Beranda blog Halaman 54

China Luncurkan Tianwen-2 untuk Ambil Sampel Asteroid Asal Bulan

0

Telset.id – China meluncurkan misi antariksa ambisius Tianwen-2 pada Rabu (28/5/2025) untuk mengambil sampel asteroid Kamoʻoalewa yang diduga berasal dari Bulan. Misi ini juga akan mengeksplorasi komet hibrida 311P/PANSTARRS pada 2035.

Roket Long March 3B membawa Tianwen-2 meluncur dari Xichang Satellite Launch Center pukul 17:31 UTC. China Aerospace Science and Technology Corporation (CASC) mengonfirmasi keberhasilan peluncuran setelah panel surya pesawat ruang angkasa terbuka dengan sempurna.

Target Sampel Asteroid Bulanan

Tianwen-2 diperkirakan mencapai asteroid Kamoʻoalewa pada pertengahan 2026. Asteroid selebar 40-100 meter ini ditemukan tahun 2016 dan diyakini sebagai pecahan Bulan. Misi akan menggunakan tiga metode pengambilan sampel:

  • Hover sampling (melayang di atas permukaan)
  • Touch-and-go (sentuh dan pergi)
  • Anchored drilling (pengeboran berjangkar)

Sampel akan dikembalikan ke Bumi pada 2027 sebelum pesawat melanjutkan perjalanan ke komet 311P. Sebelumnya, misi serupa seperti Hayabusa2 milik Jepang berhasil mengungkap materi organik di asteroid Ryugu.

Tantangan Teknis Besar

Franco Perez-Lissi, insinyur misi Ramses ESA, menjelaskan kesulitan utama: “Gravitasi asteroid sangat lemah dan tidak teratur. Ini seperti mencoba merapatkan kapal ke gunung yang berputar di ruang angkasa.”

Tianwen-2 membawa 11 instrumen ilmiah termasuk spektrometer, kamera resolusi tinggi, dan radar untuk mempelajari komposisi asteroid dan komet. Penelitian ini dapat memberikan petunjuk baru tentang asal-usul air dan kehidupan di Bumi, seperti temuan pada asteroid berbentuk lubang bola.

Misi ini merupakan bagian dari program eksplorasi China yang lebih besar, termasuk stasiun penelitian bulan internasional dan rencana pengembalian sampel Mars. “Kami berharap dapat menghasilkan penemuan revolusioner,” kata Shan Zhongde dari CNSA melalui Xinhua.

Robot Atlas Boston Dynamics Kini Punya Penglihatan Super dan Pelacakan Objek Hampir Sempurna

0

Telset.id – Boston Dynamics baru saja mengumumkan peningkatan besar-besaran pada robot humanoid Atlas. Robot ini kini dilengkapi dengan sistem penglihatan super dan kemampuan pelacakan objek yang hampir sempurna, memungkinkannya melakukan tugas kompleks di lingkungan industri secara mandiri.

Perusahaan menjelaskan bahwa upgrade ini fokus pada sistem persepsi Atlas, yang menjadi kunci untuk otonomi di dunia nyata. Robot harus bisa berinteraksi dengan berbagai objek, mulai dari yang mengilap, gelap, hingga yang tertata rapat. Untuk itu, sistem visi Atlas kini menggabungkan kesadaran 2D dan 3D, pelacakan pose objek, serta kalibrasi ketat antara apa yang dilihat dan dilakukan.

Deteksi 2D dan 3D untuk Pemahaman Lingkungan

Atlas memulai dengan memindai sekitarnya menggunakan sistem deteksi objek 2D. Sistem ini mengidentifikasi objek relevan dan bahaya, memberikan kotak pembatas dan titik kunci pada setiap item. Di lingkungan pabrik, Atlas sering berinteraksi dengan rak penyimpanan berbagai bentuk dan ukuran. Rak dianalisis menggunakan titik kunci luar dan dalam, memungkinkan Atlas melokalisasi slot individu dengan presisi.

Untuk memanipulasi bagian dalam rak, Atlas memperkirakan posisinya relatif terhadap objek menggunakan modul lokalisasi 3D. Modul ini menyelaraskan titik kunci yang diamati dengan model yang tersimpan dan mengintegrasikan data gerak untuk mempertahankan akurasi. Kombinasi titik kunci luar dan dalam menghasilkan estimasi pose rak dan slotnya yang lebih andal.

