Beranda blog Halaman 163

Kebocoran Rahasia Militer AS: Nomor Pribadi Menteri Pertahanan Tersebar di Internet

0

Bayangkan jika nomor telepon pribadi menteri pertahanan negara Anda bisa dengan mudah ditemukan di aplikasi olahraga fantasi, platform media sosial, hingga situs taruhan online. Itulah yang terjadi pada Pete Hegseth, pejabat tinggi Pentagon yang menjadi pusat skandal “Signalgate”. Ironisnya, nomor yang sama digunakan untuk membahas operasi militer rahasia—termasuk rencana serangan di Yaman.

Chip Somodevilla / Getty / Futurism

Dari WhatsApp Hingga Situs Taruhan: Jejak Digital yang Memalukan

Menurut The New York Times, nomor pribadi Hegseth terpampang di berbagai platform publik hingga Maret lalu, termasuk WhatsApp, Facebook, Airbnb, dan—yang paling mencengangkan—Sleeper.com, situs taruhan olahraga. Di sana, ia menggunakan username “PeteHegseth”. Tak hanya itu, nomor tersebut juga terhubung dengan akun Google yang meninggalkan ulasan untuk dokter gigi hingga tukang ledeng.

“Peluang bahwa seseorang belum mencoba memasang spyware seperti Pegasus di ponselnya adalah nol persen,” ujar Mike Casey, mantan direktur National Counterintelligence and Security Center. “Dia termasuk lima orang paling diincar di dunia untuk mata-mata.”

Kesalahan Fatal: Menggabungkan Urusan Pribadi dan Rahasia Negara

Yang membuat para ahli keamanan geleng-geleng kepala bukanlah fakta bahwa nomor Hegseth ada di internet—sebelum menjabat, ia adalah warga sipil. Masalah utamanya? Ia menggunakan perangkat yang sama untuk urusan super rahasia, termasuk mengungkap detail serangan udara ke Yaman dalam grup Signal yang berisi keluarga dan pejabat. Padahal, bahkan staf pemerintah level rendah dilarang menggunakan ponsel pribadi untuk pekerjaan.

“Nomor telepon seperti alamat rumah yang memberi tahu penjahat di mana harus membobol,” jelas James A. Lewis, pakar keamanan siber. “Begitu dapat alamatnya, tinggal mencari cara membuka kuncinya.”

Skandal demi Skandal: Dari Kebocoran hingga Tuduhan Kekerasan Seksual

Hegseth bukan kali ini saja membuat blunder. Pada Agustus 2023, ia tak sengaja membocorkan rencana perang ke Jeffrey Goldberg, editor The Atlantic, melalui Signal. Lucunya, saat masih di Fox News, ia pernah menyerukan penjara untuk Hillary Clinton karena menggunakan server email pribadi.

Reputasinya juga tercoreng oleh tuduhan kecanduan alkohol dan kekerasan seksual. Mantan rekan kerjanya mengaku ia kerap muncul dalam keadaan mabuk. Pertanyaan pun mencuat: bagaimana seseorang dengan track record seperti ini bisa memegang kendali pertahanan nasional?

Chip Somodevilla / Getty / Futurism

Kasus Hegseth menjadi pengingat betapa rapuhnya keamanan digital di era modern. Jika seorang menteri pertahanan bisa ceroboh, bagaimana dengan pejabat lainnya? Mungkin sudah waktunya Pentagon mempertimbangkan solusi seperti Samsung Galaxy S20 Tactical Edition yang dirancang khusus untuk militer.

Di tengah ancaman siber global—seperti gangguan satelit nuklir Rusia atau aktivitas UFO yang terekam militer AS—kecerobohan semacam ini bukan lagi sekadar kesalahan, melainkan risiko keamanan nasional yang serius.

Geely Radar: Pickup Hybrid China dengan Jarak Tempuh 620 Mil yang Mengubah Segmen Pasar

0

Bayangkan sebuah pickup yang tidak hanya tangguh di medan off-road, tetapi juga mampu menempuh jarak 620 mil tanpa isi ulang bahan bakar. Inilah yang ditawarkan oleh Geely Radar, pickup hybrid terbaru dari China yang siap menggeser dominasi mesin konvensional di segmen ini. Dengan teknologi mutakhir dan sertifikasi keandalan tingkat S, kendaraan ini bukan sekadar alternatif, melainkan revolusi.

Industri otomotif global sedang mengalami transformasi besar-besaran menuju elektrifikasi, dan China berada di garis depan. Geely, salah satu raksasa otomotif China, kini meluncurkan Radar—pickup hybrid yang menggabungkan kekuatan mesin bensin dengan efisiensi sistem listrik. Tak seperti pickup konvensional yang boros bahan bakar, Radar menjanjikan pengurangan konsumsi hingga 21% berkat sistem hybrid canggihnya.


Lantas, apa yang membuat Geely Radar begitu istimewa? Mari kita selami lebih dalam teknologi dan fitur-fitur yang membuatnya layak disebut sebagai “game changer” di segmen pickup.

Teknologi Hybrid yang Sudah Teruji 25 Juta Mil

China’s hybrid electric pickup offers 620-mile range, beats 25-million-mile testing

Radar dibangun di atas platform M.A.P. (Multi-Application Platform) milik Geely, yang memungkinkan integrasi sempurna antara sistem hybrid dan fitur-fitur IoT. Salah satu keunggulan utamanya adalah Thor EM hybrid system, yang menggunakan transmisi hybrid 3-percepatan (3DHT) khusus untuk pickup. Transmisi ini memastikan perpindahan gigi yang mulus dan efisiensi optimal, baik dalam kondisi jalan raya maupun medan berat.

Sistem ini telah melalui uji ketat selama 24,85 juta mil, 1.000 tes powertrain, dan 400.000 jam pengoperasian. Hasilnya? Sertifikasi keandalan tingkat S dari China—standar tertinggi untuk sistem hybrid di negara tersebut. Dengan mesin 1.5T turbocharged dan transmisi 3DHT, Radar mampu berakselerasi dari 0-62 mph hanya dalam 6,5 detik, angka yang impresif untuk sebuah pickup.

