Beranda blog Halaman 190

Cluely: Aplikasi AI untuk Curang yang Sukses Raup Rp82 Miliar

0

Telset.id – Jika Anda mengira ChatGPT adalah satu-satunya alat AI yang memicu kontroversi di dunia pendidikan, bersiaplah terkejut. Cluely, aplikasi AI yang secara terang-terangan dirancang untuk membantu penggunanya curang, baru saja mengumpulkan pendanaan senilai $5.3 juta (sekitar Rp82 miliar). Ironisnya, pendirinya justru dipecat dari Universitas Columbia karena menggunakan prototipe aplikasi ini untuk lolos wawancara kerja di Amazon.

Cluely AI app lets you cheat on job interviews in real time.

Kisah Cluely dimulai dari dua mahasiswa Columbia: Chungin “Roy” Lee (CEO) dan Neel Shanmugam (COO). Mereka mengembangkan alat bernama Interview Coder yang membantu Lee lolos wawancara teknis di Amazon. Ketika universitas mengetahui hal ini, keduanya dikeluarkan. Alih-alih menyerah, mereka justru mengembangkan teknologi tersebut menjadi Cluely – sebuah platform curang yang lebih canggih.

“Ini bukan sekadar tentang menyontek dalam wawancara kerja,” jelas Lee kepada TechCrunch. “Cluely bisa menjadi asisten pribadi Anda dalam berbagai situasi profesional.” Aplikasi ini bekerja dengan menyadap percakapan Zoom secara real-time, mengubahnya menjadi teks, lalu memberikan respons yang diolah oleh AI tak bernama di cloud.

Bagaimana Cluely Bekerja?

Secara teknis, Cluely beroperasi sebagai aplikasi macOS yang berjalan di latar belakang. Ia akan:

  • Mendengarkan seluruh percakapan di Zoom
  • Mengubah audio menjadi teks secara real-time
  • Mengirim transkrip ke server AI
  • Memberikan jawaban optimal yang bisa Anda ucapkan

Yang menarik, antarmuka Cluely hanya terlihat oleh pengguna – tidak oleh lawan bicara di Zoom. Fitur ini mengingatkan pada sistem absen AI di universitas China yang juga memanfaatkan teknologi pengenalan wajah.

Dilema Etika dan Legal

Penggunaan Cluely menimbulkan setidaknya tiga masalah serius:

  1. Etika akademis/profesional: Apakah fair menggunakan AI untuk mewakili kemampuan Anda?
  2. Privasi: Cluely merekam seluruh percakapan tanpa persetujuan pihak lain
  3. Legal: Beberapa negara bagian AS mewajibkan persetujuan untuk merekam percakapan

Lee mengakui masalah ini tetapi berargumen: “Di era AI, batasan antara bantuan dan kecurangan semakin kabur. Kami hanya memanfaatkan realitas ini.”

OpenAI debuts ChatGPT o3 and o4-mini models.

Model Bisnis yang Kontroversial

Meski kontroversial, model bisnis Cluely terbukti sukses:

  • Versi Gratis: Terbatas pada 20 respons AI/hari
  • Cluely Pro ($20/bulan): Respons tak terbatas + dukungan debug

Aplikasi ini telah mencapai $3 juta ARR (Annual Recurring Revenue) – angka yang cukup fantastis untuk startup baru. “Ini membuktikan bahwa ada pasar untuk solusi seperti ini,” kata perwakilan Susa Ventures, salah satu investor Cluely.

Fenomena Cluely mengingatkan pada klaim Huawei tentang inovasi notch – kadang solusi teknis muncul dari kebutuhan yang tidak terduga.

Pertanyaan besarnya: Apakah Cluely hanya alat curang sementara, atau awal dari revolusi baru dalam interaksi manusia-AI? Bagaimana institusi pendidikan dan perusahaan akan beradaptasi? Satu hal yang pasti – perdebatan tentang etika AI semakin memanas.

Otak Belajar Lebih Cerdas dari yang Kita Kira, Studi Terbaru Ungkap

0

Pernahkah Anda bertanya-tanya bagaimana otak Anda bisa mengingat resep masakan favorit setelah mencobanya sekali, atau tiba-tiba mahir bermain gitar setelah berlatih selama seminggu? Selama ini, ilmu saraf berpegang pada prinsip sederhana: “neurons that fire together, wire together.” Namun, penelitian terbaru dari Stanford University membuktikan bahwa proses belajar otak jauh lebih kompleks dan cerdas dari yang kita duga.

human brain scan

Hebbian Learning: Teori Lama yang Tak Lagi Cukup

Selama 70 tahun terakhir, dunia neurosains mengandalkan konsep Hebbian learning yang dicetuskan Donald Hebb pada 1949. Prinsip ini menyatakan bahwa koneksi antar neuron menguat ketika mereka aktif secara bersamaan. Analoginya seperti jalan setapak yang semakin lebar karena sering dilalui. Teori ini menjadi dasar pemahaman kita tentang memori, pembelajaran, bahkan perkembangan kecerdasan buatan modern.

Tapi tim Stanford menemukan fakta mengejutkan. Dengan menggunakan biosensor bercahaya pada tikus, mereka mengamati perilaku sinapsis (sambungan antarneuron) saat hewan tersebut belajar tugas sederhana. Hasilnya? Tidak semua sinapsis mengikuti aturan Hebbian. Beberapa justru berubah secara independen, bahkan cabang berbeda dari neuron yang sama menggunakan strategi pembelajaran berlainan secara simultan.

