Beranda blog Halaman 46

Oppo Pad SE LTE Resmi Meluncur di Eropa, Harga Terjangkau dengan Fitur Lengkap

Telset.id – Oppo kembali memperluas jangkauan pasar tabletnya dengan meluncurkan Oppo Pad SE LTE di Eropa. Tablet ini kini tersedia melalui dealer resmi di Belanda dengan harga yang cukup menarik, yakni €269 (sekitar Rp4,6 juta). Sebelumnya, perangkat ini juga telah diluncurkan di Malaysia dengan harga mulai MYR 699 (~Rp2,3 juta).

Oppo Pad SE LTE menawarkan spesifikasi yang mengesankan untuk segmen harganya. Layar 11 inci dengan resolusi 2K dan refresh rate 90Hz menjadi salah satu daya tarik utamanya. Dengan brightness mencapai 500 nits dan lapisan anti-reflektif, tablet ini cocok digunakan dalam berbagai kondisi pencahayaan, termasuk di bawah sinar matahari langsung.

Oppo Pad SE

Spesifikasi dan Fitur Unggulan

Ditenagai baterai berkapasitas 9.340mAh, Oppo Pad SE LTE mampu bertahan seharian penuh dengan penggunaan normal. Dukungan fast charging 33W memastikan pengisian daya yang cepat, sehingga Anda tidak perlu menunggu lama untuk kembali menggunakan perangkat ini.

Untuk produktivitas, Oppo membekali tablet ini dengan fitur-fitur canggih seperti Google Gemini dan O+ Connect. Fitur terakhir memungkinkan transfer file cepat antara perangkat Oppo dan iPhone. Selain itu, ada juga App Relay, Multi-Screen Connect, dan Multi-Window Display yang memudahkan multitasking.

Oppo Pad SE - Starlight Sliver

Mode Khusus untuk Anak

Oppo Pad SE LTE juga dilengkapi dengan Kids Mode, yang memungkinkan orang tua mengontrol waktu layar dan akses konten. Fitur ini mencakup YouTube Kids, pembatasan penggunaan, dan proteksi mata untuk mengurangi kelelahan saat anak-anak menggunakan tablet dalam waktu lama.

Dengan harga yang terjangkau dan fitur lengkap, Oppo Pad SE LTE bisa menjadi pilihan menarik bagi mereka yang mencari tablet untuk kebutuhan harian, baik untuk bekerja, belajar, atau hiburan. Tertarik mencoba?

Thunderobot Luncurkan Kacamata AI Aura dengan Fitur Canggih untuk Gamer

0

Telset.id – Dunia wearable AI semakin panas dengan kehadiran produk terbaru dari Thunderobot. Brand yang dikenal dengan laptop gaming-nya ini baru saja meluncurkan Aura AI smart glasses di pasar China. Kacamata pintar ini menawarkan sejumlah fitur canggih yang bisa membuat para tech enthusiast dan gamer tergoda.

Kini tersedia untuk pre-order di JD.com, Aura AI glasses hadir dalam tiga varian: Piano Gloss, Matte, dan Blue-Light Blocking. Dengan harga mulai dari 2099 yuan (sekitar Rp4,7 juta) untuk model standar dan 2199 yuan (Rp4,9 juta) untuk edisi Blue-Light Blocking, produk ini siap bersaing di pasar wearable yang semakin ramai.

Thunderobot Aura AI glasses

Desain Ringan dengan Fitur Canggih

Dengan bobot hanya 39 gram, Aura AI glasses mengusung desain yang terinspirasi dari kacamata hitam biasa. Thunderobot menggunakan material TR90 yang ramah kulit untuk frame-nya dan melengkapi dengan sertifikasi IP54 untuk ketahanan dasar terhadap air dan debu.

Yang menarik, kacamata ini dilengkapi engsel fleksibel yang mendukung rentang penyesuaian -5° hingga +10°, ditambah bantalan hidung yang bisa disesuaikan hingga 30° untuk kenyamanan pemakaian jangka panjang. Fitur ini sangat penting mengingat produk wearable harus nyaman dipakai seharian.

Kamera Canggih untuk Konten Kreatif

Aura AI glasses dibekali sensor Sony IMX681 12MP yang dipasangkan dengan lensa optik 5P. Kemampuan rekamannya cukup mengesankan dengan dukungan video 1080p pada 30fps dan bidang pandang 109°.

