Beranda blog Halaman 48

AI Bisa “Lihat” di Balik Fasad Bangunan Lewat Google Street View

0

Bayangkan Anda bisa mengetahui usia, luas lantai, bahkan jejak karbon sebuah bangunan hanya dengan melihat fotonya di Google Street View. Itulah yang berhasil dilakukan oleh para peneliti dari University of Toronto menggunakan kecerdasan buatan (AI). Teknologi ini membuka pintu bagi perencanaan kota yang lebih cerdas dan berkelanjutan.

Dalam dunia yang semakin urban, data akurat tentang bangunan menjadi krusial. Namun, mengumpulkan informasi seperti usia bangunan, material konstruksi, atau luas lantai secara manual membutuhkan biaya dan waktu yang tidak sedikit. Di sinilah AI menunjukkan keunggulannya – mampu mengekstrak data berharga dari gambar yang tersedia untuk umum.

Penelitian terbaru yang dipublikasikan di Journal of Industrial Ecology ini menawarkan solusi inovatif dengan akurasi mencengangkan. Tim yang dipimpin Profesor Shoshanna Saxe ini berhasil melatih AI untuk memprediksi atribut bangunan yang tidak terlihat dari luar dengan tingkat keberhasilan 70-80%.

Mengintip Masa Depan Perencanaan Kota

“Ini adalah penelitian pertama di dunia di mana kita bisa memprediksi hal-hal yang tidak terlihat dalam foto bangunan,” ungkap Saxe dengan semangat. Teknologi ini tidak hanya mengubah cara kita memahami bangunan, tetapi juga membuka peluang baru dalam berbagai bidang.

Dengan biaya hanya $1.000 untuk foto-foto sampel, tim peneliti berhasil mendapatkan data yang biasanya membutuhkan anggaran jutaan dolar. “Ini membedakan antara bisa atau tidaknya kita bekerja pada masalah-masalah penting ini,” tambah Saxe.

Alex Olson, peneliti AI senior yang terlibat dalam proyek ini, menjelaskan bahwa kemampuan menilai eksterior bangunan memungkinkan prediksi cerdas tentang interior dan penggunaan infrastruktur lokal. “Kami bisa memperkirakan sumber daya yang digunakan dalam membangun, merawat, dan mengoperasikan bangunan,” jelasnya.

Lebih dari Sekadar Foto Bangunan

Yang membuat penelitian ini unik adalah kemampuannya melihat melampaui apa yang terlihat di permukaan. “Anda tidak bisa mengetahui usia bangunan hanya dari melihat luarnya,” kata Saxe. “Ada banyak faktor yang membuat ini sulit, termasuk renovasi. Bagian depan bisa berbeda dengan belakang.”

Mengetahui usia bangunan menjadi krusial karena memberikan petunjuk tentang material yang digunakan dan jejak karbon yang dihasilkan. Informasi ini juga membantu memahami performa bangunan secara keseluruhan.

Olson menambahkan bahwa pendekatan ini memberikan gambaran akurat tentang situasi saat ini, yang bisa digunakan untuk merencanakan penggunaan sumber daya di masa depan. “Kedengarannya kita seharusnya sudah memiliki data ini, tetapi kenyataannya tidak,” ujarnya.

Masa Depan Kota yang Lebih Cerdas

Teknologi ini memiliki implikasi luas bagi perencanaan kota berkelanjutan. Dengan memahami pola penggunaan sumber daya saat ini, pembuat kebijakan bisa mengidentifikasi area dengan infrastruktur yang kurang dimanfaatkan.

“Motivasi saya awalnya berfokus pada penelitian karbon terwujud, tetapi ini akan berguna bagi banyak orang berbeda,” ungkap Saxe. Ia telah berdiskusi dengan peneliti lain yang tertarik menggunakan metode ini untuk memahami penggunaan air dalam perencanaan masa depan.

Di tengah persaingan global dalam pengembangan AI, penelitian ini menunjukkan potensi nyata teknologi untuk menyelesaikan masalah perkotaan yang kompleks. Dengan biaya rendah dan skalabilitas tinggi, pendekatan ini bisa menjadi game changer dalam membangun kota masa depan.

Seperti halnya kemajuan teknologi di bidang lain, inovasi ini membuktikan bahwa solusi untuk tantangan besar seringkali datang dari pendekatan yang tidak terduga. Siapa sangka bahwa foto-foto jalanan biasa bisa menjadi kunci untuk membangun kota yang lebih berkelanjutan?

Algoritma MIT Bisa Prediksi Kegagalan Langka di Sistem Lalu Lintas Udara

Pernahkah Anda terjebak dalam keterlambatan penerbangan yang berantakan akibat satu titik gangguan kecil? Kisah Southwest Airlines pada Desember 2022 menjadi bukti nyata bagaimana badai lokal di Denver bisa memicu kerugian US$750 juta dan mengacaukan perjalanan 2 juta penumpang. Kini, peneliti MIT mengembangkan solusi revolusioner untuk memprediksi kegagalan sistem yang jarang terjadi namun berdampak masif.

