Beranda blog Halaman 122

7 Map Gunung Roblox Terbaik untuk Pemula, Seru dan Tidak Sulit!

0

Telset.id – Siapa bilang mendaki gunung hanya bisa dilakukan di dunia nyata? Di era digital seperti sekarang, platform game Roblox menawarkan pengalaman virtual yang tak kalah seru. Bagi Anda yang baru memulai petualangan di Roblox, jangan khawatir! Ada beberapa map gunung yang ramah untuk pemula, dengan tantangan yang menyenangkan namun tidak terlalu sulit. Mari kita eksplorasi bersama!

Roblox telah berkembang menjadi lebih dari sekadar platform game biasa. Komunitas kreatif di dalamnya terus menghasilkan berbagai simulasi kehidupan, termasuk pendakian gunung. Bagi pemula, memilih map yang tepat adalah kunci untuk menikmati pengalaman tanpa frustasi. Untungnya, developer Roblox menyediakan opsi yang sesuai untuk para pendaki pemula.

Dalam artikel ini, kami akan mengulas tujuh map gunung Roblox terbaik yang cocok untuk pemula. Setiap map menawarkan keunikan dan tantangan berbeda, namun semuanya dirancang dengan tingkat kesulitan yang dapat diatasi oleh pendaki baru. Simak ulasan lengkapnya!

1. Gunung Acumalaka: Pendakian yang Masih Berkembang

Gunung Acumalaka merupakan salah satu map baru di Roblox yang masih dalam tahap pengembangan. Meski demikian, map ini sudah menarik perhatian lebih dari 374 ribu pengunjung dan meraih rating sekitar 73 persen. Developer terus melakukan perbaikan untuk membuat pengalaman mendaki semakin nyaman dan menyenangkan. Bagi pemula, Gunung Acumalaka menawarkan tantangan yang tidak terlalu berat, sehingga cocok sebagai pemanasan sebelum mencoba map yang lebih kompleks.

2. Mount Prau: Nikmati Sunrise Virtual yang Memukau

Jika Anda mencari pengalaman mendaki dengan jalur ringan dan pemandangan alam yang menenangkan, Mount Prau adalah pilihan tepat. Trek yang disediakan cukup ramah untuk pemula karena banyak jalur lurus tanpa hambatan berarti. Daya tarik utama map ini adalah pemandangan sunrise yang memukau. Bayangkan diri Anda berdiri di puncak virtual sambil menikmati matahari terbit—pengalaman yang sulit dilupakan!

3. Mount Kembang: Inspirasi dari Wonosobo

Terinspirasi dari Gunung Kembang di Wonosobo, map ini menghadirkan jalur berkelok dengan panorama gunung yang indah. Rute pendakiannya cenderung sederhana dan landai, tanpa nuansa horor yang mungkin membuat pemula ketakutan. Mount Kembang cocok bagi Anda yang ingin menikmati pendakian santai sambil menikmati keindahan alam virtual. Tidak ada tekanan, hanya kesenangan menjelajah.

4. Gunung Slamet: Tantangan Ringan dengan Checkpoint

Gunung Slamet hadir sebagai rekomendasi lain yang ramah pemula. Meski begitu, pemain tetap perlu memperhatikan tiga aspek penting: kesehatan, stamina, dan kebutuhan minum. Map ini dilengkapi dengan sistem checkpoint di setiap pos, memungkinkan Anda menyimpan progres pendakian. Rintangannya tidak terlalu sulit, meski ada momen menegangkan seperti menyeberangi jurang dengan batang kayu. Kehadiran elemen jumpscare pun membuat permainan terasa lebih seru tanpa membuat frustasi.

5. Gunung Allia: Pendakian Sederhana Tanpa Tekanan

Bagi Anda yang benar-benar ingin bermain tanpa tekanan, Gunung Allia adalah jawabannya. Jalur pendakian di map ini dibuat sangat sederhana—Anda hanya perlu menaiki tangga hingga mencapai tujuan akhir. Tidak ada jebakan, jumpscare, atau rintangan mengejutkan lainnya. Gunung Allia adalah pilihan ideal untuk pemula yang ingin fokus menikmati proses pendakian tanpa harus khawatir dengan tantangan ekstrem.

6. Mount Talamau: Alam Virtual yang Menyegarkan

Mount Talamau menghadirkan suasana alam yang indah dan menyegarkan. Saat mendaki, Anda akan disuguhi pemandangan air terjun, pepohonan lebat, telaga, hingga hamparan bunga virtual yang cantik. Trek pendakiannya relatif mudah dan landai, tanpa kejutan mendadak yang mungkin membuat pemula kaget. Map ini nyaman untuk didaki dan cocok bagi Anda yang ingin merasakan ketenangan alam dalam dunia virtual.

7. Mount Singgalang: Danau Tersembunyi di Tengah Pendakian

Mount Singgalang adalah map lain yang ramah untuk pemula. Jalurnya cukup bersahabat dengan medan yang landai, ditambah pemandangan dataran tinggi yang memanjakan mata. Tidak ada tantangan ekstrem maupun jumpscare di dalamnya. Bahkan, Anda bisa menemukan danau tersembunyi di sepanjang perjalanan. Map ini sempurna untuk pemula yang ingin menjelajah tanpa rasa takut.

Dari tujuh map gunung Roblox di atas, mana yang paling menarik untuk Anda coba? Setiap map menawarkan pengalaman unik yang dapat disesuaikan dengan preferensi dan tingkat keberanian Anda. Jangan lupa, pendakian virtual ini tidak hanya tentang mencapai puncak, tetapi juga tentang menikmati proses dan pemandangan sepanjang perjalanan. Selamat mendaki!

Review HONOR 400, Smartphone AI Terbaik di Kelas Menengah

0

Telset.id – Kita sudah sering mendengar istilah “smartphone AI”, tapi tak sedikit yang cuma tempelan marketing. Ketika benar-benar dicoba, fitur AI-nya cuma segelintir dan fungsinya pun bisa dibilang biasa saja. Namun saat Kami mencoba HONOR 400, ada sesuatu yang berbeda. Ini bukan soal gimmick atau sekadar tren, tapi tentang bagaimana kecerdasan buatan bisa benar-benar membantu dan menyederhanakan hidup sehari-hari.

Ya, inilah review lengkap Kami setelah beberapa satu minggu memakai HONOR 400, sebuah smartphone AI yang hadir di pasar Indonesia sebagai bagian dari comeback HONOR tahun ini. Tak hanya unggul di fitur, desain dan performanya pun layak diperhitungkan.

Paket Penjualan: Lengkap dan Langsung Pakai

Kesan pertama Kami saat membuka kotaknya: rapi dan lengkap. Di dalamnya sudah tersedia unit smartphone (dengan screen protector terpasang), charger HONOR SuperCharge 66W, kabel USB-C, casing bening, SIM ejector, dan dokumen.

Tak perlu buru-buru ke toko aksesori. Semua kebutuhan dasar sudah ada, dan casing bawaannya pun cukup pas serta nyaman digenggam.

Desain: Tipis, Flat, dan Tetap Elegan

Saat pertama kali menggenggam HONOR 400, hal yang langsung terasa adalah ringannya bobot dan nyamannya bentuk flat-nya. Kami pribadi menggunakan varian Black dan Gold, yang punya corak visual unik di back cover-nya. Beda dengan warna polos lainnya, varian ini terlihat lebih artistik—dan memang jadi head-turner saat digunakan di tempat umum.

Material kaca di belakang membuatnya terasa seperti flagship, sementara frame polikarbonat menjaga bobot tetap ringan. Ketebalannya hanya 7,3 mm, dan berat 184 gram—sungguh impresif untuk smartphone dengan baterai 6000 mAh.

Rating IP66 dan sertifikasi SGS-5-Star Drop Resistance juga memberi rasa aman saat Kami menggunakannya sambil ngopi di teras saat hujan rintik-rintik. Bukan untuk dicelup tentu, tapi setidaknya tidak perlu panik ketika ada cipratan air.

Layar AMOLED 120Hz: Tajam, Cerah, dan Adem di Mata

Panel AMOLED 6,55 inci di HONOR 400 hadir dengan resolusi 2736 x 1264 pixel dan refresh rate adaptif hingga 120Hz. Layar ini bukan cuma tajam, tapi juga responsif. Scrolling terasa halus, dan saat Kami menonton video HDR, warnanya benar-benar hidup.

