Beranda blog Halaman 2460

Duh! Facebook Pakai Nomor Ponsel untuk Pancing Iklan

0

Telset.id, Jakarta – Facebook ternyata menggunakan nomor telepon pengguna untuk memancing pengiklan. Nomor telepon pengguna juga dipakai Facebook untuk otentifikasi dua faktor. Facebook telah mengakui tindakannya itu.

Dilansir Phone Arena, Jumat (28/9/2018), otentifikasi dua faktor dimaksudkan untuk meningkatkan keamanan dengan mengharuskan pengguna melakukan langkah kedua, seperti memasukkan kode yang dikirim melalui pesan teks.

Daftar kontak pengguna yang diunggah ke Facebook bisa ditambang untuk mendapatkan segala hal berkaitan informasi pribadi.

Dengan kata lain, pengguna bisa secara tidak sengaja atau tak sadar “membantu” pengiklan menargetkan teman-temannya.

Baca juga: Facebook Mulai Uji Coba “Fitur Kencan” Pesaing Tinder

“Yang paling mengkhawatirkan, kami menemukan bahwa nomor telepon yang diunggah di Facebook merupakan bagian dari sinkronisasi kontak,” kata para peneliti universitas di Amerika Serikat dalam studi yang dipublikasikan.

“Kami menggunakan informasi yang diberikan oleh orang-orang untuk menawarkan pengalaman lebih baik dan lebih dipersonalisasi di Facebook, termasuk iklan,” jelas jurubicara Facebook menanggapi penyelidikan soal studi tersebut.

Facebook bergulat dengan krisis terburuk dalam sejarah eksistensinya di ranah dunia maya. Facebook dituding tidak menjaga informasi yang dibagikan oleh para pengguna. Semuanya terkuak saat Facebook menyalahgunakan data 87 juta pengguna.

Baca juga: Pengguna Bisa Laporkan Iklan Bermasalah di Facebook

Sejak saat itu, Facebook menjadi pesakitan. Facebook harus menghadapi berbagai sidang di berbagai negara, termasuk Indonesia. Facebook dituntut mempertanggungjawabkan perbuatannya menjual data pengguna ke Cambridge Analytica. [SN/HBS]

Sumber: PhoneArena

Akhir dari Perjalanan Singkat Path

0

Telset.id – Seorang mahasiswi sebuah perguruan tinggi swasta di bilangan Tangerang nampak asyik menggulir layar smartphone-nya. Mahasiswi program studi Film dan Televisi itu menatap linimasa media sosial yang dipadati dengan lokasi-lokasi yang dikunjungi teman-temannya dan lagu-lagu yang sedang didengarkan.

Remaja berusia 19 tahun itu nampak menyimpan layar tampilan gawainya. Kemudian, perempuan berkerudung bernama Nanda Salsabilaviani itu membuka akun Instagram dan memasukkan gambar tadi ke fitur story.

“Thank you udh nemenin gw disetiap blan puasa~ Bai path”. Tulisan dengan huruf berwarna merah itu ia sematkan ke gambar tadi sebelum ia unggah untuk dilihat oleh teman-temannya.

Nanda merupakan satu dari banyak pengguna Path yang merespons pengumuman penutupan media sosial yang sempat “ngehits” itu dengan mengunggah tangkapan layar linimasa Path dan mengucapkan kata perpisahan lewat story Instagram.

Path telah mengeluarkan pernyataan akan menutup media sosial yang telah berdiri selama delapan tahun itu di situs resminya pada 17 September lalu. Dan tanggal 1 Oktober nanti, aplikasi Path sudah tidak tersedia di iTunes maupun Google Play. Path akan menutup aksesnya di tanggal 18 Oktober dan pada tanggal 15 November layanan pelanggan yang berkaitan dengan Path akan diputus.

Melesat Sejak Awal Peluncuran

Path diluncurkan bulan November 2010 oleh mantan manajer sekaligus ‘investor malaikat’ (angel investor) Facebook, Dave Morin bersama dua rekannya, yakni Shawn Fanning dan Dustin Mierau di San Fransisko, Amerika Serikat.

Fitur-fitur yang disajikan Path pada awalnya tidak jauh berbeda dengan Facebook. Pengguna Path dapat mengunggah gambar, membagikan lokasi, dan menandai teman. Selain itu, Path juga memungkinkan penggunanya untuk membagikan judul lagu yang sedang didengarkan, film yang sedang ditonton, dan buku yang sedang dibaca di linimasanya.

Namun berbeda dengan Facebook, di versi awalnya Path hanya membatasi setiap penggunanya dengan maksimal 50 teman. Di laman blog mereka, Path menjelaskan bahwa ada alasan di balik angka tersebut.

“Kami terinspirasi oleh Profesor Robin Dunbar dari Universitas Oxford yang penelitiannya menggali tentang jumlah hubungan kepercayaan antarmanusia yang dapat dipertahankan seumur hidup. Kita memiliki tendensi untuk mempunyai 5 sahabat, 15 teman baik, 50 teman dekat dan keluarga, dan 150 total teman,” tulis Path.

Baca juga: Ini Dia Topik Paling Ngehits di Path 2015

Keterbatasan ‘teman’ yang dimiliki pengguna di Path menantang standar media sosial pada umumnya yang kebanyakan bertujuan untuk berbagi konten ke banyak orang. Namun, karakteristik Path itu rupanya disenangi oleh warganet.