Tim gabungan dari MIT, Harvard, dan University of Michigan menciptakan algoritma bernama CalNF yang mampu “membaca” pola kegagalan dari data terbatas. Sistem ini bekerja dengan menganalisis kombinasi data langka tentang kegagalan dan data rutin operasional normal. “Tujuannya adalah membongkar kompleksitas di balik sistem yang biasanya berjalan mulus, lalu tiba-tiba kolaps,” jelas Charles Dawson, doktor MIT yang memimpin penelitian.

Mengurai Benang Kusut Southwest Airlines

Kasus Southwest menjadi studi kasus sempurna. Algoritma CalNF berhasil melacak bagaimana badai di Denver menguras cadangan pesawat, lalu memicu efek domino ke Las Vegas—lokasi tanpa cuaca ekstrem. “Pesawat yang seharusnya bersirkulasi antara California-Denver-Las Vegas terputus rantainya,” papar Dawson. Tanpa cadangan memadai di Las Vegas, gangguan kecil berubah menjadi krisis nasional.

Chuchu Fan, profesor aeronautika MIT, menambahkan tantangan unik: “Data operasional maskapai bersifat proprietary. Kami hanya punya data publik seperti jadwal kedatangan dan keberangkatan.” Di sinilah kecerdasan CalNF bersinar—algoritma ini mampu merekonstruksi parameter tersembunyi seperti penempatan cadangan pesawat hanya dari data terbatas.

Dari Penerbangan ke Jaringan Listrik

Metode ini tidak terbatas pada industri penerbangan. Dawson kini mengaplikasikannya untuk memprediksi kegagalan jaringan listrik. “Prinsipnya sama: mengidentifikasi pola dari data normal untuk mendeteksi anomali yang berpotensi menjadi bencana,” ujarnya. Fan menekankan fleksibilitas alat ini: “CalNF dirancang untuk sistem fisik-siber apa pun di mana perangkat lunak berinteraksi dengan dunia nyata.”

Keunggulan utama CalNF terletak pada kemampuannya “menjalankan model secara terbalik”—melacak akar masalah dari gejala yang teramati. Sistem ini telah menjadi open-source, memungkinkan berbagai industri menggunakannya. “Kami ingin ini menjadi sistem monitoring real-time yang bisa mendeteksi tren menuju kegagalan sebelum terjadi,” harap Dawson.

Penelitian ini dipresentasikan di ICLR 2025—konferensi machine learning bergengsi di Singapura—dan mengingatkan kita pada pentingnya antisipasi kegagalan sistem kompleks. Seperti kasus keterbatasan AI dalam membaca jam analog, teknologi canggih pun tetap membutuhkan pendekatan manusiawi dalam interpretasi.

Di era di mana pengawasan sistem menjadi krusial, terobosan MIT ini menawarkan harapan baru. Bayangkan jika algoritma serupa bisa mencegah penundaan rilis seperti The Legend of Aang: The Last Airbender atau kegagalan produk teknologi lainnya. Masa depan prediksi kegagalan sistem telah dimulai.

AI dan Sinar-X Ungkap Rahasia Baterai Zinc-Ion Masa Depan

0

Pernahkah Anda membayangkan baterai yang lebih aman, murah, dan ramah lingkungan? Para ilmuwan di Brookhaven National Laboratory dan Stony Brook University baru saja melangkah lebih dekat ke realitas itu dengan bantuan kecerdasan buatan (AI) dan teknologi sinar-X canggih. Mereka berhasil mengungkap rahasia di balik kinerja optimal baterai zinc-ion, yang bisa menjadi solusi penyimpanan energi skala besar di masa depan.

Baterai zinc-ion, terutama yang menggunakan elektrolit berbasis air, telah lama dianggap sebagai kandidat potensial untuk menggantikan baterai lithium-ion yang lebih mahal dan berisiko. Namun, tantangan utama adalah reaksi sampingan yang menguras energi, seperti pemecahan molekul air yang menghasilkan gas hidrogen. Temuan terbaru ini menjawab teka-teki tersebut dengan pendekatan revolusioner.

Tim peneliti menggunakan kombinasi AI dan eksperimen di National Synchrotron Light Source II (NSLS-II) untuk memetakan interaksi ion zinc dan klorida dengan air pada berbagai konsentrasi. Hasilnya? Mereka menemukan bahwa elektrolit dengan konsentrasi garam zinc klorida (ZnCl2) sangat tinggi—disebut “water-in-salt”—ternyata mampu menstabilkan molekul air sekaligus mempertahankan konduktivitas listrik yang dibutuhkan.

