Beranda blog Halaman 11

Realme GT 8 Bocoran Geekbench: Snapdragon 8 Elite dan Skor Gahar

0

Telset.id – Bayangkan sebuah smartphone yang mampu membuat konsol gaming terbaru sekalipun merasa tersaingi. Itulah kesan pertama yang muncul dari bocoran terbaru Realme GT 8, yang baru saja terungkap melalui listing Geekbench. Dalam dunia teknologi yang bergerak cepat, Realme kembali menunjukkan taringnya dengan persiapan peluncuran seri GT 8 yang dijadwalkan Oktober mendatang di China.

Bocoran ini bukan sekadar rumor biasa. Data yang terungkap dari platform benchmarking terpercaya memberikan gambaran nyata tentang kemampuan yang akan dibawa ponsel flagship ini. Realme GT 8 muncul dengan kode model RMX6999, dan yang membuatnya istimewa adalah jantung pacu Snapdragon 8 Elite yang siap menghadirkan pengalaman performa tak tertandingi.

Mari kita bedah lebih dalam apa yang membuat Realme GT 8 layak ditunggu. Menurut listing Geekbench, chipset Snapdragon 8 Elite ini memiliki konfigurasi yang benar-benar mengesankan: dua core berkecepatan 4.32GHz dan enam core dengan kecepatan 3.53GHz, didukung oleh GPU Adreno 830. Kombinasi ini seperti memiliki mesin sport yang siap melesat kapan saja dibutuhkan.

Yang lebih menarik lagi, Realme GT 8 dibekali dengan RAM 16GB yang menjamin kelancaran multitasking ekstrem. Sistem operasinya pun sudah mengadopsi Android 16, menunjukkan komitmen Realme untuk menghadirkan pengalaman terdepan. Skor benchmark yang dicapai pun tak main-main: 2825 untuk single-core dan 8840 untuk multi-core test.

Bukti Kekuatan di Platform Lain

Konsistensi performa tinggi Realme GT 8 tidak hanya terlihat di Geekbench. Sebelumnya, ponsel ini sudah muncul di AnTuTu dengan skor mencengangkan sebesar 3.32 juta poin. Angka ini bukan sekadar statistik biasa, melainkan bukti nyata bahwa Realme serius menargetkan pasar smartphone gaming dan power user.

Sertifikasi 3C di China juga mengungkap kehadiran charger 100W, yang menjamin pengisian daya super cepat. Bagi Anda yang aktif menggunakan smartphone untuk produktivitas dan gaming, fitur ini seperti angin segar yang menghilangkan kekhawatiran kehabisan baterai di saat-saat penting.

Spesifikasi Layar dan Desain Mewah

Layar menjadi salah satu aspek yang tak kalah mengesankan. Realme GT 8 dikabarkan akan menggunakan panel OLED flat dengan resolusi 2K dan refresh rate 144Hz. Bayangkan betapa mulusnya pengalaman gaming dan scrolling dengan spesifikasi seperti ini. Sensor sidik jari ultrasonik di bawah layar menambah kesan premium sekaligus memastikan keamanan yang optimal.

Daya tahan baterai juga menjadi perhatian khusus. Dengan kapasitas 7000mAh, Realme GT 8 seperti membawa power bank internal yang siap menemani aktivitas seharian penuh. Desain fisiknya pun tak kalah premium, mengusung material glass back dan metal middle frame yang memberikan kesan kokoh sekaligus elegan.

Meskipun informasi tentang kamera masih tertutup rapat, spesifikasi yang sudah terungkap cukup untuk membuat para tech enthusiast bersemangat. Realme tampaknya belajar dari pengalaman sebelumnya dan fokus menghadirkan paket komplit yang tak hanya powerful, tetapi juga memiliki daya tahan baterai luar biasa.

Prospek Global dan Pesaing

Realme GT 8 Pro sudah dikonfirmasi akan meluncur di pasar global, namun nasib varian standar GT 8 masih menjadi tanda tanya. Keputusan ini cukup menarik mengingat spesifikasi Realme GT 8 yang sangat kompetitif bahkan untuk standar global. Seperti yang kami laporkan sebelumnya, Realme GT 8 Pro siap menjadi smartphone Snapdragon 8 Elite Gen 5 pertama di India, menunjukkan ekspansi agresif merek ini.

Bocoran tentang desain kamera bulat dan spesifikasi gahar Realme GT 8 Pro juga semakin melengkapi gambaran tentang ambisi Realme di segmen flagship. Sementara itu, kabar tentang baterai jumbo 8000mAh untuk GT 8 Pro menunjukkan bahwa Realme tidak main-main dalam hal daya tahan.

Dengan semua bocoran ini, pertanyaannya adalah: apakah Realme GT 8 akan menjadi game changer di pasar smartphone gaming? Jawabannya mungkin terletak pada strategi harga dan waktu peluncuran yang tepat. Yang pasti, persaingan di segmen flagship Oktober mendatang akan semakin panas dan menarik untuk disimak.

Bagi konsumen, kehadiran Realme GT 8 dengan spesifikasi segudang ini seperti angin segar yang menawarkan alternatif menarik di tengah maraknya smartphone flagship dengan harga selangit. Tunggu saja kejutan-kejutan lain yang mungkin masih disimpan Realme untuk peluncuran resmi Oktober nanti.

Microsoft Cabut Akses Teknologi untuk Pengawasan Massal Israel di Palestina

0

Telset.id – Bayangkan teknologi yang Anda gunakan setiap hari untuk bekerja, berkomunikasi, dan menyimpan data tiba-tiba menjadi alat pengawasan massal terhadap warga sipil. Inilah realitas kelam yang diungkap Microsoft dalam keputusan bersejarah mereka untuk memutus akses layanan cloud dan AI kepada unit intelijen Israel, Unit 8200, setelah terbukti digunakan untuk memata-matai warga Palestina secara masif.

Keputusan ini datang setelah investigasi internal Microsoft mengonfirmasi laporan The Guardian yang mengungkap bagaimana Azure—platform cloud andalan Microsoft—disalahgunakan untuk menyimpan dan memproses jutaan rekaman panggilan telepon warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat. Yang mengejutkan, data pengawasan yang dikumpulkan mencapai 8.000 terabyte—setara dengan menyimpan seluruh perpustakaan digital dunia berulang kali—semua tersimpan rapi di data center Microsoft di Belanda.

Brad Smith, Presiden Microsoft, dalam pernyataan resminya mengakui bahwa perusahaan telah “menghentikan dan menonaktifkan” layanan tertentu untuk Unit 8200, termasuk penyimpanan cloud dan layanan AI tertentu. Namun, ada yang mengganjal dalam pernyataan ini: Smith dengan hati-hati menghindari pengakuan langsung tentang program pengawasan massal, dengan alasan Microsoft tidak mengakses konten pelanggan dalam investigasi semacam ini. Sebuah posisi yang kontras dengan pernyataan mereka bulan Mei lalu yang menyatakan “tidak ada bukti” teknologi mereka digunakan untuk menyasar warga Palestina.

Dari Ruang Rapat ke Medan Perang Digital

Yang mungkin tidak Anda sadari adalah bagaimana pertemuan tingkat tinggi antara CEO Microsoft Satya Nadella dengan pimpinan Unit 8200 pada akhir 2021 menjadi awal dari kolaborasi yang bermasalah ini. Kala itu, mereka membahas hosting materi intelijen di platform cloud Microsoft—sebuah pembicaraan bisnis biasa yang ternyata menyimpan konsekuensi luar biasa bagi privasi dan hak asasi manusia.

Lalu apa yang membuat Microsoft akhirnya berubah pikiran? Tekanan dari dalam sendiri ternyata memegang peran krusial. Gerakan “No Azure for Apartheid” yang diorganisir oleh karyawan Microsoft telah melakukan berbagai aksi protes, termasuk mengganggu presentasi Nadella di Microsoft Build Conference dan menduduki kantor Brad Smith. Aksi terakhir ini bahkan berujung pada pemecatan beberapa karyawan yang berpartisipasi—sebuah langkah keras yang justru memicu perhatian lebih besar.

Hossam Nasr, mantan pekerja Microsoft dan organisator No Azure for Apartheid, menyebut keputusan ini sebagai “kemenangan signifikan dan belum pernah terjadi sebelumnya” bagi kampanye mereka. “Dalam waktu kurang dari sebulan sejak pendudukan di kantor Brad Smith, Microsoft telah mengambil keputusan penting untuk menjadi perusahaan teknologi AS pertama yang menghentikan penjualan beberapa teknologi kepada militer Israel sejak dimulainya genosida di Gaza,” ujarnya kepada Gizmodo.

Kemenangan Kecil di Tengah Kontrak yang Masih Berjalan

Namun, jangan terlalu cepat bertepuk tangan. Nasr dengan tegas menyoroti bahwa Microsoft hanya mematikan “sebagian kecil layanan untuk hanya satu unit dalam militer Israel,” sementara “sebagian besar kontrak Microsoft dengan militer Israel tetap utuh.” Pernyataan Smith sendiri mengonfirmasi hal ini, dengan menegaskan bahwa Microsoft terus “melindungi keamanan siber Israel dan negara-negara lain di Timur Tengah, termasuk di bawah Perjanjian Abraham.”

Pertanyaannya: bisakah kita benar-benar memisahkan antara “perlindungan keamanan siber” dengan program pengawasan massal? Dalam dunia yang semakin terdigitalisasi, batas antara keduanya seringkali kabur. Teknologi yang sama yang digunakan untuk melindungi sebuah negara bisa dengan mudah dialihfungsikan untuk memata-matai warganya sendiri.

