Beranda blog Halaman 53

Lenovo Legion Y700 (2025): Tablet Gaming Elite dengan Snapdragon 8

Telset.id – Jika Anda mengira tablet gaming masih kalah pamor dibanding konsol atau PC, siap-siap terkejut. Lenovo baru saja mengumumkan Legion Y700 (2025), tablet gaming yang dibekali hardware kelas flagship dan fitur khusus untuk para gamer. Dengan chipset Snapdragon 8 Elite dan layar 165Hz, perangkat ini siap menantang dominasi Nintendo Switch atau Steam Deck.

Lenovo tidak main-main dengan spesifikasi Legion Y700 generasi terbaru ini. Tablet 8,8 inci ini mengusung layar LCD 3K dengan refresh rate 165Hz, cakupan warna 98% DCI-P3, dan kecerahan hingga 600 nits. Kombinasi ini menjanjikan visual yang mulus dan detail, cocok untuk game AAA mobile seperti Genshin Impact atau Call of Duty: Mobile.

Lenovo Legion Y700 (2025) dengan desain gaming premium

Ditenagai Snapdragon 8 Elite, Performa Tanpa Kompromi

Di balik layarnya, Lenovo membenamkan Snapdragon 8 Elite – chipset terbaru Qualcomm yang juga digunakan di Galaxy S25 Ultra dan OnePlus 13. Prosesor ini dipadukan dengan RAM LPDDR4X Ultra hingga 16GB dan penyimpanan internal 512GB yang bisa diperluas via microSD hingga 2TB. Performanya diprediksi mampu bersaing dengan perangkat gaming khusus seperti Legion Y90 yang pernah dirilis sebelumnya.

Untuk mendukung sesi gaming marathon, Lenovo menyertakan baterai 7600mAh dengan fast charging 68W. Fitur seperti WiFi 7 dan Bluetooth 5.4 juga hadir untuk konektivitas tanpa lag. Yang menarik, pengguna bisa membeli kontroler G9 terpisah seharga 499 Yuan (sekitar Rp7,6 juta) untuk mengubah Y700 menjadi handheld console layaknya Nintendo Switch.

Harga dan Ketersediaan

Lenovo Legion Y700 (2025) akan dijual dalam varian warna Hitam dan Putih dengan harga mulai 3.299 Yuan (sekitar Rp7,2 juta). Tablet ini rencananya mulai dipasarkan di China pada 31 Mei 2025. Sayangnya, belum ada konfirmasi ketersediaan global, termasuk di Indonesia.

Dengan spesifikasi ini, Lenovo jelas menargetkan pasar gamer mobile yang menginginkan performa tinggi tanpa harus membawa laptop gaming berat. Apakah Legion Y700 bisa menjadi pesaing serius bagi tablet mainstream atau bahkan konsol portabel? Jawabannya mungkin terletak pada pengalaman gaming nyata yang ditawarkan.

itel A90 Resmi Meluncur: Smartphone 1 Jutaan dengan Fitur Premium

Telset.id Di tengah maraknya smartphone entry-level yang hanya mengandalkan harga murah tanpa fitur memadai, itel hadir dengan terobosan baru. itel A90 resmi meluncur di Indonesia dengan slogan “Elegan di mata, tangguh di tangan”. Smartphone ini bukan sekadar ponsel murah biasa—ia membawa sejumlah fitur premium yang biasanya hanya ditemukan di perangkat kelas menengah.

Lantas, apa yang membuat itel A90 layak menjadi pertimbangan utama bagi konsumen yang ingin mendapatkan smartphone berkualitas tanpa merogoh kocek dalam-dalam? Mari kita kupas lebih dalam.

Desain Elegan, Ketangguhan Nyata

itel A90 tidak hanya mengusung tampilan modern, tetapi juga dibekali sertifikasi IP54 yang membuatnya tahan debu dan percikan air. Fitur ini sangat relevan untuk pengguna Indonesia yang sering beraktivitas di luar ruangan atau tinggal di daerah beriklim tropis. Bandingkan dengan beberapa smartphone entry-level lain yang bahkan tak memiliki perlindungan dasar terhadap air.

Content image for article: itel A90 Resmi Meluncur: Smartphone 1 Jutaan dengan Fitur Premium

Menariknya, itel memberikan garansi resmi selama 24 bulan—jangka waktu yang jarang ditemukan di segmen harga 1 jutaan. Ini menunjukkan keyakinan produsen terhadap kualitas produknya. Seperti pernah kami bahas dalam artikel 5 Fitur Premium di Smartphone 1 Jutaan, garansi panjang semacam ini menjadi nilai tambah signifikan bagi konsumen.