Terbukti, hanya dalam waktu tiga minggu setelah diluncurkan, Path telah diunduh sebanyak 1,5 juta kali. Popularitas Path mencapai puncaknya ketika Google menawarkan 100 juta dolar AS atau setara Rp 1,5 triliun untuk membeli Path, tiga bulan setelah diluncurkan. Namun, Dave Morin tak bergeming, dan memilih untuk menolaknya.

Seakan menunjukkan bahwa Path baik-baik saja setelah mengabaikan tawaran Google, Path akhirnya mencapai kejayaan dengan meraup 2 juta pengguna dengan interaksi harian sebanyak 15 juta di bulan Februari 2012, atau kurang dari 2 tahun sejak diluncurkan.

Keberhasilan Path bahkan masih terus berlanjut. Selang empat bulan kemudian, Path telah mendapatkan 3 juta pengguna. Dan puncaknya, pada April 2013, pengguna Path dengan cepat menyentuh angka 10 juta pengguna di seluruh dunia.

Path dan Privasi Pengguna yang Dikhianati

Tahun 2012, Path dianggap melakukan kesalahan fatal. Seorang pengguna sekaligus programmer Arun Thampi menulis di laman blognya bahwa ia menemukan seluruh daftar kontak (termasuk nama lengkap, alamat e-mail, dan nomor telepon) dikirim ke Path. Thampi menambahkan bahwa ia tidak merasa Path pernah meminta izinnya untuk mengambil data-data sensitif di daftar kontaknya.

Merespons postingan Thampi, Morin menulis bahwa daftar kontak tersebut digunakan untuk mempermudah pengguna mencari dan terhubung dengan teman-teman dan keluarga. Morin juga menambahkan bahwa Path telah meminta izin dari pengguna Android untuk mengunggah daftar kontak, tapi fitur tersebut memang belum diberlakukan bagi pengguna iPhone.

CEO Path itu kemudian meminta maaf dan mengaku telah menghapus semua daftar kontak yang telah dikumpulkan. Versi baru Path untuk pengguna iPhone pun diluncurkan, kini disertai dengan permintaan izin bagi pengguna sebelum mengunggah daftar kontak ke server.

Baca juga: Tak Ingin Bernasib Seperti Facebook, Path Permak Aplikasi

Komisi Perdagangan Federal (FTC) Amerika pun menindak kasus itu. Selain karena telah mengumpulkan informasi pengguna tanpa izin, Path juga dikenai sanksi akibat mengoleksi data anak di bawah umur secara ilegal tanpa izin orang tua mereka. Jejaring sosial yang baru berusia tiga tahun itupun dikenakan denda sebesar 800 ribu dolar AS atau sekitar Rp 12 miliar.

Dalam laman blognya, Path menuliskan bahwa di awal peluncuran, anak-anak berusia di bawah 13 tahun masih bisa membuat akun karena sistem mereka saat itu tidak secara otomatis menolak pembuatan akun bagi pengguna di bawah usia 13 tahun.

Path kemudian menyatakan bahwa mereka telah menghapus akun-akun terkait. FTC juga mewajibkan Path untuk menghapus informasi-informasi yang telah mereka kumpulkan dari pengguna berusia di bawah 13 tahun .

Bakrie dan Dinamika Bisnis Path

Masalah yang menimpa Path rupanya tidak mempengaruhi popularitas Path di Indonesia. Di tahun 2013, Kominfo menyebutkan Path sebagai salah satu media sosial yang paling sering dipakai di Indonesia dengan pengguna sebanyak 700 ribu orang.

Angka tersebut meningkat drastis ketika Dave Morin menyebutkan Indonesia sebagai pengguna terbanyak Path dengan jumlah mencapai 4 juta pengguna, melampaui pengguna Path di negara asalnya, Amerika Serikat. Saat itu, Path telah memiliki 20 juta pengguna aktif di seluruh dunia.

Pertumbuhan Path di Indonesia dilirik oleh Bakrie Global Group (Bakrie Telecom). Di tahun 2014, perusahaan keluarga Bakrie tersebut menginvestasikan dana sebesar 25 juta dolar AS atau sekitar Rp 373 miliar. Walaupun pihak Bakrie mengklaim mereka memiliki saham mayoritas di media sosial tersebut, Path mengklarifikasi bahwa Bakrie tidak memegang saham lebih dari satu persen.

Dave Morin tampak menyadari kesempatan Path untuk tumbuh besar di Indonesia. Dari 23 juta pengguna Path di dunia saat itu, seperlimanya adalah pengguna Indonesia. Path bahkan berencana untuk membuka kantor di Jakarta pada awal tahun 2015.

Peminat Path menurun di AS dan Eropa menurun drastis, tapi Path bertahan di Asia, khususnya di Indonesia. Tanda-tanda kehancuran Path sudah mulai nampak, dengan pengguna harian global hanya 5 juta orang.

Baca juga: Kakao Talk Resmi Akuisisi Path

Melihat gelagat buruk itu, Morin memutuskan untuk menjual jejaring sosialnya pada Daum Kakao, perusahaan asal Korea Selatan yang meluncurkan aplikasi Kakao Talk. Strateginya adalah agar Daum Kakao mendapat lebih banyak pengguna di Indonesia untuk menyaingi rivalnya, yaitu aplikasi chatting asal Jepang, LINE.

Namun rencana itu tidak berjalan mulus. Akuisisi Daum Kakao dan pilihan Path untuk memfokuskan targetnya di Indonesia rupanya tidak membawa keuntungan yang berarti. Di tahun 2017, survei yang dilakukan oleh JakPat menunjukkan bahwa Path masih menjadi media sosial keempat yang paling banyak digunakan di Indonesia dengan persentase sebesar 24 persen.

