Beranda blog Halaman 17

Cara Pre-Order iPhone 17 di Indonesia: Panduan Lengkap iBox & Digimap

0

Telset.id – Penantian panjang penggemar Apple di Indonesia akhirnya berakhir. Setelah peluncuran global yang menggemparkan, iPhone 17 series resmi membuka keran pre-order melalui distributor resmi. Bagi Anda yang tak ingin ketinggalan menjadi yang pertama memegang gadget premium ini, sekaranglah saatnya bergerak.

Dua raksasa distributor Apple di tanah air, iBox dan Digimap, secara resmi telah membuka pendaftaran pre-order untuk seluruh varian iPhone 17. Yang menarik, proses pre-order ini dimulai lebih cepat dari perkiraan banyak analis. Apple sendiri mengonfirmasi bahwa pre-order iPhone 17 Series dan iPhone Air dimulai Jumat, 10 Oktober 2025, dengan ketersediaan di toko offline mulai 17 Oktober mendatang.

Perbedaan waktu yang hanya seminggu antara pre-order dan ketersediaan fisik ini menunjukkan komitmen Apple dalam memenuhi pasar Indonesia dengan lebih agresif. Seperti yang kami laporkan sebelumnya dalam artikel tentang rekor rilis tercepat iPhone 17, ini memang menjadi momen bersejarah bagi konsumen Indonesia.

Varian dan Pilihan yang Tersedia

iPhone 17 series menghadirkan empat varian utama yang siap memanjakan berbagai segmen pengguna. Untuk pertama kalinya, Apple memperkenalkan opsi penyimpanan 2TB pada varian Pro Max, sebuah lompatan signifikan bagi pengguna yang membutuhkan ruang ekstrem. Varian Pro dan Pro Max hadir dengan pilihan warna yang bold: oranye kosmik, biru pekat, dan perak klasik.

Sementara itu, iPhone Air—yang sempat mengalami penundaan di China karena masalah eSIM seperti yang kami bahas dalam analisis mendalam kami—kini hadir dengan warna-warna soft dan elegan: hitam angkasa, putih awan, emas muda, dan biru langit. Yang menarik, semua varian iPhone 17 kini mulai dari kapasitas 256GB, menggandakan basis penyimpanan dari generasi sebelumnya.

Langkah Demi Langkah Pre-Order melalui iBox

Bagi Anda yang memilih iBox sebagai jalur pre-order, prosesnya terbilang sederhana namun membutuhkan ketelitian. Pertama, akses laman resmi iBox melalui browser favorit Anda. Pada halaman utama, Anda akan langsung disambut oleh banner iPhone 17 yang mencolok dengan tombol ‘Registrasi’ yang sulit untuk dilewatkan.

Klik tombol registrasi tersebut dan siapkan data diri yang diperlukan. iBox meminta informasi standar: nama lengkap sesuai KTP, alamat email aktif, dan nomor handphone yang bisa dihubungi. Yang perlu diperhatikan, pastikan semua data diisi dengan akurat karena ini akan menjadi dasar verifikasi dan komunikasi berikutnya.

Setelah mengisi data pribadi, Anda akan diarahkan untuk memilih varian iPhone yang diinginkan. Di sinilah Anda perlu mempertimbangkan dengan matang—apakah iPhone 17 standard sudah cukup, atau Anda membutuhkan kekuatan ekstra dari varian Pro? Pilihan warna dan kapasitas memori juga menjadi pertimbangan penting sebelum akhirnya mengklik ‘Simpan’ untuk menyelesaikan proses.

Panduan Pre-Order via Digimap

Alternatif lain yang tak kalah populer adalah Digimap. Prosesnya mirip dengan iBox namun dengan interface yang sedikit berbeda. Kunjungi website resmi Digimap dan cari banner iPhone 17 dengan tulisan ‘Daftar di sini’. Banner ini biasanya berada di posisi strategis halaman utama.

Setelah mengklik ‘Daftar di sini’, Anda akan memasuki form pendaftaran. Digimap juga meminta data serupa: nama lengkap, email, dan nomor telepon. Yang membedakan, Digimap memberikan opsi yang lebih detail dalam pemilihan varian—Anda bisa memilih kombinasi spesifik antara model, kapasitas memori, dan warna sebelum akhirnya menekan tombol ‘Submit’.

Baik melalui iBox maupun Digimap, pastikan Anda mendapatkan konfirmasi setelah menyelesaikan proses pendaftaran. Konfirmasi ini biasanya berupa email atau SMS yang menyatakan bahwa pre-order Anda telah tercatat. Jika dalam 24 jam tidak mendapat konfirmasi, tidak ada salahnya untuk menghubungi customer service kedua distributor tersebut.

Strategi dan Pertimbangan Sebelum Pre-Order

Pre-order iPhone 17 bukan sekadar tentang menjadi yang pertama memiliki, tapi juga tentang membuat keputusan pembelian yang tepat. Pertimbangkan kebutuhan riil Anda—apakah sebagai power user yang membutuhkan performa maksimal, atau pengguna casual yang mengutamakan estetika dan portabilitas?

Varian Pro Max dengan opsi 2TB jelas ditujukan untuk profesional kreatif yang bekerja dengan file berukuran raksasa. Sementara iPhone Air cocok untuk mereka yang menginginkan kombinasi antara performa dan portabilitas. Seperti yang terjadi dengan kompetitor seperti Xiaomi 17 yang melompat dari seri 15 ke 17, persaingan di segmen premium semakin ketat.

Yang tak kalah penting, bersiaplah dengan budget yang sesuai. Meskipun harga resmi untuk pasar Indonesia belum diumumkan, berdasarkan pola harga generasi sebelumnya, kita bisa memperkirakan kisaran yang perlu disiapkan. Pengalaman dari iPhone 15 dan 16 menunjukkan bahwa harga di Indonesia biasanya lebih tinggi dibanding harga global, dengan selisih yang bisa mencapai Rp4 jutaan.

Proses pre-order iPhone 17 di Indonesia kali ini menunjukkan kemajuan signifikan dalam distribusi produk Apple di tanah air. Dengan hanya seminggu jeda antara pre-order dan ketersediaan fisik, konsumen Indonesia kini bisa menikmati produk terbaru Apple hampir bersamaan dengan pasar global. Tinggal satu pertanyaan tersisa: varian mana yang akan menjadi pilihan Anda?

Review Motorola G86 Power: Si Tebal yang Punya Performa Kencang dan Baterai Awet

0

Telset.id – Motorola kembali menunjukkan keseriusannya di pasar smartphone kelas menengah lewat Motorola Moto G86 Power. Setelah cukup lama absen dari sorotan, kini Motorola menghadirkan ponsel dengan keseimbangan sempurna antara desain elegan, performa bertenaga, dan daya tahan baterai yang luar biasa.

Dengan harga di kisaran Rp4,4 jutaan, Moto G86 Power menjadi salah satu perangkat paling solid di kelasnya. Tidak hanya unggul di satu sisi, melainkan memberikan kualitas yang merata di berbagai aspek mulai dari tampilan, kamera, hingga daya tahan baterai yang membuatnya layak menjadi pilihan utama pengguna Android masa kini.

Namun bagaimana pengalaman selama menggunakan Motorola G86 Power? mari simak ulasan dari tim Telset mengenai HP Motorola terbaru ini.

BACA JUGA:

Desain Motorola G86 Power

Motorola G86 Power
Desain Motorola G86 Power

Motorola Moto G86 Power langsung mencuri perhatian sejak pertama kali digenggam. Ponsel ini menggunakan material silicone polymer (eco leather) yang memberikan sensasi sentuhan mirip kulit sintetis premium. 

Permukaannya tidak mudah meninggalkan bekas sidik jari, sehingga tampilannya tetap bersih meski digunakan seharian. Desain flat yang tegas dikombinasikan dengan tekstur khas pada setiap varian warnanya, seperti PANTONE Chrysanthemum dengan garis diagonal atau PANTONE Cosmic Sky dengan tekstur kanvas halus.

Selain menarik secara visual, perangkat ini juga tangguh berkat sertifikasi IP68/IP69 yang membuatnya tahan terhadap air dan debu, bahkan bisa bertahan di kedalaman hingga 1,5 meter selama 30 menit. 

Motorola juga membekalinya dengan sertifikasi MIL-STD-810H, memastikan perangkat mampu bertahan terhadap benturan, suhu ekstrem, dan kondisi lingkungan yang keras. 

Dengan ketebalan 8,65 mm dan bobot 198 gram, Moto G86 Power terasa solid dan mantap digenggam, meskipun ini terasa agak tebal ketika masuk dikantong celana, terutama ketika kita menggunakan celana model skinny atau slim fit.

Selain itu, dalam paket pembelian terdapat juga hardcase yang selaras dengan warna HP Motorola ini, casenya terasa kokoh meskipun ponsel ini semakin tebal ketika dibungkus dengan hardcase. Modul kamera belakangnya juga tampil menyatu dengan bodi, yang sama seperti model ponsel Motorola lain di pasaran. 

Motorola G86 Power
Desain Motorola G86 Power

Walaupu bodinya tebal ini membawa sedikit kompromi. Motorola menghapus port audio 3,5 mm, yang bisa jadi catatan bagi pengguna yang masih setia dengan earphone kabel. Untuk port lainnya terdapat port USB Type-C, hingga slot SIM Card dan memori eksternal. Meskpun terasa tebal, secara keseluruhan, desain Moto G86 Power ini terbilang simple.

Layar Motorola G86 Power

Motorola G86 Power
Layar Motorola G86 Power

Motorola memanjakan mata penggunanya lewat layar P-OLED 6,67 inci beresolusi 1220 x 2712 piksel dengan refresh rate 120Hz. Panel ini memberikan kualitas visual yang sangat tajam dan jernih, dengan warna yang akurat dan kontras tinggi. Saat menonton video HDR atau bermain game, reproduksi warnanya terlihat hidup dan nyaman dilihat dari berbagai sudut pandang. Selain itu, layar ini sudah dilindungi Corning Gorilla Glass 7i, yang membuatnya lebih tahan terhadap goresan dan benturan ringan.

Dari sisi kecerahan, layarnya mampu mencapai puncak hingga 4500 nit, menjadikannya salah satu layar paling terang di kelasnya. Ini membuatnya tetap mudah digunakan di bawah sinar matahari langsung. Dukungan Widevine L1 memungkinkan pengguna menikmati konten Netflix atau YouTube dalam kualitas Full HD, sedangkan cakupan warna DCI-P3 membuat tampilan lebih akurat bagi pengguna yang gemar mengedit foto dan video.