Yang membuat Kami terkesan adalah klaim peak brightness 5000 nits. Saat dites langsung di luar ruangan siang hari, brightness-nya memang terasa sangat terang. Berdasarkan pengukuran dengan alat sederhana, di mode simulasi outdoor, layarnya bisa tembus hingga 1500 nits—cukup buat membaca pesan atau melihat maps di bawah terik matahari.

Kami juga mencoba fitur Motion Sickness Relief—dan ternyata bekerja cukup efektif. Saat menggunakan HP di mobil (baca-baca artikel sambil jalan), titik-titik biru di layar menjaga fokus mata tetap stabil. Tidak sepenuhnya menghilangkan rasa pusing, tapi Kami merasakan bedanya.

Performa: Snapdragon 7 Gen 3 yang Tangguh untuk Harian

Meski bukan SoC terbaru, Snapdragon 7 Gen 3 terbukti cukup tangguh. Kami menggunakan varian 12 GB RAM dan 512 GB storage—satu-satunya varian yang tersedia di Indonesia.

Multitasking berjalan lancar. Kami sempat mencoba buka 9 aplikasi sekaligus (Tokopedia, Chrome, YouTube, Instagram, TikTok, Google Docs, WhatsApp, Canva, CapCut, dan Shopee) tanpa lag berarti. Bahkan saat edit video singkat di CapCut, performanya tetap stabil.

Gaming? Kami coba PUBG Mobile di settingan “HDR – Ultra” dan hasilnya playable tanpa frame drop yang mengganggu. Suhu bodi tetap adem—mungkin karena optimasi OS dan desain thermal yang baik.

Kamera 200 MP: Resolusi Tinggi yang Nyata Manfaatnya

HONOR 400 menyematkan kamera utama 200 MP dengan sensor besar 1/1.4”. Di siang hari, hasil jepretan terasa tajam, dengan dynamic range yang baik dan warna akurat.

Kami mencoba ambil foto bunga dengan latar belakang cahaya matahari langsung, dan efek bokehnya alami sekali. Di malam hari, performa low-light juga cukup baik. Noise masih ada, tapi tidak merusak detail secara keseluruhan. Fitur Night Mode mampu menyeimbangkan pencahayaan secara cerdas.

Yang mencuri perhatian Kami justru kamera depannya—50 MP dengan kemampuan rekam 4K. Saat dipakai buat video call atau selfie, detail wajah terlihat natural tanpa efek beauty yang berlebihan. Cocok untuk Anda yang aktif di Instagram Reels atau TikTok.

Fitur AI: Ini yang Membuat HONOR 400 Unik

Inilah bagian paling menarik dari HONOR 400. Kami sudah mencoba hampir semua fitur AI-nya, dan bisa bilang: ini bukan gimmick.

✨ AI Eraser 2.0

Kami memotret pemandangan di taman, tapi ada orang nyelonong di latar. Dengan fitur ini, Kami cukup tandai objeknya, dan sistem langsung menghapus serta menambal dengan tekstur sekitarnya. Rapi. Tidak sempurna 100%, tapi cukup untuk unggah ke medsos tanpa edit tambahan.

🖼️ AI Outpainting

Kami punya foto pemandangan yang terpotong. Dengan fitur ini, bagian luar foto bisa diperluas secara otomatis—mirip seperti content-aware fill di Photoshop. Cocok untuk ubah aspect ratio dari 4:3 ke 16:9 tanpa merusak komposisi.

🎬 AI Image to Video

Fitur paling “wow”. Kami upload satu foto wajah, dan AI-nya mengubahnya menjadi video dengan animasi halus—seperti karakter yang bernapas dan mengedip. Ini menggunakan model Veo 2 dari Google. Memang belum bisa pilih gaya video, tapi untuk fitur built-in di smartphone, ini terobosan besar.

🛡️ AI Deepfake Detection

Saat video call, AI melakukan deteksi wajah lawan bicara. Kami sempat uji coba dengan video deepfake dari YouTube—dan sistem langsung memberi warning. Menarik sekali, terutama di era maraknya penipuan digital.

📝 AI Compose & Proofreading

Kami menulis caption untuk Instagram, lalu minta HONOR 400 menyempurnakannya. Hasilnya? Lebih rapi, natural, dan bebas typo. Bahkan Kami juga coba buat surat lamaran kerja dari prompt sederhana—dan hasilnya cukup layak untuk dikirimkan!

OS dan Update: Magic OS 9.0, Ringan dan Bersih

Magic OS 9.0 berbasis Android 15 berjalan mulus. Antarmukanya bersih, bebas iklan, dan sebagian besar aplikasi bawaan bisa dihapus. Kami sangat mengapresiasi ini.

Untuk dukungan pembaruan, HONOR menjanjikan 2 kali update Android besar dan 3 tahun patch keamanan. Kombinasi ini cukup aman untuk investasi jangka menengah.

Fitur HONOR Connect juga patut dicoba. Kami berhasil mentransfer file dari HONOR 400 ke iPhone hanya dengan drag & drop. Setup-nya mudah, dan prosesnya cepat.

Baterai 6000 mAh: Tahan Seharian, Charge Sekejap

Dengan baterai sebesar ini dan teknologi Silicon Carbon, daya tahannya luar biasa. Dalam penggunaan intensif (kamera, gaming, browsing, video call), HONOR 400 mampu bertahan dari jam 8 pagi hingga 11 malam tanpa isi ulang.

Ketika akhirnya dicas, HONOR SuperCharge 66W mengisi dari 5% ke 70% dalam waktu sekitar 30 menit. Sangat membantu ketika harus buru-buru.

Kesimpulan:

HONOR 400 bukan smartphone AI yang asal menyematkan fitur pintar. Dari yang Kami alami sendiri, fitur-fitur AI-nya relevan dan benar-benar dipakai. Kamera 200 MP bukan sekadar angka, layar AMOLED-nya nyaman dipandang, dan performa harian tidak mengecewakan.

Apakah ini smartphone AI terbaik di kelasnya? Kami percaya jawabannya: iya. Setidaknya untuk saat ini. HONOR 400 membuktikan bahwa AI di smartphone bukan sekadar pelengkap, tapi bisa menjadi nilai tambah nyata bagi pengguna sehari-hari.

Jika Anda mencari smartphone AI yang fungsional, bukan gimmick, HONOR 400 layak jadi pilihan utama. Paling tidak di segmen mid range.

HONOR Luncurkan Tablet AI dan Smartwatch di Indonesia, Harga Mulai Rp1,6 Juta

0

Telset.id – HONOR secara resmi meluncurkan rangkaian produk all-scenario terbaru di Indonesia pada September 2025, yang terdiri dari tiga tablet AI pintar—HONOR Pad 10, HONOR Pad X9a, dan HONOR Pad X7—serta smartwatch HONOR Watch Fit. Peluncuran ini menandai komitmen HONOR dalam memperluas ekosistem cerdas di Tanah Air dengan harga yang terjangkau.

Produk-produk tersebut didesain untuk memberikan pengalaman multitasking yang efisien, produktivitas tinggi, dan hiburan imersif, didukung fitur AI canggih serta konektivitas lintas perangkat melalui HONOR Connect. Justin Li, President of HONOR South Pacific, menyatakan antusiasme merek terhadap respons positif pasar Indonesia terhadap generasi tablet sebelumnya, yang memacu inovasi lebih relevan pada seri terbaru.

“Kami antusias memperkenalkan HONOR Pad Series dan perangkat wearable terbaru di Indonesia sebagai bagian dari strategi memperluas ekosistem cerdas HONOR. Dengan konektivitas mulus antara smartphone, tablet, dan wearable, HONOR menghadirkan pengalaman teknologi yang praktis dan menyeluruh,” ujar Li dalam pernyataan resmi.

HONOR Pad 10: Tablet Premium dengan Aksesori Lengkap

HONOR Pad 10 menjadi flagship dalam jajaran tablet baru ini, menawarkan desain tipis dan elegan dilengkapi aksesori bawaan berupa HONOR Pad 10 Bluetooth Keyboard dan HONOR CHOICE Pencil. Perangkat ini dirancang untuk memberikan pengalaman produktivitas layaknya PC, dengan dukungan layar 12,1 inci 2.5K HONOR Eye Comfort Display beresolusi 2560×1600 piksel.

Layar tersebut memiliki kecerahan hingga 500 nits, rasio layar-ke-bodi 88%, dan refresh rate 120Hz untuk pengalaman visual yang smooth. Teknologi AI Dynamic Display mampu menyesuaikan kecerahan secara otomatis hingga 200%, sementara dukungan Netflix Widevine L1 HD memastikan kualitas streaming terbaik. Enam speaker dengan HONOR Spatial Audio turut menyempurnakan pengalaman hiburan.