Meski begitu, masa depan Path di Indonesia dinilai tidak begitu cerah, karena harus bersaing dengan para rival-rivalnya yang semakin besar. Seperti misalnya aplikasi berbasis foto lainnya, Instagram, yang kokoh berada di posisi kedua dengan tingkat penetrasi sebesar 70 persen.

‘The Last Goodbye’

Di tahun kedelapan, Path akhirnya lempar handuk alias menyerah. Path pada akhirnya harus mengucapkan selamat tinggal kepada penggunanya. Pengumuman yang dirilis di situs resminya membawa para pengguna Path di Indonesia pada nostalgia.

Banyak yang mengunduh kembali aplikasi Path dan memandang linimasa akun mereka, mengenang masa ketika media sosial tersebut masih ramai digunakan. Namun, ada pula yang masih memiliki aplikasi Path di gawai mereka, walaupun kini sudah tidak mereka gunakan lagi.

Nanda merupakan salah satunya. Ia mengaku tidak menggunakan Path sehari-hari, tapi jejaring sosial tersebut telah menemaninya di tiap bulan Ramadan sejak tahun 2012. “Iya, pokoknya tiap bulan puasa aku pakai Path,” sebutnya.

Nanda menjelaskan bahwa ia senang menggunakan fitur di Path yang memungkinkan penggunanya untuk membagikan waktu saat ia tidur dan kapan ia bangun di linimasa.

Alvin Filbert (19) juga masih menyimpan Path di gawainya. Ia bercerita bahwa teman-temannya yang membuatnya bergabung ke media sosial Path di tahun 2013. Mahasiswa program studi Akuntansi ini mengaku bahwa ia terakhir kali membuka Path di tahun 2017.

Baca juga: Delapan Tahun Berjuang, Path Akhirnya “Pamitan”

“(Tidak aktif lagi) karena yang lain juga udah jarang update, kan,” terangnya. “Ngapain lagi ngeliatin (linimasa) yang sama terus,” sambung Alvin menjelaskan alasannya meninggalkan Path.

Baik Nanda maupun Alvin menyayangkan tutupnya media sosial yang pernah mereka gunakan dalam waktu lama. Namun, mereka berpendapat bahwa kegagalan Path diakibatkan karena fitur-fiturnya yang tidak berkembang dan kalah bersaing dengan aplikasi-aplikasi pesaingnya.

Kedua mahasiswa ini sama-sama menyebutkan Instagram sebagai aplikasi saingan yang telah mengalahkan Path. Mereka menilai fitur-fitur Instagram yang terus bertambah sebagai keunggulannya.

“Instagram sekarang lagi hits banget tuh, update-nya lagi bagus-bagus juga kan. Mungkin karena itu (Path) kalah, karena fitur dan perkembangannya kurang,” tutur Alvin.

Nanda turut mengamini pendapat Alvin. “Karena fiturnya (Path) gitu-gitu doang, makanya aku mainnya di bulan Ramadan doang,” ucap Nanda.

“Yang ngebosenin (karena) gitu-gitu doang fiturnya. Kayak enggak ada berkembangnya. Kalau Instagram kan sekarang bisa IGTV, tiba-tiba story-nya bisa di-zoom,” tambah Nanda, menyebut berapa kelebihan aplikasi pesaing Path.

Begitupun Livyani (20), mahasiswi program studi Manajemen ini memiliki pendapat yang hampir-hampir mirip. Dia mengatakan pernah menggunakan Path selama dua tahun, dan menganggap bahwa banyaknya fitur tidak menjadi standar popularitas suatu media sosial.

“Path itu (perlu) inovasi. Walaupun sedikit fitur, paling enggak ada keunikan sendiri. Sayangnya enggak ada inovasi. Snapchat aja walaupun (hampir) sama kayak Instagram, ada keunikan sendiri, kan? Kalau dia (Path) enggak. Mau gimana?” terangnya.

Kurang Inovasi dan Kurang Duit

Kabar tutupnya Path juga mendapat perhatian dari sejumlah pengamat media sosial di Tanah Air. Nukman Luthfie adalah salah satu pengamat yang banyak dimintai pendapatnya soal penyebab Path akhirnya ditinggalkan penggunanya.

Menurut Nukman Luthfie, masalah tutupnya Path ada pada masalah finansial dan karakteristik Path yang berubah. “Awalnya Path membatasi hanya 150 teman. Ketika ditambah menjadi 500, apa bedanya dengan Facebook?” ujar Nukman kepada tim Telset.id.

Pria berusia 53 tahun itu juga menambahkan bahwa di awal peluncurannya, orang-orang beralih ke Path karena mencari kenyamanan dari Facebook. Keterbatasan jumlah teman di Path menjadikan media sosial itu lebih eksklusif dan privat, sehingga pengguna bisa leluasa untuk memposting gambar maupun status di antara teman-teman dekatnya.

“Sudah produk (Path) lari dari fitrah awal, muncul pesaing baru yang lebih menarik, yaitu Instagram,” tuturnya.

Nukman menjelaskan, media sosial yang kini digunakan oleh warganet di Indonesia terbagi tiga kelompok besar, yakni Facebook, Instagram, dan Twitter, dan ketiganya memiliki karakteristik masing-masing.

Facebook yang berbasis pertemanan memungkinkan pengguna untuk memiliki teman sebanyak-banyaknya. Sementara itu, pengguna Instagram dan Twitter yang berbasis informasi dalam bentuk gambar (Instagram) dan teks (Twitter) dapat mengikuti (follow) pengguna lain dengan bebas.