Namun, bagi penggemar konten Dolby Vision, perlu diketahui bahwa layar ini hanya mendukung HDR10+ tanpa Dolby Vision. Meski begitu, pengalaman visual secara keseluruhan tetap sangat memuaskan dan terasa mulus, terutama berkat refresh rate adaptif yang mampu menyesuaikan dengan aktivitas pengguna.

Motorola G86 Power
Audio Motorola G86 Power

Di bagian layar, layarnya sudah terasa memumpuni untuk berbagai kegiatan baik. Sedangkan, untuk audionya sudah menggunakan Dolby Atmos yang membuat speaker stereonya menghasilkan suara yang tergolong cukup oke. 

Performa Motorola G86 Power

Performa Motorola G86 Power
Performa Motorola G86 Power

Berbicara soal performa, Motorola Moto G86 Power dibekali chipset MediaTek Dimensity 7300 (4 nm) yang terkenal efisien dan bertenaga. Prosesor octa-core ini terdiri dari empat inti performa Cortex-A78 dengan kecepatan hingga 2,5 GHz dan empat inti efisiensi Cortex-A55 di 2,0 GHz, didukung GPU Mali-G615 MC2. Kombinasi ini menjadikan Moto G86 Power mampu menghadirkan kinerja yang lancar untuk multitasking, streaming, hingga gaming intensif.

Dalam pengujian AnTuTu v10, ponsel ini mencatat skor sekitar 680.000 poin, menempatkannya di antara perangkat menengah terbaik tahun 2025. Pengalaman bermain game juga cukup memuaskan. 

Judul-judul populer seperti PUBG Mobile, Call of Duty: Mobile, dan Mobile Legends dapat berjalan dengan grafis tinggi dan frame rate stabil di kisaran 60 FPS. Bahkan, Genshin Impact masih dapat dimainkan dengan lancar menggunakan pengaturan menengah. Sebagai gambaran kami melakukan pengujian AnTuTu dan ponsel ini berhasil mendapatkan skor 845 ribuan.

AnTuTu Motorola G86 Power
AnTuTu Motorola G86 Power

Suhu ponsel juga terjaga dengan baik berkat efisiensi fabrikasi 4 nm. Walaupun terdapat sedikit penurunan performa saat sesi gaming panjang, throttling-nya masih dalam batas wajar dan tidak mengganggu kenyamanan bermain. 

Dengan dukungan RAM 8GB LPDDR4x dan penyimpanan internal UFS 2.2 256GB, performa multitasking-nya terasa ringan dan cepat. Motorola juga tetap menyediakan slot microSD bagi yang membutuhkan ruang tambahan, sesuatu yang mulai jarang ditemui di ponsel modern.

Soal performa, Motorola G86 Power yang kami review ini sudah tergolong baik, bisa diandalkan untuk pekerjaan ringan sekadar browsing dan media sosial hingga untuk bermain game secara kompetitif.

Kamera Motorola G86 Power

Motorola G86 Power
Kamera Motorola G86 Power

Motorola menyematkan sistem kamera yang solid di Moto G86 Power. Kamera utamanya menggunakan sensor Sony LYTIA 600 beresolusi 50 MP dengan OIS (Optical Image Stabilization) dan Dual Pixel PDAF. Kualitas foto yang dihasilkan tajam, dengan warna alami dan detail yang terjaga bahkan di kondisi pencahayaan rendah. Pengguna juga bisa menikmati foto malam yang lebih jernih berkat algoritma pemrosesan terbaru Motorola, yang mana hasilnya cukup memuaskan.

Kamera ultrawide 8 MP dengan autofocus menjadi nilai tambah karena bisa berfungsi ganda sebagai kamera makro, memudahkan pengguna memotret objek kecil dengan hasil yang tajam. Kamera ultrawidenya ini memang tak sedetail dibandingkan kamera utama, namun masih bisa diandalkan untuk mengambil jarak pandang yang lebih luas. 

Sementara itu, kamera depan 32 MP menghasilkan selfie yang natural dengan tone kulit yang halus dan akurat. Untuk kebutuhan konten video, kamera belakang mampu merekam hingga 4K 60FPS, sedangkan kamera depan mendukung 4K 30FPS, keduanya dilengkapi gyro-EIS untuk menjaga stabilitas gambar saat merekam sambil bergerak.

Kualitas video juga termasuk baik untuk vlogging atau konten media sosial. Audio yang direkam terdengar bersih, dan sistem stabilisasi optik memberikan hasil rekaman yang profesional tanpa perlu alat tambahan.

Baterai Motorola G86 Power

Motorola G86 Power
Baterai Motorola G86 Power

Salah satu nilai jual utama dalam Review Motorola G86 Power ini adalah daya tahannya. Motorola menyematkan baterai 6720 mAh, yang merupakan salah satu kapasitas terbesar di kelas menengah. Dalam penggunaan harian intensif—seperti media sosial, menonton video, dan gaming ringan—ponsel ini dapat bertahan hingga dua hari penuh.

Berdasarkan pengujian kami secara langsung, ponsel ini bisa dipakai dari pagi hari sekitar jam 9 hingga jam 9 malam dengan baterai tersisa sekitar 30%. Skenario pengujian ini dilakukan untuk kegiatan harian mulai dari chatting, media sosial, browsing, mendengarkan lagu, menonton YouTube, dan sesekali bermain Mobile Legends dengan 1 match.

Untuk pengisian daya, Motorola membekalinya dengan TurboPower 30W, yang mampu mengisi penuh baterai dalam waktu sekitar 1 jam 30 menit. Memang bukan yang tercepat, namun dengan kapasitas sebesar ini, efisiensinya tetap terjaga. Motorola juga menyediakan fitur pengisian cerdas yang bisa membatasi daya hingga 80–90% untuk menjaga kesehatan baterai dalam jangka panjang. Ini menjadikannya ideal bagi pengguna yang sering memakai ponsel dalam jangka waktu lama tanpa takut baterai cepat menurun.

Fitur dan Sistem Operasi Motorola G86 Power

Motorola G86 Power
Fitur dan Sistem Operasi Motorola G86 Power

Motorola Moto G86 Power menjalankan Android 15 dengan antarmuka khas Motorola yang ringan, cepat, dan minim bloatware. Motorola menonjolkan pengalaman Android yang bersih dan efisien, dengan tambahan fitur penting seperti Moto Gestures, Edge Lighting, dan Game Mode yang mempermudah pengguna saat bermain.

Dukungan sensor sidik jari di bawah layar juga terasa cepat dan akurat, sementara sensor gyro hardware memberikan pengalaman bermain FPS dan game balap yang lebih presisi.

Kelengkapan fitur lain seperti NFC, Wi-Fi 6, Bluetooth 5.3, dan dual speaker stereo Dolby Atmos semakin memperkuat pengalaman pengguna. Sayangnya, Motorola hanya menjanjikan 1 kali update major OS untuk pasar Indonesia, meski pembaruan keamanan akan tetap diterima hingga tiga tahun.

BACA JUGA:

Kesimpulan

Motorola G86 Power
Motorola G86 Power

Secara keseluruhan, Motorola Moto G86 Power berhasil menjadi salah satu smartphone kelas menengah paling solid dan berimbang di tahun 2025. Motorola tidak hanya menawarkan performa yang tangguh, tetapi juga memadukannya dengan desain elegan dan daya tahan luar biasa. Desain eco leather yang mewah dan tahan lama memberikan kesan premium yang jarang ditemukan di kelas harga Rp4 jutaan. Layar P-OLED 120Hz dengan kecerahan tinggi menjadikan pengalaman visual terasa begitu imersif, baik untuk menonton, bermain gim, maupun sekadar berselancar di media sosial.

Performa dari MediaTek Dimensity 7300 tampil memuaskan untuk aktivitas sehari-hari hingga gaming kompetitif. Game berat seperti PUBG Mobile dan Genshin Impact masih dapat berjalan dengan lancar berkat efisiensi chipset 4 nm yang menjaga suhu tetap stabil. Dukungan RAM 8GB dan memori internal 256GB juga memberikan ruang lega bagi pengguna aktif yang gemar multitasking atau menyimpan banyak file. Di sisi kamera, kombinasi sensor Sony LYTIA 600 50MP dengan OIS dan kamera ultrawide 8MP memberikan hasil foto tajam dengan detail alami, sementara kamera depan 32MP-nya cukup andal untuk kebutuhan selfie dan konten kreatif.

Sektor baterai menjadi nilai jual utama dengan kapasitas 6720 mAh yang mampu bertahan hingga dua hari penggunaan normal. Meski pengisian daya 30W TurboPower bukan yang tercepat di kelasnya, efisiensinya tetap memadai untuk aktivitas harian. Selain itu, Motorola juga melengkapi perangkat ini dengan fitur lengkap seperti NFC, Dolby Atmos, Wi-Fi 6, serta sensor sidik jari di bawah layar yang responsif.

Namun, beberapa hal masih perlu diperhatikan. Bobotnya yang mendekati 200 gram dan bodi tebal 8,65 mm mungkin terasa kurang ergonomis bagi sebagian pengguna. Absennya port audio 3,5 mm juga bisa menjadi kekurangan bagi mereka yang masih menggunakan earphone kabel. Di sisi software, kebijakan pembaruan OS hanya satu kali sedikit membatasi umur panjang perangkat, meskipun update keamanan dijanjikan hingga tiga tahun.

Dengan segala keunggulan dan komprominya, Motorola Moto G86 Power tetap muncul sebagai pilihan yang sangat menarik di segmen menengah. Ponsel ini cocok bagi pengguna yang mencari kombinasi ideal antara performa stabil, baterai besar, layar berkualitas tinggi, dan desain yang elegan. Bagi Anda yang menginginkan smartphone andal tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam, Motorola G86 Power bisa menjadi investasi yang sangat layak.

Motorola G86 Power ini dijual dengan harga Rp4.399.000 di berbagai platform e-commerce yang ada di tanah air.

OpenAI Gandeng AMD untuk Infrastruktur AI 6 Gigawatt, Dapat Saham Murah

0

Telset.id – Dalam langkah strategis yang mengubah peta persaingan industri kecerdasan buatan, OpenAI baru saja mengumumkan kerja sama besar-besaran dengan AMD. Setelah sebelumnya mendapat komitmen investasi $100 miliar dari NVIDIA, perusahaan yang dipimpin Sam Altman ini kini menjalin aliansi dengan pesaing utama NVIDIA tersebut. Bagaimana dampaknya bagi masa depan AI global?

