Beranda blog Halaman 4

Smartphone Gaming 2024: Spesifikasi Wajib untuk Performa Tanpa Kompromi

Telset.id – Pernahkah Anda mengalami lag saat sedang asyik bermain Call of Duty: Mobile atau Wuthering Waves? Jika iya, mungkin smartphone Anda belum memenuhi standar sebagai perangkat gaming kelas atas. Di era di mana mobile gaming telah berevolusi menjadi industri esports bernilai miliaran dolar, memiliki ponsel dengan spesifikasi tepat bukan lagi sekadar pilihan—melainkan keharusan.

Gone are the days ketika game mobile identik dengan grafis sederhana dan mekanik permainan dasar. Kini, judul-judul seperti PUBG Mobile dan Genshin Impact menuntut hardware yang setara dengan konsol. Lantas, apa saja spesifikasi krusial yang harus Anda pertimbangkan sebelum membeli smartphone gaming di tahun 2024? Mari kita kupas tuntas.

1. Prosesor dan GPU: Otak dari Setiap Gaming Phone

Jika kamera atau desain tipis menjadi prioritas bagi pengguna biasa, bagi gamer, performa adalah segalanya. Prosesor flagship seperti Snapdragon 8 Gen 3, Apple A17 Pro, atau Dimensity 9400+ menjadi jantung yang menentukan seberapa mulus game Anda berjalan. Tak hanya CPU, GPU terintegrasi seperti Adreno 750 atau Apple GPU 6-core juga berperan besar dalam rendering grafis dan stabilitas frame rate.

Perangkat seperti Infinix GT 30 Pro telah membuktikan bahwa chipset kelas atas bisa memberikan pengalaman gaming yang setara dengan konsol portabel.

2. Layar: Lebih dari Sekadar Resolusi Tinggi

Refresh rate 120Hz atau 144Hz sudah menjadi standar baru untuk gaming phone. Namun, yang sering dilupakan adalah pentingnya touch sampling rate tinggi (minimal 240Hz) untuk responsivitas kontrol. Teknologi panel AMOLED juga lebih unggul dalam hal kontras dan akurasi warna dibanding LCD—faktor krusial saat bermain game dengan palet warna kompleks seperti Honkai: Star Rail.

3. RAM dan Penyimpanan: Jangan Sampai Kehabisan Nafas

Dengan ukuran game modern yang bisa mencapai 20GB lebih, kapasitas penyimpanan 256GB sebaiknya menjadi pilihan minimal. Untuk RAM, 12GB adalah sweet spot—terutama jika Anda sering multitasking antara game dan aplikasi lain. Teknologi penyimpanan UFS 4.0 juga memberikan keunggulan dalam kecepatan loading yang signifikan.

4. Baterai dan Sistem Pendingin: Dua Sisi Mata Uang yang Sama

Baterai 5000mAh mungkin terdengar besar, tapi daya tahan akan cepat terkikis saat menjalankan game berat. Fitur bypass charging menjadi solusi cerdas—mengalirkan daya langsung dari charger ke sistem tanpa memanaskan baterai. Di sisi lain, sistem pendingin vapor chamber atau bahkan kipas aktif seperti pada Infinix GT 30 Pro menjadi kunci menjaga performa stabil selama sesi gaming marathon.

Jadi, apakah smartphone biasa bisa digunakan untuk gaming? Tentu saja. Tapi jika Anda serius tentang mobile gaming, investasi pada perangkat khusus akan memberikan pengalaman yang benar-benar berbeda. Bagaimana dengan ponsel gaming Anda saat ini? Sudah memenuhi kriteria di atas?

Heboh! 12.000 Unit Samsung Galaxy Z Fold 7 & Z Flip 7 Dicuri di London

0

Telset.id – Bayangkan sebuah truk berisi ribuan smartphone flagship terbaru lenyap begitu saja di tengah kota. Itulah yang baru saja terjadi pada Samsung di London, di mana 12.000 unit Galaxy Z Fold 7 dan Galaxy Z Flip 7 berhasil dicuri dalam aksi pencurian berani yang terjadi dekat Bandara Heathrow.

Menurut bocoran dari tipster ternama Ice Universe, kejadian ini terjadi saat truk pengangkut sedang dalam perjalanan. Nilai kerugian? Sekitar $10.6 juta atau setara Rp170 miliar—angka yang cukup untuk membuat siapa pun tercengang. Dengan harga Galaxy Z Flip 7 sebesar £1.049 dan Galaxy Z Fold 7 mencapai £1.799 per unit, pencurian ini jelas bukan sekadar insiden kecil.

Dampak dan Langkah Samsung

Samsung Electronics kini bekerja sama dengan kepolisian Inggris untuk melacak keberadaan perangkat-perangkat tersebut. Namun, jangan harap para pencuri bisa dengan mudah menjualnya di pasar gelap. Perusahaan dipastikan akan memblokir dan melindungi perangkat melalui sistem keamanan Samsung Knox, membuatnya tak berguna bagi pembeli ilegal.

Selain kerugian finansial, kejadian ini juga berpotensi mengganggu ketersediaan kedua model foldable tersebut di pasaran Inggris. Padahal, Galaxy Z Fold 7 dan Z Flip 7 baru saja diluncurkan dengan berbagai peningkatan, termasuk dukungan fitur terbaru One UI 5 yang dioptimalkan untuk pengalaman multitasking.