“Orang Indonesia itu cerewet dan mereka mencari media sosial yang bisa menampung kecerewetan mereka,” sebut Nukman, menggambarkan karakteristik pengguna media sosial di Indonesia.

Ia menyebutkan, saat ini Facebook, Instagram, dan Twitter mampu memfasilitasi pengguna-penggunanya dengan baik, termasuk dari Indonesia, dengan interaksi dan percakapan lewat status maupun komentar.

Mulanya, kata Nukman, Path telah memenuhi syarat itu. Keterbatasan teman membuat pengguna Path hanya berjejaring dengan orang-orang terdekatnya saja dan mereka bisa berinteraksi dengan lebih nyaman.

Namun sayangnya, karena ingin menanggapi desakan pengguna di Indonesia, Path kemudian menambah batasannya menjadi 500 teman. “Path mengambil langkah yang salah,” tandas Nukman.

Selain melanggar “fitrah awal”, kejatuhan Path juga dianggap karena kesalahan me-manage keuangan. Michael Carney, lewat tulisannya di Pando.com, bahkan sudah mencemaskan kejatuhan Path di tahun 2014, karena masalah keuangan.

Kala itu, Path masih mendapat kucuran dana dari banyak investor. Carney berpendapat bahwa Path tidak berkembang akibat eksekusi yang buruk, fokus berlebih pada desain dibandingkan kegunaan, dan pengeluaran yang “terlampau mewah”.

Hal tersebut tercermin dari tim awal Path dengan rasio desainer dan pengembang aplikasi sebesar 1 banding 2 ketika rata-rata seharusnya adalah 1 banding 20. Path juga dinilai menggunakan uangnya dengan berlebihan untuk kantornya yang disebut-sebut pernah memakan biaya 2,5 juta dolar AS (setara Rp 37 miliar) per bulan.

Well, kini nasib Path sudah menjadi bubur. Aplikasi yang sempat digadang-gadang akan menjadi pesaing berat Facebook itu akhirnya tersungkur dan tak bisa bangkit lagi. Kesalahan manajemen keuangan dan kurangnya inovasi, membuat Path harus gulung tikar dan tinggal nama.

“Kurang inovasi, kurang pelanggan, kurang duit,” ujar Livyani menyimpulkan alasan kegagalan Path dengan singkat dan padat. [AU/HBS]

 

Realme C1 Diluncurkan, Harganya Rp 1,4 Jutaan

Telset.id, Jakarta – Realme merilis smartphone menengah terbarunya yang dibanderol dengan harga terjangkau. Sub-brand Oppo tersebut, memperkenalkan Realme C1 yang masuk ke segmen entry-level dan dilepas dengan harga USD 96 atau sekitar Rp 1,4 jutaan.

Realme C1 mengusung spesifikasi yang sebagian besar mirip seperti Realme 2. Bedanya, smartphone ini ditenagai oleh RAM dan memori internal yang lebih kecil, yakni 2GB RAM dan 16GB memori penyimpanan yang dapat diperbesar menggunakan kartu microSD.

Selain itu, kamera depan Realme C1 juga hanya beresolusi 5MP saja. Namun menariknya, kamera tersebut sudah mendukung teknologi berbasis Artificial Intelligence (AI) yang memungkinkannya dijadikan sebagai opsi keamanan tambahan, face unlock.

Baca Juga: Mirip Oppo F9, Realme 2 Pro Punya “Waterdrop Notch”

Sementara untuk spesifikasi lainnya, Realme C1 disematkan komponen serupa dengan Realme 2. Seperti ukuran layarnya yang berukuran 6,2 inci beresolusi HD+ (720 x 1.520 piksel), konfigurasi kamera ganda beresolusi 13MP dan 2MP, baterai berkapasitas 4,230 mAh serta prosesor octa-core 1.8GHz Snapdragon 450.

Dikutip Telset.id dari GSMArena, Sabtu (29/09/2018), Realme C1 juga mengadopsi desain yang hampir sama dengan Realme 2. Smartphone ini dikemas dengan desain berponi atau notch dan body belakang yang terbuat dari polycarbonate dengan efek seperti kaca.

Baca Juga: Realme 2 Dipastikan Meluncur di Indonesia

Yang membedakan keduanya dari sisi desain adalah, Realme C1 tidak mempunyai desain diamond untuk bagian belakangnya, serta tidak memiliki sensor sidik jari sebagai opsi keamanan berbasis biometrik. Sampai sekarang, Realme C1 baru tersedia di India saja, dan akan dijual secara resmi pada 11 Oktober mendatang di sana. (FHP)

Xiaomi Luncurkan Redmi Note 6 Pro dengan Banyak Peningkatan

Telset.id, Jakarta – Xiaomi luncurkan Redmi Note 6 Pro melalui halaman Facebook resmi Xiaomi Thailand. Smartphone tersebut membawa banyak peningkatan dibandingkan seri sebelumnya, Xiaomi Redmi Note 5 Pro.

Smartphone ini mengusung layar besar, berukuran 6,26 inci dengan resolusi Full HD+ (1.080 x 2.280 piksel). Aspek rasionya 19 : 9, yang berarti Redmi Note 6 Pro memiliki notch atau poni di bagian atasnya.

Baca Juga: Gara-gara Kontes, Mi Fans Tuntut Xiaomi

Seperti Huawei Nova 3i dan smartphone sejenis lainnya, Redmi Note 6 Pro juga dibekali dengan empat kamera. Dua kamera belakang dengan resolusi 12MP dan 5MP, serta dua kamera depan yang beresolusi 20MP dan 2MP.

