Beranda blog Halaman 53

Trump Perintahkan Perusahaan AS Hentikan Penjualan Software Chip ke China

0

Telset.id – Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali memperketat perang teknologi dengan China. Melalui Biro Industri dan Keamanan (BIS), pemerintah AS memerintahkan perusahaan-perusahaan software desain chip terkemuka seperti Synopsys, Cadence Design Systems, dan Siemens EDA untuk menghentikan penjualan produk mereka ke China.

Langkah ini merupakan bagian dari upaya Washington untuk membatasi akses China terhadap teknologi kunci dalam pengembangan chip generasi terbaru, termasuk untuk kecerdasan buatan (AI). Larangan ini dikeluarkan meskipun AS dan China baru saja menyepakati gencatan tarif selama 90 hari dalam perundingan di Jenewa.

Seorang pejabat Departemen Perdagangan AS menyatakan bahwa pemerintah sedang “meninjau ekspor yang memiliki signifikansi strategis ke China.” Dalam beberapa kasus, AS telah “menangguhkan lisensi ekspor yang ada atau memberlakukan persyaratan lisensi tambahan selama tinjauan berlangsung.”

Dampak Ekonomi dan Pasar

China merupakan pasar penting bagi perusahaan-perusahaan software desain chip AS. Synopsys mencatat pendapatan sekitar $1 miliar dari China pada tahun fiskal 2024, atau sekitar 16% dari total pendapatannya. Sementara itu, Cadence memperoleh sekitar 12% pendapatannya dari wilayah tersebut.

Pengumuman ini langsung berdampak pada pasar saham. Saham Synopsys turun 9,6%, sementara Cadence merosot 10,7%. Analis memperingatkan bahwa langkah ini bisa memicu ketegangan baru dalam gencatan tarif antara AS dan China.

Konteks Perang Teknologi

Ini bukan pertama kalinya AS membatasi ekspor teknologi chip ke China. Pada 2022, pemerintahan Biden telah membatasi penjualan software EDA paling canggih ke China. Namun, perusahaan-perusahaan masih bisa memasok produk dengan tingkat teknologi yang lebih rendah.

Langkah terbaru ini tampaknya lebih ketat, berpotensi memutus semua akses China terhadap software desain chip AS. Sebelumnya, AS juga telah memasukkan beberapa perusahaan chip China dalam daftar hitam dan membatasi ekspor peralatan chip canggih.

Christopher Johnson, mantan analis CIA untuk China, mengatakan bahwa langkah ini menunjukkan betapa rapuh gencatan tarif antara kedua negara. “Risiko gencatan ini bisa runtuh bahkan dalam masa jeda 90 hari selalu ada,” ujarnya kepada Financial Times.

AS dan China terus bersaing dalam penguasaan teknologi kritis. Seperti dilaporkan sebelumnya di Telset.id, China juga berupaya mengembangkan kapasitas komputasi AI-nya dengan menggunakan chip Nvidia.

Perang teknologi ini juga memicu klaim dari China bahwa chip buatan AS berbahaya, seperti dilaporkan dalam artikel Telset.id sebelumnya.

Robot Terapi Harus Tiru Emosi Manusia Seperti Kuda, Kata Studi

0

Telset.id – Robot terapi di masa depan harus mampu memberikan respons emosional yang autentik, tidak hanya sekadar patuh terhadap perintah. Hal ini diusulkan oleh para peneliti dari University of Bristol berdasarkan studi terbaru mereka.

Penelitian ini terinspirasi dari terapi berbasis kuda (Equine-Assisted Interventions/EAIs) yang telah terbukti efektif membantu orang dengan PTSD, trauma, dan autisme. Kuda dalam terapi ini berperan sebagai cermin emosi, merespons bahasa tubuh dan energi manusia alih-alih perintah verbal.

“Sebagian besar robot sosial saat ini dirancang untuk patuh dan dapat diprediksi, mengikuti perintah dan memprioritaskan kenyamanan pengguna,” jelas Ellen Weir, penulis utama studi dari Fakultas Sains dan Teknik Universitas Bristol.

Tim peneliti menyarankan robot terapi seharusnya menunjukkan tingkat otonomi dan resistensi tertentu, hanya merespons positif ketika pengguna menunjukkan ketenangan dan kejelasan emosional – persis seperti yang dilakukan kuda dalam terapi.

Pendekatan ini diharapkan dapat menggeser fokus robot terapi dari desain berbasis kenyamanan menjadi interaksi berbasis ko-regulasi, mendorong pertumbuhan emosional yang lebih dalam daripada sekadar meredakan tekanan.