Omni Stack & Shuttle: Pickup yang Bisa Jadi Power Bank Raksasa

Selain performa mengesankan, Radar dilengkapi dengan Omni Stack—platform energi yang memungkinkannya berfungsi sebagai sumber daya portabel. Dengan kapasitas penyimpanan dan output energi yang besar, pickup ini bisa menjadi solusi darurat untuk kebutuhan listrik di lokasi terpencil. Bayangkan saja: saat berkemah atau bekerja di proyek konstruksi, Radar bisa menjadi “power bank” raksasa untuk peralatan elektronik.

Tidak ketinggalan, Shuttle IoT menghubungkan Radar dengan ekosistem drone dan cloud, memungkinkan pengguna mengontrol dan memantau kendaraan dari jarak jauh. Fitur ini sangat berguna untuk sektor profesional seperti pertambangan, kehutanan, atau bahkan operasi penyelamatan.

21% Lebih Hemat Bahan Bakar dengan Efisiensi Termal 44,26%

Salah satu klaim terbesar Geely adalah penghematan bahan bakar hingga 21% dibandingkan pickup konvensional. Ini berkat efisiensi termal sistem hybrid yang mencapai 44,26%—salah satu yang tertinggi di segmennya. Teknologi manajemen energi cerdas secara dinamis mengatur aliran daya antara mesin bensin dan motor listrik, memastikan penggunaan energi yang optimal dalam berbagai kondisi berkendara.

Dengan jangkauan 620 mil, Radar cocok untuk perjalanan jarak jauh tanpa khawatir kehabisan bahan bakar. Apalagi, sistem redundansi dual-motor memastikan kendaraan tetap bisa dikendarai meski salah satu motor mengalami kegagalan—fitur keselamatan yang sangat penting untuk kendaraan kerja.

China-born scientist’s magnet made without rare earth element could now help US

Masa Depan Pickup: Hybrid vs Listrik Murni

Radar muncul di saat persaingan pickup hybrid dan listrik semakin ketat. Di Thailand, misalnya, BYD Shark 6 dan GWM Poer Sahar sudah lebih dulu memanaskan persaingan. Namun, Geely tampaknya mengambil pendekatan berbeda dengan fokus pada fleksibilitas sistem hybrid yang cocok untuk berbagai kondisi geografis—terutama di daerah dengan infrastruktur pengisian listrik yang masih terbatas.

Dengan kehadiran Radar, apakah pickup hybrid akan menjadi pilihan utama sebelum transisi penuh ke listrik? Atau justru kendaraan seperti BYD Han L dan Tang L yang sepenuhnya listrik akan lebih dominan? Jawabannya mungkin tergantung pada perkembangan infrastruktur dan kebutuhan pengguna di tiap negara.

Yang pasti, Geely Radar telah menaikkan standar untuk pickup hybrid dengan menggabungkan daya tahan, efisiensi, dan teknologi terkini. Kendaraan ini bukan sekadar alat transportasi, melainkan solusi multifungsi yang siap mendukung berbagai kebutuhan—dari petualangan outdoor hingga tugas-tugas profesional.

Truk Baterai Raksasa Sunwoda: Solusi Darurat Listrik untuk 400 Rumah

0

Bayangkan sebuah truk yang mampu menyelamatkan pemadaman listrik di seluruh kompleks perumahan dalam hitungan menit. Bukan genset konvensional yang berisik dan boros bahan bakar, melainkan sebuah solusi energi portabel canggih berbasis baterai lithium-ion. Inilah terobosan terbaru dari Sunwoda, perusahaan elektronik asal China, yang baru saja memperkenalkan MESS 2000—truk baterai raksasa berkapasitas 2 megawatt-hour (MWh).

Dalam dunia yang semakin bergantung pada listrik, ketahanan energi menjadi isu kritis. Pemadaman listrik tak terduga bisa mengganggu aktivitas rumah tangga, bisnis, bahkan layanan vital seperti rumah sakit. Selama ini, solusi darurat masih didominasi genset diesel yang tidak ramah lingkungan. MESS 2000 hadir sebagai jawaban atas tantangan tersebut dengan menggabungkan kapasitas besar, mobilitas tinggi, dan teknologi hijau.


Diumumkan dalam ajang ESIE2025, truk sepanjang 10 meter ini bukan sekadar konsep. Ia telah melalui uji jalan sejauh 5.000 km di berbagai medan ekstrem, dari lereng curam hingga gurun berpasir. Dengan kapasitas baterai setara kebutuhan listrik 400 rumah selama satu jam, MESS 2000 siap mengubah paradigma penyediaan energi darurat.

Spesifikasi yang Mencengangkan

Truk baterai raksasa Sunwoda MESS 2000 dengan kapasitas 2MWh

Di balik bodi truk yang terlihat biasa, tersimpan baterai lithium-ion berkapasitas 314 ampere-hour (Ah)—tiga kali lipat lebih besar dari sistem penyimpanan energi portabel konvensional. Sel-sel baterai ini dirancang khusus untuk menahan 6.000 siklus pengisian-pengosongan, setara dengan 16 tahun pemakaian intensif jika diisi sekali sehari.

Sistem pendingin cair berbasis ethylene glycol (mirip antibeku mobil) menjaga suhu optimal meski bekerja di lingkungan ekstrem. Dari gurun bersuhu 55°C hingga pegunungan setinggi 3.000 meter, MESS 2000 tetap beroperasi penuh. Bahkan, ia bisa “hidup” dalam kondisi beku -20°C berkat teknologi cold-start khusus.

Lebih dari Sekadar Genset Pengganti

Sunwoda tidak membatasi penggunaan MESS 2000 sebagai cadangan daya semata. Dengan fitur bidirectional charging, truk ini bisa berfungsi sebagai stasiun pengisian cepat mobile untuk dua kendaraan listrik sekaligus. Ia juga mampu terintegrasi dengan jaringan listrik utama, beralih sumber daya dalam 20 milidetik—lebih cepat dari kedipan mata manusia.

