Jakarta – Bersamaan dengan diluncurkannya smartphone Sony Xperia Z1. Tentunya smartphone ini sudah dilengkapi kamera. Tetapi vendor asal Jepang ini juga memperkenalkan tambahan aksesoris pendukung kamera smartphone dengan nama Smart Lens QX10 dan QX 100.

Selain Nokia dengan seri Lumia 1020, banyak vendor yang mengharpkan smartphonenya memiliki kamera yang sama besarnya. Untuk mengakomodir hal tersebut, Sony pun menawarkan lensa particular bernama Sony QX10 dan QX100.

Kedua produk ini bukan sekadar lensa biasa. Seperti yang telsetNews kutip dari allthingsd, Kamis (5/9), QX10 dan QX100 akan berperan sebagai viewfinder bagi smartphone ataupun tablet yang terhubung. Untuk menghubungkan kamera ini dengan perangkat berbasis Android ataupun iOS pengguna hanya perlu memastikan keterhubungan dengan WiFi.

Lensa yang dapat dilepas-pasang ini telah dijejalkan sensor yang besar, optical zoom, dan kemampuan merekam video HD dari lensa Carl Zeiss sehingga sanggup meningkatkan untuk meningkatkan kekuatan kamera. Hasilnya, hasil jepretan dari kamera perangkat akan berubah menjadi sekelas kamera saku di level midrange.

Lensa QX10 akan dijual dengan harga USD 248 sementara QX100 dijual dengan harga USD 489. Perbedaan harga ini dipengaruhi dari besarnya sensor yang dimiliki. Untuk QX 10, Sony menyematkan sensor CMOS 18 megapixel sedangkan QX100 tersemat sensor CMOS 18 20 megapixel. [LKH/HBS]

Jakarta – Peningakatan penggunaan smartphone berdampak pada peningkatan pengguaan akses internet di dalam dan di luar ruangan. Melihat hal ini, Ericsson melaporkan hasil risetnya yang menemukan kinerja operator dalam menjaga kesetiaan pelanggan, khususnya pengguna smartphone.

Layanan data kini telah menjadi bagian dari kehidupan, sama seperti SMS dan layanan suara. Perubahan ini akhirnya mengubah perilaku pelanggan yang berdampak pada konsumsi mobile network.

Para operator pun terus berusaha menyediakan layanan terbaiknya demi memberikan kenyamanan. Sayangnya, hampir 80 persen dari pengguna smartphone di seluruh dunia mengalami masalah koneksi internet yang cukup sering.

Menurut hasil riset yang dilakukan Ericsson, gangguan koneksi Internet terjadi setidaknya sekali dalam seminggu, dan 50 persen lainnya mengalami masalah setiap hari. Hal ini sangat berpengaruh pada loyalitas pelanggan.

“Ketika standard persyaratan layanan, seperti waktu tunggu yang tidak masuk akal dan coverage yang cukup tidak terpenuhi, maka loyalitas pelanggan akan terancam,” jelas Afrizal Abdul Rahim, Regional Head of Ericsson ConsumerLab Asia Tenggara dan Oceania, di Jakarta, Rabu (4/9).

Kondisi ini memperlihatkan bahwa pelanggan banyak bergantung pada layanan data yang diberikan operator. “Sekitar 66 persen pelanggan di Indonesia merasa penting untuk terus dapat terjangkau jaringan operator,” sebutnya.

Permasalahan koneksi yang ditemukan Ericsson akhirnya melahirkan rumusan bahwa promosi saja tidak cukup memuaskan pelanggan. “Para operator juga harus memperbaiki jaringan yang dimiliki,” tutup Afrizal.[LKH/HBS]

Jakarta – Google telah resmi mengumumkan penerus Nexus 7 yang akan menjalankan sistem operasi Android 4.3 Jelly. Tablet yang lahir berkat kolaborasi antara Google dan Asus ini

Secara desain, Nexus 7 generasi terbaru memiliki layar seluas 7 inch dan memiliki bezzel yang lebih tipis, serta bobot yang lebih ringan daripada Nexus 7 generasi pertama. Tablet Nexus 7 generasi baru juga digadang-gadang memiliki performa yang lebih baik dari generasi sebelumnya.

Untuk performanya, Nexus 7 akan mengandalkan prosesor Snapdragon S4 Pro quad-core berkekuatan 1.5GHz, 2 GB RAM, dan Adreno 320 graphic. Untuk urusan fotografi, Nexus 7 sudah dibekali dengan kamera beresolusi 5 megapixel.

Dari sisi desain dan dapur pacu dari Nexus 7 generasi baru sudah tak diragukan lagi. Lalu bagaimana dengan kekuatan tablet ini? Ingin mengetahui kekuatan Nexus 7 terbaru, tim dari Android Authority melakukan pengujian terhadap perangkat tablet hasil kerja bareng Google dan Asus ini.

Well, tak usah buang waktu lama, silahkan Anda simak video uji kekuatan yang dibuat tim Android Authority dibawah ini:

Surakarta  – Kabar tentang rencana merger akuisisi XL Axiata dan Axis Telekom Indonesia telah menjadi topik hangat dalam beberapa minggu terakhir. Rencana ini pun tak luput dari pengamatan Telkomsel selaku penguasa pasar.

Meski disebut-sebut rencana merger akuisisi XL-Axis bisa mengganggu hegemoni Telkomsel sebagai penguasa pasar, namun petinggi operator ‘pelat merah’ itu justru menanggapi pendapat tersebut dengan dingin.