Tak hanya itu, kamera ini juga mendukung multi-frame noise reduction (MFNR), HDR+ fusion, koreksi distorsi, dan electronic image stabilization (EIS) untuk hasil yang lebih jernih. Bagi Anda yang suka mengabadikan momen spontan, fitur one-second quick snap akan sangat membantu.

Thunderobot Aura AI glasses

Ditenagai Snapdragon AR1

Di balik performanya, Aura AI glasses mengandalkan platform Snapdragon AR1 dari Qualcomm yang dibangun dengan proses 4nm. Thunderobot mengklaim chip ini memberikan efisiensi daya hingga 40% lebih baik dibanding solusi sebelumnya.

Platform ini memungkinkan pemrosesan gambar cerdas, terjemahan real-time, peningkatan foto berbasis AI, dan fitur koreksi otomatis. Asisten AI terintegrasi bisa diaktifkan dengan perintah suara untuk berbagai keperluan, mulai dari mengambil gambar hingga memberikan saran outfit.

Fitur Unggulan untuk Pengalaman Pengguna

Mesin terjemahan real-time memungkinkan pengguna berkomunikasi dalam berbagai bahasa, menjadikannya alat yang berguna untuk traveler. Sistem audio menggunakan teknologi open-ear sound (OWS) yang memungkinkan pengguna tetap mendengar suara sekitar sambil mendengarkan musik atau menerima panggilan.

Kontrol sentuh pada kacamata memungkinkan pengaturan volume, memutar/menjeda media, dan mengakhiri panggilan dengan gestur sederhana. Dari sisi konektivitas, Aura AI glasses mendukung dual-band Wi-Fi 6 dan Bluetooth 5.3.

Untuk daya tahan baterai, kacamata ini dibekali baterai 173mAh yang didukung case charger 3000mAh dengan kemampuan hingga 12 kali pengisian penuh. Case ini bisa mengisi kacamata hingga 80% hanya dalam 40 menit.

Thunderobot juga menyertakan model AI khusus untuk mendukung fitur seperti panduan kesehatan cerdas dan asisten gaming yang bisa menyarankan strategi optimal. Ini tentu menjadi nilai tambah bagi para gamer yang ingin meningkatkan performa bermain.

Peluncuran Aura AI glasses ini semakin memanaskan persaingan di pasar wearable AI. Sebelumnya, TCL juga telah meluncurkan RayNeo Air 3s dan 3s Pro AR glasses dengan panel OLED dual-layer. Persaingan ketat ini menunjukkan betapa pasar wearable AI sedang menjadi primadona baru di dunia teknologi.

Realme C73 5G Resmi Meluncur di India dengan Baterai 6000mAh dan Performa Tangguh

Telset.id – Realme kembali menghadirkan ponsel 5G terjangkau dengan performa tangguh. Realme C73 5G resmi akan diluncurkan di India pada 2 Juni pukul 12 siang waktu setempat. Informasi ini telah dikonfirmasi oleh Realme melalui microsite khusus di Flipkart.

Smartphone terbaru ini dibekali dengan layar Eye Comfort berrefresh rate 120Hz yang nyaman untuk mata. Di bawah kap mesin, Realme C73 5G menggunakan chipset MediaTek Dimensity 6300 yang dikenal memiliki performa efisien untuk kelas menengah. Chipset ini juga dilengkapi dengan teknologi HyperEngine untuk pengalaman gaming lebih mulus, seperti yang pernah kami bahas dalam artikel deretan fitur chipset MediaTek Dimensity 6300.

Realme C73 5G

Konfigurasi memori yang ditawarkan cukup menarik dengan kombinasi RAM 4GB yang bisa diperluas secara virtual hingga 8GB, ditambah penyimpanan internal 128GB. Namun yang paling mencolok adalah kapasitas baterainya yang mencapai 6000mAh – salah satu yang terbesar di kelasnya.

Realme mengklaim baterai ini mampu bertahan hingga:

  • 46.4 jam untuk panggilan telepon
  • 17.9 jam berselancar di Instagram
  • 15.7 jam streaming YouTube
  • 13.3 jam sesi gaming intensif

Yang lebih mengesankan, meski memiliki baterai besar, Realme berhasil membuat bodi ponsel ini tetap ramping dengan ketebalan hanya 7.94mm. Untuk pengisian daya, tersupport fast charging 45W dan reverse charging 5W yang jarang ditemui di segmen ini.