Pelacakan Objek dan Koordinasi Presisi

Setelah mengambil suatu bagian, Atlas harus melacaknya dalam ruang. Sistem SuperTracker robot menggabungkan data kinematik, visual, dan gaya, memungkinkan Atlas mengetahui jika objek tergelincir atau bergerak keluar pandangan. Estimasi pose menggunakan data pelatihan sintetis dan mencocokkan gambar nyata dengan render CAD.

Untuk gerakan halus, Atlas bergantung pada kalibrasi yang sangat presisi. Model internal anggota tubuhnya harus selaras sempurna dengan umpan kameranya. Kalibrasi kamera dan gerakan mengkompensasi keausan, perubahan suhu, dan variasi manufaktur, memastikan Atlas tidak hanya melihat lingkungannya dengan jelas tetapi juga bertindak secara andal.

Boston Dynamics menyatakan ini baru permulaan. Langkah selanjutnya adalah membangun model fondasi terpadu, di mana melihat dan melakukan bukan tugas terpisah melainkan bagian dari proses yang sama. Upgrade ini semakin memperkuat posisi Atlas sebagai salah satu robot humanoid paling canggih di dunia.

Sebelumnya, Atlas telah menunjukkan berbagai kemampuan, mulai dari berlari di luar ruangan hingga melakukan parkour. Dengan tambahan sistem persepsi mutakhir ini, robot ini semakin siap untuk aplikasi industri nyata. Baca juga bagaimana Atlas menguasai gerakan parkour yang rumit.

Teknologi Militer Israel Bisa Hack dan Kendalikan Drone Musuh

0

Telset.id – Teknologi militer terbaru dari Israel mampu meretas dan mengambil alih kendali drone musuh. Sistem bernama EnforceAir ini dikembangkan oleh perusahaan Israel, D-Fend Solutions, sebagai solusi anti-drone yang revolusioner.

Menurut Jeffrey Starr, Chief Marketing Officer D-Fend Solutions, sistem ini bekerja dengan mendeteksi keberadaan drone asing di wilayah udara yang dilindungi. “Kami mendeteksi drone, mengambil kendali, dan mendaratkannya,” ujar Starr seperti dilaporkan AP News.

Cara Kerja EnforceAir

EnforceAir menggunakan teknologi radio-frequency (RF) cyber takeover untuk mengidentifikasi dan menetralisir ancaman drone. Sistem ini dapat dipasang pada tripod, kendaraan, atau bahkan dibawa dalam ransel. Dalam mode otonom atau manual, EnforceAir mampu:

  • Mendeteksi drone yang memasuki wilayah terlarang
  • Melacak dan mengidentifikasi drone tersebut
  • Mengambil alih kendali dan mendaratkannya di zona aman

Teknologi ini telah diuji di lapangan atletik kosong di Washington. Dalam demonstrasi tersebut, EnforceAir berhasil membajak drone yang dikendalikan oleh teknisi D-Fend saat memasuki area yang diawasi.

Varian Terbaru untuk Operasi Maritim

D-Fend Solutions juga meluncurkan EnforceAir2 Maritime, versi yang dirancang khusus untuk lingkungan laut. Sistem ini memiliki:

  • Jangkauan deteksi hingga 4,5 km
  • Antena ultra-wide-band untuk cakupan 360°
  • Desain tahan cuaca ekstrem

Menurut perusahaan, teknologi ini tidak mengganggu sistem komunikasi dan navigasi yang ada, sehingga operasi dapat terus berjalan lancar sementara ancaman drone dinetralisir.

Seperti yang diungkapkan dalam artikel Mengenal Teknologi Enkripsi di Dunia Militer, penguasaan teknologi komunikasi menjadi kunci dalam peperangan modern.

Keunggulan utama EnforceAir adalah kemampuannya mendaratkan drone musuh secara utuh, memungkinkan pihak berwenang memeriksa perangkat tersebut untuk keperluan investigasi keamanan nasional atau mengembalikannya kepada pemilik jika itu hanya kesalahan pilot drone hobi.

Trump Perintahkan Perusahaan AS Hentikan Penjualan Software Chip ke China

0

Telset.id – Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali memperketat perang teknologi dengan China. Melalui Biro Industri dan Keamanan (BIS), pemerintah AS memerintahkan perusahaan-perusahaan software desain chip terkemuka seperti Synopsys, Cadence Design Systems, dan Siemens EDA untuk menghentikan penjualan produk mereka ke China.