Kasus ini mengingatkan kita pada pentingnya tanggung jawab perusahaan teknologi dalam mencegah penyalahgunaan platform mereka, mirip dengan bagaimana otoritas berusaha menangani ancaman siber global. Sementara di platform media sosial, upaya membersihkan konten berbahaya terus dilakukan, seperti fitur baru Instagram yang memudahkan penghapusan pengikut spam—sebuah langkah kecil namun penting dalam menciptakan ruang digital yang lebih sehat.

Nasr menegaskan komitmen gerakannya: “Sementara warga Palestina terus dibom, dibunuh, dibersihkan secara etnis, dan dibuat kelaparan secara paksa oleh militer Israel, tidak dapat diterima dan secara moral tidak dapat dipertahankan bagi Microsoft untuk terus menyediakan teknologi apa pun kepada militer tersebut. Keputusan hari ini hanya memotivasi kami lebih lanjut untuk melanjutkan organisasi kami sampai semua tuntutan kami terpenuhi, dan sampai Palestina merdeka.”

Keputusan Microsoft hari ini mungkin hanya setetes air di tengah samudera masalah, namun ia menciptakan preseden penting: untuk pertama kalinya, raksasa teknologi AS mengambil tindakan nyata terhadap penyalahgunaan teknologi mereka dalam konflik. Pertanyaannya sekarang—akankah perusahaan teknologi lainnya mengikuti jejak ini, atau bisnis akan terus berjalan seperti biasa atas nama keamanan nasional?

Perfect Corp Luncurkan Teknologi Virtual Try-On untuk Sepatu

0

Telset.id – Pernahkah Anda merasa ragu saat membeli sepatu secara online? Ukuran yang tidak pas, warna yang berbeda dari gambar, atau desain yang tidak sesuai ekspektasi seringkali menjadi momok yang menghantui para pembeli daring. Padahal, tren belanja sepatu melalui platform digital terus menunjukkan peningkatan signifikan. Menurut data Statista, pasar penjualan sepatu online mengalami pertumbuhan pesat dalam beberapa tahun terakhir, dengan mayoritas transaksi dilakukan melalui perangkat mobile seperti smartphone dan tablet.

Fenomena ini sebenarnya wajar mengingat kemudahan dan aksesibilitas yang ditawarkan oleh belanja online. Namun, dibalik kepraktisan tersebut tersembunyi sederet masalah klasik yang belum sepenuhnya terpecahkan. Konsumen tidak bisa mencoba sepatu secara langsung, kesulitan menilai detail produk secara akurat, menghadapi ketidakkonsistenan ukuran antar merek, dan yang paling menyebalkan – proses pengembalian barang yang rumit dan memakan waktu. Bayangkan, Anda sudah menunggu berhari-hari, namun ketika paket tiba, sepatu yang Anda idamkan justru tidak sesuai dengan harapan.

Merespons tantangan inilah Perfect Corp menghadirkan terobosan revolusioner: Shoes Virtual Try-On (VTO). Teknologi mutakhir berbasis artificial intelligence (AI) dan augmented reality (AR) ini memungkinkan konsumen mencoba berbagai model sepatu secara virtual melalui kamera smartphone, komputer desktop, atau perangkat digital lainnya. Seolah-olah Anda memiliki fitting room pribadi di genggaman tangan.

Revolusi Digital dalam Dunia Alas Kaki

Teknologi Shoes VTO dari Perfect Corp bukan sekadar gimmick belaka. Dibangun dengan fondasi yang kuat, sistem ini menggabungkan model 3D beresolusi tinggi dengan motion tracking canggih, menghasilkan visualisasi yang sangat realistis. Sepatu virtual akan tampak melekat secara natural pada kaki pengguna, bahkan mengikuti pergerakan dengan presisi tinggi. Anda bisa berjalan, berputar, atau sekadar menggerakkan kaki – semua akan terlihat seperti sedang mencoba sepatu sungguhan.

Yang membuat teknologi ini begitu mengesankan adalah kemampuannya menampilkan detail-detail halus. Tekstur bahan, gradasi warna, hingga finishing desain dapat dilihat dari berbagai sudut pandang dengan akurasi yang hampir sempurna. Pengalaman ini tidak hanya fungsional, tetapi juga menghadirkan sensasi imersif yang menyenangkan. Konsumen bisa bereksperimen dengan berbagai model dan gaya tanpa batasan, layaknya berbelanja di butik mewah dengan koleksi tak terbatas.

Alice Chang, Founder & CEO Perfect Corp, dalam pernyataannya menyampaikan visi perusahaan dengan jelas. “Di Perfect Corp, kami percaya bahwa teknologi dapat menghadirkan pengalaman belanja yang lebih personal, menyenangkan, dan penuh kepercayaan diri. Dengan Shoe Virtual Try-On, konsumen di Indonesia bisa mencoba berbagai model sepatu hanya dengan smartphone mereka, sehingga keputusan belanja menjadi lebih mudah dan meyakinkan.”

Dampak Positif Bagi Brand dan Lingkungan

Kehadiran teknologi Virtual Try-On ini bagaikan angin segar bagi brand dan retailer sepatu. Di satu sisi, mereka bisa meningkatkan conversion rate secara signifikan karena konsumen merasa lebih yakin dengan pilihan mereka. Di sisi lain, tingkat pengembalian produk dapat ditekan secara drastis, yang berarti penghematan biaya operasional yang cukup substantial. Bayangkan berapa banyak sumber daya yang bisa dihemat ketika angka retur berkurang.

Lebih dari sekadar keuntungan finansial, teknologi ini juga memperkuat positioning brand sebagai pionir inovasi digital. Di era dimana konsumen semakin cerdas dan menuntut pengalaman berbelanja yang eksklusif, kemampuan adaptasi terhadap teknologi terbaru menjadi nilai jual yang sangat powerful. Brand yang mampu menghadirkan pengalaman personalized dan cutting-edge akan lebih mudah merebut hati konsumen milenial dan Gen Z.

Yang tak kalah penting, inovasi ini membawa dampak positif bagi lingkungan. Setiap proses pengembalian produk berarti tambahan emisi karbon dari pengiriman ulang dan limbah kemasan yang semakin menumpuk. Dengan mengurangi frekuensi retur, teknologi Shoes VTO turut berkontribusi dalam menciptakan industri fashion yang lebih sustainable. Langkah kecil memang, tapi dalam skala besar, dampaknya bisa sangat signifikan bagi kelestarian planet kita.

Masa Depan Belanja Fashion yang Lebih Cerdas

Perfect Corp tidak berhenti pada sepatu virtual semata. Visi mereka jauh lebih besar – menciptakan ekosistem belanja fashion digital yang terintegrasi. Kedepannya, konsumen tidak hanya bisa mencoba sepatu secara virtual, tetapi juga memadukannya dengan aksesori dan pakaian dalam wardrobe virtual. Bayangkan bisa mix and match seluruh outfit tanpa perlu berganti pakaian berulang kali.

Teknologi ini sebenarnya merupakan bagian dari transformasi digital yang sedang terjadi di berbagai sektor retail. Seperti halnya fitting room virtual untuk pakaian atau augmented reality untuk perhiasan, Shoes VTO menjadi bukti bahwa batas antara dunia fisik dan digital semakin kabur. Konsumen modern menginginkan kemudahan tanpa mengorbankan pengalaman, dan solusi semacam inilah jawabannya.

Di Indonesia, dimana penetrasi smartphone sudah sangat tinggi dan e-commerce terus berkembang pesat, kehadiran teknologi Shoes Virtual Try-On sangat tepat waktu. Konsumen lokal yang dikenal sangat detail dalam memilih produk kini memiliki alat yang mampu memenuhi ekspektasi mereka. Tidak berlebihan jika kita mengatakan bahwa ini bisa menjadi game changer dalam industri retail sepatu tanah air.

Lalu, apa artinya semua ini bagi Anda sebagai konsumen? Simple saja – belanja sepatu online tidak akan pernah sama lagi. Keraguan akan ukuran dan kesesuaian desain bisa diminimalisir, proses decision making menjadi lebih cepat dan akurat, dan yang paling penting – pengalaman belanja menjadi lebih menyenangkan. Seperti memiliki personal shopper yang memahami selera dan kebutuhan Anda.

Perfect Corp melalui inovasi Shoes Virtual Try-On tidak hanya menjawab kebutuhan praktis konsumen modern, tetapi juga membuka jalan menuju masa depan belanja fashion yang lebih cerdas, engaging, dan berkelanjutan. Saatnya mengatakan selamat tinggal pada era trial and error dalam berbelanja sepatu online, dan menyambut era baru dimana confidence dalam berbelanja digital bukan lagi sekadar impian.

Galaxy Buds3 FE dan Buds Core: Audio Premium dengan Harga Terjangkau

0

Telset.id – Pernahkah Anda merasa harus mengeluarkan budget besar hanya untuk mendapatkan pengalaman audio berkualitas? Era dimana true wireless stereo (TWS) premium identik dengan harga selangit kini mulai menemui titik balik. Samsung dengan cerdas membaca kebutuhan ini dan menghadirkan solusi melalui duo terbaru: Galaxy Buds3 FE dan Galaxy Buds Core. Dua produk yang hadir bukan sekadar sebagai alternatif, melainkan jawaban konkret atas kerinduan akan perangkat audio yang menghadirkan kualitas tanpa menguras kantong.

Di tengah pasar yang semakin padat, Samsung mengambil pendekatan strategis dengan meluncurkan dua varian yang memiliki positioning jelas. Galaxy Buds3 FE hadir untuk mereka yang menginginkan fitur lengkap ala flagship dengan harga lebih terjangkau, sementara Galaxy Buds Core fokus pada esensi audio yang andal untuk penggunaan sehari-hari. Keduanya bukan sekadar produk biasa, melainkan manifestasi dari komitmen Samsung dalam mendemokratisasikan teknologi audio berkualitas.

