Beranda blog Halaman 2581

Pakai Alat Ini, Dengarkan Musik Spotify Tak Perlu Internet

1

Telset.id, Jakarta – Tren layanan streaming musik kian berkembang seiring kehadiran sejumlah layanan, semisal Spotify, Apple Music, dan sekarang YouTube Music. Namun, meski beragam fitur baru dihadirkan, pengguna kadang masih ribet harus mendengarkan layanan musik via ponsel.

Sekarang tak perlu khawatir mengenai hal itu. Sebab, produsen perangkat telah menghadirkan alat khusus nan portabel untuk mendengarkan musik di Spotify secara on-the-go. Alat tersebut menggantikan peran ponsel yang selama ini dipakai untuk mengakses Spotify.

Namanya Mighty Spotify Player.  Untuk memakainya, pengguna bisa memutar Spotify tak cuma tanpa ponsel, tetapi juga koneksi internet. Namanya Mighty Spotify Player pun bisa dimanfaatkan oleh pengguna untuk mengunduh serta memainkan lagu hingga 1.000 trek musik di Spotify.

Mighty Spotify Player dibanderol 79,99 dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp 1,12 juta selama periode promosi di The Next Web. Harga normalnya 85 dolar Amerika Serikat atau setara Rp 1,2 jutaan. Bagi yang berminat, Mighty Spotify Player bisa dibeli secara online.

Secara keseluruhan, Spotify sekarang memiliki 170 juta pengguna aktif bulanan dan 75 juta pelanggan berbayar. Jumlah pelanggan berbayar Spotify mengalami kenaikan ketimbang kuartal IV-2017. Pada periode itu, angka pelanggan berbayar Spotify tercatat 71 juta orang.

 

Sang kompetitor, Apple Music, baru-baru ini juga merilis jumlah pelanggaran berbayar. Angkanya telah melewati 40 juta orang, lebih sedikit 30 juta orang ketimbang pelanggan berbayar Spotify. Soal pemasukan, Spotify meraup angka sampai 1,14 miliar poundsterling.

Baca juga: Asyik, Spotify akan Punya Fitur ‘Musik Gratisan’

Spotify yakin jumlah pelanggan berbayar pada kuartal berikutnya akan melompat ke angka 79 juta hingga 83 juta orang. Dengan kata lain, jumlah pelanggan premium Spotify bakal bertambah hingga delapan juta orang.

Tahun ini, Spotify kian bermanuver dengan menghadirkan layanan terbaru bagi pelanggan. Spotify melakukan pembaruan sehingga pengguna bakal bisa mendengarkan lagu favorit secara gratisan. Pembaruan fitur Spotify akan menyasar pengguna aplikasi ponsel. [SN/HBS]

Sumber: The Next Web

Pornhub Rilis Aplikasi VPNhub, Unlimited dan Gratis!

1

Telset.id, Jakarta – Pornhub, situs penyedia konten dewasa dengan jumlah pengguna terbanyak di dunia, merilis aplikasi VPN bernama VPNhub. Aplikasi tersebut tersedia di perangkat MacOS, iOS, Google Play, serta Windows.

VPNhub diklaim memiliki lebih dari 1.000 server yang tersebar di 15 negara untuk menjamin akses bagi pengguna. Pornhub menjelaskan bahwa VPNhub bakal tetap menjaga privasi pengguna. VPNhub tidak merekam aktivitas para pengakses.

VPNhub bisa diunduh secara gratis di App Store maupun laman VPNHub.com bagi pengguna Mac. Menariknya, VPNhub tersedia secara gratis dan tanpa batas. Meski demikian, ada beberapa batasan seperti pemilihan server dan tampilan iklan.

Jika pengguna ingin menggunakan VPNhub dengan fitur lebih lengkap, bisa menggunakan layanan berlangganan atau VPNhub Premium. Harga berlangganan VPNhub Premium memang tidak murah. Biaya termurah mengakses VPNHub Premium Rp 179 ribu. Beruntung, Pornhub berbaik hati.

vpnhub

Seperti dilansir DailyMail, Pornhub memberi uji coba akses VPNhub Premium selama tiga hari pertama. Setelahnya, pengguna harus berlangganan untuk bisa mengaksesnya. Kalau tak mau keluar uang, pengguna sebaiknya pakai VPNhub gratis.