Dari segi ketahanan, Realme C73 5G memiliki sertifikasi IP64 untuk perlindungan terhadap debu dan percikan air, serta ketahanan terhadap guncangan yang memenuhi standar militer. Fitur audio juga tidak ketinggalan dengan mode ultra-volume yang mampu meningkatkan volume output hingga 300% lebih keras dari standar.

Untuk fotografi, ponsel ini mengusung setup kamera ganda di bagian belakang dilengkapi LED flash, sementara kamera selfie ditempatkan dalam punch-hole di layar. Realme menyediakan tiga pilihan warna: Green, Purple, dan Black.

Kehadiran Realme C73 5G semakin memperkuat portofolio Realme di segmen menengah dengan penawaran spesifikasi yang kompetitif. Dengan fokus MediaTek pada pengembangan chipset AI seperti yang kami laporkan dalam artikel MediaTek klaim AI bisa tingkatkan pengalaman berkendara, tidak menutup kemungkinan ponsel ini juga akan mendapat manfaat dari teknologi tersebut.

Bagaimana pendapat Anda tentang Realme C73 5G? Apakah spesifikasinya sesuai dengan ekspektasi Anda untuk ponsel 5G di kisaran harga menengah? Bagikan pendapat Anda di kolom komentar.

Google ‘All In’ pada AI: Tren Baru yang Mengkhawatirkan di Big Tech

0

Telset.id – Google secara resmi mengumumkan langkah besar dalam pengembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) dengan meluncurkan fitur baru bernama “AI Mode”. Fitur ini akan segera tersedia untuk pengguna mesin pencari Google di Amerika Serikat, meski belum ada timeline pasti untuk rilis global.

Menurut perusahaan, AI Mode dirancang untuk memberikan pengalaman seperti berdiskusi dengan ahli di berbagai topik. Langkah ini merupakan bagian dari strategi “all-in” Google dalam mengadopsi AI secara menyeluruh. Tidak hanya mengintegrasikan teknologi ini ke berbagai aplikasi, Google juga menguasai seluruh rantai pasokan AI, mulai dari chip komputer hingga antarmuka pengguna seperti Google Maps dan Gmail.

Google bukan satu-satunya perusahaan yang menerapkan integrasi vertikal dalam pengembangan AI. OpenAI, misalnya, baru-baru ini mengakuisisi startup perangkat keras yang didirikan oleh mantan desainer Apple, Jony Ive. Sementara itu, Amazon juga mengembangkan platform komputasi awan, chip khusus, dan layanan AI terintegrasi.

Empat Lapisan Teknologi AI Google

Google membangun ekosistem AI melalui empat lapisan utama:

  • Lapisan Perangkat Keras: Menggunakan chip Tensor Processing Unit (TPU) yang diklaim lebih efisien dibanding prosesor umum.
  • Lapisan Infrastruktur: Memanfaatkan komputasi awan untuk mendukung kebutuhan jaringan dan penyimpanan data.
  • Lapisan Pengembangan Model: Riset internal mencakup pembelajaran mesin, robotika, dan model bahasa seperti yang digunakan dalam Google AI Mode.
  • Lapisan Data: Mengumpulkan informasi dari pengguna melalui berbagai layanan seperti pencarian, peta, dan email.

Dampak Integrasi Vertikal pada Industri

Dominasi pasar oleh segelintir perusahaan seperti Google dan OpenAI berpotensi menciptakan ketimpangan kekuatan di industri teknologi. Integrasi vertikal memperburuk situasi ini dengan memusatkan seluruh rantai pasokan AI di bawah satu perusahaan. Hal ini dapat menghambat persaingan sehat dan mengurangi inovasi yang menguntungkan konsumen.

Selain itu, penguasaan data oleh perusahaan besar seperti Google semakin memperkuat posisi mereka. Seperti yang terlihat dalam aplikasi Google AI untuk penyandang tunanetra, teknologi ini sangat bergantung pada ketersediaan data.

Risiko lain dari integrasi vertikal adalah kurangnya transparansi dan akuntabilitas. Dengan mengontrol seluruh proses pengembangan AI, perusahaan dapat mengurangi interaksi dengan pihak eksternal, termasuk regulator. Kondisi ini diperparah dengan upaya deregulasi AI yang sedang berlangsung.

Meski demikian, Google terus memperluas kemampuan AI-nya, termasuk dalam memberikan rating foto secara otomatis. Perkembangan ini menunjukkan betapa cepatnya teknologi AI terus berevolusi.