Annisa Maulina, MX Product Marketing Senior Manager Samsung Electronics Indonesia, menegaskan hal ini. “Kehadiran Galaxy Buds3 FE dan Galaxy Buds Core merupakan komitmen kami untuk memperluas akses terhadap teknologi audio terdepan dari Samsung. Kami memahami bahwa kebutuhan konsumen Indonesia sangat beragam. Untuk itu, kami menghadirkan dua pilihan yang sama-sama powerful namun dengan value proposition yang berbeda.”

Galaxy Buds3 FE: Paket Lengkap dengan Sentuhan AI

Bagi Anda yang menginginkan pengalaman audio imersif tanpa kompromi, Galaxy Buds3 FE layak menjadi pertimbangan serius. Produk ini menghadirkan fitur-fitur yang biasanya hanya ditemui di TWS kelas atas, mulai dari Active Noise Cancelling (ANC) yang efektif hingga integrasi dengan Galaxy AI melalui Gemini AI Quick Access.

Yang menarik, meski hadir dengan harga terjangkau, Samsung tidak setengah-setengah dalam menghadirkan pengalaman premium. ANC pada Buds3 FE mampu meredam kebisingan dengan efektif, membuatnya ideal untuk digunakan saat commuting, bekerja, atau belajar di lingkungan ramai. Integrasi AI-nya pun bukan sekadar gimmick, melainkan fitur yang benar-benar fungsional untuk merekomendasikan mode suara sesuai kondisi dan membantu aktivitas harian.

Fernanda Gunsan, audio reviewer dan content creator, membenarkan klaim ini. “Yang langsung terasa dari Galaxy Buds3 FE adalah kenyamanan pakai seharian dan kualitas audio yang benar-benar impresif untuk harganya. Desainnya ergonomis, ringan, dan nggak gampang lepas. Soal suara, bass-nya terasa dalam dan punchy, sementara detail di treble tetap jernih dan jelas.”

Dari segi ketahanan, Buds3 FE dilengkapi sertifikasi IP54 yang membuatnya tahan terhadap debu, keringat, dan percikan air. Baterainya yang tahan lama semakin melengkapi paket lengkap ini, memastikan Anda bisa menggunakannya seharian tanpa khawatir kehabisan daya.

Galaxy Buds Core: Simplicity yang Powerful

Di sisi lain, Galaxy Buds Core hadir dengan filosofi berbeda. Produk ini ditujukan bagi mereka yang mencari TWS entry-level yang sederhana namun tetap andal. Dengan fokus pada kepraktisan dan kemudahan penggunaan, Buds Core menghadirkan fondasi audio yang solid untuk kebutuhan sehari-hari.

Dilengkapi Bluetooth 5.3 yang stabil dan dukungan codec SBC & AAC, Buds Core memastikan koneksi yang reliable dan suara yang jernih. Yang mengesankan, untuk kelas entry-level, produk ini mampu bertahan hingga 35 jam dengan charging case – angka yang cukup impresif bahkan dibandingkan beberapa kompetitor di kelas lebih tinggi.

Fernanda Gunsan memberikan apresiasi khusus terhadap pendekatan sederhana namun efektif dari Buds Core. “Hal yang saya suka dari Galaxy Buds Core adalah pendekatannya yang fokus pada hal esensial. Meski harganya sangat terjangkau, build quality-nya tidak mengecewakan. Desainnya ringan dan pas di telinga, cocok untuk pemakaian berjam-jam.”

Dengan sertifikasi IP54 yang sama dengan varian FE, Buds Core juga siap menemani aktivitas fisik ringan hingga olahraga. Produk ini menjadi bukti bahwa Samsung memahami betul kebutuhan pasar entry-level yang menginginkan produk andal tanpa fitur berlebihan.

Strategi Pasar yang Cerdas

Kehadiran kedua produk ini menunjukkan pemahaman mendalam Samsung terhadap segmentasi pasar Indonesia. Galaxy Buds3 FE dengan hashtag #MakinWorthIt menargetkan konsumen yang menginginkan upgrade pengalaman audio tanpa harus membayar harga flagship. Sementara Galaxy Buds Core dengan tagline #YangPentingPas menyasar pengguna pertama kali atau mereka yang mengutamakan fungsi dasar yang andal.

Strategi ini sejalan dengan lini produk FE lainnya dari Samsung, seperti yang terlihat pada Samsung Galaxy S25 FE yang juga menghadirkan fitur premium dengan harga lebih terjangkau. Pendekatan ini terbukti efektif dalam memperluas jangkauan pasar sekaligus mempertahankan kualitas brand.

Fernanda menambahkan, “Banyak orang berpikir fitur premium selalu identik dengan harga tinggi, tapi hal ini tidak berlaku untuk duo terbaru dari Samsung. Keduanya berhasil menawarkan teknologi yang biasanya ditemui di TWS kelas atas, namun dengan harga yang lebih terjangkau. Samsung juga memberikan tuning suara yang cukup konsisten di seluruh lini TWS-nya.”

Konsistensi dalam tuning suara ini menjadi poin penting yang sering diabaikan merek lain. Dengan menjaga kualitas audio yang konsisten across different segments, Samsung membangun ekosistem audio yang kohesif dan dapat diandalkan.

Ketersediaan dan Harga yang Menarik

Dari sisi ketersediaan, Samsung memberikan pilihan yang fleksibel. Galaxy Buds3 FE telah tersedia di Samsung Store offline sejak 18 September 2025 dan di online store samsung.com/id sejak 26 September 2025. Dengan harga normal Rp1.999.000, konsumen bisa mendapatkan promo cashback Rp200.000 hingga 31 Oktober 2025, sehingga harga efektifnya menjadi Rp1.799.000.

Sementara Galaxy Buds Core hadir dengan harga lebih terjangkau di Rp799.000 dan tersedia di seluruh channel penjualan. Perbedaan harga yang signifikan antara kedua varian ini memungkinkan konsumen memilih sesuai kebutuhan dan budget tanpa harus mengorbankan kualitas dasar.

Kehadiran duo TWS terbaru ini bukan sekadar peluncuran produk biasa. Ini adalah pernyataan strategis Samsung dalam menguasai segmen audio dengan pendekatan yang lebih inklusif. Seperti yang terjadi pada Galaxy S25 FE, Samsung kembali membuktikan kemampuannya dalam menghadirkan produk berkualitas dengan value proposition yang kuat.

Di era dimana teknologi AI semakin berkembang pesat – meski masih menyisakan misteri seperti yang diakui CEO Anthropic – integrasi AI pada perangkat audio seperti Galaxy Buds3 FE menjadi langkah natural dalam evolusi teknologi konsumen. Samsung memahami bahwa masa depan audio personal tidak hanya tentang kualitas suara, tetapi juga tentang kecerdasan yang membuat pengalaman lebih personal dan intuitif.

Dengan Galaxy Buds3 FE dan Galaxy Buds Core, Samsung tidak hanya menawarkan produk, melainkan solusi audio yang memahami keragaman kebutuhan konsumen Indonesia. Keduanya hadir sebagai bukti bahwa pengalaman audio premium kini bisa dinikmati oleh lebih banyak kalangan, tanpa harus mengorbankan kualitas atau fitur penting. Inilah demokratisasi teknologi audio dalam bentuknya yang paling elegan dan terjangkau.

ManageEngine Perkuat Log360 dengan Deteksi Ancaman yang Dirancang Ulang

0

Telset.id – Bayangkan Anda adalah seorang analis keamanan siber yang harus menyaring ribuan peringatan setiap hari. Dari sekian banyak notifikasi yang berdering, 53 persen di antaranya ternyata hanyalah “kebisingan” belaka—false positive yang menguras energi dan waktu berharga. Inilah realitas pahit yang dihadapi lebih dari 60 persen tim SOC global menurut studi 2025 Threat Intelligence Benchmark yang ditugaskan Google. Namun, ManageEngine baru saja meluncurkan solusi yang bisa mengubah segalanya.

ManageEngine, divisi dari Zoho Corporation, secara resmi mengumumkan pembaruan besar pada platform SIEM mereka, Log360. Yang menarik, ini bukan sekadar tambalan kecil atau pembaruan rutin. Ini adalah perubahan fundamental dalam pendekatan deteksi ancaman—sebuah respons langsung terhadap epidemi “alert fatigue” yang melanda industri keamanan siber. Dengan lebih dari 1.500 aturan deteksi siap pakai yang telah dipetakan ke kerangka kerja MITRE ATT&CK dan SIGMA, Log360 yang telah diperbarui ini menjanjikan revolusi dalam cara tim SOC bekerja.

Manikandan Thangaraj, Wakil Presiden di ManageEngine, menjelaskan dengan gamblang: “Tantangan terbesar tim keamanan saat ini bukan mengumpulkan data—tetapi memisahkan sinyal asli dari kebisingan yang berlebihan.” Pernyataan ini menyentuh inti masalah yang selama ini menjadi momok di industri keamanan siber. Bagaimana tidak, ketika serangan siber global semakin mengkhawatirkan, kemampuan untuk fokus pada ancaman nyata menjadi kebutuhan kritis.

Yang membedakan pembaruan ini dari sekadar peningkatan teknis biasa adalah pendekatan human-centered design-nya. Alih-alih menambahkan kompleksitas dengan aturan yang semakin rumit, ManageEngine justru menyederhanakan pengalaman analis. Konsol deteksi terpusat yang baru mengkonsolidasikan semua konten deteksi—aturan selaras MITRE ATT&CK, logika korelasi, UEBA, dan threat intel feeds—ke dalam satu tampungan yang intuitif. Hasilnya? Analis tidak perlu lagi berjuang dengan kueri kompleks atau bolak-balik antara berbagai antarmuka.