Bagi pengguna komputer Mac, VPNhub bisa langsung tampil dengan jendela Username dan Password untuk login. Dengan kata lain, untuk menggunakan VPNhub di Mac, pengguna harus memiliki akun VPNhub Premium supaya bisa login.

Sekadar informasi, Pornhub merupakan situs porno paling terkenal di dunia. Berdasarkan peringkat Alexa, Pornhub menduduki peringkat 23 situs paling banyak dikunjungi di dunia. Apakah Anda termasuk seseorang yang suka mengakses Porhub? Jika iya, Anda harus hati-hati.

Baca juga: Selain “Menghibur”, Pornhub Juga Kasih Edukasi Seks Sehat

Karena pada akhir 2017 lalu, penelitian menyebut bahwa menonton Pornhub melalui VPN sangat berbahaya bagi perangkat. Jutaan perangkat milik penonton Pornhub terkena virus ganas bernama Malvertising, disebarkan oleh kelompok peretas KoveCoreG.

Sebetulnya, virus tersebut pernah disebarkan pada 2015 lalu, tetapi sekarang muncul versi barunya. Kabar baiknya, virus Malvertising hanya menyebar di perangkat Windows. Malvertising menginfeksi Google Chrome, Firefox, dan Internet Edge. [SN/HBS]

Sumber: Dailymail

Sebulan Pertama, Langganan iCloud Storage Plan Gratis

Telset.id, Jakarta – Apple menyediakan layanan berlangganan iCloud Storage Plan dalam beberapa pilihan, mulai 50GB seharga Rp 15.000 per bulan. Namun, untuk sebulan pertama, Apple memberi layanan iCloud Storage Plan secara gratis kepada calon pelanggan.

Menurut 9to5mac, opsi tersebut hanya ditawarkan ketika pengguna sudah memakai fitur iCloud Backup dan mengalami masalah kapasitas penuh. Sistem operasi iOS 11 akan otomatis menawarkan iCloud Storage Plan gratis pada bulan pertama.

Dengan kata lain, pengguna iCloud yang tidak menggunakan fitur iCloud Backup atau sudah berlangganan iCloud Storage Plan tidak akan mendapatkan penawaran itu. Pihak Apple belum memberi penjelasan lebih lanjut mengenai tawaran penyimpanan tersebut.

April 2018 lalu, akun Apple milik para pelajar resmi mendapatkan kenaikan kapasitas iCloud menjadi 200GB. Sebelumnya, kapasitas iCloud gratis hanyalah sebesar 5GB. Kenaikan kapasitas berlaku untuk semua akun Apple yang berakhiran .edu saja.

Secara otomatis, semua pelajar yang memiliki akun Apple ID terdaftar berakhiran .edu bakal punya kapasitas iCloud lebih besar ketimbang sebelumnya. Meski demikian, program tersebut cuma tersedia bagi pelajar di sekolah yang sudah bekerja sama dengan Apple.

Baca juga: Horee! Apple Naikkan Kapasitas iCloud Gratis jadi 200 GB

Soal pemberian layanan gratis, Apple bukan menerapkannya kali ini saja. Bulan lalu, Apple Music mencoba strategi baru dengan membagikan satu bulan layanan gratis kepada mereka yang sebelumnya mencoba tiga bulan percobaan di Apple Music.

Pemberitahuan mengenai tambahan gratis satu bulan itu disampaikan oleh Apple kepada konsumen di Amerika Serikat, Inggris, dan Hong Kong melalui email. Dengan memberikan percobaan tambahan gratis, Apple berharap para konsumen akan menjadi pelanggan berbayar setelah tambahan gratis berakhir.

Sumber: 9to5mac

Produser Kondang Tuding Google Colong Filmnya

1

Telset.id, Jakarta – Produser kondang, Philip Bloom menyeret Google masuk ke dalam kumparan masalah. Ia menuding Google telah melanggar hak cipta dengan menggunakan film-film bikinannya untuk membuat presentasi provokatif tentang cara memanfaatkan data pengguna pada masa depan.