“Telkomsel terancam? Kalau XL mengakuisisi Telkomsel, itu baru namanya mengancam,” ujar Direktur Telkomsel Alex Janangkih Sinaga dengan santai di sela acara Network Drive Test dan Media Gathering Telkomsel di Solo, Jumat (28/6) lalu.

Menurutnya, rencana konsolidasi XL-Axis itu bagus buat industri dan kedua operator tersebut. Namun ia tidak sependapat jika dikatakan bisa menjadi ancaman bagi Telkomsel. Karena dari jumlah pelanggan dan infrastruktur, Telkomsel masih lebih banyak. “Jadi biar mereka (XL-Axis) merger, bukan ancaman bagi kami (Telkomsel),” tandasnya.

Dan meski dia setuju konsolidasi diantara operator di Indonesia, namun Alex menegaskan saat ini Telkomsel tidak tertarik untuk melakukan langkah serupa yang diambil XL-Axis tersebut.

“Manfaatnya apa kalau Telkomsel akuisisi operator lain? Dari sisi pelanggan kita masih paling banyak, dan jumlah BTS juga kami lebih banyak,” kata orang nomor satu di Telkomsel itu.

Seperti diketahui, hingga kuartal pertama 2013, Telkomsel memiliki total 125 juta pelanggan, dan berhasil membangun 62.000 BTS di spektrum 900 MHz, 1.800 MHz, dan 2,1 GHz. Dengan begitu, Telkomsel kini merupakan operator seluler terbesar di Indonesia dengan menguasai 42% pangsa pasar.

Sementara XL yang saat ini menjadi operator ketiga terbesar di Indonesia tercatat memiliki total 45 juta pelanggan, dan mempunyai 40.983 BTS di spektrum yang sama dengan Telkomsel. Anak usaha Axiata Group Berhad ini menguasai 15,6% pangsa pasar.

Sedangkan Axis hingga kuartal pertama 2013 tercatat telah memiliki total 17 juta pelanggan, dengan jumlah BTS sebanyak 10.300 BTS dengan alokasi pita frekuensi di 1.800 MHz dan 2,1 GHz.

Dari data tersebut, maka jika ditotal jumlah pelanggan XL-Axis saat merger akan berjumlah 66 juta pelanggan, dan dari jumlah BTS 51.283. Angka tersebut masih jauh dibawah Telkomsel, yang memiliki total 125 juta pelanggan dan 62.000 BTS. [HBS]

Jakarta – Apple sepertinya ingin memberikan cara baru untuk pengguna berinteraksi dengan perangkat mereka selain hanya menyentuh layarnya. Cara baru apa itu?

Yup, dengan iOS 7, kini pengguna tak hanya dapat berinteraksi dengan cara menyentuh layarnya saja, tapi juga bisa mengontrol perangkat hanya dengan gerakan kepala (ke kiri ataupun ke kanan)

Seperti dilansir 9to5Mac, Minggu (30/6), dari hasil uji coba yang dilakukan, fitur di iOS 7 beta yang masih ditangan para developer ini dinyatakan dapat bekerja dengan cukup akurat.

Bahkan disebutkan gerakan kepala ini juga dapat disetarakan dengan fitur iOS lainnya, seperti mengaktivasi tombol home, merilis Siri, membuka pusat notifikasi, berganti dari aplikasi satu ke yang lain, mengontrol volume, dll.[HBS]

Jakarta – Rumor tentang wujud Samsung Galaxy Note 3 masih simpang siur. Sebelumnya beredar rumor yang menyebutkan Samsung tengah menyiapkan tiga prototipe Galaxy Note 3, salah satunya memiliki desain layar flexible.

Meskipun kabar ini sempat dibantah oleh pihak Samsung, namun spekulasi mengenai penggunaan teknologi layar AMOLED flexible tersebut masih belum surut.

Menurut laporan terbaru dari media di Korea Selatan, Galaxy Note 3 akan dilengkapi dengan layar 5,99 inci Super AMOLED flexible display. Kabar ini sedikit berbeda dengan rumor sebelumnya yang menyebutkan ukuran display Note 3 adalah 5,7 inci.

Bahkan rumor lain ada yang mengatakan bahwa Samsung akan menggunakan AMOLED dan LCD sekaligus untuk beberapa pasar berbeda.

Kabar tentang generasi terbaru Galaxy Note ini memang masih simpang siur, karena sebelumnya Samsung disebutkan masih belum siap untuk mengaplikasikan layar flexible pada perangkat mereka.

Namun nyatanya rumor tentang layar flexible ini justru semakin berhembus kencang. Menurut laporan tersebut, keputusan Samsung menggunakan layar fleksibel karena semakin menurunnya penjualan Galaxy S4.

Meski penjualan smartphone flagship Samsung tersebut awalnya nempak menjanjikan dengan mencatat angka penjualan 10 juta unit di bulan pertama, namun permintaannya sekarang terus menurun.

Selain itu, Samsung kabarnya cukup khawatir dengan rencana LG yang juga dirumorkan akan segera merilis ponsel dengan layar flexible. Demikian seperti dilansir PhoneArena, Minggu (30/6).

Menurut rumor yang beredar, Galaxy Note 3 dengan layar fleksibel akan mulai diproduksi pada bulan Agustus, dan diluncurkan September, atau diperkirakan berbarengan dengan acara IFA 2013 di Berlin.[HBS]