Mengapa Targetnya Foldable?

Smartphone foldable seperti Galaxy Z Fold 7 dan Z Flip 7 menjadi incaran empuk karena nilai jualnya yang tinggi dan permintaan pasar yang terus meningkat. Berbeda dengan ponsel konvensional, perangkat lipat ini memiliki komponen lebih kompleks dan harga premium, membuatnya lebih sulit dilacak sekaligus lebih menggiurkan bagi penjahat.

Jika Anda adalah salah satu yang menantikan kehadiran Galaxy Z Fold 7 atau Z Flip 7 di Inggris, bersiaplah untuk kemungkinan keterlambatan stok. Namun, kabar baiknya adalah Samsung kemungkinan besar akan memperketat sistem logistik dan keamanannya setelah kejadian ini.

Sementara itu, bagi yang penasaran dengan perkembangan terbaru, pantau terus Telset.id untuk update lanjutan. Siapa tahu, mungkin suatu hari nanti kita akan mendengar kabar tentang penemuan truk yang hilang atau upaya Samsung mengganti kerugian ini dengan inovasi baru.

POCO F7 Dapat Update Pertama: Perbaikan Kamera dan Performa

0

Telset.id – POCO baru saja merilis pembaruan perangkat lunak pertama untuk smartphone terbarunya, POCO F7, di India. Update dengan versi OS2.0.102.0 ini membawa berbagai perbaikan signifikan, terutama pada sistem kamera dan performa perangkat, berdasarkan masukan langsung dari pengguna.

Bagi Anda pemilik POCO F7, inilah saatnya untuk memeriksa notifikasi update di perangkat. Pembaruan ini bukan sekadar tambal sulam biasa, melainkan penyempurnaan menyeluruh yang menjawab keluhan pengguna sejak peluncuran perangkat.

Penyempurnaan Sistem Kamera

POCO secara khusus menyoroti empat area utama perbaikan kamera dalam update ini:

  • Portrait lebih natural: Algoritma baru menghasilkan tone kulit yang lebih alami dengan kontras wajah yang lebih baik dan tingkat kecerahan yang akurat.
  • Foto lebih tajam: Detail gambar kini lebih krispi di berbagai kondisi pencahayaan.
  • HDR lebih baik: Area terang seperti langit kini tidak mudah overexposed.
  • Warna lebih akurat: Khususnya untuk foto outdoor dengan elemen hijau dan landscape.

Perbaikan ini tampaknya menjadi respons terhadap kritik pengguna terhadap performa kamera POCO F7 yang sebelumnya dianggap kurang konsisten.

Optimasi Sistem dan Keamanan

Selain kamera, POCO juga melakukan berbagai penyempurnaan sistem:

  • Manajemen termal yang lebih baik untuk mengurangi masalah overheating
  • Pembaruan keamanan Android bulan Juni 2025
  • Berbagai perbaikan stabilitas sistem

Menariknya, semua perubahan ini berasal langsung dari masukan komunitas POCO. Perusahaan tampaknya serius mendengarkan keluhan pengguna awal F7, terutama terkait performa kamera dan manajemen panas.

Rencana Pembaruan Selanjutnya

POCO mengkonfirmasi sedang mempersiapkan update besar berikutnya bernama OTA3 yang dijadwalkan rilis akhir Agustus 2025. Meski detailnya masih dirahasiakan, update ini dijanjikan akan membawa lebih banyak penyempurnaan dan fitur baru.

Dengan komitmen pembaruan yang cepat ini, POCO tampaknya ingin mempertahankan reputasi produk-produk Xiaomi yang selalu mendapatkan dukungan perangkat lunak yang baik.

Bagi pengguna POCO F7 di Indonesia, meski update saat ini baru tersedia di India, besar kemungkinan akan segera menyusul di pasar lainnya. Pantau terus notifikasi di perangkat Anda atau kunjungi situs resmi POCO untuk informasi lebih lanjut.

ChatGPT Kini Ingatkan Pengguna untuk Istirahat, Ini Alasannya

0

Telset.id – Anda pernah terlena berjam-jam berdiskusi dengan ChatGPT hingga lupa waktu? OpenAI baru saja memperkenalkan fitur yang mungkin akan membuat Anda tersadar: pengingat untuk beristirahat.

Mulai Agustus 2025, chatbot populer itu akan menampilkan pop-up bertuliskan “Just Checking In. You’ve been chatting for a while — is this a good time for a break?” ketika mendeteksi percakapan terlalu panjang. Langkah ini merupakan bagian dari upaya OpenAI membangun hubungan lebih sehat antara pengguna dan asisten AI yang terkenal terlalu akomodatif ini.

Dari Nintendo hingga ChatGPT: Pengingat yang Tak Sesederhana Kelihatannya

Mekanisme ini mengingatkan pada fitur serupa di konsol Nintendo Wii dan Switch yang muncul setelah bermain terlalu lama. Namun, konteks di balik fitur ChatGPT ini jauh lebih kompleks — bahkan mengkhawatirkan.