The Verge mengabarkan, jumlah film karya Bloom yang dipakai untuk presentasi Google mencapai lusinan. Film-film itu memang tak diambil utuh, melainkan hanya cuplikan. namun, tetap saja hal tersebut melanggar hak cipta orang lain.

Google pun mencoba melakukan klarifikasi. Google mengklaim, cuplikan film-film karya Bloom hanya disiarkan kepada segelintir orang, bukan publik secara luas. Google menyebut, presentasi itu dibuat pada 2016 oleh kepala desain divisi penelitian dan pengembangan Google.

Google juga mengaku telah menegur pihak terkait, dan bahkan Google sudah mengingatkan kepada seluruh jajaran untuk tidak melanggar hak cipta orang lain. Namun, Google tetap tak merasa harus membayar royalti telah apa yang telah dilakukan.

“Rekaman saya disebarkan secara online oleh dua perusahaan. Sumbernya dari Google. Tapi, Google sudah menyatakan tidak akan memberi saya kompensasi. Padahal, saya selalu melisensikan semua karya kepada instansi berwenang,” papar Bloom.

Menurut Bloom, apa yang telah dilakukan oleh Google tidak konsisten dengan aturan perusahaan. Melalui platform YouTube, Google selalu menerapkan aturan ketat mengenai pelanggaran hak cipta. Bloom pun mengatakan bahwa Google menerapkan standar ganda.

Baca juga: Monopoli Iklan di Eropa, Google Didenda Rp 35 Triliun

“Google telah menggunakan 73 detik rekaman saya dari tujuh video berbeda tanpa izin. Seharusnya mereka tahu telah berbuat salah. Namun, mereka tetap tak mau memberi kompensasi atas perbuatan yang sudah dilakukan,” tandas Bloom.

Bloom lahir di Inggris, 20 Mei 1971. Ia sudah lama berkecimpung dalam dunia film, khususnya yang berbasis kamera DSLR. Satu film karyanya, Koh Yao Noi, berhasil memenangkan kategori Best Travel/Landscape Film di NYC Drone Film Festival. [BA/HBS]

Sumber: The Verge

Buntut Insiden Tabrakan, Uber Stop Uji Coba Mobil Otonom

Telset.id, Jakarta – Perusahaan transportasi daring asal San Fransisco, Uber, menghentikan uji coba mobil otonom di Arizona, Amerika Serikat. Penghentian dilakukan dua bulan setelah terjadi kecelakaan yang melibatkan satu mobil tanpa pengemudi buatan Uber.

Kecelakaan tersebut memakan korban seorang perempuan bernama Elaine Herzberg (49). Herzberg saat itu tengah mengendarai sepeda di perlintasan roda empat. Ia kemudian ditabrak oleh mobil otonom Uber yang sedang melaju dengan kecepatan 64 kilometer per jam.

Dilaporkan Recode, penutupan operasi mobil otonom Uber hanya berlaku di Arizona, tidak di negara bagian lain. Namun demikian, Uber hanya akan membatasi pengoperasian mobil otonom di beberapa wilayah, meliputi Pittsburgh, Pennsylvania, serta dua kota di California.

Meski memutuskan menyetop uji coba mobil otonom di Arizona, Uber tak lantas terbebas dari perkara. Uber sekarang menghadapi persoalan dengan regulator di California dan Pittsburgh. Perizinan uji coba mobil otonom Uber semakin diperketat oleh otoritas.

Mengenai kecelakaan di Arizona, berdasarkan serangkaian penyelidikan, terungkap bahwa mobil otonom Uber mengalami error di software. Dilaporkan Autonews, merujuk investigasi kepolisian, sistem di mobil otonom Uber tidak mampu menghindar ketika korban berada persis di depannya.

Berita Terkait: Mobil Otonom Uber Tabrak Pejalan Kaki Hingga Tewas 

Software mobil otonom Uber membaca bahwa sepeda bukanlah objek yang perlu dihindari. Mobil tanpa pengemudi buatan Uber itu memang memiliki kemampuan mengenali semua objek yang ada di depannya. Ia mampu memilah, benda apa yang perlu dihindari dan mana yang tidak.