AI: Mata Super untuk Melihat yang Tak Terlihat

Mengapa pendekatan AI menjadi kunci utama? Deyu Lu, ilmuwan dari Brookhaven Lab, menjelaskan bahwa simulasi konvensional tidak mampu menangani kompleksitas interaksi atom dalam skala waktu yang relevan. “Butuh waktu bertahun-tahun dengan komputasi biasa,” ujarnya. Di sinilah AI berperan sebagai “mata super” yang bisa melihat detail tak terlihat.

Chuntian Cao, penulis utama studi yang diterbitkan di PRX Energy ini, menggambarkan prosesnya seperti melatih asisten virtual. Tim memulai dengan data simulasi terbatas sebagai “set pelatihan”, lalu AI secara iteratif memprediksi interaksi yang lebih kompleks. Ketika prediksi AI tidak konsisten, tim kembali ke perhitungan konvensional untuk mengoreksi—sebuah metode yang disebut active learning.

Rahasia di Balik Konsentrasi Tinggi

Model AI mengungkap dua keuntungan utama elektrolit “water-in-salt”:

  • Stabilitas Air: Pada konsentrasi garam tinggi, ikatan hidrogen antar molekul air turun drastis—hanya tersisa 20%. Jaringan ikatan yang biasanya membuat air reaktif menjadi terputus, mengurangi risiko pemecahan molekul.
  • Transportasi Ion yang Efisien: Meski membentuk gugus bermuatan negatif, konsentrasi sangat tinggi justru menciptakan “gunung es” besar yang tidak menghambat konduktivitas. Ion-ion kecil yang tersisa bisa bergerak cepat di sekitarnya.

Validasi dengan Sinar-X Berpresisi Tinggi

Temuan AI tidak serta merta dipercaya begitu saja. Tim melakukan validasi eksperimental di fasilitas sinar-X NSLS-II, menggunakan teknik Pair Distribution Function (PDF) untuk memetakan jarak antar atom. “Ini seperti foto keluarga atom yang menunjukkan siapa berteman dengan siapa,” canda Milinda Abeykoon, ilmuwan penanggung jawab beamline.

Hasilnya? Prediksi AI dan data eksperimen bersesuaian dengan akurasi mengesankan. “Kami sekarang punya peta lengkap bagaimana ion-ion bersolvasi dalam elektrolit ini,” kata Shan Yan, salah satu peneliti.

Esther Takeuchi, ketua departemen ilmuwan di Brookhaven, menekankan bahwa kolaborasi multidisiplin ini—menggabungkan teori, eksperimen, dan AI—adalah contoh sempurna bagaimana siapapun bisa mempercepat inovasi. Sementara Amy Marschilok menambahkan, baterai zinc-ion yang aman dan terjangkau ini sangat cocok untuk penyimpanan energi skala jaringan listrik.

Dengan perkembangan baterai solid-state dan teknologi wearable yang juga sedang panas, temuan ini membuka babak baru dalam perlombaan penyimpanan energi. Siapa sangka, rahasia masa depan energi mungkin tersembunyi dalam interaksi antara garam, air, dan kecerdasan buatan?

AI Ungguli Manusia dalam Tes Kecerdasan Emosional?

0

Telset.id – Sebuah studi terbaru dari University of Geneva dan University of Bern mengungkapkan bahwa kecerdasan buatan (AI) ternyata mampu mengungguli manusia dalam tes kecerdasan emosional. Penelitian ini menguji enam model bahasa besar (LLM) termasuk ChatGPT-4 dalam berbagai skenario yang membutuhkan pemahaman emosi.

Tim peneliti menggunakan lima tes kecerdasan emosional yang biasa dipakai di lingkungan korporat dan penelitian. Hasilnya cukup mengejutkan: AI berhasil menjawab dengan benar 82% pertanyaan, sementara manusia hanya mencapai 56%. “Ini menunjukkan bahwa AI tidak hanya memahami emosi, tapi juga tahu bagaimana bertindak secara cerdas secara emosional,” jelas Marcello Mortillaro, ilmuwan senior di Swiss Center for Affective Sciences UNIGE yang terlibat dalam penelitian.

Salah satu contoh tes yang diberikan adalah skenario dimana seorang kolega mencuri ide dan mendapat pujian tidak pantas. AI mampu memilih respons paling tepat yaitu berbicara dengan atasan tentang situasi tersebut, dibanding opsi lain seperti berdebat atau menyimpan dendam.

Yang lebih mengejutkan, AI juga mampu membuat tes kecerdasan emosional baru dalam waktu singkat. ChatGPT-4 menghasilkan berbagai skenario baru yang kemudian diuji pada 400 partisipan manusia. Hasilnya, tes buatan AI ini dinilai sama andal dan realistis dengan tes buatan manusia yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dikembangkan.