Baca Juga: Diprediksi Jadi “Xiaomi Killer”, Ini Jawaban Honor

Kamera Redmi Note 6 Pro juga telah disematkan teknologi berbasis Artificial Intelligence (AI) di dalamnya. Seperti AI Dynamic Bokeh, AI Potrait 2.0, AI Dual Front Camera dan juga AI Assisted Scene Recognition.

Di sektor dapur pacunya, Redmi Note 6 Pro ditenagai oleh spesifikasi yang hampir sama dengan Redmi Note 5 Pro. Smartphone ini dibekali prosesor octa-core 1.8GHz Snapdragon 636, RAM 4GB/6GB/ ROM 64GB, baterai berkapasitas 4,000 mAh dan sistem operasi MIUI 10 berbasis Android Oreo.

Baca Juga: Xiaomi Mi Mix 3 Punya Tombol Xiao AI, Buat Apa?

Xiaomi Redmi Note 6 Pro tersedia dalam tiga pilihan warna, yakni Black, Blue dan Rose Gold. Di Thailand, Redmi Note 6 Pro dibanderol dengan harga 6.990 baht atau setara dengan Rp 3,2 jutaan. (FHP)

Xiaomi Mi Mix 3 Punya Tombol Xiao AI, Buat Apa?

Telset.id, Jakarta – Xiaomi Mi Mix 3 dikabarkan akan mempunyai asisten pribadi berbasis Artificial Intelligence (AI), mirip seperti Samsung, Apple dan sejumlah smartphone Android lainnya yang masing-masing memiliki Bixby, Siri dan Google Assistant.

Asisten pribadi ini disebut sebagai Xiao AI. Khusus untuk smartphone barunya ini, Xiaomi akan membekali Mi Mix 3 dengan tombol XIao AI khusus, yang memudahkan penggunanya untuk mengakses asisten pintar khas Xiaomi tersebut.

Baca Juga: Nyaris Tanpa Bezel, Inikah Tampang Xiaomi Mi Mix 3?

Asisten pribadi ini sendiri sebenarnya sudah disematkan pada seri Mi Mix 2S secara preloaded untuk wilayah China. Xiao AI memiliki sejumlah kemampuan yang memudahkan para penggunanya dalam beraktivitas.

Misalnya saja membuat alarm, memberikan ramalan cuaca, memutarkan musik, memberitahu kondisi lalu lintas secara real-time, bahkan dapat terintegrasi dengan perangkat smart home buatan Xiaomi.

Baca Juga: Hands-on Oppo Find X: Flagship Penuh Inovasi

Dilansir Telset.id dari GSMArena, Sabtu (29/09/2018), Xiaomi Mi Mix 3 juga akan membawa teknologi bernama Xiaomi LEX. Sayang, masih belum ada informasi lebih lanjut soal Xiaomi LEX, termasuk kegunaannya apabila digunakan oleh para pengguna Mi Mix 3.

Xiaomi Mi Mix 3 sendiri kemungkinan besar akan segera diperkenalkan pada bulan Oktober mendatang. Hal itu diungkapkan langsung oleh Co-founder dan Presiden Xiaomi, Lin Bin melalui situs media sosial, Weibo.

Baca Juga: Xiaomi Mi Mix 3 Jiplak Desain Oppo Find X?

“Kami akan merilisnya pada bulan Oktober,” ujar Lin Bin.

Smartphone ini kabarnya akan mengusung desain mirip seperti Oppo Find X, dengan desain bezel-less dan memiliki kamera slider di bagian atasnya. Diprediksi, smartphone tersebut nantinya akan bersaing ketat dengan Honor Magic 2 dan Lenovo Z5 Pro yang juga mengadopsi desain yang sama. (FHP)

Hati-hati! Bug Ini Ancam 50 Juta Pengguna Facebook

Telset.id, Jakarta – Baru-baru ini, Facebook mengumumkan bahwa mereka telah menemukan bug keamanan yang bisa saja mempengaruhi hampir 50 juta pengguna Facebook. Bug tersebut dapat dimanfaatkan para hacker untuk meretas akun Facebook dengan cukup mudah.

Bug itu sendiri ditemukan Facebook pada fitur “View As”, yang memungkinkan pengguna untuk melihat seperti apa profil mereka saat dilihat oleh pengguna lainnya.

Dalam situs resminya, Facebook menyatakan bahwa bug ini bisa membuat para hacker untuk mencuri token akses Facebook, yang bisa digunakan untuk mengakses akun Facebook tanpa diketahui pemiliknya. Sekadar informasi, token akses Facebook merupakan kunci digital untuk membuka Facebook tanpa login.

Baca Juga: Sistem Booking Maskapai Ini Diretas, Data Pelanggan Terancam

“Ini memungkinkan mereka mencuri token akses, yang kemudian dapat digunakan untuk mengambil alih akun pengguna,” jelas Guy Rosen, VP of Product Management.

Sejauh ini, Facebook menegaskan telah memperbaiki bug tersebut dan telah menghubungi penegak hukum terkait. Selain itu, mereka juga telah mereset token akses dari hampir 50 juta pengguna yang terkena dampaknya, termasuk 40 juta pengguna lainnya yang kerap mencoba fitur “View As” di tahun lalu.

Baca Juga: Jepang Dikritik Soal RUU Pemblokiran Situs Peretas

Bagi pengguna yang terkena dampaknya, nantinya mereka akan otomatis logout dari Facebook dan aplikasi lain yang terhubung dengan Facebook. Ketika mereka login kembali, akan muncul pemberitahuan di atas News Feed yang menjelaskan apa yang terjadi.

