Beranda blog Halaman 3780

Tim Cook Tidak Punya ‘DNA’ Steve Jobs

0
Finding The Next Steve Jobs
Finding The Next Steve Jobs

Jakarta – Tim Cook telah ditunjuk menggantikan mendiang legenda Steve Jobs. Ekspektasi tinggi disematkan pada Cook untuk bisa meneruskan peran Jobs sebagai “sang inovator”. Berhasilkah Cook melanjutkan peran itu?

Di bawah kepemimpinan Cook, Apple sering mendapat kritikan karena dianggap tak lagi inovatif. Pendapat ini tak hanya diberikan orang di luar Apple, namun juga datang dari orang-orang yang pernah menjadi bagian dari Apple. Seperti misalnya Steve Wozniak, salah satu pendiri dan teman seperjuangan Jobs.

Kritikan cukup pedas juga diberikan Nolan Bushnell, salah satu tokoh veteran di dunia teknologi yang juga adalah pendiri Atari. Menurutnya, Cook tak memiliki “DNA” untuk menggantikan peran Jobs.

Bushnell dengan tegas mengatakan Cook bukanlah pengganti Steve Jobs yang paling ideal. “Mereka bilang, dia (Tim Cook) telah berinovasi, sebenarnya itu hanyalah mikro-evolusi,” ujar Bushnell, yang dikutip telsetNews dari Phone Arena (3/10).

Menurut Bushnell, apa yang dilakukan oleh Cook sebagai CEO Apple saat ini masih jauh dari yang diharapkan oleh para pencinta Apple. Kritikan Bushnell ini juga ditulis dalam sebuah buku yang baru diterbitkannya, ‘Finding the Next Steve Jobs’.

Menariknya, Bushnell memilih menggunakan judul ‘Finding the Next Steve Jobs’ untuk menunjukan bahwa kinerja Cook selama ini masih jauh dari yang diharapkan para Apple fanboy (sebutan untuk penggemar iPhone, red).

Apple memang sepeninggal Steve Jobs agak sedikit kedodoran mengeluarkan inovasi baru. Perusahaan yang bermarkas di Cupertino California itu bahkan sering dikritik menggunakan teknologi yang sudah “jadul” dibanding para kompetitornya.

Padahal saat kendali masih dipegang Jobs, Apple dikenal sebagai inovator karena banyak menciptakan teknologi yang belum pernah digunakan sebelumnya. Hal inipun berimbas pada semakin menurunnya pangsa pasar Apple di beberapa negara.[HBS]

 

LinkedIn Perkenalkan Program Sertifikasi untuk LinkedIn Recruiter

0
LinkedIn Certified Professional
LinkedIn Certified Professional

Jakarta –  Bagi perusahaan maupun profesional yang sering memanfaatkan jaringan LinkedIn untuk perekrutan karyawan, hari ini LinkedIn memperkenalkan program sertifikasi pertamanya, LinkedIn Certified Profesional-Recruiter.

Program ini dirancang untuk membantu meningkatkan keahlian perekrut dalam menggunakan LinkedIn Recruiter, seperti cara menemukan kandidat aktif (orang yang sedang mencari kerja) dan pasif (karyawan yang sudah mempunyai pekerjaan, tetapi mungkin terbuka untuk peluang baru).

Selain itu, LinkedIn Certified Professional  dapat juga dimanfaatkan untuk meningkatkan talent brand, mengelola kandidat potensial, dan memposting lowongan pekerjaan.