Seperti dilaporkan The New York Times pada Juni lalu, sifat “yes, and” ChatGPT dan kemampuannya berhalusinasi memberikan respons faktual salah atau berbahaya telah membawa beberapa pengguna ke jurang pemikiran gelap, termasuk ide bunuh diri. Meski beberapa korban memiliki riwayat gangguan mental, chatbot ini dinilai gagal secara konsisten menghentikan percakapan tidak sehat.

Ilustrasi ChatGPT menampilkan notifikasi pengingat istirahat

Respons OpenAI: Antara Solusi dan PR Besar

Dalam blog resminya, OpenAI mengakui sebagian kelemahan ini. Perusahaan berjanji ChatGPT akan diperbarui untuk merespons lebih hati-hati terhadap “keputusan personal berisiko tinggi”. Alih-alih memberikan jawaban langsung, chatbot akan membantu pengguna berpikir kritis dengan menyajikan pertanyaan, pro-kontra, dan perspektif alternatif.

Langkah ini sejalan dengan upaya sebelumnya ketika OpenAI merekrut psikiater untuk menangani dampak AI pada kesehatan mental. Namun, apakah sekadar pengingat istirahat cukup?

Masalah mendasar mungkin terletak pada sifat bawaan ChatGPT yang terlalu bersemangat menyenangkan pengguna. Pada April 2025, OpenAI bahkan harus menarik pembaruan karena membuat chatbot terkesan “terlalu manis dan mengganggu”. Dengan meminta pengguna beristirahat, setidaknya ada jeda untuk mengevaluasi apakah respons ChatGPT memang akurat — atau sekadar halusinasi yang terdengar meyakinkan.

Di era di mana platform seperti Instagram pun mulai serius menangani kesehatan mental pengguna, langkah OpenAI patut diapresiasi. Namun, pertanyaan besarnya tetap: sejauh mana tanggung jawab pembuat AI dalam melindungi pengguna dari diri mereka sendiri?

iPhone 17: Bocoran Terbaru dan Apa yang Bisa Kita Harapkan

0

Telset.id – Jika Anda berpikir iPhone 17 hanya akan menjadi pembaruan kecil dari seri sebelumnya, bersiaplah untuk terkejut. Bocoran terbaru mengindikasikan bahwa Apple sedang menyiapkan perubahan signifikan, termasuk kehadiran varian ultra-tipis bernama iPhone 17 Air. Dengan rilis yang diperkirakan September mendatang, apa saja yang bisa kita harapkan dari generasi terbaru smartphone ikonik ini?

Seperti biasa, Apple menjaga rahasia dengan ketat, tetapi rumor dan bocoran dari sumber terpercaya mulai mengungkap gambaran yang menarik. Dari desain revolusioner hingga peningkatan performa, iPhone 17 diprediksi menjadi salah satu lompatan terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Mari kita telusuri lebih dalam.

Desain dan Varian Baru: iPhone 17 Air Muncul sebagai Game Changer

Bocoran dari Bloomberg dan MacRumors mengungkap bahwa Apple akan memperkenalkan varian ultra-tipis bernama iPhone 17 Air. Dengan ketebalan baterai hanya 2,49mm—setengah dari iPhone 17 Pro—ponsel ini dirancang untuk menjadi yang paling ringan dalam jajaran iPhone. Namun, kapasitas baterainya dikabarkan hanya 2.800 mAh, lebih kecil dari seri iPhone 16 saat ini.

Menurut analis Jeff Pu, iPhone 17 Air akan menggunakan bingkai titanium, berbeda dengan varian lain yang tetap memakai aluminium. Meski titanium lebih kuat, anehnya material ini justru lebih berat daripada aluminium. Spekulasi lain menyebutkan bahwa Apple mungkin menggunakan campuran kedua logam ini untuk menyeimbangkan kekuatan dan bobot.

Perbandingan desain iPhone 17 Air dan iPhone 17 Pro

Selain iPhone 17 Air, lineup baru ini juga akan mencakup iPhone 17 standar, iPhone 17 Pro, dan iPhone 17 Pro Max. Yang menarik, iPhone 17 Pro dikabarkan akan memiliki “pulau kamera” selebar bodi belakang, sebuah desain yang belum pernah digunakan Apple sebelumnya. Bocoran foto yang beredar di media sosial menunjukkan prototipe dengan panel belakang hitam yang mencolok.

Spesifikasi dan Fitur Unggulan

iPhone 17 Air dikabarkan akan ditenagai chip A19 dasar dan hanya memiliki satu lensa kamera. Kabar baiknya, ponsel ini tidak akan sepenuhnya mengandalkan nirkabel—masih ada port charging, meskipun Apple sempat mempertimbangkan untuk menghilangkannya. Layarnya berukuran 6,6 inci dengan fitur Dynamic Island dan tombol kontrol kamera.

Sementara itu, iPhone 17 Pro dan Pro Max diprediksi membawa peningkatan signifikan di sektor kamera, termasuk lensa telefoto 48MP dan zoom optik 8x. Performa gaming juga akan ditingkatkan berkat sistem pendingin vapor chamber yang lebih efisien.