Penemuan ini membuka peluang baru untuk pemanfaatan AI di berbagai bidang seperti pendidikan, pelatihan, dan manajemen konflik. Seperti perkembangan teknologi AI penerjemah bahasa hewan atau sistem rekomendasi konten berdasarkan mood, kemampuan AI memahami emosi manusia terus berkembang pesat.

Namun para peneliti menekankan bahwa penggunaan AI dalam konteks emosional tetap membutuhkan pengawasan ahli. “Meski hasilnya mengesankan, AI harus digunakan sebagai alat pendukung, bukan pengganti interaksi manusia sepenuhnya,” tambah Katja Schlegel, peneliti utama dari University of Bern.

Studi yang dipublikasikan di jurnal Communications Psychology ini menjadi bukti tambahan bahwa perkembangan AI tidak hanya terbatas pada kemampuan kognitif, tetapi juga mulai menguasai aspek-aspek manusiawi yang sebelumnya dianggap eksklusif milik manusia.

Mocca Studio Akuisisi Minebi Garage, Bengkel Sepeda Listrik di Malang

0

Telset.id – Mocca Studio, yang dikenal sebagai studio animasi dan digital, resmi mengakuisisi Minebi Garage, bengkel khusus sepeda listrik yang beroperasi di Kota Malang. Akuisisi ini menandai ekspansi bisnis Mocca Studio ke sektor otomotif, khususnya kendaraan roda dua bertenaga listrik.

Irwanto, Founder & CEO Mocca Studio, menjelaskan bahwa akuisisi ini berawal dari ketertarikan terhadap masa depan industri kendaraan listrik dan dampaknya bagi lingkungan. “Meskipun Mocca Studio dikenal di bidang animasi, kami selalu terbuka terhadap inovasi lintas sektor, terutama yang memiliki dampak positif jangka panjang,” ujarnya.

Minebi Garage, yang memiliki tiga outlet di Malang (Lowokwaru, Sengkaling, dan Kedungkandang), menawarkan layanan perawatan dan perbaikan sepeda listrik. Nama “Minebi” sendiri merupakan singkatan dari “Motor Listrik Negeri Sendiri” dan permainan kata dari bahasa Inggris “mine” dan “baby”.

Bengkel ini menyediakan berbagai layanan, mulai dari servis ringan hingga berat, pemeriksaan sistem kelistrikan, penggantian baterai, hingga modifikasi teknis. Bertus, CEO Minebi Garage, menekankan pentingnya edukasi masyarakat tentang perawatan purna jual sepeda listrik. “Apresiasi terhadap sepeda listrik tidak boleh berhenti di tingkat konsumsi,” katanya.

Mocca Studio melihat potensi besar dalam bisnis ini, tidak hanya dari sisi pasar yang tumbuh pesat tetapi juga dari aspek storytelling dan branding. “Kami ingin menggali lebih dalam potensi edukasi publik melalui Minebi Garage,” tambah Irwanto.

Minebi Garage berkomitmen memberikan pelayanan terbaik dengan teknisi yang telah menjalani pelatihan khusus. Mereka juga menawarkan program diskon untuk pelanggan baru dan membership loyalty. “Standar keselamatan dan efisiensi menjadi prioritas kami,” tegas Bertus.

Ke depan, Minebi Garage berencana memperluas jaringan ke titik strategis di Jawa Timur dan mengembangkan pusat perakitan baterai di Malang. Sistem digital untuk mempermudah akses pelanggan juga sedang dalam pengembangan.

Meski saat ini fokus pada kendaraan roda dua, Irwanto menyatakan akan memantau perkembangan kendaraan listrik roda empat untuk menyesuaikan arah bisnis. Informasi terbaru tentang Minebi Garage dapat diikuti melalui media sosial @minebi.garage.

Perkembangan sepeda listrik di Indonesia terus menunjukkan tren positif. Seperti dilaporkan Telset.id sebelumnya, sepeda listrik dengan integrasi AI mulai bermunculan, sementara regulasi ketat juga mulai diterapkan di berbagai negara.

Rooftop Solar dan Baterai EV Bisa Penuhi 85% Kebutuhan Listrik Jepang

0

Telset.id – Panel surya atap yang dipadukan dengan baterai kendaraan listrik (EV) berpotensi memasok 85% kebutuhan listrik Jepang sekaligus mengurangi emisi karbon dioksida hingga 87%. Temuan ini berasal dari studi terbaru Tohoku University yang menawarkan solusi praktis menuju netralitas karbon.

Penelitian yang diterbitkan dalam Applied Energy ini menganalisis potensi sistem “PV + EV” di seluruh 1.741 wilayah administrasi Jepang. Asumsinya, 70% atap bangunan dipasangi panel surya berefisiensi 20%, sementara EV dengan baterai 40 kWh dimanfaatkan sebagai penyimpanan energi rumah tangga.