Eksekutif Uber mengklaim bahwa permasalahan di sistem terjadi karena penyetelan terlalu longgar sehingga melihat sepeda layaknya kantong plastik. Parahnya lagi, sang sopir yang menjadi operator mobil otonom mengaku lengah saat peristiwa berlangsung. [SN/HBS]

Sumber: Recode

Zuckerberg Tak Ingin Skandal Pemilu AS Terjadi di Indonesia

Telset.id, Jakarta – Pada hari Kamis (24/5) lalu, CEO Facebook, Mark Zuckerberg, menghadiri VivaTech Conference 2018 di Paris, Prancis. Di sana, ia mengikuti sesi tanya jawab bersama Maurice Levy. Momen tersebut disiarkan secara langsung di akun Facebook Zuckerberg.

Disaksikan oleh sekitar dua juta pengikut Facebook serta hadirin di VivaTech Conference 2018,  Zuckerberg mendapat banyak pertanyaan seputar perlindungan privasi, keamanan, dan skandal penyalahgunaan data pengguna yang melibatkan Cambridge Analytica.

“Semua orang peduli terhadap privasi. Sekarang, kami memberi kontrol secara penuh kepada pengguna. Mereka bisa mengatur sendiri privasi masing-masing sehingga mengerti mana data yang harus dirahasiakan, mana yang boleh dikonsumsi oleh publik,” papar Zuckerberg.

Levy lantas bertanya tentang bagaimana Facebook bertanggung jawab terhadap konten yang dibagikan kepada pengguna lain.

“Konten pantas dan tidak pantas, setiap orang di setiap negara memiliki pandangan berbeda. Kami sedang mencari jalan keluarnya,” jawab Zuckerberg, seperti dikutip Telset.id dari Politics

Zuckerberg kemudian mengatakan bahwa musim pemilihan umum segera berlangsung. Ia berujar, Facebook akan tegas terhadap semua konten yang mengandung kampanye negatif, ujaran kebencian, dan berita palsu. “Saya tak ingin Facebook dimanfaatkan,” katanya.

Lebih lanjut, Zuckerberg mengaku lambat dalam mengantisipasi intervensi Rusia pada pemilihan Presiden Amerika Serikat. Karenanya, menghadapi musim pemilihan umum di beberapa negara di dunia, Facebook jauh lebih siap untuk menghalau intervensi pihak lain.

Baca juga: Mark Zuckerberg Minta Maaf pada Parlemen Eropa

“Pada 2019, ada sejumlah negara yang melangsungkan Pemilu. Selain pemilihan parlemen Uni Eropa,  ada pula pemilihan umum di India, Indonesia, dan Brasil. Kami akan mawas diri supaya kasus di Amerika Serikat tak terjadi di negara-negara itu,” pungkas pria yang akrab dipanggil Zuck itu.

VivaTech Conference 2018 di Paris berlangsung selama tiga hari, 24-26 Mei. Gelaran teknologi tersebut dihadiri oleh perwakilan Google, Amazon, maupun Apple. Saat menghadiri acara, Presiden Prancis, Emmanuel Macron, sempat menasihati para petinggi perusahaan raksasa teknologi itu. [SN/HBS]

Sumber: Politics

Tinggalkan Tizen, Samsung Gear S4 Bakal Pakai Wear OS?

1

Telset.id, Jakarta – Rumor soal kehadiran jam tangan pintar Samsung Gear S4 banyak beredar, termasuk rencana mengusung kode nama Galileo dan kemungkinan hadir dalam dua versi dengan perbedaan ukuran. Namun, rumor terbaru menyebut bahwa perangkat itu akan memakai nama Galaxy.

Satu yang paling menarik, kabarnya Galaxy akan memakai sistem operasi Wear OS, bukan Tizen. Padahal, Wear OS merupakan sistem operasi untuk perangkat jam tangan pintar bernama Android Wear. Rumor tersebut diperkuat oleh cuitan di akun Twitter milik Evan Blass.

Dilansir Slashgear, dalam cuitan, Blass mengatakan bahwa seorang pegawai Samsung tampak memakai jam tangan pintar jenis Gear yang menggunakan Wear OS, bukan Tizen. Konon, Blass menyatakan, jam tangan pintar itu bakal resmi rilis di pasaran pada pertengahan tahun ini.

