Beranda blog Halaman 53

Bocoran Samsung Galaxy S26 Edge: Desain Revolusioner Mirip iPhone 17 Pro

0

Telset.id – Bayangkan jika Samsung tiba-tiba mengadopsi bahasa desain yang selama ini identik dengan Apple. Itulah yang sedang terjadi dengan Galaxy S26 Edge, yang menurut bocoran terbaru, siap mengguncang pasar dengan perubahan desain paling dramatis dalam beberapa tahun terakhir.

Bocoran ini datang dari sumber yang sangat terpercaya, OnLeaks, yang berkolaborasi dengan Android Headlines. Render yang mereka bagikan menunjukkan Samsung tidak main-main dengan perubahan pada seri flagship mereka tahun depan. Yang menarik, desain ini justru mengingatkan kita pada iPhone 17 Pro yang juga akan segera diluncurkan Apple.

Bocoran render Samsung Galaxy S26 Edge dengan desain kamera horizontal

Mari kita bahas lebih detail perubahan yang mungkin akan membuat banyak penggemar Samsung tercengang. Bagian belakang Galaxy S26 Edge kini menampilkan camera island yang membentang secara horizontal, menampung dua kamera belakang dan LED flash di sisi paling kiri. Ini adalah perubahan signifikan dari pendekatan minimalis yang selama ini diusung Samsung.

Desain baru ini memang terlihat familiar bagi yang mengikuti perkembangan Apple. Bahkan, dbrand sebagai pembuat skin ponsel sudah lebih dulu mengunggah desain serupa untuk iPhone 17 Pro sebelum acara peluncuran Apple pada 9 September mendatang. Kebetulan? Mungkin tidak.

Dari sisi depan, Samsung tetap mempertahankan kesan bersih dengan bezel yang ramping dan seragam, plus kamera selfie punch-hole di tengah. Sisi-sisi ponsel lebih membulat dibandingkan S25 Edge, dengan kurva di bagian belakang untuk memberikan feel yang lebih nyaman di genggaman.

Yang membuat analisis ini semakin menarik, render model Ultra juga menunjukkan redesign serupa. Tombol-tombol tetap berada di sisi kanan, sehingga layout tetap familiar bagi pengguna Samsung existing. Tapi pertanyaannya: mengapa Samsung membutuhkan ruang ekstra di dalamnya?

Galaxy S25 Edge menggunakan sensor ISOCELL HP2 200MP dengan ukuran 1/1.3″, sementara ISOCELL HP3 bahkan lebih kecil. Meski ada rumor upgrade sensor ultrawide 50MP, modul kamera seharusnya tetap lebih kecil dari kamera utama dan tidak memerlukan tonjolan sebesar itu. Apa yang sedang Samsung persiapkan?

Render ini memang belum final, tapi mereka cocok dengan dummy unit yang beredar belakangan ini, memberikan kredibilitas ekstra pada bocoran tersebut. Jika render ini akurat, Galaxy S26 Edge bisa menandai pergeseran identitas desain Samsung—yang condong mendekati gaya baru Apple dan memicu perbandingan segar antara dua raksasa teknologi ini.

Perubahan desain semacam ini bukan hanya soal estetika, tapi juga sinyal bagaimana Samsung memposisikan diri dalam persaingan global. Dengan kembalinya ke chipset in-house dengan Exynos 2600, plus desain yang lebih tipis dengan baterai lebih besar, Samsung jelas sedang menyiapkan sesuatu yang besar.

Lalu bagaimana dengan konsumen? Apakah perubahan drastis ini akan diterima dengan baik, atau justru dianggap sebagai langkah yang terlalu berani? Yang pasti, persaingan antara Samsung dan Apple semakin panas, dan kita semua yang akan menikmati hasilnya.

Indosat Ooredoo Hutchison Beri Hadiah Spesial di Harpelnas 2025

0

Telset.id – Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) merayakan Hari Pelanggan Nasional (Harpelnas) 2025 dengan memberikan berbagai penawaran spesial bagi pelanggan setia IM3, Tri, dan HiFi di seluruh Indonesia. Perayaan yang mengusung tema “Ketulusan Tanpa Akhir” ini berlangsung sepanjang September dan mencakup diskon paket data, penawaran eksklusif, serta interaksi langsung antara jajaran direksi dengan pelanggan.

Bilal Kazmi, Director and Chief Commercial Officer Indosat Ooredoo Hutchison, menegaskan komitmen perusahaan terhadap pelanggan. “Bagi Indosat, pelanggan selalu menjadi pusat dari setiap langkah kami. Hari Pelanggan Nasional adalah pengingat bahwa ketulusan kami untuk melayani tidak pernah berakhir,” ujarnya.

Sebagai bentuk apresiasi, IOH menghadirkan potongan harga paket data hingga 15% yang dapat diakses melalui Gerai IM3, 3Store, dan Kios myIM3. Pelanggan juga bisa menikmati penawaran spesial Harpelnas berupa potongan harga paket data hingga Rp25 ribu di IM3 dan Tri Official Store melalui mitra e-commerce seperti Dana, Shopee, Tokopedia, Gopay, dan Lazada.

Penawaran Eksklusif untuk Berbagai Segmen Pelanggan

Bagi pelanggan IM3 Platinum, tersedia diskon khusus add-on Freedom Internet 25GB/7 hari dari harga normal Rp30 ribu menjadi hanya Rp25 ribu. Selain itu, pelanggan dapat menukarkan IMPoin dan Bonstri dengan diskon 50% poin serta poin ekstra untuk transaksi minimal Rp90 ribu.

Promo spesial ini berlaku pada minggu pertama dan kedua September, memberikan kesempatan bagi pelanggan untuk segera merasakan manfaatnya. Tidak ketinggalan, pelanggan juga berkesempatan mendapatkan nomor cantik spesial 1111 Kartu Perdana IM3 yang tersedia eksklusif di im3.id/shop.

Rangkaian penawaran dilengkapi dengan produk kebutuhan sehari-hari untuk setiap pembelian paket data minimal Rp100 ribu di jaringan ritel Alfamart, Alfamidi, dan Indomaret sepanjang bulan September. Hal ini sejalan dengan upaya perusahaan dalam memberdayakan masyarakat Indonesia melalui layanan digital yang inovatif.

Interaksi Langsung dan Komitmen Layanan

Jajaran direksi, manajemen, hingga karyawan Indosat turun langsung menyapa pelanggan di Gerai IM3 dan 3Store. Interaksi personal ini menjadi sarana untuk mendengarkan aspirasi pelanggan sekaligus memperkuat kedekatan Indosat dengan masyarakat.

“Hari Pelanggan Nasional juga menjadi momentum bagi kami untuk terus meningkatkan kualitas layanan dan memberikan pengalaman yang mengesankan bagi setiap pelanggan yang telah setia bersama Indosat,” tambah Bilal Kazmi.

Perayaan Harpelnas 2025 ini mencerminkan komitmen Indosat Ooredoo Hutchison dalam menghadirkan layanan terbaik bagi pelanggan. Seperti halnya inisiatif dari perusahaan teknologi lainnya, termasuk Gojek yang mengembangkan talenta digital lokal, upaya IOH turut mendorong transformasi digital di Indonesia.