Langkah ini merupakan bagian dari upaya Washington untuk membatasi akses China terhadap teknologi kunci dalam pengembangan chip generasi terbaru, termasuk untuk kecerdasan buatan (AI). Larangan ini dikeluarkan meskipun AS dan China baru saja menyepakati gencatan tarif selama 90 hari dalam perundingan di Jenewa.

Seorang pejabat Departemen Perdagangan AS menyatakan bahwa pemerintah sedang “meninjau ekspor yang memiliki signifikansi strategis ke China.” Dalam beberapa kasus, AS telah “menangguhkan lisensi ekspor yang ada atau memberlakukan persyaratan lisensi tambahan selama tinjauan berlangsung.”

Dampak Ekonomi dan Pasar

China merupakan pasar penting bagi perusahaan-perusahaan software desain chip AS. Synopsys mencatat pendapatan sekitar $1 miliar dari China pada tahun fiskal 2024, atau sekitar 16% dari total pendapatannya. Sementara itu, Cadence memperoleh sekitar 12% pendapatannya dari wilayah tersebut.

Pengumuman ini langsung berdampak pada pasar saham. Saham Synopsys turun 9,6%, sementara Cadence merosot 10,7%. Analis memperingatkan bahwa langkah ini bisa memicu ketegangan baru dalam gencatan tarif antara AS dan China.

Konteks Perang Teknologi

Ini bukan pertama kalinya AS membatasi ekspor teknologi chip ke China. Pada 2022, pemerintahan Biden telah membatasi penjualan software EDA paling canggih ke China. Namun, perusahaan-perusahaan masih bisa memasok produk dengan tingkat teknologi yang lebih rendah.

Langkah terbaru ini tampaknya lebih ketat, berpotensi memutus semua akses China terhadap software desain chip AS. Sebelumnya, AS juga telah memasukkan beberapa perusahaan chip China dalam daftar hitam dan membatasi ekspor peralatan chip canggih.

Christopher Johnson, mantan analis CIA untuk China, mengatakan bahwa langkah ini menunjukkan betapa rapuh gencatan tarif antara kedua negara. “Risiko gencatan ini bisa runtuh bahkan dalam masa jeda 90 hari selalu ada,” ujarnya kepada Financial Times.

AS dan China terus bersaing dalam penguasaan teknologi kritis. Seperti dilaporkan sebelumnya di Telset.id, China juga berupaya mengembangkan kapasitas komputasi AI-nya dengan menggunakan chip Nvidia.

Perang teknologi ini juga memicu klaim dari China bahwa chip buatan AS berbahaya, seperti dilaporkan dalam artikel Telset.id sebelumnya.

Robot Terapi Harus Tiru Emosi Manusia Seperti Kuda, Kata Studi

0

Telset.id – Robot terapi di masa depan harus mampu memberikan respons emosional yang autentik, tidak hanya sekadar patuh terhadap perintah. Hal ini diusulkan oleh para peneliti dari University of Bristol berdasarkan studi terbaru mereka.

Penelitian ini terinspirasi dari terapi berbasis kuda (Equine-Assisted Interventions/EAIs) yang telah terbukti efektif membantu orang dengan PTSD, trauma, dan autisme. Kuda dalam terapi ini berperan sebagai cermin emosi, merespons bahasa tubuh dan energi manusia alih-alih perintah verbal.

“Sebagian besar robot sosial saat ini dirancang untuk patuh dan dapat diprediksi, mengikuti perintah dan memprioritaskan kenyamanan pengguna,” jelas Ellen Weir, penulis utama studi dari Fakultas Sains dan Teknik Universitas Bristol.

Tim peneliti menyarankan robot terapi seharusnya menunjukkan tingkat otonomi dan resistensi tertentu, hanya merespons positif ketika pengguna menunjukkan ketenangan dan kejelasan emosional – persis seperti yang dilakukan kuda dalam terapi.

Pendekatan ini diharapkan dapat menggeser fokus robot terapi dari desain berbasis kenyamanan menjadi interaksi berbasis ko-regulasi, mendorong pertumbuhan emosional yang lebih dalam daripada sekadar meredakan tekanan.