Teknologi Hijau Ubah Limbah Jagung Jadi Bahan Bernilai Tinggi

Telset.id – Peneliti di Brasil berhasil mengembangkan teknologi hijau yang mampu mengubah limbah jagung (corn stover) menjadi bahan bernilai tinggi seperti gula, asam organik, dan senyawa fenolik. Teknologi ini dinilai lebih efisien dan ramah lingkungan dibanding metode konvensional.

Studi yang dipublikasikan di Biofuel Research Journal ini dilakukan oleh tim dari State University of Campinas (UNICAMP) dan Federal Technological University of Paraná (UTFPR). Mereka menggunakan hidrolisis air subkritis sebagai metode ekstraksi, dengan air murni sebagai satu-satunya pelarut.

“Metode kami mampu meningkatkan hasil ekstraksi hingga enam kali lipat sekaligus mengurangi biaya waktu dan energi,” jelas Tânia Forster-Carneiro, peneliti utama dari UNICAMP, seperti dikutip dari TechXplore.

Proses Ekstraksi yang Lebih Efisien

Limbah jagung kaya akan senyawa lignoselulosa seperti hemiselulosa, selulosa, dan lignin. Dengan teknologi ini, senyawa-senyawa tersebut dapat diurai menjadi:

  • Senyawa fenolik (16.06-76.82 mg/g) untuk antioksidan dan obat
  • Gula (448.54 mg/g) untuk bahan bakar bio
  • Asam organik (1,157.19 mg/g) untuk plastik biodegradable

Proses ini menggunakan air subkritis – air yang dipanaskan pada suhu tinggi (170-226°C) di bawah tekanan untuk mencegah pendidihan. Hasilnya jauh lebih baik dibanding hidrolisis asam konvensional yang hanya menghasilkan 74.5 mg/g gula.

Analisis Keberlanjutan yang Menjanjikan

Tim peneliti menggunakan metrik EcoScale untuk mengukur keberlanjutan teknologi ini. Hasilnya mencetak skor 93 dari 100, jauh di atas metode konvensional yang hanya mendapat 54-85 poin.

Analisis ekonomi juga menunjukkan potensi pengembalian modal dalam 4-5 tahun, terutama untuk produksi gula sebagai bahan baku biofuel. “Ini membuka peluang besar untuk industri makanan, farmasi, dan bahan bakar terbarukan,” tambah Forster-Carneiro.

Teknologi serupa juga sedang dikembangkan untuk aplikasi lain, seperti penangkapan karbon dan produksi bahan ramah lingkungan di berbagai industri.

Penemuan ini menjadi bukti bahwa limbah pertanian bisa menjadi sumber daya bernilai tinggi jika dikelola dengan teknologi tepat guna. Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mengoptimalkan proses ini dalam skala industri.

Material Baru KIST Solusi Efisien untuk Pengolahan Air Limbah

Telset.id – Para peneliti dari Korea Institute of Science and Technology (KIST) mengembangkan material generasi terbaru berbasis magnet untuk pengolahan air limbah. Material ini mampu memulihkan fosfor dengan efisiensi tinggi sekaligus mendisinfeksi mikroorganisme berbahaya dalam waktu singkat.

Material berbentuk seperti bulu babi ini dirancang untuk mengatasi masalah utama dalam pengolahan air, seperti kandungan fosfor berlebih yang memicu ledakan alga. “Teknologi ini tidak hanya membersihkan air tetapi juga memungkinkan daur ulang fosfor untuk industri,” jelas Dr. Jae-Woo Choi, peneliti utama di KIST.

Material berbentuk bulu babi untuk pengolahan air limbah

Efisiensi Tinggi dengan Konsumsi Energi Minimal

Material ini mampu memulihkan 1,1 kilogram fosfat per kilogram material hanya dalam lima menit—kinerja yang jauh lebih cepat dibanding teknologi konvensional. Sistem ini juga dirancang ramah lingkungan karena beroperasi tanpa listrik, menggunakan medan magnet eksternal untuk mengontrol pergerakan material.

“Penggunaan magnet mengurangi konsumsi energi lebih dari 99% dibanding metode tradisional,” tambah Dr. Kyungjin Cho, salah satu peneliti dalam proyek ini. Teknologi ini juga mengurangi emisi karbon, menjadikannya solusi berkelanjutan untuk krisis air dan iklim.

Aplikasi Luas untuk Berbagai Lingkungan

Teknologi ini dapat digunakan di berbagai fasilitas pengolahan air, termasuk pabrik, peternakan, dan daerah pedesaan. “Material ini mudah dipasang tanpa infrastruktur kompleks, cocok untuk daerah terpencil atau lokasi bencana,” ujar Dr. Youngkyun Jung, penulis utama studi ini.