Pelanggan yang tertarik dengan penawaran spesial Harpelnas 2025 dapat mengakses informasi lengkap melalui http://ioh.co.id/harpelnas. Berbagai promo yang ditawarkan tidak hanya memberikan manfaat finansial, tetapi juga pengalaman digital yang lebih baik bagi pengguna.

Selain penawaran data, pelanggan juga dapat memanfaatkan layanan digital lainnya, seperti cara mudah aktifkan Microsoft PC Game Pass via Telkomsel, yang turut memperkaya pengalaman berdigital masyarakat Indonesia.

Dying Light: The Beast – Animasi Brutal dan Parkour Baru Siap Hadir

0

Telset.id – Hanya tersisa sekitar dua minggu lagi sebelum peluncuran Dying Light: The Beast, dan Techland terus memanaskan atmosfer dengan bocoran terbaru mengenai mekanik pertarungan serta parkour yang akan membuat penggemar terpukau. Bagaimana pengembang ini menghadirkan pengalaman bermain yang lebih liar dan intens?

Dalam blog pengembang terbaru yang dirilis hari ini, Techland mengungkap bahwa mereka telah menambahkan lebih dari 100 animasi baru serta 17 animasi grab khusus untuk menggambarkan kelincahan dan keganasan Kyle Crane yang kini berubah menjadi “beast”. Tidak main-main, perubahan ini bukan sekadar peningkatan visual, melainkan revolusi cara bermain yang dijanjikan akan membawa sensasi berbeda dibanding seri sebelumnya. Seperti yang diungkap dalam preview terakhir oleh Wccftech, Kai Tatsumoto menyatakan dengan tegas bahwa tahun-tahun kurungan telah mengubah Crane menjadi monster yang mengamuk.

Bocoran ini juga disertai perilisan trailer terbaru yang menunjukkan adegan-adegan gameplay memukau, termasuk perjuangan Crane mengendalikan kekuatan beast dalam dirinya. Trailer tersebut tidak hanya memamerkan grafis yang memukau, tetapi juga memberikan gambaran jelas tentang bagaimana animasi baru tersebut terintegrasi dalam aksi parkour dan pertempuran. Techland sepertinya ingin memastikan bahwa setiap lompatan, serangan, dan gerakan menghindar terasa lebih hidup dan mematikan.

Menariknya, meski semestinya game ini sudah diluncurkan pada 22 Agustus lalu, Techland memutuskan untuk menundanya selama empat minggu hingga 19 September 2025. Keputusan ini mungkin terdengar mengecewakan, tetapi jika hasilnya adalah penyempurnaan fitur-fitur seperti yang dijanjikan, mungkin penantian ini akan terbayar lunas. Seperti pengalaman dalam game-game high-stakes lainnya, penundaan seringkali membawa hasil yang lebih memuaskan—seperti yang terjadi pada Doom: The Dark Ages dengan gameplay brutal dan inovasi barunya.

Lalu, bagaimana dengan persiapan teknis? Techland telah mengonfirmasi bahwa Dying Light: The Beast akan mendukung NVIDIA DLSS 4, AMD FSR 4, dan Intel XeSS 2, yang menjanjikan pengalaman visual yang mulus bahkan pada setting tertinggi. Spesifikasi PC yang rinci juga telah diumumkan, memastikan bahwa para gamer dapat mempersiapkan rig mereka dengan baik sebelum tanggal peluncuran. Ini adalah langkah penting mengingat kompleksitas animasi dan dunia game yang semakin detail.

Jika Anda penggemar game dengan pertarungan intens dan mobilitas tinggi, Dying Light: The Beast mungkin akan menjadi salah satu title paling memorable tahun ini. Seperti halnya kesuksesan Pokemon GO yang sukses menggelar pertarungan online antarpemain, Techland berusaha menciptakan ekosistem gameplay yang mendalam dan memuaskan.

Jadi, siapkah Anda menyambut kembalinya Kyle Crane dengan wujud yang lebih garang? Atau justru khawatir dengan perubahan drastis ini? Satu hal yang pasti: Techland tidak setengah-setengah dalam membawa pengalaman baru bagi para penggemar setianya. Dan bagi yang penasaran dengan perkembangan game-game terkini, jangan lewatkan juga program Lenovo yang memberikan game gratis untuk komunitas gaming Legion sebagai alternatif menunggu tanggal rilis.

EA Sports College Basketball Batal, 2K Sports Menang Telak

0

Telset.id – Hampir dua dekade menunggu, para penggemar game basket kampus akhirnya harus kembali gigit jari. EA Sports College Basketball, yang sempat diumumkan dengan penuh antusiasme, resmi dibatalkan. Kalah bersaing dengan 2K Sports, EA terpaksa menarik tawaran mereka kepada universitas-universitas AS. Apa yang sebenarnya terjadi?

Bulan Juni lalu, EA dengan percaya diri mengumumkan rencana menghidupkan kembali seri game NCAA Basketball yang terakhir kali rilis pada 2009. Sukses besar EA Sports College Football 25 seolah menjadi angin segar yang memicu optimisme. Namun, seperti pepatah lama, rencana seringkali berubah. Kini, berdasarkan laporan eksklusif dari Extra Points yang dikutip Insider-Gaming, proyek ambisius itu telah diputus di tengah jalan.

Memo internal dari Sean O’Brien, Wakil Presiden Kemitraan Komersial dan Lisensi EA Sports, menjadi bukti nyata kekalahan ini. “Mengingat beberapa sekolah memilih menerima proposal 2K Sports untuk dimasukkan dalam NBA 2K, tawaran untuk masuk dalam game basket kampus sayangnya harus ditarik,” tulis O’Brien. Sebuah pengakuan pahit dari raksasa game olahraga yang sebelumnya begitu dominan.

Pertarungan Dua Raksasa di Lapangan Digital

Persaingan sengit antara EA dan Take-Two (perusahaan induk 2K) bukanlah hal baru. Namun, kali ini 2K berhasil melakukan manuver cerdik dengan mengintegrasikan tim-tim kampus ke dalam seri NBA 2K mereka yang sudah mapan. Strategi ini ternyata lebih menarik bagi universitas-universitas compared dengan game khusus yang ditawarkan EA.

Padahal, EA memiliki sejarah panjang dengan game NCAA basketball. Dari March Madness hingga NCAA Basketball 10, mereka pernah menjadi raja tak terbantahkan. Namun, seperti dalam strategi menghadapi guncangan industri game, adaptasi adalah kunci. Dan kali ini, 2K yang lebih lincah.

Fenomena ini mengingatkan kita pada dinamika industri game olahraga yang semakin kompleks. Bukan hanya tentang grafis atau gameplay, tetapi juga negosiasi lisensi, strategi pemasaran, dan tentu saja—uang. Banyak universitas ternama lebih memilih kepastian berada dalam game yang sudah memiliki basis pengguna besar seperti NBA 2K.

Dampak bagi Komunitas dan Masa Depan Game Basket Kampus

Bagi penggemar setia, kabar ini tentu menjadi tamparan keras. Bayangkan antusiasme yang dibangun sejak pengumuman Juni, lalu tiba-tiba pupus. Komunitas game basket, yang sudah lama menunggu representasi digital yang layak, kembali harus menelan kekecewaan.