Meskipun EAIs menawarkan manfaat yang terbukti, terapi ini membutuhkan hewan terlatih, fasilitator ahli, dan sumber daya yang signifikan, sehingga tidak terjangkau bagi banyak orang. Alternatif robotik yang meniru umpan balik emosional dua arah ini dapat membuka pintu baru untuk pemulihan trauma, dukungan autisme, dan perawatan kesehatan mental dalam skala besar.

“Tantangan berikutnya adalah merancang robot yang dapat menafsirkan emosi manusia dan merespons secara dinamis – seperti yang dilakukan kuda. Ini membutuhkan kemajuan dalam penginderaan emosional, dinamika gerakan, dan pembelajaran mesin,” kata Weir.

Studi ini juga mempertimbangkan implikasi etis dari menggantikan hewan hidup dengan mesin. Pertanyaan seperti apakah robot dapat menawarkan nilai terapi yang sama dengan kuda hidup, dan bagaimana memastikan interaksi ini tetap etis, efektif, dan autentik secara emosional menjadi pokok bahasan penting.

Temuan ini akan dipresentasikan pada Konferensi CHI 2025 tentang Faktor Manusia dalam Sistem Komputasi. Penelitian ini membuka jalan bagi pengembangan robot terapi generasi berikutnya yang lebih canggih dalam memahami dan merespons emosi manusia.

Perkembangan robot terapi ini sejalan dengan inovasi teknologi kesehatan lainnya seperti nanorobot untuk pengobatan tumor dan pemanfaatan AI dalam berbagai bidang.

OpenAI dan Jony Ive Kembangkan Perangkat AI Mirip iPod Shuffle

0

Telset.id – OpenAI dan desainer legendaris Apple, Jony Ive, dikabarkan sedang mengembangkan perangkat AI yang bentuknya mirip dengan iPod Shuffle. Perangkat ini dirancang untuk dikalungkan di leher seperti kalung, menurut analis supply chain ternama Ming-Chi Kuo.

Dalam postingan di X, Kuo mengungkapkan bahwa prototipe awal perangkat ini sedikit lebih besar dari AI Pin buatan Humane, dengan desain yang ringkas dan elegan seperti iPod Shuffle. “Spesifikasi dan desain mungkin berubah sebelum produksi massal,” tulis Kuo.

Perangkat ini tidak akan memiliki layar, tetapi dilengkapi kamera dan mikrofon untuk mendeteksi lingkungan sekitar. Fitur ini sejalan dengan pernyataan CEO OpenAI Sam Altman yang mengatakan perangkat akan “sepenuhnya sadar” akan sekitarnya.

Kuo menambahkan bahwa salah satu alasan OpenAI mengumumkan kolaborasi ini adalah untuk mengalihkan perhatian pasar dari konferensi I/O Google baru-baru ini. “Ekosistem dan integrasi AI Google yang ditampilkan di I/O menjadi tantangan yang sulit diatasi OpenAI saat ini,” tulis analis tersebut.

Perangkat ini merupakan bagian dari tren “AI fisik” yang digambarkan Kuo sebagai “AI yang terintegrasi dengan dunia nyata”. Meski kesuksesan kolaborasi OpenAI dan Ive masih belum pasti, Kuo menilai proyek ini jelas mengikuti tren tersebut.

OpenAI baru-baru ini mengakuisisi io, perusahaan hardware milik Jony Ive. Langkah ini menunjukkan keseriusan OpenAI dalam memasuki pasar perangkat keras. Sebelumnya, Altman juga pernah memuji Apple Vision Pro sebagai “perangkat yang mengesankan”.

Perkembangan terbaru ini terjadi di tengah berbagai tantangan yang dihadapi OpenAI, termasuk masalah publik dengan ChatGPT dan tanda-tanda perubahan kepemimpinan setelah Altman menciptakan posisi “CEO” baru yang akan melapor langsung kepadanya.

Kuo mengutip pernyataan pionir pemrograman Alan Kay bahwa “orang yang serius dengan perangkat lunak harus membuat perangkat kerasnya sendiri”. Langkah OpenAI ini memang signifikan, meski bentuk perangkat yang menyerupai iPod Shuffle belum terlihat inovatif.

Sebagai informasi, Humane AI Pin yang menjadi pembanding perangkat OpenAI ini sebelumnya gagal di pasaran. Banyak pengguna mengembalikan perangkat senilai $700 tersebut, menyebabkan perusahaan mengalami kerugian besar.

Aurora Innovation Uji Truk Otonom Tanpa Pengemudi di AS

0

Telset.id – Aurora Innovation menjadi perusahaan pertama yang mengoperasikan truk semi otonom sepenuhnya tanpa pengemudi di jalan raya Amerika Serikat. Perusahaan ini melakukan pengiriman resmi pertama dengan truk seberat 25.000 pon melintasi Interstate 45 di Texas tanpa seorang pun di kursi pengemudi.