Layar 90Hz: Pengalaman Visual yang Lebih Halus

Dengan layar 6.6 inci beresolusi HD+ dan refresh rate 90Hz, itel A90 menawarkan pengalaman scrolling yang lebih mulus dibandingkan kebanyakan smartphone di kelas harganya. Fitur ini sangat berguna untuk aktivitas seperti berselancar di media sosial atau bermain game ringan.

Faktanya, refresh rate tinggi biasanya menjadi fitur andalan smartphone gaming. Seperti dalam daftar 10 Smartphone Gaming Murah 3 Jutaan, fitur semacam ini bisa meningkatkan pengalaman bermain game secara signifikan.

Fitur Unik yang Membedakan

Salah satu keunggulan itel A90 adalah sliding zoom button—tombol samping yang bisa digeser untuk mengontrol zoom kamera. Fitur ini membuat pengambilan foto menjadi lebih intuitif, terutama untuk momen spontan. Belum lagi adanya Always-On Display yang memungkinkan Anda melihat notifikasi tanpa harus menyalakan layar.

Fitur-fitur semacam ini biasanya hanya ada di smartphone flagship. Seperti dibahas dalam artikel Harga Cuma Rp 1,1 Jutaan, Smartphone Ini Dilengkapi 3 “Fitur Wah”, semakin banyak produsen yang membawa fitur premium ke segmen entry-level.

Content image for article: itel A90 Resmi Meluncur: Smartphone 1 Jutaan dengan Fitur Premium

Dengan harga mulai Rp970.000 untuk varian 4GB/64GB selama periode promo, itel A90 menawarkan nilai lebih yang sulit ditandingi. Smartphone ini cocok untuk pelajar, pekerja muda, atau siapa pun yang membutuhkan perangkat tangguh dengan budget terbatas.

Seperti diungkapkan Geza, Marketing Manager itel Indonesia, “Kami percaya semua orang berhak menikmati teknologi berkualitas.” Dan dengan itel A90, janji itu terwujud dalam bentuk nyata.

Metamaterial Baru Ini Bisa Kendalikan Robot Bawah Air dengan Gelombang Suara

0

Telset.id – Bayangkan bisa menggerakkan benda di bawah air tanpa menyentuhnya—hanya dengan menggunakan suara. Kini, mimpi itu menjadi kenyataan berkat terobosan metamaterial berbasis suara yang dikembangkan oleh seorang mahasiswa PhD di AS. Teknologi ini membuka pintu bagi pengendalian robot bawah air yang lebih presisi dan aplikasi medis non-invasif.

Dajun Zhang, mahasiswa doktoral di University of Wisconsin-Madison, telah menciptakan metamaterial dengan pola bergerigi khusus yang merespons gelombang suara. Dengan mengarahkan speaker dari berbagai sudut, material ini bisa mendorong, menarik, dan memutar objek yang terpasang padanya—semuanya tanpa kontak fisik.

Revolusi dalam Pengendalian Bawah Air

Teknologi ini bekerja dengan memanfaatkan prinsip akustik yang disebut “gaya radiasi akustik”. Pola bergerigi pada permukaan metamaterial dirancang khusus untuk memantulkan gelombang suara dengan cara tertentu, menghasilkan gaya yang dapat dikendalikan secara presisi.

“Dengan menargetkan metamaterial yang mengapung atau terendam dengan gelombang suara yang tepat, saya bisa mendorong dan memutar objek yang terpasang sesuai keinginan,” jelas Zhang dalam presentasinya di pertemuan Acoustical Society of America.

Aplikasi dari Robotika hingga Medis

Potensi aplikasi teknologi ini sangat luas. Di bidang kelautan, metamaterial ini bisa digunakan untuk merakit struktur bawah air, mengendalikan kendaraan robotik, atau bahkan memandu kapal selam tanpa perlu propeler fisik.

Di dunia medis, teknologi ini menjanjikan metode baru untuk pengiriman obat ke area tubuh yang sulit dijangkau—semuanya tanpa perlu pembedahan invasif. “Metode kami menawarkan cara untuk menerapkan berbagai gaya akustik pada objek dalam media cair, seperti robot bawah air, perangkat medis, atau obat-obatan,” tambah Zhang.

Mengatasi Tantangan Fabrikasi

Salah satu pencapaian penting dalam penelitian ini adalah pengembangan metode fabrikasi yang terjangkau namun presisi. Metode konvensional untuk membuat metamaterial bawah air biasanya mahal dan tidak mencapai resolusi yang dibutuhkan.

Zhang berhasil menciptakan pendekatan baru yang tidak hanya murah dan mudah diimplementasikan, tetapi juga menghasilkan resolusi tinggi dan kontras akustik yang kuat terhadap air—faktor kunci untuk kinerja optimal.