Potensi Besar dengan Infrastruktur Eksisting

Jepang menghadapi tantangan unik dalam transisi energi karena topografi bergunung dan keterbatasan lahan untuk pembangkit surya skala besar. Namun, negara ini memiliki lebih dari 8.000 km² atap bangunan dan pasar EV yang tumbuh pesat.

Tim peneliti menemukan bahwa panel surya atap saja bisa menghasilkan 1.017 TWh listrik per tahun—melebihi total produksi listrik Jepang pada 2022. Sistem PV mandiri bisa memenuhi 45% kebutuhan listrik kota, angka yang melonjak menjadi 85% ketika dikombinasikan dengan baterai EV.

Dampak Ekonomi dan Lingkungan

Selain mengurangi emisi dari sektor kelistrikan dan transportasi, sistem ini diproyeksikan menurunkan biaya energi hingga 33% pada 2030. Daerah pedesaan bahkan bisa menghasilkan listrik beberapa kali lipat dari kebutuhan lokal mereka melalui panel atap saja.

Wilayah perkotaan seperti Tokyo memang memiliki keterbatasan karena luas atap yang lebih kecil dan kepemilikan EV yang belum merata. Namun, integrasi baterai EV tetap bisa meningkatkan fleksibilitas energi dan mengurangi beban puncak.

“Implementasi sistem ini membutuhkan dukungan kebijakan,” tegas Takuro Kobayashi dari Tohoku University. “Studi kami menyediakan basis data ilmiah untuk membantu pengambilan keputusan di tingkat lokal maupun nasional.”

Beberapa tantangan yang perlu diatasi termasuk kesenjangan regional, terutama di wilayah utara dengan intensitas matahari lebih rendah, serta pengembangan infrastruktur pengisian daya dua arah (V2H dan V2G). Seperti dilaporkan sebelumnya di Telset.id, integrasi teknologi surya dengan sistem penyimpanan masih menghadapi berbagai kendala teknis.

Penelitian kolaboratif ini melibatkan University of Tokyo, National Institute for Environmental Studies, Radboud University (Belanda), dan Meteorological Research Institute. Temuan mereka relevan tidak hanya untuk Jepang, tetapi juga negara-negara dengan karakteristik geografis serupa yang berjuang mencapai target netralitas karbon.

Geely Galaxy M9 Resmi Diluncurkan, SUV Besar dengan Teknologi AI

0

Telset.id – Geely secara resmi meluncurkan flagship terbarunya, Geely Galaxy M9, sebuah SUV besar berkapasitas enam penumpang yang dilengkapi teknologi AI. Peluncuran global dilakukan di Milan, menandai langkah besar Geely dalam pasar kendaraan premium.

Galaxy M9 dibangun di atas arsitektur GEA Evo yang dirancang khusus untuk kendaraan listrik. SUV ini menggabungkan teknologi energi baru, kecerdasan buatan, dan sentuhan mewah ala oriental. Dengan dimensi 5.205 mm (panjang), 1.999 mm (lebar), dan 1.800 mm (tinggi), M9 menawarkan ruang kabin yang luas.

Interior mewah Geely Galaxy M9 dengan layar 30 inci

Interior M9 didesain untuk kenyamanan penumpang, dengan panjang efektif 3,7 meter dan tinggi 1,3 meter. Fitur unggulan termasuk layar terintegrasi 30 inci, kabin pintar berbasis AI, serta sistem kursi canggih. Performa didukung sistem hibrida Thor EM-P yang mampu berakselerasi 0-100 km/jam dalam 4,5 detik dan jarak tempuh maksimal lebih dari 1.500 km.

M9 juga dilengkapi sasis digital AI hasil tuning Lotus dan sistem bantuan pengemudi cerdas G-pilot (Qianli Haohan) H5. Teknologi ini memberikan kemampuan berkendara semi-otonom tingkat lanjut.

Eksterior Geely Galaxy M9 dengan desain modern

Dari segi harga, Galaxy M9 diproyeksikan berada di kisaran 200.000-300.000 RMB. Posisi ini membuatnya bersaing langsung dengan model premium seperti AITO M9 dan Li Auto L9, namun dengan harga yang lebih terjangkau.

Kehadiran Galaxy M9 semakin memperkaya pilihan SUV besar di pasar otomotif global. Seperti Zeekr 9X dan Luxeed R7 EREV, M9 menawarkan kombinasi teknologi mutakhir dan kenyamanan premium.

Peluncuran Galaxy M9 memperkuat portofolio Geely di segmen kendaraan mewah. Dengan spesifikasi unggulan dan harga kompetitif, SUV ini diprediksi akan menjadi pesaing serius di kelasnya.

Apple Siap Rilis Kacamata Pintar Pertama Akhir 2026

0

Telset.id – Apple dikabarkan akan merilis kacamata pintar pertamanya pada akhir 2026. Produk ini menjadi bagian dari fokus baru perusahaan pada perangkat berbasis kecerdasan artifisial (AI), menurut laporan Bloomberg dari Mark Gurman.