Namun, mungkin ada secercah harapan. Integrasi tim kampus dalam NBA 2K bisa jadi alternatif yang tidak terduga. Meski bukan game khusus, setidaknya pemain masih bisa merasakan atmosfer basket kampus dengan kualitas produksi 2K yang tak diragukan lagi. Bagi yang ingin menikmati pertandingan olahraga secara digital, selalu ada opsi situs streaming olahraga terbaik untuk mendapatkan pengalaman yang berbeda.

Yang menarik, O’Brien dalam memo-nya justru mengakhiri dengan ucapan “selamat kembali ke sekolah dan awal musim football yang menyenangkan.” Sebuah penutup yang ironis, mengingat mereka gagal di basketball tapi masih punya football untuk diandalkan. EA Sports College Football 25 tetap menjadi andalan yang cetak kesuksesan.

Layaknya game jadul yang masih dimainkan kids zaman now, NCAA Basketball 10 mungkin akan tetap menjadi kenangan manis yang tak tergantikan. Sementara untuk masa depan, kita hanya bisa menunggu apakah EA akan mencoba lagi, atau 2K akan sepenuhnya menguasai arena basket digital.

Kekalahan EA kali ini mengajarkan satu hal: dalam industri game, seperti dalam olahraga nyata, tidak ada yang abadi. Dominasi bisa berganti, strategi harus terus berinovasi, dan yang paling penting—penggemar selalu punya pilihan. Jadi, siapkah Anda untuk bermain sebagai tim kampus favorit di NBA 2K, atau masih berharap EA suatu hari nanti akan kembali?

Sony IER-EX15C: Kembalinya Earphone Kabel dengan USB-C di India

0

Telset.id – Di tengah gempuran earphone nirkabel yang mendominasi pasar, Sony justru mengambil langkah berani dengan meluncurkan IER-EX15C—sepasang earphone berkabel yang mengusung koneksi USB Type-C. Apakah ini nostalgia atau strategi cerdas memenuhi kebutuhan pengguna yang lelah dengan isu baterai dan pairing? Mari kita kupas tuntas.

Sejak kepergian jack audio 3.5mm dari banyak smartphone, penggemar audio berkabel kerap harus berkompromi dengan dongle yang mudah hilang. Sony IER-EX15C muncul sebagai solusi elegan: earphone berkabel langsung dengan USB-C, menghilangkan kerumitan tambahan. Tidak perlu lagi khawatir tentang baterai habis di tengah perjalanan atau gangguan koneksi Bluetooth yang tak stabil. Cukup colok dan nikmati—sesederhana itu.

Dilengkapi dengan driver dinamis 5mm, IER-EX15C menjanjikan kualitas suara yang impresif untuk harganya. Bass yang dalam dan vokal yang jernih menjadi daya tarik utamanya, cocok untuk mereka yang mengutamakan pengalaman mendengarkan tanpa kompromi. Remote control terintegrasi memungkinkan Anda mengontrol pemutaran lagu, menyesuaikan volume, mematikan mikrofon, dan menerima panggilan dengan mudah. Fitur ini mengingatkan kita pada era keemasan earphone berkabel, tetapi dengan sentuhan modern.

Kabel yang tahan kusut, tiga pasang silicon eartips, dan desain ringan serta kompak menjadikan IER-EX15C tidak hanya fungsional tetapi juga nyaman digunakan sehari-hari. Tersedia dalam empat pilihan warna matte: putih, hitam, biru, dan pink, earphone ini tidak hanya soal performa tetapi juga gaya.

Dengan harga resmi Rp 2.490, Sony menawarkan IER-EX15C pada harga perkenalan Rp 1.990—nilai yang sangat kompetitif untuk segmen ini. Produk ini sudah dapat dibeli melalui situs web resmi Sony, Sony Centers, serta e-retailer terkemuka seperti Amazon India dan toko elektronik populer. Bagi yang mencari alternatif praktis dari earphone nirkabel, IER-EX15C layak dipertimbangkan.

Lalu, bagaimana dengan masa depan audio berkabel? Kehadiran IER-EX15C membuktikan bahwa masih ada ruang untuk produk yang mengutamakan keandalan dan kemudahan. Sementara brand lain fokus pada inovasi nirkabel, Sony justru mengingatkan kita bahwa terkadang, solusi terbaik adalah yang paling sederhana. Seperti yang terjadi pada Xiaomi dengan AI Glasses dan OpenWear Stereo Pro, inovasi tidak selalu harus berarti rumit.

Bagi penggemar gadget, IER-EX15C juga bisa menjadi pendamping setia untuk perangkat gaming. Seperti ROG Phone 8 yang mengusung peningkatan signifikan di kamera, earphone ini menawarkan pengalaman audio yang mumpuni tanpa lag—sesuatu yang sangat dihargai dalam sesi gaming intensif. Bahkan, bagi pemilik Asus Zenfone 8 yang berukuran mini namun berperforma besar, IER-EX15C bisa menjadi pasangan yang serasi.

Jadi, apakah Sony IER-EX15C layak masuk dalam wishlist Anda? Jika Anda mencari earphone yang praktis, andal, dan terjangkau—jawabannya adalah ya. Di era di segala sesuatu serba nirkabel, kehadiran produk seperti ini justru terasa menyegarkan.

Samsung Galaxy S25 FE vs S24 FE: 4 Peningkatan Signifikan!

0

Telset.id – Samsung baru saja meresmikan Galaxy S25 FE, ponsel terbaru dalam jajaran Fan Edition. Tapi, apa bedanya dengan pendahulunya, Galaxy S24 FE? Apakah peningkatan ini cukup berarti untuk membuat Anda beralih? Mari kita kupas tuntas perbandingannya.

Sejak diluncurkan, seri FE selalu menjadi andalan Samsung untuk menghadirkan pengalaman flagship dengan harga lebih terjangkau. Galaxy S25 FE hadir dengan beberapa penyempurnaan menarik, mulai dari desain yang lebih ramping, performa yang ditingkatkan, hingga baterai yang lebih besar. Namun, apakah semua ini benar-benar membuat perbedaan signifikan? Simak analisis mendalam dari Telset.id.

Bagi Anda yang sedang mempertimbangkan upgrade, atau sekadar penasaran dengan evolusi seri FE, artikel ini akan memberikan gambaran jelas tentang apa yang ditawarkan oleh Galaxy S25 FE dibandingkan pendahulunya. Kami akan membahas empat area utama yang mengalami peningkatan, serta apakah perubahan tersebut layak untuk dipertimbangkan.

1. Desain Lebih Ramping dan Ringan

Samsung tidak melakukan perubahan drastis pada desain Galaxy S25 FE, tetapi penyempurnaan yang dilakukan cukup terasa. Ponsel ini sekarang memiliki bodi yang lebih tipis, hanya 7.4mm, dan lebih ringan dengan berat 190 gram. Bandingkan dengan Galaxy S24 FE yang memiliki ketebalan 8mm dan berat 213 gram. Perbedaan ini mungkin terkesan kecil, tetapi dalam genggaman sehari-hari, Galaxy S25 FE terasa lebih nyaman dan mudah dibawa.