Content image for article: HONOR Luncurkan Tablet AI dan Smartwatch di Indonesia, Harga Mulai Rp1,6 Juta

Dari segi perlindungan mata, HONOR Pad 10 dilengkapi lima teknologi termasuk sertifikasi ganda TÜV Rheinland untuk Low Blue Light dan Flicker Free Eye Comfort. Fitur AI Defocus Technology mengurangi ketegangan mata untuk penggunaan jangka panjang.

Performa ditopang chipset Qualcomm Snapdragon 7 Gen 3 berfabrikasi 4nm, yang disebut 50% lebih kencang pada GPU dan 15% lebih cepat pada CPU dibanding pendahulunya, HONOR Pad 5 10.1. Baterai 10.100 mAh dengan teknologi HONOR SuperCharge 35W mampu bertahan hingga 11,9 jam pemakaian TikTok dan standby 80 hari.

MagicOS 9.0 membawa fitur AI canggih seperti AI Notes Assistant untuk konversi suara ke teks, AI Summary untuk ringkasan otomatis, dan AI Handwritten Formula Recognition. HONOR Docs, aplikasi bawaan, menawarkan fitur setara PC termasuk Pivot Table dan pengolahan PDF.

HONOR Pad X9a dan X7: Opsi Menengah dan Entry-Level

HONOR Pad X9a hadir sebagai alternatif menengah dengan layar 11,5 inci 2.5K FullView Display dan chipset Snapdragon 685. Tablet ini menyertakan keyboard Bluetooth secara bawaan, didukung baterai 8.300 mAh dan desain metallic unibody yang ringan.

Sementara HONOR Pad X7 menarget segmen entry-level dengan layar 8,7 inci HD, prosesor Snapdragon 680, dan baterai 7.020 mAh. Perangkat mendukung storage expandable hingga 1TB dan cocok untuk penggunaan hiburan sehari-hari.

Kedua model ini turut mendukung fitur multitasking dan konektivitas HONOR Connect, menyelaraskan dengan strategi ekspansi ekosistem HONOR yang juga terlihat pada produk AI lainnya untuk traveler.

HONOR Watch Fit: Smartwatch untuk Gaya Hidup Sehat

Melengkapi lini produk, HONOR Watch Fit menawarkan desain stylish dengan bobot hanya 30g dan layar AMOLED 1,32 inci beresolusi 352 PPI. Baterai mampu bertahan hingga 23 hari dengan fitur pemantauan kesehatan seperti Body Energy, AI Exercise Suggestion, dan Healthy Morning Report.

Smartwatch ini memiliki lebih dari 100 mode olahraga, pemantauan SpO2 24 jam, serta fitur Body Energy Level yang memberikan rekomendasi aktivitas berdasarkan energi pengguna. Pemantauan stres dan kualitas tidur turut disematkan untuk kesehatan mental yang lebih holistic.

HONOR Watch Fit dirancang untuk konsumen yang mengutamakan kebugaran dan produktivitas, sejalan dengan tren wearable yang semakin populer di Indonesia.

Harga dan Ketersediaan

Pre-order seluruh produk akan dibuka mulai 5 September 2025 di HONOR Experience Store Gandaria City, Bintaro Xchange, dan Cibinong City Mall (beroperasi 13 September). Produk juga tersedia di Erafone, Shopee, dan mitra resmi HONOR lainnya.

HONOR Pad 10 dibanderol Rp5.499.000 dengan bonus senilai Rp3.499.000 termasuk keyboard, pencil, giftbox, garansi tambahan, dan cashback Rp500.000. HONOR Pad X9a hadir di harga Rp3.999.000 dengan bonus Rp2.099.000, sementara HONOR Pad X7 dijual Rp1.599.000 dengan bonus Rp250.000. HONOR Watch Fit dipatok Rp1.299.000 dengan cashback Rp200.000.

Pembayaran cicilan 0% hingga 24 bulan turut ditawarkan, memperluas aksesibilitas bagi konsumen Indonesia. Kehadiran produk-produk ini memperkaya pilihan tablet dan wearable berkualitas di pasar lokal, bersaing dengan merek lain seperti perangkat berkinerja tinggi dalam benchmark.

OpenAI Dituduh Paranoid dan Kejar Lawan dengan Subpoena

0

Telset.id – OpenAI, perusahaan di balik ChatGPT, dituduh menunjukkan perilaku paranoid dengan mengirimkan subpoena kepada sejumlah organisasi nirlaba keselamatan AI. Langkah ini diambil menyusul transisi perusahaan dari nirlaba ke struktur for-profit, yang memicu berbagai penentangan termasuk dari pendiri Elon Musk.

Menurut laporan San Francisco Standard, OpenAI telah mengirimkan permintaan dokumen hukum kepada setidaknya tiga organisasi nirlaba yang fokus pada tata kelola AI. Salah satunya adalah Encode Justice, yang diwakili oleh penasihat umum Nathan Calvin. Calvin mengungkapkan keterkejutannya ketika menerima subpoena dari OpenAI melalui seorang petugas sherif di Washington, DC.

“Saya hanya berpikir, ‘Wow, mereka benar-benar melakukan ini,'” kata Calvin kepada San Francisco Standard. “‘Ini benar-benar terjadi.'” Subpoena tersebut menuntut Encode Justice untuk memberikan informasi tentang keterlibatan Musk dalam pendirian OpenAI dan komunikasi dengan Mark Zuckerberg, CEO Meta.

Latar Belakang Konflik

Konflik ini berawal dari keputusan OpenAI untuk beralih dari struktur nirlaba ke for-profit pada 2024. Musk, yang merupakan salah satu pendiri awal, menggugat perusahaan dengan alasan pengabaian misi awal untuk mengembangkan AI bagi kemanusiaan, bukan keuntungan finansial. Gugatan ini juga menyusul penolakan Altman terhadap tawaran akuisisi senilai hampir $100 miliar dari Musk sebelumnya.

OpenAI melalui pengacara Ann O’Leary membela tindakan mereka dengan menyatakan bahwa subpoena bertujuan untuk mengungkap “penyandang dana yang memegang saham langsung di perusahaan pesaing,” termasuk Musk, Zuckerberg, dan investor Anthropic seperti Dustin Moskovitz dan Pierre Omidyar. “Ini tentang transparansi mengenai siapa yang mendanai organisasi-organisasi ini,” tegas O’Leary.

Dampak pada Organisasi Kecil

Bagi organisasi kecil seperti Encode Justice, tekanan dari OpenAI menimbulkan beban signifikan. Calvin mengakui bahwa proses hukum ini menguras waktu dan sumber daya yang seharusnya dapat dialokasikan untuk misi organisasi. “Ini melelahkan bagi organisasi kecil, dan bagi saya secara pribadi, untuk menghabiskan banyak waktu berurusan dengan pengacara dan menanggapi wartawan tentang tuduhan yang konyol dan palsu,” ujarnya.

OpenAI juga menargetkan kelompok nirlaba lain yang mendukung RUU California yang sempat diusulkan untuk memblokir transisi for-profit perusahaan. Meskipun RUU tersebut akhirnya dibatalkan, OpenAI tetap memandang kelompok-kelompok ini sebagai bagian dari konspirasi yang lebih besar.

Calvin menyimpulkan bahwa OpenAI tampaknya terjebak dalam “gelembung paranoid” di tengah tekanan dari Meta yang berusaha merekrut karyawan mereka dan Musk yang dianggap ingin menjatuhkan perusahaan. “Saya pikir mereka hanya melihat konspirasi dan bayangan musuh mereka di tempat-tempat yang sebenarnya tidak ada,” tambahnya.

Perkembangan terbaru ini terjadi dalam konteks yang lebih luas di mana Sam Altman terus memperingatkan tentang batasan ChatGPT sambil memimpin perusahaan melalui transformasi besar-besaran. Sementara itu, perubahan struktur kepemimpinan di OpenAI juga terus berlanjut dengan penunjukan Fidji Simo sebagai CEO divisi aplikasi.

Meskipun menghadapi berbagai tantangan, OpenAI tetap menjadi salah satu perusahaan AI paling bernilai di dunia. Namun, ekspansi ke bidang baru seperti antarmuka otak-komputer menunjukkan bahwa perusahaan tidak berhenti berinovasi meski di tengah kontroversi.

Dampak jangka panjang dari tindakan hukum OpenAI terhadap organisasi nirlaba masih harus dilihat. Namun, yang jelas, insiden ini mencerminkan ketegangan yang semakin meningkat dalam ekosistem AI antara kepentingan komersial dan nilai-nilai keselamatan yang menjadi fondasi awal pengembangan teknologi ini.