Implikasi Besar untuk Kesehatan Mental dan Teknologi

Penemuan ini bukan sekadar teori akademis. Dr. Lisa Giocomo, salah satu peneliti utama, menjelaskan: “Gangguan seperti depresi mungkin terjadi ketika koneksi kunci melemah dengan pola yang tidak kita pahami sebelumnya.” Dengan memetakan berbagai “aturan belajar” di tingkat sinapsis, ilmuwan bisa mengembangkan terapi lebih tepat sasaran untuk kondisi neurologis.

Bidang kecerdasan buatan juga akan terpengaruh. Sistem neural network saat ini umumnya menggunakan satu aturan pembelajaran untuk semua koneksi. Padahal otak nyata bekerja dengan multi-strategi yang jauh lebih fleksibel. “Ini seperti menemukan bahwa processor smartphone ternyata punya 10 core dengan arsitektur berbeda, bukan 8 core identik seperti yang dikatalogkan,” tambah Giocomo.

parts of nickel-based alloy that could be toughest material on Earth

Masa Depan Riset Otak: Pertanyaan Baru yang Menggoda

Studi ini membuka lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Mengapa beberapa sinapsis memilih aturan tertentu? Apakah ini menjelaskan mengapa beberapa orang lebih cepat belajar musik sementara yang lain jago matematika? Bagaimana proses ini berkembang seiring penuaan?

Yang jelas, temuan ini mengubah paradigma neurosains secara fundamental. Seperti prosesor MediaTek Helio P90 yang mengoptimalkan tugas berbeda dengan core berbeda, otak kita ternyata telah melakukannya selama ribuan tahun. Pertanyaannya sekarang: seberapa jauh lagi kita bisa menggali misteri organ paling kompleks di alam semesta ini?

iPhone 17e Bakal Hadir Tahun Depan, Begini Bocoran Spesifikasinya

0

Pernahkah Anda merasa iPhone terbaru terlalu mahal, namun tetap ingin merasakan teknologi Apple? Bocoran terbaru mengindikasikan bahwa Apple sedang mempersiapkan solusi untuk Anda. iPhone 17e, varian mid-range dari lini iPhone 17, diprediksi meluncur tahun depan dengan harga lebih terjangkau.

Apple tampaknya serius menggarap segmen mid-range setelah kesuksesan iPhone 16e. Menurut laporan dari Fixed Focus Digital via MacRumors, perusahaan asal Cupertino itu akan memulai produksi percobaan iPhone 17e dalam waktu dekat. Strategi ini mirip dengan yang dilakukan Google dengan seri Pixel “a” atau Samsung dengan lini FE (Fan Edition).

Lantas, apa yang membuat iPhone 17e layak ditunggu? Berikut analisis mendalam berdasarkan bocoran terbaru dan tren pasar smartphone.

iPhone 17e: Strategi Baru Apple di Segmen Mid-Range

Apple tampaknya belajar dari kesuksesan iPhone SE dan iPhone 16e. Menurut riset CIRP, meski bukan pemain utama di lini iPhone, varian “e” berpotensi menggerus penjualan model lain karena harganya yang lebih terjangkau. iPhone 16e sendiri dibanderol mulai $599, lebih tinggi dari iPhone SE yang dimulai dari $429.

iPhone 16e display

Dengan rilis iPhone 17e di kuartal yang biasanya sepi penjualan, Apple berharap bisa mempertahankan momentum. Leaker juga menyebut bahwa perusahaan ini ingin bersaing lebih ketat dengan produsen China yang mendominasi segmen mid-range.

Spesifikasi yang Bisa Diharapkan dari iPhone 17e

Meski belum ada konfirmasi resmi, beberapa spekulasi mulai bermunculan. iPhone 17e kemungkinan akan menggunakan chipset A19 yang lebih rendah dibanding varian flagship. Namun, masih belum jelas apakah fitur seperti Camera Control akan disertakan.

Desainnya mungkin mengikuti bahasa desain iPhone 16e dengan layar lebih kecil dan bezel yang lebih tebal. Bagi pengguna yang masih memegang iPhone lama, ini bisa menjadi pilihan upgrade terjangkau tanpa harus kehilangan ekosistem Apple.

Apakah iPhone 17e Layak Ditunggu?

Jika melihat respons terhadap iPhone 16e, jawabannya mungkin “ya”. Reviewers sepakat bahwa ini adalah pilihan tepat bagi mereka yang ingin upgrade dari iPhone lama tanpa menguras kantong. Namun, dengan harga yang lebih tinggi dari iPhone SE, Apple perlu menawarkan nilai tambah yang signifikan.

Keberhasilan iPhone 17e juga akan menentukan masa depan lini “e”. Jika diterima pasar, bukan tidak mungkin Apple akan menjadikannya bagian tetap dari portofolio iPhone, seperti yang terjadi dengan seri Pro Max.

Sementara menunggu kejelasan lebih lanjut, Anda bisa mempertimbangkan iPhone lipat atau menunggu iPhone 18 Pro yang dikabarkan akan lebih powerful namun dengan harga lebih tinggi.

Google Bayar Miliaran Dolar ke Samsung untuk Gemini AI, DOJ Protes!

0

Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa Gemini AI tiba-tiba menjadi asisten default di Samsung Galaxy S25? Ternyata, Google membayar “jumlah fantastis” kepada Samsung untuk memastikan produk AI-nya mendominasi pasar. Fakta ini terungkap dalam sidang antitrust Departemen Kehakiman AS (DOJ) terhadap Google, yang menyoroti pola monopoli serupa dengan kasus pencarian sebelumnya.

Kasus ini bukan sekadar tentang AI, melainkan kelanjutan dari pertarungan hukum antara Google dan regulator AS. Sebelumnya, Google diketahui membayar Apple hingga $20 miliar per tahun agar Google Search menjadi mesin pencari default di iPhone. Kini, DOJ menuding Google mengulangi taktik yang sama di era AI dengan Gemini.