Layar AMOLED 6.7 inci tetap dipertahankan, menunjukkan bahwa Samsung fokus pada penyempurnaan ergonomi tanpa mengorbankan kualitas visual. Jika Anda menyukai desain yang minimalis namun elegan, bocoran sebelumnya tentang desain ramping Galaxy S25 FE memang terbukti akurat.

2. Performa yang Lebih Tangguh

Di bawah kap mesin, Galaxy S25 FE ditenagai oleh chipset Exynos 2400 penuh, bukan varian yang dipotong seperti pada S24 FE. Ini berarti kecepatan CPU puncak mencapai 3.2GHz, sedikit lebih tinggi dari 3.1GHz pada pendahulunya. Meskipun dalam penggunaan sehari-hari perbedaan ini mungkin tidak terlalu terasa, untuk tugas berat seperti gaming atau multitasking, Galaxy S25 FE menawarkan performa yang lebih konsisten.

Bagi Anda yang mengutamakan performa, bocoran resmi spesifikasi Galaxy S25 FE sebelumnya sudah mengonfirmasi bahwa ponsel ini memang dibekali hardware yang lebih capable.

3. Baterai Lebih Besar dan Charging Lebih Cepat

Salah satu peningkatan paling signifikan ada pada sektor baterai. Galaxy S25 FE memiliki kapasitas baterai 4.900mAh, lebih besar dari 4.700mAh pada S24 FE. Yang lebih menarik, dukungan fast charging-nya ditingkatkan menjadi 45W untuk pengisian kabel, dibandingkan 25W pada generasi sebelumnya. Wireless charging tetap di 15W, tetapi peningkatan kecepatan pengisian kabel ini sangat berarti untuk pengguna yang sering mobilitas tinggi.

Dengan bodi yang lebih tipis namun baterai lebih besar, Samsung berhasil mengoptimalkan ruang internal tanpa mengorbankan daya tahan. Ini adalah kombinasi yang sulit dicapai, dan bocoran tentang dukungan Qi2 dan chipset Exynos 2400 sebelumnya sudah memberi gambaran tentang komitmen Samsung pada efisiensi energi.

4. Kamera Selfie yang Ditingkatkan

Meskipun setup kamera belakang tetap sama dengan tiga sensor, Samsung memberikan peningkatan pada kamera selfie. Galaxy S25 FE kini memiliki kamera depan 12MP dengan aperture f/2.2, menggantikan kamera 10MP dengan aperture f/2.4 pada S24 FE. Pada teori, resolusi yang lebih tinggi dan aperture yang lebih lebar memungkinkan lebih banyak cahaya masuk, menghasilkan selfie yang lebih detail terutama dalam kondisi cahaya rendah.

Bagi Anda yang sering menggunakan ponsel untuk video call atau konten sosial, peningkatan ini mungkin menjadi nilai tambah yang signifikan. Galaxy S25 FE tidak hanya tentang performa dan baterai, tetapi juga pengalaman pengambilan gambar yang lebih baik.

Jadi, apakah Galaxy S25 FE layak dipertimbangkan? Jika Anda mencari ponsel dengan desain lebih ramping, performa tangguh, baterai tahan lama, dan kamera selfie yang ditingkatkan, jawabannya adalah ya. Namun, bagi pengguna Galaxy S24 FE, peningkatan ini mungkin tidak cukup drastis untuk langsung upgrade. Semuanya tergantung pada kebutuhan dan prioritas Anda.

Bocoran Samsung Galaxy S26 Edge: Desain Mirip iPhone 17 Air?

0

Telset.id – Bayangkan jika dua raksasa teknologi saling “mencuri” ide desain. Itulah yang mungkin terjadi antara Samsung dan Apple berdasarkan bocoran terbaru seri Galaxy S26. Sebuah gambar unit dummy yang dibagikan oleh tipster terpercaya Sonny Dickson telah memicu perdebatan hangat di kalangan penggemar teknologi. Yang paling mencolok? Galaxy S26 Edge tampaknya mengadopsi bilah kamera horizontal yang persis seperti desain yang dikabarkan akan dipakai iPhone 17 Air.

Bocoran ini bukan sekadar rumor biasa. Dickson dikenal sebagai sumber yang andal, dan gambar yang dibagikannya menunjukkan tiga model berbeda. Yang terbesar jelas adalah Galaxy S26 Ultra, sementara dua lainnya diduga sebagai Galaxy S26 standar (atau Pro) dan Galaxy S26 Edge. Tapi yang bikin penasaran adalah perubahan radikal pada model Edge. Alih-alih menggunakan lensa kamera terpisah seperti biasanya, Samsung sepertinya memilih bilah kamera yang membentang di bagian belakang ponsel.

Desain ini tidak hanya tentang estetika. Menurut leaker Ice Universe, bilah kamera tersebut mungkin berfungsi ganda sebagai rumah untuk komponen internal. Strategi ini bisa memberikan ruang lebih besar untuk baterai 4.200mAh (naik dari 3.900mAh) dan memungkinkan Samsung mengurangi ketebalan bodi dari 5,8mm menjadi 5,5mm. Artinya, kita mungkin mendapatkan ponsel yang lebih tipis dengan daya tahan baterai lebih lama.

Lebih Dari Sekadar Desain Kamera

Perubahan tidak berhenti di bilah kamera. Ketiga unit dummy juga menunjukkan sudut yang sedikit lebih persegi dan lekukan melingkar di bagian belakang. Lekukan ini kemungkinan besar mengindikasikan dukungan untuk pengisian nirkabel Qi2 dengan alignment magnetik. Google sudah menerapkan fitur serupa pada lineup Pixel 10, dan tampaknya Samsung tidak mau ketinggalan.

Bagi yang penasaran dengan performa, bocoran sebelumnya tentang chipset Samsung Galaxy S26 Ultra mengindikasikan penggunaan Snapdragon 8 Elite 2. Kombinasi desain baru, baterai lebih besar, dan chipset mutakhir bisa membuat seri S26 menjadi penantang serius bagi dominasi iPhone.

Lalu bagaimana dengan peningkatan RAM? Bocoran tentang RAM 16GB pada Galaxy S26 menunjukkan bahwa Samsung serius ingin menggeser dominasi Apple di segmen premium. Dengan spesifikasi seperti ini, apakah Samsung akhirnya bisa mengalahkan iPhone dalam hal performa?

Namun yang paling menarik justru persaingan desain dengan Apple. Jika bocoran ini akurat, kita akan menyaksikan dua perusahaan terbesar di dunia saling menginspirasi (atau meniru?) desain masing-masing. Galaxy S26 Edge dengan bilah kamera horizontalnya mungkin akan terlihat sangat mirip dengan iPhone 17 Air yang masih berupa rumor.

Apakah Ini Akan Menjadi Trendsetter Baru?

Perubahan desain kamera bukanlah hal sepele. Selama bertahun-tahun, Samsung konsisten dengan desain kamera vertikalnya. Pergeseran ke bilah horizontal bisa menjadi sinyal bahwa perusahaan sedang mencari identitas visual baru. Tapi apakah konsumen akan menerima perubahan drastis ini?

Yang jelas, bocoran kemampuan kamera Samsung Galaxy S26 Ultra menjanjikan performa yang bisa membuat DSLR minder. Jika desain baru ini memang meningkatkan fungsi kamera sekaligus estetika, mungkin konsumen justru akan menyambutnya dengan antusias.