Bukti Nyata dari Lapangan: Pengurangan 90% False Positive

Cerita paling meyakinkan datang dari Emergency Communications of Southern Oregon (ECSO) 911, salah satu peserta uji coba beta yang berbasis di Amerika Serikat. Corey Nelson, IT Manager ECSO 911, membagikan pengalaman transformatif mereka: “Dengan aturan deteksi Log360 yang dioptimalkan dan teknik pemfilteran, kami berhasil mengurangi peringatan salah atau prioritas rendah hingga 90%.” Angka ini bukan sekadar statistik—ini tentang menyelamatkan nyawa dalam konteks pusat panggilan darurat 911.

Nelson menekankan, “Bagi pusat komunikasi darurat 911, keamanan adalah fondasi dari kepercayaan publik—dan setiap kegagalan memiliki konsekuensi nyata secara langsung.” Pernyataan ini mengingatkan kita bahwa di balik setiap peringatan keamanan yang terlewat, bisa jadi ada nyawa yang dipertaruhkan. Inilah mengapa ancaman terhadap sistem teknologi kritis harus ditangani dengan serius.

Pencapaian ECSO 911 ini menjadi bukti nyata bahwa pendekatan ManageEngine bukan sekadar janji marketing. Pengurangan 90% false positive berarti analis bisa menghabiskan waktu mereka untuk ancaman yang benar-benar berbahaya, bukan terjebak dalam “wild goose chase” mengejar bayangan yang tidak nyata. Dalam industri di setiap detik berarti, percepatan siklus deteksi-respon seperti ini bisa menjadi pembeda antara bencana dan keselamatan.

Arsitektur untuk Skala Enterprise yang Semakin Kompleks

Di era di mana ancaman siber semakin canggih, skalabilitas menjadi tantangan berikutnya. ManageEngine menjawab ini dengan arsitektur multi-tier kelas enterprise yang memungkinkan skalabilitas horizontal. Dengan cluster log processor dan pemrosesan berbasis peran (korelasi, pengayaan, pemberitahuan), serta pengumpulan terpusat dari lokasi terdistribusi, Log360 memastikan performa tetap optimal bahkan di organisasi dengan cakupan geografis luas.

Yang menarik, pembaruan ini juga mencakup filter berbasis objek di seluruh pengguna, grup, dan OU Active Directory. Fitur ini memastikan identitas bernilai tinggi—seperti akun administrator atau akses ke data sensitif—selalu dipantau dengan ketat, sementara kebisingan dari aktivitas rutin bisa ditekan. Ini seperti memiliki sistem keamanan yang tahu persis mana jendela yang rawan dan mana yang aman, alih-alih memperlakukan semua jendela sama.

Dengan lebih dari 1.500 aturan siap pakai yang mencakup beragam kasus penggunaan—dari eskalasi hak akses dan pergerakan lateral hingga manipulasi endpoint dan serangan SaaS—Log360 memberikan coverage yang komprehensif. Aturan-aturan ini tidak dikembangkan asal-asalan; mereka diteliti, dikurasi, dan diuji oleh tim riset ancaman internal ManageEngine untuk memastikan akurasi tinggi dan false positive rendah.

ManageEngine mengundang para profesional keamanan siber untuk bergabung dalam sesi peluncuran pada 30 September 2025 melalui https://mnge.it/8gM. Bagi yang ingin mempelajari lebih dalam tentang kapabilitas deteksi ancaman Log360, informasi lengkap tersedia di https://mnge.it/Vi9. Di tengah landscape ancaman siber yang semakin kompleks, solusi yang mampu memisahkan sinyal nyata dari kebisingan mungkin menjadi investasi terpenting yang bisa dilakukan organisasi mana pun.

OpenAI Luncurkan Fitur Belanja Langsung di ChatGPT

0

Telset.id – Bayangkan memesan sepatu lari terbaik atau kado rumah baru tanpa pernah meninggalkan obrolan dengan asisten AI Anda. Itulah kenyataan yang mulai hari ini bagi pengguna ChatGPT di Amerika Serikat, berkat peluncuran fitur Instant Checkout oleh OpenAI. Langkah strategis ini bukan sekadar tambahan fitur belanja biasa, melainkan sebuah terobosan signifikan yang mengantarkan kita lebih dekat ke era agen AI yang sepenuhnya fungsional.

Dengan Instant Checkout, proses belanja online menjadi semudah bertanya rekomendasi. Ketika Anda menanyakan “ide kado untuk rumah baru” atau “sepatu lari terbaik di bawah $100”, produk dari penjual Etsy yang mendukung fitur ini akan menampilkan opsi “Beli”. Cukup ketuk, konfirmasi pesanan, alamat pengiriman, dan detail pembayaran—semuanya terjadi dalam antarmuka chat yang familiar. Bagi pelanggan berlangganan ChatGPT, pembayaran bisa menggunakan kartu yang sudah terdaftar atau memilih metode lain. Penjual kemudian menangani pesanan seperti biasa, dengan ChatGPT bertindak sebagai perantara yang memberikan informasi pembeli. Layanan ini gratis untuk pengguna, meski penjual dikenakan biaya kecil untuk setiap transaksi yang berhasil.

OpenAI dengan tegas menyatakan bahwa produk dengan Instant Checkout tidak akan mendapatkan perlakuan khusus dalam hasil pencarian atau memengaruhi rekomendasi secara keseluruhan. Namun, dalam peringkat penjual produk yang sama, faktor “apakah Instant Checkout diaktifkan” akan dipertimbangkan untuk “mengoptimalkan pengalaman pengguna”—sebuah nuance penting dalam algoritma rekomendasi yang patut dicermati.

Ekspansi Besar-besaran dan Sumber Terbuka

Yang membuat gebrakan ini semakin menarik adalah skalanya. OpenAI mengungkapkan bahwa lebih dari satu juta merchant Shopify—termasuk merek-merek ternama seperti Glossier, SKIMS, dan Spanx—akan segera bergabung dalam platform ini. Untuk saat ini, Instant Checkout hanya mendukung pembelian item tunggal, namun perusahaan sudah berencana menambahkan keranjang belanja multi-item dan memperluas jangkauan ke lebih banyak merchant serta region di seluruh dunia.

Mungkin yang paling visioner dari seluruh pengumuman ini adalah keputusan OpenAI untuk membuka sumber teknologi yang mendukung Instant Checkout. Protokol yang dikembangkan bersama processor pembayaran Stripe ini, disebut Agentic Commerce Protocol, dimaksudkan menjadi standar untuk belanja berbasis AI dan memudahkan developer mengintegrasikan toko mereka dengan ChatGPT. Langkah open source ini mengingatkan pada upaya OpenAI mengembangkan chip sendiri demi meningkatkan kemampuan ChatGPT—sebuah komitmen jangka panjang untuk membangun ekosistem yang independen dan powerful.

Perlombaan Menuju Agen AI yang Autonom

Instant Checkout bukanlah langkah isolated OpenAI. Ini adalah bagian dari puzzle besar yang sedang disusun perusahaan untuk menciptakan agen AI yang benar-benar mandiri. Industri secara keseluruhan sedang berlomba meluncurkan apa yang disebut agen AI—asisten virtual yang secara teori bisa menangani tugas seperti menulis laporan, memesan perjalanan, berbelanja online, dan menjadwalkan appointment.

Baru minggu lalu, OpenAI meluncurkan ChatGPT Pulse, yang melakukan riset relevan untuk pengguna dan terhubung ke email, kalender, dan aplikasi lain untuk memberikan briefing pagi harian. Fitur lain yang diperkenalkan tahun ini, ChatGPT Agent, juga terhubung ke aplikasi pengguna namun masih membutuhkan prompt eksplisit untuk menjalankan tugas. Dan pada Januari, perusahaan memperkenalkan OpenAI Operator, tool yang bisa mengisi form online dan menempatkan pesanan sendiri—meski pembeli masih harus memasukkan informasi pembayaran secara manual.

Perkembangan ini terjadi dalam landscape kompetitif yang semakin panas. Persetujuan Grok xAI oleh pemerintah AS dan investasi besar-besaran seperti komitmen Apple senilai Rp 16 triliun untuk server AI Nvidia menunjukkan betapa seriusnya perlombaan teknologi ini.

Pertukaran yang Tak Terelakkan: Kemudahan vs Privasi

Namun ada satu hal yang semakin jelas seiring mendekatnya era agen AI: mereka membutuhkan akses ke banyak data pribadi kita untuk bekerja dengan baik, jika memang mereka bisa bekerja. Instant Checkout membutuhkan informasi kartu kredit, alamat, preferensi belanja—data yang sangat sensitif yang sekarang dipercayakan kepada sistem AI.

Ini mengingatkan pada temuan mengejutkan tentang chatbot AI yang paling banyak mengumpulkan data pribadi. Ketika AI menjadi semakin terintegrasi dengan kehidupan sehari-hari, pertanyaan tentang privasi dan keamanan data menjadi semakin kritis. Bagaimana OpenAI akan melindungi data pengguna? Siapa yang bertanggung jawab jika terjadi kebocoran? Dan yang paling penting—seberapa jauh kita bersedia mengorbankan privasi untuk kemudahan?

Lanskap kompetisi juga patut diperhatikan. Dengan ChatGPT menjadi platform belanja, bagaimana dampaknya terhadap pemain e-commerce mapan? Apakah kita akan melihat respons regulator seperti yang terjadi pada iklan Google yang dianggap merugikan persaingan oleh pengawas Inggris?

OpenAI dengan Instant Checkout-nya tidak hanya mengubah cara kita berbelanja, tetapi juga mendefinisikan ulang hubungan kita dengan teknologi AI. Ini bukan sekadar fitur baru—ini adalah jendela menuju masa depan di mana asisten digital kita tidak hanya menjawab pertanyaan, tetapi benar-benar mengambil tindakan untuk kita. Pertanyaannya sekarang: seberapa siapkah kita menyambut masa depan itu, dengan segala konsekuensi dan komprominya?