Untuk Samsung Gears S4 versi LTE, dikabarkan akan dipasarkan di Amerika Serikat oleh operator seluler Verizon, T-Mobile, dan AT&T. Sama seperti versi biasa, Samsung Gears S4 versi LTE juga akan menggunakan sistem operasi bukan Tizen, melainkan Wear OS.

Baru-baru ini, Google telah mengumumkan sederet jam tangan pintar yang mendapatkan pembaruan sistem operasi Wear OS. Mereka adalah Fossil Q Venture, LG Watch Sport, Louis Vuitton Tambour, Michael Kors Sofie, Montblanc Summit, Hugo BOSS Touch, dan Movado Connect.

Tak cukup, jam tangan pintar lain juga menerima pembaruan serupa, yakni Tommy Hilfiger 24/7 You, Guess Connect, Gc Connect, Fossil Q Founder 2.0, Fossil Q Marshal, Fossil Q Wander, Michael Kors Access Bradshaw, Michael Kors Access Dylan, dan TAG Heuer Connected Modular 45.

Baca juga: Samsung Gear S3 Bisa Kendalikan Seisi Rumah

Demikian pula Diesel Full Guard, Emporio Armani Connected, Fossil Q Explorist, Michael Kors Access Grayson, Fossil Q Control, LG Watch Style, MIsfit Vapor, Nixon Mission, serta Huawei Watch 2 (non-cellular versions).

Produsen jam tangan tersebut percaya bahwa Wear OS adalah nama yang lebih baik karena Google tidak menginginkan merek Android berkeliaran. Lebih-lebih, sepertiga pengguna memasangkan jam tangan pintar Android Wear dengan iPhone. [SN/HBS]

Sumber: Slashgear

Tak Cuma Pabrik Permen, Elon Musk Juga Mau Bikin Media

0

Telset.id, Jakarta – Pemilik SpaceX dan Tesla, Elon Musk, membuat kejutan lagi. Gara-gara marah kepada wartawan yang telah mengkritik Tesla, Musk secara tegas menyatakan akan mendirikan perusahaan media. Namanya Pravda.

Musk mengungkapkan niatnya itu melalui Twitter. Ia mengaku kesal melihat kritik bertubi-tubi terhadap dirinya maupun Tesla. Ia pun marah, memperlihatkan sikap tak suka kepada media. Dampaknya, nilai saham perusahaannya turun.

Dalam cuitan, Musk menunjukkan keseriusan mendirikan Pravda, merujuk kepada agensi berita milik Pemerintah Rusia yang menyediakan fitur pemberi rating bagi jurnalis. Fitur tersebut akan digunakan untuk menilai kredibilitas berita.

“Nantinya, pembaca bisa memberi penilaian, apakah sebuah artikel mempunyai kebenaran atau tidak. Pembaca juga bisa menggunakannya untuk melacak skor kredibilitas jurnalis, editor, maupun penerbit,” tuturnya seperti dikutip dari The Wire.

Beberapa bulan terakhir, media memang tak henti mengkritik Tesla yang ingin mencapai target produksi Model 3 dengan biaya terbilang cukup besar. Kritik media dipicu oleh mobil otonom Tesla yang terlibat kecelakaan di Amerika Serikat, kapan lalu.

Baca juga: Elon Musk Mau Bikin Perusahaan Permen

Belum lama ini, via Twitter, Musk berkata ingin membuat perusahaan permen. “Saya sangat serius akan mendirikan perusahaan permen,” ujar Musk seperti dilansir Engadget. Tak pelak, cuitannya langsung mendapat respons dari para pengikutnya di Twitter.

Cuitan Musk tentang rencana membuat perusahaan permen berawal dari perdebatan dengan investor sekaligus miliarder Warrent Buffett. Dalam laporan keuangan, Musk menyebut bahwa parit ekonomi itu membosankan. Parit ekonomi merupakan istilah buatan Buffett untuk menjelaskan kondisi kelebihan di sebuah perusahaan. [SN/HBS]

Sumber: The Wire

Bikin Fitur Baru, Amazon Gandeng Gereja di Inggris

0

Telset.id,Jakarta- Amazon saat ini telah bekerja sama dengan Gereja Inggris untuk membuat sebuah proyek yang akan membuat senang umat beragama Kristen.