Seri Galaxy S26 diperkirakan baru akan diluncurkan awal tahun depan, yang berarti Samsung masih punya waktu untuk menyempurnakan desainnya. Jadi, meskipun bocoran ini menarik, kita harus tetap menyikapinya dengan hati-hati. Siapa tahu dalam beberapa bulan ke depan kita akan melihat perubahan desain lagi?

Yang pasti, persaingan antara Samsung dan Apple semakin panas. Dengan desain yang saling “terinspirasi” dan spesifikasi yang semakin mendekati, konsumenlah yang akhirnya akan diuntungkan. Tinggal tunggu saja siapa yang akan keluar sebagai pemenang dalam pertarungan desain dan inovasi teknologi ini.

Tecno Luncurkan MegaPad Pro dan Laptop AI di Eropa, Sasar Pelajar dan Profesional

0

Telset.id – Jika Anda mengira Tecno hanya fokus pada smartphone, pikirkan lagi. Di IFA 2025, perusahaan asal China ini justru meluncurkan MegaPad Pro—sebuah tablet AI yang dirancang khusus untuk produktivitas—dan memperluas jajaran laptopnya ke pasar Eropa. Langkah ini bukan sekadar ekspansi, melainkan sinyal kuat bahwa Tecno ingin bersaing di arena yang lebih luas.

Bagaimana tidak? Persaingan di segmen tablet dan laptop Eropa sudah sangat ketat, dengan pemain mapan seperti Samsung, Apple, dan Lenovo menguasai pasar. Tapi Tecno punya strategi jitu: menghadirkan perangkat dengan fitur AI yang terintegrasi, harga kompetitif, dan waktu peluncuran yang tepat—tepat sebelum musim kembali ke sekolah. Apakah ini akan menjadi game changer?

Mari kita kupas lebih dalam. MegaPad Pro tidak hadir sebagai tablet biasa. Dengan layar 12 inci beresolusi 2K, kecerahan 450 nits, dan refresh rate 90Hz, perangkat ini jelas menargetkan pengguna yang menginginkan keseimbangan antara kerja dan hibur. Empat speaker yang telah disetel Dolby menambah pengalaman multimedia, sementara baterai 10.000mAh menjanjikan daya tahan hingga delapan jam untuk penggunaan intensif. Tapi yang paling menarik adalah fokus pada AI.

Sebuah tombol AI khusus disematkan untuk mengakses Ella Assistant—asisten virtual yang diklaim mampu membantu pelajar mengelola tugas dan catatan, atau profesional dalam menyusun email dan presentasi. Ini bukan sekadar fitur tambahan, melainkan inti dari positioning produk. Tecno seolah berkata: “Kami tidak hanya menjual hardware, tapi solusi produktivitas.”

Tecno MegaPad Pro tablet dengan fitur AI di IFA 2025

Di sisi laptop, Tecno semakin serius. Melalui kemitraan dengan distributor MCR, mereka resmi masuk ke Spanyol dan Prancis. Model seperti MegaBook K15S, K16S, dan Mega Mini G1 gaming PC sudah bisa dibeli di retailer ternama seperti MediaMarkt dan Carrefour. Tapi yang patut diperhatikan adalah MegaBook S14—laptop OLED 14 inci dengan bobot hanya 899 gram yang rencananya diluncurkan di pasar terpilih pada kuartal empat 2025.

Laptop super ringan ini jelas ingin menyaingi ultrabook premium dari merek lain. Dengan spesifikasi yang belum sepenuhnya diungkap, Tecno mungkin menyimpan kejutan—mungkin chipset yang dioptimalkan untuk AI, atau layar dengan color accuracy tinggi untuk kreator konten. Apapun itu, langkah ini menunjukkan ambisi Tecno untuk tidak hanya menjadi pemain kecil di pasar PC Eropa.

Lalu, bagaimana prospek Tecno di pasar yang sudah jenuh ini? Menurut analisis, strategi mereka cukup cerdas. Dengan menargetkan segmen pelajar dan profesional muda—yang biasanya sensitif harga tapi menginginkan fitur terkini—Tecno berpeluang merebut pangsa pasar yang selama ini didominasi oleh merek dengan harga lebih tinggi. Apalagi, fitur AI menjadi nilai jual yang semakin relevan di era digital.

Tapi tantangannya tidak kecil. Persepsi merek masih menjadi kendala. Tecno dikenal sebagai produsen smartphone entry-level hingga mid-range, dan kini harus meyakinkan konsumen bahwa produk premium mereka layak diperhitungkan. Selain itu, dukungan after-sales dan distribusi yang solid di Eropa akan menjadi penentu kesuksesan.

Sebagai perbandingan, merek seperti Samsung dan itel juga telah meluncurkan tablet dengan positioning serupa. Bahkan, Lenovo dikabarkan sedang menyiapkan perangkat gaming yang bisa menjadi pesaing tidak langsung. Artinya, Tecno harus bekerja ekstra keras untuk menonjol.

Jadi, apakah Tecno akan berhasil? Jawabannya tergantung pada eksekusi. Jika mereka mampu menghadirkan pengalaman pengguna yang mulus, dukungan software yang updates, dan harga yang kompetitif, bukan tidak mungkin MegaPad Pro dan jajaran laptopnya akan diterima dengan baik. IFA 2025 mungkin hanya panggung awal, tapi pertunjukan sesungguhnya baru akan dimulai di toko-toko dan tangan konsumen.

Bagaimana pendapat Anda? Apakah tablet dan laptop dengan fitur AI menjadi kebutuhan masa depan, atau sekadar tren sesaat? Ceritakan pengalaman Anda dengan perangkat sejenis di kolom komentar!

Pixel 10 Bermasalah: Garis Warna Aneh Muncul di Layar, Google Belum Beri Komentar

0

Telset.id – Belum genap sepele di tangan pengguna, Google Pixel 10 sudah menuai keluhan serius terkait tampilan layarnya. Beberapa pengguna awal melaporkan munculnya garis-garis berwarna aneh—merah, hijau, atau biru—yang berkedip di sepanjang layar, membuat perangkat nyaris tak bisa dipakai. Apakah ini sekadar bug perangkat lunak atau indikasi masalah hardware yang lebih dalam?

Laporan pertama kali muncul di platform media sosial seperti Reddit, diunggah oleh pengguna dengan nama samaran u/Ok_Economist_3997. Keluhan tersebut kemudian dikonfirmasi dan dilaporkan lebih lanjut oleh Android Authority. Beberapa pengguna mengaku masalah ini hilang sementara setelah mengunci dan membuka kunci ponsel, namun bagi lainnya, garis-garis itu kembali muncul dan mengganggu pengalaman penggunaan.

Garis warna aneh pada layar Pixel 10 yang dilaporkan pengguna

Hingga saat ini, belum jelas apakah masalah ini bersumber dari perangkat keras—seperti panel layar itu sendiri, chip grafis, atau bahkan motherboard—ataukah sekadar bug perangkat lunak yang dapat diperbaiki Google melalui pembaruan perangkat lunak. Yang pasti, Google belum memberikan pernyataan resmi mengenai situasi ini, membuat pengguna awal bingung: haruskah menunggu patch atau langsung menukar perangkatnya?