Para insinyur Apple saat ini sedang bekerja keras untuk menyelesaikan pengembangan kacamata pintar tersebut. Perangkat ini akan dilengkapi dengan kamera, mikrofon, dan speaker yang memungkinkannya memahami konteks lingkungan pengguna. Data ini juga akan membantu Siri memberikan respons yang lebih relevan.

Kacamata pintar Apple akan memiliki berbagai fitur canggih, termasuk kemampuan melakukan panggilan telepon, menerjemahkan percakapan secara real-time, memutar musik, dan memberikan petunjuk navigasi langkah demi langkah. Produk ini diprediksi akan bersaing langsung dengan kacamata pintar AI Ray-Ban dari Meta serta perangkat sejenis yang menggunakan Android XR.

Fitur dan Spesifikasi

Kacamata pintar Apple, yang sebelumnya dikenal dengan kode internal N50 dan kini berganti menjadi N401, tidak akan menyertakan fitur Augmented Reality (AR) pada versi pertamanya. AR memungkinkan pengguna melihat grafis komputer yang ditumpangkan pada dunia nyata, sebuah teknologi yang digadang-gadang oleh CEO Apple Tim Cook.

Meski demikian, Apple dikabarkan sedang mengembangkan chip khusus untuk kacamata pintarnya. Chip ini didasarkan pada prosesor Apple Watch yang telah dimodifikasi untuk menghemat daya dengan menghilangkan komponen yang tidak diperlukan.

Menurut sumber Bloomberg, Apple berharap dapat menerima prototipe dari pemasok luar negeri pada akhir tahun ini. Namun, perusahaan belum memberikan konfirmasi resmi terkait rencana peluncuran produk tersebut.

Video Thumbnail

Persaingan di Pasar Kacamata Pintar

Apple bukan satu-satunya perusahaan yang menggarap kacamata pintar. Meta juga dikabarkan akan merilis kacamata pintar dengan fitur AR pada 2027. Produk terbaru Meta ini akan memungkinkan pengguna melihat notifikasi, gambar, dan visual lainnya langsung melalui lensa kacamata, tanpa perlu membuka ponsel.

Persaingan di pasar kacamata pintar semakin ketat dengan kehadiran pemain besar seperti Google, Apple, dan Microsoft. Masing-masing perusahaan berusaha menawarkan solusi terbaik untuk menggabungkan teknologi AI dengan perangkat wearable.

Meski belum resmi diumumkan, kacamata pintar Apple telah menjadi salah satu produk yang paling dinantikan. Jika berhasil, perangkat ini berpotensi menjadi penerus iPhone dan memimpin pasar teknologi konsumen selama dua dekade ke depan.

AS Tuntut 16 Warga Rusia Terkait Malware DanaBot yang Serang 300.000 Komputer

0

Telset.id – Departemen Kehakiman Amerika Serikat (DOJ) mengumumkan dakwaan terhadap 16 warga Rusia terkait operasi malware DanaBot yang menginfeksi setidaknya 300.000 komputer di seluruh dunia. Malware ini disebut digunakan untuk berbagai kejahatan siber, mulai dari ransomware hingga serangan terhadap pemerintah Ukraina.

Dalam pengaduan resmi, DOJ menyebut dua tersangka utama, Aleksandr Stepanov dan Artem Aleksandrovich Kalinkin, sebagai warga Novosibirsk, Rusia. Lima tersangka lain disebutkan namanya, sementara sembilan lainnya hanya diidentifikasi dengan nama samaran.

“Malware seperti DanaBot merugikan ratusan ribu korban di seluruh dunia, termasuk entitas militer, diplomatik, dan pemerintah yang sensitif,” kata Jaksa AS Bill Essayli dalam pernyataan resmi.

Menurut DOJ, DanaBot pertama kali muncul pada 2018 sebagai trojan perbankan yang mencuri data kartu kredit dan cryptocurrency. Malware ini kemudian dijual dalam model afiliasi seharga $3.000-$4.000 per bulan, membuatnya digunakan untuk berbagai operasi kejahatan siber.

Analisis dari Crowdstrike menunjukkan DanaBot menyebar dari korban awal di Ukraina, Polandia, Italia, Jerman, Austria, dan Australia hingga lembaga keuangan AS dan Kanada. Pada 2021, malware ini bahkan digunakan dalam serangan rantai pasok perangkat lunak melalui alat pengkodean JavaScript bernama NPM.

Yang lebih mengkhawatirkan, DanaBot juga digunakan untuk operasi yang diduga disponsori negara. Pada 2019-2020, malware ini menargetkan pejabat pemerintah Barat dalam operasi spionase. Pada awal invasi Rusia ke Ukraina Februari 2022, DanaBot digunakan untuk serangan DDoS terhadap server email Kementerian Pertahanan Ukraina.