Bocoran Aplikasi Sora 2 OpenAI: TikTok AI dengan Fitur Wajah yang Kontroversial

0

Telset.id – Bayangkan sebuah platform media sosial di mana setiap video yang Anda scroll sepenuhnya dibuat oleh kecerdasan buatan. Tidak ada konten manusia asli, tidak ada momen spontan—hanya simulasi digital yang dipersonalisasi untuk Anda. Inilah yang sedang dipersiapkan OpenAI, menurut laporan eksklusif dari Wired. Aplikasi Sora 2 yang sedang dikembangkan dikabarkan akan menjadi TikTok versi AI murni, lengkap dengan fitur pengenalan wajah yang menimbulkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.

Laporan ini muncul di tengah gelombang skeptisisme terhadap konten AI. Meta baru-baru ini meluncurkan feed khusus AI di aplikasi Meta AI-nya, yang langsung menuai kritik pedas dari pengguna. Sekarang, OpenAI dikabarkan akan melangkah lebih jauh dengan aplikasi mandiri untuk model pembuatan video Sora 2. Yang membedakan? Platform ini akan menggunakan algoritma rekomendasi personalisasi untuk menyajikan konten yang sesuai minat pengguna, mirip dengan cara kerja TikTok, Instagram Reels, atau YouTube Shorts. Bedanya, semua konten di sini 100% buatan mesin.

Mekanisme Platform yang Mengusik Privasi

Yang paling kontroversial dari bocoran aplikasi Sora 2 ini adalah sistem verifikasi identitas melalui pengenalan wajah. Pengguna akan diminta untuk mengonfirmasi kemiripan wajah mereka, dan setelah itu—inilah bagian yang mengkhawatirkan—wajah mereka dapat digunakan dalam video AI. Bahkan lebih mengganggu lagi: pengguna lain dapat menandai Anda dan menggunakan kemiripan wajah Anda dalam video buatan mereka sendiri. Setiap kali wajah Anda digunakan, Anda akan mendapat notifikasi—bahkan jika video tersebut hanya disimpan sebagai draf dan tidak pernah diposting.

Di era ketika pemerintah federal AS baru mulai membahas regulasi terbatas untuk melindungi korban deepfake non-konsensual, fitur semacam ini terasa seperti langkah mundur. Apakah ini berarti Sora 2 pada dasarnya memfasilitasi manipulasi wajah oleh orang lain? Pertanyaan ini semakin menguat mengingat rekam jejak OpenAI dalam hal keamanan konten. Meskipun perusahaan mengklaim telah menambahkan perlindungan ke model Sora asli untuk mencegah generasi konten telanjang dan eksplisit, pengujian independen menunjukkan sistem tetap dapat menghasilkan konten terlarang—meski dalam tingkat yang rendah.

Batasan Teknis dan Implikasi Sosial

Dari segi teknis, video yang dihasilkan Sora 2 akan dibatasi hingga 10 detik—jauh lebih pendek dari kemampuan Sora versi pertama yang bisa menghasilkan video 60 detik. Pembatasan ini kemungkinan besar terkait dengan keterbatasan teknologi: setelah 10 detik, kualitas video AI mulai menurun dan “berhalusinasi” elemen aneh. Meskipun OpenAI melatih modelnya untuk menolak pelanggaran hak cipta dan menerapkan filter untuk membatasi jenis video tertentu, pertanyaan tentang efektivitas perlindungan ini tetap menggantung.

Yang menarik, tidak ada cara untuk mengunggah foto atau video langsung tanpa edit di platform ini. Semua konten harus melewati proses “AI-fikasi” terlebih dahulu. Pendekatan ini sekilas terlihat seperti upaya untuk mengkarantina konten AI dalam ekosistem terpisah—sebuah konsep yang mungkin justru bijaksana di tengah banjirnya konten AI di platform konvensional. Namun, implementasi fitur sosialnya, khususnya yang melibatkan penggunaan wajah pengguna, justru menciptakan risiko privasi baru.

Bagi Anda yang tertarik dengan alternatif pembuatan konten video, tersedia berbagai aplikasi untuk membuat video bokeh terbaik Android 2024 yang menawarkan kreativitas tanpa kompromi privasi. Sementara platform seperti X yang mirip Zoom dengan fitur video call mendemonstrasikan bagaimana fitur sosial dapat diimplementasikan dengan lebih transparan.

Masa Depan yang Masih Spekulatif

Hingga saat ini, OpenAI belum mengonfirmasi rencana pengembangan aplikasi Sora 2. Gizmodo telah menghubungi perusahaan tersebut tetapi belum menerima tanggapan pada saat publikasi. Spekulasi tentang peluncuran Sora 2 telah beredar selama berbulan-bulan, dengan beberapa pihak memperkirakan pengumuman akan dilakukan bersamaan dengan peluncuran GPT-5. Untuk saat ini, aplikasi dan modelnya masih bersifat teoretis.

Namun, jika laporan Wired akurat, kita mungkin sedang menyaksikan kelahiran bentuk baru media sosial—atau mungkin “anti-sosial media”—di mana interaksi manusia digantikan oleh simulasi AI. Konsep feed AI eksklusif sebenarnya mengandung potensi positif: memisahkan konten AI dari platform konvensional, mirip bagaimana cara download video YouTube pakai aplikasi Telegram memisahkan fungsi unduhan dari platform streaming. Namun, implementasi fitur sosial yang melibatkan data biometrik pengguna justru menimbulkan paradoks keamanan yang serius.

Pertanyaan terbesar yang masih belum terjawab: akankah ada opsi opt-out atau kemampuan untuk membatasi siapa yang dapat menggunakan kemiripan wajah kita? Jika tidak, kita mungkin sedang menuju ke era baru pelanggaran privasi digital—di mana wajah kita bisa menjadi konten viral tanpa persetujuan kita, di platform yang sepenuhnya dikendalikan oleh algoritma.

Oppo Find X9 Pro Tantang Kamera Hasselblad Rp 170 Juta

0

Telset.id – Bayangkan sebuah smartphone yang berani menantang kamera profesional senilai Rp 170 juta. Bukan sekadar klaim marketing biasa, melainkan perbandingan langsung yang dipamerkan secara resmi. Inilah yang dilakukan Oppo dengan Find X9 Pro menjelang peluncurannya pada 16 Oktober mendatang.

Dalam postingan Weibo yang menggemparkan, Zhou Yibao, manajer seri Find Oppo, membagikan foto side-by-side antara Find X9 Pro dan Hasselblad X2D II 100C. Hasilnya? Mengejutkan. Sample dari Find X9 Pro menunjukkan ketajaman dan reproduksi warna yang hampir menyamai kamera profesional tersebut, berkat prosesing gambar canggih yang diterapkan Oppo.

Namun, tentu ada batasan yang tak bisa ditutupi. Hasselblad tetap unggul dalam dynamic range dan kedalaman natural, berkat pixel raksasa 3.76µm yang mampu menangkap lebih banyak cahaya dibanding pixel 0.5µm pada smartphone. Tapi bagi traveler atau content creator yang menginginkan kualitas foto tinggi tanpa repot membawa kamera besar, Find X9 Pro mulai terlihat seperti pilihan yang sangat menarik.

Telephoto 200MP: Senjata Rahasia Oppo

Jantung dari sistem kamera Find X9 Pro adalah sensor ISOCELL HP5 beresolusi 200MP yang digunakan untuk lensa telephoto 70mm. Berbeda dengan sensor high-megapixel generasi sebelumnya yang biasanya binning ke 12MP, sensor ini dikabarkan mampu menangkap gambar pada resolusi penuh 200MP (atau 50MP) dalam kondisi cahaya cukup.

Konfigurasi lengkapnya, berdasarkan bocoran yang beredar, meliputi kamera utama Sony LYT-828 50MP dengan OIS, kamera ultrawide 50MP, dan periskop 200MP yang menawarkan zoom optikal 3.5x (hingga 120x hybrid). Yang menarik, Oppo juga menyertakan sentuhan khas Hasselblad seperti mode XPAN dan trik triple-exposure baru.

Bahkan lebih ambisius lagi, tersedia kit imaging opsional dengan teleconverter yang memperpanjang jangkauan dari 70mm menjadi 220mm. Ini merupakan langkah berani yang menunjukkan komitmen Oppo dalam menghadirkan pengalaman fotografi profesional di perangkat mobile. Seperti yang pernah kami bahas dalam artikel sebelumnya, kamera 200MP ini memang menjadi fokus utama Find X9 Pro.

Spesifikasi yang Tak Kalah Mengagumkan

Di balik kemampuan kameranya yang luar biasa, Find X9 Pro juga dibekali dengan spesifikasi yang tak kalah mentereng. Ponsel ini dikabarkan akan ditenagai oleh chipset MediaTek Dimensity 9500 terbaru, didukung baterai berkapasitas besar 7.500mAh dengan pengisian daya wired 80W dan wireless 50W.

Layar 6.78-inch LTPO OLED menawarkan resolusi 1.5K dengan refresh rate 120Hz, sementara desainnya tetap relatif ramping dengan ketebalan 8.25mm dan berat 224g. Kombinasi spesifikasi ini menjadikan Find X9 Pro tidak hanya unggul di bidang fotografi, tetapi juga sebagai perangkat premium yang komprehensif. Seperti yang terungkap dalam bocoran sebelumnya, chipset Dimensity 9500 memang menjadi andalan untuk seri Find X9.

