Beranda blog Halaman 125

Waymo Digugat Atas Kecelakaan yang Lukai Pesepeda di San Francisco

0

Telset.id – Waymo, perusahaan robotaxi milik Google, menghadapi gugatan hukum setelah salah satu kendaraannya tanpa pengemudi menyebabkan seorang pesepeda terluka di San Francisco. Penggugat, Jenifer Hanki, mengklaim sistem “Safe Exit” pada mobil otonom itu gagal berfungsi dengan baik.

Menurut laporan San Francisco Chronicle, kecelakaan terjadi pada Februari 2024 ketika seorang penumpang Waymo membuka pintu dan menabrak Hanki yang sedang bersepeda. Insiden ini mengakibatkan cedera otak dan tulang belakang pada korban.

Dalam dokumen pengadilan California, Hanki menyatakan bahwa robotaxi tersebut berhenti secara ilegal di jalur sepeda. Sistem tidak memberi peringatan kepada penumpang tentang keberadaan pesepeda yang melintas. Akibatnya, Hanki terlempar ke udara dan menabrak mobil Waymo kedua yang juga masuk ke jalur sepeda.

“Tidak seperti Uber, Lyft, atau taksi biasa yang memiliki pengemudi manusia, sistem Waymo jelas gagal,” kata Hanki dalam pernyataannya. “Tidak ada peringatan apapun dari mobil yang diparkir secara ilegal ini.”

Dua penumpang yang baru pertama kali naik Waymo dikabarkan bingung dengan situasi tersebut dan tidak tahu cara melaporkan insiden. Mereka akhirnya pergi meninggalkan lokasi, sementara warga sekitar memanggilkan ambulans untuk Hanki yang berusia 26 tahun itu.

Hanki mengaku menderita cedera otak, kerusakan tulang belakang, dan jaringan lunak. Sejak kejadian itu, ia tidak bisa bekerja dan takut untuk kembali bersepeda. Meski tidak sepenuhnya menentang teknologi kendaraan otonom, Hanki menyayangkan “celah akuntabilitas” dalam operasi Waymo.

Perusahaan yang merupakan bagian dari Alphabet ini terus memperluas operasinya ke Los Angeles dan Austin, Texas, meski menghadapi berbagai kontroversi. Waymo bahkan berencana masuk ke New York City, sementara kasus seperti ini masih terus terjadi.

Insiden terbaru ini menambah daftar masalah yang dihadapi kendaraan otonom. Sebelumnya, Tesla juga disebut akan meluncurkan robotaxi pada Juni mendatang, sementara startup Inggris Wayve sedang menguji teknologi serupa.

Di tengah perkembangan pesat industri kendaraan otonom, kasus ini mempertanyakan kesiapan teknologi tersebut dalam menangani situasi kompleks di jalan raya. Seperti BYD yang berencana memasang sistem self-driving di semua mobilnya, tantangan keamanan tetap menjadi perhatian utama.

Startup AI Pano Raup Rp 700 Miliar untuk Deteksi Dini Kebakaran Hutan

0

Telset.id – Startup berbasis kecerdasan buatan (AI) asal San Francisco, Pano, berhasil mengumpulkan pendanaan Seri B senilai USD 44 juta atau sekitar Rp 700 miliar. Dana ini akan digunakan untuk mengembangkan teknologi deteksi dini kebakaran hutan menggunakan kamera yang terhubung dengan model bahasa besar (LLM).

Menurut laporan Wall Street Journal, total pendanaan Pano kini mencapai USD 81 juta setelah sebelumnya meraih USD 37 juta. Perusahaan yang didirikan pada 2019 ini juga mengantongi kontrak pemerintah senilai lebih dari USD 100 juta dengan berbagai lembaga darurat, perusahaan utilitas, serta pemerintah daerah di AS, Kanada, dan Australia.