Garmin fēnix 8 Pro: Revolusi MicroLED dan Konektivitas Satelit

0

Telset.id – Bayangkan Anda sedang mendaki gunung terpencil, jauh dari jangkauan sinyal seluler, namun tetap bisa mengirim pesan dan berbagi lokasi dengan keluarga. Atau membayangkan membaca peta dan statistik kesehatan di bawah terik matahari dengan kejernihan layar yang belum pernah Anda alami sebelumnya. Itulah yang ditawarkan Garmin fēnix 8 Pro, smartwatch yang tidak hanya mendefinisikan ulang standar kecerahan layar, tetapi juga menghadirkan konektivitas satelit langsung di pergelangan tangan.

Garmin kembali mengejutkan dunia wearable dengan meluncurkan seri fēnix 8 Pro pada 3 September 2025 di Amerika Serikat. Smartwatch premium ini bukan sekadar upgrade minor, melainkan lompatan besar dalam teknologi yang mengintegrasikan layar MicroLED pertama di kelasnya dan fitur inReach untuk konektivitas satelit dan seluler. Bagi para petualang dan atlet, ini bukan hanya gadget—ini adalah penjaga keselamatan dan performa yang selalu siap menemani setiap langkah.

Sejak diluncurkan pertama kali, seri fēnix selalu identik dengan inovasi. Ingat Garmin fēnix 6X Pro Solar sebagai smartwatch bertenaga surya pertama di dunia? Atau fēnix 7 dengan GNSS multi-band dan senter LED terintegrasi? Kini, fēnix 8 Pro melanjutkan tradisi tersebut dengan dua terobosan utama: layar MicroLED ultra-terang dan teknologi inReach built-in. Gabungan ini menjadikannya bukan sekadar smartwatch, melainkan companion pintar untuk segala petualangan.

Konektivitas Tanpa Batas dengan Teknologi inReach

Salah satu fitur paling revolusioner di fēnix 8 Pro adalah integrasi teknologi inReach. Untuk pertama kalinya, pengguna dapat menikmati konektivitas satelit dan seluler langsung dari pergelangan tangan, tanpa perlu membawa ponsel. Fitur ini sangat berguna bagi para pendaki, pelari trail, atau siapa pun yang sering beraktivitas di area terpencil.

Content image for article: Garmin fēnix 8 Pro: Revolusi MicroLED dan Konektivitas Satelit

Dengan konektivitas satelit, Anda bisa mengirim pesan teks, melakukan check-in lokasi, dan bahkan memantau perjalanan melalui LiveTrack. Saat terhubung ke jaringan LTE, fiturnya semakin lengkap: panggilan telepon, pesan suara, dan prakiraan cuaca real-time tersedia dengan mudah. Yang tak kalah penting, fēnix 8 Pro dilengkapi fungsi SOS yang didukung Garmin Response Center—tim tanggap darurat 24/7 yang telah menangani lebih dari 17.000 insiden di seluruh dunia.

Layar MicroLED: Kecerahan yang Mengesankan

Jika Anda pernah kesulitan membaca layar smartwatch di bawah sinar matahari langsung, fēnix 8 Pro punya solusinya. Smartwatch ini menjadi yang pertama mengadopsi layar MicroLED, dengan lebih dari 400.000 LED individual yang menghasilkan kecerahan hingga 4.500 nits. Angka itu bukan sekadar jargon teknis—ini berarti tingkat keterbacaan yang superior bahkan dalam kondisi paling terang.

MicroLED bukan hanya tentang kecerahan, tetapi juga efisiensi energi dan ketajaman warna. Teknologi ini memungkinkan fēnix 8 Pro menampilkan peta, statistik kebugaran, dan metrik kesehatan dengan detail yang memukau. Bagi Garmin, ini adalah pencapaian besar dalam produksi massal wearable technology, sekaligus bukti bahwa inovasi tidak pernah berhenti.

Dirancang untuk Petualang Sejati

fēnix 8 Pro tidak hanya mengandalkan fitur konektivitas dan layar canggih. Smartwatch ini juga dilengkapi dengan segudang fitur performa, navigasi, dan kesehatan yang telah menjadi trademark Garmin. Dari Endurance Score, Hill Score, Daily Suggested Workouts, hingga peta TopoActive yang sudah terpasang—semuanya dirancang untuk membantu Anda mencapai performa terbaik.

Fitur kesehatan seperti aplikasi Garmin ECG dan Sleep Coach juga hadir untuk memastikan Anda tetap sehat selama berpetualang. Namun, perlu diingat bahwa aplikasi ECG hanya tersedia di smartwatch tertentu dan tidak dapat diakses di semua wilayah. Selalu periksa ketersediaan fitur sesuai lokasi Anda.

Bicara soal ketersediaan, fēnix 8 Pro dan varian MicroLED-nya akan mulai dijual di AS pada 8 September 2025. Untuk wilayah lain, termasuk Indonesia, peluncurannya akan disesuaikan dengan regulasi satelit setempat. Garmin berkomitmen untuk bekerja sama dengan pemerintah dan penyedia layanan telekomunikasi agar produk ini dapat dinikmati oleh lebih banyak orang.

Nah, bagi Anda yang sudah menggunakan produk Garmin sebelumnya, tips seperti mengatasi bug bootloop mungkin berguna untuk menjaga perangkat tetap optimal. Atau jika Anda tertarik dengan varian premium lainnya, Garmin MARQ Adventurer Damascus Steel Edition bisa menjadi alternatif yang menarik.

Garmin fēnix 8 Pro bukan sekadar smartwatch—ia adalah bukti bahwa teknologi wearable bisa menghadirkan keamanan, konektivitas, dan performa dalam satu paket lengkap. Dengan filosofi “engineered on the inside for life on the outside,” produk ini siap menemani setiap petualangan Anda, di mana pun dan kapan pun.

Samsung Galaxy A17 5G: HP 3 Jutaan dengan AI untuk Produktivitas Maksimal

0

Telset.id – Di era di mana produktivitas menjadi kunci kesuksesan, memiliki smartphone yang mampu mendukung berbagai aktivitas dari pagi hingga malam bukan lagi sekadar keinginan, melainkan kebutuhan. Samsung Electronics Indonesia menjawab tantangan ini dengan meluncurkan Galaxy A17 5G, ponsel pintar dengan harga terjangkau yang dibekali kecerdasan buatan untuk membantu pengguna tetap produktif, kreatif, dan terhubung dengan cara yang lebih cerdas.

Dengan harga spesial Rp 3.699.000, Galaxy A17 5G menawarkan kombinasi unik antara fitur AI canggih, performa tangguh, dan desain yang stylish. Ponsel ini hadir dalam tiga pilihan warna menarik: Blue, Grey, dan Black, dengan bodi yang lebih tipis dan ringan dari generasi sebelumnya. Lantas, apa saja yang membuat smartphone ini layak menjadi partner produktivitas Anda?

AI Circle to Search dan Gemini: Revolusi Cara Kerja

Salah satu fitur andalan Galaxy A17 5G adalah kehadiran Circle to Search (CTS), yang memungkinkan pengguna mencari informasi dengan cepat hanya dengan melingkari teks, gambar, atau objek di layar. Bayangkan saat Anda membaca jurnal berbahasa Inggris dan menemukan istilah teknis yang tidak familiar. Dengan CTS, cukup lingkari kata tersebut, dan dalam sekejap Anda akan mendapatkan terjemahan atau penjelasan detail tanpa perlu berpindah aplikasi. Sungguh efisien, bukan?

Tak hanya itu, Galaxy A17 5G juga mengintegrasikan Gemini, asisten AI cerdas yang dapat diakses dengan menekan lama tombol power. Gemini mampu menjawab pertanyaan kompleks, merangkum materi kuliah atau rapat, bahkan membantu menghasilkan ide kreatif dalam hitungan detik. Fitur ini sangat berguna bagi pelajar, mahasiswa, dan profesional yang membutuhkan solusi cepat dan akurat dalam aktivitas sehari-hari.

Content image for article: Samsung Galaxy A17 5G: HP 3 Jutaan dengan AI untuk Produktivitas Maksimal

Multitasking Lancar dengan Performa Mumpuni

Galaxy A17 5G ditenagai oleh prosesor Exynos 1330 berteknologi 5nm, yang menghadirkan performa bertenaga untuk berbagai aktivitas produktif. Mulai dari editing dokumen, meeting daring, hingga streaming materi belajar, semuanya berjalan dengan mulus. Dengan RAM 8GB dan penyimpanan hingga 256GB, Anda tidak perlu khawatir kehabisan ruang untuk menyimpan file kerja, foto, dan aplikasi pendukung produktivitas.