Untuk proyek konstruksi terpencil atau lokasi bencana yang infrastrukturnya hancur, MESS 2000 bisa menjadi sumber listrik utama sementara. Sistem ini bahkan dilengkapi kecerdasan buatan untuk mengoptimalkan distribusi daya berdasarkan prioritas kebutuhan.

Keamanan Tanpa Kompromi

Mengusung baterai berkapasitas besar di atas kendaraan mobile tentu memicu kekhawatiran keamanan. Sunwoda menjawab ini dengan serangkaian fitur canggih:

  • Lapisan pelindung anti-tusuk dan anti-api pada setiap sel baterai
  • Sistem pemadam kebakaran otomatis yang aktif dalam 100 milidetik
  • Struktur rangka yang lolos uji benturan, getaran, dan tekanan ekstrem

Tak heran jika MESS 2000 sudah menarik minat berbagai pihak, meski Sunwoda masih merahasiakan daftar klien pertamanya. Perusahaan menargetkan mulai pengiriman unit pertama pada Mei 2025, tepat ketika pasar penyimpanan energi mobile diprediksi mencapai nilai $2,7 miliar.

Dengan efisiensi operasional 15-20% lebih baik daripada genset diesel dan fleksibilitas tak tertandingi, MESS 2000 bukan sekadar produk inovatif—ia adalah bukti bahwa transisi energi bersih bisa dilakukan tanpa mengorbankan keandalan pasokan listrik.

Skandal Ujian Advokat California: AI Digunakan untuk Membuat Soal Ujian

0

Bayangkan Anda belajar bertahun-tahun untuk menjadi pengacara, menghabiskan ribuan jam mempelajari hukum, hanya untuk diuji oleh soal yang dibuat oleh kecerdasan buatan. Ironi ini bukanlah plot film Hollywood, melainkan kenyataan yang terjadi di California. Ujian advokat yang seharusnya menjadi gerbang menuju profesi bergengsi ini justru menuai kontroversi setelah terungkap bahwa sebagian soalnya dibuat menggunakan AI.

Menurut laporan The Los Angeles Times, State Bar of California mengakui bahwa 23 dari 171 soal pilihan ganda dalam ujian Februari 2025 dibuat oleh perusahaan ACS Ventures dengan bantuan AI. Tak hanya itu, 48 soal lainnya diambil dari versi lama ujian untuk mahasiswa hukum tahun pertama. Pengakuan ini muncul setelah banyak keluhan dari peserta ujian tentang kualitas soal dan gangguan teknis selama ujian berlangsung.

“Kekacauan dalam ujian Februari 2025 lebih buruk dari yang kami bayangkan,” kata Mary Basick, Asisten Dekan Akademik UC Irvine Law School, kepada LA Times. “Saya hampir tak bisa berkata-kata. Soal yang dibuat oleh non-pengacara menggunakan AI sungguh tak masuk akal.”

Getty Images

Kontroversi dan Kritik dari Ahli Hukum

Katie Moran, profesor di University of San Francisco School of Law, menyebut pengakuan ini sebagai “pengakuan yang mengejutkan.” Lebih parah lagi, perusahaan yang menggunakan AI untuk membuat soal tersebut juga dibayar untuk mengevaluasi dan menyetujui soal-soal ujian, termasuk soal yang mereka buat sendiri. Ini seperti membiarkan siswa menilai ujian mereka sendiri.

Selama berminggu-minggu, peserta ujian mengeluhkan masalah teknis, seperti tiba-tiba dikeluarkan dari platform ujian online, layar yang lag, dan pesan kesalahan yang muncul. Selain itu, soal ujian dipenuhi kesalahan ketik, dan beberapa pertanyaan bahkan tidak masuk akal. Meskipun demikian, juru bicara State Bar bersikeras bahwa soal-soal tersebut telah ditinjau oleh panel validasi konten dan ahli materi.

Dibalik Skandal: Penghematan Biaya yang Berujung Bencana

Akar masalah ini ternyata adalah upaya penghematan biaya yang berujung bencana. State Bar California menghadapi defisit sebesar $22 juta tahun lalu, sehingga mereka memutuskan untuk meninggalkan ujian standar dari National Conference of Bar Examiners dan beralih ke model hibrid (online dan offline). Untuk membuat ujian baru, mereka menandatangani kontrak senilai $8,25 juta dengan Kaplan Exam Services dan Meazure Learning sebagai penyelenggara.

Sayangnya, Meazure Learning kini digugat oleh peserta ujian yang mengalami gangguan teknis. State Bar mengatakan akan meminta Mahkamah Agung California untuk menyesuaikan nilai peserta ujian Februari. Alex Chan, Ketua Komite Ujian Advokat State Bar, menyatakan bahwa komite akan bertemu pada 5 Mei untuk membahas solusi lebih lanjut, meskipun kecil kemungkinan soal ujian akan dirilis ke publik atau kembali menggunakan NCBE.

Skandal ini juga menimbulkan pertanyaan tentang transparansi. Mahkamah Agung California, yang merupakan badan administratif State Bar, mengaku tidak tahu tentang penggunaan AI dalam pembuatan soal ujian hingga pekan ini. Padahal, mereka sendiri yang memerintahkan State Bar untuk mengeksplorasi penggunaan AI guna meningkatkan keandalan dan efisiensi biaya ujian.

Getty Images

Implikasi Jangka Panjang bagi Profesi Hukum

Basick dan Moran menekankan bahwa soal ujian seharusnya dikembangkan selama bertahun-tahun dengan proses yang ketat. Namun, dalam kasus ini, soal-soal dibuat terlalu cepat, dan 50 soal latihan yang dirilis beberapa minggu sebelum ujian ternyata mengandung banyak kesalahan. Ini menunjukkan betapa seriusnya dampak penghematan biaya terhadap kualitas pendidikan hukum.

Kasus ini juga menjadi peringatan bagi industri lain yang terlalu bergantung pada AI tanpa pengawasan manusia yang memadai. Seperti yang terjadi pada Apple yang digugat karena masalah AI pada Siri, penggunaan teknologi tanpa pertimbangan matang bisa berujung pada konsekuensi hukum dan reputasi yang buruk.