Sonia Kastner, salah satu pendiri Pano, mengungkapkan inspirasi bisnisnya dari perusahaan teknologi persenjataan yang bermitra dengan pemerintah. “Kami perlu meniru model itu di sektor penanggulangan kebakaran hutan,” ujarnya. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa kebakaran hutan kini tak hanya menjadi ancaman bencana, tetapi juga peluang bisnis yang menggiurkan.

Teknologi Pano dan Tantangannya

Pano mengklaim mampu mendeteksi asap kebakaran di siang hari dan tanda panas di malam hari di area terpencil yang luas. Sistem ini kemudian mengirim peringatan dini kepada petugas pemadam kebakaran.

Namun, teknologi ini masih menghadapi kendala dalam membedakan kebakaran asli dengan awan, debu, atau pembakaran terkendali. Kesalahan deteksi ini membuat peran manusia tetap krusial dalam proses verifikasi. Kritikus menyebut Pano lebih mirip jaringan CCTV berbayar daripada solusi AI otomatis.

Trend Kemitraan Publik-Swasta

Keberhasilan Pano mencerminkan tren yang lebih luas dalam outsourcing layanan publik ke perusahaan swasta. Dulu, AS memiliki jaringan menara pengawas kebakaran yang dikelola Civilian Conservation Corps. Kini, sistem itu digantikan oleh berbagai startup berbasis satelit dan model berlangganan “Drones as a Service”.

Fenomena ini memunculkan pertanyaan kritis: Bagaimana jika Pano bangkrut atau menaikkan harga layanannya? Siapa yang bertanggung jawab jika sistem ini gagal mendeteksi kebakaran atau melanggar privasi masyarakat terpencil?

Di tengah upaya pemerintahan Trump yang semakin gencar menyerahkan layanan darurat kepada perusahaan teknologi, Pano mungkin hanya salah satu dari banyak startup AI aneh yang akan bermunculan. Seperti Apple yang sedang mempertimbangkan akuisisi startup AI, gelombang investasi di sektor ini terus mengalir deras.

Booming startup AI memang tak terbendung. Pada kuartal pertama 2025 saja, startup AI menyerap USD 52 miliar atau 41% dari total investasi modal ventura global. OpenAI bahkan memecahkan rekor dengan pendanaan USD 40 miliar. Seperti startup AI China yang masuk daftar hitam AS, Pano harus membuktikan bahwa teknologi mereka benar-benar bermanfaat, bukan sekadar permainan finansial.

OpenAI dan Microsoft di Ambang Konflik, Masa Depan AI Terancam

0

Telset.id – Kemitraan strategis antara OpenAI dan Microsoft berada di ujung tanduk akibat negosiasi yang alot terkait transformasi OpenAI menjadi entitas profit. Menurut laporan Financial Times, Microsoft siap mundur jika kesepakatan baru tidak tercapai, mengancam masa depan pengembangan AI generatif seperti ChatGPT.

Insider yang diwawancarai FT mengungkapkan, kedua perusahaan telah menggelar pertemuan harian untuk menyelesaikan perselisihan. Microsoft menuntut peningkatan pembagian pendapatan dari 20% menjadi 49% sebagai kompensasi investasi besar-besarnya. Sementara itu, OpenAI menghadapi dilema hukum dalam peralihan statusnya dari nirlaba ke profit-oriented.

“Kami memiliki kemitraan jangka panjang yang produktif dan telah menghadirkan alat AI luar biasa untuk semua,” bunyi pernyataan bersama OpenAI-Microsoft kepada Wall Street Journal. Namun, pernyataan diplomatik ini menutupi ketegangan yang memanas hingga memicu opsi radikal: gugatan hukum OpenAI atas dugaan praktik anti-persaingan Microsoft.

Dampak ke Industri AI

Konflik ini berpotensi mengganggu ekosistem AI global. Microsoft telah mengintegrasikan teknologi OpenAI ke seluruh produknya, mulai dari Azure hingga Office 365. Jika kerjasama putus, perusahaan seperti OpenAI yang sedang mengembangkan fitur login ChatGPT mungkin harus mencari model bisnis baru.