Layar Super AMOLED 6,7 inci dengan refresh rate 90Hz membuat pengalaman scrolling chat, membaca dokumen, dan menonton video menjadi lebih jernih, lancar, dan nyaman. Ukuran layar yang luas memudahkan Anda menjawab chat WhatsApp dari teman atau grup kuliah, melihat presentasi, atau menikmati video hiburan favorit tanpa gangguan. Plus, Galaxy A17 5G hadir tanpa iklan yang mengganggu, sehingga fokus Anda tetap terjaga.

Baterai 5.000mAh dengan dukungan 25W Fast Charging memastikan ponsel ini siap menemani aktivitas padat dari pagi hingga malam. Dan ketika sedang di perjalanan dan tiba-tiba turun hujan ringan, sertifikasi IP54 memastikan perangkat tetap aman dari percikan air. Jadi, Anda bisa melanjutkan aktivitas tanpa khawatir.

Ekosistem Galaxy untuk Pengalaman Terpadu

Maksimalkan pengalaman produktif Anda dengan melengkapi Galaxy A17 5G dengan perangkat ekosistem Galaxy seperti Galaxy Buds Core. Dengan ANC (Active Noise Cancellation), Anda bisa fokus pada meeting atau mendengarkan musik favorit tanpa gangguan suara sekitar. Fitur ini sangat berguna bagi Anda yang sering bekerja atau belajar di lingkungan ramai.

Galaxy A17 5G bukan sekadar smartphone biasa. Ia adalah bukti bahwa teknologi canggih bisa hadir dalam harga yang terjangkau. Dengan segala keunggulannya, ponsel ini siap menjadi partner andalan bagi anak muda Indonesia yang ingin tetap produktif, aman, dan terkoneksi sepanjang hari.

Galaxy A17 5G sudah bisa didapatkan di store resmi Samsung, e-commerce partner, dan retailer pilihan di seluruh Indonesia. Setiap pembelian datang dengan bonus senilai hingga Rp 817.700, termasuk gratis travel adapter 25W, paket data XL 60GB, dan diskon 30% untuk Samsung Care+ 2 tahun proteksi total. Bagi yang ingin melengkapi pengalaman dengan Galaxy Buds Core, tersedia potongan 10% dari harga awal Rp 799.000 untuk purchase with purchase bersama Galaxy A17 5G.

Jadi, tunggu apa lagi? Tingkatkan produktivitas Anda dengan Galaxy A17 5G dan rasakan penggunaannya yang lebih cerdas dan efisien. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi situs resmi Samsung atau hubungi retailer terdekat.

Cara Mendengarkan Dokumen di Google Docs dengan Fitur Audio AI Gemini

0

Telset.id – Pernahkah Anda membayangkan dokumen yang bisa berbicara? Google baru saja menghadirkan revolusi aksesibilitas dengan meluncurkan fitur audio di Google Docs, memungkinkan teks dibacakan langsung oleh AI Gemini. Bagi Anda yang kerap berkutat dengan dokumen panjang atau memiliki kebutuhan aksesibilitas, fitur ini bukan sekadar gimmick—ini adalah terobosan yang mengubah cara kita berinteraksi dengan teks.

Bayangkan: alih-alih harus membaca ratusan halaman laporan, Anda cukup duduk santai sambil mendengarkan dokumen tersebut dibacakan dengan suara natural. Fitur ini tak hanya memudahkan pekerjaan, tetapi juga membuka pintu bagi inklusivitas, membantu mereka yang memiliki keterbatasan visual atau preferensi belajar auditori. Lantas, bagaimana cara memanfaatkannya? Simak panduan lengkapnya berikut ini.

Cara Mengaktifkan Fitur Audio di Google Docs

Menggunakan fitur audio di Google Docs sangatlah sederhana. Pertama, buka dokumen yang ingin Anda ubah menjadi audio. Pada bilah menu di bawah judul, klik Tools (atau Alat jika menggunakan bahasa Indonesia), lalu pilih opsi Audio. Selanjutnya, klik Listen to this tab, dan secara instan, teks dalam dokumen akan dibacakan oleh AI Gemini. Prosesnya cepat, tanpa perlu konfigurasi rumit.

Selain itu, penulis dokumen dapat menambahkan tombol audio khusus melalui menu Insert > Audio. Dengan ini, pembaca cukup mengklik tombol tersebut untuk memutar audio tanpa harus membuka menu Tools. Fitur ini sangat berguna untuk dokumen yang dibagikan secara luas, memastikan pengalaman mendengarkan yang lebih intuitif.

Kustomisasi dan Keterbatasan Fitur

Google menyatakan bahwa audio yang dihasilkan dapat disesuaikan sesuai preferensi pengguna. Anda bisa memilih jenis suara—mulai dari yang bernada formal hingga lebih kasual—serta mengatur kecepatan pemutaran. Sayangnya, fitur ini masih terbatas pada dokumen berbahasa Inggris dan hanya dapat diakses melalui perangkat desktop. Untuk pengguna bahasa lain, mungkin perlu menunggu update selanjutnya.

Fitur audio di Docs saat ini tersedia untuk pengguna Google Workspace dengan paket bisnis, enterprise, atau pendidikan, serta pelanggan langganan AI Pro dan Ultra. Ini menunjukkan komitmen Google dalam menyasar segmen profesional dan edukasi terlebih dahulu, sebelum mungkin meluncurkannya untuk pengguna umum.

Dengan hadirnya fitur ini, Google semakin memperkuat integrasi AI dalam ekosistem Workspace. Seperti yang pernah diulas Telset.id dalam artikel Google Beri Akses Gratis AI Premium dan Cloud 2TB untuk Mahasiswa AS, langkah ini sejalan dengan strategi perusahaan dalam mendemokratisasi akses teknologi AI.

Masa Depan Dokumen Interaktif

Fitur audio di Google Docs bukan hanya tentang konversi teks-ke-suara; ini adalah pintu menuju dokumen yang lebih interaktif dan mudah diakses. Di era di mana multitasking menjadi norma, kemampuan untuk “membaca” sambil melakukan aktivitas lain—seperti berkendara atau berolahraga—adalah nilai tambah yang signifikan.

Meski masih terbatas, fitur ini berpotensi berkembang pesat. Ke depannya, kita mungkin melihat integrasi dengan lebih banyak bahasa, dukungan mobile, dan bahkan kemampuan untuk menyesuaikan emosi dalam suara AI. Untuk saat ini, bagi Anda yang termasuk dalam segmen eligible, tak ada salahnya mencoba dan merasakan langsung bagaimana AI Gemini membacakan dokumen Anda.

Jika tertarik dengan tools produktivitas lainnya, jangan lewatkan ulasan Telset.id tentang Rekomendasi 13 Aplikasi untuk Presentasi, Alternatif Selain PowerPoint. Siapa tahu, Anda bisa menemukan kombinasi tools yang tepat untuk workflow Anda.

OpenAI Buka Fitur Projects untuk Pengguna Gratis ChatGPT

0

Telset.id – Bagi Anda yang selama ini menggunakan ChatGPT secara gratis, ada kabar baik dari OpenAI. Perusahaan yang didukung Microsoft ini akhirnya membuka akses fitur Projects untuk semua pengguna, tak terkecuali yang belum berlangganan. Fitur yang sebelumnya eksklusif untuk pelanggan berbayar ini memungkinkan Anda mengorganisir percakapan dengan asisten AI dalam satu wadah tematik.

Bayangkan Anda sedang mengerjakan beberapa proyek sekaligus—mungkin riset untuk skripsi, perencanaan konten media sosial, dan analisis data keuangan. Tanpa sistem pengelolaan yang baik, riwayat chat bisa berantakan dan menyulitkan. Di sinilah Projects hadir sebagai solusi. Meski pada dasarnya mirip folder, fitur ini dilengkapi kemampuan untuk mengatur instruksi khusus bagaimana AI merespons serta membatasi informasi dan file yang bisa diakses.

OpenAI juga meningkatkan batas unggahan file dalam setiap project. Pengguna gratis kini dapat mengunggah hingga 5 file, sementara pelanggan Plus dan Pro masing-masing mendapatkan kuota 25 dan 40 file. Tak hanya itu, semua pengguna—baik gratis maupun berbayar—bisa menyesuaikan warna dan ikon project sesuai preferensi. Langkah ini memperkuat posisi ChatGPT sebagai alat kolaborasi yang lebih personal dan terstruktur.