Sayangnya, Facebook masih belum mengetahui akun siapa saja yang telah diambil alih oleh para hacker. Sebab, mereka baru saja memulai penyelidikan atas bug tersebut dengan mematikan sementara fitur “View As” sebagai langkah awalnya.

Baca Juga: Awas! Hacker Susupkan Kode Cryptomining ke Dokumen Word

Namun Facebook memastikan, bagi siapapun yang terkena dampaknya, Facebook akan langsung mereset token akses pengguna. Sehingga, para hacker tidak lagi bisa mengakses akun hasil curiannya.

“Privasi dan keamanan adalah hal yang sangat penting, dan kami menyesal hal ini terjadi. Itulah sebabnya kami mengambil tindakan segera untuk mengamankan akun pengguna dan memberitahu mereka apa yang terjadi. Tidak diwajibkan bagi siapapun untuk mengubah password mereka,” pungkas Rosen. (FHP)

Sebentar Lagi, Pengguna iOS akan Lihat Iklan di WhatsApp

0

Telset.id, Jakarta – Facebook tengah bersiap untuk “mendapatkan penghasilan” dari WhatsApp, dengan menayangkan iklan pada aplikasi messenger tersebut. Hal ini diungkapkan akun Twitter @WABetaInfo, yang menyatakan iklan di WhatsApp sedang dikembangkan dan diuji coba.

Sebagai permulaan, iklan nantinya akan ditayangkan pada aplikasi WhatsApp di platform iOS. Dilansir Telset.id dari phoneArena, Sabtu (29/09/2018), kemungkinan iklan tersebut akan ditampilkan pada WhatsApp Status, mirip seperti Instagram Stories.

Yang masih belum jelas soal iklan pada WhatsApp adalah, bagaimana cara Facebook untuk menargetkan iklan bagi ke pengguna WhatsApp. Sebab, seluruh pesan WhatsApp telah dienkripsi, yang membuat raksasa media sosial ini tidak bisa mendapatkan data pengguna.

Baca Juga: Cara Hentikan WhatsApp Berbagi Informasi dengan Facebook

Bisa jadi, iklan ini berlaku ketika WhatsApp mengizinkan Facebook untuk berbagi nomor telepon pengguna. Sehingga Facebook dapat menempatkan iklan bertarget berdasarkan aktivitas pengguna dalam aplikasi lainnya.

Iklan di WhatsApp sebenarnya menjadi alasan utama, kenapa Co-founder mereka, Brian Acton mundur dari jabatannya pada tahun lalu, tepat setelah CEO WhatsApp, Jan Koum melakukan hal yang sama. Acton merasa kesal karena Facebook ingin memonetisasi WhatsApp menggunakan iklan bertarget.

Baca Juga: WhatsApp akan Tandai Pesan Asli atau Spam

Itu berarti, WhatsApp akan menyerahkan data pengguna ke Facebook, yang menggunakan informasi itu untuk mengirimkan iklan sesuai aktivitas atau personalisasi pengguna. Meski demikian, masih belum ada informasi soal kapan dirilisnya iklan yang akan tampil di WhatsApp. (FHP)

Di Rusia, iPhone Dibikin Jadi Batu Nisan

0

Telset.id, Jakarta – Ada yang unik di sebuah tempat pemakaman umum di kota Ufa, Rusia. Bukan lantaran berhantu. Namun, satu batu nisan dari sekian ratus makam yang ada di sana berwujud iPhone. Batu nisan uni ini berada di atas makan seorang traveller Rusia.

Jika Anda lihat pada foto di bawah, bentuk nisan iPhone ini cukup besar, dan lebih tinggi dari nisan lainnya yang ada di pemakaman tersebut.

Batu nisan tersebut didesain atas permintaan mendiang Rita Shameeva, gadis 25 tahun yang meninggal dunia pada Januari 2016 lalu.

Awalnya tak ada yang aneh dengan makam Rita. Semua tampak biasa-biasa saja, seperti makam pada umumnya. Namun, baru-baru ini, di atas Rita bersemayam batu nisan yang tak lazim, berbentuk iPhone.

Baca juga: Unik! Casing iPhone X Ini Berbobot 10 Kilogram

Batu nisan “penutup” liang lahat jasad Rita dilengkapi foto, yang seolah gambar animasi alias screensaver. Batu nisan itu memiliki tinggi lebih kurang 1,5 meter sehingga tampak sangat menyolok.

Banyak warga Rusia yang mengaku terheran-heran. Mereka tak pernah menduga ada batu nisan seperti itu. Apalagi, di sana juga terdapat barcode, sekumpulan data optik yang bisa dibaca oleh mesin.

“Saya seperti sedang berhalusinasi. Bagaimana mungkin ponsel buatan Amerika Serikat tiba-tiba muncul di kuburan? Ukurannya pun sangat besar,” kata seorang warga Rusia bernama Mourner Nikolay Yevdokimov.

Baca juga: Ibu Ini Kaget, Bayi di Dalam Rahimnya Pakai “Headphone”

Dilansir The Sun, seperti dikutip Telset.id pada Jumat (28/9/2018), warga sekitar, termasuk Mourner, mengaku tak tahu banyak tentang Rita. Sepengetahuannya, Rita adalah seorang traveler yang menyukai ponsel.