Kerjasama antara Amazon dengan Gereja Inggris ini telah membuat kemampuan Amazon Alexa bertambah. Kini, asisten virtual milik Amazon ini dapat menawarkan doa harian dan kemampuan untuk menemukan gereja terdekat.

Fitur baru ini dapat diaktifkan pada perangkat seperti speaker pintar Echo dari Amazon. Fitur ini akan menyediakan doa sehari-hari, misalnya doa ketika sebelum makan.

Aplikasi ini didukung oleh asisten virtual Amazon, Alexa, yang akan menanggapi perintah suara dan pertanyaan. Selain itu, tambahan fitur ini juga dapat meningkatkan pengetahuan pengguna tentang agama Kristen dengan menjawab seputar pertanyaan mengenai iman.

Kami senang sekali meluncurkan kemampuan Alexa hari ini, untuk memudahkan para jemaat gereja reguler dan mereka yang menekuni iman agar dekat dengan Tuhan dengan cara lain pada waktu yang tepat bagi mereka,” kata Uskup Agung York, Dr John Sentamu.

Untuk diketahui, seperempat rumah tangga di Inggris kini telah memiliki perangkat pintar. Setelah ada perubahan pada situs milik Gereja Inggris dan Uskup Agung tahun lalu, kawasan yang sedang berkembang pesat ini menjadi prioritas pengembangan fitur ini.

‘Secara lebih luas, pekerjaan ini merupakan bagian dari program pembaruan dan reformasi yang lebih luas, yang bertujuan untuk memastikan Gereja  Inggris adalah gereja yang berkembang untuk semua orang dan di semua tempat,” tambahnya.

Baca juga: Swalayan Pintar Amazon Go Resmi Beroperasi Tanpa Kasir

Sementara itu, kepala digital Gereja, Adrian Harris mengatakan, fitur dari Alexa ini akan membantu Gereja untuk mendekatkan orang dengan Tuhan dan untuk menambah iman dalam kehidupan sehari-hari, melalui doa harian atau pengetahuan tentang agama Kristen.

“Kami melihat ini sebagai kesempatan luar biasa untuk mengajak orang-orang ke gereja di sekitar mereka. Itulah mengapa tautan ‘Gereja Terdekat Denganmu’sangat penting, terutama pada momen-momen penting tahunan Kristen seperti Paskah dan Natal,” kata Adrian. [BA/HBS]

Sumber:  Metro.co.uk

Ribuan Smartphone Android Sudah Dipasang Malware Prainstall

Telset.id, Jakarta – Beberapa merk smartphone Android dilaporkan telah ditanamkan malware prainstall di dalam sistemnya. Malware berjenis adware ini bernama Cosiloon yang dapat menampilkan iklan mengganggu pada smartphone yang terinfeksi.

Kabar ini pertama kali diungkapkan oleh para peneliti keamanan dari Avast yang menyatakan ada sekitar 18.000 perangkat yang telah terinfeksi oleh malware Cosiloon. Semua perangkat itu tersebar di lebih dari 100 negara, termasuk Rusia, Italia, Jerman, Inggris, Ukraina, Portugal, Venezuela, Yunani, Prancis, dan Rumania.

Avast juga secara khusus mengatakan bahwa sebagian besar perangkat tersebut tidak disertifikasi oleh Google. Selain itu, kebanyakan perangkat yang terinfeksi merupakan tablet dan telah menggunakan prosesor buatan MediaTek.

Dilansir dari BGR, beberapa merk disebut-sebut terkena dampaknya seperti ZTE, Archos hingga myPhone.

Untuk daftar lengkapnya, Avast juga menyertakan tabel yang berisi merk smartphone atau tablet Android yang terkena dampaknya di sini.

“Tidak semua model perangkat yang tercantum terpengaruh, karena setiap model memiliki varian firmware yang tak terhitung jumlahnya dan hanya beberapa aatau satu variasi perangkat yang mungkin terpengaruh,” jelas Avast dalam situs resminya.