Antarmuka Projects ChatGPT yang menunjukkan organisasi chat berdasarkan topik

Strategi OpenAI ini bukanlah hal baru. Sejak beberapa tahun terakhir, mereka kerap “meneteskan” fitur premium ke pengguna gratis secara bertahap. Deep Research dan ChatGPT Voice adalah contoh fitur yang awalnya hanya untuk pelanggan berbayar, namun kini bisa dinikmati semua orang. Pola serupa terlihat pada peluncuran GPT-5, yang meski tersedia untuk semua, pengguna gratis dibatasi jumlah penggunaannya.

Apakah ini cara halus OpenAI untuk mengonversi pengguna gratis menjadi pelanggan? Sangat mungkin. Dengan memberikan taste fitur premium—meski dengan batasan—pengguna diajak merasakan manfaat yang lebih besar, yang pada akhirnya bisa mendorong mereka untuk upgrade. Dalam persaingan ketat layanan AI, strategi semacam ini menjadi senjata ampuh mempertahankan sekaligus memperluas basis pengguna.

Fitur Projects sudah dapat diakses pengguna gratis melalui versi web dan aplikasi Android ChatGPT. Untuk pengguna iOS, OpenAI menyatakan fitur ini akan hadir “dalam beberapa hari ke depan”. Kabar ini tentu menyegarkan bagi mereka yang mengandalkan ChatGPT untuk produktivitas sehari-hari namun belum siap berlangganan.

Lalu, bagaimana dengan kompetitor? Anthropic, dengan Claude AI-nya, juga tak kalah gesit meluncurkan inovasi seperti web search dan mode suara. Sementara itu, perusahaan lain seperti Google dan Indosat berkolaborasi menghadirkan fitur pencarian AI di platform mereka. Persaingan fitur AI makin ketat, dan konsumenlah yang diuntungkan.

Jadi, apakah Projects akan mengubah cara Anda berinteraksi dengan ChatGPT? Untuk proyek sederhana, mungkin folder biasa sudah cukup. Tapi bagi power user yang mengelola multiple topik dengan kebutuhan customisasi, fitur ini jelas jadi game changer. Tertarik mencoba?

Bocoran Resmi! 007 First Light Bukan Sekadar HITMAN dengan Wajah Baru

0

Telset.id – Jika Anda mengira bahwa 007 First Light hanyalah HITMAN yang dibalut lisensi James Bond, siap-siap terkejut. Presentasi tertutup di Gamescom 2025 mengungkap bahwa IO Interactive justru mengambil pendekatan yang sama sekali berbeda—lebih sinematis, lebih personal, dan lebih berani mengeksplorasi sisi manusiawi dari agen paling ikonik sepanjang masa.

Booth IO Interactive di Gamescom tak sulit dikenali. Sebuah Aston Martin berkilauan dipajang di depannya, mengingatkan semua orang tentang betapa besarnya warisan Bond. Tapi di balik glamor itu, studio asal Kopenhagen ini sedang membangun sesuatu yang baru. Mereka tidak sekadar menempelkan nama Bond pada formula HITMAN, melainkan menciptakan pengalaman yang sepenuhnya orisinal.

Dalam presentasi yang diberikan kepada pers dan konten kreator, IO Interactive menunjukkan cuplikan dari misi awal game. Hanya dalam beberapa menit, sudah terlihat jelas bahwa gaya sinematik menjadi prioritas utama. Karakter-karakter memiliki daya tarik yang lebih kuat, dimulai dari Bond sendiri yang jauh lebih karismatik dibanding Agent 47 yang dingin. Di tahap ini, Bond digambarkan lebih ceroboh dan arogan daripada versi film yang kita kenal—sebuah keputusan kreatif yang disengaja karena game ini akan menceritakan kisah asal usulnya.

Agent in dark jacket aims gun with text 007 FIRST LIGHT across the center.

Dalam misi yang ditunjukkan, Bond ditugaskan untuk berjaga di luar sebuah acara penting. Tapi ia tidak bisa menahan diri dan memutuskan masuk setelah melihat perilaku mencurigakan dari beberapa tamu. Di sinilah gameplay mulai memperlihatkan beberapa gadget yang tersedia, namun yang langsung terasa adalah bahwa game ini tidak akan se-“sandbox” HITMAN. Malah, ia lebih mirip dengan game-game bergaya Uncharted—linear, penuh aksi, dan dipenuhi set piece besar.

Bagi penggemar HITMAN, ini mungkin mengecewakan. Tapi bagi mereka yang menyukai petualangan naratif yang dipoles dengan baik, 007 First Light justru menjanjikan sesuatu yang segar. Game ini akan rilis multi-platform pada 27 Maret 2026 untuk PC, PlayStation 5, Xbox Series S|X, dan Nintendo Switch 2.

Bond Muda yang Masih Belum Sempurna

Dalam wawancara eksklusif dengan Theuns Smit, Senior Licensing Producer IO Interactive, terungkap bahwa 007 First Light adalah cerita orisinal yang berdiri sendiri. Game ini akan membawa pemain ke masa sebelum Bond bergabung dengan MI6, bahkan sebelum ia mendapatkan status double 0—tepat setelah ia keluar dari Royal Navy.

“Kami ingin mengeksplorasi momen itu,” kata Smit. “Bagaimana seseorang menjadi Bond yang kita kenal?”

Dalam presentasi, terlihat Bond membunuh beberapa orang. Apakah itu berarti ia sudah memiliki “License to Kill”? Smit enggan menjawab secara langsung karena ada koneksi naratif yang dalam. “Dalam lore 007, dibutuhkan dua pembunuhan untuk mendapatkan status double 0, dan itu adalah bagian dari perjalanan yang akan kalian alami,” katanya dengan diplomatis.

Gameplay: Campuran Linear dan Terbuka

Meski tidak sepenuhnya terbuka seperti HITMAN, 007 First Light tidak sepenuhnya linear. Menurut Smit, desain mission akan bervariasi tergantung pada kebutuhan naratif. “Beberapa lokasi akan lebih besar, beberapa lebih kecil,” jelasnya. “Ini adalah action adventure yang digerakkan oleh cerita, dan itulah yang menentukan apakah suatu bagian akan lebih terbuka atau lebih linear.”

Salah satu mekanik menarik yang terlihat adalah sistem “agency”—semacam sumber daya yang memungkinkan Bond menggunakan insting dan karismanya untuk memanipulasi situasi. Ini bukan sekadar gadget biasa, melainkan representasi dari “Bondiness” sang karakter.

Lalu bagaimana dengan penyamaran, yang menjadi elemen inti di HITMAN? “Kami ingin fokus pada kekuatan Bond sebagai Bond,” jawab Smit. “Ada outfit kontekstual untuk cerita tertentu, tapi tidak seperti di HITMAN di mana kamu bisa mengambil outfit apa saja dan menyamar.”

Progresi karakter juga lebih didorong oleh naratif daripada sistem RPG yang kompleks. Pemain akan mengikuti perjalanan Bond dari pra-MI6 hingga menjadi agen double 0, dengan unlockable yang terkait dengan gadget dan pelatihan.

Visual dan Keterbatasan Teknis

Dari segi visual, game ini menjanjikan dengan engine Glacier terbaru. Namun, model karakter belum sebaik yang dilihat di engine lain, dan ada beberapa slowdown frame rate—sesuatu yang wajar mengingat game ini masih dalam tahap Pre-Alpha.

Soal panjang game, Smit tidak memberikan angka pasti. “Tergantung tipe pemainnya,” katanya. “Tapi kami fokus pada imersi. Ini bukan sekadar action/adventure game, ini adalah James Bond action/adventure game.”

Untuk replayability, IO Interactive mengandalkan pendekatan kreatif—pemain bisa mencoba misi dengan gaya berbeda, stealthy atau gadget-heavy, tanpa sistem leaderboard seperti di HITMAN. Setidaknya untuk sekarang.

Dengan semua yang telah diungkap, 007 First Light tampaknya bukan sekadar game James Bond biasa. Ini adalah upaya ambisius untuk menceritakan kembali asal usul ikon pop culture dengan cara yang fresh dan engaging. Dan bagi IO Interactive, ini adalah langkah berani menjauh dari zona nyaman mereka—sebuah risiko yang layak diambil untuk warisan Bond.

Baca juga ulasan kami tentang Redmi 9 yang menjadi jawara di kelas Rp 1 jutaan, atau simak kabar terbaru tentang kehadiran Iron Man di dunia nyata. Untuk yang suka game santai, jangan lewatkan 10 game hewan peliharaan paling seru di Android.