Analis memprediksi, ketegangan ini juga mempengaruhi proyek Apple Intelligence yang sedang bermasalah, mengingat Microsoft dan Apple bersaing ketat di pasar AI. Sementara itu, Elon Musk sebagai salah satu pendiri OpenAI awal mungkin akan memanfaatkan situasi ini untuk memperkuat posisi xAI.

Nasib kolaborasi OpenAI-Microsoft diperkirakan akan jelas dalam beberapa minggu ke depan. Hasilnya akan menentukan peta persaingan AI di antara raksasa teknologi seperti Google, Meta, dan Amazon.

AI+ Tunda Peluncuran Smartphone Pertamanya ke Juli 2025

0

Telset.id – AI+, merek smartphone di bawah naungan NxtQuantum Shift Technologies yang dipimpin mantan CEO Realme India Madhav Sheth, menunda peluncuran smartphone pertamanya dari akhir Juni ke Juli 2025. Informasi ini terungkap melalui laman e-commerce Flipkart yang juga memamerkan gambar dua model smartphone beserta varian warnanya.

Flipkart memperlihatkan salah satu model dengan lima pilihan warna dan kamera belakang ganda. Tulisan pada modul kamera mengkonfirmasi sensor utama 50MP. Model kedua mirip dengan desain AI+ Nova 2 5G yang sebelumnya bocor, dengan bodi ramping, tombol power aksen merah, dan dukungan dual SIM. Madhav Sheth membagikan gambar yang menampilkan semua opsi warna untuk model ini.

Menurut pernyataan resmi AI+, smartphone ini dirancang untuk “kinerja responsif” dengan bobot ringan. Brand ini juga menekankan aspek privasi dan keamanan, menyatakan bahwa NxtQuantum OS pada perangkat mereka “auditable, sesuai kebijakan, dan tunduk pada hukum India.” Data pengguna disimpan di server Google Cloud yang disetujui MeitY di India.

Eksklusif di Flipkart dan Rencana Produk Pendamping

AI+ mengonfirmasi bahwa smartphone mereka akan dijual eksklusif melalui Flipkart di India. Selain smartphone, brand ini juga berencana meluncurkan smartwatch dengan TWS earphone built-in bernama “wearbuds Watch 3”, yang kemungkinan dirilis bersamaan dengan smartphone.

Peluncuran AI+ ini terjadi di tengah persaingan ketat pasar smartphone India, di mana brand seperti Oppo dan vivo terus memperkuat posisi mereka dengan seri mid-range. Keunikan AI+ terletak pada penekanan privasi, mirip dengan isu yang pernah diangkat dalam kasus smartphone Korut, meski dengan pendekatan yang lebih transparan.

Apple Pertimbangkan Akuisisi Startup AI Perplexity untuk Perkuat Siri

0

Telset.id – Apple dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk mengakuisisi startup kecerdasan buatan (AI) Perplexity AI. Langkah ini bertujuan mengembangkan mesin pencari berbasis AI sekaligus memperluas talenta di bidang teknologi tersebut.

Menurut laporan Bloomberg yang dilansir Engadget, Kepala Divisi Merger dan Akuisisi Apple Adrian Perica telah membahas rencana ini bersama Eddy Cue, Senior Vice President Layanan Apple, serta sejumlah eksekutif kunci lainnya. Pembicaraan masih dalam tahap awal, dan Apple belum mengajukan penawaran resmi kepada Perplexity.

Selain akuisisi, Apple juga mempertimbangkan opsi lain seperti kemitraan strategis dengan Perplexity. Alternatif lainnya adalah mengembangkan mesin pencari AI berbasis teknologi Perplexity dan mengintegrasikannya ke dalam asisten virtual Siri.

Latar Belakang dan Pertemuan Apple-Perplexity

Bloomberg mencatat bahwa Apple telah beberapa kali bertemu dengan Perplexity dalam beberapa bulan terakhir. Pada Mei lalu, Eddy Cue mengungkapkan dalam kesaksian pengadilan kasus antimonopoli Google Search bahwa Apple mendiskusikan integrasi Safari dengan Perplexity.