“Mengasah keahlian tersebut dapat membantu perekrut untuk mendapatkan manfaat maksimal dari produk Recruiter,” kata Taruna Agarwal  Program Manager who loves launching new products LinkedIn dalam keterangannya kepada telsetNews, Jakarta, Jumat (4/10)

Pendaftaran untuk LinkedIn Certified Professional tersedia secara gratis mulai hari ini hingga 31 Desember 2013. Bagi yang tertarik, bisa melihat informasinya lebih lanjut di LinkedIn Talent Blog dengan membuka link ini. [HBS]

[Foto] Menkominfo Kunjungi LTE Corner Telkomsel di Bali

0

Bali – Di sela-sela berlangsungnya perhelatan KTT APEC 2013, Menkominfo Tifatul Sembiring mengunjungi LTE Corner Telkomsel, BNDCC Nusa Dua, Bali dan kunjungan ke Pusat Pengendalian & Operasi Infrastruktur & Layanan Telkom Group, di BTDC, Nusa Dua, Bali.  Kunjungan Menkominfo untuk melihat kesiapan konten dan aplikasi ber-platform 4G LTE Telkomsel dalam menyambut KTT APEC.

[slider] [pane]

Telkomsel APEC (1)

Menkominfo Tifatul Sembiring (kanan) dan Direktur Utama Telkomsel Alex J. Sinaga (tengah) ketika mengunjungi LTE Corner Telkomsel di BNDCC, Nusa Dua, Bali, Jum’at (4/10).

[/pane]

[pane]

Telkomsel APEC (2)

Menkominfo Tifatul Sembiring (kiri) dan Direktur Utama Telkomsel Alex J. Sinaga (tengah) ketika mencoba salah satu aplikasi di LTE Corner Telkomsel di Nusa Dua, Bali

[/pane]

[pane]

Telkomsel APEC (3)

(ki-ka) Menkominfo Tifatul Sembiring, Direktur Utama Telkom Arief Yahya, dan Direktur Utama Telkomsel Alex J. Sinaga di Pusat Pengendalian & Operasi Infrastruktur & Layanan Telkom Group, BTDC, Nusa Dua, Bali

[/pane]

[pane]

Menkominfo Tifatul Sembiring tinjau LTE Corner Telkomsel

Menkominfo Tifatul Sembiring, Direktur Utama Telkom Arief Yahya meninjau Pusat Pengendalian & Operasi Infrastruktur & Layanan Telkom Group, BTDC, Nusa Dua, Bali.

[/pane]

[pane]

Telkomsel APEC (6)

Seorang teknisi sedang mengecek salah satu perangkat monitoring layanan di Pusat Pengendalian & Operasi Infrastruktur & Layanan Telkom Group, BTDC, Nusa Dua, Bali.

[/pane] [/slider]

 

Pengguna Ponsel Tembus 5 Miliar Orang di 2017

0
Ilustrasi
Ilustrasi

Jakarta – Pertumbuhan pengguna ponsel di dunia sangat mencengangkan. Menurut perhitungan dari lembaga survey Statista, pada tahun 2017 diperkirakan ada 5 miliar orang akan menggunakan ponsel di seluruh dunia.

Jumlah tersebut meningkat hampir 1 miliar pengguna jika dibandingkan dengan 4,3 miliar pengguna ponsel di seluruh dunia yang tercatat saat ini. Melihat tingkat penetrasi pengguna ponsel yang sangat tinggi ini, maka tak heran jika kini banyak perusahaan yang masuk ke industri ponsel.

Menurut perhitungan Statista yang dikutip telsetNews dari Mashable, Jumat (4/10), Asia menjadi wilayah yang menunjukkan pertumbuhan paling cepat. Saat ini tercatat sekitar 2,4 miliar orang di wilayah Asia menggunakan ponsel, dan diperkirakan akan tumbuh menjadi 2,9 miliar pada tahun 2017.

Sebelumnya pada awal tahun ini PBB juga merilis sebuah laporan yang cukup mengejutkan dan juga cukup menggelitik. Karena menurut lembaga dunia itu, saat ini lebih banyak orang yang memiliki ponsel daripada akses toilet bersih.

PBB merilis hanya 4,5 miliar orang dari 7 miliar populasi global yang memiliki akses toilet bersih. Angka ini terpaut cukup jauh jika dibandingkan dengan 6 miliar orang yang memiliki akses ponsel.