Dari segi warna, iPhone 17 standar akan hadir dalam hitam, putih, abu-abu metalik, hijau, ungu, dan biru muda. Varian Air lebih minimalis dengan pilihan hitam, putih, biru muda, dan emas muda. Sedangkan Pro dan Pro Max akan menawarkan warna yang lebih berani seperti hitam, putih, abu-abu, biru tua, dan oranye.

iOS 26: Revolusi Antarmuka dan Kecerdasan Buatan

iPhone 17 akan datang dengan iOS 26, sistem operasi dengan desain Liquid Glass yang kontroversial. Meski efek transparansi dikurangi dalam versi beta terbaru, antarmuka tetap mempertahankan nuansa kaca. Fitur AI akan lebih terintegrasi, termasuk terjemahan langsung di Phone, FaceTime, dan Messages.

Fitur baru lainnya termasuk peringatan konten sensitif untuk akun anak-anak yang dapat mendeteksi nuditas melalui machine learning, serta Visual Intelligence untuk pencarian elemen dalam gambar. Ada juga pembaruan kecil seperti dukungan polling di grup chat dan opsi snooze alarm yang lebih fleksibel.

Dengan semua bocoran ini, apakah iPhone 17 akan memenuhi ekspektasi? Jawabannya akan terungkap September mendatang. Satu hal yang pasti: Apple tampaknya tidak ingin bermain aman dengan generasi terbaru iPhone ini.

Cara Pakai ChatGPT di WhatsApp: Panduan Lengkap untuk Ngobrol dengan AI

0

Telset.id – Ingin ngobrol dengan ChatGPT langsung dari WhatsApp? Kini, chatbot cerdas buatan OpenAI ini bisa diakses dengan mudah melalui aplikasi pesan instan favorit Anda. Simak panduan lengkapnya di sini!

WhatsApp terus berinovasi dengan menghadirkan fitur-fitur terbaru, salah satunya adalah integrasi dengan chatbot berbasis Artificial Intelligence (AI). Setelah sebelumnya memperkenalkan Meta AI, kini WhatsApp juga memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan ChatGPT tanpa perlu meninggalkan aplikasi. Fitur ini sangat berguna bagi Anda yang ingin mendapatkan informasi cepat, menerjemahkan teks, atau sekadar mengobrol dengan AI.

Cara Menambahkan ChatGPT di WhatsApp

Berbeda dengan Meta AI yang sudah terintegrasi langsung di WhatsApp, ChatGPT memerlukan langkah tambahan sebelum bisa digunakan. Berikut cara mudahnya:

  • Simpan kontak ChatGPT: Tambahkan nomor telepon 18002428478 ke daftar kontak Anda.
  • Gunakan link alternatif: Klik link ChatGPT WhatsApp untuk langsung membuka obrolan.
  • Mulai mengobrol: Setelah kontak tersimpan, ruang obrolan akan terbuka otomatis, dan Anda bisa langsung berinteraksi dengan ChatGPT.

Fitur yang Bisa Dinikmati

Setelah berhasil terhubung, Anda bisa memanfaatkan ChatGPT untuk berbagai keperluan, seperti:

  • Menerjemahkan teks: Cukup kirim pesan dalam bahasa asing, dan ChatGPT akan menerjemahkannya ke bahasa yang Anda inginkan.
  • Mencari informasi: Tanyakan apa saja, dari resep masakan hingga tips teknologi.
  • Membuat konten: ChatGPT bisa membantu menulis draf pesan, ide kreatif, atau bahkan puisi.

Meskipun ChatGPT sangat membantu, perlu diingat bahwa AI ini memiliki batasan. Seperti yang diungkapkan oleh Sam Altman, ChatGPT bukanlah terapis. Jadi, gunakanlah dengan bijak dan jangan mengandalkannya untuk masalah serius.

Dengan hadirnya ChatGPT di WhatsApp, pengalaman berkomunikasi Anda akan semakin canggih. Tertarik mencoba? Segera tambahkan kontaknya dan rasakan kemudahannya!

Wajib Tahu! Ini 11 Pertanyaan yang Tidak Boleh Ditanyakan ke ChatGPT

0

Telset.id – ChatGPT telah menjadi alat populer untuk mencari informasi, namun tahukah Anda bahwa ada pertanyaan-pertanyaan tertentu yang sebaiknya tidak Anda ajukan ke chatbot AI ini? Meskipun canggih, ChatGPT memiliki keterbatasan yang bisa berisiko jika diabaikan.

Sebagai sistem berbasis kecerdasan buatan, ChatGPT bekerja dengan memprediksi kata-kata berdasarkan data yang pernah dipelajarinya. Ia tidak memiliki pemahaman konteks atau kemampuan verifikasi fakta layaknya manusia. Oleh karena itu, jawabannya bisa saja meleset dari kebenaran.

Berikut adalah 11 pertanyaan yang sebaiknya dihindari saat menggunakan ChatGPT, demi keamanan dan akurasi informasi yang Anda dapatkan.

1. Diagnosa Kesehatan

Jangan pernah menggunakan ChatGPT untuk mendiagnosis penyakit atau keluhan kesehatan. AI ini tidak memiliki kemampuan memeriksa kondisi fisik Anda secara langsung. Semua jawabannya hanya berdasarkan data teks dari internet, yang bisa saja salah atau menyesatkan. Selalu konsultasikan dengan dokter untuk diagnosis medis yang akurat.