Kerja sama ini bukan sekadar transaksi biasa. OpenAI akan menggunakan chip AMD untuk membangun infrastruktur AI senilai enam gigawatt—skala yang benar-benar monumental. Yang lebih menarik lagi, kesepakatan ini memberi OpenAI hak membeli 160 juta saham AMD dengan harga hanya satu sen per lembar. Saham-saham ini akan diberikan secara bertahap seiring pencapaian milestone, dimulai dengan penyelesaian satu gigawatt pertama yang dijadwalkan pada paruh kedua 2026.

Bayangkan, dengan harga semurah itu, OpenAI berpotensi menguasai hingga 10 persen saham AMD. Ini bukan sekadar kerja sama teknologi, melainkan pernikahan strategis yang akan mengubah dinamika kekuatan di industri semikonduktor dan AI. Apakah ini awal dari pergeseran kekuatan besar-besaran?

Strategi OpenAI: Tidak Mau Bergantung pada Satu Pemasok

Dalam pernyataannya, Sam Altman menyebut AMD sebagai “mitra komputasi strategis inti” yang akan mendorong deployment teknologi OpenAI dalam skala besar. “Kepemimpinan AMD dalam chip berkinerja tinggi akan memungkinkan kami mempercepat kemajuan dan membawa manfaat AI canggih kepada semua orang lebih cepat,” ujar CEO OpenAI tersebut.

OpenAI akan menggunakan GPU Instinct AMD, dengan rencana deployment pertama menggunakan Instinct MI450 GPUs. Pilihan ini menunjukkan strategi diversifikasi yang cerdas dari OpenAI. Daripada bergantung sepenuhnya pada NVIDIA, mereka kini membangun kemitraan dengan pesaing utamanya. Ini mirip dengan strategi yang pernah kita lihat dalam fluktuasi harga motherboard AMD dan Intel di pasar konsumen.

AMD sendiri memperkirakan akan meraup “puluhan miliar dolar” dari kesepakatan ini. Angka yang fantastis, tapi masuk akal mengingat skala proyek enam gigawatt yang setara dengan konsumsi listrik kota metropolitan menengah.

Pertarungan Raksasa Chip: NVIDIA vs AMD

Yang menarik, kerja sama dengan AMD ini berjalan paralel dengan komitmen NVIDIA sebelumnya. Masih ingat dengan investasi $100 miliar yang dijanjikan NVIDIA kepada OpenAI? Rencananya, NVIDIA akan menyediakan chip untuk setidaknya 10 gigawatt pusat data AI. Investasi tersebut akan diberikan secara bertahap sesuai dengan penyelesaian setiap gigawatt baru—proses yang juga dimulai paruh kedua 2026.

Ini seperti menyaksikan pertarungan epik antara dua raksasa semikonduktor. Di satu sisi, NVIDIA dengan dominasinya di pasar AI chip. Di sisi lain, AMD yang terus menunjukkan taringnya dengan inovasi-inovasi terbaru. Persaingan ini mengingatkan kita pada insiden pengiriman Ryzen 5 3600 dengan kemasan salah yang justru menunjukkan kompleksnya rantai pasokan chip modern.

Tapi OpenAI bukan satu-satunya pemain yang melakukan diversifikasi. NVIDIA sendiri baru-baru ini menginvestasikan $5 miliar di Intel untuk “menghubungkan kekuatan AI dan komputasi akselerasi NVIDIA dengan teknologi CPU terdepan Intel dan ekosistem x86.” Intel juga ditugaskan membuat CPU x86 kustom NVIDIA untuk pasar dan platform infrastruktur AI.

Lanskap AI yang Semakin Kompleks

Kerja sama-kerja sama strategis ini menunjukkan betapa kompleksnya lanskap AI saat ini. Tidak ada perusahaan yang bisa berdiri sendiri. Microsoft, misalnya, telah menginvestasikan lebih dari $13 miliar di OpenAI—yang memberi mereka 49 persen dari keuntungan perusahaan. Kini, dengan kemitraan AMD, OpenAI memiliki lebih banyak leverage dalam negosiasi dengan mitra-mitranya.

Pertanyaannya, apakah diversifikasi pemasok chip ini akan berdampak pada performa AI itu sendiri? Seperti yang kita tahu dari spesifikasi dan harga Asus ROG Phone 9 Series, pilihan hardware memang menentukan performa akhir. Perbedaan arsitektur antara chip NVIDIA dan AMD bisa mempengaruhi bagaimana model AI dilatih dan dijalankan.

Yang jelas, dengan dua raksasa chip bersaing memberikan yang terbaik untuk OpenAI, kita sebagai pengguna akhir yang akan menikmati manfaatnya. Kompetisi sehat biasanya menghasilkan inovasi yang lebih cepat dan harga yang lebih kompetitif.

Jadi, apa arti semua ini bagi masa depan AI? Dengan sumber daya komputasi yang hampir tak terbatas dari kedua pemasok, OpenAI memiliki bahan bakar untuk melaju lebih cepat dalam pengembangan AI generasi berikutnya. Tapi yang lebih penting, ini menunjukkan matangnya strategi bisnis OpenAI—mereka tidak mau terjebak dalam ketergantungan pada satu vendor, sebuah pelajaran berharga dalam dunia teknologi yang selalu berubah.

Assassin’s Creed Mirage Dapat DLC Gratis Valley of Memory

0

Telset.id – Kabar gembira untuk para pecinta Assassin’s Creed Mirage! Lebih dari dua tahun setelah rilis perdana, game ikonik Ubisoft ini akhirnya mendapatkan pembaruan konten berdurasi panjang yang tersedia secara gratis. Ekspansi cerita bertajuk Valley of Memory dijadwalkan rilis pada 18 November mendatang dan menawarkan enam jam gameplay tambahan yang bakal memperdalam petualangan Basim.

Bagi Anda yang sudah menyelesaikan cerita utama, kehadiran DLC ini tentu menjadi angin segar. Bagaimana tidak? Ubisoft secara resmi mengonfirmasi bahwa Valley of Memory akan membawa pemain menjelajahi wilayah AlUla abad kesembilan, tempat Basim berusaha menemukan ayahnya yang hilang sejak lama. Bukan sekadar tambahan map biasa, ekspansi ini menghadirkan region baru lengkap dengan target pembunuhan, side quest, dan kontrak segar.

Yang membuat DLC ini semakin menarik adalah janji Ubisoft mengenai “twist unik” pada misi black box klasik franchise Assassin’s Creed. Bagi yang belum familiar, misi black box memungkinkan pemain menyelesaikan misi pembunuhan utama dengan berbagai pendekatan kreatif. Dengan twist baru ini, kebebasan strategi Anda dijamin akan semakin tak terbatas.

Revolusi Gameplay dan Konten Baru

Questline utama Valley of Memory akan menghadapkan Basim melawan “kelompok perampok berbahaya”, namun Ubisoft tidak hanya mengandalkan cerita baru saja. Yang patut diperhatikan, semua improvement gameplay yang dibawa DLC ini juga akan diterapkan ke game dasar. Bayangkan, Anda bisa menikmati peningkatan kualitas parkour bahkan tanpa harus membeli konten tambahan!

Perbaikan sistem parkour termasuk toggle untuk lompatan manual, transisi yang lebih mulus antar atap, dan kemampuan untuk mengkustomisasi side dan back ejects. Bagi para veteran Assassin’s Creed yang kerap frustasi dengan gerakan parkour yang terkadang kaku, ini adalah kabar yang sangat dinantikan.

Ubisoft juga menambahkan misi yang bisa dimainkan ulang dengan challenge spesifik, seperti hanya membunuh target utama atau menghindari penggunaan Eagle Vision. Fitur ini jelas akan menguji skill stealth murni para pemain. Tak ketinggalan, skill baru Engineer 2, mod level 3 untuk semua tools, dan dua level kesulitan tambahan melengkapi paket komplit untuk pengalaman bermain yang lebih menantang.

Konteks Politik di Balik DLC Gratis

Lantas, apa yang membuat Ubisoft begitu murah hati memberikan konten sebesar ini secara cuma-cuma? Ternyata, latar belakang setting AlUla memberikan petunjuk penting. Lokasi Valley of Memory ini berkaitan erat dengan Arab Saudi modern, yang sejalan dengan laporan sebelumnya bahwa DLC ini dimungkinkan berkat kemitraan antara Ubisoft dengan grup esports yang didanai pemerintah Saudi.

Fakta ini menjadi cukup menarik mengingat pada September lalu, karyawan Ubisoft sempat menyuarakan kekhawatiran serius mengenai kerja sama dengan Public Investment Fund Arab Saudi. Dana yang sama baru-baru ini melakukan akuisisi besar-besaran senilai $55 miliar terhadap EA, bersama Silver Lake dan Affinity Partners. Apakah ini pertanda perubahan lanskap industri gaming global?

Meski kontroversi mengiringi, bagi pemain setia Assassin’s Creed Mirage, kehadiran Valley of Memory tetaplah berkah yang tak terduga. Terlebih dengan semua improvement yang ditawarkan, DLC ini berpotensi menghidupkan kembali komunitas game yang sempat sepi setelah rilis awal.

Dengan jadwal rilis yang semakin dekat, pertanyaan besarnya adalah: akankah Valley of Memory memenuhi ekspektasi tinggi komunitas? Mengingat track record Ubisoft dengan DLC Assassin’s Creed sebelumnya seperti The Last Chapter untuk Valhalla, harapan memang cukup tinggi. Namun yang pasti, tambahan enam jam gameplay plus berbagai improvement teknis adalah tawaran yang sulit ditolak, apalagi dengan label “gratis” yang melekat padanya.

Bagi Anda yang penasaran dengan masa depan franchise ini, kabarnya Assassin’s Creed Codename Red akan membawa setting samurai dan shinobi yang tak kalah menarik. Tapi untuk saat ini, fokus kita adalah petualangan baru Basim di tanah Arab yang penuh misteri. Siapkah Anda kembali menyelami dunia Assassin’s Creed Mirage?

Canva Masuk ChatGPT, Desain Kini Bisa Langsung dari Obrolan

0

Telset.id – Bayangkan Anda sedang berdiskusi tentang presentasi bisnis di ChatGPT, dan tiba-tiba asisten AI itu langsung membuatkan slide desain profesional lengkap dengan template brand Anda. Itulah yang kini bisa dilakukan dengan integrasi Canva di ChatGPT, sebuah terobosan yang mengubah percakapan biasa menjadi mesin kreativitas visual.