Laporan menyebut bahwa batu nisan berbentuk iPhone tersebut dibuat oleh sebuah perusahaan Siberia. Desainer Pavel Kalyuk pernah membangun nisan yang sama untuk menarik perhatian masyarakat. [SN/HBS]

Sumber: The Sun

 

 

 

 

Hacker Taiwan Ancam Hapus Akun Facebook Mark Zuckerberg

0

Telset.id, Jakarta – Hacker asal Taiwan berencana ingin menghapus akun Facebook Mark Zuckerberg hari minggu ini. Pria bernama Chang Chi-yuan ini mengatakan bahwa dia akan melakukan siaran langsung melalui streaming pada pukul 6 sore agar masyarakat bisa melihat aksinya tersebut.

“Menyiapkan penghapusan akun Zuck pendiri FB. Dijadwalkan untuk ditayangkan,” tulis Chang seperti yang dilansir Telset.id dari Bloomberg.

Chang yang kini diketahui berusia 24 tahun ini memiliki 26.000 pengikut di laman Facebook-nya. Dirinya mengaku sebagai “hacker putih”, yang menjual jasa mencari kelemahan perangkat lunak perusahaan.

Aktifitas tersebut lebih dikenal dengan sebutan bug bounty. Para hacker dari India hingga Amerika Serikat secara rutin mencari celah di situs web dan perangkat lunak perusahaan untuk mendapatkan imbalan.

Baca juga: Gedung Putih Siap Perang dengan Kelompok Hacker

Chang mengaku memiliki kemampuan yang hebat dalam melakukan hacking. Dirinya mengaku pernah dilaporkan oleh operator bus lokal setelah meretas sistem mereka sehinga dapat membeli tiket hanya dengan harga NT $ 1 atau 3 sen.

Dia juga berseloroh jika pernah menyerang Apple dan Tesla, walaupun itu semua belum terbukti. Bahkan kabarnya akun Facebook Chang terdaftar diantara 8 kontributor khusus dalam Bug Line Corporation di tahun 2016.

Kegiatan Bug Bounty sendiri bukan sesuatu yang asing bagi Facebook. Seperti perusahaan raksasa teknologi dari Silicon Valley lainnya, mereka acapkali melakukan percobaan untuk mencari kelemahan di situsnya. Tetapi untuk aksi Chang ini pihak Facebook belum mau berkomentar.

Baca juga: Bursa Kripto Jepang Kembali Diserang Hacker

Chang sendiri mengaku tidak memiliki motif politis terkait rencananya tersebut. Bagi Chang dirinya hanya ingin coba-coba, dan berharap bisa mendapatkan uang dari aksinya tersebut.

“Saya tidak ingin menjadi peretas yang hebat, dan saya bahkan tidak ingin menjadi peretas sama sekali,” kata Chang dalam postinganya baru-baru ini.  “Saya hanya bosan dan mencoba mencoba-coba sehingga saya dapat menghasilkan uang,” sambungnya.

Tidak bisa dipungkiri jika perusahaan media sosial berada di bawah ancaman peretasan yang berdampak pada data privasi pengguna, sehingga masalah keamanan yang sederhana pun bisa menjadi besar jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat. [NM/HBS]

Sumber: Bloomberg

Gara-gara Peta Satelit, Belgia akan Tuntut Google

0

Telset.id, Jakarta – Google Map bisa jadi merupakan salah satu aplikasi yang paling sering dipakai, karena menampilkan peta wilayah untuk mencari alamat atau lokasi tertentu. Namun di balik semua keuntungan itu, Google Maps dianggap berbahaya bagi keamanan negara.

Google Maps dituding bisa membahayakan keamanan suatu negara, karena pihak asing bisa mengetahui secara pasti lokasi kawasan terlarang atau strategis seperti markas militer atau kantor kepala negara.

Fitur ini juga yang membuat Belgia akan menuntut Google. Alasannya, raksasa teknologi Amerika Serikat itu tidak mengaburkan gambar lokasi pertahanan atau militer negara itu.

Juru Bicara Kementerian Pertahanan Belgia mengatakan pihaknya telah meminta lokasi-lokasi seperti pangkalan udara dan stasiun tenaga nuklir supaya dikaburkan dari layanan pemetaan satelit Google. Namun nampaknya perusahaan ini tidak mengindahkan permintaannya.

Baca juga: Tak Ada Lagi “Bumi Datar” di Google Maps

“Kementerian Pertahanan akan menuntut Google,” kata juru bicara Kementerian PErtahanan Belgia, seperti dilansir channelnewsasia.com, Jumat (28/9/2018).

Namun Kementerian Pertahanan Belgia tidak memberikan rincian tuntutan apa yang akan mereka layangkan ke Google, dan langkah-langkah selanjutnya yang akan mereka ambil.

Google sebelumnya telah memenuhi permintaan serupa dari pemerintah negara lain. Tetapi alasannya karena kekhawatiran terhadap geo mapnya dan foto jalan yang terperinci dianggap dapat membahayakan keamanan warga.

Sebelumnya sejumlah pengguna mengaku telah menemukan fitur baru di aplikasi Google Maps. Melalui fitur ini, Google Maps dimungkinkan cari tempat parkir rekomendasi di destinasi tujuan, meski pengguna masih dalam kondisi mengemudi.

Fitur baru di Google Maps itu diperkirakan masih dalam tahap pengujian. Sebab, pihak Google masih belum bisa dimintai konfirmasinya.

Berdasarkan laporan dari sejumlah pengguna, rekomendasi parkir di Google Maps muncul ketika mereka sedang berada di tengah-tengah perjalanan. Rekomendasi dapat menghilang, jika pengguna tidak melakukan tindakan apapun terhadapnya.