Berikut ini grafik perhitungan yang dirilis Statista untuk membandingkan tingkat penetrasi ponsel di tahun 2013 hingga perkiraan tahun 2017 untuk wilayah yang berbeda di seluruh dunia:

Statistik pengguna ponsel

 

BlackBerry 10 Kurang Laku karena Minim Aplikasi

0
ilustrasi
ilustrasi

Jakarta – Krisis keuangan yang menerpa BlackBerry telah membuat produsen ponsel asal Kanada itu limbung. Dalam laporan terbarunya, BlackBerry menyatakan bahwa kerugian mereka di tahun fiskal 2014 diperkirakan mencapai USD400 juta. Angka ini jauh melebihi estimasi sebelumnya yang hanya USD100 juta.

Beberapa pekan lalu, BlackBerry juga telah merilis perkiraan kerugian perusahaan yang nyaris mencapai USD 1 miliar. Saat itu BlackBerry “mengkambinghitamkan” jebloknya pendapatan mereka akibat buruknya penjualan handset BlackBerry Z10.

Namun kali ini BlackBerry tak hanya menyebut Z10 sebagai biang kerok menurunnya penjualan mereka, tetapi juga mengeluhkan penjualan perangkat BlackBerry 10 yang tidak sesuai harapan.

Seperti dilaporkan The Verge, Jumat (4/10), dari 5,9 juta ponsel BlackBerry yang terjual diantara Juni sampai akhir Agustus, ternyata 4,2 juta diantaranya masih menjalankan BlackBerry 7.

Data tersebut menunjukan bahwa sejatinya handset BlackBerry 10 kurang laku di pasaran. Menurut analisa BlackBerry, perangkat BlackBerry 10 kurang laku karena tidak banyak menyediakan aplikasi seperti pada iOS dan Android.

Selain itu, dampak semakin banyaknya perangkat Android murah yang membanjiri pasar di sejumlah negara berkembang, seperti di Asia dan Afrika yang selama ini jadi basis penjualan BlackBerry.

Kini BlackBerry berharap pembelian senilai USD 4,7 miliar dari sebuah konsorsium asal Kanada bernama Fairfax Financial Holdings bisa mengangkat performa bisnis mereka di pasar smartphone global yang tengah jeblok.[HBS]

 

Menkominfo Tinjau Kesiapan XL di APEC

0
Menkominfo mencoba jaringan 4G LTE XL di APEC
Menkominfo mencoba jaringan 4G LTE XL di APEC

Nusa Dua –  Di sela-sela berlangsungnya acara KTT APEC 2013 di Bali, Menkominfo Tifatul Sembiring meninjau kesiapan booth XL di Bali Nusa Dua Convention Center, tempat berlangsungnya acara yang dihadiri ribuan delagasi dari berbagai negara itu.

XL sendiri telah ditunjuk sebagai mitra pemerintah untuk menyediakan sejumlah fasilitas telekomunikasi dan pendukung lainnya untuk melayani kebutuhan berbagai pihak yang terkait dengan hajatan besar tersebut.

Pada kesempatan tersebut Presiden Direktur XL Hasnul Suhaimi bersama Menkominfo, Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kemenkominfo M. Budi Setiawan, Dirjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika Syukri Batubara berkesempatan mencoba layanan XL 4G LTE.

Menurut Direktur Service Management XL Ongki Kurniawan, untuk keperluan KTT APEC, secara khusus XL telah meningkatkan kapasitas jaringan di beberapa lokasi yang akan mendukung APEC.

“Khusus di area Nusa Dua, XL telah menyiagakan 45 BTS 2G dan 51 BTS 3G. Area Nusa Dua ini juga telah secara full ter-cover 3G,” kata Ongky dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (4/10).

Selain tempat konferensi, lanjut Ongky, di kawasan ini XL juga meningkatkan coverage di hotel-hotel yang menjadi tempat menginap terkait APEC. XL juga menambah kapasitas jaringan 2G dan 3G yang sudah ada, serta menambah kapasitas transmisi. [HBS]

 

Canon EOS 70D, Kamera DSLR yang Bisa Diremote

0
Canon EOS 70D
Canon EOS 70D

Jakarta – Terobosan baru dalam teknologi kamera smartphone terus meningkat. Meski begitu, teknologi jenis DSLR (digital single lens reflex) tidak lantas ditinggalkan. Canon merupakan salah satu produsen kamera yang aktif melakukan pengembangan.