Dalam pengujiannya, Zhang memasang metamaterial ini pada berbagai objek seperti kayu, lilin, dan busa plastik. Baik mengapung maupun terendam, material ini memungkinkan pengendalian penuh terhadap gerakan objek, termasuk rotasi.

Ke depan, tim peneliti berencana mengembangkan versi yang lebih kecil dan fleksibel untuk aplikasi yang lebih beragam, mulai dari operasi jarak jauh hingga robotika bawah air otonom. “Penelitian kami membuka peluang baru baik untuk metamaterial akustik bawah air maupun manipulasi jarak jauh,” pungkas Zhang.

Hikers Tersesat di Gunung Karena Andalkan ChatGPT dan Google Maps

0

Telset.id – Dua pendaki nyaris celaka di Gunung Unnecessary dekat Vancouver, Kanada, setelah mengandalkan saran dari ChatGPT dan Google Maps. Pasangan ini hanya mengenakan sepatu sneaker biasa, tak menyadari bahwa ketinggian gunung yang hanya 15 derajat lintang selatan Lingkar Arktik itu masih diselimuti salju di musim semi.

Getty / Futurism

“Kami akhirnya membawakan mereka sepatu bot dan tongkat ski,” kata Brent Calkin, pemimpin tim penyelamat Lions Bay Search and Rescue, kepada Vancouver Sun. Ironisnya, pendaki tersebut merencanakan pendakian mereka hanya berdasarkan informasi dari aplikasi navigasi dan chatbot AI—dua teknologi yang dikenal sering memberikan informasi keliru.

Bahaya Mengandalkan AI untuk Pendakian

Calkin dan timnya kini memperingatkan publik agar tidak sembarangan mengandalkan aplikasi atau AI untuk merencanakan petualangan ekstrem. “Dengan banyaknya informasi online, orang bisa dengan cepat terjebak dalam situasi berbahaya,” ujarnya. Fenomena ini bukan hanya terjadi di Kanada. Di Inggris dan Wales, laporan terbaru menunjukkan lonjakan kasus penyelamatan akibat kesalahan informasi dari media sosial dan aplikasi navigasi.

Stephen Hui, penulis buku 105 Hikes, menegaskan bahwa salah satu tantangan terbesar AI adalah ketidakmampuannya memberikan informasi real-time dan akurat. “ChatGPT mungkin bisa memberikan arahan bagus untuk jalur populer, tetapi gagal total untuk rute yang kurang dikenal,” katanya. Lebih buruk lagi, AI sering kali tidak bisa membedakan antara sumber terpercaya dan informasi usang.

Alternatif yang Lebih Aman

Calkin menyarankan agar pendaki mencari informasi dari sumber manusia yang berpengalaman, seperti forum Reddit atau grup Facebook. “Seseorang mungkin memberi tahu Anda tentang badai yang akan datang minggu ini, atau memberi saran realistis tentang rute yang aman,” katanya. Berbeda dengan AI, manusia bisa memberikan konteks spesifik berdasarkan pengalaman langsung.

Kasus ini menjadi pengingat bahwa meskipun teknologi AI semakin canggih, ia belum bisa menggantikan kecerdasan manusia—terutama dalam situasi kritis seperti pendakian gunung. Seperti yang diungkapkan dalam riset tentang Gemini AI, ketergantungan berlebihan pada teknologi bisa berakibat fatal jika tidak disertai pemahaman mendalam.

Jadi, sebelum Anda merencanakan petualangan berikutnya, pastikan untuk memeriksa kondisi terkini, bertanya kepada ahli, dan—yang terpenting—jangan hanya mengandalkan ChatGPT atau Google Maps!

Google Flow: Alat AI Baru untuk Pembuatan Video dengan Bahasa Alami

0

Telset.id – Dunia pembuatan video kini memasuki era baru dengan kehadiran Google Flow, alat berbasis kecerdasan buatan yang memungkinkan siapa pun—dari profesional hingga pemula—menghasilkan konten sinematik hanya dengan perintah bahasa alami. Bagaimana teknologi ini mengubah cara kita bercerita secara visual?

Google resmi memperkenalkan Flow sebagai jawaban atas kompleksitas produksi video tradisional. Dibangun di atas tiga model AI unggulan—Veo (generasi video), Imagen (generasi gambar), dan Gemini (pemrosesan bahasa)—tool ini mengubah deskripsi tekstual menjadi adegan bergerak lengkap dengan karakter dan latar belakang.

Yang membedakan Flow dari tools sejenis adalah pendekatannya yang holistik. Pengguna tak hanya bisa mengandalkan AI untuk membuat elemen dari nol, tetapi juga mengunggah aset sendiri seperti gambar atau desain, lalu mengombinasikannya dengan hasil generasi AI untuk menjaga konsistensi visual.