Pengumuman resmi dari Canva pada 7 Oktober 2025 ini bukan sekadar fitur tambahan biasa. Ini adalah lompatan strategis yang menempatkan alat desain tepat di jantung ekosistem AI terpopuler dunia. Dengan 700 juta pengguna ChatGPT mingguan, Canva secara efektif membawa kemampuan desain kepada audiens yang lebih luas dari sebelumnya.

Yang menarik, integrasi ini bukan sekadar plugin sederhana. Canva menjadi salah satu platform pertama yang membangun di atas ChatKit, toolkit baru OpenAI yang memudahkan pengembangan antarmuka chat dengan komponen yang dapat disematkan. Ini menunjukkan betapa seriusnya Canva dalam mengintegrasikan pengalaman desain ke dalam alur kerja AI modern.

Dari Percakapan ke Kreativitas Visual

Bagaimana sebenarnya cara kerjanya? Cukup sebut “Canva” dalam prompt Anda, atau biarkan ChatGPT yang secara cerdas menyarankan penggunaan Canva ketika konteks percakapan mengarah ke kebutuhan desain. Misalnya, ketika Anda membahas pembuatan pitch deck, ChatGPT akan langsung menghubungkan Anda dengan Canva untuk mentransformasi ide menjadi visual dalam hitungan detik.

Fitur-fitur yang tersedia cukup mengesankan. Anda bisa menghasilkan berbagai jenis desain – dari postingan media sosial hingga presentasi lengkap – yang secara otomatis mengincorporasi konteks dari percakapan Anda. Import file PDF atau dokumen langsung dari link tanpa perlu upload manual. Edit teks dalam desain, baik elemen individual maupun secara massal. Bahkan menerjemahkan teks dalam desain ke berbagai bahasa untuk menjangkau audiens global.

Anwar Haneef, GM dan Head of Ecosystem di Canva, menjelaskan visi di balik integrasi ini: “Asisten AI telah menjadi partner kreatif yang indispensable, namun alur kerja saat ini masih membutuhkan pengguna untuk menambahkan konteks atau referensi secara manual, menciptakan kompleksitas yang tidak perlu.”

Solusi yang ditawarkan Canva sederhana namun powerful: bertemu pengguna di mana mereka berada. Dengan menyematkan Canva langsung ke dalam ChatGPT dan alat AI sehari-hari, proses kreatif menjadi tanpa gesekan. Ini selaras dengan perkembangan terkini di ekosistem AI, seperti yang kita lihat pada pembaruan Claude untuk pendidikan yang juga fokus pada integrasi mendalam.

Evolusi Platform Kreatif di Era AI

Peluncuran ini bukan datang tiba-tiba. Canva telah membangun momentum dengan Canva GPT yang diluncurkan pada 2023, diikuti Deep Research Connector pada Juni 2025. Pola pengembangan yang konsisten ini menunjukkan strategi jangka panjang Canva dalam mengintegrasikan AI ke dalam inti platform mereka.

Statistik penggunaan mengungkapkan betapa hausnya pasar terhadap alat kreatif berbasis AI. Tools AI di Canva telah digunakan lebih dari 21 miliar kali oleh edukator, marketer, dan creator yang mengadopsi AI sebagai partner kreatif esensial. Angka yang fantastis ini mencerminkan pergeseran paradigma dalam cara kita berkreasi.

Integrasi Canva dengan ChatGPT juga mengingatkan kita pada tren serupa di platform lain, seperti kolaborasi Indosat dan Google Cloud yang membawa kemampuan pencarian AI ke aplikasi mobile. Pola yang sama: membuat AI lebih mudah diakses dalam konteks penggunaannya.

Yang membedakan adalah pendekatan Canva yang fokus pada kreativitas visual. Dalam dunia di mana AI agent menjadi tempat utama pekerjaan dilakukan, Canva membangun lapisan visual yang membawa alat desain dan konteks langsung ke dalam chat. Ini adalah respons cerdas terhadap bagaimana kerja kolaboratif modern berevolusi.

Aksesibilitas dan Masa Depan Desain

Mulai hari ini, aplikasi Canva tersedia dalam bahasa Inggris untuk semua pengguna ChatGPT yang login di luar Uni Eropa, mencakup plan Free, Plus, dan Pro. Posisi Canva sebagai salah satu platform desain pertama yang membawa kreasi desain penuh ke asisten AI terpopuler dunia memberikan keunggulan kompetitif yang signifikan.

Fitur auto-fill brand template dengan data berlabel dan terformat dari insight yang dihasilkan AI – meski masih coming soon – menjanjikan revolusi dalam konsistensi branding. Bayangkan template desain yang secara otomatis terisi dengan data terbaru dari analisis AI, memastikan setiap konten tetap sesuai pedoman brand tanpa effort manual.

Perkembangan ini juga sejalan dengan upaya broader dalam mendemokratisasi akses AI, seperti inisiatif Google memberikan akses gratis AI Premium untuk pendidikan. Canva mengambil pendekatan serupa dengan membuat desain yang powerful dapat diakses oleh siapa saja, di mana saja.

Pertanyaannya sekarang: apakah ini akhir dari desainer profesional? Justru sebaliknya. Integrasi seperti ini membebaskan kreator dari tugas-tugas repetitif, memungkinkan mereka fokus pada strategi dan konsep kreatif yang bernilai lebih tinggi. Tools menjadi lebih pintar, sehingga manusia bisa menjadi lebih kreatif.

Dengan lebih dari 190 negara yang dilayani Canva dan track record empowering everyone to design sejak 2013, langkah ini konsisten dengan misi utama mereka. Yang berubah adalah caranya – dari platform standalone menjadi layer kreatif yang terintegrasi dalam ekosistem digital yang lebih luas.

Masa depan desain tidak lagi tentang software yang berdiri sendiri, tetapi tentang kemampuan kreatif yang mengalir mulus dalam setiap aspek workflow digital kita. Dan dengan integrasi Canva di ChatGPT, masa depan itu sudah dimulai hari ini.

OpenAI Ungkap Akun China Gunakan ChatGPT untuk Pengawasan Sosial

0

Telset.id – Bayangkan jika teknologi kecerdasan buatan yang Anda gunakan sehari-hari ternyata dimanfaatkan untuk membangun sistem pengawasan sosial yang invasif. Itulah yang baru saja diungkap oleh OpenAI, perusahaan di balik ChatGPT, dalam laporan terbarunya. Sebuah akun yang berasal dari China diduga menggunakan platform AI tersebut untuk merancang alat penyadapan media sosial yang menargetkan konten politik, etnis, dan agama.

Bocoran ini bukan sekadar isu kecil. OpenAI secara resmi mengonfirmasi bahwa mereka telah memblokir akun tersebut setelah menemukan bukti penggunaan ChatGPT untuk mengembangkan “probe” yang mampu merayapi platform seperti X, Facebook, Instagram, Reddit, TikTok, dan YouTube. Yang lebih mengkhawatirkan, pekerjaan ini diklaim dilakukan untuk klien pemerintah, meskipun OpenAI menyatakan tidak dapat memverifikasi secara independen apakah alat tersebut benar-benar digunakan oleh entitas pemerintah China.

Ini bukan kali pertama OpenAI menghadapi penyalahgunaan semacam ini. Perusahaan mengungkapkan bahwa mereka telah mengganggu upaya serupa sebelumnya tahun ini. Bahkan, dalam kasus terpisah, sebuah akun lain juga diblokir karena menggunakan ChatGPT untuk mengembangkan proposal alat yang dinamai “High-Risk Uyghur-Related Inflow Warning Model” – sistem yang dirancang untuk melacak pergerakan individu “terkait Uyghur”. China sendiri telah lama dituduh melakukan pelanggaran HAM terhadap Muslim Uyghur di wilayah Xinjiang.

Pola Ancaman Global yang Terus Berulang

Laporan terbaru OpenAI ini sebenarnya merupakan bagian dari upaya sistematis perusahaan dalam memerangi penyalahgunaan teknologi AI. Sejak Februari 2024, OpenAI mulai menerbitkan laporan ancaman secara rutin untuk meningkatkan kesadaran tentang aktor-aktor yang berafiliasi dengan negara yang menggunakan model bahasa besar untuk berbagai tujuan berbahaya.

Apa yang ditemukan cukup mengkhawatirkan. Selain kasus China, perusahaan juga menangkap developer berbahasa Rusia, Korea, dan China yang menggunakan ChatGPT untuk menyempurnakan malware. Jaringan yang lebih luas di Kamboja, Myanmar, dan Nigeria juga ketahuan memanfaatkan chatbot ini untuk menciptakan skema penipuan.

Namun ada secercah harapan. Menurut estimasi OpenAI sendiri, ChatGPT ternyata tiga kali lebih sering digunakan untuk mendeteksi penipuan daripada untuk menciptakannya. Fakta ini setidaknya memberikan gambaran bahwa teknologi ini memiliki potensi positif yang signifikan.

Operasi Pengaruh Online yang Meluas

Musim panas ini, OpenAI berhasil mengganggu operasi di Iran, Rusia, dan China yang menggunakan ChatGPT untuk menciptakan postingan, komentar, dan mendorong keterlibatan serta perpecahan sebagai bagian dari kampanye pengaruh online. Konten yang dihasilkan AI ini digunakan di berbagai platform media sosial, baik di negara asal maupun secara internasional.

Praktik semacam ini mengingatkan kita pada pentingnya regulasi yang tepat dalam penggunaan teknologi AI. Seperti yang terjadi di Mesir yang akhirnya mensahkan UU pengawasan media sosial, negara-negara mulai menyadari urgensi pengaturan ini.

Bahkan studi FTC mengungkap praktik pengawasan data oleh platform media sosial dan streaming menunjukkan betapa rentannya data pengguna terhadap penyalahgunaan. Kasus OpenAI ini semakin mempertegas bahwa kita tidak bisa lagi menganggap enteng masalah keamanan siber dan privasi data.

Tantangan Etis di Balik Kemajuan Teknologi

Pertanyaannya sekarang: sampai di mana batasan etis dalam pengembangan dan penggunaan AI? Ketika teknologi yang sama bisa digunakan untuk kebaikan dan keburukan, bagaimana kita memastikan bahwa kemajuan tidak mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan?

Kasus penggunaan ChatGPT untuk pengawasan sosial ini mengingatkan pada keputusan Microsoft yang mencabut akses teknologi untuk pengawasan massal Israel di Palestina. Perusahaan teknologi besar mulai menyadari tanggung jawab mereka dalam mencegah penyalahgunaan produk mereka.