Bocoran dari sidang mengungkap bahwa Google membayar Samsung dalam bentuk “pembayaran bulanan tetap, bonus aktivasi, dan bagi hasil iklan”. Meski nilai pastinya dirahasiakan, DOJ menyebutnya “mirip dengan kontrak eksklusif yang sebelumnya dinyatakan ilegal”.

Gemini vs ChatGPT: Perang AI yang Dibiayai Google

Gemini Live's best feature is now free for Android users.

Kesepakatan Google-Samsung resmi berlaku sejak Januari 2025, tepat sebelum peluncuran Galaxy S25. Menurut Business Korea, kontrak ini berlaku minimal dua tahun dengan opsi perpanjangan pada 2028. Artinya, seluruh lini flagship Samsung dalam periode tersebut akan membawa Gemini AI sebagai asisten bawaan.

David Dahlquist, jaksa DOJ, menggambarkan kesepakatan ini sebagai “buku pedoman monopoli”. “Google ingin mengukir pengecualian untuk produk GenAI-nya agar bisa mengulangi pola monopoli,” ujarnya di pengadilan seperti dikutip AdWeek.

Google Panik, DOJ Minta Tindakan Tegas

Gemini on the Samsung Galaxy S25 Ultra

Google jelas tidak tinggal diam. Dalam blog resmi, perusahaan berargumen bahwa tuntutan DOJ akan “menghambat inovasi AI Amerika”. Mereka juga mengklaim pemisahan Chrome dan Android akan “merusak platform, membahayakan bisnis, dan mengorbankan keamanan”.

John Schmidtlein, pengacara Google, membalas dengan menyebut proposal DOJ sebagai “daftar keinginan pesaing yang ingin menikmati inovasi Google”. “Produk seperti Gemini berada di luar cakupan kasus ini,” tegasnya.

Namun, analis teknologi mempertanyakan klaim Google. “Produk ‘gratis’ seperti Chrome dan Android justru alat untuk mempertahankan monopoli pencarian,” kata Chris Smith, penulis senior BGR. “Pengguna membayar dengan data mereka, yang kemudian dikomersilkan Google.”

Masa Depan Gemini AI dan Hukum Antitrust

Gemini 2.5 is Google's new AI model.

DOJ mendesak pengadilan untuk mempertimbangkan kesepakatan Gemini saat merumuskan hukuman. “Remedi harus melihat ke depan dan tidak mengabaikan apa yang ada di cakrawala,” kata Dahlquist, merujuk pada era AI yang sedang berkembang pesat.

Google sendiri terus memperkuat Gemini. Baru-baru ini, mereka meluncurkan Gemini 2.5 Pro secara gratis, termasuk integrasi dengan Google Workspace. Bahkan, versi ramah anak, Gemini for Kids, sedang dalam persiapan.

Pertanyaannya kini: apakah dominasi Google di AI akan dihentikan hukum, atau mereka akan terus memimpin dengan strategi kontroversial ini? Keputusan pengadilan tahun ini mungkin menjadi titik balik tidak hanya untuk Google, tetapi seluruh industri teknologi.

China Kembangkan Sistem Canggih untuk Pendaratan Jet Tempur Generasi Ke-6 di Kapal Induk

0

Telset.id – Bayangkan mencoba mendaratkan jet tempur canggih di atas kapal induk yang bergoyang di tengah ombak besar. Itulah tantangan yang sedang dihadapi ilmuwan China dalam pengembangan jet tempur generasi keenam J-36. Kini, mereka mengklaim telah menemukan solusi revolusioner untuk masalah ini.

Menurut makalah penelitian yang diterbitkan dalam Acta Aeronautica et Astronautica Sinica, tim ilmuwan China sedang mengembangkan sistem “kontrol gaya langsung” (direct force control) khusus untuk varian laut J-36. Sistem ini dirancang untuk membantu pilot melakukan pendaratan presisi di dek kapal induk yang bergerak, bahkan dalam kondisi cuaca ekstrem.

Jet Tempur J-36 China dalam Uji Terbang

Desain Futuristik dengan Tantangan Besar

J-36 memiliki desain yang benar-benar berbeda dari pendahulunya. Jet ini mengadopsi bentuk segitiga tanpa ekor, mirip daun ginkgo, yang memberikan keunggulan stealth tetapi juga menciptakan tantangan kontrol yang unik. Tanpa stabilizer horizontal tradisional, pilot kesulitan mempertahankan kontrol pitch saat mendarat.

“Turbulensi udara di belakang kapal induk bisa sangat kacau, terutama saat ombak mencapai 6 meter,” jelas salah satu ilmuwan terlibat dalam proyek ini kepada South China Morning Post. “Ditambah dengan gerakan dek yang dinamis, ini menjadi salah satu manuver paling berbahaya bagi pilot tempur.”

Teknologi yang Mengubah Permainan

Sistem baru ini menggunakan Fixed-Time Disturbance Observer (FTDO), teknologi yang biasa dipakai dalam robotika canggih. Dengan mengukur penyesuaian permukaan kontrol secara real-time, sistem memungkinkan pilot “mengakali” database aerodinamika tradisional.

Dalam simulasi yang dilakukan tim, sistem ini berhasil menstabilkan pendaratan J-36 di kapal induk yang bergerak dengan ombak setinggi 6 meter. “Kontrol gaya langsung efektif menekan gangguan dari turbulensi udara kapal dan gerakan dek yang dinamis,” tulis para peneliti dalam makalah mereka.