Dengan harga sekitar $1.000 atau setara Rp 16 juta, jelas Find X9 Pro tidak dimaksudkan untuk menggantikan peralatan Hasselblad bagi fotografer profesional. Namun, bagi mereka yang menginginkan kualitas gambar mendekati profesional dengan kemudahan dan portabilitas smartphone, Oppo mungkin telah menciptakan salah satu camera phone paling berani yang pernah ada.

Pertanyaannya sekarang: apakah Anda termasuk yang lebih memilih kemudahan smartphone dengan kualitas hampir profesional, atau tetap setia dengan kamera dedicated meski harus repot membawa peralatan tambahan? Jawabannya mungkin akan lebih jelas setelah peluncuran resmi 16 Oktober mendatang.

Harga Spare Part Xiaomi 17 Pro Bocor, Bikin Ngeri Sebelum Beli!

0

Bayangkan Anda baru saja menghabiskan hampir 5 juta rupiah untuk smartphone flagship terbaru. Rasanya pasti seperti memiliki mahakarya teknologi di genggaman. Tapi pernahkah terpikir, berapa biaya yang harus Anda keluarkan jika layarnya retak atau kamera belakangnya bermasalah? Kengerian itu kini menjadi nyata bagi calon pembeli Xiaomi 17 series.

Xiaomi baru saja meluncurkan duo flagship mereka, Xiaomi 17 Pro dan 17 Pro Max, pada 25 September dengan harga mulai 4.999 yuan. Hanya berselang beberapa hari, perusahaan secara diam-diam mempublikasikan harga resmi suku cadang perbaikan di situs web mereka. Langkah transparan ini patut diacungi jempol, namun angka-angka yang terpampang justru membuat banyak orang berpikir dua kali.

Dalam industri smartphone di mana biaya perbaikan sering menjadi “kejutan tidak menyenangkan” pasca-pembelian, keputusan Xiaomi untuk mengungkap harga spare part sejak dini ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi, konsumen bisa merencanakan anggaran perawatan. Di sisi lain, beberapa angka benar-benar membuat mata berkedip.

Xiaomi 17 Pro: Murah di Bagian Kecil, Mahal di Komponen Vital

Untuk varian standar 17 Pro, beberapa komponen dasar ternyata cukup terjangkau. Battery baru hanya berharga 199 yuan, charger pengganti 55 yuan, dan kabel data bahkan cuma 19 yuan. Speaker atas dan bawah masing-masing dibanderol 15 yuan dan 25 yuan – harga yang bisa dibilang sangat masuk akal.

Namun ketika masuk ke komponen kamera, ceritanya mulai berubah. Kamera wide-angle belakang dihargai 450 yuan, sementara kamera periskop zoom mencapai 245 yuan. Kamera depan seharga 65 yuan dan ultra-wide belakang 80 yuan masih dalam batas wajar. Biaya terbesar justru datang dari motherboard dan display.

Motherboard Xiaomi 17 Pro bervariasi tergantung konfigurasi penyimpanan, mulai dari 2.730 yuan untuk versi 12GB+256GB hingga 3.190 yuan untuk 16GB+1TB. Display OLED dipatok 990 yuan, dan panel kaca belakang seharga 425 yuan. Angka-angka ini menunjukkan betapa komponen inti masih menjadi penyumbang biaya terbesar dalam perbaikan smartphone flagship.

Xiaomi 17 Pro Max

Xiaomi 17 Pro Max: Semua Lebih Mahal, Tapi Layar Lebih Tajam

Varian Max memang selalu identik dengan segala sesuatu yang lebih besar – termasuk harga spare partnya. Penggantian layar melonjak menjadi 1.050 yuan, sementara battery cover naik menjadi 495 yuan. Kamera wide-angle belakang sedikit lebih murah di 435 yuan, tetapi modul telephoto justru lebih mahal di 350 yuan. Kamera ultra-wide tetap di 80 yuan.

Motherboard pada 17 Pro Max semakin mengukuhkan status premiumnya dengan harga mulai 2.990 yuan dan mencapai puncaknya di 3.450 yuan untuk konfigurasi tertinggi. Perbedaan harga antara kedua varian ini mencerminkan kompleksitas teknologi yang lebih tinggi pada model Max, meskipun secara desain mungkin terlihat mirip dengan saudara mudanya.

Bagi Anda yang sedang mempertimbangkan untuk membeli smartphone flagship, informasi harga spare part ini bisa menjadi pertimbangan penting. Seperti yang terlihat dalam daftar HP Xiaomi terbaru, seri 17 memang menawarkan spesifikasi top, namun konsekuensi perawatannya juga perlu dipikirkan matang-matang.

Analisis Biaya Perbaikan vs Harga Beli: Worth It atau Tidak?

Mari kita hitung kasar: Jika Anda membeli Xiaomi 17 Pro 12GB+256GB seharga 4.999 yuan dan kemudian harus mengganti motherboard (2.730 yuan) plus display (990 yuan), total biaya perbaikan mencapai 3.720 yuan. Itu hampir 75% dari harga ponsel baru! Fakta ini membuat asuransi perangkat menjadi semakin relevan bagi pemilik smartphone flagship.

Perbandingan dengan produk sejenis dari brand lain juga menarik untuk diamati. Seperti yang terjadi pada Huawei P60 series yang juga menawarkan teknologi tinggi, pola harga spare part yang mahal untuk komponen inti tampaknya menjadi tren industri.

Pelajaran penting yang bisa diambil: rawat baik-baik smartphone flagship Anda, atau siapkan budget ekstra untuk perbaikan. Komponen seperti motherboard dan display memang dirancang dengan teknologi mutakhir, tapi itu pula yang membuat harganya melambung tinggi ketika harus diganti.

Strategi Xiaomi: Transparansi atau Peringatan?

Keputusan Xiaomi mengungkap harga spare part hanya beberapa hari setelah peluncuran produk patut diapresiasi. Di era di mana konsumen semakin kritis terhadap hak mereka, transparansi semacam ini membangun kepercayaan. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa angka-angka tersebut juga berfungsi sebagai “warning” bagi calon pembeli tentang konsekuensi kepemilikan perangkat high-end.

Bagi penggemar brand Xiaomi yang ingin alternatif lebih terjangkau, perbandingan Xiaomi 15T vs 14T bisa menjadi pertimbangan menarik. Meski tidak se-powerful seri 17, biaya perawatan dan perbaikannya mungkin lebih bersahabat dengan kantong.

Fenomena ini juga mengingatkan kita bahwa dalam memilih smartphone, tidak hanya spesifikasi dan harga beli yang perlu dipertimbangkan, tetapi juga biaya kepemilikan jangka panjang. Smartphone mahal tidak hanya mahal saat dibeli, tetapi juga mahal ketika diperbaiki.

Jadi, sebelum Anda tergoda oleh kecanggihan Xiaomi 17 Pro atau 17 Pro Max, pertimbangkan matang-matang apakah Anda siap dengan konsekuensi finansial jika terjadi kerusakan. Atau mungkin, lebih baik memilih smartphone dengan biaya perawatan yang lebih terjangkau? Keputusan ada di tangan Anda, tapi sekarang setidaknya Anda sudah memiliki informasi lengkap untuk membuat pilihan yang tepat.

Benchmark Honor Magic 8 Ungguli Xiaomi 17 Pro, Rivalitas Memanas!

0

Pertarungan puncak di dunia smartphone flagship baru saja memasuki babak baru yang lebih sengit. Snapdragon 8 Elite Gen 5, jantung teknologi terbaru Qualcomm yang masih hangat, sudah langsung menjadi ajang pembuktian dua raksasa China: Xiaomi dan Honor. Jika Xiaomi berhasil mencatatkan nama sebagai yang pertama meluncurkan ponsel dengan chipset 3nm ini melalui seri 17, Honor tak mau tinggal diam dan segera melayangkan jawaban yang tak kalah menggemparkan.

Lanskap persaingan smartphone high-end memang selalu dinamis. Kehadiran chipset baru biasanya diikuti oleh klaim-klaim superioritas dari berbagai merek. Namun, kali ini, Honor datang dengan data yang konkret dan sulit diabaikan. Bocoran benchmark terbaru yang dibagikan langsung oleh jajaran internal Honor menunjukkan performa yang benar-benar mengesankan, bahkan berpotensi menggeser posisi Xiaomi 17 Pro yang lebih dulu rilis.

Lantas, seberapa signifikan keunggulan yang ditunjukkan Honor Magic 8 ini? Apakah angka benchmark yang tinggi sudah cukup untuk menjamin pengalaman pengguna yang lebih baik? Mari kita selami lebih dalam data-data yang telah beredar dan apa artinya bagi Anda, para pencinta teknologi.

Angka Benchmark yang Bicara: Honor Magic 8 Mendominasi

Perang spesifikasi dimulai dari angka, dan dalam hal ini, Honor Magic 8 datang dengan senjata yang berat. Li Kun, Product Manager Honor, dengan percaya diri membagikan tangkapan layar skor AnTuTu V11 untuk Magic 8 di platform Weibo. Angkanya? Sangat fantastis: 4.166.339 poin. Bandingkan dengan skor Xiaomi 17 Pro yang tercatat di 3.749.435 poin. Selisih hampir 417.000 poin ini bukanlah hal sepele—ini menunjukkan keunggulan sekitar 11% untuk Honor Magic 8.

Yang lebih menarik lagi, keunggulan ini konsisten di semua aspek pengujian. Pada tes CPU, Magic 8 mencetak 1.213.845, mengalahkan 1.053.385 dari rivalnya. Di bagian GPU, yang sangat krusial untuk gaming dan grafis berat, Honor unggul dengan 1.468.351 berbanding 1.332.311. Bahkan di sektor memori dan UX (User Experience), Magic 8 tetap memimpin dengan masing-masing 570.553 (vs 529.807) dan 913.590 (vs 833.932). Dominasi yang hampir sempurna ini tentu menjadi pesan yang jelas: Honor serius menantang takhta Xiaomi. Seri Magic8 sendiri diprediksi akan menjadi flagship AI paling canggih di kuartal terakhir 2025, dan performa benchmark ini seolah menjadi pembuktian awal dari klaim tersebut.