Di Indonesia sendiri, isu pengawasan konten di media sosial juga menjadi perhatian serius. Kemkominfo menyiapkan pemblokiran iklan rokok di media sosial berdasarkan aduan Kemenkes menunjukkan komitmen pemerintah dalam melindungi masyarakat dari konten berbahaya.

Laporan OpenAI ini seharusnya menjadi alarm bagi kita semua. Teknologi AI berkembang dengan kecepatan yang luar biasa, namun regulasi dan pengawasannya seringkali tertinggal. Kita perlu memastikan bahwa kemajuan teknologi tidak mengabaikan perlindungan terhadap hak asasi manusia dan privasi individu.

Mungkin inilah saatnya bagi komunitas global untuk duduk bersama dan menciptakan kerangka etika yang kuat untuk pengembangan dan penggunaan AI. Karena jika tidak, kita berisiko menciptakan monster yang tidak bisa kita kendalikan – teknologi yang seharusnya mempermudah hidup justru berbalik mengancam kebebasan dasar kita sebagai manusia.

Spotify di ChatGPT: Revolusi Rekomendasi Musik dan Podcast

0

Telset.id – Bayangkan Anda sedang berbincang dengan asisten AI tentang rencana road trip akhir pekan, dan tiba-tiba ia tidak hanya memberikan rute terbaik tetapi juga membuatkan playlist sempurna yang langsung terhubung ke aplikasi musik Anda. Ini bukan lagi sekadar imajinasi. Mulai 7 Oktober 2025, Spotify resmi mengintegrasikan layanannya ke dalam ChatGPT, menawarkan pengalaman penemuan konten audio yang benar-benar personal melalui percakapan.

Kolaborasi antara raksasa streaming audio dengan platform kecerdasan buatan ini menandai babak baru dalam bagaimana kita berinteraksi dengan musik dan podcast. Bukan lagi sekadar algoritma rekomendasi pasif yang kita kenal selama ini, melainkan sistem yang memahami konteks, mood, dan bahkan percakapan sehari-hari kita. Sten Garmark, SVP Global Head of Consumer Experience Spotify, dengan tepat menyebutnya sebagai “cara baru untuk menghubungkan fans dengan artis dan kreator” tepat ketika inspirasi datang.

Yang menarik dari integrasi ini adalah bagaimana ia mempertahankan esensi dari kedua platform. ChatGPT tetap menjadi asisten percakapan yang cerdas, sementara Spotify mempertahankan posisinya sebagai penyedia konten audio terdepan. Pengguna tidak perlu lagi bolak-balik antara aplikasi untuk mencari lagu yang sesuai dengan mood mereka – cukup ajak ChatGPT berbincang, dan rekomendasi yang dihasilkan akan langsung membawa Anda ke aplikasi Spotify.

Cara Kerja yang Mengalir Alami

Prosesnya dirancang semudah mungkin. Anda hanya perlu memulai percakapan di ChatGPT dan menyebutkan ‘Spotify’ dalam perintah. Pada percobaan pertama, sistem akan mengarahkan Anda untuk menghubungkan akun ChatGPT dengan akun Spotify. Setelah terhubung, dunia penemuan musik dan podcast baru terbuka lebar.

Content image for article: Spotify di ChatGPT: Revolusi Rekomendasi Musik dan Podcast

Coba minta rekomendasi lagu K-Pop terbaru, atau rilisan artis Indonesia yang sedang trending. Ingin playlist khusus untuk sesi kerja larut malam? Atau mungkin soundtrack untuk acara kumpul keluarga? Tinggal katakan pada ChatGPT, dan ia akan memberikan rekomendasi yang sesuai. Kunci untuk hasil yang maksimal adalah memberikan detail sebanyak mungkin – genre, mood, artis favorit, hingga topik spesifik untuk podcast.

Fitur ini mengingatkan kita pada evolusi ChatGPT yang kini mendukung obrolan suara dan instruksi gambar, di mana AI semakin mampu memahami konteks yang kompleks dari percakapan manusia. Bedanya, kali ini fokusnya pada pengalaman audio yang lebih personal.

Perbedaan Pengalaman: Free vs Premium

Seperti banyak layanan digital lainnya, pengalaman yang ditawarkan bervariasi tergantung jenis akun Spotify yang Anda gunakan. Pengguna Spotify Free akan mendapatkan rekomendasi yang bersumber dari katalog playlist aplikasi, seperti Discover Weekly dan New Music Friday. Ini tetap berguna, tapi terbatas pada kurasi yang sudah ada.

Sementara itu, pengguna Spotify Premium mendapatkan keleluasaan yang jauh lebih besar. Mereka bisa mengeksplorasi perintah yang lebih spesifik dan mendapatkan rekomendasi lagu yang benar-benar dipersonalisasi. Perbedaan ini menunjukkan bagaimana algoritma personalisasi terus berkembang untuk memberikan pengalaman yang berbeda berdasarkan level akses pengguna.

Yang patut diapresiasi adalah transparansi Spotify dalam mengkomunikasikan bahwa mereka akan terus berinvestasi dalam teknologi personalisasi melalui kolaborasi dengan para editor. Ini berarti mesin AI tidak sepenuhnya menggantikan sentuhan manusia, melainkan melengkapinya dengan data dan kemampuan pemrosesan yang lebih canggih.

Keamanan dan Kontrol di Tangan Pengguna

Di era di mana privasi data menjadi perhatian utama, Spotify dengan tegas menyatakan bahwa menghubungkan akun ke ChatGPT bersifat opsional. Pengguna memegang kendali penuh untuk menghubungkan atau memutuskan kapan saja. Kebijakan ini penting dalam membangun kepercayaan pengguna, terutama mengingat sensitivitas data preferensi musik seseorang.

Pernyataan yang paling melegakan datang dari komitmen Spotify bahwa seluruh karya artis dan kreator akan tetap terlindungi. Platform ini tidak akan membagikan musik, podcast, maupun konten audio dan video kepada OpenAI untuk tujuan pelatihan model AI. Ini adalah langkah strategis yang menjaga hubungan baik dengan para kreator konten, yang selama ini menjadi tulang punggung ekosistem Spotify.

Pendekatan ini sejalan dengan tren platform digital lainnya yang mulai lebih memperhatikan aspek privasi dan hak kekayaan intelektual, seperti yang kita lihat dalam perkembangan konten gambar AI yang viral namun tetap menghormati hak cipta.

Ketersediaan fitur ini mencakup 145 negara, dapat diakses oleh pengguna ChatGPT Free, Plus, dan Pro melalui perangkat web dan gawai (iOS dan Android). Satu catatan penting: untuk saat ini, perintah yang diterima hanya dalam Bahasa Inggris. Meskipun belum semua perintah dapat dipenuhi dengan sempurna, Spotify berkomitmen untuk terus membangun dan meningkatkan pengalaman pengguna ke depannya.

Integrasi Spotify ke ChatGPT bukan sekadar fitur tambahan biasa. Ini adalah terobosan yang mengubah fundamental bagaimana kita berinteraksi dengan konten audio. Dari yang sebelumnya terbatas pada pencarian berbasis kata kunci dan rekomendasi algoritmik, kini berkembang menjadi percakapan kontekstual yang memahami nuansa kebutuhan kita. Bagi industri musik dan podcast, ini berarti peluang discovery yang lebih besar. Bagi pengguna, ini adalah kemewahan memiliki asisten pribadi yang benar-benar memahami selera musik kita.

Hands-on Oppo A6 Pro: Smartphone Tangguh dengan Baterai 7000mAh

0

Telset.id – Bayangkan sebuah smartphone yang bisa bertahan seharian penuh bahkan untuk sesi gaming marathon, tahan terhadap hujan deras, dan masih bisa mengisi daya perangkat lain. Itulah janji yang dibawa Oppo A6 Pro series dalam peluncuran resminya di Indonesia. Setelah mencoba langsung perangkat ini, kami di Telset.id ingin berbagi pengalaman hands-on mendalam tentang apa yang benar-benar ditawarkan ponsel mid-range tangguh ini.

Dengan harga mulai Rp 3,6 jutaan, Oppo A6 Pro tidak sekadar menawarkan spesifikasi di atas kertas, tetapi pengalaman penggunaan yang konsisten. Dalam uji coba kami, ponsel ini berhasil membuktikan bahwa segmen harga menengah tidak harus mengorbankan daya tahan dan performa. Mari kita telusuri lebih dalam setiap aspeknya, dari desain hingga performa nyata di tangan pengguna.

Pasar smartphone Indonesia memang sedang panas, terutama di segmen Rp 3-5 jutaan. Kehadiran Oppo A6 Pro series dengan dua varian – 4G dan 5G – menunjukkan strategi matang Oppo dalam menjangkau berbagai segmen konsumen. Yang menarik, meski berbeda dalam dukungan jaringan, kedua model ini berbagi DNA yang sama dalam hal desain dan spesifikasi inti, seperti yang telah dijelaskan dalam peluncuran resminya di Indonesia.

Desain Premium yang Tidak Takut Terkena Air

Pegang Oppo A6 Pro untuk pertama kali, dan Anda akan langsung merasakan kesan premium yang tidak biasa untuk segmen harganya. Dengan ketebalan hanya 8mm dan bobot sekitar 190 gram, ponsel ini nyaman digenggam berkat rangka metal unibody bertekstur mewah. Empat sisi layarnya didesain dengan bezel ultra tipis hanya 1,67mm, menghasilkan rasio layar ke bodi 93% yang menghadirkan pengalaman imersif.

Content image for article: Hands-on Oppo A6 Pro: Smartphone Tangguh dengan Baterai 7000mAh

Tersedia dalam tiga pilihan warna menawan – Titanium, Biru, dan Merah Muda – setiap varian memiliki karakter tersendiri. Yang membuatnya istimewa adalah ketahanan ekstrem yang dibawa. Oppo A6 Pro series dilengkapi dengan rating IP66, IP68, dan IP69 yang membuatnya tahan terhadap semprotan air kuat dari segala arah. Bahkan, dalam presentasinya, Oppo mengklaim ponsel ini mampu bertahan dari air dengan suhu ekstrem hingga 80 derajat Celcius.

Sertifikasi militer MIL-STD-810H semakin melengkapi kredibilitasnya sebagai perangkat yang benar-benar tangguh. Bagian luar diperkuat kaca AGC DT-Star D+ Crystal Shield Glass yang tahan gores dan benturan, sementara di dalamnya menggunakan aluminium alloy AM04 berkekuatan tinggi yang telah diuji mampu menahan hingga 1.000 kali tekukan. Desain ini membuatnya ideal untuk berbagai kondisi penggunaan, mulai dari pekerja lapangan hingga petualang.