2. Curhat Masalah Mental

Meskipun ChatGPT bisa merespons dengan empati semu, ia bukanlah terapis profesional. Seperti diungkapkan dalam artikel Sam Altman: ChatGPT Bukan Terapis!, chatbot ini tidak memiliki pemahaman emosional yang mendalam. Jika Anda membutuhkan dukungan mental, lebih baik mencari bantuan dari ahli yang kompeten.

3. Pertanyaan Hukum yang Spesifik

ChatGPT tidak bisa memberikan nasihat hukum yang akurat. Hukum bersifat dinamis dan berbeda di setiap yurisdiksi. Jika Anda membutuhkan bantuan hukum, konsultasikan dengan pengacara yang berpengalaman.

4. Informasi Keuangan Pribadi

Jangan pernah membagikan detail keuangan pribadi atau meminta saran investasi dari ChatGPT. AI ini tidak memiliki akses ke data pasar terkini atau pemahaman mendalam tentang risiko keuangan.

5. Pertanyaan yang Melanggar Privasi Orang Lain

ChatGPT tidak dirancang untuk mencari informasi pribadi tentang orang lain. Menggunakannya untuk tujuan ini tidak hanya tidak etis, tetapi juga berpotensi melanggar privasi.

6. Instruksi untuk Aktivitas Berbahaya

Jangan meminta ChatGPT memberikan panduan tentang aktivitas berisiko tinggi seperti pembuatan bahan berbahaya atau tindakan kriminal. OpenAI telah memprogram pembatasan untuk mencegah hal ini.

7. Prediksi Masa Depan

ChatGPT tidak memiliki kemampuan meramal. Jawabannya tentang peristiwa masa depan hanyalah spekulasi berdasarkan data historis, bukan fakta yang bisa diandalkan.

8. Pertanyaan yang Memicu Bias atau Diskriminasi

AI bisa mencerminkan bias yang ada dalam data pelatihannya. Hindari pertanyaan yang berpotensi memunculkan stereotip atau diskriminasi terhadap kelompok tertentu.

9. Tugas Akademis yang Harus Dikerjakan Sendiri

Meskipun ChatGPT bisa membantu memahami konsep, menggunakannya untuk mengerjakan tugas akademis sepenuhnya adalah bentuk plagiarisme. Lebih baik gunakan sebagai alat bantu belajar, bukan pengganti pemikiran Anda sendiri.

10. Keputusan Hidup Penting

Jangan menjadikan ChatGPT sebagai satu-satunya sumber untuk keputusan besar dalam hidup Anda, seperti perubahan karir atau hubungan pribadi. AI tidak memahami kompleksitas situasi manusia sepenuhnya.

11. Pertanyaan Tentang ChatGPT Itu Sendiri

Menariknya, ChatGPT tidak selalu bisa menjelaskan cara kerjanya sendiri dengan akurat. Untuk memahami teknologi di baliknya, lebih baik merujuk ke sumber resmi seperti artikel tentang perkembangan AI dari situs teknologi terpercaya.

Dengan memahami batasan ini, Anda bisa memanfaatkan ChatGPT secara lebih bijak dan efektif. Ingatlah bahwa AI adalah alat bantu, bukan pengganti keahlian manusia di bidang-bidang khusus.

Cara Mengaktifkan Instagram Shopping untuk UMKM: Panduan Lengkap

0

Telset.id – Di era digital seperti sekarang, memiliki toko fisik bukan lagi syarat mutlak untuk memulai bisnis. Media sosial, terutama Instagram, telah menjadi ruang jual-beli yang potensial bagi pelaku UMKM. Sejak 2020, Instagram menghadirkan fitur Instagram Shopping di Indonesia untuk memudahkan transaksi online. Namun, masih banyak yang belum tahu cara mengaktifkannya. Simak panduan lengkapnya di sini.

Syarat Wajib Sebelum Mengaktifkan Instagram Shopping

Sebelum memulai, pastikan akun Instagram Anda memenuhi beberapa persyaratan berikut:

  • Akun Instagram harus diubah menjadi akun bisnis.
  • Produk yang ditawarkan harus berupa barang fisik (belum mendukung jasa).
  • Harus terhubung dengan Facebook Pages bisnis Anda.
  • Memenuhi kebijakan perdagangan Facebook dan Instagram.
  • Memiliki katalog produk di Facebook (bisa baru atau yang sudah ada).
  • Bisnis harus memiliki website untuk transaksi jual-beli.

Jika semua syarat sudah terpenuhi, Anda bisa melanjutkan ke langkah aktivasi. Proses verifikasi biasanya memakan waktu beberapa hari.

Langkah-Langkah Mengaktifkan Instagram Shopping

Berikut cara mengaktifkan fitur Instagram Shopping:

  1. Buka profil akun Instagram bisnis Anda.
  2. Pilih Setting atau Pengaturan.
  3. Klik Business, lalu pilih Sign Up for Shopping.
  4. Setujui syarat dan ketentuan dengan mengklik Accept Term.