Sistem pengolahan air berbasis magnet KIST

Ke depan, material ini berpotensi digunakan dalam sistem portabel, pertanian presisi, dan kawasan industri hijau. Inovasi ini juga sejalan dengan tren teknologi ramah lingkungan seperti yang terlihat pada Asus Vivobook S14 dan OPPO Find N5 yang mengedepankan efisiensi energi.

Facebook Terlambat Moderasi Konten, Riset Ungkap Fakta Mengejutkan

0

Telset.id – Penelitian terbaru dari Northeastern University mengungkap bahwa moderasi konten di Facebook seringkali terjadi terlalu lambat. Studi ini menemukan bahwa 75% dari prediksi audiens telah melihat konten yang melanggar sebelum akhirnya dihapus.

Laura Edelson, asisten profesor ilmu komputer di Northeastern, menjelaskan bahwa moderasi konten tidak banyak berpengaruh pada pengalaman pengguna karena prosesnya terlambat. “Di Facebook, moderasi konten tidak banyak berdampak karena terjadi terlalu terlambat,” katanya seperti dikutip Telset.id.

Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Online Trust and Safety ini menganalisis lebih dari 2,6 juta posting Facebook dari 17.504 halaman berita dan hiburan dalam bahasa Inggris Amerika, Ukraina, dan Rusia. Tim peneliti memantau postingan tersebut secara berkala antara 17 Juni 2023 hingga 1 Agustus 2023.

Konten Viral Lebih Cepat dari Moderasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar interaksi pengguna terjadi sangat cepat. Sebanyak 83,5% dari total interaksi sebuah postingan terjadi dalam 48 jam pertama, dengan median waktu hanya 3 jam untuk mencapai 50% interaksi pertamanya.

Fakta mengejutkan lainnya, hanya sebagian kecil postingan yang benar-benar dihapus. Dari 2,6 juta postingan yang dianalisis, hanya 0,7% konten berbahasa Inggris, 0,2% konten Ukraina, dan 0,5% konten Rusia yang dihapus. Mayoritas konten yang dihapus adalah berbagai bentuk spam.

Edelson menambahkan, “Ini yang menjadi fokus sebagian besar moderasi konten di platform – hal-hal yang bersifat clickbait, spam, dan penipuan.” Namun, penghapusan konten ini hanya mencegah 24% hingga 30% dari prediksi interaksi.

Ketidaksesuaian Sistem

Penelitian ini memperkenalkan metrik baru bernama “prevented dissemination” yang menggunakan machine learning untuk menganalisis jutaan posting dan memprediksi penyebaran sebuah postingan di masa depan.

“Kami ingin memahami dampak moderasi konten dan untuk melakukan ini, pertanyaan yang kami ajukan adalah, jika penghapusan tidak terjadi, apa yang akan terjadi?” jelas Edelson.

Menurut temuan ini, masalah utama terletak pada ketidaksesuaian antara kecepatan algoritma rekomendasi Facebook yang sangat cepat dengan proses moderasi konten yang relatif lambat. “Ini belum tentu masalah ketika moderasi konten lambat atau algoritma feed cepat. Masalahnya adalah ketidaksesuaian antara keduanya,” tegas Edelson.

Penelitian ini muncul di tengah berbagai kontroversi terkait moderasi konten di platform Meta. Sebelumnya, Meta mengubah fitur komentar di Facebook menyusul konflik Israel-Palestina, sementara kesalahan sistem AI menyebabkan pemblokiran iklan bisnis kecil secara tidak tepat.

Dengan temuan ini, para peneliti berharap platform media sosial dapat mengevaluasi kembali sistem moderasi konten mereka untuk menciptakan pengalaman pengguna yang lebih aman dan bertanggung jawab.

Software Pintar Deteksi Dinding Kaca dengan Akurasi 96% Gantikan Sensor Mahal

0

Telset.id – Sebuah tim peneliti dari Daegu Gyeongbuk Institute of Science and Technology (DGIST) berhasil mengembangkan perangkat lunak otonom yang mampu mendeteksi penghalang transparan seperti dinding kaca menggunakan sensor murah. Teknologi bernama PINMAP ini mencapai akurasi 96,77%, setara dengan sensor LiDAR berharga jutaan won.