Menurut CEO Aurora Chris Urmson, tidak ada pengawasan manusia selama operasi tersebut. “Saya mungkin berada di truk, tapi saya hanya penumpang,” tulis Urmson dalam blognya. Ia mengaku menghabiskan waktu dengan menonton YouTube dan menulis blog selama perjalanan.

Dua truk otonom Aurora telah menempuh lebih dari 1.200 mil tanpa pengemudi untuk pengiriman nyata di I-45. Perusahaan berencana memperluas armadanya menjadi 20 truk besar pada akhir tahun ini, seperti dilaporkan The New York Times.

Truk Aurora memiliki otonomi Level 4 pada skala SAE, yang berarti dapat mengemudi sepenuhnya dalam kondisi terbatas tanpa memerlukan campur tangan manusia. Sebagai perbandingan, fitur mengemudi otonom Tesla termasuk Level 2, sementara robotaksi Waymo termasuk Level 4.

Namun, tiga minggu setelah peluncuran, Aurora mengumumkan akan mengembalikan pengawas manusia ke kursi pengemudi. Keputusan ini dibuat atas permintaan Paccar, produsen truk Peterbilt yang digunakan Aurora. Urmson menjelaskan perubahan ini terkait “bagian prototipe tertentu dalam platform kendaraan dasar” tanpa rincian lebih lanjut.

Axios melaporkan adanya ketidaksepakatan antara Aurora dan Paccar mengenai waktu operasi tanpa pengemudi. Beberapa foto peluncuran Aurora bahkan menghilangkan logo Peterbilt.

Para pengemudi truk menyuarakan kekhawatiran tentang keselamatan truk otonom Aurora. “Ini berpotensi bencana dari perspektif keselamatan,” kata John Samuelsen dari Transport Workers Union of America kepada NYT.

Pengemudi truk berpengalaman Angela Griffin mengungkapkan kekhawatirannya: “Pikiran pertama saya: Ini menakutkan.” Ia khawatir truk otonom tidak bisa menangani lalu lintas yang kacau dan kondisi cuaca buruk.

Armada Aurora memang dirancang hanya beroperasi pada siang hari dengan cuaca cerah. Pengawas manusia diperlukan untuk mengambil alih jika kondisi menjadi basah. Philip Koopman, profesor teknik di Carnegie Mellon, memuji keseriusan Aurora tentang keselamatan tetapi menekankan kurangnya regulasi pemerintah.

Seperti dilaporkan sebelumnya di Telset.id, perkembangan teknologi kendaraan otonom terus mengalami pasang surut. Beberapa perusahaan seperti Uber telah menghentikan program truk otonom mereka, sementara yang lain seperti Swedia justru memulai uji coba baru.

Koopman menambahkan, “Teknologi ini sangat baik untuk hal-hal yang telah dipraktikkannya, dan sangat buruk untuk hal-hal yang belum pernah dilihatnya. Dari sudut pandang keselamatan, tidak ada yang tahu bagaimana hasilnya.”

Starfish Neuroscience Siap Luncurkan Chip Otak Pertama Tahun Ini

Telset.id – Starfish Neuroscience, startup milik pendiri Valve Gabe Newell, mengumumkan rencana peluncuran chip antarmuka otak-komputer (BCI) pertamanya pada akhir 2025. Ini menjadi langkah penting dalam pengembangan teknologi yang bisa membantu penderita gangguan neurologis seperti Parkinson.

Dalam postingan blog pertamanya, insinyur Starfish Nate Cermak menyatakan chip pertama mereka akan tiba pada akhir tahun depan. “Kami mencari kolaborator yang tertarik mengeksplorasi potensi teknologi ini,” tulis Cermak, seperti dikutip Telset.id.

Berbeda dengan BCI lain seperti Neuralink milik Elon Musk, chip Starfish dirancang untuk menargetkan beberapa area otak sekaligus. Pendekatan ini didasarkan pada penelitian terbaru yang menunjukkan gangguan neurologis sering melibatkan interaksi antar wilayah otak.

Chip Starfish memiliki ukuran sangat kecil (2×4 mm) dengan konsumsi daya hanya 1,1 miliwatt. Dibandingkan Neuralink yang memiliki 1.024 elektroda, chip ini hanya memiliki 32 elektroda namun dirancang untuk meminimalkan risiko implan bedah.

“Antarmuka yang ada saat ini terlalu besar dan sulit diparalelkan,” jelas Starfish dalam blog mereka. Chip mereka dikembangkan bersama IMEC, perusahaan R&D internasional, dan tidak memerlukan baterai karena menggunakan transmisi daya nirkabel.