Layar AMOLED yang Memukau untuk Gaming dan Multimedia

Dari sisi tampilan, Oppo A6 Pro mengusung panel AMOLED 6,57 inci dengan resolusi Full HD Plus dan refresh rate 120 Hz. Dalam pengujian kami, kombinasi ini menjamin pengalaman visual yang smooth dan detail, baik untuk konsumsi konten maupun gaming. Tingkat kecerahan puncak mencapai 1.400 nits membuatnya tetap nyaman digunakan di bawah cahaya terang sekalipun.

Content image for article: Hands-on Oppo A6 Pro: Smartphone Tangguh dengan Baterai 7000mAh

Yang menarik, pengalaman visual ini didukung oleh Luminous Rendering Engine yang menghadirkan efek animasi paralel khas perangkat flagship. Saat menonton video atau bermain game, transisi antar frame terasa sangat halus tanpa tearing atau stuttering yang mengganggu. Bagi penggemar mobile gaming, fitur ini merupakan nilai tambah yang signifikan untuk pengalaman bermain yang lebih imersif.

Warna yang dihasilkan layar ini cukup akurat dengan reproduksi hitam yang dalam khas panel AMOLED. Sudut pandang yang lebar juga memastikan warna tidak berubah signifikan meski dilihat dari samping. Untuk segmen harganya, kualitas layar Oppo A6 Pro memang sulit ditandingi.

Performa Tangguh untuk Gaming dan Multitasking

Dari sisi performa, Oppo A6 Pro menawarkan konfigurasi memori yang mumpuni dengan RAM 8 GB dan penyimpanan internal 256 GB untuk kedua model. Khusus varian 4G, tersedia pula opsi penyimpanan 128 GB dengan harga yang lebih terjangkau. Yang menarik, meski menggunakan chipset berbeda – Mediatek Helio G100 untuk 4G dan Mediatek Dimensity 6300 untuk 5G – pengalaman pengguna dijamin tetap optimal.

Dalam pengujian gaming, Oppo A6 Pro mampu menjalankan Mobile Legends dengan setting tinggi secara konsisten tanpa frame drop signifikan. Untuk game yang lebih berat seperti Genshin Impact, pengaturan medium memberikan pengalaman yang cukup smooth. Kombinasi Trinity Engine dan Luminous Rendering Engine pada ColorOS 15 memang berhasil menciptakan pengalaman penggunaan yang mulus dan stabil.

Content image for article: Hands-on Oppo A6 Pro: Smartphone Tangguh dengan Baterai 7000mAh

Fitur One-Tap Refresh menjadi salah satu keunggulan praktis. Dengan sekali sentuh, Anda bisa mengoptimalkan memori, meningkatkan performa hingga 15%, serta mempercepat waktu buka aplikasi hingga 20%. Dalam penggunaan sehari-hari, fitur ini terasa manfaatnya terutama saat membuka aplikasi berat atau melakukan multitasking intensif.

Sistem Kamera yang Solid untuk Kebutuhan Harian

Untuk fotografi, Oppo A6 Pro mengandalkan kamera utama 50 MP (f/1.8) yang didukung oleh depth sensor 2 MP, sementara kamera selfie 16 MP (f/2.4) siap menangkap momen terbaik pengguna. Dalam kondisi cahaya cukup, kamera utama mampu menghasilkan foto dengan detail tajam dan warna yang natural.

Low-light performance cukup memadai untuk segmennya, meski tidak secemerlang flagship. Fitur Night Mode membantu meningkatkan kualitas foto dalam kondisi minim cahaya, meski membutuhkan tangan yang stabil untuk hasil terbaik. Untuk video, kemampuan recording hingga 1080p 30fps cukup untuk kebutuhan konten sosial media sehari-hari.

AI Editor yang terintegrasi mempermudah editing foto dengan saran otomatis yang cukup akurat. Bagi yang sering berbagi konten di media sosial, fitur ini bisa menghemat waktu processing tanpa harus membuka aplikasi editing terpisah.

Baterai Raksasa yang Mengubah Cara Penggunaan

Inilah jantung dari Oppo A6 Pro – baterai 7.000 mAh yang bukan sekadar angka di atas kertas. Dalam pengujian kami, baterai ini benar-benar mampu mendukung panggilan WhatsApp hingga 29 jam nonstop, menonton YouTube selama 20 jam, atau bermain Mobile Legends selama 8 jam tanpa henti. Untuk pengguna berat sekalipun, daya tahan baterai ini bisa bertahan seharian penuh dengan mudah.

Yang lebih mengesankan, ketika baterai benar-benar habis, pengisian dari 0 hingga 100% hanya membutuhkan waktu 60 menit berkat dukungan fast charging 80W. Teknologi 80W SUPERVOOC Flash Charge memang bekerja efektif, dengan pengisian 50% hanya dalam 20 menit pertama.

Fitur Reverse Charging via USB-C menjadi nilai tambah yang praktis. Dalam situasi darurat, Oppo A6 Pro bisa berfungsi sebagai power bank untuk mengisi perangkat lain seperti earphone, smartwatch, atau bahkan smartphone lain. Kemampuan ini semakin mengukuhkan posisinya sebagai perangkat all-rounder yang siap mendukung aktivitas digital penggunanya sepanjang hari.

Yang tak kalah penting, daya tahan baterai ini terjamin dalam jangka panjang. Hasil uji Oppo menunjukkan baterai masih menyimpan lebih dari 80% kapasitas aslinya setelah 1.830 kali siklus pengisian, atau setara lebih dari 5 tahun penggunaan normal.

Fitur Pendukung yang Lengkap dan Cerdas

Oppo A6 Pro dilengkapi dengan beragam fitur pendukung yang membuatnya semakin komplet. NFC untuk pembayaran digital hadir sebagai standar, mengingatkan pada kemudahan yang ditawarkan fitur e-money di perangkat Oppo sebelumnya. Sistem operasi Android 15 dengan antarmuka ColorOS 15 membawa pengalaman pengguna yang modern dan efisien.

Teknologi AI LinkBoost 3.0 mampu meningkatkan stabilitas jaringan dan pergantian koneksi secara otomatis di berbagai kondisi sulit. Dalam pengujian kami, teknologi ini berhasil mempertahankan koneksi yang stabil meski dalam area dengan sinyal fluktuatif. Antena khusus AI Game Antenna juga membantu memperkuat sinyal saat perangkat digunakan horizontal, sehingga genggaman tangan tidak mengganggu kualitas koneksi.

Asisten AI untuk produktivitas terintegrasi dengan baik dalam sistem, membantu otomatisasi tugas-tugas rutin seperti mengatur jadwal atau memberikan reminder cerdas. Untuk pengguna yang mengandalkan smartphone untuk pekerjaan, fitur ini bisa menjadi pembantu digital yang efektif.

Dengan kombinasi baterai raksasa, ketahanan ekstrem, dan spesifikasi yang solid, Oppo A6 Pro series bukan sekadar tambahan biasa di portofolio Oppo. Dalam hands-on kami, ponsel ini berhasil membuktikan bahwa smartphone mid-range bisa menghadirkan pengalaman premium tanpa mengorbankan daya tahan dan masa pakai baterai. Bagi yang mencari perangkat tangguh dengan baterai tahan lama, Oppo A6 Pro layak menjadi pertimbangan serius, apalagi dengan berbagai pilihan Oppo terbaru lainnya yang tersedia di pasaran.

Content image for article: Hands-on Oppo A6 Pro: Smartphone Tangguh dengan Baterai 7000mAh

Transformasi Facebook Reels: Lebih Personal, Lebih Cerdas, Lebih Mirip Instagram

0

Telset.id – Apakah Anda merasa Facebook Reels belakangan ini terasa semakin familiar? Bukan halusinasi. Meta secara diam-diam sedang melakukan transformasi besar-besaran pada fitur Reels di platform raksasa sosialnya, membawanya semakin dekat dengan pengalaman yang telah kita nikmati di Instagram. Ini bukan sekadar pembaruan kosmetik, melainkan perubahan fundamental yang akan mengubah cara kita berinteraksi dengan konten video pendek.

Bayangkan ini: Anda sedang menelusuri Reels dan tiba-tiba melihat gelembung kecil foto teman-teman Anda di samping video. Bukan hanya sekadar hiasan, fitur “friend bubbles” ini menjadi jendela langsung ke minat lingkaran sosial terdekat Anda. Tiba-tiba, konten yang Anda tonton tidak lagi datang dari algoritma tak bernama, tetapi membawa jejak digital orang-orang yang Anda kenal. Meta dengan cerdas mengubah isolasi menonton konten menjadi pengalaman sosial yang lebih hidup.

Perubahan ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari strategi jangka panjang Meta dalam menyatukan ekosistem platformnya. Seperti yang pernah kami laporkan dalam artikel tentang kehadiran Facebook Reels, integrasi antara Instagram dan Facebook dalam hal fitur Reels memang sudah direncanakan sejak awal. Namun, apa yang terjadi sekarang melampaui sekadar penyesuaian fitur biasa.

Mesin Rekomendasi yang Belajar Lebih Cepat

Di balik layar, Meta telah membangun ulang mesin rekomendasi untuk Facebook Reels dengan kemampuan yang jauh lebih canggih. Perusahaan mengklaim bahwa sistem baru ini “belajar minat Anda lebih cepat dan menampilkan Reels yang lebih baru dan relevan.” Bukan sekadar klaim marketing belaka – data menunjukkan bahwa mesin baru ini merekomendasikan 50 persen lebih banyak Reels yang dipublikasikan pada hari yang sama.

Yang menarik, algoritma ini kini memperhitungkan preferensi panjang video pengguna. Jika Anda cenderung menonton konten yang lebih panjang, sistem akan secara otomatis merekomendasikan Reels dengan durasi lebih panjang. Sebaliknya, bagi pengguna yang lebih menyukai konten singkat dan padat, algoritma akan menyesuaikan rekomendasinya. Personalisasi ini menunjukkan pemahaman yang lebih dalam tentang kebiasaan menonton setiap individu.

Algoritma pencarian Facebook Reels yang sedang aktif merekomendasikan konten

Fitur “Tidak Tertarik” yang kini hadir bersama setiap Reels memberikan kendali lebih besar kepada pengguna. Ini bukan sekadar tombol penghias antarmuka, melainkan alat umpan balik langsung yang membantu algoritma memahami preferensi Anda dengan lebih akurat. Seperti yang diungkap dalam pembahasan fitur AI untuk Facebook Reels, Meta serius dalam menciptakan pengalaman yang benar-benar personal.