Profesor Kyungjoon Park, ketua tim peneliti, menjelaskan bahwa sistem ini dirancang untuk robot berkendara otonom yang biasanya menggunakan sensor LiDAR mahal. “PINMAP membalik logika konvensional bahwa performa sistem bergantung pada perangkat keras. Kami membuktikan perangkat lunak bisa meningkatkan kemampuan sensor murah,” ujarnya.

Sensor LiDAR murah sering gagal mendeteksi objek transparan karena menganggapnya sebagai ruang kosong. Solusi selama ini adalah menggunakan sensor ultrasonik atau kamera beresolusi tinggi yang harganya bisa mencapai jutaan won. PINMAP mengatasi masalah ini dengan pendekatan perangkat lunak.

Algoritma PINMAP bekerja dengan mengumpulkan data titik langka yang hanya terdeteksi sesekali oleh sensor LiDAR murah. Data ini kemudian diproses secara probabilistik untuk menghitung kemungkinan keberadaan dinding kaca. Teknologi ini dibangun di atas platform open-source Cartographer dan Nav2 yang banyak digunakan dalam ekosistem ROS 2.

Dalam uji coba di lingkungan DGIST, PINMAP menunjukkan akurasi 96,77% dalam mendeteksi dinding kaca. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding metode tradisional yang menggunakan sensor sama namun hanya mencapai akurasi hampir 0%. Keunggulan utama teknologi ini adalah biayanya yang kurang dari sepersepuluh harga sensor LiDAR berkinerja tinggi.

Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal IEEE Transactions on Instrumentation and Measurement. Tim memperkirakan teknologi ini akan berguna untuk robot layanan di rumah sakit, bandara, mal, dan gudang. Dengan mengurangi risiko tabrakan, PINMAP diharapkan bisa mempercepat adopsi robot otonom skala besar.

Perkembangan teknologi otonom terus menunjukkan inovasi menarik. Seperti asisten pintar mirip ChatGPT untuk astronot yang dikembangkan NASA, atau fitur pintar pada smartphone Oppo Reno4, solusi berbasis perangkat lunak semakin menunjukkan potensi besar.

MIT Kembangkan Robot Pemain Tenis Meja dengan Prediksi Real-Time

0

Telset.id – Para peneliti di Massachusetts Institute of Technology (MIT) berhasil mengembangkan sistem robotik yang mampu memprediksi lintasan bola tenis meja dan menyesuaikan ayunan raket secara real-time. Teknologi ini dikembangkan oleh Biomimetic Robotics Laboratory MIT dan telah dipublikasikan dalam jurnal arXiv.

Robot ini menggunakan lengan humanoid khusus yang dirancang untuk menghasilkan torsi tinggi dengan inersia rotor rendah. “Kami menunjukkan kemampuan untuk mengadaptasi lintasan guna memenuhi objek yang bergerak dinamis,” kata David Nguyen, salah satu peneliti, seperti dikutip Telset.id dari Phys.org.

A robotic system that can play table tennis at high speed

Sistem ini terdiri dari dua komponen utama: modul persepsi yang melacak pergerakan bola, dan modul aktuasi yang mengontrol gerakan lengan robot. Dalam pengujian, robot berhasil memukul bola dengan tingkat keberhasilan 88% dan kecepatan keluar rata-rata 11 m/s.

“Kami menggunakan masalah optimasi nonlinier yang menghasilkan lintasan ayunan untuk lengan,” jelas Kendrick Cancio, peneliti lain dalam proyek ini. “Pengontrol prediktif model kami terus-menerus memecahkan masalah lintasan lengan ini.”

Menurut tim peneliti, teknologi ini tidak hanya berguna untuk olahraga. “Meskipun tenis meja tidak akan menyelamatkan nyawa, kontrol semacam ini bisa digunakan dalam situasi pencarian dan penyelamatan yang sulit,” tambah Nguyen.

A robotic system that can play table tennis at high speed

Ke depan, tim berencana meningkatkan kemampuan sistem dengan memperluas ruang kerja lengan menggunakan gantry. Mereka juga ingin meningkatkan kecepatan bola keluar dan beralih ke pelacakan bola tenis meja standar untuk membandingkan kinerja dengan manusia.

Perkembangan robotik dalam olahraga terus menunjukkan kemajuan signifikan. Sebelumnya, Telset.id juga melaporkan tentang Tennix, robot pelatih tenis pertama di dunia yang mampu memukul bola dengan kecepatan 120 km/jam.