Setelah itu, akun Anda akan direview oleh Instagram dan Facebook. Jika disetujui, Anda akan menerima notifikasi verifikasi.

Cara Menandai Produk di Instagram Shopping

Setelah fitur aktif, ikuti langkah berikut untuk menandai produk:

  1. Masuk ke akun Instagram bisnis.
  2. Pilih menu Setting, lalu klik Shopping.
  3. Pilih Catalog dan unggah foto produk.
  4. Klik Tag Product untuk menandai produk.

Anda bisa menandai hingga lima produk dalam satu konten. Jika ingin menambahkan tag pada postingan lama, cukup edit konten tersebut dan pilih Tag Product.

Dengan Instagram Shopping, transaksi jual-beli menjadi lebih praktis dan efisien. Selain itu, Anda juga bisa memanfaatkan platform lain seperti TikTok Shop atau SIMPATI TikTok untuk memperluas pasar.

Apple Bentuk Tim AKI untuk Bangun AI Pencarian Canggih Saingi ChatGPT

0

Telset.id – Jika Anda berpikir Apple akan diam saja di tengah persaingan ketat industri AI, pikirkan lagi. Bocoran terbaru mengungkap raksasa teknologi asal Cupertino itu telah membentuk tim khusus bernama AKI untuk mengembangkan alat pencarian berbasis AI yang bisa menyaingi ChatGPT. Langkah ini menjadi sinyal kuat bahwa Apple tak mau terus tertinggal dalam perlombaan kecerdasan buatan.

Apple Intelligence, platform AI besutan Apple yang diluncurkan lebih dari setahun lalu, ternyata belum mampu membuat gebrakan berarti. Bahkan, fitur unggulannya seperti Siri yang dipersonalisasi harus tertunda hingga tahun depan. Keterlambatan ini berdampak pada pengalaman pengguna iPhone yang mulai terasa ketinggalan zaman. Tak heran jika pendapatan perusahaan di kuartal ketiga juga terdampak.

Menurut analis ternama Mark Gurman dalam newsletter Power On-nya, Apple kini berusaha mengubah pendekatannya. Perusahaan yang sempat ogah mengembangkan chatbot ala ChatGPT itu akhirnya membentuk tim “Answers, Knowledge, and Information” (AKI) awal tahun ini. Tim ini dipimpin oleh Robby Walker, mantan pengembang Siri yang kehilangan kendali akibat keterlambatan fitur AI.

Perubahan Arah Strategi Apple di Dunia AI

Meski beberapa petinggi Apple memiliki reservasi filosofis, perusahaan jelas sedang bergerak ke arah pengembangan alat pencarian berbasis AI. Tim AKI dikabarkan sedang mengerjakan berbagai layanan AI internal, termasuk pengalaman pencarian mirip ChatGPT. Apple bahkan dikabarkan telah menjajaki kerja sama dengan startup AI seperti Perplexity yang khusus menangani mesin pencari berbasis AI.

Langkah ini menunjukkan Apple serius ingin menghidupkan kembali Apple Intelligence dan mengejar ketertinggalan dari pesaing. Seperti dilaporkan sebelumnya, karyawan Apple sempat membocorkan masalah internal dalam pengembangan platform AI mereka. Kini, dengan pembentukan tim AKI, Apple berusaha memperbaiki kesalahan tersebut.

Tantangan dan Harapan untuk Masa Depan Apple Intelligence

Kehadiran alat pencarian AI baru ini bisa menjadi titik balik bagi Apple. Selama ini, Apple Intelligence dianggap hanya mampu menangani tugas-tugas dasar dan tertinggal dari kompetitor. Padahal, seperti ditunjukkan dalam fitur “Clean Up”, sebenarnya Apple memiliki potensi besar dalam pengembangan AI.

Namun, jalan Apple tidak akan mudah. Selain masalah internal, ada juga kendala eksternal seperti ketidakcocokan dengan platform Meta yang mengurangi daya guna Apple Intelligence. Dengan segala tantangan ini, pertanyaan besarnya adalah: akankah tim AKI berhasil membawa Apple keluar dari keterpurukan di dunia AI?

Mengingat pengembangan ini masih dalam tahap awal, mungkin kita harus bersabar sebelum melihat produk akhirnya. Tapi satu hal yang pasti: langkah Apple ini akan memicu gelombang baru inovasi di industri AI. Bagaimana pendapat Anda tentang langkah Apple ini? Apakah mereka akhirnya bisa mengejar ketertinggalan? Bagikan pemikiran Anda di kolom komentar.

Zuckerberg Klaim AI Meta Mulai Meningkatkan Diri Sendiri, Benarkah?

0

Telset.id – Dalam upayanya memimpin persaingan kecerdasan buatan (AI), CEO Meta Mark Zuckerberg membuat klaim mengejutkan. Ia menyatakan bahwa AI milik perusahaannya mulai menunjukkan kemampuan untuk meningkatkan diri sendiri—sebuah langkah yang disebutnya sebagai awal menuju “superintelligence”. Namun, benarkah klaim ini sehebat yang digembar-gemborkan?