Instagram Akhirnya Hadir di iPad dengan Pengalaman Native Setelah 15 Tahun

0

Telset.id – Setelah 15 tahun penantian panjang, akhirnya Instagram merespons permintaan penggunanya. Platform media sosial yang sangat populer itu kini telah meluncurkan aplikasi native khusus untuk iPad, memberikan pengalaman yang dioptimalkan untuk layar lebih besar. Bagi Anda yang selama ini harus memaksakan diri menggunakan Instagram di iPad dengan tampilan iPhone yang terkesan “terlalu kecil”, ini adalah kabar gembira.

Bagaimana tidak? Selama lebih dari satu dekade, pengguna iPad harus puas dengan aplikasi Instagram yang pada dasarnya adalah versi blown-up dari aplikasi iPhone. Tampilannya tidak optimal, fitur terasa terbatas, dan pengalaman pengguna jauh dari memuaskan. Tapi semua itu berubah sekarang. Instagram untuk iPad akhirnya resmi hadir, dan ini bukan sekadar adaptasi biasa—ini adalah pengalaman yang benar-benar didesain untuk perangkat tablet.

Lalu, apa yang membuat peluncuran ini begitu spesial? Mengapa butuh waktu 15 tahun bagi Instagram untuk akhirnya menghadirkan aplikasi native untuk iPad? Dan yang paling penting—bagaimana pengalaman menggunakan Instagram di iPad sekarang? Mari kita selami lebih dalam.

Instagram iPad app

Desain yang Dioptimalkan untuk Layar Besar

Yang langsung terasa ketika membuka Instagram di iPad adalah bagaimana platform ini memanfaatkan ruang layar yang lebih luas. Tidak seperti versi iPhone yang hanya diperbesar, aplikasi Instagram untuk iPad benar-benar didesain ulang untuk memberikan pengalaman yang lebih imersif. Tampilannya lebih teratur, konten lebih mudah diakses, dan yang paling penting—semuanya terasa natural di tablet.

Instagram mempertahankan layout yang familiar, tetapi dengan penyesuaian cerdas. Misalnya, Direct Messages sekarang ditampilkan dalam tampilan split-pane, memungkinkan Anda melihat daftar percakapan dan percakapan yang dipilih secara bersamaan. Fitur ini sangat membantu untuk multitasking dan membuat pengalaman berkomunikasi terasa lebih smooth dibandingkan versi mobile.

Fokus pada format video pendek—yang menjadi preferensi utama pengguna—juga terlihat jelas. Aplikasi langsung membuka ke bagian Reels, sementara Stories tetap diposisikan di bagian atas. Yang menarik, feed “Following” sekarang dilengkapi dengan filter baru: All, Friends, dan Latest. Filter ini memberikan kontrol lebih besar kepada pengguna tentang konten yang ingin mereka lihat.

Multitasking yang Lebih Baik

Salah satu keunggulan utama iPad adalah kemampuannya untuk multitasking, dan Instagram memahami betul hal ini. Dengan aplikasi native barunya, Anda sekarang dapat menonton Reels dalam mode layar penuh sambil tetap melihat komentar di sampingnya. Ini adalah pengalaman yang benar-benar berbeda dari versi mobile, di mana semuanya terasa cramped dan terbatas.

Bagi content creator, fitur ini bisa menjadi game-changer. Membalas komentar sambil tetap menonton konten menjadi lebih mudah, dan engagement dengan audience bisa dilakukan dengan lebih efisien. Tidak heran jika banyak pengguna yang selama ini menunggu-nunggu kehadiran Instagram di iPad—ternyata platform ini memang punya nilai lebih untuk perangkat tablet.

Menariknya, meskipun Instagram selama ini dikenal dengan filosofi mobile-first-nya, keputusan untuk akhirnya menghadirkan aplikasi iPad menunjukkan pergeseran strategi. Dengan tablet yang semakin populer untuk konsumsi konten, Meta—perusahaan induk Instagram—akhirnya mendengarkan apa yang telah lama diminta pengguna.

Mengapa Butuh Waktu Begitu Lama?

Pertanyaan yang mungkin muncul di benak banyak orang: mengapa butuh waktu 15 tahun bagi Instagram untuk menghadirkan aplikasi native untuk iPad? Jawabannya kompleks, tetapi bisa dirangkum dalam dua hal utama: filosofi mobile-first dan alokasi sumber daya.

Instagram, sejak awal, fokus pada pengalaman mobile. Platform ini dirancang untuk smartphone, dengan segala keterbatasan dan keunggulannya. Pergeseran ke tablet membutuhkan pendekatan yang berbeda—bukan sekadar memperbesar tampilan, tetapi benar-benar mendesain ulang pengalaman pengguna.

Selain itu, dengan sumber daya yang terbatas, Meta harus memprioritaskan pengembangan fitur-fitur yang dianggap paling critical. Dan selama bertahun-tahun, iPad mungkin tidak dianggap sebagai prioritas. Tapi dengan meningkatnya popularitas tablet—terutama untuk konsumsi konten—akhirnya Instagram memutuskan untuk berinvestasi dalam pengembangan aplikasi iPad.

Peluncuran ini juga sejalan dengan fokus Instagram pada konten berbasis Reels. Dengan layar yang lebih besar, pengalaman menonton Reels menjadi lebih menarik, dan ini bisa menjadi strategi untuk menarik lebih banyak creator dan viewer. Seperti yang kita tahu, Instagram telah meluncurkan “Edits”, aplikasi editing video yang bisa menjadi pesaing serius untuk platform seperti CapCut.

Bagi Anda yang tertarik dengan editing foto dan video, tersedia juga berbagai alat pendukung. Misalnya, 12 aplikasi edit foto AI gratis terbaik untuk Android bisa menjadi pilihan, atau jika Anda pengguna iOS, Snapseed 3.0 yang telah hadir dengan desain ulang total.

Jadi, setelah 15 tahun menunggu, akhirnya Instagram untuk iPad hadir dengan segala kelebihannya. Aplikasi ini tersedia untuk diunduh bagi pengguna yang menjalankan iPadOS 15.1 atau versi lebih baru. Apakah ini akan mengubah cara kita menggunakan Instagram? Kemungkinan besar iya. Dan bagi Meta, ini adalah langkah strategis untuk tetap relevan di era di mana konsumsi konten semakin diversifikatif.

Dengan hadirnya Instagram di iPad, pengguna sekarang punya lebih banyak pilihan bagaimana mereka ingin berinteraksi dengan platform ini. Apakah melalui smartphone untuk penggunaan cepat, atau melalui iPad untuk pengalaman yang lebih mendalam dan imersif. Satu hal yang pasti: penantian selama 15 tahun akhirnya terbayarkan.

Ooni Volt 2: Pizza Oven dengan AI “Pizza Intelligence” yang Cerdas

0

Telset.id – Bayangkan jika oven pizza di dapur Anda bisa berpikir layaknya seorang koki profesional. Bukan sekadar memanaskan, tapi memahami jenis pizza yang sedang dimasak, menyesuaikan suhu secara otomatis, dan menjamin hasil yang sempurna setiap saat. Itulah yang ditawarkan Ooni Volt 2, oven pizza elektrik indoor terbaru yang mengusung teknologi AI bernama “Pizza Intelligence”.

Di era di mana kecerdasan buatan atau artificial intelligence merambah hampir semua aspek kehidupan, Ooni tidak mau ketinggalan. Mereka menghadirkan solusi bagi para pecinta pizza rumahan yang ingin hasil konsisten tanpa repot mengawasi suhu atau memutar loyang. Dengan harga $699, Volt 2 bukan sekadar alat masak—ia adalah bukti bahwa AI bisa membuat pengalaman kuliner sehari-hari menjadi lebih cerdas dan menyenangkan.

Lantas, apa sebenarnya yang membuat Ooni Volt 2 begitu istimewa? Bagaimana “Pizza Intelligence” bekerja, dan apakah teknologi ini sekadar gimmick pemasaran atau benar-benar revolusioner? Mari kita telusuri lebih dalam.

Desain dan Fitur Utama Ooni Volt 2

Ooni Volt 2 hadir dengan desain yang lebih modern dan fungsional dibanding pendahulunya, Volt 12. Profilnya lebih membulat, dilengkapi jendela yang jauh lebih besar sehingga Anda bisa memantau proses memasak tanpa harus membuka tutupnya. Kontrol sentuh dan dial memberikan pengalaman pengguna yang intuitif, sementara ukurannya yang kompak memungkinkannya diletakkan di atas meja dapur tanpa memakan banyak space.