Video Thumbnail

Fitur Unggulan yang Membuat Flow Berbeda

Flow menawarkan beberapa kemampuan kunci yang dirancang berdasarkan masukan dari sineas profesional:

  • Kontrol Kamera AI: Atur sudut pengambilan gambar, pergerakan kamera, dan komposisi frame melalui perintah sederhana seperti “close-up pelan dengan latar belakang blur”
  • Scenebuilder: Edit durasi shot, tambahkan transisi, atau perluaskan adegan tanpa perlu rendering ulang
  • Manajemen Aset Cerdas: Sistem tagging otomatis untuk karakter, properti, dan lokasi yang bisa digunakan kembali di berbagai proyek

Fitur unik lainnya adalah Flow TV, sebuah platform berisi kumpulan video hasil generasi AI beserta prompt yang digunakan. Ini menjadi sumber inspirasi sekaligus pembelajaran bagi pengguna baru.

Paket Berlangganan dan Ketersediaan

Google menghadirkan Flow melalui dua tier langganan:

  1. AI Pro: Akses fitur inti dengan kuota 100 generasi/bulan (US$29/bulan)
  2. AI Ultra: Kuota tidak terbatas plus akses awal ke Veo 3 yang bisa menghasilkan efek suara dan dialog (US$99/bulan)

Saat ini, Flow baru tersedia di Amerika Serikat. Belum ada konfirmasi kapan akan meluas ke wilayah lain, termasuk Asia.

Video Thumbnail

Masa Depan Pembuatan Konten dengan AI

Meski mengagumkan, Flow bukan tanpa keterbatasan. Kualitas video masih belum menyamai produksi high-end, dan kontrol kreatif tetap lebih terbatas dibanding software profesional seperti Adobe Premiere.

Namun, kehadiran tools semacam Flow dan perangkat pendukung AI lainnya menandai babak baru dalam demokratisasi produksi video. Kini, ide-ide kreatif bisa diwujudkan tanpa hambatan teknis dan budget besar.

Pertanyaan besarnya: Akankah AI seperti ini suatu hari benar-benar menggantikan peran sineas manusia? Untuk saat ini, Google menegaskan Flow dirancang sebagai asisten kreatif, bukan pengganti. Tapi seperti kata pepatah teknologi, masa depan selalu datang lebih cepat dari yang kita duga.

Laporan CyberArk 2025, Identitas Mesin Picu Ancaman Keamanan Siber Baru

0

Telset.id – Bayangkan sebuah dunia di mana untuk setiap satu karyawan di perusahaan Anda, terdapat 82 entitas digital yang memiliki akses ke sistem kritis. Tidak hanya itu, hampir setengah dari entitas tersebut memegang hak istimewa yang bisa membahayakan keamanan data. Ini bukan skenario dystopian, melainkan realitas yang diungkap oleh Laporan 2025 Identity Security Landscape dari CyberArk, pemimpin global dalam keamanan identitas.

Laporan ini mengungkap bagaimana lonjakan penggunaan AI dan komputasi awan telah menciptakan lanskap keamanan siber yang semakin kompleks. Yang mengejutkan, sebagian besar organisasi ternyata tidak menyadari—atau sengaja mengabaikan—risiko yang ditimbulkan oleh identitas mesin yang tidak terlindungi. Padahal, 42% dari identitas mesin ini memiliki akses sensitif yang bisa menjadi pintu masuk bagi serangan siber.

Identitas Mesin: Ancaman yang Tidak Terlihat

CyberArk menemukan bahwa rasio identitas mesin terhadap manusia telah mencapai angka yang mencengangkan: 82:1. Artinya, untuk setiap satu karyawan, ada 82 entitas digital—seperti bot, skrip otomatis, atau workload cloud—yang beroperasi di belakang layar. Yang lebih mengkhawatirkan, 88% organisasi hanya menerapkan definisi “pengguna dengan hak istimewa” pada identitas manusia, sementara 42% identitas mesin justru memiliki akses istimewa yang sama.

“Ini seperti memberikan kunci gudang harta kepada robot tanpa pengawasan,” kata Clarence Hinton, Chief Strategy Officer CyberArk. “Perusahaan berfokus pada efisiensi, tetapi lupa bahwa setiap identitas digital adalah potensi celah keamanan.”

  • 61% organisasi belum memiliki kontrol keamanan untuk melindungi infrastruktur cloud.
  • 87% responden mengalami setidaknya dua pelanggaran keamanan berbasis identitas dalam setahun terakhir.

AI dan Risiko Agentic AI yang Semakin Nyata

Adopsi AI—baik yang disetujui maupun shadow AI—telah membuka bab baru dalam keamanan siber. Laporan CyberArk memprediksi bahwa AI akan menjadi penyumbang terbesar identitas baru dengan akses istimewa pada 2025. Namun, 68% organisasi mengaku belum memiliki kontrol keamanan yang memadai untuk teknologi ini.

