Beranda blog Halaman 128

WhatsApp Luncurkan Writing Help, Fitur AI dengan Privasi Maksimal

0

Telset.id – Pernahkah Anda merasa kesulitan mencari kata-kata yang tepat saat mengirim pesan di WhatsApp? Entah itu untuk menyampaikan sesuatu yang profesional, lucu, atau sekadar memberikan dukungan. Kini, WhatsApp menghadirkan solusi cerdas yang mungkin akan mengubah cara Anda berkomunikasi.

WhatsApp secara resmi meluncurkan fitur baru bernama Writing Help, sebuah alat bantu menulis yang didukung kecerdasan buatan (AI). Fitur ini dirancang untuk membantu pengguna menyempurnakan pesan mereka dengan saran penyusunan kalimat yang lebih baik. Namun, yang membuatnya istimewa adalah janji privasi yang diusungnya—sesuatu yang sering menjadi kekhawatiran banyak orang ketika berbicara tentang AI.

Dengan Writing Help, Anda bisa mendapatkan alternatif kalimat yang sesuai dengan nuansa yang diinginkan: profesional, lucu, atau suportif. Cukup ketuk ikon pensil saat sedang menyusun pesan di obrolan pribadi atau grup, dan WhatsApp akan menawarkan beberapa pilihan. Anda bebas memilih salah satu saran, mengeditnya, atau tetap menggunakan kata-kata sendiri.

Pertanyaan besar yang mungkin langsung terlintas: apakah pesan kita benar-benar aman? WhatsApp menjawab tegas: iya. Writing Help bekerja dengan teknologi Private Processing, yang memungkinkan Meta AI memberikan saran tanpa WhatsApp atau Meta melihat konten pesan Anda. Artinya, privasi tetap terjaga, bahkan ketika AI sedang bekerja.

Untuk memastikan keamanan sistem ini, WhatsApp bekerja sama dengan pakar keamanan independen. Audit dari NCC Group dan Trail of Bits telah mengonfirmasi bahwa desain sistem ini aman. Bagi yang penasaran dengan detail teknisnya, Meta telah mempublikasikan blog teknikal dan whitepaper yang menjelaskan cara kerja Private Processing dan bagaimana teknologi ini mendukung fitur seperti Writing Help dan Message Summaries.

Yang perlu ditekankan, fitur ini sepenuhnya opsional. Writing Help tidak aktif secara default—Anda yang memutuskan apakah ingin menggunakannya atau tidak. Saat ini, Writing Help tersedia dalam bahasa Inggris dan diluncurkan terbatas di Amerika Serikat serta beberapa negara lainnya. Rencananya, WhatsApp akan menambahkan dukungan untuk lebih banyak bahasa dan wilayah dalam tahun ini.

Selain Writing Help, WhatsApp juga memperkenalkan sejumlah pembaruan untuk fitur panggilan grup. Kini, pengguna dapat menjadwalkan panggilan dengan mengirim undangan, mengelola peserta, menautkan kalender, dan menerima notifikasi sebelum panggilan dimulai. Fitur baru seperti “mengangkat tangan” atau mengirim reaksi selama panggilan juga tersedia. Pembuat tautan panggilan akan mendapat notifikasi ketika seseorang bergabung. Yang terpenting, semua panggilan tetap dienkripsi end-to-end, menjaga keamanan percakapan.

Bagi para pelaku UMKM, fitur-fitur baru WhatsApp ini bisa menjadi alat yang sangat berguna untuk meningkatkan komunikasi bisnis. Seperti yang pernah kami bahas dalam artikel tentang WhatsApp Business untuk UMKM, platform ini terus berinovasi untuk memenuhi kebutuhan penggunanya.

WhatsApp juga terus menyempurnakan pengalaman pengguna dengan fitur-fitur praktis, seperti kemampuan menyimpan draf pesan yang belum selesai—seperti yang dijelaskan dalam panduan cara menggunakan fitur draf WhatsApp. Ditambah lagi, dengan hadirnya fitur voice chat di grup—seperti yang kami ulas dalam tutorial menggunakan voice chat WhatsApp—platform ini semakin lengkap sebagai alat komunikasi serba bisa.

Dengan kombinasi fitur AI yang cerdas dan komitmen terhadap privasi, WhatsApp tampaknya sedang membawa obrolan sehari-hari ke level yang lebih tinggi. Apakah Anda siap mencoba Writing Help saat sudah tersedia di Indonesia?

Efisiensi dalam Satu Lipatan: 5 Alasan Memilih Galaxy Z Fold7

0

Telset.id – Dalam lima hari perjalanan menelusuri Singapura dan Johor Bahru, saya membuat keputusan paling radikal: meninggalkan laptop, kamera, dan tablet di rumah.

Bukan untuk bersantai, justru sebaliknya. Perjalanan ini adalah eksperimen—bisakah satu perangkat, Samsung Galaxy Z Fold7, menggantikan tiga alat utama yang biasanya saya andalkan?

Setelah puluhan ribu langkah, ratusan foto, naskah yang ditulis, dan konten yang diedit langsung di tengah jalanan kota, jawabannya jelas: bisa. Bahkan, Galaxy Z Fold7 dengan Gemini AI tidak hanya mampu menggantikan semuanya, tapi membuat pekerjaan terasa lebih praktis, cepat, dan intuitif.

Berikut lima alasan mengapa, dalam pengalaman nyata saya, Galaxy Z Fold7 dengan Gemini AI layak dijadikan pengganti kamera, laptop, dan tablet Anda—terutama saat bepergian.

1. Multitasking Lebih Cerdas dengan Layar Besar & AI Intuitif

Layar utama 8 inci Dynamic AMOLED 2X pada Galaxy Z Fold7 bukan sekadar luas, tapi juga terintegrasi dengan berbagai fitur AI yang membuat multitasking jadi lebih fungsional.

Saya bisa menulis artikel di Google Docs sambil membuka referensi di browser dan berdiskusi dengan editor lewat WhatsApp, semuanya di satu layar. Gemini AI membantu menyarankan kalimat, merapikan teks, bahkan mentranskrip rekaman wawancara langsung.

Fitur split screen dan drag-and-drop berpadu dengan AI intuitif membuat pekerjaan yang biasanya memerlukan laptop, kini bisa selesai hanya dengan smartphone lipat ini.

2. Gemini Live Share Screen di Layar Besar

Pernah menonton video, membaca artikel, atau melihat gambar lalu ingin tahu detailnya lebih dalam? Dengan Gemini Live di Galaxy Z Fold7, saya cukup melakukan share screen di layar besar dan langsung bertanya.

Saat menonton dokumenter sejarah di hotel, saya membagi layar: sebelah kiri menayangkan videonya, sebelah kanan terbuka Gemini Live yang siap menjawab pertanyaan atau memberikan referensi tambahan. Semua berlangsung real time, tanpa harus berhenti atau berganti perangkat.

3. Kamera 200MP yang Didukung Gemini AI

Kamera 200MP Galaxy Z Fold7 sudah mumpuni untuk memotret siang maupun malam, tapi keunggulannya semakin terasa saat dipadukan dengan Gemini AI.

Misalnya, ketika saya memotret mural tua di Johor Bahru, saya membuka kamera di sisi kanan layar dan Gemini Live di sisi kiri. Sambil mengambil foto, saya bisa bertanya tips komposisi atau teknik fotografi langsung ke AI—bahkan mendapat saran angle yang lebih menarik sebelum memotret.

ProVisual Engine dan Nightography bekerja otomatis mengoptimalkan hasil, sementara Gemini AI menjadi partner kreatif yang selalu siap memberi inspirasi.

4. Performa Tangguh, Bodi Tipis & Ringan, Plus AI untuk Gaming

Dengan bobot hanya 215 gram dan ketebalan 8,9 mm, Galaxy Z Fold7 nyaman dibawa ke mana saja—termasuk untuk sesi gaming santai di sela perjalanan.

Layar besar memungkinkan saya bermain game dengan visual luas, sambil membuka Gemini AI di sisi lain layar untuk mencari tips, strategi, atau cheat legal tanpa harus keluar dari permainan.