A robotic system that can play table tennis at high speed

Penelitian ini membuktikan bahwa pendekatan berbasis model masih memiliki tempat dalam pengembangan sistem robotik berkinerja tinggi. Tim MIT berharap dapat menerapkan algoritma kontrol ini untuk tugas-tugas manipulasi dinamis lainnya di masa depan.

Robot Prototipe NASA Siap Jelajahi Bulan Es Jupiter untuk Cari Kehidupan Asing

Telset.id – NASA mengumumkan bahwa prototipe robot yang awalnya dirancang untuk mendarat di Europa, bulan es Jupiter, mungkin dialihkan untuk menjelajahi Enceladus, bulan Saturnus. Keputusan ini diambil setelah Europa dinilai terlalu berbahaya bagi kesuksesan misi, meskipun prototipe robot telah berhasil melewati uji coba.

Europa Clipper, nama misi tersebut, semula dijadwalkan tiba di Europa pada 2030. Namun, radiasi tinggi dari Jupiter dan kondisi ekstrem permukaan Europa membuat NASA mempertimbangkan alternatif lain. “Enceladus menawarkan lingkungan yang lebih ramah dengan potensi serupa untuk menemukan kehidupan,” jelas perwakilan NASA.

Mengapa Europa dan Enceladus Menarik?

Baik Europa maupun Enceladus memiliki lautan bawah permukaan yang tertutup lapisan es tebal. Keduanya dianggap sebagai lokasi paling menjanjikan untuk mencari kehidupan di luar Bumi dalam tata surya kita. Sebelumnya, misi Europa Clipper dirancang untuk mengumpulkan data tentang kelayakhunian Europa.

Robot prototipe yang dikembangkan Jet Propulsion Laboratory (JPL) NASA dilengkapi dengan kaki khusus untuk mendarat di permukaan es, kamera stereoskopik, dan lengan bor canggih bernama “ICEPICK”. Alat ini mampu mengambil sampel hingga kedalaman 20 cm. Robot ini telah diuji di Gletser Matanuska, Alaska, yang memiliki kondisi mirip Europa.

Kendala Teknis di Europa

Beberapa tantangan utama di Europa meliputi:

  • Radiasi tinggi dari Jupiter yang merusak elektronik
  • Suhu permukaan ekstrem (-160°C hingga -220°C)
  • Waktu komunikasi terbatas karena orbit Europa
  • Ketergantungan penuh pada daya baterai

Kondisi ini membuat para ilmuwan yakin bahwa tanda-tanda kehidupan (biosignature) di permukaan Europa mungkin telah hancur oleh radiasi sebelum sempat terdeteksi. Seperti dilaporkan dalam Science Robotics, Enceladus menawarkan lingkungan yang lebih stabil dengan kemungkinan semburan air mengandung molekul organik.

Meskipun mimpi menjelajahi lautan dalam Europa dengan kapal selam robotik masih ada, NASA mengakui bahwa teknologi saat ini belum memadai. Untuk sementara, misi ke bulan-bulan yang lebih mudah diakses seperti Enceladus menjadi prioritas. Desain robot dan pelajaran dari uji coba Europa akan sangat berguna untuk misi ini.

Robot Masa Depan Bisa Sembuhkan Diri Sendiri, Begini Cara Kerjanya

0

Telset.id – Tim insinyur dari University of Nebraska-Lincoln berhasil mengembangkan otot buatan canggih yang mampu mendeteksi kerusakan dan menyembuhkan dirinya sendiri secara mandiri. Teknologi ini diprediksi akan merevolusi dunia robotika lunak dan perangkat wearable.

Dipimpin oleh Eric Markvicka, asisten profesor teknik biomedik, tim ini menciptakan sistem tiga lapis yang meniru kemampuan penyembuhan diri pada manusia. Penemuan ini telah menjadi finalis Best Paper Award di konferensi IEEE International Conference on Robotics and Automation 2025.

Mekanisme Canggih Penyembuhan Diri

Sistem ini terdiri dari tiga lapisan utama: lapisan deteksi kerusakan di bagian bawah, lapisan penyembuhan di tengah, dan lapisan aktuasi di atas. Lapisan bawah menggunakan kulit elektronik lunak berisi mikrodroplet logam cair dalam elastomer silikon yang mampu mendeteksi tusukan atau tekanan berlebih.

“Tubuh manusia dan hewan sangat menakjubkan. Kita bisa terluka dan dalam banyak kasus bisa menyembuhkan diri sendiri dengan bantuan terbatas dari luar,” kata Markvicka kepada Telset.id. “Jika kita bisa mereplikasi ini dalam sistem sintetis, ini akan benar-benar mengubah bidang robotika.”