Meskipun EAIs menawarkan manfaat yang terbukti, terapi ini membutuhkan hewan terlatih, fasilitator ahli, dan sumber daya yang signifikan, sehingga tidak terjangkau bagi banyak orang. Alternatif robotik yang meniru umpan balik emosional dua arah ini dapat membuka pintu baru untuk pemulihan trauma, dukungan autisme, dan perawatan kesehatan mental dalam skala besar.

“Tantangan berikutnya adalah merancang robot yang dapat menafsirkan emosi manusia dan merespons secara dinamis – seperti yang dilakukan kuda. Ini membutuhkan kemajuan dalam penginderaan emosional, dinamika gerakan, dan pembelajaran mesin,” kata Weir.

Studi ini juga mempertimbangkan implikasi etis dari menggantikan hewan hidup dengan mesin. Pertanyaan seperti apakah robot dapat menawarkan nilai terapi yang sama dengan kuda hidup, dan bagaimana memastikan interaksi ini tetap etis, efektif, dan autentik secara emosional menjadi pokok bahasan penting.

Temuan ini akan dipresentasikan pada Konferensi CHI 2025 tentang Faktor Manusia dalam Sistem Komputasi. Penelitian ini membuka jalan bagi pengembangan robot terapi generasi berikutnya yang lebih canggih dalam memahami dan merespons emosi manusia.

Perkembangan robot terapi ini sejalan dengan inovasi teknologi kesehatan lainnya seperti nanorobot untuk pengobatan tumor dan pemanfaatan AI dalam berbagai bidang.

OpenAI dan Jony Ive Kembangkan Perangkat AI Mirip iPod Shuffle

0

Telset.id – OpenAI dan desainer legendaris Apple, Jony Ive, dikabarkan sedang mengembangkan perangkat AI yang bentuknya mirip dengan iPod Shuffle. Perangkat ini dirancang untuk dikalungkan di leher seperti kalung, menurut analis supply chain ternama Ming-Chi Kuo.

Dalam postingan di X, Kuo mengungkapkan bahwa prototipe awal perangkat ini sedikit lebih besar dari AI Pin buatan Humane, dengan desain yang ringkas dan elegan seperti iPod Shuffle. “Spesifikasi dan desain mungkin berubah sebelum produksi massal,” tulis Kuo.

Perangkat ini tidak akan memiliki layar, tetapi dilengkapi kamera dan mikrofon untuk mendeteksi lingkungan sekitar. Fitur ini sejalan dengan pernyataan CEO OpenAI Sam Altman yang mengatakan perangkat akan “sepenuhnya sadar” akan sekitarnya.

Kuo menambahkan bahwa salah satu alasan OpenAI mengumumkan kolaborasi ini adalah untuk mengalihkan perhatian pasar dari konferensi I/O Google baru-baru ini. “Ekosistem dan integrasi AI Google yang ditampilkan di I/O menjadi tantangan yang sulit diatasi OpenAI saat ini,” tulis analis tersebut.

Perangkat ini merupakan bagian dari tren “AI fisik” yang digambarkan Kuo sebagai “AI yang terintegrasi dengan dunia nyata”. Meski kesuksesan kolaborasi OpenAI dan Ive masih belum pasti, Kuo menilai proyek ini jelas mengikuti tren tersebut.

OpenAI baru-baru ini mengakuisisi io, perusahaan hardware milik Jony Ive. Langkah ini menunjukkan keseriusan OpenAI dalam memasuki pasar perangkat keras. Sebelumnya, Altman juga pernah memuji Apple Vision Pro sebagai “perangkat yang mengesankan”.

Perkembangan terbaru ini terjadi di tengah berbagai tantangan yang dihadapi OpenAI, termasuk masalah publik dengan ChatGPT dan tanda-tanda perubahan kepemimpinan setelah Altman menciptakan posisi “CEO” baru yang akan melapor langsung kepadanya.

Kuo mengutip pernyataan pionir pemrograman Alan Kay bahwa “orang yang serius dengan perangkat lunak harus membuat perangkat kerasnya sendiri”. Langkah OpenAI ini memang signifikan, meski bentuk perangkat yang menyerupai iPod Shuffle belum terlihat inovatif.

Sebagai informasi, Humane AI Pin yang menjadi pembanding perangkat OpenAI ini sebelumnya gagal di pasaran. Banyak pengguna mengembalikan perangkat senilai $700 tersebut, menyebabkan perusahaan mengalami kerugian besar.