“Agentic AI, atau AI yang mampu mengambil keputusan autonom, adalah ancaman nyata jika tidak dikelola dengan benar,” jelas Hinton. “Bayangkan jika agen AI bisa memanipulasi data keuangan atau mengubah hak akses tanpa sepengetahuan manusia.”

Fakta lain yang mengejutkan:

  • 47% organisasi tidak bisa mengamankan penggunaan shadow AI.
  • Hambatan utama adopsi AI adalah kekhawatiran akan manipulasi data sensitif.

Solusi seperti platform verifikasi berbasis AI atau eSIM biometrik bisa menjadi mitigasi, tetapi implementasinya masih terbatas.

Silo Manajemen Identitas: Bom Waktu bagi Perusahaan

Masalah lain yang diungkap laporan ini adalah fragmentasi program keamanan identitas. Sebanyak 70% responden menyebut silo identitas sebagai akar masalah keamanan siber di organisasi mereka. Sementara itu, 75% profesional keamanan mengakui bahwa efisiensi bisnis masih lebih diprioritaskan daripada penguatan keamanan.

“Kami melihat perusahaan terjebak dalam paradoks digital,” tambah Hinton. “Di satu sisi, mereka ingin berinovasi dengan AI dan cloud. Di sisi lain, arsitektur keamanan mereka masih terfragmentasi dan tidak siap menghadapi kompleksitas ancaman baru.”

Tekanan eksternal juga semakin besar. Sebanyak 88% organisasi menghadapi tuntutan dari perusahaan asuransi untuk menerapkan kontrol hak istimewa yang lebih ketat. Solusi sederhana seperti mengamankan akun administrator bisa menjadi langkah awal, tetapi yang dibutuhkan adalah transformasi menyeluruh.

Laporan CyberArk ini bukan sekadar peringatan, melainkan peta jalan bagi para CISO dan pemimpin keamanan. Di era di mana identitas mesin akan terus bertambah—dan ancaman siber semakin canggih—strategi keamanan identitas yang modern bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan mendesak.

Samsung K-Pop Rise Odyssey: Strategi Baru di Industri Hiburan

0

Telset.id – Jika Anda mengira kolaborasi antara teknologi dan musik hanya sebatas konser virtual, Samsung membuktikan bahwa ada lebih banyak hal yang bisa dieksplorasi. Melalui proyek terbarunya, Samsung K-Pop Rise Odyssey, raksasa teknologi asal Korea Selatan ini menggabungkan kecanggihan gadget dengan daya tarik global K-Pop. Apa yang sebenarnya terjadi di balik strategi ini?

Proyek ini bukan sekadar kampanye pemasaran biasa. Samsung secara resmi meluncurkan video eksklusif yang menampilkan bagaimana perangkat mereka menjadi bagian tak terpisahkan dari industri hiburan Korea. Dari smartphone hingga perangkat IoT, semuanya dirancang untuk mendukung kreativitas musisi dan penggemar K-Pop.

samsung-kpop-rise-odyssey-video

Mengapa Samsung Memilih K-Pop?

K-Pop telah menjadi fenomena global, dengan jutaan penggemar yang sangat loyal. Samsung melihat peluang besar di sini—tidak hanya sebagai sponsor, tetapi sebagai mitra teknologi yang memungkinkan pengalaman baru bagi penggemar dan artis. Misalnya, fitur kamera canggih di Samsung Galaxy S25 Edge memungkinkan penggemar merekam konten berkualitas profesional langsung dari konser.

Selain itu, dengan dukungan chipset seperti yang digunakan di Nintendo Switch 2, Samsung membuktikan bahwa perangkat mereka tidak hanya untuk gaming, tetapi juga untuk industri kreatif. Performa tinggi dan efisiensi daya menjadi kunci utama dalam proyek ini.

Dampak Jangka Panjang bagi Industri

Kolaborasi ini bukan hanya tentang branding. Samsung berinvestasi dalam ekosistem yang lebih besar, di mana teknologi dan hiburan saling mendukung. Dengan pembaruan seperti One UI 8, pengguna bisa mendapatkan pengalaman yang lebih personal saat mengonsumsi konten K-Pop.

Apakah ini akan menjadi standar baru bagi industri? Hanya waktu yang bisa menjawab. Namun, satu hal yang pasti: Samsung sedang menulis babak baru dalam hubungan antara teknologi dan budaya populer.