Baca Juga: Tipu Google, Malware di Android Suka “Ganti Nama”

Avast sendiri telah memberi tahu tentang masalah ini kepada Google. Namun sayang, Google tidak dapat bertindak jika aplikasi yang mengandung malware Cosiloon masih atau sudah terpasang di perangkat yang terinfeksi.

Penemuan malware prainstall pada beberapa smartphone Android oleh Avast terjadi ketika para peneliti keamanannya menemukan aplikasi prainstall pasif yang menjadi pembawa malware Cosiloon.

Aplikasi tersebut terdeteksi dapat mengunduh file-file khusus dari server tertentu, termasuk file berekstensi .APK yang dapat langsung terinstall di perangkat pengguna. Pengguna sendiri tak bisa menghapus aplikasi ini, sebab sudah terpasang langsung ke dalam firmware smartphone atau tablet.

Baca Juga: Awas! Malware di Facebook Messenger Bisa Curi Password

Tak cuma itu saja, ditemukan juga aplikasi pembawa malware lainnya yang disematkan di SystemUI.APK yang merupakan bagian utama dari sistem operasi Android. Karenanya, malware ini jauh lebih sulit untuk dihapus.

Dijelaskan Avast, aplikasi itu memiliki payload yang dapat mengirimkan dan menampilkan iklan ke berbagai aplikasi dan game yang dipasang di smartphone atau tablet yang terinfeksi.

Avast mengklaim mampu mendeteksi dan menghapus payload tersebut, namun tetap tidak dapat melakukan apapun terhadap aplikasi pembawa malware yang disematkan di dalam sistem. (FHP)

Facebook dan Google Dituntut Rp 124,2 Triliun, Kenapa?

Telset.id, Jakarta – Seorang aktivis privasi data pengguna asal Austria, Max Schrems menuntuk raksasa pencarian Google dan Facebook beserta layanan di bawah naungannya, WhatsApp dan Instagram dengan nilai yang sangat besar, tepatnya USD 8,8 miliar atau setara dengan Rp 124,2 triliun.

Tuntutan Schrems disebabkan karena dirinya merasa Google dan Facebook belum benar-benar mematuhi aturan General Data Protection Regulation (GDPR) yang berlaku di Eropa mulai kemarin (25/05/2018).

Seperti diketahui, aturan GDPR mengharuskan perusahaan berbasis internet untuk mengubah kebijakan privasi dan pengumpulan data penggunanya berdasarkan undang-undang yang berlaku.

Lewat aturan tersebut perusahaan diharuskan mendapatkan persetujuan pengguna terlebih dahulu untuk dapat mengumpulkan data-data mereka.

Dilansir dari The Verge, baik Google dan Facebook telah mematuhi kebijakan GDPR itu dengan mengubah kebijakan privasinya.

Baca Juga: Google Assistant Bisa Identifikasi Percakapan Telepon

Namun Schrems merasa keduanya masih belum menjalankan kebijakan tersebut dengan baik. Sebab, Google dan Facebook seolah “memaksa” pengguna untuk memberikan persetujuan terlebih dahulu agar dapat mengakses layanan mereka.

“Mereka benar-benar tahu bahwa itu akan menjadi pelanggaran. Mereka bahkan tidak berusaha menyembunyikannya,” tegas Schrems.

Mendapatkan tuduhan sekaligus tuntutan dari Schrems, kedua raksasa teknologi ini langsung membantahnya. Keduanya berasalan bahwa kebijakan privasi yang telah diadopsi sudah memenuhi aturan GDPR yang berlaku.

Baca Juga: Unggah Konten Porno di Facebook Cuma Bisa Dilihat Sendiri

“Kami membangun pribasi dan keamanan ke dalam produk kami sejak tahap paling awal. Dan berkomitmen untuk mematuhi EU GDPR,” jelas Google.

“Kami telah mempersiapkan selama 18 bulan terakhir untuk memastikan bahwa kami memenuhi persyaratan GDPR,” bela Facebook.

Masih belum jelas apakah regulator Eropa berencana untuk menindak Google serta Facebook dan layanan di bawah naungannya seperti WhatsApp dan Instagram terkait tuntutan Schrems. Namun, kasus dengan tuntutan sebesar ini mungkin dapat memakan waktu, tergantung komitmen tegas pihak terkait terhadap GDPR. (FHP)