Meski masih tahap awal, pengumuman ini menandai babak baru dalam persaingan teknologi BCI. Starfish masih harus menempuh jalan panjang untuk mengejar pesaing seperti Neuralink yang sudah melakukan implan pada manusia.

AI Mengancam Pekerjaan Entry-Level, Gen Z Paling Terdampak

0

Telset.id – Teknologi kecerdasan buatan (AI) mulai menggerus lapangan pekerjaan entry-level, dengan generasi Z sebagai kelompok yang paling terdampak. Laporan terbaru dari Oxford Economics Group mengungkapkan, tingkat pengangguran di kalangan lulusan baru perguruan tinggi di AS meningkat, menandakan pergeseran besar dalam pasar tenaga kerja.

Data menunjukkan, pekerjaan di industri STEM seperti ilmu komputer turun 8 persen sejak 2022. “Tingkat pengangguran lulusan baru dan berpengalaman selalu lebih rendah dari rata-rata nasional, hingga sekarang,” bunyi laporan tersebut. Fenomena ini mengindikasikan bahwa posisi entry-level semakin sulit ditemukan.

Aneesh Raman, eksekutif LinkedIn, dalam sebuah op-ed menyoroti dampak AI terhadap pasar kerja pemula. “Anak tangga paling bawah dalam karier yang pertama kali patah,” ujarnya. Ia mencontohkan industri teknologi, di mana tugas coding dan debugging dasar—yang dulu menjadi batu loncatan bagi insinyur perangkat lunak junior—kini banyak diotomatisasi oleh AI.

Dampak di Berbagai Industri

Gangguan serupa terjadi di sektor hukum, di mana pekerjaan administratif tingkat awal mulai diambil alih AI. Di industri ritel, chatbot AI menggantikan peran layanan pelanggan, meski seringkali menimbulkan keluhan.

Raman memperingatkan, hilangnya peran entry-level akan memperlebar kesenjangan bagi mereka yang tidak memiliki jaringan elit atau latar belakang istimewa. “Ketika pekerjaan manufaktur menghilang di jantung Amerika, dampaknya bukan hanya kehilangan pendapatan, tetapi juga gejolak sosial dan politik,” tulisnya.

Survei LinkedIn terhadap 3.000 eksekutif perusahaan mengungkap, 63 persen setuju bahwa AI akan mengambil alih tugas-tugas rutin yang biasanya dikerjakan staf junior. Namun, banyak laporan awal menunjukkan kemampuan AI sebenarnya masih jauh dari narasi dominasi pasar kerja.

Para peneliti dan organisasi buruh memperingatkan, kelompok paling rentan—termasuk pekerja minoritas, imigran, dan lansia—akan merasakan dampak pertama ketika “revolusi AI” terus berlanjut. Seperti yang terjadi pada whistleblower OpenAI, tekanan di industri teknologi semakin nyata.

Sementara itu, perkembangan AI terus berlanjut dengan perusahaan seperti OpenAI yang fokus pada AGI, menimbulkan pertanyaan baru tentang masa depan tenaga kerja global.

ChatGPT Jadi Tempat Curhat Wanita Soal Standar Kecantikan

0

Telset.id – ChatGPT kini tidak hanya digunakan untuk membantu pekerjaan atau mencari informasi, tetapi juga menjadi tempat curhat bagi wanita yang ingin meningkatkan penampilan mereka. Menurut laporan Washington Post, banyak wanita yang meminta saran dari chatbot OpenAI ini tentang cara terlihat lebih menarik.

Beberapa wanita berusia awal 30-an mengaku mendapatkan pengalaman positif saat meminta ChatGPT mengevaluasi penampilan mereka. Salah satunya adalah Ania Rucisnki, seorang wanita asal Australia berusia 32 tahun. Ia mengunggah fotonya ke ChatGPT dan bertanya bagaimana cara terlihat lebih baik.

“Orang-orang cenderung membawa bias mereka sendiri saat menanggapi pertanyaan seperti ini,” kata Rucisnki. “ChatGPT memberikan tingkat objektivitas yang sulit didapatkan dalam kehidupan nyata.” Namun, klaim ini tidak sepenuhnya benar. Meskipun OpenAI berusaha mengurangi bias dalam chatbot mereka, AI tetap memiliki keterbatasan dalam memberikan penilaian yang benar-benar netral.

Kasus serupa dialami oleh Kayla Drew, juga berusia 32 tahun. Ia meminta ChatGPT memberikan saran tentang kulit, rambut, pakaian, dan riasan. Hasilnya, ia menghabiskan sekitar $200 untuk membeli produk yang direkomendasikan oleh AI tersebut.

Meskipun OpenAI belum menghasilkan uang dari rekomendasi produk dalam percakapan ChatGPT, perusahaan ini sedang mengeksplorasi pendapatan iklan sebagai sumber pemasukan di masa depan. Beberapa platform lain, seperti Perplexity, bahkan sudah mulai memonetisasi iklan dalam chatbot mereka.