Performa Snapdragon terbaru memastikan game berjalan mulus, sementara AI membantu saya memahami mekanik permainan atau mencari solusi saat stuck di level tertentu.

5. AI dan Baterai yang Mengerti Gaya Hidup Saya

Gemini AI di Fold7 terasa seperti asisten pribadi yang tahu kapan saya butuh bantuan. Saat memotret makanan khas Johor, saya tinggal lingkari di layar dan bertanya: “Ini makanan apa?”—jawaban lengkap langsung muncul, lengkap dengan rekomendasi tempat lain yang menyajikan menu serupa.

Baterai 4.400 mAh bertahan dari pagi hingga malam meski dipakai untuk foto, menulis, edit, browsing, dan video call. Fast charging 25W mengisi 50% daya hanya dalam 30 menit—cukup untuk lanjut berkegiatan.

Kesimpulan: Lebih dari Sekadar Smartphone

Perjalanan lima hari ini membuktikan bahwa Samsung Galaxy Z Fold7 dengan Gemini AI bukan perangkat tambahan, tapi solusi produktivitas mobile yang sesungguhnya. Dari multitasking cerdas, pencarian informasi instan, fotografi kreatif, hingga hiburan, semua bisa dilakukan dalam satu lipatan.

Bagi traveler, content creator, digital nomad, atau profesional yang ingin tetap produktif tanpa ribet, Fold7 bukan sekadar pilihan—ia adalah jawaban.

 

Google Gemini di Galaxy Foldable dan Watch8 Jadi Travel Companion Terbaik

0

Telset.id – Samsung menghadirkan Google Gemini di Galaxy Z Fold7, Z Flip7, dan Galaxy Watch8 Series sebagai travel companion terbaik berkat integrasi kecerdasan buatan yang memudahkan perencanaan perjalanan hingga pengambilan konten. Peluncuran ini menjawab kebutuhan traveler modern akan perangkat yang praktis dan canggih untuk menunjang liburan.

Menurut Ilham Indrawan, MX Product Marketing Senior Manager Samsung Electronics Indonesia, kombinasi Galaxy Ecosystem terkini menjadikan perangkat ini sebagai pendamping sempurna untuk perjalanan yang praktis dan menyenangkan. “Dengan Gemini Live, membuat itinerary jadi lebih mudah hanya dengan prompt sederhana,” ujarnya.

Pengguna Galaxy Z Fold7 dapat memanfaatkan layar besar untuk pengalaman split screen multitasking dengan Gemini. Fitur ini memungkinkan penyusunan draft itinerary sambil bertanya ke asisten AI secara seamless, tanpa perlu membuka-tutup aplikasi berulang kali.

Kemudahan Perencanaan Perjalanan dengan Gemini

Google Gemini di perangkat Galaxy memungkinkan pembuatan itinerary lengkap dengan cara praktis. Pengguna dapat melakukan side-by-side multitasking, seperti browsing destinasi di satu window sambil membuka video review di window lainnya. Kemampuan ini membantu menentukan tempat wisata, restoran, hingga spot belanja terbaik dengan efisien.

Fitur Gemini Live Screen Sharing memungkinkan pengguna mencari informasi dari video traveling di platform seperti Instagram, TikTok, atau YouTube. Cukup dengan perintah sederhana, pengguna dapat mengetahui jam buka, rute terbaik, hingga tips berkunjung ke destinasi yang ditampilkan dalam video.

Bagi yang mengalami kesulitan menyusun rencana perjalanan, Gemini Live siap membantu dengan memberikan itinerary lengkap berdasarkan tujuan, durasi liburan, preferensi kegiatan, makanan, dan budget. Pengguna bahkan dapat meminta Gemini berperan sebagai travel agent dan menyajikan itinerary dalam format tabel yang terorganisir.

Kemampuan Fotografi dan Konten Creation Unggulan

Selain membantu perencanaan, Galaxy Z Fold7 dan Z Flip7 dilengkapi kemampuan fotografi canggih untuk mengabadikan momen liburan. Galaxy Z Fold7 memiliki kamera 200MP yang menghasilkan foto dan video tajam dalam berbagai kondisi, termasuk low light. Kemampuan point and shoot memungkinkan pengambilan foto portrait yang siap diunggah ke media sosial tanpa editing intensif.

Galaxy Z Flip7 menawarkan keunggulan melalui FlexCam yang memudahkan pembuatan konten traveling. Pengguna dapat memegang perangkat seperti handycam untuk merekam vlog dengan posisi nyaman, atau menaruhnya di berbagai permukaan untuk membuat video outfit check tanpa tripod.

Kecerdasan Gemini dan Galaxy AI semakin menyempurnakan hasil kamera dengan fitur seperti Generative Edit yang dapat menghapus keramaian dalam foto, serta Audio Eraser yang memfilter suara tidak diinginkan dalam video vlog. Gemini juga dapat memberikan inspirasi konten, angle menarik, hingga ide OOTD untuk kebutuhan konten kreatif.

Integrasi Google Gemini tidak hanya terbatas pada smartphone. Kehadiran Gemini di berbagai platform kini meluas ke Galaxy Watch8 Series, menjadikan smartwatch sebagai personal assistant terdekat selama traveling.

Dalam situasi dimana tangan pengguna penuh dengan barang bawaan atau menghadapi medan menantang seperti hiking, Galaxy Watch8 Series memungkinkan akses navigasi dan informasi melalui perintah suara tanpa perlu mengeluarkan smartphone. Fitur Gemini Live di pergelangan tangan memastikan kemudahan akses informasi kapanpun dibutuhkan.

Galaxy Z Fold7 hadir di Indonesia dalam tiga varian: 16GB/1TB (Rp34.999.000), 12GB/512GB (Rp31.499.000), dan 12GB/256GB (Rp28.499.000) dengan pilihan warna Blue Shadow, Silver Shadow, Jetblack, dan Mint (online exclusive). Galaxy Z Flip7 tersedia dalam 12GB/512GB (Rp19.999.000) dan 12GB/256GB (Rp17.999.000) dengan warna Blue Shadow, Jetblack, Coral-red, dan Mint.

Galaxy Watch8 Series melengkapi ekosistem dengan Galaxy Watch8 harga Rp5.499.000 (40mm) dan Rp5.999.000 (44mm) dalam warna Graphite dan Silver. Galaxy Watch8 Classic hadir dalam ukuran 46mm dengan warna Black dan White seharga Rp6.999.000.

Samsung menawarkan promo spesial hingga 15 September 2025 berupa trade-in/purchase with purchase senilai Rp2 juta, cashback bank Rp1 juta, serta proteksi layar hingga 2 tahun. Kemampuan editing gambar Gemini semakin melengkapi pengalaman pengguna dalam menciptakan konten traveling yang menarik.

Perkembangan integrasi AI dalam perangkat mobile terus menunjukkan tren positif, dimana kolaborasi antara platform berbeda semakin memudahkan kehidupan digital pengguna. Kehadiran Gemini di ekosistem Samsung memperkuat posisi perusahaan dalam menghadirkan solusi teknologi yang relevan dengan kebutuhan kontemporer.

Vivo V60 Resmi Dirilis: Festival Phone dengan Kamera Pro dan Baterai Jumbo

0

Telset.id – Apakah Anda mencari smartphone midrange yang tidak hanya tampil elegan, tetapi juga siap menemani setiap momen festival dan aktivitas harian? Vivo menjawab kebutuhan itu dengan meluncurkan Vivo V60, ponsel yang dibanderol mulai dari Rp6,999 juta. Ponsel ini tidak sekadar upgrade biasa; ia hadir dengan tagline “the new festival phone” yang dirancang khusus untuk generasi muda Indonesia.