Keberhasilan ini menjadi penting bagi Angkatan Laut China (PLAN) yang sedang memperluas armada kapal induknya. Seperti diungkapkan dalam strategi perang dagang China, penguasaan teknologi kritis menjadi senjata utama dalam persaingan global.

Ilustrasi Teknologi Baterai China

Persaingan Teknologi dengan AS

Pengembangan J-36 tidak lepas dari persaingan teknologi militer antara China dan AS. Sementara AS fokus pada pembatasan ekspor chip canggih, China justru berinovasi dengan sumber dayanya sendiri.

Jet tempur generasi keenam ini diperkirakan memiliki panjang 23 meter dengan berat antara 45-54 ton – jauh lebih besar dari J-20. Konfigurasi tiga mesinnya juga tidak biasa, menawarkan daya dorong ekstra untuk misi jarak jauh dengan muatan persenjataan berat.

Meski demikian, para ilmuwan mengakui masih banyak pekerjaan rumah sebelum sistem ini siap digunakan secara operasional. “Tujuan akhir kami adalah mengembangkan metodologi pendaratan presisi yang praktis, sebagai fondasi untuk mengoperasikan konfigurasi tanpa ekor di kapal induk,” tutup tim peneliti.

Inovasi Ramah Lingkungan: Ubah Abu Batu Bara Jadi Semen Kuat, Kurangi Emisi CO2 30%

0

Bayangkan jika limbah beracun dari pembangkit listrik tenaga batu bara bisa disulap menjadi bahan bangunan yang kuat sekaligus ramah lingkungan. Itulah yang berhasil dilakukan oleh perusahaan AS, PHNX Materials, dengan mengubah abu batu bara menjadi semen berkualitas tinggi yang mampu mengurangi emisi karbon dioksida hingga 30%.

US firm turns toxic coal ash into powerful cement, cuts CO2 emissions by 30%

Dari Limbah Beracun Menjadi Solusi Konstruksi

PHNX Materials, startup cleantech asal California, telah mengembangkan metode revolusioner untuk memproses fly ash – limbah beracun dari pembakaran batu bara – menjadi bahan yang layak digunakan dalam konstruksi. Krish Mehta, CEO PHNX Materials, menjelaskan bahwa setiap kilogram semen yang diproduksi melepaskan sekitar satu kilogram CO₂ ke atmosfer. “Dengan teknologi kami, abu ini bisa menggantikan hingga 30% semen dalam campuran beton,” ujarnya.


Industri semen menyumbang sekitar 8% emisi CO₂ global, menjadikannya salah satu kontributor utama perubahan iklim. Proses produksi semen tidak hanya membutuhkan energi tinggi tetapi juga melibatkan reaksi kimia yang melepaskan karbon dioksida dalam jumlah besar.

Teknologi Pemurnian yang Inovatif

Sistem PHNX Materials secara khusus menargetkan sulfur dan karbon – dua pengotor utama dalam fly ash yang membuatnya tidak layak digunakan dalam konstruksi. Dengan menghilangkan kontaminan ini, perusahaan tidak hanya memurnikan abu untuk digunakan dalam beton tetapi juga menghasilkan produk sampingan yang bernilai seperti sulfur untuk pupuk dan aluminium untuk manufaktur.

Coal once produced over half of America’s electricity, while today, it supplies just about 15 percent.

Jorge Osio-Norgaard, CTO PHNX Materials, menekankan pentingnya daya tahan infrastruktur: “Ketika Anda membangun jalan raya atau jembatan senilai miliaran dolar, Anda ingin itu bertahan 100 tahun ke depan. Fly ash membantu mencapai tujuan itu.”

Mengatasi Kelangkaan Fly Ash

Seiring dengan penutupan pembangkit listrik tenaga batu bara di AS – 21 di antaranya dalam dua dekade terakhir – pasokan fly ash semakin menipis. Batu bara yang dulu menghasilkan lebih dari setengah listrik Amerika kini hanya menyumbang sekitar 15% dari jaringan listrik nasional.

Kelangkaan ini memaksa produsen beton mengurangi kandungan fly ash hingga sekitar 8%, menggantinya dengan lebih banyak semen yang lebih mahal dan lebih berpolusi. Perubahan ini tidak hanya mengurangi kekuatan dan daya tahan beton tetapi juga meningkatkan emisi karbonnya.

Memanfaatkan Limbah yang Terabaikan

PHNX Materials berencana memanfaatkan sekitar 843 tempat pembuangan fly ash di seluruh AS, mengubah apa yang dulunya menjadi beban lingkungan menjadi solusi iklim. Perusahaan akan menjual abu yang telah dimurnikan kepada produsen beton dan menjual elemen yang diekstraksi ke industri lain.

“Membuka pasokan tersembunyi ini adalah cara tercepat dan paling scalable untuk mendekarbonisasi beton,” tegas Mehta. Startup ini baru saja mengamankan pendanaan seed senilai $2,5 juta yang dipimpin oleh perusahaan investasi tahap awal yang dikenal mendukung startup berbasis sains dan berfokus pada iklim.

Teknologi PHNX Materials sebenarnya melanjutkan tradisi kuno. Bangsa Romawi sudah menggunakan abu vulkanik (pozzolana) dalam beton mereka ribuan tahun yang lalu. Di era modern, departemen transportasi AS telah lama menggunakan fly ash untuk meningkatkan daya tahan proyek infrastruktur.

Di California misalnya, Caltrans mewajibkan setidaknya 25% fly ash dalam campuran betonnya. Fly ash membantu mencegah reaksi kimia merusak yang dapat menyebabkan beton mengembang dan retak – faktor kritis untuk infrastruktur yang diharapkan bertahan puluhan tahun.