Fender Studio: Platform Musik Digital Gratis untuk Pemula

Telset.id – Jika Anda seorang musisi pemula yang ingin mengeksplorasi dunia rekaman digital tanpa ribet, Fender punya solusi menarik. Perusahaan legendaris pembuat gitar dan amplifier ini baru saja meluncurkan Fender Studio, platform perangkat lunak musik all-in-one yang dirancang khusus untuk pemula.

Fender Studio adalah Digital Audio Workstation (DAW) yang mengadopsi pendekatan sederhana ala GarageBand, bukan kompleksitas Pro Tools. Yang menarik, platform ini sepenuhnya gratis! Anda bisa langsung terhubung ke audio interface tanpa kerumitan teknis.

Tampilan antarmuka Fender Studio

Fitur Lengkap untuk Pemula

Fender Studio menawarkan koleksi digital amp yang mengesankan, termasuk beberapa model ikonik seperti:

  • ’65 Twin Reverb (amp gitar legendaris)
  • Rumble 800 (amp bass)
  • ’59 Bassman
  • Super-Sonic
  • SWR Redhead

Tidak hanya amp, platform ini juga dilengkapi efek-efek yang terinspirasi dari pedal Fender terkenal:

  • Vintage tremolo
  • Stereo tape delay
  • Small hall reverb
  • Triangle flanger
  • Compressor
  • Overdrive dan distortion

Bagi yang tidak ingin repot mengutak-atik pengaturan, Fender Studio menyediakan preset efek siap pakai plus tuner terintegrasi.

Fitur Khusus Vokal dan Latihan

Yang membedakan Fender Studio dari DAW pemula lainnya adalah fitur khusus untuk vokal:

  • De-tuner
  • Vocal transformer
  • Vocoder
  • Compression, EQ, reverb, dan delay standar

Fitur efek vokal di Fender Studio

Untuk kebutuhan latihan, tersedia “remixable jam tracks” yang memungkinkan Anda:

  • Memainkan lagu dalam berbagai genre
  • Mute atau hapus instrumen tertentu
  • Memperlambat atau mempercepat tempo

Kemampuan Rekaman Profesional

Meski ditujukan untuk pemula, Fender Studio tidak main-main dengan fitur rekamannya:

  • Dukungan hingga 16 track
  • Berbagai format ruler
  • Global transpose
  • Input monitoring
  • Looping abilities
  • Time stretching
  • Pitch-shifting tool sederhana

Versi mobile-nya dilengkapi pinch-to-zoom untuk memudahkan editing di layar kecil.

Fender Studio di perangkat tablet

Platform ini tersedia untuk berbagai sistem operasi: Mac, Windows, iOS, Android, Linux, bahkan Chromebook. Meski gratis, beberapa fitur memerlukan akun Fender.

Ini bukan langkah pertama Fender ke dunia digital. Perusahaan ini sebelumnya telah merilis Mustang Micro (amplifier gitar personal), audio interface Fender Link I/O, dan workstation digital dengan emulasi 100+ amp.

Dengan Fender Studio, perusahaan legendaris ini membuktikan komitmennya untuk tetap relevan di era musik digital. Platform ini bisa menjadi pilihan menarik bagi pemula yang ingin mulai bereksperimen dengan rekaman digital tanpa investasi besar.

AMD Luncurkan Threadripper 9000 dengan 96 Core, Performa Gila-gilaan!

Telset.id – Bayangkan sebuah prosesor dengan 96 core dan 192 thread yang mampu menjalankan tugas-tugas profesional paling berat sekalipun. Bukan mimpi, AMD baru saja mengumumkan seri Ryzen Threadripper 9000 di Computex 2025, dengan spesifikasi yang membuat para profesional kreatif dan engineer ternganga.

Di puncak jajaran ini berdiri Threadripper Pro 9995WX – raksasa komputasi dengan 96 core yang mampu mencapai kecepatan boost hingga 5.4GHz. Angka ini melampaui pendahulunya, Threadripper Pro 7000 series yang “hanya” mencapai 5.1GHz. Seperti yang pernah kami laporkan dalam review Lenovo ThinkStation P8, prosesor dengan core sebanyak ini memang ditujukan untuk workstation kelas atas.

AMD Threadripper 9000 Series di Computex 2025

AMD tidak main-main dengan lini produk terbarunya ini. Selain varian 96 core, mereka juga menyediakan opsi 12, 16, 24, 32, dan 64 core dalam seri Threadripper Pro WX. Sementara untuk pasar high-end desktop, Threadripper 9000 biasa menghadirkan varian 64 core 128 thread melalui model 9980X.

Harga? Siapkan dompet dalam-dalam. Jika mengacu pada generasi sebelumnya, Threadripper Pro 7000 dengan 96 core dibanderol $10,000 atau sekitar Rp150 juta (hanya untuk prosesornya saja!). Bandingkan dengan laptop kerja Advan Workpro yang bisa didapat dengan harga kurang dari Rp5 juta.