Hal ini menarik perhatian karena Apple memiliki perjanjian bernilai miliaran dolar dengan Google untuk menjadikan mesin pencari Google sebagai default di iPhone. Perjanjian ini menghasilkan pendapatan hingga 18 miliar dolar AS pada 2021.

Jika regulator memaksa Apple mengakhiri kemitraan dengan Google, akuisisi Perplexity bisa menjadi solusi untuk mengembangkan mesin pencari mandiri dengan lebih cepat.

Percepatan Pengembangan AI Apple

Apple saat ini agresif merekrut talenta AI baru, termasuk bersaing dengan Meta untuk merekrut Daniel Gross, pendiri startup Safe Superintelligence Inc. Akuisisi Perplexity akan memperkuat upaya Apple mengejar ketertinggalan di sektor AI.

Apple memiliki sejarah panjang dalam mengakuisisi startup teknologi. Sebelumnya, mereka mengakuisisi Asaii untuk bersaing dengan Spotify dan startup AR untuk pengembangan kacamata pintar.

Jika akuisisi Perplexity terjadi, ini akan menjadi langkah strategis Apple dalam memperkuat ekosistem AI-nya, terutama untuk Siri dan mesin pencari alternatif.

Meta dan Oakley Luncurkan Kacamata Pintar HSTN dengan Kamera 3K

0

Telset.id – Meta resmi memperkenalkan kacamata pintar terbaru hasil kolaborasi dengan Oakley bernama Oakley Meta HSTN. Produk ini dilengkapi kamera 3K, speaker, mikrofon, dan dukungan Meta AI untuk berbagai fungsi canggih.

Menurut laporan The Verge, kacamata pintar ini dapat merekam video dengan resolusi lebih tinggi dibandingkan model sebelumnya, Meta Ray-Ban, yang hanya mendukung 1080p. Oakley Meta HSTN juga memiliki ketahanan air standar IPX4 dan baterai dengan daya tahan hingga 8 jam pemakaian.

“Oakley Meta HSTN dirancang untuk pengguna aktif dengan fitur unggulan seperti penerjemahan bahasa real-time dan interaksi melalui Meta AI,” jelas pernyataan resmi Meta. Kacamata ini kompatibel dengan lensa resep dokter dan tersedia dalam lima varian bingkai.

Spesifikasi dan Fitur Unggulan

Oakley Meta HSTN menawarkan sejumlah peningkatan signifikan dibanding pendahulunya. Selain kamera 3K, perangkat ini didukung casing pengisi daya yang dapat memperpanjang masa pakai hingga 48 jam. Pengguna juga bisa mengakses musik, podcast, dan panggilan telepon langsung dari kacamata.

Meta AI terintegrasi penuh, memungkinkan pengguna mendapatkan informasi berdasarkan apa yang mereka lihat melalui kamera. Fitur ini termasuk identifikasi objek, navigasi, dan terjemahan bahasa asing secara real-time.

Harga dan Ketersediaan

Oakley Meta HSTN edisi terbatas dengan lensa PRIZM emas akan mulai dijual pada 11 Juli 2025 dengan harga $499 (sekitar Rp8,1 juta). Produk ini tersedia di 15 negara, termasuk AS, Inggris, Jerman, dan Australia.

Meta dan EssilorLuxottica, perusahaan induk Oakley dan Ray-Ban, menargetkan penjualan 10 juta kacamata pintar per tahun mulai 2026. Sebelumnya, Meta membuka pop-up store khusus untuk produk Ray-Ban Meta sebagai strategi pemasaran.

Kolaborasi ini memperkuat persaingan di pasar wearable AI, di mana Apple juga dikabarkan sedang mengembangkan chip khusus untuk kacamata pintar.