Lab Makanan Mini Eropa Diluncurkan ke Luar Angkasa untuk Hasilkan Steak dan Kentang dari Sel Tunggal

0

Bayangkan menikmati steak medium-rare yang tumbuh dari sel tunggal di stasiun luar angkasa. Bukan lagi khayalan, melainkan langkah nyata yang sedang diupayakan Badan Antariksa Eropa (ESA). Dengan biaya makan astronot mencapai $27.000 per hari, solusi revolusioner ini bisa mengubah masa depan eksplorasi antariksa.

Proyek ambisius ini dipimpin oleh tim dari Imperial College London dan perusahaan Frontier Space. Mereka mengembangkan bioreaktor yang mampu menumbuhkan makanan dari “energi murni”, seperti dikatakan Dr. Aqeel Shamsul, CEO Frontier Space. Teknologi ini mirip dengan fermentasi bir, tetapi dengan hasil yang jauh lebih kompleks: protein, lemak, karbohidrat, bahkan makanan utuh seperti steak dan kentang.

Lab makanan mini Eropa diluncurkan ke luar angkasa untuk hasilkan steak dan kentang dari sel tunggal

Bioreaktor: Pabrik Makanan Masa Depan

Bioreaktor yang dikembangkan menggunakan teknik precision fermentation, di mana gen tertentu dimasukkan ke ragi untuk menghasilkan nutrisi tambahan. Meski hasilnya masih berupa “bubur merah”, teknologi ini berpotensi menciptakan beragam jenis makanan. Tantangannya? Membuatnya bekerja di lingkungan mikrogravitasi.

Sebuah satelit kecil berisi mini-lab telah diluncurkan menggunakan roket SpaceX Falcon 9. Setelah tiga jam mengorbit, satelit ini akan mendarat di lepas pantai Portugal untuk dianalisis. Jika berhasil, pabrik makanan luar angkasa pertama bisa beroperasi tahun depan.

Makanan Luar Angkasa: Dari Bubur hingga Masakan Restoran

Jakub Radzikowski, ahli masak dari Imperial College, mengklaim teknologi ini suatu hari nanti bisa menghasilkan “berbagai jenis masakan di luar angkasa”. Saat ini, makanan astronot masih berupa makanan beku-kering yang diseduh dengan air panas. Dengan bioreaktor, mereka bisa mendapatkan nutrisi segar tanpa bergantung pada pasokan dari Bumi.

Proyek ini bukan hanya tentang menghemat biaya. Ini adalah langkah penting untuk memungkinkan kehidupan manusia di Bulan atau Mars. “Impian kami adalah memiliki pabrik di orbit dan di Bulan,” kata Dr. Shamsul. Visi ini selaras dengan ambisi ESA untuk membangun infrastruktur pendukung kolonisasi antariksa.

Bioreaktor untuk menumbuhkan makanan di luar angkasa

Meski terdengar seperti fiksi ilmiah, teknologi serupa sudah mulai digunakan di Bumi. Lab-grown chicken telah dijual di supermarket AS dan Singapura. Jika berhasil di luar angkasa, ini akan menjadi terobosan besar dalam sejarah manusia sebagai spesies multi-planet.

China Luncurkan Teknologi Surya dengan Efisiensi 67%, Output 375% Lebih Kuat

0

Bayangkan panel surya yang tidak hanya menangkap sinar matahari, tetapi mengubahnya menjadi energi dengan efisiensi hampir 70%—sebuah angka yang sebelumnya dianggap mustahil untuk material organik. Inilah terobosan terbaru dari China yang mengguncang dunia energi terbarukan.

Tim peneliti gabungan dari Nanchang University, Soochow University, dan Nanjing University berhasil menciptakan cocrystal photothermal bernama coronene-Br2NDA (CBC). Material ini mampu mencapai suhu 86°C dalam hitungan detik di bawah paparan sinar inframerah, dengan efisiensi konversi panas mencapai 67,2%—rekor tertinggi untuk material organik.


Teknologi ini tidak hanya menjanjikan revolusi di bidang energi bersih, tetapi juga membuka pintu untuk aplikasi wearable electronics hingga sistem komunikasi berbasis cahaya. Bagaimana China berhasil menciptakan lompatan besar ini?

Kinerja Luar Biasa: Dari Lab ke Dunia Nyata

375% output: China unleashes solar tech with triple power, record 67% efficiency

Ketika diuji pada thermoelectric generator, lapisan CBC menghasilkan tegangan 209 mV—melonjak 375% dibandingkan generator tanpa coating. “Ini seperti menemukan bahan bakar jet untuk panel surya,” ujar Sheng Zhuo, peneliti utama dari Nanjing University.

Analisis XRD, SAED, dan FT-IR mengungkap interaksi transfer muatan yang kuat antara komponen coronene dan Br2NDA. Hasilnya? Material yang menyerap cahaya dari spektrum 350–1100 nm dengan hampir tidak ada emisi fotoluminesensi—indikasi efisiensi energi yang nyaris sempurna.

Aplikasi Masa Depan: Lebih dari Sekadar Listrik

Tim peneliti membuktikan CBC bisa menjadi “tinta photothermal” untuk resin transparan. Dalam demonstrasi komunikasi cahaya, mereka berhasil mengirim kode Morse melalui modulasi sinar laser—membuka potensi untuk:

  • Sistem enkripsi wearable
  • Transmisi data nirkontak
  • Elektronik adaptif untuk lingkungan ekstrem

Dengan China semakin agresif dalam pengembangan drone tenaga surya dan jaringan satelit, teknologi CBC bisa menjadi game-changer dalam perlombaan teknologi hijau global.

Yang paling menarik? Proses sintesis CBC yang sederhana dan skalabel membuatnya siap untuk produksi massal. Dalam lima tahun ke depan, kita mungkin akan melihat atap rumah hingga pakaian pintar bertenaga cocrystal revolusioner ini.