Bagi pengguna yang terdampak, langkah teraman saat ini adalah menghubungi dukungan pelanggan Google atau menukar perangkat sebelum antrean penggantian semakin panjang. Mengingat Pixel 10 baru mulai dikirim pada 28 Agustus, masalah ini datang di waktu yang sangat tidak tepat.

Seri Pixel 10 merupakan lompatan signifikan bagi Google. Ini adalah Pixel pertama dalam beberapa tahun yang menggunakan chip buatan TSMC, dan peningkatan daya tahan baterainya sudah terlihat jelas. Google juga menyegarkan antarmuka pengguna dengan desain Material 3 Expressive. Namun, masalah layar di awal peluncuran ini berisiko mengaburkan berbagai peningkatan tersebut dan berpotensi menghidupkan kembali kekhawatiran mengenai rekam jejak keandalan perangkat keras Google.

Sejarah menunjukkan bahwa Google tidak asing dengan masalah hardware. Sebelumnya, perusahaan pernah menawarkan penggantian baterai gratis untuk Pixel 7a yang mengalami pembengkakan. Namun, masalah layar seperti ini—apalagi yang terjadi segera setelah peluncuran—bisa berdampak lebih luas terhadap kepercayaan konsumen.

Di sisi lain, masalah tampilan layar bukanlah hal baru di industri smartphone. Baru-baru ini, kualitas layar iPhone bahkan disebut kalah dari Galaxy A35 5G dalam penilaian DxOMark. Namun, yang membedakan adalah respons cepat dari perusahaan terhadap keluhan pengguna.

Pertanyaan besarnya sekarang: apakah Google akan merespons dengan cepat dan transparan? Ataukah pengguna harus menunggu lama seperti beberapa kasus sebelumnya? Jika ini adalah masalah perangkat lunak, patch mungkin sudah dalam perjalanan. Namun jika berkaitan dengan hardware, Google mungkin perlu mempertimbangkan program penggantian yang lebih masif.

Bagi Anda yang sudah membeli Pixel 10 dan mengalami masalah serupa, langkah terbaik adalah mendokumentasikan masalah tersebut—rekam layar atau ambil foto—lalu menghubungi layanan dukungan Google. Sementara bagi yang masih mempertimbangkan pembelian, mungkin bijaksana untuk menunggu hingga ada kejelasan lebih lanjut dari Google.

Apapun penyebabnya, satu hal yang pasti: Google perlu bergerak cepat. Dalam industri yang kompetitif seperti smartphone, kepercayaan pengguna adalah segalanya. Dan seperti yang pernah terjadi dengan masalah update pada Galaxy A56, respons yang lambat hanya akan memperburuk situasi.

Kita tunggu saja bagaimana Google akan menangani masalah ini. Apakah akan menjadi sekadar cerita kecil dalam sejarah Pixel, ataukah babak baru dalam tantangan hardware Google? Yang jelas, para pengguna setia Pixel pantas mendapatkan jawaban—dan solusi—yang jelas dan tepat waktu.

Nadiem Tersangka Korupsi Laptop Chromebook, Negara Rugi Rp1,98 T

0

Telset.id – Dalam sebuah perkembangan yang mengguncang dunia pendidikan dan teknologi Indonesia, Nadiem Makarim, mantan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) periode 2019-2024, resmi ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi pengadaan laptop Chromebook. Negara disebut mengalami kerugian mencapai Rp1,98 triliun dalam skandal yang berawal dari program digitalisasi pendidikan ini.

Penetapan Nadiem sebagai tersangka ke-5 dalam kasus ini dilakukan oleh Kejaksaan Agung pada Kamis, 4 September 2025. Langkah ini menandai babak baru dalam penyidikan kasus yang telah menyedot perhatian publik, mengingat posisi Nadiem sebagai salah satu menteri termuda dan paling familiar di era digital.

Menurut keterangan Direktur Penyidikan Jampidsus Kejagung, Nurcahyo Jungkung Madyo, Nadiem diduga meloloskan pengadaan Chromebook dari Google Indonesia untuk peserta didik di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Padahal, menteri pendahulunya, Muhadjir Effendy, secara tegas menolak penawaran serupa dengan alasan produk tersebut tidak cocok untuk kondisi daerah 3T.

Kronologi Pertemuan dengan Google Indonesia

Awal mula kasus ini berawal dari pertemuan Nadiem dengan perwakilan Google Indonesia pada Februari 2020. Pertemuan tersebut membahas penggunaan produk Chromebook bagi peserta didik. Dalam beberapa kali pertemuan lanjutan, disepakati bahwa Chrome OS dan Chrome Device Management (CDM) akan menjadi bagian dari proyek pengadaan alat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Yang menarik, pada 6 Mei 2020, Nadiem mengadakan rapat tertutup via Zoom dengan jajarannya. Dalam rapat tersebut, ia mewajibkan penggunaan Chromebook dalam pengadaan laptop di sekolah, padahal proses pengadaan alat TIK secara resmi belum dimulai. Keputusan ini menjadi titik awal yang dipertanyakan dalam penyidikan.

Pelanggaran Prosedur Pengadaan

Kejagung mengungkapkan setidaknya tiga peraturan yang dilanggar dalam proses pengadaan ini. Pertama, Peraturan Presiden Nomor 123 Tahun 2020 tentang petunjuk teknis dana alokasi khusus fisik tahun anggaran 2021. Kedua, Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang pengadaan barang jasa pemerintah. Ketiga, Peraturan LKPP Nomor 7 Tahun 2018 tentang pedoman perencanaan pengadaan barang jasa pemerintah.

Nadiem juga menerbitkan Permendikbud No. 5 Tahun 2021 yang dalam lampirannya sudah menyebut spesifikasi Chrome OS, sesuatu yang dianggap memaksa penggunaan produk tertentu dan menghilangkan prinsip persaingan sehat dalam pengadaan pemerintah.

Dampak dan Kerugian Negara

Kerugian negara yang timbul dari pengadaan TIK ini diperkirakan mencapai Rp1.980.000.000.000 (Rp1,98 triliun). Angka fantastis ini masih dalam proses penghitungan lebih lanjut oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Besarnya kerugian ini menunjukkan betapa seriusnya dampak dari alleged pelanggaran yang dilakukan.

Nadiem disangkakan melanggar Pasal 2 Ayat 1 atau Pasal 3 untuk Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi. Untuk kepentingan penyidikan, tersangka Nadiem Makarim akan ditahan di Rutan Salemba selama 20 hari ke depan.

Kasus ini menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya transparansi dalam pengadaan barang pemerintah, terutama yang menyangkut anggaran besar dan teknologi. Seperti yang pernah dibahas dalam diskusi tentang masa depan edutech, integritas dalam digitalisasi pendidikan harus menjadi prioritas utama.

Penggunaan teknologi dalam pendidikan seharusnya membawa kemajuan, bukan menjadi sumber masalah. Seperti halnya dalam memilih perangkat teknologi yang tepat untuk kebutuhan spesifik, pengadaan pemerintah memerlukan pertimbangan matang dan proses yang transparan.

Kasus ini juga mengingatkan kita akan pentingnya keamanan dan transparansi dalam setiap proyek teknologi, sebagaimana pernah diingatkan dalam prediksi serangan cyber beberapa tahun lalu yang ternyata relevan dengan konteks pengamanan proyek pemerintah.