Seperti Volt 12, oven ini mampu memanaskan hingga 450 derajat Celcius (850 derajat Fahrenheit), suhu ideal untuk memanggang pizza Neapolitan yang hanya membutuhkan waktu sekitar 90 detik. Namun, keunggulan utamanya terletak pada sistem pemanas adaptif yang menggunakan data sensor real-time untuk menyeimbangkan panas antara elemen pemanas atas dan bawah. Hasilnya? Fluktuasi suhu dan cold spot diminimalkan, sehingga setiap bagian pizza matang merata.

Desain modern Ooni Volt 2 dengan kontrol sentuh dan jendela besar

“Pizza Intelligence”: AI yang Memanggang dengan Akal Budi

Ooni menyebut sistem adaptif ini sebagai “Pizza Intelligence”. Meski terdengar seperti jargon marketing, teknologi ini memang dirancang untuk membuat keputusan cerdas selama proses memasak. Dengan menganalisis data dari berbagai sensor, oven secara dinamis menyesuaikan suhu berdasarkan jenis pizza yang dimasak—mulai dari New York style yang tipis hingga Chicago deep-dish yang tebal.

Setiap preset dapat diprogram sesuai preferensi pribadi, memungkinkan Anda menyimpan pengaturan favorit untuk hasil yang konsisten setiap kali. Selain mode pizza, Volt 2 juga menawarkan Dough Proof untuk mengembangkan adonan, serta Oven dan Grills untuk memanggang dan memanggang—menjadikannya alat serba guna di dapur.

Meski terdengar futuristik, konsep AI dalam peralatan rumah tangga bukanlah hal baru. Seperti yang terjadi di industri lain—mulai dari pembaca berita AI di Korea Selatan hingga inovasi teknologi di perusahaan seperti Apple yang bahkan menarik perhatian pemimpin dunia seperti Paus Fransiskus—kecerdasan buatan terus mengubah cara kita berinteraksi dengan perangkat sehari-hari.

Ooni's Volt V2 oven uses 'Pizza Intelligence' to cook your pie better

Apakah “Pizza Intelligence” Hanya Termostat Canggih?

Beberapa mungkin bersikap sinis dan menyebut “Pizza Intelligence” sebagai termostat yang dipermak. Namun, yang membedakannya adalah kemampuannya untuk belajar dan beradaptasi. Sistem ini tidak hanya menjaga suhu tetap stabil, tetapi juga memahami konteks—jenis pizza, ketebalan adonan, bahkan kelembapan—lalu menyesuaikan parameter memasak secara real-time.

Ini adalah contoh nyata bagaimana AI tidak harus selalu tentang robot humanoid atau mobil otonom. Terkadang, inovasi paling berdampak justru hadir dalam bentuk sederhana: membuat pizza yang sempurna untuk makan malam keluarga.

Ooni Volt 2 akan mulai dijual pada 1 Oktober dengan harga $699. Bagi yang tertarik, bisa bergabung dengan waitlist di situs resmi Ooni. Siapkah Anda menyambut era di bahkan oven pizza pun punya “kecerdasan” sendiri?

Google Tak Perlu Jual Chrome, Tapi Harus Ubah Praktik Bisnis

0

Telset.id – Dalam putusan yang ditunggu-tunggu dunia teknologi, Google akhirnya tidak diharuskan menjual browser Chrome-nya meski terbukti melanggar hukum monopoli. Namun, raksasa pencarian ini harus mengubah sejumlah praktik bisnis yang selama ini menjadi senjata andalannya mempertahankan dominasi.

Keputusan penting ini datang dari Hakim Federal Amit Mehta, lebih dari setahun setelah dia memutuskan bahwa Google bertindak ilegal untuk mempertahankan monopoli di pasar pencarian internet. Setelah putusan tahun lalu, Departemen Kehakiman AS sempat mengusulkan agar Google dipaksa menjual Chrome. Tapi dalam keputusan setebal 230 halaman, Mehta menyatakan pemerintah “terlalu jauh” dalam permintaannya.

“Google tidak akan diharuskan melepas Chrome; pengadilan juga tidak akan memasukkan pelepasan kontingen sistem operasi Android dalam putusan akhir,” tulis Mehta. “Para penggugat terlalu jauh dengan meminta pelepasan paksa aset-aset kunci ini, yang tidak digunakan Google untuk menerapkan pembatasan ilegal apa pun.”

Hakim Amit Mehta memegang dokumen putusan kasus monopoli Google

Meski lolos dari tuntutan divestasi terberat, Google tetap harus menerima sejumlah pembatasan signifikan. Perusahaan tidak lagi diizinkan membuat kesepakatan eksklusif terkait distribusi pencarian, Google Assistant, Gemini, atau Chrome. Misalnya, Google tidak bisa mewajibkan pembuat perangkat untuk memuat aplikasinya secara default demi mendapatkan akses ke Play Store.

Perusahaan juga tidak boleh mengaitkan pengaturan bagi hasil dengan penempatan aplikasinya. Namun, Google masih bisa terus membayar mitra—seperti Apple—untuk memuat pencarian dan aplikasi lain ke dalam produk mereka. Mehta berpendapat bahwa mengakhiri pengaturan ini dapat menyebabkan “kerugian hilir bagi mitra distribusi, pasar terkait, dan konsumen.”

Putusan lain yang cukup mengejutkan adalah kewajiban Google untuk membagikan sebagian data pencariannya kepada pesaing ke depan. “Membuat data tersedia untuk pesaing akan mempersempit kesenjangan skala yang diciptakan oleh perjanjian distribusi eksklusif Google dan, pada gilirannya, kesenjangan kualitas yang mengikutinya,” tulis Mehta. Perusahaan tidak diharuskan menyerahkan data terkait iklannya.

Secara keseluruhan, putusan Mehta ini merupakan kemenangan besar bagi raksasa pencarian tersebut, yang sebelumnya berargumen bahwa melepas Chrome atau Android “akan merugikan warga Amerika dan kepemimpinan teknologi global Amerika.” Google memang sudah lama menghadapi berbagai tuntutan monopoli, seperti yang pernah kami laporkan dalam artikel sebelumnya.

Dalam pernyataan resmi, Google mengaku memiliki “kekhawatiran” tentang beberapa aspek putusan tersebut. “Keputusan hari ini mengakui seberapa besar industri telah berubah melalui kemunculan AI, yang memberi orang lebih banyak cara untuk menemukan informasi,” kata perusahaan. “Sekarang Pengadilan telah memberlakukan batasan tentang bagaimana kami mendistribusikan layanan Google, dan akan mewajibkan kami untuk berbagi data Penelusuran dengan pesaing. Kami memiliki kekhawatiran tentang bagaimana persyaratan ini akan memengaruhi pengguna dan privasi mereka, dan kami sedang meninjau keputusan ini dengan cermat.”

Perusahaan sebelumnya telah menunjukkan rencana untuk mengajukan banding atas keputusan asli Mehta, tetapi mengatakan pada Juni bahwa mereka akan menunggu keputusan akhir dalam kasus tersebut. Seperti yang kami laporkan dalam artikel terkait, Google memang sudah mempersiapkan langkah banding sejak awal.

Lalu bagaimana dampaknya bagi pengguna? Pembatasan terhadap kesepakatan eksklusif mungkin akan membuka lebih banyak pilihan bagi konsumen. Anda mungkin akan melihat lebih banyak variasi dalam aplikasi default pada perangkat Android, atau opsi pencarian yang lebih beragam. Tapi pertanyaan besarnya: apakah perubahan ini cukup untuk menciptakan persaingan yang sehat di pasar yang sudah lama didominasi Google?

Yang menarik, putusan ini datang di era di mana AI semakin mengubah lanskap pencarian informasi. Seperti yang terjadi dengan eksplorasi AI Apple di Safari, masa depan kerja sama antara raksasa teknologi memang sedang dipertanyakan. Mungkin saja putusan ini justru membuka jalan bagi inovasi-inovasi baru yang selama ini terhambat oleh dominasi Google.

Putusan Mehta ini bukan akhir dari cerita. Google masih bisa mengajukan banding, dan implementasi pembatasan yang ditetapkan akan diawasi ketat. Tapi satu hal yang pasti: peta persaingan teknologi, khususnya di sektor pencarian dan browser, mungkin akan mulai berubah. Dan perubahan itu, pada akhirnya, mungkin akan menguntungkan kita sebagai pengguna.