Pabrikan kamera asal Jepang ini dikabarkan telah berhasil mengembangkan teknologi Dual Pixel CMOS AF System, dalam produk terbarunya EOS 70D. Teknologi yang ditempatkan pada desain sensor CMOS terbaru ini menggunakan dua fotodiode di setiap piksel sensor.

“Teknologi baru yang terdapat di Canon EOS 70D akan memberikan pengalaman baru bagi para fotografer yang menjadikan kegiatan pemotretan foto maupun pengambilan video berkualitas tinggi begitu nyaman dan mudah dilakukan,” jelas Merry Harun, Canon Division Director, PT Datascrip dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (4/10).

Canon EOS 70D memiliki resolusi sensor setinggi 20,2 megapiksel dan dipadukan dengan prosesor gambar DIGIC 5+, sekaligus dilengkapi dengan 19 titik fokus yang semuanya jenis cross type untuk menghasilkan kinerja pengambilan foto dan video berkualitas.

Kemampuan pemotretannya mampu mengambil kecepatan beruntun hingga tembakan 7 fps sekaligus. Memiliki jangkauan ISO yang luas, mulai dari ISO 100 hingga 12.800 yang dapat ditingkatkan menjadi 25.600. Sehingga membantu pengambilan gambar di segala kondisi pencahayaan, tanpa bantuan flash atau lampu penerangan tambahan.

Selain itu, Canon juga melengkapi layar EOS 70D dengan teknologi layar sentuh yang responsif untuk memberikan kemudahan pengoperasian. Bahkan, teknologi sentuh dapat juga dimaksimalkan untuk memilih dan memindahkan fokus pada obyek.

Untuk konektivitasnya, Canon EOS 70D dilengkapi dengan konektivitas Wi-Fi.  Dengan tambahan aplikasi EOS Remote app yang diinstal ke dalam perangkat tablet atau smartphone berbasis iOS atau Android.

“Kamera ini sangat manarik, karena memungkinkan pengguna untuk mengoperasikan kamera dari jarak jauh dengan tampilan bidikan kamera yang terlihat jelas pada layar gadget,” jelasnya.

Untuk harganya, Canon EOS 70D dibanderol seharga Rp 12,3 jutaan. Sedangkan lensa yang dijual terpisah dibanderola dengan harga 14 jutaan untuk lensa 18-55 mm, dan Rp 16,8 jutaan untuk lensa dengan panjang 18-135mm.[WNH/HBS]

 

Toshiba Kembangkan Transferjet untuk Transfer Video 1080p

0
Toshiba Transferjet
Toshiba Transferjet

Jakarta – Proses transfer file menjadi lebih praktis berkat adanya teknologi NFC. Namun, bagaimana dengan smartphone yang tidak dibekali dengan teknologi ini? Toshiba coba memberikan solusinya dengan menciptakan TransferJet sebagai adaptor untuk mentransfer file dengan mudah.

Teknologi yang Toshiba kembangkan ke dalam TransferJet memungkinkan penggunanya untuk mentransfer film Full HD dalam sekejap mata ke perangkat lain.

Dikutip telsetNews dari PhoneArena, Jumat (4/10), Transferjet bisa dipasangkan pada perangkat Android untuk mengirim data sampai kecepatan 560 Mbps. Secara teoritis, TransferJet sanggup mengirimkan dua kali lipat lebih cepat dibandingkan kecepatan WiFi Direct.

Di saat yang sama, Toshiba juga mengklaim bahwa TransferJet mengonsumsi daya yang lebih kecil dibandingkan mentransfer dari Bluetooth. Yang diperlukan untuk mentrasmisi dan menerima file adalah mendekatkan perangkat yang satu dengan yang lain.