Alexa Tiara, PR Manager Vivo Indonesia, dengan bangga memperkenalkan Vivo V60 dalam acara peluncuran di Jakarta. “Kami mendesain V60 untuk meningkatkan pengalaman festival Anda, memotret lebih dekat dari kejauhan, dan membagikan kebahagiaan,” ujarnya. Pernyataan ini bukan sekadar jargon pemasaran, melainkan janji yang didukung oleh serangkaian fitur unggulan, mulai dari kamera Zeiss hingga baterai berkapasitas besar.

Vivo V60 tidak hanya menawarkan performa tangguh berkat chipset Snapdragon 7 Gen 4, tetapi juga menghadirkan inovasi di bidang fotografi dengan kamera telefoto 50MP. Ditambah desain yang ramping dan tahan air, ponsel ini siap menjadi pendamping setia baik di tengah keramaian festival maupun dalam keseharian.

Desain dan Tampilan yang Memikat

Vivo V60 hadir dengan bodi curve yang elegan, dengan dimensi 163.53 × 76.96 × 7.65 mm dan bobot sekitar 200 gram. Ponsel ini ditawarkan dalam tiga pilihan warna yang catchy: Festive Purple (ungu), Dancing Blue (biru), dan Spotlight Gray (abu-abu). Setiap warna mencerminkan semangat festival dan kebahagiaan, sesuai dengan positioning produk sebagai “the new festival phone”.

Content image for article: Vivo V60 Resmi Dirilis: Festival Phone dengan Kamera Pro dan Baterai Jumbo

Layar AMOLED 6,77 inci dengan resolusi 2392 x 1080 piksel dan refresh rate hingga 120Hz menjamin pengalaman visual yang mulus dan nyaman. Dengan tingkat kecerahan maksimal 5.000 nits dan dukungan P3 wide color gamut, tampilan layar tetap jernih bahkan di bawah terik matahari—sangat cocok untuk digunakan dalam berbagai kondisi festival outdoor.

Performa Tangguh dengan Snapdragon 7 Gen 4

Di balik bodi yang ramping, Vivo V60 ditenagai oleh chipset Snapdragon 7 Gen 4—sebuah lompatan signifikan dari generasi sebelumnya. Chipset ini tidak hanya meningkatkan kecepatan pemrosesan, tetapi juga membawa kemampuan AI yang 65% lebih powerful. Hasil pengujian internal Vivo menunjukkan skor AnTuTu mencapai 1.038.000, angka yang impresif untuk segmen midrange.

Dukungan RAM hingga 12GB dan memori internal hingga 512GB memastikan multitasking lancar tanpa lag. Baik Anda membuka banyak aplikasi sekaligus, bermain game, atau mengedit video, Vivo V60 siap menangani semuanya dengan mudah. Untuk mengetahui lebih detail tentang keunggulan Snapdragon 7 Gen 4, simak ulasan lengkapnya di sini.

Kamera Pro Hasil Kolaborasi dengan Zeiss

Fitur unggulan Vivo V60 terletak pada sistem kameranya. Kolaborasi dengan Zeiss menghasilkan triple camera setup yang terdiri dari kamera utama Sony IMX 882 50MP dengan OIS, kamera telephoto 50MP, dan kamera ultra-wide 8MP. Kamera telephoto 50MP memungkinkan Anda mengambil foto jarak jauh dengan hasil yang tetap jernih dan detail, sangat berguna untuk mengabadikan momen di tengah keramaian festival.

Di bagian depan, kamera selfie 50MP dengan autofokus siap membantu Anda menghasilkan potret yang tajam. Fitur AI imaging, seperti efek 4 musim, menambah kreativitas dengan menyesuaikan latar foto sesuai musim yang dipilih. Dengan kombinasi ini, Vivo V60 tidak hanya sekadar ponsel, tetapi juga alat kreatif yang powerful. Untuk eksplorasi lebih dalam tentang kemampuan kameranya, baca artikel terkait.

Baterai Jumbo dan Fitur Charging Cerdas

Vivo V60 dibekali baterai 6.500 mAh yang didukung pengisian cepat 90W. Berkat teknologi Bluevolt, baterai berkapasitas besar ini tetap bisa dimasukkan ke dalam bodi yang tipis. Dengan daya tahan baterai ini, Anda bisa merekam video 4K hingga 6 jam, scrolling media sosial selama 15 jam, atau menggunakan navigasi hingga 9 jam—cukup untuk seharian penuh tanpa khawatir kehabisan daya.

Fitur Bypass Charging menjadi nilai tambah yang cerdas. Teknologi ini membantu menjaga temperatur perangkat tetap rendah dengan mengalirkan daya langsung ke motherboard, sehingga usia baterai lebih awet. Cocok untuk Anda yang sering menggunakan ponsel dalam intensitas tinggi, terutama saat menghadiri festival atau aktivitas outdoor lainnya.

Ketahanan dan Harga yang Kompetitif

Vivo V60 telah mendapatkan sertifikasi IP68 dan IP69, menjadikannya tahan terhadap debu dan air. Fitur ini memberikan ketenangan pikiran saat menggunakan ponsel dalam berbagai kondisi, termasuk saat terkena cipratan air atau hujan ringan.

Ponsel ini ditawarkan dalam tiga varian harga: Rp6,999 juta untuk 8/256GB, Rp7,499 juta untuk 12/256GB, dan Rp8,499 juta untuk 12/512GB. Harga tersebut menempatkan Vivo V60 sebagai pesaing kuat di segmen midrange, menawarkan nilai lebih dibandingkan generasi sebelumnya, Vivo V50, yang dibanderol mulai Rp6,499 juta.

Dengan kombinasi desain yang menarik, performa tangguh, kamera profesional, dan baterai tahan lama, Vivo V60 tidak hanya ditujukan untuk anak muda penggemar festival, tetapi juga untuk siapa saja yang membutuhkan perangkat serba bisa dalam genggaman. Apakah Anda siap menjadikan Vivo V60 sebagai pendamping setia berikutnya?

Realme Baterai 15.000mAh dan Chill Fan Phone, Inovasi yang Ubah Dunia Mobile

0

Telset.id – Bayangkan smartphone yang bisa bertahan empat hari tanpa cas, atau ponsel dengan pendingin internal layaknya AC mini. Kedengarannya seperti mimpi? realme baru saja membuktikan bahwa ini bukan lagi khayalan. Dalam perayaan ulang tahun ke-7, brand yang melayani lebih dari 300 juta pengguna global ini meluncurkan dua terobosan yang siap menggetarkan industri: Baterai Ultra-High-Density 15.000mAh dan realme Chill Fan Phone.

Kedua inovasi ini bukan sekadar peningkatan spesifikasi biasa. Mereka hadir sebagai jawaban atas dua masalah paling menjengkelkan bagi pengguna smartphone modern: battery anxiety dan overheating. Bagaimana realme berhasil menjejalkan teknologi yang biasanya hanya ada di perangkat eksternal ke dalam bodi smartphone? Dan yang lebih penting, apa artinya ini bagi Anda sebagai pengguna?

Mari kita mulai dengan baterai 15.000mAh. Angka itu sendiri sudah membuat mata berkedip. Tapi yang lebih mencengangkan adalah teknologi di baliknya: 100% full silicon anode dengan kepadatan energi 1200 Wh/L, tertinggi di industri smartphone. Artinya? Anda bisa menonton video selama 53 jam nonstop, merekam video terus-menerus selama 18 jam, atau menggunakan ponsel secara normal hingga empat hari tanpa perlu mencari stopkontak. Bagi yang sering traveling atau marathon gaming, ini seperti menemukan oasis di padang pasir.

Content image for article: Realme Baterai 15.000mAh dan Chill Fan Phone: Inovasi yang Ubah Dunia Mobile

Namun, daya tahan saja tidak cukup jika performa tidak konsisten. Di sinilah realme Chill Fan Phone masuk. Bayangkan sedang asyik-asyiknya main Genshin Impact atau Honkai: Star Rail, tiba-tiba ponsel panas dan frame rate drop. Frustasi, bukan? realme mengatasi ini dengan mengintegrasikan kipas internal miniatur dan pendingin termoelektrik (TEC) langsung ke dalam smartphone. Hasilnya? Suhu inti perangkat turun hingga 6°C selama penggunaan berat, menjaga performa tetap optimal tanpa throttling.