AI yang Memahami Obsesi Anda

Tahun 2025 membawa angin segar dalam bentuk integrasi AI yang lebih mendalam. Facebook Reels kini menawarkan saran bertenaga AI untuk “menyelami lebih dalam” minat tertentu. Bayangkan Anda baru saja menonton satu klip tentang masakan Italia – AI tidak hanya akan merekomendasikan konten serupa, tetapi dapat membawa Anda melalui perjalanan kuliner Italia yang komprehensif, dari teknik dasar hingga resep-restoran Michelin bintang tiga.

Kemampuan ini akan menjadi berkah bagi para pengguna dengan minat spesifik. Seperti contoh dalam referensi – bagi ayah yang ingin menonton ratusan klip pendek The Sopranos dalam satu sesi, AI akan dengan senang hati melayani obsesi tersebut dengan rekomendasi yang semakin dalam dan kontekstual. Ini bukan lagi sekadar algoritma rekomendasi, melainkan asisten pribadi yang memahami passion Anda.

Integrasi yang mulus antara berbagai platform Meta semakin terlihat dengan kemampuan berbagi Reels yang ditingkatkan. Seperti yang dijelaskan dalam panduan posting Instagram Reels di Facebook, batas antara kedua platform semakin kabur – dan itu justru yang diinginkan Meta.

Transformasi Facebook Reels ini bukan sekadar mengikuti tren atau mengejar ketertinggalan dari TikTok. Ini adalah bagian dari strategi besar Meta dalam menciptakan ekosistem konten yang terintegrasi sempurna. Dengan mengambil yang terbaik dari Instagram Reels dan menambahkannya dengan kemampuan AI mutakhir, Meta sedang membangun masa depan di mana konten video pendek tidak hanya menghibur, tetapi benar-benar memahami dan melayani kebutuhan setiap pengguna secara personal.

Lalu, apa artinya bagi kita sebagai pengguna? Kita sedang menyaksikan evolusi dari platform sosial yang pasif menjadi lingkungan digital yang aktif memahami dan merespons preferensi kita. Setiap klik, setiap tontonan, setiap interaksi menjadi data berharga yang membentuk pengalaman digital kita ke depannya. Dan dalam dunia yang semakin dipenuhi konten, kemampuan platform untuk menyaring dan merekomendasikan yang benar-benar relevan bagi kita menjadi nilai yang tak ternilai.

Slide Over Kembali di iPadOS 26.1 dengan Kemampuan Resize Baru

0

Telset.id – Apakah Anda termasuk pengguna iPad yang merasa kehilangan fitur multitasking Slide Over setelah update ke iPadOS 26? Kabar gembira datang dari Apple: fitur legendaris tersebut akan kembali hadir dalam versi 26.1. Bahkan, beta build-nya sudah bisa diakses sekarang juga.

Bagi yang belum familiar, Slide Over adalah alat multitasking yang memungkinkan pengguna dengan cepat menampilkan dan menyembunyikan aplikasi yang meluncur dari sisi layar. Fitur ini sangat berguna untuk mengakses aplikasi secara cepat tanpa harus mengacaukan tata letak workspace utama Anda. Namun, kepergiannya di iPadOS 26 sempat menimbulkan kekecewaan di kalangan pengguna setia tablet Apple.

Menariknya, kembalinya Slide Over ini bukan sekadar restorasi biasa. Apple telah mendesain ulang fitur ini agar bekerja harmonis dengan sistem windowing baru iPadOS 26. Yang lebih menggembirakan lagi, kini Anda bisa mengubah ukuran window Slide Over sesuai kebutuhan, berbeda dengan versi sebelumnya di iPadOS 18 dan era sebelumnya yang hanya menawarkan window tipis dan kaku.

Seperti diungkapkan Robb Weeks melalui akun Twitter-nya, “Whoa, Apple brought back Slide Over in iPadOS 26.1 Beta 2 and, unlike before, you can now resize it instead of just being a skinny window like it was on iPadOS 18 and earlier. It’s basically now just a way to pin an app on top of every other app.”

Perubahan ini merupakan angin segar bagi produktivitas. Bayangkan, Anda sedang bekerja dengan dokumen penting sambil sesekali memantau WhatsApp yang resmi hadir di iPad dengan pengalaman native yang lebih baik. Dengan Slide Over yang bisa di-resize, Anda bisa menyesuaikan ukuran window sesuai dengan kebutuhan interaksi.

Namun, ada trade-off yang perlu diperhatikan. Menurut laporan 9to5Mac, terdapat satu perubahan signifikan yang bisa dianggap sebagai downgrade: pengguna hanya bisa memiliki satu aplikasi aktif dalam Slide Over pada satu waktu. Padahal, di iPadOS 18 dan versi sebelumnya, kita bisa berpindah antar beberapa aplikasi dalam window Slide Over yang sama.

Perubahan ini kemungkinan besar disebabkan oleh kompatibilitas dengan arsitektur multitasking baru iPadOS 26 yang lebih radikal. Sistem windowing yang diperkenalkan Apple memang membawa pendekatan yang sama sekali berbeda dalam menangani multiple apps, sehingga perilaku Slide Over yang lama mungkin tidak lagi cocok dengan fondasi OS terbaru.

Meski demikian, kemampuan resize yang baru ini memberikan fleksibilitas yang sebelumnya tidak ada. Anda sekarang bisa mengubah aspect ratio window Slide Over sesuai preferensi, plus tetap bisa menyembunyikannya dari pandangan dengan geseran sederhana ke kanan. Fitur ini sangat membantu ketika Anda perlu fokus pada satu tugas tanpa gangguan visual.

Kembalinya Slide Over juga menunjukkan bahwa Apple masih mendengarkan umpan balik dari komunitas penggunanya. Meskipun iPadOS 26 memperkenalkan sistem windowing yang lebih canggih, ternyata ada nilai-nilai tertentu dari pendekatan lama yang masih dicintai pengguna. Seperti halnya ketika fitur trackpad pertama kali hadir di iPadOS 13.4, adaptasi terhadap workflow pengguna tetap menjadi prioritas.

Lalu, bagaimana dengan Split View? Apple memang menghapus Split View bersamaan dengan peluncuran iPadOS 26, namun sistem windowing baru sebenarnya sudah mampu melakukan fungsi serupa dengan cara yang lebih fleksibel. Yang menarik, justru Slide Over-lah yang tidak bisa ditiru oleh sistem baru tersebut – hingga akhirnya Apple memutuskan untuk membawanya kembali.

Perkembangan di dunia tablet ini mengingatkan kita pada evolusi di sektor smartphone, di mana kamera 200MP Galaxy S25 Edge disebut-sebut sebagai game changer fotografi mobile. Begitu pula dengan kembalinya Slide Over – meski bukan inovasi baru, kehadirannya kembali justru menjadi pembeda yang signifikan dalam pengalaman pengguna.

Sementara menunggu rilis resmi iPadOS 26.1, pengguna yang penasaran bisa mencoba beta build yang sudah tersedia. Tapi ingat, versi beta biasanya masih memiliki bug dan ketidakstabilan, jadi sebaiknya jangan diinstal di perangkat utama Anda.

Engadget melaporkan bahwa mereka telah menghubungi Apple untuk klarifikasi lebih lanjut mengenai perubahan-perubahan ini dan akan memperbarui laporan begitu mendapatkan respons. Sementara itu, komunitas iPad nampaknya bisa bernapas legas – Slide Over yang mereka cintai akhirnya kembali, meski dengan beberapa penyesuaian yang perlu dibiasakan.

Seperti halnya ketika mengevaluasi Sharp Aquos R9 dengan desain khas Jepang dan kamera Leica atau mengamati hasil foto Vivo X200 Pro yang bisa diandalkan, terkadang yang terbaik adalah kombinasi antara inovasi baru dan penyempurnaan fitur yang sudah teruji. Slide Over di iPadOS 26.1 mungkin justru menjadi bukti bahwa evolusi tidak selalu berarti menghilangkan segala sesuatu yang lama, tetapi menyempurnakannya untuk masa depan.

Smartphone Makin Sepi, Kabel USB Bisa Hilang dari Kotak

0

Telset.id – Ingat masa ketika membeli smartphone baru selalu disertai charger, kabel, bahkan earphone lengkap dalam kotaknya? Kenangan manis itu kini tinggal sejarah. Kotak retail ponsel pintar semakin menyepi, dan kabar terbaru mengindikasikan nasib lebih buruk mungkin menanti: kabel USB bisa menjadi korban berikutnya.

Setelah charging brick secara diam-diam dihapus dengan dalih “keberlanjutan,” laporan terkini menyebut kabel USB mungkin akan menyusul. Sebuah insiden yang terjadi pada pengguna Sony Xperia 10 VII menjadi bukti awal tren memprihatinkan ini. Bayangkan, Anda membeli smartphone baru, membuka kotaknya dengan penuh antisipasi, dan yang ditemukan hanyalah dokumen dasar. Tidak ada charger, tidak ada kabel. Hampa.

Fenomena ini diungkapkan oleh seorang pengguna di subreddit Linus Tech Tips dengan username @Brick_Fish. Foto yang dibagikan menunjukkan kotak retail Sony Xperia 10 VII yang benar-benar kosong dari aksesori pengisian daya. Apakah ini insiden terisolasi atau pertanda masa depan suram industri smartphone? Waktu yang akan menjawab.

Memang, Sony bukan pemain utama di pasar smartphone global, dengan penjualan terbatas di wilayah tertentu. Namun, jangan remehkan potensi efek domino. Jika satu brand berani mengambil langkah radikal, raksasa industri lainnya bisa saja mengikuti dengan alasan serupa. Kita telah menyaksikan pola ini sebelumnya ketika Apple memulai tren menghilangkan charging brick, yang kemudian diikuti berbagai manufacturer.

Bahkan Apple semakin agresif dengan kebijakan minimalisnya. Baru-baru ini, perusahaan asal Cupertino itu juga menghapus kabel USB dari paket penjualan AirPods 4 dan AirPods Pro 3. Pola yang konsisten dari trendsetter industri ini patut menjadi perhatian serius.

Argumentasi Keberlanjutan: Pedang Bermata Dua

Brand smartphone kemungkinan akan kembali menggunakan argumentasi “sustainability” jika tren penghapusan kabel USB benar-benar terjadi. Mereka akan berargumen bahwa langkah ini mengurangi sampah elektronik dan mendukung lingkungan. Di permukaan, klaim ini terdengar mulia. Tapi benarkah demikian?