Sepasang adaptor kecil ini tersedia dengan harga USD 100. Tetapi dimasa yang akan datang, chip Transfer Jet akan ditanamkan ke dalam smartphone, tablet, dan perangkat lainnya untuk menyaingi kecepatan koneksi kabel.

Perusahaan elektronik raksasa asal Jepang ini juga berencana membuat smartphone yang akan disematkan chip ini di tahun depan.[LKH/HBS]

 

 

2015, Adopsi Cloud Computing di Indonesia Tumbuh 70%

0
Ilustrasi
Ilustrasi

Jakarta – Bisnis dan investasi di bidang TI sangat berkaitan erat dengan kurs nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Sosialisasi cloud computing dan pemanfaatannya merupakan potensi bisnis di saat krisis nilai tukar.

Sejatinya cloud computing mulai popular di Indonesia pada 2010. Bahkan secara tidak langsung, teknologi cloud computing telah digunakan jauh sebelumnya di Indonesia.

“Contohnya beberapa platform social media dan online game di Indonesia, sudah mengadaptasi sistem cloud computing,” kata Adi Kusma President Director PT Supra Primatama Nusantara, penyedia layanan Biznet Networks dalam keterangannya kepada telsetNews di Jakarta, Jumat (4/10).

Adi memperkirakan di masa mendatang akan semakin banyak perusahaan dan konsumen yang menggunakan layanan cloud computing. Terlebih dengan semakin banyaknya pengguna ponsel pintar dan komputer tablet di Indonesia.

Worldwide Partner Conference yang beberapa pekan lalu diselenggarakan di Houston, Texas, AS, menyebut hasil riset Microsoft mengenai perkembangan dan keuntungan yang dapat diraih dari cloud computing.

Riset tersebut menyatakan cloud computing berpotensi menghasilkan profit 1,6 kali lebih besar dibanding cara konvensional seperti menyimpan dalam data storage, serta mampu meningkatkan bisnis hingga 2,4 kali lebih cepat.

Diprediksi pada tahun 2015 terdapat 915 jenis pekerjaan baru yang berhubungan dengan cloud computing. Pada tahun ini, cloud computing di Indonesia tumbuh 70% dibanding tahun 2012, kebanyakan dari mereka adalah perusahaan dan pebisnis.

Biznet sendiri merupakan salah satu vendor yang aktif mulai mengembangkan bisnis cloud di Indonesia. Sejak diluncurkan tahun 2010 jumlah pelanggan Biznet Cloud semakin bertambah jumlahnya.

Beberapa diantaranya seperti Startup company, perusahaan UKM, content provider, airlines dan e-commerce  mempercayakan datanya pada layanan Biznet Cloud.

Adapun layanan Biznet Cloud Server dengan kapasitas terendah saat ini adalah memori 1 Gigabyte (GB) dan 100 GB storage dengan tarif Rp 2,25 juta per bulan dan yang terbesar adalah memori 32 Gigabyte (GB) dan 100 GB storage dengan tarif Rp 14,5 juta per bulan.

Sebagai informasi, cloud computing atau komputasi awan adalah gabungan pemanfaatan teknologi komputer (komputasi) dan pengembangan berbasis Internet (awan). Teknologi ini merupakan layanan hosting berbasis virtualisasi, yang memungkinkan akses data dari manapun, termasuk melalui Internet publik.

Cloud dapat menyimpan big data, baik enterprise data (data klien, produk, transaksi perdagangan) maupun sosial data seperti konten, teks, audio, video, dan gambar, bercampur menjadi satu. Sehingga membuat perusahan dan UKM dapat menyimpan data mereka tanpa harus membeli server atau infrastruktur TI yang mahal.[HBS]

 

Cloud Computing Tekan Anggaran Belanja TI

0
President Director Biznet Networks, Adi Kusma
President Director Biznet Networks, Adi Kusma

Jakarta – Melemahnya nilai tukar rupiah saat ini terhadap dolar Amerika Serikat (AS), berdampak negatif terhadap industri teknologi informasi (TI) di Indonesia. Alhasil, berdampak pada semakin beratnya perusahaan, khususnya UKM, dalam membangun infrastruktur TI.