Aurora Innovation Uji Truk Otonom Tanpa Pengemudi di AS

0

Telset.id – Aurora Innovation menjadi perusahaan pertama yang mengoperasikan truk semi otonom sepenuhnya tanpa pengemudi di jalan raya Amerika Serikat. Perusahaan ini melakukan pengiriman resmi pertama dengan truk seberat 25.000 pon melintasi Interstate 45 di Texas tanpa seorang pun di kursi pengemudi.

Menurut CEO Aurora Chris Urmson, tidak ada pengawasan manusia selama operasi tersebut. “Saya mungkin berada di truk, tapi saya hanya penumpang,” tulis Urmson dalam blognya. Ia mengaku menghabiskan waktu dengan menonton YouTube dan menulis blog selama perjalanan.

Dua truk otonom Aurora telah menempuh lebih dari 1.200 mil tanpa pengemudi untuk pengiriman nyata di I-45. Perusahaan berencana memperluas armadanya menjadi 20 truk besar pada akhir tahun ini, seperti dilaporkan The New York Times.

Truk Aurora memiliki otonomi Level 4 pada skala SAE, yang berarti dapat mengemudi sepenuhnya dalam kondisi terbatas tanpa memerlukan campur tangan manusia. Sebagai perbandingan, fitur mengemudi otonom Tesla termasuk Level 2, sementara robotaksi Waymo termasuk Level 4.

Namun, tiga minggu setelah peluncuran, Aurora mengumumkan akan mengembalikan pengawas manusia ke kursi pengemudi. Keputusan ini dibuat atas permintaan Paccar, produsen truk Peterbilt yang digunakan Aurora. Urmson menjelaskan perubahan ini terkait “bagian prototipe tertentu dalam platform kendaraan dasar” tanpa rincian lebih lanjut.

Axios melaporkan adanya ketidaksepakatan antara Aurora dan Paccar mengenai waktu operasi tanpa pengemudi. Beberapa foto peluncuran Aurora bahkan menghilangkan logo Peterbilt.

Para pengemudi truk menyuarakan kekhawatiran tentang keselamatan truk otonom Aurora. “Ini berpotensi bencana dari perspektif keselamatan,” kata John Samuelsen dari Transport Workers Union of America kepada NYT.

Pengemudi truk berpengalaman Angela Griffin mengungkapkan kekhawatirannya: “Pikiran pertama saya: Ini menakutkan.” Ia khawatir truk otonom tidak bisa menangani lalu lintas yang kacau dan kondisi cuaca buruk.

Armada Aurora memang dirancang hanya beroperasi pada siang hari dengan cuaca cerah. Pengawas manusia diperlukan untuk mengambil alih jika kondisi menjadi basah. Philip Koopman, profesor teknik di Carnegie Mellon, memuji keseriusan Aurora tentang keselamatan tetapi menekankan kurangnya regulasi pemerintah.

Seperti dilaporkan sebelumnya di Telset.id, perkembangan teknologi kendaraan otonom terus mengalami pasang surut. Beberapa perusahaan seperti Uber telah menghentikan program truk otonom mereka, sementara yang lain seperti Swedia justru memulai uji coba baru.

Koopman menambahkan, “Teknologi ini sangat baik untuk hal-hal yang telah dipraktikkannya, dan sangat buruk untuk hal-hal yang belum pernah dilihatnya. Dari sudut pandang keselamatan, tidak ada yang tahu bagaimana hasilnya.”

Starfish Neuroscience Siap Luncurkan Chip Otak Pertama Tahun Ini

Telset.id – Starfish Neuroscience, startup milik pendiri Valve Gabe Newell, mengumumkan rencana peluncuran chip antarmuka otak-komputer (BCI) pertamanya pada akhir 2025. Ini menjadi langkah penting dalam pengembangan teknologi yang bisa membantu penderita gangguan neurologis seperti Parkinson.

Dalam postingan blog pertamanya, insinyur Starfish Nate Cermak menyatakan chip pertama mereka akan tiba pada akhir tahun depan. “Kami mencari kolaborator yang tertarik mengeksplorasi potensi teknologi ini,” tulis Cermak, seperti dikutip Telset.id.

Berbeda dengan BCI lain seperti Neuralink milik Elon Musk, chip Starfish dirancang untuk menargetkan beberapa area otak sekaligus. Pendekatan ini didasarkan pada penelitian terbaru yang menunjukkan gangguan neurologis sering melibatkan interaksi antar wilayah otak.

