia yang matang.

Pertanyaannya sekarang: bagaimana kita bisa memanfaatkan AI tanpa kehilangan kemampuan kognitif yang membuat kita unik sebagai manusia? Jawabannya mungkin terletak pada keseimbangan—menggunakan AI sebagai alat bantu, bukan pengganti sepenuhnya untuk proses berpikir kita.

NASCAR Siap Bertransformasi ke Era Listrik, Begini Potensinya

0

Bayangkan deru mesin bertenaga bensin yang selama ini menjadi ciri khas NASCAR tiba-tiba berganti dengan desiran halus motor listrik. Mungkinkah ajang balap legendaris Amerika ini mengikuti jejak Formula E? Bocoran terbaru dari ABB, perusahaan teknik multinasional, mengindikasikan bahwa masa depan elektrik NASCAR bukan lagi sekadar mimpi.

NASCAR, yang identik dengan budaya otomotif klasik dan film ikonik seperti Talladega Nights, kini mulai membuka diri terhadap inovasi. Prototipe mobil balap listrik hasil kolaborasi dengan Ford, Chevrolet, dan Toyota pertama kali diperkenalkan di Chicago Street Course tahun lalu. Langkah ini bukan hanya tentang kecepatan, tetapi juga komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan.

“Perubahan terjadi dengan cepat di sekitar kita, termasuk dorongan kuat menuju kendaraan listrik,” ungkap John Probst, Wakil Presiden Senior NASCAR, dalam pernyataan resmi. CJ Tobin, insinyur sistem kendaraan NASCAR, menambahkan, “Kami ingin membuktikan bahwa mobil stok listrik bisa menjadi kenyataan di lintasan.”

Teknologi di Balik NASCAR Listrik

Prototipe NASCAR listrik ABB

Prototipe ini dibekali baterai 78 kWh berpendingin cair dan powertrain berdaya hingga 1.000 kW. Fitur regenerative braking memungkinkannya bertahan di sirkuit panjang. Namun, NASCAR belum berencana mengadopsinya sepenuhnya. “Mesin pembakaran internal masih penting bagi kami,” tegas juru bicara NASCAR kepada IEEE Spectrum.

Formula E vs NASCAR: Pertarungan Teknologi

Perbandingan ABB Formula E dan NASCAR listrik

ABB juga memamerkan mobil balap Formula E terbarunya yang mampu melesat di atas 200 mph. Sementara Ford mengembangkan prototipe NASCAR listrik berbasis Mustang Mach-E. Tren ini sejalan dengan perkembangan balap mobil listrik terbang dan inovasi seperti rekor VW di ajang balap AS.

Tantangan dan Masa Depan

Transisi ke listrik bukan tanpa hambatan. Budaya penggemar NASCAR yang melekat dengan suara mesin konvensional menjadi tantangan tersendiri. Namun, seperti Uber yang beradaptasi dengan teknologi otonom, NASCAR mungkin perlu mempertimbangkan evolusi ini untuk tetap relevan di era elektrifikasi.

Apakah NASCAR akan sepenuhnya beralih ke listrik? Jawabannya masih kabur. Tapi satu hal pasti: perubahan sudah dimulai, dan roda inovasi terus berputar.