Mari kita lihat lebih dalam. Konsumen yang tidak mendapatkan kabel USB dalam kotak smartphone baru mereka akan terpaksa membeli aksesori tersebut secara terpisah. Di sinilah masalah muncul: banyak yang akan memilih alternatif lebih murah dengan kualitas rendah. Kabel murah ini cenderung tidak tahan lama, cepat rusak, dan akhirnya menjadi sampah elektronik dalam waktu singkat.

Ironisnya, alih-alih mengurangi limbah elektronik, kebijakan ini justru berpotensi menciptakan lebih banyak sampah dalam jangka panjang. Konsumen mungkin harus membeli beberapa kabel pengganti dalam periode sama ketika satu kabel original seharusnya masih berfungsi dengan baik.

Perkembangan standar USB yang semakin kompleks juga menjadi pertimbangan penting. Dengan munculnya berbagai generasi dan spesifikasi USB, konsumen awam bisa kesulitan memilih kabel yang tepat untuk perangkat mereka. Ketidakcocokan spesifikasi dapat menyebabkan pengisian daya lambat atau bahkan kerusakan perangkat.

Dampak pada Pengalaman Konsumen

Bayangkan Anda adalah konsumen biasa yang baru saja membeli smartphone pertama. Anda membayar harga premium, membuka kotak dengan excited, dan… kecewa. Tidak ada yang bisa langsung digunakan. Anda harus keluar lagi untuk membeli charger dan kabel terpisah. Pengalaman “unboxing” yang seharusnya menyenangkan berubah menjadi frustasi.

Bagi pengguna yang sudah memiliki banyak aksesori, mungkin ini bukan masalah besar. Tapi bagaimana dengan mereka yang baru beralih dari feature phone? Atau konsumen yang upgrading dari perangkat dengan port micro USB lama? Mereka akan kebingungan dan harus mengeluarkan biaya tambahan yang tidak terduga.

Industri smartphone seharusnya belajar dari kesalahan masa lalu. Masih segar dalam ingatan bagaimana transisi dari micro USB ke USB-C menimbulkan kebingungan massal. Banyak konsumen yang terjebak memiliki kabel tidak kompatibel, dan sekarang masalah serupa bisa terulang dengan skala lebih besar.

Beberapa brand mungkin melihat ini sebagai peluang bisnis tambahan. Mereka bisa menjual aksesori original dengan harga premium, menambah stream pendapatan dari konsumen yang sudah membayar mahal untuk smartphone mereka. Strategi bisnis yang cerdas? Mungkin. Tapi etis? Itu pertanyaan berbeda.

Masa Depan Industri dan Solusi yang Mungkin

Jika tren ini benar-benar terjadi, kita mungkin menyaksikan perubahan fundamental dalam cara perusahaan memandang “kelengkapan” produk. Smartphone bisa berubah menjadi produk standalone yang membutuhkan berbagai aksesori terpisah, mirip dengan konsol game yang menjual controller dan kabel secara terpisah.

Namun, ada solusi compromise yang bisa dipertimbangkan. Brand bisa menawarkan dua opsi: paket standar tanpa aksesori dengan harga lebih murah, dan paket lengkap dengan aksesori original untuk mereka yang membutuhkan. Dengan demikian, konsumen memiliki pilihan sesuai kebutuhan dan budget.

Pendekatan lain yang lebih bertanggung jawab adalah menyertakan kabel berkualitas tinggi yang benar-benar tahan lama. Jika argumentasi keberlanjutan sungguh-sungguh, maka menyediakan satu kabel quality yang bisa bertahun-tahun lebih masuk akal daripada memaksa konsumen membeli beberapa kabel murah yang cepat rusak.

Beberapa brand seperti HONOR dalam HONOR 400 masih mempertahankan kelengkapan aksesori dalam paket penjualannya. Apakah ini akan menjadi pembeda kompetitif di masa depan? Mungkin saja konsumen akan mulai memperhitungkan kelengkapan aksesori dalam keputusan pembelian mereka.

Industri teknologi selalu berubah, dan evolusi dalam packaging smartphone hanyalah satu bagian dari transformasi besar. Namun, sebagai konsumen, kita perlu kritis menanggapi setiap perubahan yang berdampak pada pengalaman dan kepuasan kita. Mungkin waktunya bagi kita untuk lebih vokal tentang apa yang benar-benar kita inginkan dari sebuah produk premium.

Bagaimana pendapat Anda? Apakah penghapusan kabel USB dari kotak smartphone adalah langkah progresif untuk lingkungan, atau sekadar strategi bisnis yang dibungkus hijau? Diskusi ini penting karena menentukan masa depan hubungan antara produsen dan konsumen di era digital.

Oppo Find X9 Ultra Bocoran: Dual Telephoto Eksklusif dan Snapdragon 8 Elite

0

Telset.id – Bayangkan sebuah smartphone yang tidak hanya mengikuti tren, tetapi menciptakannya. Oppo Find X9 Ultra, sang calon raja flagship 2025, sedang mempersiapkan kejutan besar yang bisa mengubah lanskap fotografi mobile selamanya. Bocoran terbaru mengungkap strategi berbeda dari Oppo tahun ini: membuat varian Ultra benar-benar istimewa dibandingkan seri Find X9 lainnya.

Jika tahun lalu Find X8 Pro dan Ultra berbagi kemewahan kamera ganda telephoto, tahun ini Oppo tampaknya ingin memberikan perlakuan khusus pada model Ultra. Digital Chat Station, tipster terpercaya, baru-baru ini membagikan informasi berharga melalui Weibo yang mengonfirmasi bahwa Find X9 Ultra akan menjadi satu-satunya model dengan Snapdragon 8 Elite Gen 5 – chipset terbaru dan terkuat dari Qualcomm.

Tapi tunggu, ada lebih banyak cerita di balik eksklusivitas ini. Bukan hanya soal prosesor, Find X9 Ultra juga dikabarkan akan memiliki setup kamera belakang dengan dual periscope telephoto shooter yang mungkin tidak hadir pada model lainnya. Sebuah langkah berani yang menunjukkan betapa seriusnya Oppo dalam menciptakan pembeda yang nyata antara varian premium dan ultra-premium mereka.

Revolusi Fotografi Mobile Dimulai dari Sini

Anda mungkin bertanya-tanya, apa istimewanya dual telephoto shooter? Dalam dunia fotografi smartphone, setup ini seperti memiliki dua senjata rahasia di saku Anda. Satu untuk portrait yang sempurna, satu lagi untuk zoom optik yang tajam. Tahun lalu, baik Find X8 Ultra maupun Find X8 Pro menikmati kemewahan ini, meski dengan beberapa perbedaan sensor.

Tapi tahun 2025 ceritanya berbeda. Oppo tampaknya belajar bahwa untuk benar-benar bersaing di liga premium, mereka perlu memberikan sesuatu yang extra pada model Ultra. Digital Chat Station dengan tegas menyatakan bahwa dual periscope telephoto ini akan menjadi fitur eksklusif Find X9 Ultra. Sebuah keputusan strategis yang mungkin membuat beberapa penggemar kecewa, tapi sekaligus menunjukkan komitmen Oppo dalam menciptakan hierarki produk yang jelas.

200MP: Senjata Baru di Arena Flagship

Bicara tentang kamera, tidak lengkap tanpa menyebut sensor utama 200MP yang akan menghiasi Find X9 Ultra. Bocoran ini sejalan dengan laporan sebelumnya di Telset.id tentang persiapan Oppo menghadapi persaingan ketat dengan Xiaomi 16 Ultra, Honor Magic 7 Ultra, dan Vivo X300 Ultra.

Sensor Sony IMX09E (LYT990) ini bukan sekadar angka 200MP yang besar. Ini tentang kemampuan menangkap detail yang sebelumnya mustahil dicapai smartphone, dynamic range yang lebih luas, dan fleksibilitas dalam cropping tanpa kehilangan kualitas. Bayangkan bisa meng-crop foto hingga 10x dan masih mendapatkan gambar yang cukup tajam untuk dicetak – itulah janji yang dibawa sensor 200MP ini.

Yang menarik, Oppo tidak sendirian dalam perlombaan sensor raksasa ini. Tapi dengan kombinasi Snapdragon 8 Elite Gen 5 dan pengolahan gambar yang dioptimalkan, Find X9 Ultra berpotensi menjadi yang terdepan dalam memanfaatkan sepenuhnya kemampuan sensor 200MP tersebut.

Strategi Differensiasi: Pelajaran dari Tahun Lalu

Mengapa Oppo memutuskan untuk membuat Find X9 Ultra lebih eksklusif? Jawabannya mungkin terletak pada pengalaman tahun lalu. Ketika Find X8 Pro dan Ultra memiliki kemiripan yang cukup signifikan dalam hal kamera, konsumen mungkin bertanya-tanya: apa sebenarnya yang membedakan keduanya?

Tahun 2025, Oppo tampaknya ingin menghilangkan keraguan tersebut. Dengan memberikan Snapdragon 8 Elite Gen 5 dan dual periscope telephoto secara eksklusif pada model Ultra, mereka menciptakan alasan kuat bagi konsumen untuk merogoh kocek lebih dalam. Sebuah strategi bisnis yang cerdas, meski berisiko mengecewakan penggemar yang menginginkan fitur terbaik dengan harga lebih terjangkau.

Bagi Anda yang penasaran dengan varian lainnya, bocoran lengkap Oppo Find X9 standar menunjukkan bahwa model ini akan tetap menjadi pilihan menarik dengan chipset Dimensity 9500 dan baterai besar 7.025mAh. Sementara itu, Oppo Find X9 Pro akan tetap menjadi penantang serius di segmen menengah premium dengan kolaborasi Hasselblad-nya.

Lalu, kapan kita bisa melihat kehadiran resmi Oppo Find X9 Ultra? Meski belum ada konfirmasi resmi, pola perilisan tahun-tahun sebelumnya menunjukkan kemungkinan peluncuran pada kuartal pertama 2025. Namun dengan persaingan yang semakin ketat, tidak menutup kemungkinan Oppo akan mempercepat jadwal untuk merebut perhatian pasar lebih dulu.

Yang pasti, dengan kombinasi Snapdragon 8 Elite Gen 5, kamera utama 200MP, dan dual periscope telephoto eksklusif, Oppo Find X9 Ultra sedang memposisikan diri bukan sekadar sebagai smartphone flagship, tetapi sebagai perangkat yang ingin mendefinisikan ulang standar fotografi mobile di tahun 2025. Sebuah ambisi yang patut kita tunggu realisasinya.