Chip Starfish memiliki ukuran sangat kecil (2×4 mm) dengan konsumsi daya hanya 1,1 miliwatt. Dibandingkan Neuralink yang memiliki 1.024 elektroda, chip ini hanya memiliki 32 elektroda namun dirancang untuk meminimalkan risiko implan bedah.

“Antarmuka yang ada saat ini terlalu besar dan sulit diparalelkan,” jelas Starfish dalam blog mereka. Chip mereka dikembangkan bersama IMEC, perusahaan R&D internasional, dan tidak memerlukan baterai karena menggunakan transmisi daya nirkabel.

Meski masih tahap awal, pengumuman ini menandai babak baru dalam persaingan teknologi BCI. Starfish masih harus menempuh jalan panjang untuk mengejar pesaing seperti Neuralink yang sudah melakukan implan pada manusia.

AI Mengancam Pekerjaan Entry-Level, Gen Z Paling Terdampak

0

Telset.id – Teknologi kecerdasan buatan (AI) mulai menggerus lapangan pekerjaan entry-level, dengan generasi Z sebagai kelompok yang paling terdampak. Laporan terbaru dari Oxford Economics Group mengungkapkan, tingkat pengangguran di kalangan lulusan baru perguruan tinggi di AS meningkat, menandakan pergeseran besar dalam pasar tenaga kerja.

Data menunjukkan, pekerjaan di industri STEM seperti ilmu komputer turun 8 persen sejak 2022. “Tingkat pengangguran lulusan baru dan berpengalaman selalu lebih rendah dari rata-rata nasional, hingga sekarang,” bunyi laporan tersebut. Fenomena ini mengindikasikan bahwa posisi entry-level semakin sulit ditemukan.

Aneesh Raman, eksekutif LinkedIn, dalam sebuah op-ed menyoroti dampak AI terhadap pasar kerja pemula. “Anak tangga paling bawah dalam karier yang pertama kali patah,” ujarnya. Ia mencontohkan industri teknologi, di mana tugas coding dan debugging dasar—yang dulu menjadi batu loncatan bagi insinyur perangkat lunak junior—kini banyak diotomatisasi oleh AI.

Dampak di Berbagai Industri

Gangguan serupa terjadi di sektor hukum, di mana pekerjaan administratif tingkat awal mulai diambil alih AI. Di industri ritel, chatbot AI menggantikan peran layanan pelanggan, meski seringkali menimbulkan keluhan.

Raman memperingatkan, hilangnya peran entry-level akan memperlebar kesenjangan bagi mereka yang tidak memiliki jaringan elit atau latar belakang istimewa. “Ketika pekerjaan manufaktur menghilang di jantung Amerika, dampaknya bukan hanya kehilangan pendapatan, tetapi juga gejolak sosial dan politik,” tulisnya.

Survei LinkedIn terhadap 3.000 eksekutif perusahaan mengungkap, 63 persen setuju bahwa AI akan mengambil alih tugas-tugas rutin yang biasanya dikerjakan staf junior. Namun, banyak laporan awal menunjukkan kemampuan AI sebenarnya masih jauh dari narasi dominasi pasar kerja.

Para peneliti dan organisasi buruh memperingatkan, kelompok paling rentan—termasuk pekerja minoritas, imigran, dan lansia—akan merasakan dampak pertama ketika “revolusi AI” terus berlanjut. Seperti yang terjadi pada whistleblower OpenAI, tekanan di industri teknologi semakin nyata.

Sementara itu, perkembangan AI terus berlanjut dengan perusahaan seperti OpenAI yang fokus pada AGI, menimbulkan pertanyaan baru tentang masa depan tenaga kerja global.

ChatGPT Jadi Tempat Curhat Wanita Soal Standar Kecantikan

0

Telset.id – ChatGPT kini tidak hanya digunakan untuk membantu pekerjaan atau mencari informasi, tetapi juga menjadi tempat curhat bagi wanita yang ingin meningkatkan penampilan mereka. Menurut laporan Washington Post, banyak wanita yang meminta saran dari chatbot OpenAI ini tentang cara terlihat lebih menarik.

Beberapa wanita berusia awal 30-an mengaku mendapatkan pengalaman positif saat meminta ChatGPT mengevaluasi penampilan mereka. Salah satunya adalah Ania Rucisnki, seorang wanita asal Australia berusia 32 tahun. Ia mengunggah fotonya ke ChatGPT dan bertanya bagaimana cara terlihat lebih baik.