Di Balik Angka: Konsumsi Daya dan Thermal yang Perlu Dipertimbangkan

Namun, benarkah kemenangan Honor sudah mutlak? Seorang jurnalis senior tentu tak akan serta merta menyimpulkan hanya dari satu sisi cerita. Benchmark hanyalah satu bagian dari puzzle. Data lain yang terungkap justru memberikan nuansa berbeda. Selama proses pengujian benchmark, Honor Magic 8 tercatat kehilangan daya baterai sebesar 7%. Sementara itu, Xiaomi 17 Pro hanya kehilangan 2%. Pada pandangan pertama, ini terlihat seperti kelemahan signifikan untuk Honor.

Tapi, mari kita lihat lebih jeli. Perbedaan konsumsi daya ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh kondisi pengujian. Xiaomi 17 Pro diuji saat tingkat baterainya masih di atas 90%, dan seperti yang umum diketahui, penurunan persentase baterai pada level yang tinggi seringkali lebih lambat—bisa jadi ini adalah karakteristik dari cara sistem melaporkan sisa daya, bukan indikasi efisiensi yang buruk dari Magic 8. Di sisi lain, varian foldable Honor, Magic V5, dikabarkan akan membawa baterai terbesar di kelasnya, menunjukkan bahwa Honor sebenarnya punya perhatian khusus pada ketahanan daya.

Aspek thermal atau suhu operasi juga menarik untuk diamati. Honor Magic 8 mengalami kenaikan suhu sebesar 13°C selama tes, sementara Xiaomi 17 Pro naik lebih tinggi, yaitu 20°C. Kenaikan suhu yang lebih rendah pada Magic 8 bisa mengindikasikan sistem pendinginan yang lebih efisien, sebuah faktor penting untuk menjaga performa konsisten dalam penggunaan jangka panjang, terutama untuk gaming atau tugas berat lainnya.

Lebih Dari Sekadar Performa: Senjata Rahasia Masing-Masing

Pertarungan antara Honor Magic 8 dan Xiaomi 17 Pro jelas tidak akan berhenti di angka benchmark. Kedua flagship ini datang membawa senjata andalan yang berbeda untuk memikat konsumen. Xiaomi 17 Pro, misalnya, mengusung kolaborasi kamera Leica yang sudah terkenal dan dilengkapi dengan fitur unik berupa display kecil di bagian belakang tubuhnya berukuran 2,7 inci, sebuah fitur yang juga pernah dieksplorasi varian Ultimate Edition di generasi sebelumnya.

Di sisi lain, Honor tidak mau kalah. Untuk varian Magic 8 Pro, mereka memamerkan sensor telephoto beresolusi monstrous 200MP. Beberapa sample foto dari kamera ini bahkan sudah beredar di internet, menunjukkan potensi yang sangat besar dalam bidang fotografi, terutama untuk zoom jarak jauh tanpa kehilangan detail. Bocoran mengenai Honor Magic 8 Pro ini semakin mengukuhkan niat Honor untuk bersaing ketat di segmen kamera flagship. Dengan senjata yang berbeda ini, pilihan konsumen nantinya akan sangat tergantung pada prioritas mereka: apakah kamera Leica dan desain unik Xiaomi, atau kamera telephoto tinggi dan performa raw yang diusung Honor.

Narasi Persaingan: Siapa yang Akan Memimpin di Q4 2025?

Dengan jadwal peluncuran Honor Magic 8 series yang diprediksi pada Oktober mendatang, bocoran benchmark ini ibarat bensin yang ditumpahkan ke bara api persaingan. Xiaomi memang berhasil mencuri perhatian sebagai pioneer Snapdragon 8 Elite Gen 5. Namun, Honor dengan lihai menunjukkan bahwa menjadi yang pertama bukanlah segalanya. Kemampuan untuk “menyetel” atau men-tuning hardware dengan lebih optimal sehingga menghasilkan performa lebih tinggi adalah nilai jual yang sangat kuat.

Pelajaran dari generasi sebelumnya, seperti pembaruan MagicOS pada seri Magic7 yang membawa fitur AI baru, menunjukkan komitmen Honor dalam menghadirkan pengalaman perangkat lunak yang mumpuni. Kombinasi antara hardware yang dioptimalkan dan software yang cerdas inilah yang akan menentukan pemenang sesungguhnya. Keunggulan awal di benchmark memberikan momentum yang bagus untuk Honor, namun pertarungan sesungguhnya akan terjadi di tangan konsumen, yang akan menilai mana ponsel yang benar-benar memberikan pengalaman terbaik dalam keseharian.

Jadi, bersiaplah menyambut kuartal terakhir 2025 yang penuh drama teknologi. Persaingan Xiaomi vs Honor dengan Snapdragon 8 Elite Gen 5 sebagai medan tempurnya menjanjikan pertunjukan yang tak kalah seru dari rivalitas legendaris lainnya di industri ini. Keputusan akhir ada di tangan Anda, mana yang akan menjadi pendamping digital Anda selanjutnya?

CMF Headphone Pro Resmi: Modular, ANC, dan Baterai 100 Jam

0

Telset.id – Bayangkan headphone yang bisa Anda sesuaikan seperti baju favorit—warna earcup bisa ditukar-tukar, kontrol audio disesuaikan dengan jari, dan baterainya sanggup menemani perjalanan panjang tanpa takut mati mendadak. Itulah yang ditawarkan CMF Headphone Pro, produk terbaru sub-brand Nothing yang baru saja diumumkan secara resmi.

Dengan harga terjangkau 99 dolar AS atau 99 euro, headphone over-ear ini bukan sekadar aksesori audio biasa. Ia membawa filosofi desain minimalis khas Nothing yang memadukan fashion dan kualitas suara dalam satu paket menarik. Yang membuatnya istimewa? Pendekatan modular yang memungkinkan personalisasi tingkat tinggi, fitur noise cancellation canggih, dan daya tahan baterai yang sulit ditandingi produk sekelasnya.

Dalam dunia audio personal yang semakin ramai, kehadiran CMF Headphone Pro seperti angin segar. Brand yang fokus pada desain ini berhasil menciptakan produk yang tidak hanya enak didengar, tapi juga enak dipandang dan sesuai dengan gaya hidup modern. Apalagi dengan integrasi AI yang semakin cerdas, headphone ini siap menjadi teman setia Anda dalam berbagai aktivitas.

Desain Modular: Personalisasi Tanpa Batas

Salah satu fitur paling mencolok dari CMF Headphone Pro adalah earcup yang dapat ditukar. Pengguna bisa mix and match warna sesuai mood atau gaya berpakaian. Pilihan warna yang tersedia—Light Green, Light Gray, dan Dark Gray—memberikan fleksibilitas untuk mengekspresikan kepribadian melalui perangkat audio.

Tak hanya itu, CMF Headphone Pro hadir dengan kontrol yang dirancang secara khusus. Ada tombol taktil dan slider yang disebut Energy Slider untuk menyesuaikan level bass dan treble secara real-time. Bahkan terdapat roller khusus untuk mengatur volume, kontrol musik, dan mengaktifkan mode ANC. Setiap elemen dirancang untuk memberikan pengalaman penggunaan yang intuitif dan memuaskan.

Fitur kustomisasi tidak berhenti di situ. Nothing menyertakan tombol yang dapat diprogram sesuai kebutuhan pengguna. Yang menarik, tombol ini bisa diatur sebagai shortcut AI dengan integrasi ChatGPT. Ini membuka kemungkinan baru dalam berinteraksi dengan perangkat audio—Anda bisa bertanya, meminta bantuan, atau sekadar mengobrol dengan asisten virtual tanpa harus mengeluarkan ponsel.

Teknologi Audio yang Impresif

Di balik desainnya yang stylish, CMF Headphone Pro menyembunyikan teknologi audio yang serius. Headphone ini menggunakan dynamic driver 40mm dengan Nothing Tuning yang memberikan signature sound khas brand tersebut. Hasilnya adalah reproduksi suara yang detail dan seimbang, cocok untuk berbagai genre musik.

Fitur ANC (Active Noise Cancellation) mampu meredam kebisingan hingga 40 desibel—angka yang cukup impressive untuk headphone budget. Mode transparansi juga tersedia, memungkinkan Anda tetap aware dengan lingkungan sekitar ketika diperlukan. Untuk panggilan, tiga mikrofon dengan ENC (Environmental Noise Cancellation) dan Wind Noise Conduction Mesh memastikan suara Anda terdengar jernih bahkan di kondisi berangin.

Konektivitas didukung Bluetooth 5.4 dengan dukungan codec AAC, SBC, dan LDAC—yang terakhir dikenal sebagai codec high-resolution yang menjaga kualitas audio wireless. Bagi gamer, mode low latency tersedia untuk mengurangi delay audio saat gaming. Fitur ini membuat headphone ini cocok tidak hanya untuk mendengar musik, tapi juga untuk meeting online dan sesi gaming marathon.

Daya Tahan Baterai yang Luar Biasa

Ini mungkin spesifikasi yang paling membuat banyak orang terkesan: CMF Headphone Pro mampu bertahan hingga 100 jam dengan ANC dimatikan. Bahkan dengan ANC aktif, baterai masih sanggup bertahan 50 jam ketika menggunakan codec AAC. Angka ini jauh di atas rata-rata headphone wireless di kelasnya.