COSMO: Robot Humanoid Netflix yang Bikin Film Lebih Hidup

0

Telset.id – Bayangkan sebuah robot yang tidak hanya bisa bergerak, tetapi juga memiliki ekspresi wajah yang memikat. Itulah COSMO, robot humanoid terbaru yang diciptakan untuk film Netflix The Electric State. Dibangun oleh tim dari UCLA, robot ini bukan sekadar properti film, melainkan sebuah terobosan teknologi yang mengaburkan batas antara fiksi dan realitas.

COSMO, robot humanoid Netflix dalam film The Electric State

Dari Novel Grafis ke Layar Lebar

Berdasarkan novel grafis Simon Stålenhag, The Electric State membutuhkan karakter robot yang tidak hanya terlihat nyata, tetapi juga bisa berinteraksi dengan aktor manusia di lokasi syuting. Netflix memilih untuk tidak mengandalkan efek visual komputer (VFX), melainkan menciptakan robot fisik yang benar-benar bisa bergerak dan berekspresi.

Tim Robotics and Mechanisms Laboratory (RoMeLa) di UCLA, dipimpin oleh Profesor Dennis Hong, diberi waktu hanya delapan bulan untuk mewujudkan visi ini. Hasilnya adalah COSMO, robot setinggi 1,4 meter dengan kepala kuning dan sepatu bot besar yang langsung menarik perhatian.

Fokus pada Ekspresi, Bukan Hanya Fungsi

Berbeda dengan robot humanoid lain yang dirancang untuk efisiensi gerakan, COSMO dibuat dengan prioritas utama: mengekspresikan emosi. “Dari ‘fungsi pertama’ menjadi ‘rasa pertama’,” begitu Profesor Hong menggambarkan pergeseran paradigma dalam desain robot ini.

Tim RoMeLa biasanya mengembangkan robot seperti ARTEMIS, pemain sepak bola robot juara dunia yang dirancang untuk ketahanan dan kinerja. Namun, COSMO menghadapi tantangan berbeda – proporsi tubuhnya yang tidak biasa dengan kepala besar dan kaki kecil membuat algoritma keseimbangan konvensional tidak berfungsi.

Teknologi di Balik Senyum COSMO

COSMO memiliki 28 derajat kebebasan gerak: lima di setiap kaki, empat di setiap lengan, empat jari yang bisa digerakkan, dan dua sendi leher. Aktuator Quasi-Direct-Drive (QDD) yang dikembangkan bersama Westwood Robotics memungkinkan robot ini mengukur torsi dan posisi secara real-time.

Yang paling mengesankan adalah 16 motor kecil di kepala yang menggerakkan alis, telinga, dan mata untuk menciptakan ekspresi wajah yang hidup. Ekspresi ini disinkronkan dengan suara yang terdengar seperti kartun tahun 1990-an, menciptakan karakter yang terasa hidup meskipun jelas-jelas sebuah mesin.

Masa Depan Robot dalam Industri Hiburan

Meski dibuat untuk kebutuhan film, teknologi di balik COSMO memiliki potensi aplikasi yang lebih luas. Aktuator kompaknya bisa digunakan untuk robot penghibur di taman tema, penyambut tamu di pusat perbelanjaan, atau bahkan sebagai platform penelitian untuk prostetik canggih.

Pelajaran terbesar dari proyek ini adalah bagaimana tim berhasil menyeimbangkan desain fiksi dengan realitas fisika. Dalam delapan bulan, mereka berhasil mengubah sketsa menjadi robot yang benar-benar berfungsi – sebuah pencapaian yang menunjukkan seberapa cepat teknologi robotika berkembang.

Seperti yang pernah terjadi dengan robot humanoid Rusia yang dikirim ke ISS, COSMO membuktikan bahwa robot tidak lagi hanya tentang fungsi, tetapi juga tentang kepribadian dan ekspresi. Siapa tahu, mungkin dalam beberapa tahun ke depan, kita akan melihat lebih banyak robot seperti COSMO tidak hanya di layar lebar, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.

Drone Terinspirasi Tupai Terbang dengan Sayap Lipat, 13% Lebih Akurat

0

Telset.id – Alam selalu menjadi sumber inspirasi tak terbatas bagi inovasi teknologi. Kali ini, tupai terbang menjadi model bagi pengembangan drone terbaru yang diklaim 13% lebih akurat dalam pelacakan dibandingkan pesaingnya. Bagaimana makhluk kecil ini bisa menginspirasi terobosan besar dalam dunia drone?

Para peneliti di Pohang University of Science and Technology (POSTECH), Korea Selatan, berhasil menciptakan drone dengan desain unik yang meniru kemampuan gliding dan manuver cepat tupai terbang. Dengan berat hanya 548 gram dan sayap lipat berbahan silikon seberat 24 gram, drone ini menawarkan kontrol yang lebih ketat di ruang sempit.

Flying squirrel-style drone with foldable wings tracks 13% better than rivals

Revolusi dalam Dunia Drone

Dalam berbagai misi penting seperti inspeksi, pengumpulan data, dan operasi penyelamatan, kecepatan dan presisi menjadi faktor krusial. Namun, keterbatasan fisik seperti thrust saturation dan aerodinamika yang kompleks sering menjadi kendala bagi drone konvensional.

Drone terinspirasi tupai terbang ini mengatasi masalah tersebut dengan sistem Thrust-Wing Coordination Control (TWCC) yang mengoptimalkan penggunaan sayap lipat secara dinamis. “Hasil eksperimen menunjukkan peningkatan 13.1% dalam performa pelacakan dibanding drone tanpa sayap,” jelas tim peneliti dalam abstrak penelitian mereka.