Content image for article: Realme Baterai 15.000mAh dan Chill Fan Phone: Inovasi yang Ubah Dunia Mobile

Bukan Sekadar Inovasi Teknis, Tapi Pemahaman Budaya

Yang membuat kedua terobosan ini istimewa adalah bagaimana mereka lahir dari pemahaman mendalam terhadap gaya hidup anak muda. realme tahu bahwa pengguna mereka adalah generasi “always-on” yang hidup di antara streaming, gaming, traveling, dan berkarya tanpa kompromi. Baterai 15.000mAh menjawab kegelisahan kehabisan daya di tengah sesi penting, sementara Chill Fan Phone menghilangkan gangguan performa akibat panas berlebih.

Ini bukan pertama kalinya realme berbicara tentang inovasi baterai. Sebelumnya, Telset.id telah memberitakan bocoran smartphone realme dengan baterai 15.000mAh yang mampu menonton video 50 jam nonstop. Kini, bocoran itu menjadi kenyataan dengan teknologi yang bahkan lebih matang.

Masa Depan Smartphone yang Lebih Dingin dan Tahan Lama

Keberhasilan realme mengintegrasikan teknologi pendingin canggih ke dalam smartphone membuka pintu bagi inovasi serupa di masa depan. Jika selama ini kita terbiasa dengan cooling pad eksternal yang ribet, kini pendingin yang sama efektifnya hadir dalam bentuk yang jauh lebih praktis. Ini bisa menjadi standar baru untuk smartphone gaming dan perangkat high-performance lainnya.

Namun, inovasi semacam ini tidak datang tanpa tantangan. Seperti yang pernah Telset.id laporkan mengenai ancaman tarif Trump terhadap inovasi teknologi, perkembangan teknologi mobile seringkali dipengaruhi oleh faktor eksternal termasuk kebijakan perdagangan global. Untungnya, realme berhasil mewujudkan terobosan ini tepat di saat yang dibutuhkan banyak pengguna.

Peluncuran ini juga menjadi penanda penting bagi realme. Dari startup hingga brand global dengan 300 juta pengguna, perjalanan mereka menunjukkan bahwa inovasi yang berpusat pada pengguna memang membuahkan hasil. Kedua teknologi ini tidak hanya mengubah cara kita berinteraksi dengan perangkat, tetapi juga memperkuat posisi realme sebagai brand yang tidak hanya mengikuti tren, tetapi menciptakannya.

Jadi, apa artinya semua ini bagi Anda? Smartphone yang tidak lagi membuat Anda cemas kehabisan baterai di tengah meeting penting atau gaming session. Perangkat yang tetap dingin dan responsif bahkan under pressure. Dan yang terpenting, pengalaman mobile yang benar-benar membebaskan Anda untuk “play hard, last longer” tanpa kompromi.

Dengan inovasi semacam ini, masa depan smartphone terlihat lebih cerah, lebih dingin, dan jauh lebih tahan lama. Dan realme, sekali lagi, membuktikan bahwa mereka tahu bagaimana cara bermain di liga yang sesungguhnya.

Polda Metro Waspadai Live TikTok Ajak Pelajar Demo Buruh

0

Telset.id – Bayangkan, di tengah malam yang sunyi, seorang remaja membuka aplikasi TikTok. Bukan untuk menonton video lucu atau tren dansa terbaru, melainkan menyaksikan siaran langsung yang mengajaknya turun ke jalan melakukan demonstrasi. Inilah yang sedang menjadi perhatian serius Polda Metro Jaya: konten live TikTok yang menghasut pelajar ikut aksi buruh besok.

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Ade Ary Syam Indradi, secara tegas menyoroti fenomena baru ini. Dalam konferensi pers Rabu (27/8/2025), dia membeberkan kekhawatiran aparat terhadap metode ajakan demo melalui platform media sosial yang disertai harapan hadiah atau gift dari penonton. “Mohon maaf, dengan live sebuah media sosial yang metodenya kalau tidak salah berharap ada gift ada hadiah dan lain sebagainya. Kami berharap ini tidak terjadi lagi,” ujar Ade Ary dengan nada prihatin.

Lantas, bagaimana tepatnya mekanisme yang membuat para pelajar ini menjadi target? Ternyata, pelaku memanfaatkan fitur live TikTok yang memungkinkan interaksi langsung dengan penonton. Mereka tidak hanya menyampaikan ajakan, tetapi juga membangun narasi persuasif sambil mengharapkan hadiah virtual yang bisa dikonversi menjadi uang tunai. Sebuah strategi yang cerdik sekaligus mengkhawatirkan.

Edukasi dan Pengawasan Ketat

Polda Metro Jaya tidak tinggal diam. Ade Ary menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan pemantauan intensif dan edukasi terhadap pihak-pihak yang berpotensi mengganggu jalannya aksi. “Kami melakukan pemantauan, melakukan edukasi. Tim juga sudah melakukan komunikasi, memberikan imbauan saat menemukan ada yang sedang live menyampaikan ajakan-ajakan yang bersifat provokasi,” jelasnya.

Yang lebih mengkhawatirkan, ajakan ini tidak hanya sekadar seruan tanpa konsekuensi. Pelaku bisa dikenai tindakan hukum jika terbukti melakukan perbuatan pidana dan ada pihak yang dirugikan. “Dan apabila nanti ada ditemukan perbuatan pidana, kemudian ada pihak yang dirugikan tentunya akan kami lakukan upaya-upaya penegakan hukum ya,” tegas Ade Ary.

Fenomena ini mengingatkan kita pada insiden sebelumnya dimana Jefri Nichol pernah viral karena ikut demo tolak Omnibus Law. Namun kali ini, yang menjadi sorotan adalah metode persuasi yang lebih modern dan berbahaya karena menyasar generasi muda yang masih labil.

Kesiapan Pengamanan yang Massive

Untuk mengantisipasi aksi demonstrasi buruh besok, Polda Metro Jaya menyiapkan 4.531 personel gabungan. Jumlah yang tidak main-main ini terdiri atas anggota Polri, TNI, dan pemda. Rinciannya adalah 2.174 personel Polda Metro Jaya dan 1.725 personel bawah kendali operasi (BKO).

Unsur-unsur satuan yang dilibatkan pun sangat komprehensif: TNI AD, Marinir, Brimob Mabes, Den C, Kodim Jakarta, Kogas Sabhara, Satpol PP, dan Dishub, serta 632 personel polres jajaran. Ini menunjukkan keseriusan aparat dalam menjaga keamanan dan ketertiban selama aksi berlangsung.

Persiapan ini bukan tanpa alasan. Sejarah menunjukkan bahwa aksi demonstrasi seringkali dimanfaatkan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab. Ade Ary mengingatkan semua pihak untuk bekerja sama menghindari infiltrasi dari oknum yang ingin memanfaatkan situasi. “Ini mohon juga kita bekerja sama menghindari pihak-pihak lain yang ingin mencoba memanfaatkan situasi, masuk, tanda kutip menyusup,” ujarnya.

Dalam konteks yang lebih luas, isu ini juga berkaitan dengan kebijakan perusahaan teknologi terhadap partisipasi karyawan dalam aksi demonstrasi. Seperti yang terjadi pada Google yang mengizinkan karyawannya ikut demo ‘May Day’, menunjukkan bahwa dunia korporasi pun memiliki pandangan berbeda tentang hak berekspresi karyawan.

Dampak terhadap Dunia Pendidikan

Mendikdasmen sudah meminta guru untuk mengawasi ketat siswa agar tidak ikut-ikutan demo. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan di era digital. Guru tidak hanya berhadapan dengan pengaruh lingkungan fisik, tetapi juga tekanan dari dunia maya yang lebih sulit dikendalikan.

Anak-anak zaman sekarang memang lahir sebagai digital native. Mereka lebih mahir menggunakan media sosial daripada orang tua mereka. Namun, kematangan emosional dan pemahaman politik mereka masih perlu dibimbing. Live TikTok yang menawarkan hadiah untuk partisipasi dalam demo jelas merupakan eksploitasi terhadap kerentanan ini.