“Ini bukti publik yang cukup mencolok tentang tumpang tindih antara alat kejahatan siber yang digunakan untuk tujuan spionase,” kata Selena Larson, peneliti keamanan di Proofpoint.

Penyelidik DCIS Elliott Peterson mengungkapkan beberapa anggota operasi DanaBot teridentifikasi setelah tanpa sengaja menginfeksi komputer mereka sendiri dengan malware tersebut. Data sensitif dari komputer mereka kemudian ditemukan di server DanaBot yang disita.

Meski operator DanaBot masih buron, pengambilalihan infrastrukturnya dianggap sebagai pencapaian signifikan. “Setiap kali Anda mengganggu operasi multi-tahun, Anda memengaruhi kemampuan mereka untuk memonetisasinya,” kata Adam Meyers dari Crowdstrike.

Kasus ini memperkuat kekhawatiran tentang hubungan erat antara kejahatan siber dan operasi negara di Rusia. Sebelumnya, AS juga berencana memblokir penjualan data sensitif ke Rusia karena alasan keamanan nasional.

Dengan perkembangan ancaman siber yang semakin canggih, solusi seperti agen AI untuk keamanan siber dari Microsoft atau teknologi generatif AI dari IBM diharapkan dapat membantu melawan serangan semacam ini di masa depan.

Kebakaran Pusat Data X di Oregon, Baterai Lithium-Ion Diduga Jadi Penyebab

0

Telset.id – Kebakaran terjadi di pusat data milik X, perusahaan milik Elon Musk, di Hillsboro, Oregon, Kamis (22/5/2024) pagi waktu setempat. Insiden ini memicu respons darurat yang berlangsung hingga sore hari, menurut sumber yang berbicara kepada WIRED.

Petugas pemadam kebakaran tiba di Hillsboro Technology Park, kawasan industri di pinggiran Portland, pada pukul 10.21 pagi. “Kami menemukan ruangan dengan baterai yang terlibat dalam kebakaran,” kata juru bicara pemadam kebakaran Hillsboro, Piseth Pich. Meski api tidak menyebar ke bagian lain gedung, ruangan tersebut dipenuhi asap tebal.

Tim pemadam masih berada di lokasi hingga pukul 15.00 waktu setempat. X belum memberikan tanggapan resmi atas permintaan komentar dari WIRED. Belum diketahui apakah operasi server di pusat data tersebut terdampak insiden ini.

Sebelum diakuisisi Musk, Twitter (sekarang X) memiliki tiga pusat data di Sacramento, Portland, dan Atlanta. Strategi ini memungkinkan lalu lintas data dialihkan jika satu pusat data mengalami gangguan. Namun pada Natal 2022, Musk menutup fasilitas di Sacramento untuk efisiensi biaya, yang kemudian memicu gangguan layanan besar-besaran.

Dalam enam bulan berikutnya, X memindahkan lebih dari 2.573 rak server dari Sacramento ke pusat data di Portland dan Atlanta, menurut dokumen internal. Di Portland, X diketahui menyewa ruang di gedung yang dikaitkan dengan Digital Realty, pengembang pusat data terbesar dunia.

Ryan Young, Wakil Presiden Operasi Digital Realty untuk Amerika, mengonfirmasi insiden kebakaran di fasilitas PDX11 mereka telah terkendali. “Semua personel dievakuasi dengan aman tanpa laporan cedera,” katanya dalam pernyataan resmi.

Baterai lithium-ion yang digunakan sebagai cadangan daya di pusat data sering menjadi sumber masalah. “Saya tidak ingat ada insiden serupa sebelumnya di pusat data Oregon,” kata Pich. Keamanan baterai menjadi perhatian khusus setelah beberapa kasus kebakaran di fasilitas serupa di seluruh dunia.

XAI, perusahaan induk X, baru-baru ini dikritik karena ekspansi cepat pusat data di Memphis yang menggunakan 30 turbin gas bertenaga metana. Fasilitas bernama Colossus itu dibangun untuk melatih AI Grok dan alat kecerdasan buatan lainnya.

Insiden ini menambah daftar tantangan operasional yang dihadapi X sejak diakuisisi Musk. Sebelumnya, Indosat juga membangun fasilitas data center Tier 3 dengan standar keamanan tinggi untuk mengantisipasi risiko serupa.

Kebakaran di pusat data bisa berdampak luas pada layanan digital. Seperti pernah terjadi di Indonesia, beberapa aplikasi mengalami gangguan setelah kebakaran di Gedung Cyber. Pentingnya sistem cadangan dan protokol keamanan menjadi pelajaran dari insiden ini.

Realme Neo7 Turbo Resmi Rilis 29 Mei dengan Warna dan RAM Beragam

0

Telset.id – Realme mengonfirmasi peluncuran Neo7 Turbo di China pada 29 Mei mendatang. Smartphone terbaru ini akan hadir dalam dua varian warna serta beberapa pilihan RAM dan penyimpanan.