Lalu, siapa yang benar-benar membutuhkan kekuatan komputasi sebesar ini? Jawabannya adalah profesional di bidang:

  • AI Development: Pelatihan model AI skala besar
  • 3D Modeling & Rendering: Pembuatan konten CGI ultra-realistis
  • Video Editing: Pengolahan video 8K bahkan 16K
  • Scientific Computing: Simulasi kompleks di bidang sains dan teknik

Bagi Anda yang pekerjaannya tidak seberat itu, mungkin lebih baik melihat opsi laptop Core i7 dengan harga terjangkau. Karena sejujurnya, membeli Threadripper 9000 untuk sekadar browsing dan office work itu seperti menggunakan pesawat tempur untuk pergi ke warung.

Computex 2025 yang berlangsung sejak 19 Mei di Taipei memang menjadi panggung bagi inovasi-inovasi komputasi terbaru. Selain AMD, Nvidia juga memamerkan teknologi terkininya dengan keynote dari CEO Jensen Huang. Perkembangan ini menunjukkan betapa cepatnya dunia komputasi high-end bergerak, menawarkan kekuatan yang beberapa tahun lalu masih mustahil.

Gemini Live Kini Hadir di Semua Perangkat Android dan iOS

Telset.id – Jika Anda penggemar teknologi AI, bersiaplah untuk pengalaman baru yang lebih interaktif. Google baru saja mengumumkan ekspansi fitur Gemini Live ke semua perangkat Android dan iOS yang kompatibel, setelah sebelumnya hanya tersedia untuk pengguna Pixel. Kabar gembira ini diumumkan langsung di panggung Google I/O 2025, acara tahunan yang selalu dinantikan para pengembang dan pecinta teknologi.

Fitur ini memungkinkan Anda berinteraksi dengan Gemini tidak hanya melalui suara, tetapi juga dengan berbagi tampilan kamera atau layar smartphone. Bayangkan saja: ketika Anda melihat seekor hewan unik di kebun, cukup arahkan kamera, dan Gemini akan langsung memberi tahu spesiesnya. Atau saat Anda kesulitan mengidentifikasi jenis sekrup untuk perbaikan rumah, biarkan AI Google yang bekerja.

Gemini Live di Google I/O 2025

Integrasi Lebih Dalam dengan Ekosistem Google

Yang lebih menarik, Google berencana menghadirkan integrasi lebih mendalam antara Gemini Live dengan aplikasi lain dalam ekosistemnya. Dalam beberapa minggu ke depan, fitur ini akan terhubung dengan Google Maps, Calendar, Tasks, Keep, dan lainnya. Artinya, ketika Anda bertanya tentang jadwal meeting besok atau daftar belanja, Gemini bisa memberikan jawaban yang lebih personal dan relevan.

Bagi yang khawatir dengan privasi, Google memastikan bahwa semua koneksi antar aplikasi bisa dikelola dengan mudah melalui pengaturan di aplikasi Gemini. Anda memiliki kendali penuh atas data yang dibagikan.

Percepatan Adopsi AI yang Mengagumkan

Keputusan Google untuk membuka fitur ini ke semua perangkat hanya sebulan setelah peluncuran eksklusif di Pixel menunjukkan betapa seriusnya mereka dalam mempercepat adopsi teknologi AI. Ini sejalan dengan tren industri di mana perusahaan seperti Meizu memilih fokus penuh pada pengembangan AI, bahkan meninggalkan bisnis smartphone konvensional.

Google I/O 2025 sendiri menjadi panggung bagi berbagai inovasi AI terbaru. Selain Gemini Live, perusahaan juga memperkenalkan alat pembuatan film berbasis AI bernama Flow, terjemahan real-time di Google Meet, hingga teknologi virtual try-on untuk pakaian. Untuk Anda yang ingin tahu lebih banyak tentang perkembangan terkini, jangan lewatkan persaingan di dunia wearable AI antara Samsung dan Meta.

Dengan hadirnya Gemini Live di lebih banyak perangkat, batas antara manusia dan teknologi semakin kabur. Pertanyaan besarnya: sudah siapkah kita menyambut era di mana smartphone bukan lagi sekadar alat komunikasi, melainkan asisten pribadi yang benar-benar memahami kebutuhan kita?

Google Meet Hadirkan Fitur Terjemahan Langsung dengan AI, Bisa Pakai Bahasa Indonesia?

Telset.id – Bayangkan rapat kerja lintas negara tanpa hambatan bahasa. Google baru saja mengumumkan terobosan yang bisa mewujudkannya: fitur terjemahan langsung berbasis AI di Google Meet. Teknologi ini diklaim mampu menangkap nuansa percakapan manusia, mulai dari intonasi hingga ekspresi.