Perkembangan teknologi memang membawa dampak ganda. Di satu sisi, media sosial seperti TikTok bisa menjadi platform kreativitas dan ekspresi. Di sisi lain, menjadi alat propaganda yang efektif untuk menyebarkan pengaruh negatif. Seperti halnya Apple yang mempercepat rencana pindahkan lokasi produksi iPhone di luar China karena pertimbangan geopolitik, platform media sosial pun harus mempertimbangkan dampak sosial dari fitur-fiturnya.

Pertanyaannya sekarang: sampai di mana batas kebebasan berekspresi di media sosial? Kapan ajakan berubah menjadi hasutan? Dan yang paling penting, bagaimana melindungi generasi muda dari pengaruh negatif tanpa mengekang hak mereka untuk mendapatkan informasi?

Yang jelas, kolaborasi antara orang tua, sekolah, aparat penegak hukum, dan platform media sosial sendiri menjadi kunci. Edukasi literasi digital harus menjadi prioritas, sementara platform perlu memperketat pengawasan konten live yang berpotensi membahayakan.

Kita semua tentu tidak ingin melihat anak-anak sekolah terlibat dalam kerusuhan atau menjadi korban provokasi. Mereka harusnya menghabiskan waktu untuk belajar dan mengembangkan potensi, bukan terlibat dalam aksi demonstrasi yang bisa membahayakan keselamatan mereka.

NVIDIA GB300: 4 GPU Setara 16 H100, Lompatan AI Terbesar!

0

Telset.id – Bayangkan hanya dengan empat GPU, Anda bisa mendapatkan performa yang sebelumnya membutuhkan 16 unit. Itulah yang dihadirkan NVIDIA dengan seri terbaru mereka, GB300 berbasis arsitektur Blackwell. Bocoran benchmark dari CoreWeave baru saja mengungkapkan betapa dahsyatnya lompatan efisiensi yang ditawarkan generasi ini. Dalam tes menggunakan model DeepSeek R1, empat GB300 mampu menyaingi 16 H100. Artinya, setiap kartu memberikan peningkatan throughput sekitar enam kali lipat. Apakah ini menjadi lompatan generasi terbesar NVIDIA sejauh ini?

Bagi Anda yang berkecimpung di dunia komputasi AI, angka-angka ini bukan sekadar klaim marketing. Ini adalah bukti nyata bagaimana inovasi hardware bisa mengubah landscape industri. NVIDIA tidak hanya mengandalkan peningkatan raw performance, tetapi juga efisiensi arsitektur yang memungkinkan pengurangan overhead komunikasi dan latensi. Hasilnya? Token yang dihasilkan lebih cepat, biaya per inference lebih rendah, dan skalabilitas yang jauh lebih mudah.

Benchmark CoreWeave NVIDIA GB300 vs H100

Platform GB300 NVL72 sendiri mampu diskalakan hingga 37TB memori dengan bandwidth 130TB/s, memungkinkannya menangani model AI sangat besar tanpa bottleneck seperti pada hardware lama. Teknologi 4-way tensor parallelism (TP4) yang diusungnya juga lebih efisien dibanding pendahulunya yang memerlukan 16-way splits (TP16) untuk mencapai skala serupa. Sedikit split berarti lebih sedikit overhead komunikasi, dan dukungan NVLink serta NVSwitch generasi kelima dari NVIDIA menjaga latensi tetap rendah.

Bagi bisnis yang menjalankan layanan AI berskala besar, efisiensi semacam ini bukan lagi sekadar angka di atas kertas. CoreWeave mencatat bahwa peningkatan efisiensi ini langsung diterjemahkan menjadi manfaat praktis untuk workload seperti model reasoning, di mana performa-per-watt dan latensi adalah faktor kritis. Namun, tentu saja hardware semaju ini tidak datang dengan harga murah. Sistem berbasis GB300 NVL72 diperkirakan dibanderol mulai dari $300.000, menempatkannya firmly di territory enterprise.

Lalu, apakah harganya sebanding dengan performanya? Bagi perusahaan yang sudah berinvestasi besar dalam infrastruktur AI, lompatan performa sebesar ini bisa saja justify the cost. Apalagi mengingat betapa ketatnya persaingan di industri AI saat ini, seperti prediksi JPMorgan yang menyebut OpenAI baru akan untung di 2029. Memiliki hardware yang lebih efisien bisa menjadi pembeda signifikan.

NVIDIA sendiri bukan pemain baru dalam hal inovasi komputasi high-end. Sebelumnya mereka juga telah memperkenalkan superkomputer AI berukuran mini bernama DGX Spark, menunjukkan komitmen mereka dalam mendemokratisasikan akses ke komputasi canggih. Namun, dengan GB300, mereka sepertinya sedang menaikkan level permainan ke strata yang benar-benar berbeda.

Jika angka-angka awal ini terbukti konsisten seiring dengan ekspansi deployment, GB300 berpotensi menjadi salah satu lompatan generasi terbesar yang pernah dihadirkan NVIDIA — sekaligus menetapkan baseline baru untuk komputasi AI high-end. Dan dalam industri yang secepat ini, siapa yang tidak ingin tetap berada di garis depan?

Perkembangan ini juga menarik untuk diamati dari sisi pesaing. Sementara NVIDIA terus memimpin dengan inovasi hardware-nya, perusahaan seperti MediaTek juga tidak tinggal diam dengan meluncurkan chipset flagship dengan AI dan gaming mumpuni. Persaingan yang sehat ini pada akhirnya akan menguntungkan konsumen dan mendorong percepatan inovasi lebih lanjut.

Jadi, apa pendapat Anda? Apakah lompatan sebesar ini akan mengubah cara kita memandang komputasi AI? Atau justru menjadi pembuka jalan untuk inovasi-inovasi lain yang lebih spektakuler? Satu hal yang pasti: dengan GB300, NVIDIA sekali lagi membuktikan bahwa mereka masih yang terdepan dalam perlombaan AI hardware.

Bocoran AirPods Pro 3: Kontrol Geser & Monitor Detak Jantung

0

Telset.id – Bayangkan jika Anda bisa mengontrol musik hanya dengan menggesek jari di case AirPods, tanpa perlu mengeluarkan iPhone dari saku. Atau bahkan memantau detak jantung secara real-time saat berolahraga, langsung dari earbuds yang Anda kenakan. Kedengarannya seperti fiksi ilmiah? Tunggu dulu. Bocoran terbaru mengindikasikan bahwa Apple sedang mempersiapkan lompatan signifikan untuk AirPods Pro 3, dan ini bukan sekadar upgrade biasa.

Sejak diluncurkan pertama kali pada 2019, AirPods Pro telah menjadi standar emas untuk earbuds nirkabel. Namun, Apple tampaknya tidak ingin berpuas diri. Menurut laporan eksklusif dari Android Headlines, yang dikutip Telset.id, generasi ketiga AirPods Pro akan menghadirkan perubahan paling revolusioner dalam beberapa tahun terakhir—dan itu dimulai dari case-nya.

Ilustrasi case AirPods Pro 3 dengan panel sentuh

Case AirPods Pro 3 akan meninggalkan tombol pairing fisik yang selama ini menjadi ciri khas. Sebagai gantinya, Apple akan menyematkan panel sentuh di bagian depan case. Pengguna dapat mengetuk atau menggesek permukaannya untuk mengontrol pemutaran musik, menyesuaikan volume, atau melewatkan lagu. Pendekatan berbasis gestur ini konsisten dengan filosofi Apple yang telah kita lihat pada iPhone dan Apple Watch.

Meski desain case mengalami perubahan signifikan, fitur praktis seperti lubang lanyard untuk aksesori tetap dipertahankan. Sementara itu, bentuk earbuds sendiri diprediksi tidak banyak berubah dari AirPods Pro 2. Tapi jangan salah—di balik tampilan yang familiar, tersembunyi teknologi yang jauh lebih canggih.