Forum Pemred Usulkan 4 Poin untuk Jaga Keberlanjutan Industri Media

0

Telset.id – Forum Pemred mengajukan empat usulan penting kepada pemerintah untuk diakomodasi dalam Rancangan Undang-Undang (UU) Penyiaran. Tujuannya, menjaga keberlanjutan industri media di tengah tantangan ekosistem digital yang semakin kompleks.

Ketua Forum Pemred Retno Pinasti menyatakan, hampir semua perusahaan media massa saat ini menghadapi tekanan berat. Salah satu penyebabnya adalah ketidaksetaraan regulasi antara media konvensional dan platform digital seperti YouTube, TikTok, dan Instagram. “Dukungan pemerintah sangat krusial agar industri media bisa bersaing secara adil,” tegas Retno di Jakarta, Jumat (14/6/2025).

Empat Usulan Kunci

Dalam audiensi dengan Kementerian Hukum dan Menteri Hukum Supratman Andi Agtas, Forum Pemred menyampaikan rekomendasi berikut:

  1. Dukungan Negara: Media nasional perlu diperlakukan setara dengan industri strategis seperti tekstil dan pertanian, termasuk insentif fiskal atau bantuan seperti saat pandemi Covid-19. Syaratnya, media tersebut harus memenuhi standar hukum, etik, dan kualitas konten.
  2. Harmonisasi Regulasi: Menyelaraskan visi antara media, jurnalis, dan regulator untuk menciptakan equal playing field dengan platform digital. Salah satunya melalui regulasi algoritma yang memengaruhi distribusi konten.
  3. Adaptasi Teknologi: Awak media didorong menguasai perkembangan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), mengingat media menjadi bagian dari rantai pasok ekosistem AI.
  4. Kepatuhan Platform Digital: YouTube, TikTok, dan sejenisnya wajib tunduk pada UU Pers & UU Penyiaran untuk memfilter konten ilegal (ujaran kebencian, SARA, pornografi, pelanggaran hak cipta).

Respons Pemerintah dan Legislator

Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria menegaskan, revisi UU Penyiaran tidak akan membatasi kebebasan pers. “Pembahasan di DPR diharapkan bisa menampung persoalan aktual di industri media,” ujarnya.

Anggota Komisi I DPR Nurul Arifin menyatakan, definisi penyiaran konvensional versus layanan digital (over-the-top/OTT) seperti Netflix dan TikTok masih perlu diperjelas. “Kami akan mengundang platform besar untuk mencapai kesepakatan regulasi,” tambahnya.

Isu ini relevan dengan perkembangan teknologi seperti WiFi 7 yang mempercepat distribusi konten, atau tantangan konsumsi daya di era IoT yang berdampak pada infrastruktur media.

X Siapkan Kartu Debit Fisik untuk Layanan X Money

0

Telset.id – Platform media sosial X dikabarkan sedang mempersiapkan kartu debit fisik sebagai bagian dari ekspansi layanan keuangannya, X Money. Informasi ini terungkap dari temuan firma intelijen aplikasi AppSensa yang menganalisis pembaruan kode dalam aplikasi X.

Menurut laporan Tech Crunch, pembaruan terbaru aplikasi X mencakup referensi kode terkait berbagai fitur kartu debit. Beberapa di antaranya meliputi pengaturan PIN, pengecekan status pengiriman, pengaktifan kartu, hingga pelaporan kehilangan. Uniknya, kartu debit ini dapat dipersonalisasi dengan nama pengguna X pemiliknya.

CEO X, Linda Yaccarino, sebelumnya telah mengumumkan pada Januari lalu bahwa Visa akan menjadi mitra pertama untuk layanan pembayaran X Money. Dalam pernyataannya, Yaccarino menjelaskan bahwa layanan ini memungkinkan pengguna mengisi saldo dompet digital X Wallet secara instan melalui Visa Direct. Selain itu, pengguna juga bisa mentransfer dana langsung ke rekening bank.