Setelah sebelumnya memperlihatkan desain resmi, Realme kini mengungkap detail warna dan konfigurasi memori untuk Neo7 Turbo. Menurut informasi resmi, ponsel ini tersedia dalam warna abu-abu dan hitam. Untuk spesifikasi, pengguna bisa memilih antara 12GB/256GB, 12GB/512GB, 16GB/256GB, atau 16GB/512GB.

Sebagaimana dikonfirmasi sebelumnya, Neo7 Turbo menggunakan chipset Dimensity 9400e dari MediaTek. Fitur lainnya termasuk kamera utama 50MP, dukungan NFC, dan teknologi pengisian cepat Dart Charge.

Realme Neo7 Turbo Bocor Lagi, Desain Transparan dan Kamera 50MP Terungkap
Gambar terbaru yang dibagikan Realme menunjukkan panel belakang Neo7 Turbo dengan desain semi-transparan

Neo7 Turbo merupakan bagian dari seri Neo yang dikenal menawarkan performa tinggi dengan harga kompetitif. Kehadiran chipset Dimensity 9400e diprediksi akan menempatkannya sebagai pesaing serius di segmen mid-range premium.

Realme dipastikan akan merilis informasi lebih lanjut tentang smartphone ini dalam beberapa hari mendatang. Peluncuran resmi akan digelar di China, dengan kemungkinan ekspansi ke pasar global menyusul kemudian.

Sebelumnya, Realme Neo7 SE juga telah diluncurkan dengan chipset Dimensity 8400. Seri Neo7 Turbo diharapkan dapat melengkapi lini produk Realme untuk tahun 2025.

Google Cloud Luncurkan Program Indonesia BerdAIa untuk Dorong Adopsi AI di Berbagai Sektor

0

Telset.id – Google Cloud meluncurkan program Indonesia BerdAIa yang bertujuan mendorong pelaku bisnis dari berbagai sektor untuk mengadopsi teknologi kecerdasan buatan (AI). Program ini melibatkan 15 perusahaan dan institusi terkemuka di Indonesia.

Country Director Google Cloud Indonesia Fanly Tanto menjelaskan, program ini dirancang untuk memastikan penggunaan AI di setiap industri. “Kita membuat bagaimana penggunaan AI bisa ada di setiap industri. Misalnya industri layanan kesehatan seperti apa, industri perbankan seperti apa, manufaktur seperti apa, dan banyak lagi,” kata Fanly dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (16/5/2025).

Program Indonesia BerdAIa melibatkan perusahaan seperti PT Angkasa Pura Indonesia (InJourney Airports), Bank Central Asia, Bank Negara Indonesia, Bank Rakyat Indonesia, Bank Syariah Indonesia, DANA Indonesia, Fore Coffee, Indosat Ooredoo Hutchison, Kalbe Farma, MAXStream, Paragon Technology and Innovation, Sarana AI, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG), Universitas Brawijaya, dan Vidio.

Fokus Utama Program

Fanly menjelaskan program ini berfokus pada tiga poin utama: mengembangkan inovasi AI generatif dan agentic AI untuk berbagai sektor industri, mengutamakan pengelolaan sumber data terpercaya, dan menciptakan sumber daya manusia yang siap mengadopsi AI.

Program ini akan memanfaatkan technology stack AI Google Cloud yang terintegrasi penuh, termasuk model Gemini 2.5 terbaru dan model media gen AI yang baru diumumkan di Google I/O. Dukungan juga datang dari para pakar AI dan ekosistem partner untuk membantu peserta mengembangkan inovasi.

Dukungan untuk Peserta

Peserta program akan mendapatkan enam bentuk dukungan utama:

  1. Pembuatan peta jalan AI yang disesuaikan dengan strategi perusahaan
  2. Pemrioritasan penggunaan AI berdasarkan nilai yang dihasilkan
  3. Pengembangan solusi AI yang terbuka dan dapat dioperasikan bersama
  4. Perumusan metrik untuk memantau performa inisiatif AI
  5. Pembentukan dewan risiko untuk tata kelola terpusat
  6. Program pelatihan interaktif tentang keahlian AI

Program ini muncul di tengah tren adopsi AI yang semakin masif di berbagai sektor. Seperti dilaporkan Telset.id sebelumnya, Blibli juga telah mengadopsi teknologi AI untuk operasional gudang, sementara Lenovo mengintegrasikan AI dalam workstation terbarunya.

Google Cloud berharap program Indonesia BerdAIa dapat mempercepat transformasi digital di Indonesia melalui pemanfaatan teknologi AI yang bertanggung jawab. Langkah ini sejalan dengan upaya global untuk mengintegrasikan AI dalam berbagai aspek bisnis dan kehidupan sehari-hari.