Proses Penyembuhan yang Autonom

Ketika terjadi kerusakan, sistem akan membentuk jaringan listrik baru di lapisan bawah. Mikrokontroler kemudian meningkatkan arus listrik melalui jaringan ini, mengubahnya menjadi pemanas Joule lokal. Panas ini melelehkan lapisan tengah yang terbuat dari termoplastik elastomer, menyegel kerusakan dalam beberapa menit.

Yang lebih inovatif, tim menggunakan efek elektromigrasi – yang biasanya merusak sirkuit elektronik – untuk menghapus jejak kerusakan di lapisan bawah. “Kami memanfaatkan elektromigrasi secara unik dan positif untuk menghapus jejak yang sebelumnya kami anggap permanen,” jelas Markvicka.

Perkembangan ini sejalan dengan tren robotika canggih lainnya seperti robot humanoid yang menggunakan HarmonyOS milik Huawei. Teknologi penyembuhan diri ini diharapkan dapat mengurangi limbah elektronik yang mencapai miliaran pound setiap tahun.

Di negara agraris seperti Nebraska, teknologi ini bisa melindungi robot dari benda tajam seperti ranting dan duri. Sementara untuk perangkat wearable, sistem ini akan meningkatkan daya tahan alat monitor kesehatan yang digunakan sehari-hari.

Penelitian ini membuka jalan bagi pengembangan robot yang lebih tangguh dan berkelanjutan, sekaligus menjadi terobosan penting dalam upaya mengurangi dampak lingkungan dari perangkat elektronik.

Ilmuwan AS Temukan Bukti Baru Asal Usul Lubang Hitam Massa Menengah

Telset.id – Tim ilmuwan internasional yang dipimpin Amerika Serikat berhasil menemukan bukti baru tentang asal usul lubang hitam massa menengah (intermediate-mass black holes/IMBH). Penemuan ini didasarkan pada analisis gelombang gravitasi dari tabrakan lubang hitam dengan massa 100 hingga 300 kali matahari.

Penelitian dipimpin oleh Asisten Profesor Karan Jani dari Vanderbilt University, dengan dukungan National Science Foundation. Hasil studi utama dipublikasikan di Astrophysical Journal Letters, menyoroti deteksi gelombang gravitasi oleh observatorium LIGO di AS dan Virgo di Italia.

Tabrakan Lubang Hitam Terbesar yang Pernah Tercatat

Analisis data mengungkapkan bahwa gelombang gravitasi berasal dari penggabungan lubang hitam dalam kategori massa menengah. “Ini adalah tabrakan lubang hitam terbesar yang pernah kami amati,” jelas Jani kepada Telset.id.

Lubang hitam massa menengah merupakan “fosil kosmik” yang menyimpan petunjuk tentang bintang-bintang pertama di alam semesta. Namun, detektor berbasis Bumi seperti LIGO hanya bisa menangkap momen akhir tabrakan, membuat asal usul mereka sulit dipahami.

Misi LISA untuk Pelacakan Jangka Panjang

Untuk mengatasi keterbatasan ini, tim Jani berfokus pada misi LISA (Laser Interferometer Space Antenna) yang rencananya diluncurkan ESA dan NASA pada akhir 2030-an. Dua studi tambahan di Astrophysical Journal menunjukkan LISA mampu melacak IMBH bertahun-tahun sebelum merger terjadi.

“Deteksi gelombang gravitasi membutuhkan presisi setara mendengar jarum jatuh di tengah badai,” kata Jani. Penelitian ini memperkuat posisi IMBH sebagai sumber penting bagi detektor gelombang gravitasi, baik di Bumi maupun luar angkasa.

Ke depan, tim berencana mengeksplorasi potensi detektor berbasis bulan untuk mengamati IMBH. Frekuensi gelombang gravitasi yang lebih rendah dari permukaan bulan dapat membantu mengidentifikasi lingkungan tempat lubang hitam ini terbentuk.

Seperti diungkapkan dalam penelitian sebelumnya tentang misteri singularitas lubang hitam, setiap deteksi baru membantu ilmuwan memahami evolusi objek eksotis ini.

Jani menambahkan, ini adalah era menarik bagi penelitian lubang hitam, sekaligus kesempatan melatih generasi ilmuwan baru yang akan melakukan penemuan dari bulan.