“Orang-orang cenderung membawa bias mereka sendiri saat menanggapi pertanyaan seperti ini,” kata Rucisnki. “ChatGPT memberikan tingkat objektivitas yang sulit didapatkan dalam kehidupan nyata.” Namun, klaim ini tidak sepenuhnya benar. Meskipun OpenAI berusaha mengurangi bias dalam chatbot mereka, AI tetap memiliki keterbatasan dalam memberikan penilaian yang benar-benar netral.

Kasus serupa dialami oleh Kayla Drew, juga berusia 32 tahun. Ia meminta ChatGPT memberikan saran tentang kulit, rambut, pakaian, dan riasan. Hasilnya, ia menghabiskan sekitar $200 untuk membeli produk yang direkomendasikan oleh AI tersebut.

Meskipun OpenAI belum menghasilkan uang dari rekomendasi produk dalam percakapan ChatGPT, perusahaan ini sedang mengeksplorasi pendapatan iklan sebagai sumber pemasukan di masa depan. Beberapa platform lain, seperti Perplexity, bahkan sudah mulai memonetisasi iklan dalam chatbot mereka.

Emily Pfeiffer, analis bisnis dari Forrester, menjelaskan bahwa AI sering kali hanya mengulang informasi yang ditemukan di internet. “Banyak konten online dirancang untuk membuat orang merasa tidak percaya diri dan membeli lebih banyak produk,” ujarnya.

Fenomena ini juga berkaitan dengan tren kecantikan yang terus berubah, seperti yang pernah terjadi dengan TikTok “Chubby Filter”. Standar kecantikan yang tidak realistis sering kali memengaruhi kesehatan mental, seperti yang diungkap dalam penelitian tentang dampak smartphone pada kesehatan mental.

Meskipun ChatGPT bisa memberikan saran yang terdengar objektif, penting untuk diingat bahwa AI tidak sepenuhnya bebas dari bias. Pengguna harus tetap kritis terhadap rekomendasi yang diberikan oleh teknologi ini.

Oppo A5m Bocor di Polandia: Spesifikasi dan Harga yang Mengejutkan

0

Pernahkah Anda membayangkan membeli smartphone dengan baterai 6.000 mAh dan RAM 8GB di bawah Rp4 juta? Bocoran terbaru dari Polandia mengindikasikan Oppo sedang mempersiapkan kejutan menarik. A5m, anggota baru keluarga A5, tiba-tiba muncul di daftar produk retailer Polandia sebelum peluncuran resmi—mengungkap spesifikasi yang membuat banyak orang penasaran.

Fenomena bocoran retailer bukan hal baru di industri smartphone. Namun, kasus Oppo A5m ini istimewa karena mengungkap hampir seluruh spesifikasi teknis dan harga pasar. Menariknya, model ini tampaknya merupakan varian rebrand dari Oppo A5 4G yang baru diluncurkan, menunjukkan strategi pemasaran regional yang cerdik dari Oppo.

Lalu, apa saja yang berhasil diendus oleh retailer Polandia ini? Mari kita selami lebih dalam spesifikasi dan positioning produk yang bisa menjadi game changer di segmen entry-level ini.

Spesifikasi Lengkap yang Terbongkar

Menurut listing retailer Polandia, Oppo A5m akan dibanderol seharga 899 złoty (sekitar Rp3,7 juta). Untuk harga segitu, Anda mendapatkan:

  • Layar LCD 6,67 inci dengan resolusi 720×1604 piksel dan refresh rate 90Hz
  • Chipset Snapdragon 6s Gen 1
  • RAM 8GB dan penyimpanan internal 256GB
  • Kamera utama 50MP didampingi sensor 2MP dekoratif
  • Kamera selfie 5MP
  • Baterai raksasa 6.000 mAh

Oppo A5m retailer listing reveals its specs and price ahead of time

Yang menarik, ponsel ini sudah mengusung Android 15 out-of-the-box dilengkapi Oppo AI. Fitur tambahan termasuk jack audio 3,5mm, sensor sidik jari samping, dan sertifikasi IP65 untuk ketahanan terhadap debu dan percikan air.

Rebranding Strategis untuk Pasar Tertentu

Analisis lebih dalam mengungkap fakta menarik: spesifikasi A5m identik dengan Oppo A5 4G yang baru dirilis. Ini menunjukkan Oppo mungkin sedang melakukan strategi rebranding untuk menyesuaikan dengan preferensi pasar tertentu.