Emily Pfeiffer, analis bisnis dari Forrester, menjelaskan bahwa AI sering kali hanya mengulang informasi yang ditemukan di internet. “Banyak konten online dirancang untuk membuat orang merasa tidak percaya diri dan membeli lebih banyak produk,” ujarnya.

Fenomena ini juga berkaitan dengan tren kecantikan yang terus berubah, seperti yang pernah terjadi dengan TikTok “Chubby Filter”. Standar kecantikan yang tidak realistis sering kali memengaruhi kesehatan mental, seperti yang diungkap dalam penelitian tentang dampak smartphone pada kesehatan mental.

Meskipun ChatGPT bisa memberikan saran yang terdengar objektif, penting untuk diingat bahwa AI tidak sepenuhnya bebas dari bias. Pengguna harus tetap kritis terhadap rekomendasi yang diberikan oleh teknologi ini.

Oppo A5m Bocor di Polandia: Spesifikasi dan Harga yang Mengejutkan

0

Pernahkah Anda membayangkan membeli smartphone dengan baterai 6.000 mAh dan RAM 8GB di bawah Rp4 juta? Bocoran terbaru dari Polandia mengindikasikan Oppo sedang mempersiapkan kejutan menarik. A5m, anggota baru keluarga A5, tiba-tiba muncul di daftar produk retailer Polandia sebelum peluncuran resmi—mengungkap spesifikasi yang membuat banyak orang penasaran.

Fenomena bocoran retailer bukan hal baru di industri smartphone. Namun, kasus Oppo A5m ini istimewa karena mengungkap hampir seluruh spesifikasi teknis dan harga pasar. Menariknya, model ini tampaknya merupakan varian rebrand dari Oppo A5 4G yang baru diluncurkan, menunjukkan strategi pemasaran regional yang cerdik dari Oppo.

Lalu, apa saja yang berhasil diendus oleh retailer Polandia ini? Mari kita selami lebih dalam spesifikasi dan positioning produk yang bisa menjadi game changer di segmen entry-level ini.

Spesifikasi Lengkap yang Terbongkar

Menurut listing retailer Polandia, Oppo A5m akan dibanderol seharga 899 złoty (sekitar Rp3,7 juta). Untuk harga segitu, Anda mendapatkan:

  • Layar LCD 6,67 inci dengan resolusi 720×1604 piksel dan refresh rate 90Hz
  • Chipset Snapdragon 6s Gen 1
  • RAM 8GB dan penyimpanan internal 256GB
  • Kamera utama 50MP didampingi sensor 2MP dekoratif
  • Kamera selfie 5MP
  • Baterai raksasa 6.000 mAh

Oppo A5m retailer listing reveals its specs and price ahead of time

Yang menarik, ponsel ini sudah mengusung Android 15 out-of-the-box dilengkapi Oppo AI. Fitur tambahan termasuk jack audio 3,5mm, sensor sidik jari samping, dan sertifikasi IP65 untuk ketahanan terhadap debu dan percikan air.

Rebranding Strategis untuk Pasar Tertentu

Analisis lebih dalam mengungkap fakta menarik: spesifikasi A5m identik dengan Oppo A5 4G yang baru dirilis. Ini menunjukkan Oppo mungkin sedang melakukan strategi rebranding untuk menyesuaikan dengan preferensi pasar tertentu.

Oppo A5m retailer listing reveals its specs and price ahead of time

Dimensi dan beratnya pun sama persis: 165.71 x 76.24 x 7.99 mm dengan bobot 193 gram. Pola rebranding seperti ini sebenarnya lumrah dalam industri smartphone, terutama untuk membedakan positioning produk di berbagai region.

Pertanyaan besarnya: akankah Oppo membawa varian ini ke pasar Asia? Jika iya, dengan harga berapa? Mengingat positioning A5 4G di pasar global, A5m mungkin akan menjadi alternatif menarik bagi konsumen yang mencari performa memadai dengan harga terjangkau.

Dengan baterai besar dan chipset yang cukup tangguh, Oppo A5m berpotensi menjadi primadona baru di segmen entry-level. Apalagi dengan kehadiran Android 15 dan fitur AI yang semakin canggih, ponsel ini bisa menjadi pilihan menarik bagi pengguna yang ingin upgrade tanpa merogoh kocek terlalu dalam.

Samsung Galaxy A05s Resmi Dapat One UI 7, Ini Fitur dan Cara Update

0

Pernahkah Anda merasa smartphone Anda mulai tertinggal karena belum mendapat update sistem terbaru? Kabar baik datang bagi pemilik Samsung Galaxy A05s. Setelah sukses meluncurkan One UI 7 berbasis Android 15 untuk Galaxy A15, Samsung kini memperluas jangkauan update ini ke Galaxy A05s—smartphone entry-level yang dirilis September 2023 dengan Android 13.