Bisnis dan investasi di bidang TI sangat berkaitan erat dengan kurs nilai tukar rupiah terhadap dolar, sehingga mengakibatkan nilai beli perangkat dan infrastruktur TI pun meninggi.

Imbasnya, belanja modal alias capital expenditure (Capex) yang dikeluarkan perusahaan dan usaha kecil menengah (UKM) dalam menggunakan produk TI kian membesar.

Namun menurut Adi Kusma President Director PT Supra Primatama Nusantara, penyedia layanan Biznet Networks, bahwa kondisi ini bukan tidak bisa disiasati. Teknologi cloud computing disebutnya dapat menjadi solusi bagi perusahaan dan UKM dalam menggunakan teknologi informasi.

“Dalam situasi saat ini (depresiasi rupiah), cloud computing bisa menjadi solusi dalam menekan angka Capex. Karena pembelian infrastruktur TI sangat dipengaruhi kurs dolar,” ujar Adi dalam keterangannya kepada telsetNews, Jumat (4/10).

Adi memperkirakan di masa mendatang akan semakin banyak perusahaan dan konsumen yang menggunakan layanan cloud computing. Terlebih dengan semakin banyaknya pengguna ponsel pintar dan komputer tablet di Indonesia.

Sebagian besar dari mereka akan memilih provider yang mampu mengakomodasi kebutuhan end to end, dari perangkat sampai infrastruktur. Dan yang paling penting adalah isu keamanan data user. Biznet merupakan salah satu vendor yang aktif mulai mengembangkan bisnis cloud.

Dia bahkan mengklaim Biznet Cloud merupakan pilihan yang tepat. Pasalnya, sebagai salah satu mereka memberi penambahan tools disisi firewall, untuk meningkatkan sistem keamanan.

Adapun layanan Biznet Cloud Server dengan kapasitas terendah saat ini adalah memori 1 Gigabyte (GB) dan 100 GB storage dengan tarif Rp 2,25 juta per bulan dan yang terbesar adalah memori 32 Gigabyte (GB) dan 100 GB storage dengan tarif Rp 14,5 juta per bulan.

“Apabila kapasitas yang diperlukan lebih besar dari yang telah disediakan, sistem Biznet Cloud dapat dikonfigurasi sesuai dengan kebutuhan pelanggan,” paparnya.

Dia mengungkapkan, sejak diluncurkan tahun 2010 jumlah pelanggan Biznet Cloud semakin bertambah jumlahnya. Beberapa diantaranya seperti Startup company, perusahaan UKM, content provider, airlines dan e-commerce  mempercayakan datanya pada layanan tersebut. [HBS]

 

 

 

Pertahankan Market Leader Android, Samsung Makin Inovatif

0

IMG_7534

Jakarta – Samsung berusaha untuk tetap mempertahankan posisinya sebagai market leader dalam  pasar smartphone Android di Indonesia. Menurut Andre  Rompis, Vice President IM Business PT Samsung Electronics Indonesia, pihaknya terus mempelajari keinginan konsumen terhadap sebuah produk smartphone.

“ Samsung juga berusaha untuk terus memberikan pelayanan yang terbaik kepada konsumen, baik dari sisi distribusi maupun dari sisi after sales,” ujar Andre kepada Telsetnews (04/10/2013). Dalam acara peresmian Samsung Experiential Store di, Lotte Mart Avenue, Ciputra World, Jakarta Selatan.

Kehadiran Samsung Experiential Store yang bekerjasama dengan Erajaya Group, juga menjadi salah satu strategi Samsung untuk mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar smartphone-ya.

Di outlet yang cukup nyaman, pengunjung bisa mengenal lebih jauh berbagai keunggulan produk Samsung melalui live demo unit yang lengkap. Sebelum mereka memutuskan membeli jenis produk yang akan digunakan,” sekarang ini tersedia 110 outlet Samsung Experiential Store yang tersebar di berbagai kota di seluruh Indonesia,” jelas Andre.