Teknologi Canggih di Balik Drone Ini

Drone ini dilengkapi dengan:

  • 4 motor berkecepatan tinggi
  • 2 servo untuk kontrol sayap
  • Prosesor Arduino Portenta H7 dengan chip STM32 dual-core
  • Sistem navigasi GNSS dan dua unit IMU

Yang lebih menarik, tim peneliti menggunakan recurrent neural network berbantuan fisika untuk meningkatkan performa terbang. Algoritma machine learning ini dilatih dengan data penerbangan nyata dan mampu menyesuaikan sudut serang sayap secara real-time.

The overview of a flying squirrel drone.

Aplikasi di Dunia Nyata

Berbeda dengan prototipe sebelumnya yang terbatas pada lingkungan indoor, versi terbaru ini dirancang untuk berbagai kondisi tak terduga di dunia nyata. Dalam uji coba outdoor dengan rute dinamis dan hambatan buatan, drone ini menunjukkan akurasi pelacakan yang lebih baik 13.1% dibanding model konvensional.

Inovasi ini membuka peluang baru untuk penggunaan drone di berbagai sektor, mulai dari pemantauan infrastruktur hingga operasi pencarian dan penyelamatan di medan sulit. Seperti yang terjadi pada uji coba drone untuk pengiriman bantuan medis, teknologi ini bisa menyelamatkan banyak nyawa.

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal arXiv ini menunjukkan bagaimana kombinasi mekanika terinspirasi biologi dengan kontrol adaptif dan machine learning bisa menghasilkan lompatan besar dalam ketangkasan drone. “Pendekatan berbasis data ini bisa ditingkatkan dengan desain trajektori yang lebih efisien,” tambah tim peneliti.

Dengan berbagai kemajuan teknologi drone belakangan ini, termasuk drone kargo berkapasitas besar, masa depan transportasi udara nampaknya akan semakin menarik untuk disimak.

Zeekr 9X: SUV Listrik Mewah dengan Teknologi Futuristik Siap Guncang Auto Shanghai 2025

0

Telset.id – Jika Anda mencari SUV listrik premium yang menggabungkan desain megah, teknologi mutakhir, dan performa luar biasa, Zeekr 9X mungkin jawabannya. Model terbaru dari brand premium Geely ini siap memukau dunia dalam debut globalnya di Auto Shanghai 2025.

Zeekr, anak perusahaan Geely yang fokus pada kendaraan listrik premium, terus memperluas jajaran produknya. Setelah sukses dengan model-model sebelumnya, kini mereka meluncurkan Zeekr 9X, sebuah SUV full-size mewah yang menjanjikan pengalaman berkendara tak tertandingi.

Dengan desain yang disebut “majestic without being intimidating” oleh Zeekr, 9X hadir dengan bahasa desain baru yang memadukan kemewahan dan ketangguhan. Mari kita selami lebih dalam apa yang ditawarkan oleh kendaraan yang diprediksi akan menjadi pesaing serius di segmen SUV listrik premium ini.

Desain Megah dengan Sentuhan Mewah

Zeekr 9X tampak depan dengan desain megah

Zeekr 9X menghadirkan tampilan yang sangat berbeda dari model-model sebelumnya. Desain depannya didominasi oleh grille besar dengan bilah vertikal chrome yang mengingatkan pada Zeekr 009 MPV, tetapi dengan sentuhan yang lebih maskulin dan berwibawa.

Profil sampingnya menampilkan garis-garis lurus dan bersih yang memberikan kesan kokoh namun elegan. Sementara bagian belakang menjadi pusat perhatian dengan lampu belakang “Ring Screen Star Diamond” yang spektakuler. Menurut Zeekr, unit lampu ini terdiri dari 43.343 facet potongan berlian, menciptakan tampilan yang sangat unik saat menyala.

Teknologi Canggih yang Mengubah Pengalaman Berkendara

Interior mewah Zeekr 9X dengan teknologi canggih

Zeekr 9X bukan hanya tentang tampilan luar yang megah. Kendaraan ini akan menjadi yang pertama mengadopsi sistem G-Pilot, solusi mengemudi cerdas berbasis arsitektur Level 3 autonomous driving. Sistem ini didukung oleh ZEEA 3.0 central computing digital architecture yang diklaim meningkatkan kecepatan respons komunikasi hingga 50%.

Untuk sistem persepsi, 9X dilengkapi dengan lima unit LiDAR – satu LiDAR jarak jauh dan empat LiDAR jarak pendek untuk cakupan blind spot. Konfigurasi ini memungkinkan apa yang disebut Zeekr sebagai “empat lapang kemampuan persepsi 360 derajat”.

Super Electric Hybrid: Solusi Powertrain Revolusioner

Diagram teknologi Super Electric Hybrid Zeekr 9X

Salah satu inovasi terbesar Zeekr 9X adalah teknologi “Super Electric Hybrid”. Sistem powertrain ini bertujuan menggabungkan keunggulan kendaraan listrik murni (BEV), plug-in hybrid (PHEV), dan range-extender (EREV).

Dengan sistem ini, Zeekr mengklaim 9X mampu berakselerasi dari 0-100 km/jam dalam kisaran 3 detik – angka yang sangat impresif untuk SUV berukuran besar. Performa ini menempatkannya sejajar dengan beberapa supercar konvensional.

Posisi Pasar dan Harga

Zeekr memposisikan 9X sebagai flagship luxury SUV. Meskipun harga resmi belum diumumkan, perkiraan awal menyebutkan harga mulai sekitar 500.000 yuan (sekitar Rp1,1 miliar). Versi “Grand Edition” yang lebih eksklusif bahkan diprediksi bisa mencapai 1 juta yuan (sekitar Rp2,2 miliar).