Kode dalam aplikasi X juga mengisyaratkan fitur tambahan seperti sistem cashback, opsi deferred debit, serta kemampuan untuk membatalkan kartu virtual dan fisik secara terpisah. Selain Visa, kode tersebut menyebut dukungan untuk MasterCard dan American Express, menunjukkan rencana X untuk menjalin kemitraan lebih luas.

Ambisi X dalam sektor keuangan semakin jelas dengan upaya perusahaan mendapatkan izin sebagai penyedia layanan transfer uang di AS. Hingga Desember 2023, X telah memiliki lisensi di 12 negara bagian, dan kini telah berkembang ke 40 negara bagian plus Washington, D.C.

Elon Musk, pemilik X, telah lama bercita-cita menjadikan platform ini sebagai “everything app” yang mencakup jejaring sosial, layanan pembayaran, perbankan, hingga investasi. Visi ini dimulai sejak Musk mendirikan X.com, yang kemudian menjadi PayPal. Pada 2023, ia mengubah nama Twitter menjadi X sebagai langkah menuju ekosistem super app.

Meski belum ada tanggal resmi peluncuran X Money, Yaccarino menyebut layanan ini akan hadir “akhir tahun ini.” Ia juga mengonfirmasi bahwa fitur investasi dan perdagangan akan menjadi bagian dari strategi X. Namun, hingga kini, X belum memberikan tanggapan resmi terkait laporan terbaru ini.

Dengan langkah ini, X siap bersaing langsung dengan bank digital dan penyedia layanan pembayaran lainnya, termasuk Samsung Pay Card dan Samsung Money. Kehadiran kartu debit fisik bisa menjadi daya tarik tambahan bagi pengguna yang menginginkan fleksibilitas dalam bertransaksi.

HarmonyOS Huawei Tumbuh Pesat, 8 Juta Developer Bergabung

0

Telset.id – Ekosistem HarmonyOS, sistem operasi buatan Huawei, terus menunjukkan pertumbuhan signifikan. Lebih dari 8 juta developer kini telah bergabung dalam pengembangan platform ini, seperti diumumkan Huawei dalam acara Huawei Developer Conference di Dongguan, China.

Menurut data resmi perusahaan, lebih dari 30.000 aplikasi dan meta-layanan HarmonyOS sedang dalam tahap pengembangan atau menerima pembaruan. Aplikasi-aplikasi ini mencakup hampir 20 sektor berbeda, termasuk pemerintahan, layanan kesehatan, dan aplikasi industri.

Lebih dari 100 platform produktivitas utama seperti DingTalk dan Feishu telah beradaptasi dengan HarmonyOS. Platform-platform ini melayani sekitar 38 juta perusahaan di berbagai belahan dunia.

HarmonyOS pertama kali diluncurkan pada 2019 sebagai sistem operasi sumber terbuka yang dirancang untuk berbagai perangkat. Kini, sistem operasi yang dikenal sebagai Hongmeng dalam bahasa Mandarin ini telah digunakan di smartphone, tablet, perangkat wearable, perangkat rumah pintar, dan kendaraan energi baru.

Pada 25 September 2023, Huawei secara resmi meluncurkan aplikasi HarmonyOS secara penuh. Peluncuran ini menandai dimulainya pengembangan ekosistem independen untuk sistem operasi buatan China tersebut.

Dalam konferensi tersebut, Huawei juga memperkenalkan versi beta pengembang dari HarmonyOS 6, generasi terbaru sistem operasi mereka. Selain itu, perusahaan meluncurkan Harmony Agent Framework (HMAF) yang diklaim akan membentuk ekosistem kecerdasan buatan revolusioner.

Framework baru ini memiliki kemampuan pengambilan keputusan secara mandiri dan kolaborasi kolektif. Perkembangan ini menunjukkan komitmen Huawei untuk terus memperluas ekosistem HarmonyOS di berbagai perangkat dan sektor industri.

Seperti dilaporkan sebelumnya di Telset.id, Huawei juga sedang mempersiapkan ekspansi HarmonyOS ke dunia komputasi dengan rencana peluncuran PC berbasis sistem operasi ini.