Jika ujian untuk calon pengacara saja bisa dibuat oleh AI, apa jaminan bahwa profesi hukum di masa depan masih membutuhkan manusia? Pertanyaan ini mungkin terdengar ekstrem, tetapi skandal di California membuktikan bahwa batas antara efisiensi dan kecerobohan semakin kabur.

NASA vs SpaceX: Konflik Prioritas Bulan dan Mars di Bawah Kepemimpinan Baru

0

Bayangkan sebuah agensi antariksa dengan anggaran dipotong hampir separuh, sementara misi ambisiusnya ke Bulan dan Mars digantung di tengah ketidakpastian. Inilah skenario suram yang mungkin dihadapi NASA jika proposal anggaran dari pemerintahan Trump benar-benar diterapkan. Jared Isaacman, calon administrator baru NASA yang juga astronot SpaceX, baru-baru ini menyuarakan keprihatinannya.

Dalam respons tertulisnya kepada Komite Perdagangan Senat AS, miliarder yang dua kali terbang dengan pesawat SpaceX ini menyebut proposal pemotongan anggaran sebagai “bukan hasil optimal”. Meski mengaku tidak terlibat dalam diskusi resmi terkait kebocoran dokumen tersebut, Isaacman tegas menyatakan komitmennya untuk melanjutkan program Artemis—misi NASA untuk mengembalikan manusia ke Bulan.

Pernyataan ini menarik karena terjadi di tengah tekanan kuat dari Elon Musk, CEO SpaceX yang mendesak NASA untuk mengalihkan fokus ke Mars. Isaacman, yang harus berjalan di antara dua kepentingan politik ini, memilih pendekatan diplomatik: “Saya akan memprioritaskan Artemis sesuai hukum yang ada, tapi juga mendorong paralelisasi dengan misi Mars.”

Dilema Bulan vs Mars: Pertarungan Ideologi Antariksa

Kevin Dietsch/Getty Images/Futurism

Ketika ditanya harus memilih antara Bulan atau Mars, Isaacman secara taktis memihak pada Artemis. Keputusan ini bukan tanpa alasan. Program bernilai miliaran dolar ini telah mendapat dukungan bipartisan di Kongres, sementara visi Mars ala Musk dianggap terlalu spekulatif oleh banyak politisi.

Tapi di balik itu, ada pertarungan teknologi yang lebih besar. NASA masih bergantung pada roket SLS (Space Launch System) yang mahal dan sekali pakai, sementara SpaceX dengan Starship-nya menawarkan solusi reusable yang lebih murah. Isaacman sendiri mengusulkan transisi: “Setelah kewajiban kontrak terpenuhi, NASA harus beralih dari bersaing dengan sektor komersial dan fokus pada pengembangan teknologi eksplorasi generasi berikutnya—termasuk pesawat antariksa nuklir.”

Hubungan Dingin dengan Musk: Strategi Politik Isaacman

Yang paling mengejutkan adalah upaya Isaacman menjaga jarak dengan Musk. Padahal, dia adalah salah satu astronot paling berpengalaman dalam pesawat SpaceX. “Saya tidak memiliki hubungan pribadi yang dekat dengan Mr. Musk… interaksi kami bersifat profesional,” tegasnya dalam tanggapan tertulis.

Pernyataan ini muncul di tengah kontroversi Musk yang semakin menjadi beban politik—dari pemotongan anggaran pemerintah secara gegabah hingga dukungannya pada pandangan ekstremis. Bagi Isaacman yang sedang meniti karir politik, asosiasi dengan Musk bisa menjadi bumerang.

Ancaman Pemotongan Anggaran: “Kiamat” bagi Sains NASA

Proposal anggaran Trump—jika diterapkan—akan menghapus hampir separuh pendanaan sains NASA. Casey Dreier dari Planetary Society menyebutnya sebagai “peristiwa tingkat kepunahan untuk sains NASA”. Dampaknya akan langsung terasa pada misi seperti Mars Sample Return dan teleskop antariksa generasi berikutnya.

Tapi ada secercah harapan: Kongres memiliki sejarah menolak pemotongan drastis semacam ini. Apalagi dengan dukungan bipartisan untuk program Artemis yang telah menelan investasi besar. Seperti misi DART NASA yang sukses menabrak asteroid, sains antariksa seringkali menjadi area kerjasama langka antara Partai Republik dan Demokrat.

Di tengah gejolak ini, satu hal yang pasti: era kepemimpinan baru NASA akan menjadi ujian antara visi tradisional eksplorasi antariksa dan disrupsi dari perusahaan swasta seperti SpaceX. Dan Isaacman—dengan latar belakangnya sebagai astronot swasta sekaligus calon birokrat—mungkin justru tokoh ideal untuk menjembatani kedua dunia ini.

ChatGPT Selamatkan Nyawa Wanita dengan Deteksi Kanker yang Terlewat Dokter

0

Pernahkah Anda membayangkan bahwa sebuah chatbot AI bisa mendeteksi penyakit berbahaya yang terlewat oleh dokter? Kisah Lauren Bannon, seorang wanita berusia 40 tahun asal AS, membuktikan bahwa teknologi kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT bisa menjadi penyelamat nyawa.

Pada Februari 2024, Bannon mulai merasakan gejala aneh: jari-jarinya sulit ditekuk, terutama di pagi dan malam hari. Setelah berkali-kali berkonsultasi dengan dokter dan menjalani berbagai tes, ia didiagnosis menderita rheumatoid arthritis. Namun, diagnosis ini tidak menjelaskan gejala lain yang dialaminya, seperti sakit perut parah dan penurunan berat badan drastis hingga 6,3 kg dalam sebulan.