Dalam surat terbuka terbarunya tentang “Superintelligence Lab”, Zuckerberg menulis bahwa Meta telah “mulai melihat sekilas sistem AI kami meningkatkan diri mereka sendiri”. Pernyataan ini langsung memicu perdebatan di kalangan ahli teknologi. Sebab, jika benar, ini bisa menjadi titik balik penting dalam pengembangan AI.

Namun, Zuckerberg tidak memberikan detail spesifik tentang klaim tersebut. Ia hanya menyebutnya sebagai “glimpses” atau sekilas pandang, tanpa penjelasan teknis yang memadai. Ketidakjelasan ini membuat banyak pihak meragukan kebenaran pernyataannya.

Mengenal Konsep AI yang Meningkatkan Diri Sendiri

Konsep AI yang mampu meningkatkan diri sendiri sebenarnya bukan hal baru dalam dunia teknologi. Dikenal sebagai recursive self-improvement, proses ini memungkinkan sistem AI memodifikasi dan meningkatkan kemampuannya sendiri tanpa campur tangan manusia.

Pada 2023, peneliti dari Nvidia dan beberapa universitas Amerika telah menciptakan Voyager, bot Minecraft yang bisa menulis ulang kodenya sendiri menggunakan model bahasa besar GPT-4 dari OpenAI. Belum lama ini, Google DeepMind juga meluncurkan AlphaEvolve, sistem AI lain yang diklaim mampu meningkatkan diri sendiri.

Namun, kemampuan ini masih sangat terbatas pada domain tertentu. Belum ada bukti bahwa AI bisa melakukan peningkatan menyeluruh terhadap seluruh sistemnya secara mandiri. Seperti dijelaskan dalam artikel Agentic AI: Revolusi Baru dalam Dunia Kecerdasan Buatan, perkembangan AI masih membutuhkan pengawasan manusia.

Antara Klaim dan Realita

Yang menarik, dalam konferensi investor di hari yang sama dengan rilis suratnya, Zuckerberg sama sekali tidak menyebut klaim tentang AI yang bisa meningkatkan diri sendiri. Ia justru mengatakan bahwa Meta masih dalam proses mengembangkan model semacam itu.

Ketidakkonsistenan ini memunculkan pertanyaan: apakah klaim Zuckerberg hanya strategi pemasaran untuk menarik perhatian? Atau memang Meta telah mencapai terobosan yang belum ingin diungkap secara detail?

Seperti yang terjadi pada Claude AI vs Pokémon Red, kemampuan AI seringkali dibesar-besarkan untuk menciptakan sensasi. Padahal, implementasi nyatanya masih jauh dari klaim yang dibuat.

Implikasi Jika Klaim Ini Benar

Jika Meta benar-benar telah menciptakan AI yang bisa meningkatkan diri sendiri secara signifikan, ini akan menjadi pencapaian besar. Beberapa ahli bahkan menyebutnya sebagai awal dari “singularitas teknologi”—momen ketika teknologi berkembang lebih cepat dari kemampuan manusia untuk memahaminya.

Namun, tanpa bukti konkret, klaim Zuckerberg sulit diverifikasi. Seperti perkembangan chip ISP V2 dari Vivo yang memang menunjukkan peningkatan nyata dalam kemampuan AI, sebuah klaim besar perlu didukung oleh demonstrasi yang jelas.

Meta sendiri belum memberikan tanggapan lebih lanjut ketika dimintai klarifikasi. Jika memang ada perkembangan penting, apakah perusahaan akan membagikan detailnya kepada publik? Atau ini hanya strategi untuk mempertahankan posisi Meta dalam persaingan sengit di dunia AI?

Satu hal yang pasti: klaim Zuckerberg ini telah berhasil mencuri perhatian dunia. Namun, tanpa bukti nyata, sulit untuk mengatakan apakah ini benar-benar terobosan atau hanya permainan kata-kata belaka.

Google Akui Gagal Deteksi Gempa Turki, Sistem Peringatan Android Kurang Akurat

0

Telset.id – Bayangkan jika ponsel di samping Anda bisa menyelamatkan nyawa saat gempa terjadi. Itulah yang dijanjikan Google melalui sistem Android Earthquake Alerts (AEA). Namun, kenyataannya tidak selalu sempurna.

Dalam makalah terbaru yang diterbitkan di jurnal Science, Google mengungkapkan bagaimana mereka menggunakan sensor gerak dari dua miliar ponsel Android untuk mendeteksi gempa antara 2021-2024. Sistem ini telah mengirim peringatan ke hampir 100 negara.

AEA bekerja dengan memanfaatkan akselerometer di ponsel Android untuk mendeteksi getaran seismik. Sistem ini memiliki dua tingkat peringatan: “be aware alert” untuk gempa ringan yang muncul sebagai notifikasi biasa, dan “take action alert” untuk gempa sedang hingga besar yang mengeluarkan alarm keras bahkan saat mode “Jangan Ganggu” aktif.

Kegagalan Mematikan di Turki

Google mengakui bahwa sistem mereka gagal bekerja optimal saat gempa dahsyat melanda Turki dan Suriah pada Februari 2023. Bencana yang menewaskan lebih dari 55.000 orang dan melukai 100.000 lainnya ini hanya memicu 469 peringatan “Take Action”.