Pertumbuhan ekosistem HarmonyOS yang pesat ini menandai perkembangan signifikan dalam upaya Huawei membangun alternatif kuat di pasar sistem operasi global. Dengan dukungan jutaan developer dan puluhan ribu aplikasi, HarmonyOS semakin memperkuat posisinya sebagai pesaing serius di industri teknologi.

Kemkomdigi Beri Peringatan ke 7 PSE Belum Terdaftar, Termasuk Nike dan eBay

0

Telset.id – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkomdigi) memberikan surat peringatan kepada tujuh Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) Lingkup Privat yang belum memenuhi kewajiban pendaftaran sesuai Peraturan Menteri Kominfo Nomor 5 Tahun 2020. Langkah ini diambil sebagai upaya penertiban ruang digital di Indonesia.

Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital Alexander Sabar menyatakan, hingga 17 Juni 2025 terdapat tujuh PSE yang belum memberikan respons memadai terkait kewajiban pendaftaran. “Kemkomdigi telah menyampaikan surat peringatan kepada tujuh PSE yang belum memenuhi kewajiban pendaftaran,” tegas Alexander dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat (21/6/2025).

Menurut Alexander, tindakan ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah dalam menciptakan tata kelola sistem elektronik yang tertib. Hal ini juga bertujuan melindungi hak dan kepentingan masyarakat sebagai pengguna layanan digital.

Daftar PSE yang Dapat Peringatan

Berikut tujuh PSE Lingkup Privat yang telah menerima surat peringatan:

  • philips.com (PT Philips Indonesia Commercial)
  • bathandbodyworks.co.id (PT. DUNIA LUXINDO)
  • ebay.com dan aplikasi eBay (ebay, Inc.)
  • nike.com dan aplikasi Nike (Nike, Inc.)
  • xbox.com dan aplikasi Xbox (Microsoft Corporation)
  • klm.com dan aplikasi KLM (KLM Royal Dutch Airlines)
  • lenovo.com dan aplikasi Lenovo (PT. Lenovo Indonesia)

Alexander mengimbau seluruh PSE Lingkup Privat untuk segera merespons surat peringatan tersebut. “Jika hingga batas waktu yang ditentukan PSE masih belum menunjukkan komitmen, Kemkomdigi akan mengambil langkah tegas termasuk pemutusan akses atau pemblokiran layanan,” tegasnya merujuk pada Pasal 7 Peraturan Menteri Kominfo Nomor 5 Tahun 2020.

Kemkomdigi juga membuka ruang klarifikasi bagi PSE yang menghadapi kendala teknis dalam proses pendaftaran. “Seluruh PSE wajib mematuhi ketentuan yang berlaku demi tata kelola sistem elektronik yang tertib dan bertanggung jawab di Indonesia,” tegas Alexander.

Registrasi PSE merupakan bagian dari upaya Kemkomdigi dalam memperkuat infrastruktur digital sekaligus melindungi konsumen. Sebelumnya, Kemkomdigi juga telah menyiapkan peta ekosistem industri gim sebagai bagian dari pengembangan ekonomi digital.

Kemkomdigi: PP Tunas Jadi Literasi Digital Penggunaan Medsos oleh Anak

0

Telset.id – Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) menegaskan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2025 tentang Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik dalam Perlindungan Anak (PP Tunas) menjadi instrumen literasi digital untuk mengatur penggunaan media sosial oleh anak-anak. Aturan ini bertujuan membatasi akses anak ke platform digital yang berpotensi berbahaya.

Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kemkomdigi Bonifasius Wahyu Pudjianto menjelaskan, PP Tunas tidak hanya fokus pada literasi digital bagi anak tetapi juga melibatkan peran orang tua. “Literasi digital dalam PP Tunas mencakup cakap digital, aman digital, budaya digital, hingga etika digital untuk melindungi anak di ranah media sosial,” ujarnya dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (14/6/2025).

Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid sebelumnya mengibaratkan bahaya anak berselancar di internet tanpa pengawasan seperti membiarkan anak 13 tahun menyetir mobil. “Hampir 50% pengguna internet di Indonesia adalah anak-anak. Mereka belum cukup matang memilah konten berisiko seperti pornografi, penculikan, atau judi online,” tegas Meutya.

Peran Orang Tua dalam Pengawasan Digital

Bonifasius menekankan, orang tua memiliki tanggung jawab krusial mengawasi aktivitas digital anak. PP Tunas dirancang sebagai panduan bagi keluarga untuk menciptakan lingkungan online yang aman. “Literasi digital harus dimulai dari rumah. Orang tua perlu memahami risiko dan cara mitigasinya,” tambahnya.

Upaya Kemkomdigi ini sejalan dengan inisiatif program literasi digital seperti “Generasi Happy” oleh Tri yang menyasar generasi muda. Selain itu, Tokopedia juga merilis modul literasi digital untuk meningkatkan kesadaran keamanan berinternet.

Implementasi PP Tunas akan diperkuat dengan kolaborasi multipihak, termasuk penyedia platform digital. Langkah ini merupakan bagian dari strategi nasional meningkatkan indeks literasi digital Indonesia yang masih menghadapi tantangan di aspek keamanan.

OpenAI Putus Kerja Sama dengan Scale AI Usai Investasi Meta

0

Telset.id – OpenAI secara resmi menghentikan kerja sama dengan penyedia data pelatihan AI Scale AI. Keputusan ini diambil setelah Scale AI menerima investasi besar dari Meta, pesaing utama OpenAI di bidang kecerdasan buatan.

Menurut laporan Tech Crunch, langkah ini mengejutkan karena sebelumnya CFO OpenAI Sarah Friar menyatakan kerja sama akan terus berlanjut. Namun, OpenAI kini mengklaim telah memulai proses penghentian kolaborasi bahkan sebelum pengumuman resmi investasi Meta pekan lalu.

OpenAI menjelaskan mereka sedang mencari mitra data alternatif yang lebih spesifik untuk kebutuhan pengembangan model AI generatif canggih. “Kami membutuhkan penyedia data yang benar-benar memahami visi pengembangan AI kami,” ujar juru bicara OpenAI tanpa menyebut nama calon pengganti Scale AI.

Dampak pada Bisnis Scale AI

Kehilangan OpenAI sebagai klien utama memberi tekanan signifikan pada Scale AI. Perusahaan yang bergerak di bidang pelabelan data ini juga dikabarkan akan ditinggalkan Google. Beberapa pesaing Scale AI mengaku menerima peningkatan permintaan dari pengembang model AI yang mencari mitra netral.

Dalam posting blog resmi, penasihat hukum Scale AI berusaha menenangkan pasar dengan menyatakan Meta tidak akan mendapat perlakuan khusus. Mereka juga menegaskan CEO Alexandr Wang tidak terlibat dalam operasional harian terkait kerja sama dengan Meta.

Perubahan Strategi Scale AI

CEO interim Scale AI Jason Droege mengumumkan perubahan fokus bisnis melalui posting blog terpisah. Perusahaan akan memperkuat lini bisnis aplikasi AI kustom untuk pemerintah dan korporasi besar. “Kami melihat peluang besar di sektor solusi AI khusus yang membutuhkan pendekatan unik,” tulis Droege.

Perkembangan terbaru ini terjadi di tengah persaingan ketat di industri AI. Sebelumnya, OpenAI diketahui sedang mengembangkan perangkat AI khusus bersama desainer legendaris Apple Jony Ive. Sementara itu, perilaku AI OpenAI yang mulai menolak perintah manusia juga menjadi sorotan para ahli.

Langkah OpenAI mencari mitra data baru menunjukkan betapa krusialnya kualitas data dalam pengembangan model AI generatif. Industri kini menunggu pengumuman mitra baru OpenAI yang diharapkan dapat mendukung ambisi mereka menciptakan AI yang lebih canggih.