Update ini bukan sekadar perubahan kosmetik. Dengan firmware versi A057FXXU9DYE5 dan membawa patch keamanan Mei 2025, One UI 7 menjanjikan pengalaman lebih mulus dan aman. Yang menarik, update berukuran 2.6GB ini sudah mulai digulirkan di Vietnam dan Thailand, dengan rencana ekspansi ke wilayah lain dalam waktu dekat.

Lalu, apa saja yang baru di One UI 7 untuk Galaxy A05s? Dan bagaimana cara mendapatkannya jika Anda termasuk pengguna setia seri ini? Mari kita kupas tuntas.

One UI 7 Resmi Hadir untuk Galaxy A05s

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Samsung menghadirkan One UI 7 untuk Galaxy A05s. Update ini menjadi angin segar bagi pengguna yang ingin merasakan fitur terbaru Android 15 tanpa harus mengganti perangkat. Galaxy A05s yang awalnya hadir dengan Android 13 kini bisa melompat langsung ke Android 15.

Samsung Galaxy A05s receiving One UI 7 stable update

Menariknya, meski termasuk smartphone entry-level, Samsung tetap memberikan perhatian serius pada A05s dengan menghadirkan update besar ini. Ini membuktikan komitmen Samsung dalam memberikan dukungan jangka panjang, bahkan untuk perangkat kelas menengah ke bawah.

Cek dan Unduh One UI 7 di Galaxy A05s

Bagi Anda yang berada di Vietnam atau Thailand, update mungkin sudah tersedia. Untuk mengeceknya, buka Settings > Software update dan tap Download and install. Jika belum muncul, jangan khawatir—update biasanya digulirkan bertahap.

Dengan ukuran 2.6GB, pastikan Anda terhubung ke WiFi stabil dan memiliki ruang penyimpanan cukup. Proses update memakan waktu sekitar 20-30 menit tergantung kecepatan internet. Jangan lupa backup data penting sebelum memulai.

Bagi yang penasaran dengan fitur baru One UI 7, Anda bisa mempelajari lebih lanjut di panduan screenshot panjang yang kini lebih mudah di One UI 7.

Apa Saja yang Baru di One UI 7?

One UI 7 membawa berbagai penyempurnaan, mulai dari antarmuka yang lebih halus hingga fitur produktivitas baru. Beberapa highlight-nya termasuk:

  • Desain ikon dan animasi yang lebih segar
  • Mode Pemeliharaan Baterai yang lebih cerdas
  • Peningkatan privasi dengan kontrol izin aplikasi lebih ketat
  • Integrasi AI untuk pengalaman pengguna lebih personal

Dengan update ini, Galaxy A05s yang sebelumnya “hanya” smartphone biasa kini memiliki nilai tambah kompetitif. Tertarik mencoba? Segera cek update di perangkat Anda!

Huawei nova Y73: Smartphone Baru dengan Spesifikasi Jadul?

0

Pernahkah Anda merasa familiar dengan sebuah smartphone baru yang seolah sudah pernah Anda lihat sebelumnya? Huawei baru saja meluncurkan nova Y73, varian global dari Enjoy 80 yang sebelumnya dirilis di China. Namun, alih-alih membawa inovasi terbaru, ponsel ini justru mengusung spesifikasi yang terasa seperti “blast from the past”.

Huawei memang dikenal dengan strategi peluncuran produk yang unik, seperti yang terlihat pada smartphone lipat terbarunya. Namun, nova Y73 justru menimbulkan tanda tanya besar. Dengan desain yang mirip model 2-3 tahun lalu dan chipset dari era 2018, apakah ini benar-benar ponsel baru atau sekadar rebranding?

Spesifikasi yang Membuat Anda Bertanya-tanya

Huawei nova Y73 menawarkan layar 6,67 inci LCD dengan resolusi HD+ dan refresh rate 90Hz. Meski terdengar standar, puncak kecerahan 1.000 nits patut diacungi jempol. Kamera depan 8MP tertanam dalam punch hole, sementara kamera belakang mengusung lensa utama 50MP dengan aperture f/1.8 dan satu lensa tambahan yang tidak disebutkan spesifikasinya.

Huawei nova Y73 announced with familiar looks and specs

Yang menjadi pertanyaan besar adalah chipset yang digunakan. Meski Huawei enggan mengungkapkannya, rumor menyebutkan Kirin 710A—prosesor 14nm yang pertama kali muncul tujuh tahun lalu! Chipset ini dipasangkan dengan RAM 8GB dan penyimpanan 128/256GB. Sebagai perbandingan, beberapa model Huawei lain sudah menggunakan konfigurasi lebih mutakhir.