Dunia pendidikan Indonesia kini menanti perkembangan lebih lanjut dari kasus ini. Bagaimanapun, yang paling penting adalah memastikan bahwa proses hukum berjalan fair dan transparan, sambil tetap menjaga semangat untuk memajukan pendidikan digital di Indonesia.

7 Tools Desain Grafis Gratis Wajib Coba untuk Desainer Pemula

0

Telset.id – Di tengah gelombang transformasi digital yang semakin masif, kemampuan menguasai tools desain grafis gratis bukan lagi sekadar pilihan, melainkan kebutuhan mendesak bagi setiap desainer pemula. Bagaimana tidak, dengan berbekal aplikasi-aplikasi canggih yang tersedia tanpa biaya, Anda bisa menciptakan karya visual memukau tanpa harus merogoh kocek dalam-dalam. Inilah era di mana kreativitas benar-benar bisa dinikmati oleh semua kalangan.

Dunia desain grafis telah mengalami evolusi signifikan. Dulu, software berbayar seperti Adobe Photoshop atau CorelDRAW menjadi satu-satunya jalan bagi para desainer. Namun kini, berkat perkembangan teknologi open-source dan platform berbasis cloud, siapa pun bisa memulai perjalanan kreatifnya dengan mudah. Yang diperlukan hanyalah niat belajar dan kemauan untuk menjelajahi berbagai fitur yang ditawarkan.

Lantas, tools apa saja yang layak menjadi senjata andalan bagi desainer pemula? Simak ulasan mendalam berikut yang telah Telset.id rangkum berdasarkan riset dan pengalaman praktis.

Canva: Platform Serba Bisa dengan Ribuan Template

Canva hadir sebagai jawaban bagi mereka yang ingin membuat desain menarik tanpa perlu mempelajari software rumit. Dengan antarmuka drag-and-drop yang intuitif, platform berbasis web ini menawarkan ribuan template siap pakai untuk berbagai keperluan—mulai dari media sosial, poster, presentasi, hingga materi pemasaran. Bahkan, Canva menyediakan sekolah desain khusus yang memudahkan pemula memahami konsep dasar secara cepat dan terstruktur.

Yang membuat Canva semakin istimewa adalah kemampuannya beradaptasi dengan kebutuhan pengguna. Fitur kolaborasinya memungkinkan Anda bekerja dalam tim secara real-time, sementara library asset-nya yang terus diperbarui menjamin Anda tidak akan kehabisan ide. Tertarik membuat logo? Platform ini juga bisa menjadi alternatif menarik selain aplikasi pembuat logo online gratis lainnya.

GIMP: Powerhouse Editing Foto Open-Source

Bagi Anda yang menginginkan kemampuan setara Photoshop tanpa harus membayar lisensi, GIMP (GNU Image Manipulation Program) adalah pilihan tepat. Software open-source ini dirancang khusus untuk retouch foto dan editing citra mendalam, dengan dukungan beragam plugin dan custom brush yang memperkaya pengalaman kreatif.

GIMP tersedia di berbagai sistem operasi—Windows, macOS, hingga Linux—sehingga bisa diakses oleh hampir semua pengguna. Meski kurva belajarnya sedikit lebih curam dibandingkan Canva, hasil yang didapatkan sepadan dengan usaha yang dikeluarkan. Fitur layer, mask, dan advanced selection-nya sangat powerful untuk proyek editing yang kompleks.

Inkscape: Editor Vektor untuk Karya Skalabel

Jika Anda berfokus pada pembuatan logo, ikon, atau ilustrasi vektor, Inkscape adalah teman terbaik yang bisa dimiliki secara gratis. Berbasis SVG, software ini menawarkan precision dan flexibility yang dibutuhkan untuk karya yang harus tampil sempurna dalam berbagai ukuran—dari kartu nama hingga billboard raksasa.

Inkscape mendukung banyak format file dan cocok untuk pekerjaan teknis maupun artistik. Fitur path editing, text manipulation, dan object transformation-nya sangat komprehensif, membuatnya layak menjadi alternatif Adobe Illustrator. Untuk proyek yang membutuhkan presisi tinggi, tools seperti node editing dan alignment options akan sangat membantu.

Krita: Surga bagi Digital Painter dan Ilustrator

Khusus diciptakan untuk digital painting dan animasi 2D, Krita dilengkapi dengan engine kuas canggih yang meniru tekstur dan perilaku media nyata. Software open-source ini sangat dihargai oleh komunitas seniman digital berkat fitur-fitur seperti brush stabilizer, pop-up palette, dan resource manager yang memudahkan workflow kreatif.

Dukungan layer non-destruktif, advanced color management, dan wrap-around mode membuat Krita tidak kalah dengan software berbayar sekalipun. Bahkan, fitur animation timeline-nya memungkinkan Anda membuat animasi 2D sederhana tanpa perlu software tambahan. Cocok untuk ilustrator pemula yang ingin berkembang menjadi profesional.

Figma: Kolaborasi Cloud untuk Desain UI/UX

Di era dimana kerja remote menjadi norma baru, Figma hadir sebagai solusi desain kolaboratif berbasis cloud. Platform ini sangat powerful untuk UI/UX design, wireframing, dan prototyping—dengan fitur auto layout, component variants, dan interactive prototypes yang memungkinkan Anda membuat desain yang responsif dan user-friendly.

Yang membedakan Figma adalah kemampuannya memfasilitasi kolaborasi real-time. Anda bisa berbagi desain, memberikan komentar langsung di kanvas, dan bahkan melakukan user testing tanpa perlu bertemu fisik. Meski kuat untuk kerja tim, Figma juga sangat bermanfaat untuk desainer solo yang ingin mengorganisir pekerjaannya dengan lebih efisien.

Photopea: Photoshop Clone yang Bekerja di Browser

Photopea mungkin adalah alternatif Photoshop paling mirip yang bisa Anda dapatkan secara gratis. Editor grafis berbasis web ini meniru workflow Photoshop dengan sangat akurat—mulai dari interface, toolset, hingga shortcut keyboard. Yang lebih mengesankan, Photopea mendukung file PSD secara native, plus format lain seperti JPEG, PNG, SVG, dan PDF.

Karena berjalan di browser, Photopea tidak memerlukan instalasi dan bisa diakses dari perangkat mana pun. Data disimpan secara lokal, menjadikannya pilihan aman untuk editing sensitif. Untuk mereka yang sudah familiar dengan Photoshop tetapi ingin beralih ke sesuatu yang lebih ekonomis, Photopea adalah transisi yang hampir tanpa hambatan.

Adobe Express: Kemudahan Adobe dengan Sentuhan AI

Adobe Express (sebelumnya Adobe Spark) membawa kekuatan brand Adobe ke ranah yang lebih accessible. Platform ini menawarkan berbagai template untuk logo, poster, materi pemasaran, hingga video singkat—dengan antarmuka yang sangat ramah pengguna. Dukungan AI Firefly membuat proses desain menjadi lebih intuitif dan efisien.

Dengan Adobe Express, Anda bisa menghasilkan desain profesional dalam hitungan menit. Fitur quick actions seperti remove background, resize image, dan convert to GIF membuatnya ideal untuk konten media sosial yang membutuhkan turnaround cepat. Integrasinya dengan ecosystem Adobe lainnya juga menjadi nilai tambah signifikan.