Baca juga: Canggih! Google Maps Bisa Deteksi Daya Baterai Ponsel

Rekomendasi parkir yang baru diketahui ada di Google Maps juga memungkinkan pengguna untuk menghilangkannya secara manual. Menariknya, ketika pengguna mengizinkan Google untuk memandu mereka ke tempat parkir yang disarankan, Google Maps langsung menampilkan estimasi waktu untuk mencapai tujuan. [WS/HBS]

Sumber: Channelnewsasia

Grab Hengkang dari Thailand Gara-gara Go-Jek?

0

Telset.id, Jakarta – Perusahaan transportasi online Grab sedang melakukan pembicaraan untuk merealisasikan rencana melepas saham bisnisnya di Thailand. Grab berencana menjual mayoritas saham kepada Central Group, perusahaan ritel terbesar di Thailand.

Pembicaraan kedua perusahaan berlangsung di tengah kondisi persaingan bisnis dengan Go-Jek yang semakin panas. Jika kesepakatan dengan Central Group berlanjut, ikatan Grab dengan perusahaan pengecer di luar pengiriman makanan akan kian luas.

Grab tertarik untuk melakukan bisnis dengan JD Central, sebuah perusahaan patungan e-commerce senilai USD 500 juta yang diluncurkan Central Group pada awal tahun ini dengan raksasa e-commerce China JD.com.

Baca juga:  Grab Thailand Bakal Lepas Saham ke Central Grup?

Menurut laporan Reuters, Kamis (27/9), hingga saat ini nilai kesepakatan antara Grab dengan Central Group belum ditentukan. Padahal, pembicaraan mereka telah berlangsung sejak beberapa waktu.

“Menyelaraskan diri dengan Central Group bisa membantu Grab mendapatkan persetujuan lebih cepat dalam mengembangkan bisnis pembayaran digital,” kata Nattabhorn Juengsanguansit, Direktur Asia Group Advisors, penasihat hubungan pemerintah.

Baca juga:  Go-Jek akan Dapat Suntikan Modal Rp 29,7 Triliun?

“Kesepakatan ini mewakili potensi sinergi untuk kedua belah pihak. Grab bakal bisa menurunkan biaya transportasi untuk bisnis makanan dan e-commerce di Central Group,” tambah Nattabhorn.

Central Group, yang dimiliki oleh keluarga miliarder Chirathivat, juga mengelola pusat perbelanjaan dan hotel di seluruh Thailand. Sayang, belum ada konfirmasi resmi dari Grab maupun Central Group soal hal ini. [BA/HBS]

Sumber:  Reuters

 

Amerika Jegal Proyek Huawei di Papua Nugini

0

Telset.id, Jakarta – Konflik antara Amerika Serikat (AS) dengan Huawei rupanya tak hanya memboikot penggunaan dan penjualan produk Huawei di AS saja, tapi juga meluas ke negara-negara sekutunya. Amerika dikabarkan berupaya menjegal proyek Huawei di Papua Nugini, salah satu negara sekutu AS.

Di negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia ini, AS berupaya menghentikan langkah raksasa teknologi China ini membangun infrastruktur internet.

Informasi ini diungkapkan langsung oleh Kuasa Usaha AS James Caruso dalam wawancara di radio Australian Broadcasting Corp.

Baca juga: Ponsel Lipat Huawei Bisa Gantikan Komputer

“Kami sedang mengerjakan tawaran balik (untuk proyek Huawei di Papua Nugini),” ujar James, seperti dilansir Channel News Asia, Jumat (28/9/2018).

Sebenarnya Huawei sudah berencana membangun proyek pembangunan jaringan telekomunikasi di kawasan ini sejak dua tahun lalu.

Tetapi pada saat yang sama AS dan sekutunya juga sedang mempererat hubungan diplomatik dengan Papua Nugini dalam rangka memantau peningkatan pengaruh China di sana.

Sebelumnya Australia telah mendepak Huawei dari kontrak pembangunan jaringan seluler nasional dengan alasan keamanan. Bahkan negara ini juga membatalkan Huawei dari proyek pemasangan kabel komunikasi bawah laut dari Sydney ke Papua Nugini dan Kepulauan Solomon.

“Gagasannya adalah memberi alternatif. Ini bukan untuk mengatakan ‘Jangan berbisnis dengan China’. Penawaran China sudah ada, terserah semua untuk bersaing,” kata dia.

Namun dia tidak merinci rincian tawaran yang akan diajukan untuk menandingi proposal Huawei tersebut. Hingga berita ini ditulis, belum ada tanggapan dari perwakilan Australia, Jepang dan Papua Nugini ketika dihubungi oleh Reuters. Begitu juga Huawei yang tidak segera memberikan berkomentar.

AS belum memiliki duta besar di Australia sejak 2016. Posisi Caruso adalah sebagai diplomat utama yang mewakili negara Paman Sam itu.

Baca juga: Huawei Sebut iPhone Anyar Tak Beda dengan iPhone X

Pada 2016 lalu, Huawei mengumumkan akan membangun  jaringan kabel bawah laut sepanjang 5.457 km yang menghubungkan 14 kota pesisir di negara yang berbagi wilayah dengan Propinsi Papua ini. Namun mereka tidak mengungkapkan jadwal konstruksi proyek besar tersebut.

Bulan lalu Menteri Investasi Negara Papua Nugini William Duma mengatakan kepada harian The New New Guinea bahwa Bank Exim China akan meminjamkan dana untuk prosek sebesar US $ 200 juta atau mencapai Rp 2,9 triliun. [WS/HBS]

Sumber: Channelnewsasia