ChatGPT ‘uncovers’ hidden cancer, saves woman’s life after missed diagnosis

ChatGPT Berikan Petunjuk yang Mengubah Segalanya

Frustasi dengan diagnosis yang tidak memuaskan, Bannon mencoba berkonsultasi dengan ChatGPT. Ia bertanya tentang kondisi yang gejalanya mirip rheumatoid arthritis. Jawaban AI itu mengejutkan: ChatGPT menyarankan kemungkinan penyakit Hashimoto dan merekomendasikan tes antibodi tiroid (TPO).

“Saya merasa putus asa dan butuh jawaban. Dokter terus memberi obat tanpa menemukan akar masalahnya,” ungkap Bannon seperti dilaporkan Kennedy News and Media.

Meski awalnya ragu, dokter akhirnya menyetujui tes yang disarankan ChatGPT. Hasilnya positif: Bannon memang menderita Hashimoto, penyakit autoimun yang menyerang kelenjar tiroid. Pemeriksaan lanjutan menemukan dua benjolan kecil di lehernya yang ternyata adalah kanker.

Operasi Penyembuhan dan Peringatan dari Ahli

Pada Januari 2025, Bannon menjalani operasi pengangkatan tiroid dan dua kelenjar getah bening di lehernya. “Tanpa ChatGPT, saya mungkin masih minum obat rheumatoid arthritis sementara kanker menyebar ke seluruh tubuh,” katanya.

Namun, para ahli mengingatkan bahwa AI tidak boleh menggantikan diagnosis medis profesional. Dr. Harvey Castro, dokter spesialis darurat yang juga pakar AI dalam kesehatan, menegaskan: “AI bisa meningkatkan hasil perawatan kesehatan jika digunakan dengan bertanggung jawab, tetapi diagnosis dan pengobatan tetap harus dilakukan oleh tenaga medis berlisensi.”

Photo of the Author Neetika Walter

Masa Depan AI dalam Diagnosis Medis

Kasus Bannon bukan yang pertama di mana AI membantu diagnosis medis. Tes darah berbasis AI telah dikembangkan dengan akurasi 99% untuk mendeteksi 12 jenis kanker. Sementara Google sedang mengembangkan teknologi AI untuk ultrasound dan terapi kanker.

Perusahaan teknologi besar seperti Google juga telah menguji chatbot AI medis Med-PaLM 2 di beberapa rumah sakit. Teknologi ini dirancang untuk membantu tenaga medis, bukan menggantikan mereka.

Kisah Bannon menjadi bukti nyata potensi AI dalam dunia medis, sekaligus pengingat pentingnya kolaborasi antara teknologi dan keahlian manusia. “Saya bersyukur pada ChatGPT, tetapi yang menyelamatkan saya akhirnya adalah dokter yang mau mendengarkan dan bertindak,” tutup Bannon.

Satelit Nuklir Rusia Cosmos 2553 Alami Gangguan, Picu Kekhawatiran Militer

0

Telset.id – Ambisi Rusia untuk memiliterisasi ruang angkasa mungkin baru saja mendapat pukulan telak. Satelit rahasia Cosmos 2553 yang diduga mendukung pengembangan senjata anti-satelit nuklir Moskow dilaporkan mengalami malfungsi serius. Menurut analis AS, satelit yang diluncurkan tepat sebelum invasi Rusia ke Ukraina pada 2022 ini menunjukkan tanda-tanda “tumbling” atau berputar tak terkendali.

Russia’s secretive Cosmos 2553 nuclear satellite malfunctions, risks military fallout

Cosmos 2553, yang dipercaya memiliki peran ganda dalam pengumpulan intelijen dan pengujian radiasi, telah menjadi sorotan utama kekhawatiran AS terhadap aktivitas militer Rusia di orbit. Meski Moskow bersikeras bahwa misi satelit ini murni ilmiah, pejabat AS menyatakan perangkat ini memainkan peran krusial dalam pengembangan teknologi yang bisa menargetkan konstelasi satelit seperti Starlink milik SpaceX – sistem yang sangat diandalkan pasukan Ukraina.

Mengapa Cosmos 2553 Begitu Strategis?

Satelit ini ditempatkan di orbit berradiasi tinggi sekitar 2.000 kilometer di atas Bumi – zona yang biasanya dihindari satelit komunikasi dan pengamat Bumi. Para ahli percaya Rusia sengaja memanfaatkan lingkungan ekstrem ini untuk menguji ketahanan teknologi antariksa mereka. Seperti dilaporkan dalam perkembangan senjata hipersonik Rusia sebelumnya, Moskow memang dikenal agresif dalam pengembangan teknologi militer mutakhir.

Pada November lalu, LeoLabs mendeteksi anomali dalam perilaku satelit menggunakan radar Doppler. Pada Desember, mereka meningkatkan tingkat keyakinannya menjadi “tinggi” bahwa Cosmos 2553 mengalami tumbling, berdasarkan data radar tambahan dan citra satelit. Darren McKnight, Senior Technical Fellow di LeoLabs, mengonfirmasi ketidakstabilan satelit tersebut.

Tanda-tanda Pemulihan yang Masih Misterius

Slingshot Aerospace, perusahaan pelacak satelit, melaporkan aktivitas tidak biasa dari Cosmos 2553 pada Mei 2024. “Kecerahan objek menjadi bervariasi, mengindikasikan kemungkinan tumbling,” kata juru bicara perusahaan. Namun, observasi terbaru dari Slingshot menunjukkan satelit mungkin telah stabil kembali, menurut Belinda Marchand, Chief Science Officer perusahaan.

Masih menjadi misteri apakah Cosmos 2553 masih berfungsi atau telah mengalami kerusakan kritis. Insiden ini menandai kemunduran potensial dalam upaya Rusia memperkuat kemampuan militer berbasis antariksa. Pejabat Komando Antariksa AS mencatat bahwa klaim Rusia tentang misi ilmiah satelit “tidak sesuai dengan karakteristiknya”.

1.2-mile-long world’s largest timber structure ‘Grand Ring’ unveiled at Osaka Expo

Eskalasi Ketegangan di Orbit Bumi

Malfungsi ini terjadi di tengah persaingan antariksa yang semakin panas antara AS, Rusia, dan China. Dengan jumlah satelit di orbit yang melonjak, badan-badan pertahanan meningkatkan upaya untuk membedakan aset sipil, komersial, dan militer dengan lebih baik.