Memilih tools desain yang tepat ibarat memilih senjata untuk bertarung di medan kreatif. Setiap platform memiliki keunggulan dan karakteristik uniknya sendiri—tinggal disesuaikan dengan kebutuhan dan gaya kerja Anda. Yang pasti, dengan semua opsi berkualitas ini, tidak ada alasan lagi untuk menunda mulai berkarya.

Perlu diingat, perangkat pendukung juga memegang peranan penting. Seperti halnya manfaat mode pengembang Android yang bisa mengoptimalkan performa device, pemilihan hardware yang tepat akan memperlancar proses desain Anda. Bahkan smartphone dengan spesifikasi memadai seperti Samsung Galaxy A71 bisa menjadi alat bantu yang cukup powerful untuk project desain sederhana.

Jadi, tunggu apa lagi? Pilih tools yang paling sesuai dengan tujuan kreatif Anda, dan mulailah menciptakan karya yang tidak hanya indah dipandang, tetapi juga meaningful secara konten. Dunia desain menunggu sentuhan inovatif Anda!

Samsung Galaxy Tab S11 Series: Tablet Premium dengan Fitur AI Terdepan

0

Telset.id – Bayangkan sebuah tablet yang tidak hanya tipis dan ringan, tetapi juga dilengkapi kecerdasan buatan yang mampu memahami apa yang Anda kerjakan, bahkan sebelum Anda menyadarinya. Itulah yang ditawarkan Samsung Galaxy Tab S11 Series, yang resmi diperkenalkan pada 4 September 2025. Dengan desain ultra-tipis dan dukungan Galaxy AI terbaru, tablet ini siap mengubah cara Anda bekerja, berkreasi, dan berkolaborasi.

Sebagai jurnalis teknologi, kami sering menjumpai klaim “revolusioner” dari berbagai merek. Namun, Samsung Galaxy Tab S11 Series membawa sesuatu yang berbeda—bukan sekadar peningkatan spesifikasi, melainkan pendekatan holistik terhadap produktivitas dan kreativitas. Bagaimana tablet setipis 5,1 mm ini bisa menjadi pusat kendali bagi para profesional dan kreator? Mari kita telusuri lebih dalam.

Galaxy Tab S11 Series hadir dalam dua varian: Galaxy Tab S11 Ultra berlayar 14,6 inci dan Galaxy Tab S11 berukuran 11 inci. Keduanya didukung prosesor 3nm MediaTek Dimensity 9400+, yang sebelumnya telah dibocorkan sebagai jantung performa gahar. Kombinasi antara hardware mutakhir dan software berbasis AI menjadikan tablet ini salah yang paling cerdas di pasaran saat ini.

AI Multimodal: Lebih dari Sekadar Asisten Virtual

One UI 8 menghadirkan pengalaman AI multimodal yang memahami konteks dari berbagai input—teks, suara, dan visual. Gemini Live memungkinkan Anda berbagi layar dan berinteraksi dengan AI secara real-time. Misalnya, seorang pelajar dapat meminta Gemini menjelaskan bagan kompleks langsung dari catatan digitalnya, atau seorang desainer bisa mendapatkan umpan balik instan tentang sketsa yang sedang dikerjakan.

Fitur lain seperti Circle to Search with Google telah ditingkatkan untuk memberikan terjemahan real-time saat Anda menjelajahi konten asing. Tidak perlu lagi membuka aplikasi terpisah—cukup lingkari teks yang ingin diterjemahkan, dan hasilnya akan muncul langsung di layar. Kemudahan ini bukan hanya menghemat waktu, tetapi juga menjaga alur kerja tetap lancar.

Yang menarik, Samsung juga menyertakan tombol khusus Galaxy AI Key pada Book Cover Keyboard Slim, memberikan akses instan ke berbagai fitur AI. Ini adalah bukti bahwa Samsung serius mengintegrasikan AI ke dalam ekosistem perangkatnya, bukan sekadar menambahkan fitur tambahan.

Samsung DeX: Produktivitas Tanpa Batas

Samsung DeX pada Galaxy Tab S11 Series mengalami peningkatan signifikan, terutama dengan kehadiran Extended Mode. Fitur ini mengubah tablet dan monitor eksternal menjadi setup dual-screen yang seamless. Bayangkan Anda dapat menarik aplikasi antar layar, atau membuka dokumen referensi di satu layar sambil presentasi di layar lainnya—tanpa lag atau gangguan.

Yang lebih menarik, pengguna kini dapat membuat hingga empat workspace terpisah yang dapat dikustomisasi. Satu untuk pekerjaan, satu untuk proyek kreatif, dan lainnya untuk perencanaan pribadi. Fleksibilitas ini sangat berguna bagi mereka yang sering beralih antara berbagai tugas sepanjang hari.

Dengan dukungan lineup tablet terbaru Samsung, Galaxy Tab S11 Series tidak hanya dirancang untuk penggunaan individu, tetapi juga kolaborasi tim. Menghubungkan tablet ke TV ruang meeting untuk presentasi menjadi lebih mudah, sementara fitur multitasking yang canggih memastikan semua peserta dapat berkontribusi tanpa hambatan teknis.

Desain dan Performa: Tipis tapi Tangguh

Dengan ketebalan hanya 5,1 mm pada varian Ultra, Galaxy Tab S11 Series adalah tablet tertipis yang pernah dibuat Samsung. Namun, jangan terkecoh dengan ukurannya—tablet ini dibekali baterai 11.600 mAh yang mampu mendukung penggunaan intensif sepanjang hari. Kehadiran perangkat ini di Indonesia diprediksi akan membawa angin segar bagi pasar tablet premium.

Layar Dynamic AMOLED 2X dengan kecerahan hingga 1.600 nits memastikan visibilitas optimal bahkan di bawah sinar matahari langsung. Ditambah dengan teknologi anti-reflection, pengguna dapat bekerja di luar ruangan tanpa khawatir dengan silau atau pantulan cahaya.

Dari segi performa, peningkatan 33% pada NPU, 24% pada CPU, dan 27% pada GPU menjadikan Galaxy Tab S11 Series cocok untuk tugas-tugas berat seperti editing video, rendering 3D, atau bahkan gaming high-end. Tablet ini tidak hanya dirancang untuk produktivitas, tetapi juga untuk hibiran berkualitas tinggi.

Terlepas dari semua keunggulan teknis, pertanyaan terbesarnya adalah: apakah Galaxy Tab S11 Series layak disebut sebagai tablet masa depan? Dengan integrasi AI yang mendalam, desain yang portabel, dan performa yang tangguh, jawabannya adalah ya. Tablet ini tidak hanya mengikuti tren, tetapi menetapkan standar baru untuk apa yang dapat dicapai oleh perangkat mobile.

Bagi profesional yang membutuhkan fleksibilitas tanpa kompromi, atau kreator yang menginginkan kanvas digital yang responsif, Galaxy Tab S11 Series layak dipertimbangkan. Samsung sekali lagi membuktikan bahwa inovasi bukan hanya tentang menambahkan fitur baru, tetapi tentang menciptakan pengalaman yang benar-benar bermakna bagi pengguna.