Sedangkan bagi Erajaya Group, kehadiran Samsung Experiential Store menjadi sangat penting, untuk meningkatkan penetrasi penjualan. “Karena dari bisnis handset, kami mematok target Rp 3 Trilyun,” jelas Djatmiko Wardojo, Director Marketing & Communication Erajaya Group.

Erajaya berharap para pengunjung Mall Ciputra World Avenue dapat terlayani dengan kehadiran Samsung Experiential Store. Jika melihat kondisi Mall nya sendiri, yang diperuntukkan bagi kalangan kelas menengah ke atas.  Djatmiko optimis, mereka akan membeli produk-produk Samsung, lantaran para pengunjung mall tergolong kalangan yang tidak terlalu sensitif dengan harga. ( Azis)

 

 

 

Samsung ‘Manipulasi’ Score Benchmark Galaxy Note 3?

0
Hasil benchmark Galaxy Note 3
Hasil benchmark Galaxy Note 3

Jakarta – Samsung kembali dilaporkan menggunakan metode khusus untuk menggeber score benchmark tinggi untuk phablet terbarunya, Galaxy Note 3 versi Snapdragon 800.

Trik seperti yang digunakan Samsung ini juga pernah dilaporkan beberapa bulan lalu  untuk meningkatkan nilai benchmark pada perangkatnya Galaxy S4 yang menggunakan chip Exynos.

Samsung telah melakukan pengujian terhadap Galaxy Note 3 (versi AS) dan LG G2 yang sama-sama menggunakan prosesor Snapdragon 800 2,3GHz. Hasilnya, meski menggunakan chipset yang sama, namun Galaxy Note 3 berhasil mencatatkan score benchmark yang lebih tinggi.

Dan seperti dilaporkan CNET, Jumat (4/10), situs Ars Technica melaporkan bahwa Samsung menggunakan metode yang mirip dengan Galaxy S4 versi internasional. Pada beberapa aplikasi benchmark populer, CPU Galaxy Note 3 dipacu dengan metode khusus.

Dari hasil tweak tersebut, kinerja smartphone tercatat meningkat setidaknya 20% di aplikasi benchmark. Diduga juga Samsung melakukan tweak serupa untuk meningkatkan score dari pengolah grafis GPU (Graphic Processing Unit).

Dalam hasil analisanya, ditemukan sebuah file bernama “DVFSHelper.java”, yang didalamnya terdapat kode fungsi yang memungkinkan perangkat melakukan boosting CPU.

Di file tersebut, fungsinya diperuntukan khusus untuk benchmarking, dan umumnya aplikasi benchmark populer. Disebutkan pula bahwa Galaxy Note 3 versi Snapdragon 800 ini merupakan perangkat pertama di AS yang menggunakan metode ini.

Beberapa aplikasi benchmark yang disebutkan diantaranya adalah Quadrant, AnTuTu, Linpack, GFXBench, dan beberapa aplikasi benchmark milik Samsung lainnya.

Menanggapi tudingan tersebut, vendor asal Korea Selatan ini segera mengeluarkan jurus mengelaknya, dengan mengatakan metode yang mereka gunakan itu bukanlah sebuah usaha untuk memanipulasi hasil atau melebih-lebihkan sebuah skor benchmark.

”Galaxy Note 3 mampu memaksimalkan tingkat frekuensi CPU/GPU di dalamnya ketika menjalankan fitur-fitur yang memang mutlak membutuhkan dorongan performa ekstra,” kata salah satu perwakilan Samsung kepada CNET.

“Hal ini bukanlah sebuah usaha untuk memanipulasi hasil atau melebih-lebihkan sebuah skor benchmark (via aplikasi tertentu). Kami terus berkomitmen untuk memberikan yang terbaik bagi para pelanggan kami,” sambungnya lagi.[HBS]