Seperti perkembangan dalam konsep negara antariksa Asgardia, batas antara eksplorasi damai dan militerisasi ruang angkasa semakin kabur. Juru bicara Komando Antariksa AS memperingatkan bahwa inkonsistensi Cosmos 2553 dan “kesediaan Rusia yang telah terbukti untuk menargetkan objek-objek orbit AS dan Sekutu” meningkatkan risiko kesalahpahaman dan potensi eskalasi.

Cosmos 2553 adalah salah satu dari beberapa satelit yang dicurigai mendukung operasi militer dan intelijen Rusia. Statusnya yang bermasalah menyoroti tantangan yang semakin besar seputar keamanan antariksa dan keseimbangan rapuh antara pertahanan nasional dan stabilitas global.

Ingin Redupkan Matahari, Inggris Siapkan Eksperimen Kontroversial

0

Telset.id – Bayangkan jika kita bisa meredupkan matahari untuk mencegah pemanasan global. Gagasan yang terdengar seperti fiksi ilmiah ini sedang dipersiapkan secara serius oleh ilmuwan Inggris. Pemerintah Inggris dikabarkan akan menyetujui serangkaian eksperimen geoengineering surya dalam beberapa minggu mendatang, dengan anggaran mencapai US$66,5 juta.

Ilmuwan sedang mempersiapkan eksperimen geoengineering surya

Eksperimen ini akan mengeksplorasi berbagai teknik, mulai dari menyuntikkan aerosol ke atmosfer hingga mencerahkan awan untuk memantulkan lebih banyak sinar matahari. Menurut The Guardian, Inggris akan menjadi salah satu negara dengan pendanaan terbesar untuk penelitian geoengineering surya di dunia. Langkah ini kontras dengan AS, di mana beberapa eksperimen serupa justru dihentikan.

Mengapa Inggris Berani Ambil Risiko?

Mark Symes, direktur program untuk Advanced Research and Invention Agency (ARIA), menjelaskan bahwa pemanasan global telah mendorong kebutuhan akan solusi cepat. “Kita mungkin mencapai titik kritis perubahan iklim dalam abad ini. Itulah mengapa kami tertarik pada pendekatan yang bisa mendinginkan Bumi dalam waktu singkat,” ujarnya.

Teknik utama yang diuji adalah stratospheric aerosol injection, yaitu menyebarkan partikel seperti sulfur dioksida ke atmosfer untuk memantulkan sinar matahari. Ada juga marine cloud brightening, yang meningkatkan refleksi awan dengan menyemprotkan aerosol garam laut. Sementara itu, cirrus cloud thinning bertujuan menipiskan awan tinggi yang justru menjebak panas.

Bukti yang Mendukung dan Risikonya

Jim Haywood, profesor ilmu atmosfer di University of Exeter, mengungkapkan bahwa letusan gunung berapi sebelumnya telah membuktikan efek pendinginan aerosol. Namun, kritikus memperingatkan risiko “termination shock”, di mana Bumi bisa memanas secara drastis jika penyuntikan aerosol dihentikan.

Eksperimen ini juga menuai kontroversi karena dikhawatirkan mengalihkan perhatian dari upaya mengurangi emisi gas rumah kaca. Namun, dengan suhu global yang terus memecahkan rekor, beberapa ilmuwan berpendapat bahwa semua opsi harus dipertimbangkan.

Bagaimana menurut Anda? Apakah geoengineering surya solusi darurat yang diperlukan, atau justru eksperimen berbahaya? Sementara kita menunggu hasil penelitian Inggris, upaya mengurangi emisi tetap menjadi kunci utama.

Intel Tinggalkan Akuisisi, Fokus pada Chip AI Buatan Sendiri untuk Hadapi NVIDIA

0

Telset.id – Intel Corporation, raksasa chip yang sempat menjadi penguasa pasar prosesor, kini memutar haluan strategis dengan meninggalkan strategi akuisisi dan memilih mengembangkan chip AI secara mandiri. Langkah ini diambil untuk menghadapi dominasi NVIDIA di pasar AI yang terus menguat.

Dalam konferensi pers kuartal pertamanya sebagai CEO, Lip-Bu Tan mengungkapkan bahwa Intel tidak akan mencari solusi instan melalui akuisisi besar-besaran seperti sebelumnya. “Ini bukan perbaikan cepat,” tegas Tan, menegaskan komitmen Intel untuk membangun teknologi AI dari dalam melalui penguatan tim riset dan pengembangan internal.

Intel scraps buyouts, bets on in-house AI chips to take on NVIDIA’s empire

Mengapa Intel Berubah Haluan?

Selama beberapa tahun terakhir, Intel dikenal sebagai perusahaan yang gemar mengakuisisi startup chip AI. Mulai dari Movidius, Mobileye, hingga Habana Labs, semua dibeli dengan harapan bisa mengejar ketertinggalan dari NVIDIA. Namun, hasilnya tidak sesuai harapan. Kecuali Mobileye yang sukses di pasar mobil otonom, akuisisi lainnya gagal memberikan keunggulan kompetitif.

David Zinsner, CFO Intel, mengonfirmasi bahwa perusahaan kini lebih memprioritaskan penguatan neraca keuangan. “Kami perlu memperbaiki struktur keuangan terlebih dahulu,” ujarnya dalam wawancara dengan Reuters. Ini menandakan bahwa era akuisisi besar-besaran telah berakhir, setidaknya untuk sementara waktu.

Tantangan Besar Melawan NVIDIA

NVIDIA bukan sekadar pemasok chip AI. Mereka telah membangun ekosistem lengkap, mulai dari perangkat keras, jaringan, hingga perangkat lunak seperti CUDA dan Omniverse. Bahkan, NVIDIA menggunakan teknologi AI dan robotiknya sendiri untuk merancang pabrik baru di AS.