Fitur yang Masih Relevan vs. yang Sudah Usang

Di tengah spesifikasi yang mengecewakan, nova Y73 masih memiliki beberapa fitur menarik. Baterai 6.620mAh dengan dukungan fast charging 40W adalah nilai plus, begitu pula dengan sertifikasi IP64, NFC, jack audio 3,5mm, dan port IR. Namun, sistem operasi EMUI 12 yang digunakan sudah berusia enam tahun—jauh tertinggal dari pesaing seperti Meizu yang akan merilis seri terbaru.

Huawei nova Y73 announced with familiar looks and specs

Pertanyaan besarnya: mengapa Huawei memilih jalan ini? Apakah ini strategi untuk mempertahankan pangsa pasar dengan harga lebih terjangkau, atau sekadar memanfaatkan sisa komponen lama? Bagaimanapun, di pasar yang semakin kompetitif, konsumen mungkin akan mempertanyakan nilai sebuah “smartphone baru” dengan spesifikasi jadul.

Harga dan ketersediaan global nova Y73 belum diumumkan. Namun, dengan spesifikasi yang ada, Huawei perlu menawarkan harga sangat kompetitif untuk menarik minat pembeli. Jika tidak, ponsel ini mungkin akan tenggelam di antara banyaknya pilihan lain yang lebih modern.

Meizu Siap Gempur Pasar Wearable Indonesia dengan Smart Glasses Canggih

0

Bayangkan bisa berbicara dengan siapa pun di dunia tanpa hambatan bahasa. Atau menikmati konten digital dalam bentuk tiga dimensi yang seolah nyata di depan mata. Itulah yang ditawarkan Meizu melalui dua produk smart glasses terbarunya yang siap mengguncang pasar wearable Indonesia pada 2025.

Setelah sukses dengan lini smartphone seperti Meizu Mblu 21, perusahaan teknologi asal China ini mengambil langkah berani dengan memilih smart glasses sebagai produk debut di segmen wearable. Sebuah strategi yang berbeda dari kompetitor yang biasanya mengawali dengan produk seperti TWS atau smartwatch.

Smart Glasses: Pilihan Berani Meizu untuk Pasar Indonesia

Floy Yang, Country Sales Manager Meizu Indonesia, mengungkapkan keyakinannya terhadap potensi pasar wearable di Indonesia. “Produk ini sebelumnya diterima dengan baik di Jepang, Eropa, dan AS. Kami yakin anak muda Indonesia yang melek teknologi akan menyambut baik inovasi ini,” ujarnya dalam media gathering di Jakarta.

Meizu akan membawa dua varian smart glasses: MYVU Air dengan fitur live translation dan StarV View dengan teknologi Augmented Reality (AR). Keduanya menawarkan pengalaman teknologi mutakhir yang belum banyak tersedia di pasar Indonesia.

MYVU Air: Penerjemah Instan di Depan Mata

Smart glasses pertama, MYVU Air, dibekali kemampuan live translation yang didukung kecerdasan buatan. Produk ini memungkinkan dua orang berbicara dengan bahasa berbeda bisa berkomunikasi lancar. Hasil terjemahan langsung muncul di layar kecil di kacamata, menciptakan pengalaman komunikasi tanpa batas.

“Bayangkan Anda berbicara dengan turis asing tanpa perlu repot membuka aplikasi translator di ponsel. Semua terjadi secara real-time di depan mata Anda,” tambah Floy menjelaskan keunggulan produk ini.

StarV View: Pengalaman AR yang Lebih Nyata

Varian kedua, StarV View, menghadirkan pengalaman Augmented Reality yang lebih imersif. Kacamata ini mampu menampilkan konten digital dalam bentuk tiga dimensi dengan kualitas visual yang tajam. Tak hanya itu, StarV View juga dilengkapi dengan teknologi audio Golden Ear Standard untuk pengalaman mendengar yang premium tanpa kebocoran suara.

Meski belum mengungkapkan harga pasti, Meizu memposisikan produk ini untuk segmen menengah atas. “Kami menargetkan penjualan melalui gerai premium seperti Erajaya dan Erafone,” jelas Floy. Strategi distribusi ini sejalan dengan positioning produk yang ingin menonjolkan sisi premium dan teknologi tinggi.

Kehadiran smart glasses Meizu ini menandai babak baru persaingan di pasar wearable Indonesia. Sebelumnya, Meizu juga telah memboyong tiga produk baru ke Tanah Air, menunjukkan komitmen serius mereka untuk menggarap pasar Indonesia.