Dalam konferensi pengembang I/O 2025, Google mendemonstrasikan bagaimana AI-nya menerjemahkan percakapan bahasa Spanyol secara real-time dengan akurasi tinggi. Yang mengejutkan, terjemahan tersebut tidak hanya akurat secara tekstual, tetapi juga mempertahankan gaya bicara pembicara asli. “Kami sangat dekat dengan percakapan alami yang lancar,” klaim perwakilan Google.

Demo terjemahan real-time Google Meet di I/O 2025

Lebih dari Sekadar Teks

Berbeda dengan fitur terjemahan panggilan real-time milik Samsung, Google mengklaim teknologi mereka mampu menangkap elemen non-verbal. Dalam demo singkat, sistem berhasil menerjemahkan kalimat sarkastik dengan intonasi yang tepat—sesuatu yang mustahil dilakukan oleh mesin penerjemah konvensional.

“Ini game-changer untuk kolaborasi global,” kata Billy Steele, reporter senior yang meliput acara tersebut. “Tim multinasional sekarang bisa berdiskusi layaknya berbicara dalam bahasa yang sama.”

Kapan Bahasa Indonesia Tersedia?

Meskipun saat ini baru mendukung bahasa Spanyol, Google menjanjikan lebih banyak bahasa “dalam waktu dekat”. Sayangnya, belum ada konfirmasi resmi mengenai integrasi bahasa Indonesia. Namun, melihat popularitas fitur terjemahan di Instagram Story, besar kemungkinan bahasa kita akan masuk dalam daftar prioritas.

Fitur ini tersedia mulai hari ini dalam versi beta untuk pengguna Google AI Pro dan Ultra. Rencananya, enterprise akan mendapat akses melalui program early testing akhir tahun ini. Pertanyaan besarnya: akankah teknologi ini membuat fitur terjemahan instan Microsoft Edge terlihat ketinggalan zaman?

Nintendo Switch 2 Pakai Chip Samsung, Bisa Jual 20 Juta Unit?

0

Telset.id – Kabar mengejutkan datang dari Nintendo. Bocoran terbaru mengindikasikan bahwa raksasa game asal Jepang ini telah memilih Samsung sebagai mitra utama untuk memproduksi chipset Nintendo Switch 2. Langkah ini menandai pergeseran strategis dari TSMC, yang selama ini menjadi pemasok chip untuk konsol generasi pertama.

Menurut laporan Bloomberg, Samsung akan memproduksi prosesor 8-nanometer yang didesain khusus oleh NVIDIA untuk Switch 2. Meski Nintendo, Samsung, dan NVIDIA enggan berkomentar, keputusan ini bisa menjadi kemenangan besar bagi divisi chip kontrak Samsung—yang sebelumnya hanya memasok memori flash dan layar untuk Nintendo.

Ilustrasi chipset Nintendo Switch 2 produksi Samsung

Mengapa Nintendo Beralih ke Samsung?

Ada beberapa alasan kuat di balik keputusan Nintendo. Pertama, Samsung dikabarkan mampu memproduksi chip dalam jumlah besar—cukup untuk memenuhi target penjualan 20 juta unit Switch 2 hingga Maret 2026. Kedua, chipset NVIDIA yang baru telah dioptimalkan khusus untuk proses manufaktur Samsung, bukan TSMC.

Selain itu, dengan tidak bergantung pada TSMC, Nintendo bisa menghindari persaingan ketat dengan Apple dan perusahaan teknologi lain yang juga mengandalkan pabrikan Taiwan tersebut. Presiden Nintendo, Shuntaro Furukawa, bahkan menyatakan dalam laporan keuangan terbaru bahwa mereka tidak mengantisipasi masalah kekurangan komponen—masalah yang sempat menghantui Switch generasi pertama.

Antusiasme Penggemar vs Target Konservatif

Meski permintaan sangat tinggi—dengan 2,2 juta aplikasi pre-order hanya di Jepang—Nintendo tetap memproyeksikan penjualan 15 juta unit di tahun pertama. Angka ini lebih rendah dari prediksi analis sebesar 16,8 juta, kemungkinan karena dampak tarif impor yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump.

Jika Anda penasaran dengan game-game yang akan menghiasi Switch 2, jangan lewatkan bocoran terbaru tentang Mario Kart World atau spekulasi kehadiran Red Dead Redemption 2 di konsol baru ini.

Dengan langkah strategis ini, Nintendo Switch 2 tidak hanya berpotensi menjadi konsol yang lebih tangguh, tetapi juga lebih mudah didapatkan—kabar baik bagi para gamer yang sudah tidak sabar menantikan kehadirannya.