Prosesor Blackwell generasi terbaru NVIDIA sudah diproduksi di fasilitas TSMC di Arizona. Mereka juga membangun “pabrik superkomputer” di Texas melalui kemitraan dengan Foxconn dan Wistron. Dengan dominasi ini, apakah Intel masih punya peluang?

Tan meyakini bahwa Intel bisa bersaing dengan pendekatan holistik. “Kami akan mengoptimalkan produk untuk beban kerja AI yang baru,” katanya. Salah satu strateginya adalah kerja sama dengan TSMC untuk memperkuat lini produksi chip Intel. Kabarnya, TSMC akan mengambil 20% saham di bisnis foundry Intel—bukan dengan modal, melainkan melalui transfer pengetahuan manufaktur.

1.2-mile-long world’s largest timber structure ‘Grand Ring’ unveiled at Osaka Expo

Masa Depan Intel di Pasar AI

Intel mungkin terlambat, tetapi bukan tidak mungkin mereka bisa bangkit. Dengan fokus pada pengembangan internal dan kolaborasi strategis seperti dengan TSMC, mereka berharap bisa mengejar ketertinggalan. Namun, jalan menuju kesuksesan masih panjang dan penuh tantangan.

Apakah strategi baru Intel ini akan berhasil? Hanya waktu yang bisa menjawab. Namun, satu hal yang pasti: persaingan antara Intel dan NVIDIA akan semakin panas, dan konsumenlah yang akan menuai manfaatnya.

Perang Drone Militer: Bagaimana AI dan Otonomi Mengubah Segalanya

0

Telset.id – Jika Anda mengira drone hanya untuk pengiriman paket atau fotografi udara, bersiaplah terkejut. Dunia militer sedang mengalami revolusi besar-besaran berkat kecerdasan buatan (AI) dan teknologi otonomi. Bill Irby, CEO AgEagle Aerial Systems, dalam wawancara eksklusif mengungkap bagaimana lanskap peperangan modern akan berubah drastis dalam dekade mendatang.

Drone wars: how AI and autonomy are changing the game

“Autonomy dulu hanya jadi buzzword, sekarang semua tentang AI dalam drone,” tegas Irby. Pernyataan ini bukan tanpa alasan. Sistem drone modern seperti yang dikembangkan AgEagle telah berevolusi dari sekadar alat pengintai menjadi sistem tempur cerdas yang bisa mengambil keputusan mandiri di medan perang.

Dari Militer ke Sipil: Revolusi Drone yang Tak Terbendung

Meski awalnya dikembangkan untuk keperluan militer, teknologi drone kini merambah sektor sipil dengan kecepatan luar biasa. “Industri komersial sekarang justru memimpin inovasi,” ungkap Irby. Fakta ini terlihat dari maraknya penggunaan drone untuk survei lahan, pemantauan infrastruktur, hingga respons bencana.

Namun, perkembangan pesat ini tidak lepas dari tantangan. Isu privasi menjadi ganjalan serius, terutama ketika drone mulai terbang di atas pemukiman warga. “Ya, banyak yang merasa terganggu. Ini memang menjadi masalah,” akui Irby.

EB Vision: Drone Militer Generasi Baru

AgEagle tak main-main dalam pengembangan drone militer. EB Vision, drone terbaru mereka, dirancang khusus untuk operasi siluman dengan kemampuan visi rendah, suara minimal, dan komunikasi terenkripsi. “Ini bukan drone biasa. Sensor yang bisa ditarik dan dilindungi membuatnya ideal untuk misi intelijen,” jelas Irby.

US unveils world's most advanced warship with 1,150-mile range, 44-ton payload

Teknologi ini semakin relevan melihat perkembangan geopolitik global, termasuk persaingan teknologi antara AS dan China. Seperti dilaporkan sebelumnya, China menggunakan tanah jarang sebagai senjata perang dagang, yang berdampak pada industri pertahanan.

Masa Depan: Drone Swarm dan Kota Cerdas

Salah satu perkembangan paling menarik adalah teknologi drone swarm (kawanan drone). “Sekarang drone kami bisa melacak target secara otonom. Langkah berikutnya? Kecerdasan swarm,” ujar Irby penuh antusias.

Di sisi sipil, integrasi drone dengan smart city mulai terlihat. “Anda akan melihat drone yang bisa lepas landas otomatis dari atap gedung, mendarat sendiri, dan terintegrasi penuh dengan kota cerdas,” prediksi Irby. Namun, tantangan besar muncul dalam pengaturan lalu lintas udara yang semakin padat.

Perkembangan ini sejalan dengan tren global, termasuk inisiatif pengembangan drone bertenaga AI untuk keperluan militer yang dilakukan berbagai negara.

US scientists boost EV battery efficiency with 'cold' manufacturing method

Meski AI semakin canggih, Irby meyakini manusia tetap memegang peran penting. “Saya tidak melihat otonomi penuh terjadi dalam 10 tahun ke depan. Penerbangan tetap berisiko dan manusia akan tetap ingin memiliki kendali,” tegasnya.

Dunia drone sedang berada di persimpangan jalan yang menarik. Dengan perkembangan AI dan otonomi, batas antara fiksi ilmiah dan kenyataan semakin kabur. Seperti yang diperlihatkan oleh konsep pasukan tentara AI, masa depan peperangan dan kehidupan sipil akan sangat berbeda dari yang kita kenal sekarang.

Lenovo Luncurkan Robot Anjing Berkaki Enam untuk Lestarikan Pagoda Kuno China

0

Telset.id – Bayangkan sebuah robot anjing berkaki enam yang mampu memanjat tangga kuno berusia ribuan tahun dengan presisi milimeter. Inilah terobosan terbaru dari Lenovo yang menggabungkan kecerdasan buatan (AI) dengan pelestarian warisan budaya.

Perusahaan teknologi multinasional tersebut baru saja mengerahkan Daystar Bot GS, robot berkaki enam canggihnya, untuk memantau dan melestarikan Pagoda Kayu Yingxian di Provinsi Shanxi, China Utara. Struktur kayu tertinggi yang masih berdiri ini dibangun pada tahun 1056 di masa Dinasti Liao.