Fitur yang paling menarik perhatian adalah kemampuan monitoring detak jantung. Berdasarkan laporan Bloomberg oleh Mark Gurman, AirPods Pro 3 akan dilengkapi dengan sensor optik yang mampu mengukur aliran darah lebih dari 100 kali per detik ketika kedua earbuds digunakan. Data kesehatan ini akan tersinkronisasi langsung dengan aplikasi Health di iPhone, menjadikan AirPods Pro 3 sebagai perangkat yang sangat menarik bagi pengguna yang sadar akan kebugaran.

Ini bukan pertama kalinya Apple memasuki ranah health tracking. Seperti yang terjadi dengan Apple AirPods Pro Edisi Tahun Baru Imlek 2023, perusahaan terus berinovasi dalam menghadirkan nilai tambah bagi penggunanya. Namun, integrasi sensor kesehatan langsung di earbuds merupakan langkah besar yang dapat mengubah cara kita memantau kondisi tubuh sehari-hari.

Selain fitur kesehatan, AirPods Pro 3 juga dijanjikan memiliki kualitas suara yang lebih baik, noise cancellation yang ditingkatkan, dan performa nirkabel yang lebih stabil. Earbuds ini akan ditenagai oleh chip H3 baru, yang mungkin juga memberikan peningkatan pada masa pakai baterai. Jangan lupakan Spatial Audio dengan head tracking, yang akan semakin menghidupkan pengalaman mendengarkan.

Lalu, kapan kita bisa mengharapkan kehadiran AirPods Pro 3? Apple diperkirakan akan mengumumkannya pada September 2025, bersamaan dengan peluncuran iPhone 17. Harga diprediksi tetap sekitar $249, setara dengan generasi saat ini. Keputusan ini sejalan dengan strategi Apple yang kerap mempertahankan harga meski menambah fitur, seperti yang terjadi pada iPhone 13 yang masih populer di China karena nilai yang ditawarkannya.

Dengan kontrol sentuh pada case dan pelacakan kebugaran terintegrasi, AirPods Pro 3 bukan sekadar upgrade minor. Ini adalah evolusi yang dapat mengubah earbuds dari aksesori audio menjadi perangkat kesehatan personal. Bagi Apple, langkah ini juga memperkuat ekosistem produknya, di mana setiap perangkat saling terhubung dan melengkapi—sebuah strategi yang telah terbukti sukses meski menghadapi tantangan regulasi seperti penghentian penjualan iPhone tertentu di Eropa.

Jadi, apakah AirPods Pro 3 layak ditunggu? Jika bocoran ini akurat, jawabannya adalah ya. Baik Anda audiophile yang menginginkan kualitas suara terbaik, atau pengguna yang ingin memantau kesehatan dengan lebih praktis, AirPods Pro 3 menjanjikan pengalaman yang lebih personal dan intuitif. Tinggal menunggu waktu untuk melihat apakah realitas sesuai dengan ekspektasi.

Samsung Galaxy S26: Qi2 Penuh, Tapi Tanpa Isi Daya Balik?

0

Telset.id – Bayangkan bisa mengisi daya nirkabel dengan mudah seperti menggunakan MagSafe di iPhone, tanpa perlu repot memasang casing magnetik khusus. Itulah yang mungkin akan ditawarkan Samsung Galaxy S26 series. Namun, ada harga yang harus dibayar: fitur isi daya balik nirkabel (reverse wireless charging) kemungkinan besar akan dihapus. Apakah trade-off ini sepadan?

Bocoran terbaru mengindikasikan bahwa Samsung berencana mengadopsi standar Qi2 secara penuh pada seri Galaxy S26, yang dijadwalkan rilis pada Januari 2026. Langkah ini akan membuat pengisian daya nirkabel menjadi lebih smooth dan stabil, mirip dengan pengalaman yang ditawarkan Apple melalui MagSafe. Namun, seperti yang terjadi pada Google Pixel 10 series, penambahan magnet internal kemungkinan akan memaksa Samsung mengorbankan fitur Wireless PowerShare—versi mereka untuk isi daya balik nirkabel.

Mengapa hal ini penting? Meskipun terkesan sepele, isi daya balik nirkabel sering menjadi penyelamat saat earbuds atau smartwatch Anda kehabisan daya di saat-saat genting. Menghilangkannya berarti mengambil salah satu fitur yang meski jarang digunakan, sangat berharga ketika dibutuhkan.

Qi2 dan Magnet: Solusi atau Masalah Baru?

Qi2, sebagai evolusi dari standar pengisian nirkabel Qi, menawarkan kecepatan hingga 15W dan yang terpenting—kompatibilitas magnetik untuk alignment yang sempurna. Saat ini, Galaxy S25 series sudah “Qi2 Ready”, tetapi tanpa magnet internal. Pengguna harus bergantung pada casing khusus agar charger dan aksesori dapat menempel dengan baik.

Google telah melangkah lebih jauh dengan Pixel 10 series, menanamkan magnet langsung di bodi telepon untuk dukungan Qi2 penuh. Hasilnya? Charger langsung menempel dengan alignment sempurna dan stabil, mirip MagSafe. Sayangnya, seperti diungkapkan perusahaan, magnet tersebut menciptakan “batasan fisik” yang memaksa Google menghapus reverse wireless charging.

Lalu, bagaimana dengan Samsung? Laporan terbaru menyebutkan bahwa Galaxy S26 series akan mendukung Magnetic Power Profile dari Qi2, yang akhirnya membawa compliance penuh tanpa perlu casing tambahan. Jika ini benar, Samsung akan menghadapi kompromi yang sama seperti Google. Artinya, Wireless PowerShare—fitur andalan untuk berbagi daya—bisa jadi akan dihilangkan.

Dampak pada S Pen dan Pengalaman Pengguna

Selain isu reverse charging, ada kekhawatiran lain: interferensi dengan S Pen. Sebelumnya, casing dengan magnet built-in telah menyebabkan masalah dengan S Pen—kemungkinan besar ini salah satu alasan Samsung menunda dukungan Qi2 penuh hingga sekarang.

Dengan magnet yang ditanam langsung di telepon (bukan di casing opsional), risiko interferensi bisa lebih besar. Samsung mungkin perlu menyesuaikan cara S Pen berkomunikasi dengan perangkat untuk memastikan pengalaman yang flawless. Video demonstrasi menunjukkan bagaimana S Pen di Galaxy S24 Ultra menjadi tidak responsif ketika aksesori magnetik dipasang.

Jadi, selain kehilangan fitur isi daya balik, pengguna juga harus berharap bahwa S Pen tidak akan terganggu oleh kehadiran magnet internal. Ini adalah tantangan teknis yang tidak kecil, dan Samsung harus memastikan bahwa trade-off ini sepadan dengan manfaat yang didapat.

Masa Depan Pengisian Nirkabel dan Pilihan Samsung

Jika Samsung benar-benar menghapus Wireless PowerShare, perusahaan harus mengandalkan upgrade lain untuk membenarkan keputusan tersebut. Beberapa opsi yang mungkin adalah pengisian Qi2 yang lebih cepat, hardware kamera yang ditingkatkan, dan tweak desain. Pengisian nirkabel 15W yang lebih reliable mungkin bisa menjadi penyeimbang, terutama bagi pengguna yang lebih memprioritaskan kemudahan dan kecepatan isi daya.

Selain itu, dengan hadirnya teknologi pengisian nirkabel baru yang sedang dikembangkan, bukan tidak mungkin Samsung sudah mempersiapkan solusi alternatif untuk menggantikan reverse charging. Atau, mungkin mereka berencana menghadirkan fitur serupa melalui aksesori khusus di kemudian hari.

Yang jelas, keputusan Samsung akan sangat mempengaruhi preferensi pengguna. Bagi sebagian orang, kemudahan alignment dan stabilitas pengisian nirkabel lebih penting daripada kemampuan isi daya balik. Bagi yang lain, hilangnya fitur tersebut adalah langkah mundur.