Yang lebih memprihatinkan, setengah juta orang justru menerima peringatan “Be Aware” yang lebih lemah. Karena gempa pertama terjadi pukul 4:15 pagi, banyak orang yang tidur dan tidak menyadari peringatan tersebut.

Kesalahan ini terjadi karena algoritma Google salah membaca data sensor. Sistem memperkirakan gempa pertama berkekuatan 4.5-4.9 MMS, padahal sebenarnya mencapai 7.8 MMS. Pada gempa kedua, AEA juga meremehkan kekuatannya, hanya mengirim 8.158 peringatan “Take Action” dibandingkan hampir empat juta peringatan “Be Aware”.

Pembaruan Algoritma Setelah Tragedi

Google mengklaim telah memperbarui algoritma mereka setelah insiden Turki. Namun, pengakuan ini datang terlambat – lebih dari dua tahun setelah bencana. Padahal, BBC sudah menyoroti kelemahan sistem ini segera setelah gempa terjadi.

Sebagai negara yang juga rawan gempa, Indonesia perlu belajar dari kasus ini. Seperti dilaporkan dalam artikel sebelumnya, kita berada di Cincin Api Pasifik yang aktif.

Meski memiliki kelemahan, sistem AEA Google telah berhasil mendeteksi lebih dari 11.000 gempa. Teknologi ini menjadi bukti bagaimana perangkat sehari-hari bisa dimanfaatkan untuk keselamatan publik.

Masa Depan Deteksi Gempa Berbasis Ponsel

Pengalaman Turki menunjukkan bahwa teknologi deteksi gempa berbasis ponsel masih perlu penyempurnaan. Beberapa produsen seperti Xiaomi juga mulai mengembangkan sistem serupa.

Di tengah meningkatnya aktivitas seismik global – termasuk 30.000 gempa di Antartika – sistem peringatan dini yang akurat menjadi semakin vital.

Google kini menghadapi tantangan besar: bagaimana memperbaiki sistem mereka sambil mempertahankan kepercayaan publik. Untuk teknologi yang bisa berarti hidup atau mati, akurasi bukanlah pilihan – itu adalah keharusan.

WhoFi: Teknologi Baru yang Bisa Lacak Manusia Lewat Sinyal WiFi

0

Telset.id – Bayangkan jika router WiFi di rumah Anda bisa melacak pergerakan Anda, bahkan menembus dinding. Teknologi baru bernama WhoFi mengubah fiksi ilmiah menjadi kenyataan dengan kemampuan mendeteksi “sidik biometrik” manusia melalui gangguan sinyal WiFi. Akurasi sistem ini mencapai 95,5%, dan yang lebih mengkhawatirkan—ia bekerja dalam kondisi gelap total serta mampu “melihat” struktur internal tubuh seperti tulang dan organ.

Konsep pengawasan massal bukanlah hal baru. Pada 2003, laporan ACLU berjudul “Bigger Monsters, Weaker Chains” sudah memperingatkan tentang masyarakat yang terjebak dalam jerat teknologi mata-mata. Dua dekade kemudian, prediksi itu semakin nyata dengan hadirnya algoritma targetik, drone pengintai, dan sekarang: WhoFi. Peneliti dari Sapienza University of Rome mengklaim sistem ini “ramah privasi” karena tidak menggunakan kamera, tetapi bagaimana jika ia disandingkan dengan 85 juta kamera pengawas dan 80 pusat data intelijen di AS?

Dalam makalahnya, tim peneliti menjelaskan bahwa WhoFi memanfaatkan distorsi unik yang dihasilkan tubuh manusia saat berinteraksi dengan gelombang WiFi. “Ini seperti memiliki kemampuan melihat tembus dinding, tetapi tanpa kamera,” tulis mereka. Teknologi serupa sebenarnya sudah digunakan di sektor militer, seperti sistem Xaver 1000 buatan Israel yang bisa mendeteksi gerakan manusia di balik penghalang.

Dilema Privasi di Era Pengawasan Total

WhoFi bukan satu-satunya ancaman. Pada 2022, setidaknya 264,9 juta ponsel di AS—masing-masing dengan mikrofon dan kamera—siap merekam setiap aktivitas pengguna. Belum lagi teknologi pelacakan pemain sepak bola yang awalnya dikembangkan untuk olahraga, kini berpotensi disalahgunakan untuk memantau warga sipil.

Masa Depan yang Dipenuhi Mata-Mata Digital

Saat ini, WhoFi masih berupa proyek penelitian. Namun, sejarah membuktikan bahwa teknologi pengawasan—seperti pemindai wajah atau pembaca plat nomor—awalnya juga dikembangkan untuk keperluan terbatas sebelum akhirnya digunakan secara massal. Dengan dukungan perusahaan teknologi raksasa dan pemerintah, bukan tidak mungkin router WiFi biasa akan berubah menjadi alat pelacak dalam beberapa tahun ke depan.

Lalu, bagaimana melindungi diri? Solusi teknis seperti mengamankan jaringan WiFi mungkin bisa membantu, tetapi regulasi yang ketat tetap menjadi kunci. Tanpa pembatasan hukum, kita hanya menunggu waktu hingga “Big Brother” tidak hanya mengawasi, tetapi benar-benar mengenali kita lebih dalam daripada diri kita sendiri.