Dengan teknologi canggih dan strategi pemasaran yang tepat, smart glasses Meizu berpotensi menjadi game changer di industri wearable Indonesia. Terutama bagi generasi muda yang selalu haus akan inovasi teknologi terbaru.

OpenAI Siapkan Fitur “Masuk dengan ChatGPT” untuk Aplikasi Lain

0

Pernahkah Anda merasa lelah harus mengingat puluhan kombinasi username dan password untuk berbagai aplikasi? OpenAI tampaknya sedang merancang solusi cerdas untuk masalah ini. Bocoran terbaru mengindikasikan perusahaan di balik ChatGPT tengah mengembangkan fitur “Masuk dengan ChatGPT” yang akan memungkinkan pengguna mengakses berbagai aplikasi pihak ketiga hanya dengan satu akun.

Dilaporkan oleh TechCrunch, inisiatif ini ditemukan melalui dokumen internal OpenAI yang dirilis secara publik. Dengan 600 juta pengguna aktif bulanan, ChatGPT telah menjadi salah satu platform AI konsumen terbesar di dunia. Kini, OpenAI berambisi memperluas pengaruhnya ke ranah yang lebih luas—mulai dari belanja online hingga media sosial.

Langkah strategis ini bukan tanpa alasan. Di era di mana kemudahan akses menjadi nilai jual utama, fitur single sign-on (SSO) telah menjadi medan pertempuran baru bagi raksasa teknologi. OpenAI tampaknya siap bersaing dengan Apple, Google, dan Microsoft dalam menyediakan solusi masuk yang lebih praktis.

Revolusi Cara Masuk ke Aplikasi

Fitur “Masuk dengan ChatGPT” bukan sekadar rumor belaka. OpenAI telah memulai uji coba terbatas melalui Codex CLI—alat pengodean AI sumber terbuka mereka. Pengembang sekarang bisa menghubungkan akun ChatGPT (Gratis, Plus, atau Pro) dengan akun API mereka. Bahkan, sebagai insentif, OpenAI menawarkan kredit API senilai $5 untuk pengguna Plus dan $50 untuk pengguna Pro.

Yang menarik, OpenAI tidak setengah-setengah dalam menguji potensi fitur ini. Perusahaan mengirimkan formulir minat kepada pengembang, menanyakan berbagai detail penting—mulai dari skala pengguna aplikasi (kurang dari 1.000 hingga lebih dari 100 juta pengguna mingguan) hingga model bisnis yang digunakan. Pendekatan ini menunjukkan keseriusan OpenAI dalam membangun ekosistem yang lebih terintegrasi.

Strategi Ekspansi OpenAI

Inisiatif ini sejalan dengan berbagai langkah ekspansi OpenAI belakangan ini. Dari rekrutmen Jony Ive, desainer legendaris Apple, hingga investasi besar-besaran di bidang perangkat keras AI, perusahaan ini jelas tidak ingin hanya menjadi penyedia layanan chatbot.

CEO OpenAI Sam Altman sebenarnya sudah mengisyaratkan kemungkinan fitur SSO ini sejak 2023. Namun, implementasinya baru terlihat konkret sekarang, dengan target peluncuran potensial di 2025. Waktu yang cukup bagi OpenAI untuk mematangkan teknologi dan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak.

Fitur ini juga bisa menjadi jawaban atas tantangan yang dihadapi AI saat ini. Seperti yang terjadi pada kasus OpenAI O3 dimana AI mulai menunjukkan perilaku mandiri, integrasi yang lebih dalam dengan berbagai platform mungkin bisa memberikan data lebih kaya untuk pengembangan model yang lebih stabil.

Masa Depan Autentikasi Digital

Jika berhasil, fitur ini bisa mengubah lanskap autentikasi digital. Bayangkan—dengan satu akun ChatGPT, Anda bisa mengakses berbagai layanan tanpa perlu mengingat banyak password. Namun, tantangan keamanan dan privasi tentu tidak bisa diabaikan. OpenAI perlu meyakinkan pengguna bahwa data mereka akan tetap aman dalam ekosistem yang lebih terbuka ini.

Sementara ini, belum ada kepastian kapan fitur “Masuk dengan ChatGPT” akan tersedia untuk publik. Namun, dengan langkah-langkah konkret yang sudah diambil OpenAI, termasuk kerja sama dengan berbagai pihak, masa depan autentikasi digital mungkin akan segera menyaksikan pemain baru yang signifikan.

Yang pasti, inisiatif ini menunjukkan bagaimana OpenAI terus mendorong batas-batas inovasi—tidak hanya dalam kecerdasan buatan, tetapi juga dalam menciptakan pengalaman pengguna yang lebih mulus di berbagai platform. Pertanyaannya sekarang: apakah Anda siap untuk masuk ke dunia digital hanya dengan akun ChatGPT?