Fitur pengisian cepat juga tidak kalah mengesankan. Hanya dengan 5 menit charging, Anda sudah bisa menikmati playback selama 5 jam. Ini solusi sempurna untuk situasi darurat ketika lupa mengisi daya sebelumnya. Daya tahan baterai yang exceptional ini membuat CMF Headphone Pro layak menjadi pilihan untuk traveling, work from coffee shop, atau sekadar menikmati musik sepanjang hari tanpa khawatir kehabisan daya.

Seperti yang kita lihat dalam tren perangkat elektronik lainnya, daya tahan baterai menjadi faktor penentu kepuasan pengguna. Beberapa produk lain seperti Redmi Pad 2 Pro juga mengedepankan aspek ini untuk memenangi persaingan pasar.

Fitur Tambahan yang Menarik

CMF Headphone Pro dilengkapi dengan sertifikasi tahan cipratan IPX2, meski tidak sekuat perangkat outdoor, cukup untuk melindungi dari keringat atau hujan ringan. Fitur koneksi dual device memungkinkan headphone terhubung ke dua perangkat sekaligus—misalnya ponsel dan laptop—dan beralih dengan mulus antara keduanya.

Dukungan Google Fast Pair dan Microsoft Swift Pair memudahkan proses pairing dengan perangkat Android dan Windows. Tidak perlu repot masuk ke menu Bluetooth—begitu headphone dinyalakan, notifikasi pairing langsung muncul di perangkat Anda. Kemudahan ini menunjukkan perhatian Nothing terhadap pengalaman pengguna dari awal hingga akhir.

Dalam lanskap teknologi yang semakin terhubung, kemampuan untuk berintegrasi dengan ekosistem yang berbeda menjadi nilai tambah penting. Seperti yang kita lihat dalam perkembangan smartphone anyar Lenovo yang juga menawarkan integrasi ekosistem yang mulus.

CMF Headphone Pro akan tersedia mulai 7 Oktober 2025 di Amerika Serikat dan Eropa. Dengan harga 99 dolar AS atau 99 euro, headphone ini menawarkan value proposition yang kuat di segmen budget. Kombinasi antara desain modular, fitur ANC, dan daya tahan baterai exceptional membuatnya menjadi contender serius di pasar headphone wireless.

Bagi Nothing, kehadiran CMF Headphone Pro memperkuat posisi mereka di segmen audio budget tanpa mengorbankan filosofi desain dan inovasi yang menjadi DNA brand. Ini membuktikan bahwa produk berkualitas tidak harus mahal, asalkan dirancang dengan pemikiran yang matang dan perhatian terhadap detail. Sebuah pelajaran berharga bagi industri teknologi yang sering terjebak dalam perlombaan spesifikasi semata.

Dengan semua keunggulan yang ditawarkan, pertanyaannya sekarang: apakah CMF Headphone Pro akan mengubah lanskap headphone budget? Jawabannya mungkin terletak pada bagaimana konsumen merespons pendekatan modular yang belum umum di segmen ini. Tapi satu hal yang pasti—Nothing sekali lagi berhasil membuat orang berbicara tentang desain dan inovasi, bukan hanya spesifikasi teknis belaka.

Pre Order ROG Xbox Ally di Indonesia Resmi Dibuka, Dapatkan Hadiah Menarik!

0

Telset.id – Inilah momen yang ditunggu-tunggu para gamer Indonesia. Setelah berbagai spekulasi dan antisipasi, Pre Order ROG Xbox Ally akhirnya resmi dibuka mulai hari ini, 26 September 2025. Bukan sekadar peluncuran biasa, ini adalah kesempatan pertama di dunia untuk memiliki handheld gaming PC hasil kolaborasi legendaris antara ASUS ROG dan Xbox. Apakah Anda termasuk yang sudah siap memesannya?

Periode pre order berlangsung terbatas, hanya dari 26 September hingga 15 Oktober 2025. Yang menarik, ASUS Indonesia memberikan apresiasi khusus bagi 100 peserta pertama yang melakukan klaim. Mereka berhak mendapatkan game Like A Dragon: Pirate Yakuza in Hawaii senilai Rp 650.000. Tidak hanya itu, semua peserta pre order berkesempatan memenangkan berbagai ROG Gaming Gears senilai puluhan juta rupiah melalui lucky draw. Seperti yang pernah kami bahas dalam ROG Xbox Ally Segera Hadir di Indonesia, perangkat ini memang pantas dinanti.

Bagaimana cara mendapatkan handheld gaming PC terbaik ini? Para gamer bisa memesan melalui ASUS Online Store secara eksklusif pada 26-30 September 2025. Setelah itu, pre order dilanjutkan melalui berbagai partner resmi ASUS Indonesia mulai 1-15 Oktober 2025. Unit pertama akan diprioritaskan untuk mereka yang melakukan pre order dan dikirimkan mulai 16 Oktober 2025. Pada tanggal yang sama, ROG Xbox Ally juga akan mulai dijual untuk umum di toko-toko partner, namun dengan jumlah terbatas. Prioritas jelas diberikan kepada mereka yang sudah memesan lebih dulu.

Spesifikasi yang Membuat Konsol Lain Cemburu

ROG Xbox Ally hadir dalam dua varian yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan berbeda. Varian standar, ROG Xbox Ally, ditenagai prosesor AMD Ryzen™ Z2 A ultra-efisien dengan empat inti Zen 2 dan delapan thread. Dilengkapi delapan inti GPU RDNA 2, RAM 16GB LPDDR5X-6400, dan SSD M.2 512GB, perangkat ini menawarkan performa yang lebih dari cukup untuk game-game terbaru. Dengan baterai 60Wh, Anda bisa bermain lebih lama tanpa khawatir kehabisan daya di tengah sesi gaming.

Bagi yang menginginkan performa maksimal, ROG Xbox Ally X hadir dengan spesifikasi yang benar-benar gahar. Seperti diungkap dalam ROG Xbox Ally dan Ally X Resmi: Handheld Gaming Anyar dengan Sentuhan Xbox, varian ini menggunakan AMD Ryzen™ AI Z2 Extreme dengan APU 8-core/16-thread Zen 5 terbaru. GPU RDNA 3.5 dengan 16 inti dan NPU terintegrasi menghadirkan fitur berbasis AI seperti Automatic Super Resolution yang akan tersedia awal 2026. Ditambah RAM 24GB LPDDR5X-8000, SSD M.2 1TB, dan baterai 80Wh, ini benar-benar monster gaming di genggaman.

Pengalaman Gaming Console yang Tak Tertandingi

Ditenagai Windows 11 yang dioptimalkan khusus, ROG Xbox Ally meminimalkan proses background sehingga daya fokus maksimal dialokasikan untuk game yang sedang dimainkan. Fitur seperti library game terintegrasi, tombol Xbox khusus, dan Game Bar yang ditingkatkan menghadirkan pengalaman Xbox sesungguhnya dalam format handheld. Navigasi menjadi lebih mudah dan Anda bisa langsung bermain tanpa hambatan.

Untuk pengaturan lebih lanjut, tersedia Armoury Crate Special Edition yang memungkinkan Anda mengatur profil daya, sensitivitas joystick, dan berbagai setting lainnya sesuai preferensi. Yang tak kalah penting, ROG Xbox Ally mendapat manfaat dari program Handheld Compatibility terbaru dari Xbox. Tim Xbox secara aktif menguji dan mengoptimalkan ribuan judul game untuk pengalaman handheld yang sempurna.

Fitur advanced shader delivery yang sedang dikembangkan Xbox akan memungkinkan aplikasi Xbox memuat shader game saat proses download berlangsung. Dengan fitur ini, game dapat diluncurkan lebih cepat dan berjalan lebih mulus. Fleksibilitasnya pun luar biasa – Anda bisa mengunduh dan menginstal game untuk dimainkan secara lokal, streaming dari cloud, atau menggunakan Remote Play dari konsol Xbox lain yang dimiliki.

Hadiah dan Mekanisme Klaim yang Menggiurkan

Program pre order kali ini tidak main-main dalam hal benefit. Selain mendapatkan unit ROG Xbox Ally yang dinanti, peserta berkesempatan meraih berbagai hadiah menarik. Game Like A Dragon: Pirate Yakuza in Hawaii senilai Rp 650.000 khusus untuk 100 klaim pertama setelah produk diterima. Kode game ini dapat di-redeem di Steam.

Lucky draw menawarkan hadiah yang lebih spektakuler lagi: 1 unit ROG Strix Monitor 27″ (senilai Rp 3.700.000), 3 unit ROG Bulwark Dock DG300 (masing-masing senilai Rp 2.199.000), 5 unit ROG Slash Sling Bag 4.0 (masing-masing senilai Rp 1.399.000), dan 30 unit ROG Xbox Ally (2-in-1) Premium Case (masing-masing senilai Rp 799.000). Total hadiah senilai puluhan juta rupiah!

Periode klaim berlangsung dari 16 hingga 31 Oktober 2025. Pengumuman pemenang lucky draw akan dilaksanakan pada 13 November 2025 dengan detail yang diinformasikan melalui akun Instagram @asusrog.id. Dengan semua benefit ini, tidak heran jika Bocoran PlayStation 6 Handheld mulai bermunculan sebagai respons terhadap kehadiran ROG Xbox Ally.

Jadi, apakah Anda sudah siap menjadi bagian dari sejarah gaming Indonesia? Jangan lewatkan kesempatan pre order ROG Xbox Ally ini. Kunjungi https://id.store.asus.com/po-rog-xbox-ally untuk pre order eksklusif di ASUS Online Store, atau https://www.asus.com/id/events/infoM/activity_POROGXboxAlly untuk informasi lengkap tentang partner resmi yang berpartisipasi. Siapa tahu, Anda bisa pulang membawa bukan hanya handheld gaming PC terbaik, tetapi juga hadiah-hadiah menggiurkan lainnya.

Content image for article: Pre Order ROG Xbox Ally Resmi Dibuka, Dapatkan Hadiah Menarik!