Oppo A5m retailer listing reveals its specs and price ahead of time

Dimensi dan beratnya pun sama persis: 165.71 x 76.24 x 7.99 mm dengan bobot 193 gram. Pola rebranding seperti ini sebenarnya lumrah dalam industri smartphone, terutama untuk membedakan positioning produk di berbagai region.

Pertanyaan besarnya: akankah Oppo membawa varian ini ke pasar Asia? Jika iya, dengan harga berapa? Mengingat positioning A5 4G di pasar global, A5m mungkin akan menjadi alternatif menarik bagi konsumen yang mencari performa memadai dengan harga terjangkau.

Dengan baterai besar dan chipset yang cukup tangguh, Oppo A5m berpotensi menjadi primadona baru di segmen entry-level. Apalagi dengan kehadiran Android 15 dan fitur AI yang semakin canggih, ponsel ini bisa menjadi pilihan menarik bagi pengguna yang ingin upgrade tanpa merogoh kocek terlalu dalam.

Samsung Galaxy A05s Resmi Dapat One UI 7, Ini Fitur dan Cara Update

0

Pernahkah Anda merasa smartphone Anda mulai tertinggal karena belum mendapat update sistem terbaru? Kabar baik datang bagi pemilik Samsung Galaxy A05s. Setelah sukses meluncurkan One UI 7 berbasis Android 15 untuk Galaxy A15, Samsung kini memperluas jangkauan update ini ke Galaxy A05s—smartphone entry-level yang dirilis September 2023 dengan Android 13.

Update ini bukan sekadar perubahan kosmetik. Dengan firmware versi A057FXXU9DYE5 dan membawa patch keamanan Mei 2025, One UI 7 menjanjikan pengalaman lebih mulus dan aman. Yang menarik, update berukuran 2.6GB ini sudah mulai digulirkan di Vietnam dan Thailand, dengan rencana ekspansi ke wilayah lain dalam waktu dekat.

Lalu, apa saja yang baru di One UI 7 untuk Galaxy A05s? Dan bagaimana cara mendapatkannya jika Anda termasuk pengguna setia seri ini? Mari kita kupas tuntas.

One UI 7 Resmi Hadir untuk Galaxy A05s

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Samsung menghadirkan One UI 7 untuk Galaxy A05s. Update ini menjadi angin segar bagi pengguna yang ingin merasakan fitur terbaru Android 15 tanpa harus mengganti perangkat. Galaxy A05s yang awalnya hadir dengan Android 13 kini bisa melompat langsung ke Android 15.

Samsung Galaxy A05s receiving One UI 7 stable update

Menariknya, meski termasuk smartphone entry-level, Samsung tetap memberikan perhatian serius pada A05s dengan menghadirkan update besar ini. Ini membuktikan komitmen Samsung dalam memberikan dukungan jangka panjang, bahkan untuk perangkat kelas menengah ke bawah.

Cek dan Unduh One UI 7 di Galaxy A05s

Bagi Anda yang berada di Vietnam atau Thailand, update mungkin sudah tersedia. Untuk mengeceknya, buka Settings > Software update dan tap Download and install. Jika belum muncul, jangan khawatir—update biasanya digulirkan bertahap.

Dengan ukuran 2.6GB, pastikan Anda terhubung ke WiFi stabil dan memiliki ruang penyimpanan cukup. Proses update memakan waktu sekitar 20-30 menit tergantung kecepatan internet. Jangan lupa backup data penting sebelum memulai.

Bagi yang penasaran dengan fitur baru One UI 7, Anda bisa mempelajari lebih lanjut di panduan screenshot panjang yang kini lebih mudah di One UI 7.

Apa Saja yang Baru di One UI 7?

One UI 7 membawa berbagai penyempurnaan, mulai dari antarmuka yang lebih halus hingga fitur produktivitas baru. Beberapa highlight-nya termasuk:

  • Desain ikon dan animasi yang lebih segar
  • Mode Pemeliharaan Baterai yang lebih cerdas
  • Peningkatan privasi dengan kontrol izin aplikasi lebih ketat
  • Integrasi AI untuk pengalaman pengguna lebih personal

Dengan update ini, Galaxy A05s yang sebelumnya “hanya” smartphone biasa kini memiliki nilai tambah kompetitif. Tertarik mencoba? Segera cek update di perangkat Anda!