Seperti yang terjadi pada perkembangan pengisian nirkabel di Pixel series, inovasi seringkali datang dengan trade-off. Pertanyaannya adalah: seberapa besar pengorbanan yang bisa diterima pengguna? Jawabannya mungkin akan terlihat ketika Galaxy S26 series akhirnya diluncurkan.

Bagaimana pendapat Anda? Apakah Anda lebih memilih pengisian nirkabel yang smooth dengan Qi2 penuh, atau tetap ingin mempertahankan fitur isi daya balik? Bagikan pemikiran Anda di kolom komentar!

Apple “Awe-Dropping” 9 September: iPhone 17, iOS 26, dan Lebih Banyak Lagi!

0

Telset.id – Apa yang akan terjadi jika Apple menggabungkan inovasi terbaru mereka dalam satu malam spektakuler? Tanggal 9 September 2025 akan menjadi jawabannya. Acara bertajuk “Awe-Dropping” di Steve Jobs Theater ini tidak hanya sekadar peluncuran produk, tetapi sebuah pernyataan: bahwa Apple masih mampu membuat dunia terpana.

Dari iPhone 17 dengan desain revolusioner, iOS 26 yang diperkuat AI, hingga AirPods Pro 3 yang bisa memantau detak jantung—semuanya akan hadir dalam satu panggung. Bagi Anda yang penasaran, inilah mengapa acara ini layak ditunggu dan dianalisis secara mendalam.

Sebagai media teknologi terpercaya, Telset.id telah mengumpulkan berbagai bocoran dan analisis dari sumber terpercaya. Kami akan memandu Anda melalui setiap detail yang mungkin menjadi pembahasan utama pada acara “Awe-Dropping”. Siap-siap, karena Apple tampaknya tidak main-main tahun ini.

iPhone 17 Series: Desain Tipis, Fitur Mumpuni

Bocoran terbaru mengindikasikan bahwa iPhone 17 akan hadir dalam empat varian, dengan perubahan signifikan pada lini produk. Yang paling menarik adalah kehadiran iPhone 17 Air, yang menggantikan iPhone 16 Plus. Desainnya disebut-sebut ultra-tipis dan ringan, seolah Apple ingin menantang batas fisik sebuah smartphone.

Varian standar tak kalah menarik: akhirnya mendapat upgrade layar 120Hz, sesuatu yang telah lama dinanti pengguna. Sementara itu, iPhone 17 Pro mengalami redesain modul kamera yang lebih panjang, kemungkinan untuk menampung lensa telephoto 8x baru dengan sensor 48MP. Bocoran warna juga menyebutkan opsi orange terang yang fresh dan eye-catching.

Bahan frame juga jadi perhatian. Apple dikabarkan kembali menggunakan aluminum untuk sebagian model, dengan titanium eksklusif untuk iPhone 17 Air yang super tipis. Ini adalah langkah strategis untuk membedakan segmen premium dan entry-level.

iOS 26 & Siri Berbasis AI: Masa Depan yang Lebih Cerdas

Setelah diperkenalkan di WWDC dengan antarmuka Liquid Glass, iOS 26 akan resmi diluncurkan bersamaan dengan iPhone 17. Upgrade terbesar terletak pada integrasi Apple Intelligence yang lebih dalam dan alat AI yang ditingkatkan di seluruh perangkat.

Siri juga akan mengalami transformasi besar. Dengan dukungan AI, asisten virtual ini diharapkan lebih responsif dan kontekstual. Bayangkan Siri yang tidak hanya menjawab pertanyaan, tetapi juga memprediksi kebutuhan Anda berdasarkan kebiasaan.

AirPods Pro 3: Lebih dari Sekadar Earphone

AirPods Pro 3 tidak hanya menawarkan kualitas audio yang lebih baik dan battery life lebih lama, tetapi juga fitur kesehatan yang inovatif: pemantauan detak jantung melalui sensor built-in. Ini adalah langkah Apple untuk memperluas ecosystem health mereka beyond Apple Watch.

Apple Watch Series 11, Ultra 3, dan SE 3: Inovasi untuk Semua Kalangan

Apple Watch Series 11 akan ditenagai chip S11 baru dan fitur health tracking seperti Sleep Score. Sementara Ultra 3 mungkin mendapat panel OLED wide-angle dengan refresh rate lebih cepat. Untuk segmen entry-level, Watch SE 3 hadir dengan bodi plastik yang lebih terjangkau.

Dengan demikian, Apple tidak hanya fokus pada premium market, tetapi juga menjangkau pengguna yang menginginkan teknologi kesehatan dengan harga lebih masuk akal.

Acara “Awe-Dropping” pada 9 September 2025 bukan sekadar ritual tahunan Apple. Ini adalah momen di mana mereka berpotensi mengubah lagi cara kita berinteraksi dengan teknologi. Dari iPhone 17 yang lebih tipis dan cerdas, hingga wearable yang semakin personal—semuanya dirancang untuk membuat Anda terkagum-kagum.

Jangan lewatkan liputan lengkapnya hanya di Telset.id. Dan ingat, dengan banyaknya iPhone 17 Pro KW yang sudah beredar, pastikan Anda selalu membeli dari sumber resmi. Simak juga bocoran iPhone 17e untuk varian yang lebih terjangkau, atau bandingkan dengan Realme P4 Pro 5G yang terinspirasi desain iPhone 17 Pro.

Pixel Watch 4: Google Unggul dalam Reparabilitas Smartwatch

0

Telset.id – Bayangkan jika smartwatch Anda rusak dan harus membayar mahal untuk perbaikan? Atau bahkan terpaksa membeli yang baru karena tidak bisa diperbaiki? Google tampaknya mendengar keluhan ini dan menjawabnya dengan solusi brilian melalui Pixel Watch 4 terbaru mereka.

Berdasarkan teardown terbaru dari Wired (via Notebookcheck), Google telah melakukan perubahan signifikan pada desain internal Pixel Watch 4. Tidak sekadar upgrade fitur, smartwatch ini dirancang dengan filosofi baru: reparabilitas yang lebih manusiawi. Sebuah langkah berani di industri yang seringkali mengorbankan kemudahan perbaikan demi estetika semata.

Interior Pixel Watch 4 yang menunjukkan komponen mudah diakses

Secara eksternal, Pixel Watch 4 mungkin terlihat mirip dengan pendahulunya. Namun, dibalik casing metal dan panel OLED melengkung yang elegan, tersimpan revolusi reparabilitas. Dua sekrup T2 yang tersembunyi di bawah slot band adalah kunci akses ke dunia internal smartwatch ini. Begitu dibuka, Anda langsung dapat menjangkau sensor, motor getar, dan yang paling penting: baterai.

Mengganti baterai? Hanya butuh dua sekrup tambahan. Mengganti layar? Prosesnya memakan waktu sekitar 13 menit dengan empat sekrup saja. Bahkan pemula sekalipun bisa melakukannya tanpa merasa intimidated. Google bahkan menyertakan ring silikon khusus untuk memastikan ketahanan air IP68 tetap terjaga setelah penggantian layar, meski memang tidak lagi siap untuk berenang setelah dibuka.

Bandigkan dengan kompetitor utama. Apple Watch Series 10 memerlukan tool khusus yang mungkin hanya dimiliki oleh teknisi bersertifikat. Samsung Galaxy Watch Ultra juga tidak se-straightforward milik Google. Pixel Watch 4 jelas unggul dalam hal kemudahan perawatan dan perbaikan.

Di sisi fitur, Pixel Watch 4 tidak kalah menarik. Menggunakan Wear OS 6 dengan chip Snapdragon W5 Gen 2 terbaru, smartwatch ini menawarkan pengalaman yang mulus dan responsif. Fitur satellite SOS menjadi nilai tambah penting untuk keselamatan pengguna, sementara daya tahan baterai mencapai 30 jam untuk model 41mm dan 40 jam untuk versi 45mm.