Lenovo's six-legged robot dog uses AI to preserve ancient Chinese pagoda

Mengapa Enam Kaki?

Desain unik enam kaki memberikan stabilitas luar biasa di medan tidak rata. “Dibanding platform robot konvensional, Daystar Bot GS menawarkan manuverabilitas superior,” jelas Mao Shijie, Wakil Presiden Lenovo yang memimpin proyek ini. Robot ini mampu melakukan pemindaian 3D cerdas tanpa menyentuh struktur kuno yang rapuh.

Pagoda setinggi 220,9 kaki ini telah bertahan selama hampir seribu tahun. Sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, pemeliharaannya membutuhkan pendekatan revolusioner. “Relik budaya membawa kecemerlangan peradaban,” tegas Wang Xiaolong dari Institut Konservasi Arsitektur Kuno Shanxi.

Teknologi di Balik Konservasi

Dilengkapi sistem visi 3D canggih, robot ini mampu merekonstruksi detail warisan budaya hingga level milimeter. Kecerdasan buatan yang tertanam memungkinkannya membuat keputusan real-time saat menjelajahi medan kompleks.

Proyek AI Smart Pagoda 2.0 ini merupakan kolaborasi antara Lenovo dan Pusat Penelitian Bersama Warisan Budaya Universitas Tsinghua-Museum Istana. Teknologi ini tidak hanya memindai struktur, tetapi juga membandingkan data historis dengan pemindaian real-time untuk mendeteksi perubahan terkecil pada kayu dan cat.

Lenovo's robot dog inspecting ancient pagoda details

Seperti yang pernah kami liput dalam upaya pelestarian budaya digital lainnya, pendekatan ini membuka babak baru dalam konservasi warisan dunia.

Masa Depan Pelestarian Budaya

Proyek ini merupakan bagian dari “Rencana Inovasi Interpretasi Nilai Warisan Arsitektur” yang dipimpin penelitian Tsinghua-Museum Istana. Lenovo menyatakan kolaborasi ini akan terus mengeksplorasi bagaimana AI dapat mendukung konservasi warisan arsitektur yang beragam.

Dengan menggabungkan pengetahuan tradisional dan sistem cerdas, kita mungkin sedang menyaksikan awal dari era baru dalam pelestarian sejarah – di mana teknologi tidak hanya mendokumentasikan, tetapi secara aktif melindungi warisan budaya untuk generasi mendatang.

Jailbreak AI Terbaru Bisa Bobol ChatGPT hingga Gemini, Bahaya!

0

Telset.id – Bayangkan jika seseorang bisa dengan mudah memanipulasi ChatGPT atau Gemini untuk memberikan panduan membuat senjata nuklir atau bahkan mendorong tindakan berbahaya. Itulah yang baru saja ditemukan oleh para peneliti keamanan AI—sebuah jailbreak canggih yang mampu menembus hampir semua model bahasa besar (LLM) utama di dunia.

Getty / Futurism

Tim dari firma keamanan AI HiddenLayer mengungkapkan teknik eksploitasi bernama “Policy Puppetry Attack”. Metode ini menggabungkan injeksi prompt, leetspeak (penggantian huruf dengan angka/simbol), dan roleplaying untuk menipu AI agar melanggar aturan keamanannya. Hasilnya? Model seperti OpenAI GPT-4o, Google Gemini 2.5, dan Anthropic Claude 3.7 bisa dipaksa menghasilkan konten berbahaya—mulai dari panduan CBRN (kimia, biologi, radiologi, nuklir), kekerasan, hingga instruksi menyakiti diri sendiri.

Bagaimana Jailbreak Ini Bekerja?

Serangan ini memanipulasi AI dengan menyamarkan prompt berbahaya sebagai “kebijakan resmi” yang seolah-legal. Misalnya, alih-alih langsung meminta cara memperkaya uranium, peretas menggunakan kode leetspeak seperti “hOw +0 3n+r1ch u+r4n+1um”. AI yang terkelabui menganggap ini sebagai perintah sah dan merespons dengan detail teknis.

Lebih mengkhawatirkan lagi, teknik ini bersifat universal. Satu prompt yang sama bisa digunakan untuk berbagai model AI tanpa modifikasi—artinya, risiko penyalahgunaannya sangat tinggi. Dalam demo, peneliti bahkan berhasil membuat ChatGPT menulis naskah drama medis House yang berisi panduan membuat neurotoksin!

Kerentanan Sistemik atau Kelalaian Perusahaan AI?

HiddenLayer menyebut temuan ini sebagai “cacat besar” dalam pelatihan dan penyelarasan LLM. Meski perusahaan seperti OpenAI dan Google terus memperbarui guardrails, jailbreak ini membuktikan bahwa upaya mereka belum cukup. Ancaman nyatanya? Siapa pun dengan keyboard kini bisa memaksa AI untuk membocorkan data sensitif atau menyebarkan konten berbahaya.

Lalu, bagaimana solusinya? Para ahli menyarankan perlunya alat deteksi tambahan dan pendekatan keamanan berlapis. Namun, selama model AI mengandalkan pembelajaran dari data masif tanpa filter sempurna, celah seperti ini akan terus ada. Seperti kasus komunitas jailbreak iPhone yang mulai sepi, perang antara peretas dan pengembang adalah siklus tanpa akhir.

Getty / Futurism

Jailbreak AI bukan lagi sekadar eksperimen lucu. Dengan kemampuan generatif yang kian canggih, dampaknya bisa sangat nyata—mulai dari disinformasi masal hingga ancaman keamanan global. Mungkin sudah waktunya untuk mempertanyakan: seberapa siapkah kita menghadapi era di mana teknologi terkuat kita juga bisa menjadi senjata paling berbahaya?

Untuk pengguna biasa, selalu ingat bahwa AI bukanlah sumber absolut. Sebelum mengikuti saran ChatGPT tentang modifikasi perangkat atau topik sensitif, verifikasi dengan ahli manusia. Lagi pula, seperti kata pepatah: “trust, but verify.”