Dengan spek dan harga tersebut, Zeekr 9X jelas menargetkan segmen premium yang selama ini didominasi oleh merek-merek Eropa seperti Mercedes-Benz, BMW, dan Audi. Namun dengan keunggulan teknologi dan desain yang ditawarkan, bukan tidak mungkin 9X bisa merebut pangsa pasar yang signifikan.

Zeekr 9X tampak samping dengan desain clean lines

Zeekr 9X akan resmi diperkenalkan ke publik pada Auto Shanghai 2025 yang dibuka pada 23 April di National Exhibition and Convention Centre. Booth Zeekr akan berada di Hall 6.1, siap memamerkan keunggulan kendaraan yang bisa menjadi game changer di industri otomotif listrik premium ini.

Bagi Anda yang tertarik dengan perkembangan kendaraan listrik premium, jangan lewatkan juga ulasan mendalam tentang Zeekr 9X dan bagaimana kendaraan ini bersaing dengan Luxeed R7 EREV dari Huawei dan Chery.

Huawei Luncurkan Charger Megawatt Pertama di Dunia, Isi Baterai Cuma 15 Menit!

0

Bayangkan mengisi daya truk listrik seberat 40 ton hanya dalam waktu yang sama dengan minum kopi pagi Anda. Huawei baru saja mengubah mimpi itu menjadi kenyataan dengan meluncurkan solusi pengisian daya tercepat di dunia – charger megawatt pertama yang sepenuhnya menggunakan pendinginan cair.

Dalam konferensi bertajuk “2025 Huawei Intelligent Electric & Intelligent Charging Network Launch Conference”, raksasa teknologi asal Tiongkok ini memperkenalkan terobosan yang disebut-sebut akan merevolusi infrastruktur kendaraan listrik global. Dengan kapasitas 1.5 megawatt, charger ini mampu menambahkan 20 kWh energi per menit – cukup untuk mengisi penuh baterai 300 kWh (standar truk berat) hanya dalam 15 menit.

Kecepatan ini empat kali lebih cepat dibanding stasiun pengisian cepat konvensional. Tapi bagaimana Huawei mengatasi tantangan panas berlebih yang biasanya menjadi penghambat pengisian ultra-cepat? Jawabannya terletak pada teknologi pendinginan cair revolusioner mereka.

Pendinginan Cair: Solusi Masalah Panas Ekstrem

Charger megawatt Huawei dengan sistem pendinginan cair

Sistem pendinginan imersif Huawei menjadi kunci stabilitas charger megawatt ini. Dirancang untuk beroperasi pada rentang suhu ekstrem -30°C hingga 60°C, teknologi ini mengurangi risiko thermal runaway (panas berlebih tak terkendali) yang sering terjadi pada pengisian daya berdaya tinggi.

“Dengan sistem ini, kami berhasil menurunkan tingkat kegagalan hingga 50% dan memperpanjang usia pakai peralatan hingga 15 tahun,” jelas perwakilan Huawei dalam presentasinya. Rahasia di balik efisiensi ini adalah chip Silicon Carbide (SiC) buatan Huawei sendiri yang memiliki kepadatan energi tiga kali lipat dibanding komponen berbasis silikon konvensional.

Kecerdasan Buatan dalam Manajemen Daya

Diagram alur kerja charger megawatt Huawei

Tak hanya cepat, charger ini juga cerdas. Huawei mengintegrasikan algoritma alokasi daya yang secara dinamis menyesuaikan output daya berdasarkan kebutuhan. Fitur ini tidak hanya mengoptimalkan pengisian tetapi juga mengurangi dampak terhadap jaringan listrik.

Kolaborasi dengan State Grid melahirkan sistem penjadwalan cerdas yang mampu mengurangi beban puncak jaringan hingga 40%. Lebih menarik lagi, teknologi Vehicle-to-Grid (V2G) memungkinkan aliran energi dua arah – kendaraan bisa menjadi sumber daya darurat saat dibutuhkan.

Uji Coba Nyata di Pelabuhan Yantian

Truk listrik sedang diisi daya di Pelabuhan Yantian

Bukti nyata keefektifan sistem ini datang dari pilot project di Pelabuhan Yantian, Shenzhen. Truk-truk berat listrik di sana telah menerapkan siklus kerja “isi 15 menit, operasikan 4 jam” dengan sukses. Hasilnya? Penghematan biaya operasional mencapai 35% dibanding truk diesel konvensional.

Huawei tidak sendirian dalam misi ini. Sebanyak 11 produsen otomotif telah bermitra mengembangkan lebih dari 30 model truk dengan kompatibilitas pengisian ultra-cepat 4c. Yang mengejutkan, charger megawatt ini juga kompatibel dengan 99% model kendaraan listrik penumpang yang ada saat ini.

Masa Depan Transportasi Berkelanjutan

Ilustrasi jaringan charger megawatt Huawei

Dengan rencana awal menerjunkan 5.000 truk berat listrik bekerja sama dengan raksasa logistik seperti SF Express dan JD Logistics, Huawei serius mengubah lanskap transportasi berkelanjutan. Perusahaan ini juga aktif berkontribusi dalam pengembangan protokol pengisian daya megawatt untuk menetapkan standar industri.

Inovasi Huawei ini bukan sekadar terobosan teknologi, melainkan langkah strategis menuju ekosistem transportasi nol-emisi yang benar-benar praktis. Ketika charger secepat ini tersedia luas, apakah alasan “waktu pengisian lama” masih relevan untuk menunda transisi ke kendaraan listrik?