Dengan harga mulai $349, Pixel Watch 4 berada di posisi yang sangat kompetitif. Lebih murah dari Apple Watch ($399) dan jauh lebih terjangkau dibanding Galaxy Watch Ultra ($649). Bagi Anda yang peduli sustainability atau sekadar ingin bisa mengganti baterai ketika sudah melemah, Pixel Watch 4 mungkin menjadi wearable paling praktis saat ini.

Keberhasilan Google dengan Pixel Watch 4 ini sejalan dengan perkembangan produk lainnya dalam ekosistem Pixel. Seperti yang kita lihat pada Google Pixel Buds 2a yang menawarkan fitur canggih dengan harga terjangkau, atau Pixel 9 Pro Fold yang menghadirkan inovasi layar lipat.

Dengan peluncuran Pixel 10 yang dijadwalkan lebih awal, Google semakin menunjukkan komitmennya dalam menciptakan produk yang tidak hanya canggih tetapi juga berkelanjutan. Pixel Watch 4 menjadi bukti nyata bahwa teknologi tinggi dan reparabilitas bisa berjalan beriringan.

Jadi, apakah Pixel Watch 4 layak menjadi smartwatch pilihan Anda? Jika Anda mencari perangkat yang tidak hanya stylish dan powerful, tetapi juga designed to last dan easy to repair, jawabannya mungkin iya. Google telah membuktikan bahwa mereka serius dengan komitmen sustainability, dan Pixel Watch 4 adalah manifestasi terbaru dari filosofi tersebut.

Menavigasi Keindahan Jeju dengan Galaxy Fold7 & Gemini

0

Jeju, Korea Selatan – Pulau Jeju selalu berhasil menawarkan perpaduan yang memukau antara alam liar yang purba dan sentuhan modernitas yang elegan. Bagi seorang jurnalis seperti saya, setiap sudutnya adalah kisah yang menunggu untuk diungkap. Namun, bagaimana jika semua cerita itu harus ditangkap dan dianalisis hanya dengan satu perangkat di tangan?

Inilah misi saya hari ini, dengan Samsung Galaxy Z Fold7 sebagai partner utama. Lebih dari sekadar perangkat keras, saya ingin menguji kecerdasan buatan Gemini yang terintegrasi di dalamnya, melihat sejauh mana ia dapat menjadi asisten pribadi, baik untuk riset, komunikasi, hingga penentu angle fotografi.

Perjalanan saya kali ini membawa saya melintasi dua ikon Jeju: dari kemegahan Seongsan Ilchulbong yang legendaris, hingga keindahan pesisir Seopjikoji yang dramatis.

Pagi di Puncak Matahari Terbit: Menggali Kisah dari Bebatuan

Perhentian pertama adalah Seongsan Ilchulbong. Di sini, tantangannya adalah lanskap alami yang megah dan penuh sejarah. Tugas saya: menemukan narasi yang melampaui sekadar kartu pos turis.

Dengan Galaxy Z Fold7 terbuka, saya memanfaatkan layar utamanya yang lega. Melalui perintah suara, saya bertanya pada Gemini: “Gemini, jelaskan proses terbentuknya kawah Seongsan Ilchulbong seolah-olah kau seorang penyair, bukan ensiklopedia.”

Respons Gemini langsung memberikan saya sebuah fondasi naratif yang puitis: tentang “mahkota yang lahir dari amarah api di dasar laut” dan “kawah yang menjadi mangkuk tempat alam menyimpan benih-benih langka.” Informasi ini tidak hanya akurat secara geologis, tetapi juga menginspirasi.

Saat mendaki, saya juga berkesempatan mencoba fitur interpretasi langsung Gemini saat berinteraksi dengan turis mancanegara. Dengan melipat Fold7 dalam Flex Mode, perangkat ini berfungsi sebagai penerjemah dua arah yang mulus, memfasilitasi percakapan yang lebih manusiawi tanpa hambatan bahasa.

Siang di Pesisir Seopjikoji: Ketika Arsitektur Bertemu Alam

Dari keagungan alam Seongsan Ilchulbong, saya berpindah ke Seopjikoji, sebuah tanjung indah yang menyajikan pemandangan tebing curam, rumput hijau luas, dan sebuah mercusuar ikonik. Di sini, daya tariknya juga terletak pada Glass House, sebuah mahakarya arsitektur yang dirancang oleh arsitek Jepang terkenal, Tadao Ando.

Saya mengarahkan Galaxy Z Fold7 ke bangunan Glass House yang minimalis namun kuat ini. “Gemini,” perintah saya, “analisis gaya arsitektur bangunan ini. Sebutkan tiga kata kunci yang menggambarkan filosofi desainnya, dan hubungkan dengan pemandangan sekitar.”

Gemini dengan cepat mengidentifikasi elemen desain dan menyarankan kata kunci seperti “Harmoni,” “Simplicity,” dan “Nature.” Ia juga menjelaskan bagaimana Tadao Ando merancang bangunan ini agar menyatu dengan garis pantai, menggunakan material seperti beton telanjang dan kaca untuk mencerminkan langit dan laut, serta meniru kontur alam Jeju itu sendiri. Sebuah analisis mendalam yang sangat membantu proses jurnalistik saya.

Namun, Seopjikoji bukan hanya soal arsitektur. Lanskapnya yang luas, dengan bukit-bukit hijau dan kuda-kuda Jeju yang merumput, adalah daya tarik utama. Matahari siang yang cerah bisa menjadi tantangan bagi fotografi.

Saya melihat sepasang pengunjung menikmati pemandangan di bawah mercusuar. Sebuah pemandangan yang indah namun butuh angle yang tepat untuk menangkap esensinya.

Saya mengarahkan kamera Fold7 ke arah bukit hijau dan mercusuar. “Gemini,” perintah saya, “dengan kondisi cahaya siang bolong seperti ini, berikan tiga ide angle foto yang akan menonjolkan kedalaman lanskap Seopjikoji dan keindahan bukit hijaunya, serta mercusuar di puncaknya.”

Gemini dengan cepat menganalisis viewfinder dan memberikan saran. Salah satunya adalah menggunakan elemen foreground dari rerumputan yang lebih rendah untuk menciptakan kedalaman, serta mencoba angle yang sedikit lebih rendah untuk menonjolkan tinggi bukit. Saran lainnya adalah memanfaatkan kontras antara langit biru dan hijau bukit.

Kemudian, saat berjalan menyusuri jalur setapak, saya melihat pemandangan ke arah Glass House yang menawan.

Lagi-lagi, Gemini menjadi asisten visual saya. “Gemini, lihat jalur batu ini yang mengarah ke Glass House. Bagaimana cara terbaik untuk menggunakan jalur ini sebagai elemen komposisi foto?” Gemini menyarankan untuk memanfaatkan jalur sebagai leading line yang mengarahkan mata penonton ke bangunan, atau untuk mengambil angle yang sedikit lebih rendah untuk menonjolkan tekstur batuan di jalur tersebut.

Saran-saran ini sangat berharga, membantu saya mengambil keputusan komposisi secara cepat di lapangan, terutama saat waktu terbatas dan kondisi cahaya terus berubah.

Sebuah Partner untuk Setiap Lanskap

Perjalanan saya di Jeju—dari kawah purba Seongsan Ilchulbong hingga garis pantai artistik Seopjikoji—adalah bukti nyata bagaimana Samsung Galaxy Z Fold7, yang ditenagai oleh Gemini, telah berevolusi dari sekadar perangkat menjadi partner kerja yang esensial.

Fleksibilitas form factor Fold7, dikombinasikan dengan kecerdasan kontekstual Gemini, mengubah tantangan lapangan menjadi peluang. Ia tidak hanya membantu saya menemukan cerita, tetapi juga memandu saya dalam menangkapnya secara visual dan membagikannya secara instan.

Bagi para profesional di bidang kreatif dan jurnalisme, ini bukan lagi tentang memiliki alat yang paling canggih, melainkan memiliki partner yang paling cerdas. Galaxy Z Fold7 dan Gemini menunjukkan bahwa masa depan produktivitas adalah kolaborasi yang mulus antara intuisi manusia dan kecerdasan buatan, di mana pun Anda berada. #ExploreGalaxyWay