Beranda blog Halaman 136

Tennix: Robot Pelatih Tenis Pertama di Dunia dengan Kecepatan 120 km/jam

0

Telset.id – Bayangkan memiliki pelatih tenis profesional yang tak pernah lelah, selalu siap melatih kapan saja, dan mampu menembakkan bola dengan kecepatan 120 km/jam. Itulah yang ditawarkan oleh Tenniix, robot pelatih tenis pertama di dunia yang menggabungkan kecerdasan buatan (AI) dengan teknologi pelacakan canggih.

Dikembangkan oleh T-Apex, Tenniix bukan sekadar mesin penembak bola biasa. Robot ini dilengkapi dengan basis bergerak 360°, gimbal horizontal 46°, dan peluncur vertikal 50° yang memungkinkannya menembakkan berbagai jenis pukulan—dari groundstroke yang mematikan hingga lob yang tinggi. Dengan berat hanya 7 kg, Tenniix jauh lebih ringan dibandingkan mesin tenis konvensional, namun tidak mengorbankan performa.

Robot Tenniix menembakkan bola tenis dengan kecepatan tinggi

Lebih dari Sekadar Mesin Bola

Tenniix didesain untuk meniru gerakan lawan sungguhan. Dengan sistem pelacakan hybrid yang menggabungkan teknologi visi dan sensor UWB (Ultra-Wideband), robot ini mampu membaca pergerakan pemain secara real-time dan menyesuaikan responsnya. Chip AI RK3588S memberikan daya pemrosesan hingga 6 TOPS (Tera Operations Per Second), memungkinkan Tenniix membuat keputusan secepat kilat.

“Ini bukan sekadar mesin penembak bola, melainkan pelatih yang bisa berstrategi,” jelas pernyataan resmi T-Apex. Tenniix menawarkan lebih dari 1.000 latihan yang disesuaikan dengan tingkat keterampilan pemain, mulai dari pemula hingga profesional. Fitur Smart Match Mode-nya bahkan bisa menganalisis kekuatan dan kelemahan pemain, lalu menyesuaikan latihan secara dinamis.

Modular dan Dikendalikan Suara

Salah satu keunggulan Tenniix adalah desain modularnya, yang memungkinkan pengguna menambah atau meningkatkan modul latihan seiring perkembangan skill mereka. Robot ini mendukung tujuh jenis pukulan, termasuk Baseline Ball, Moonball, dan Kill Shot, dengan kecepatan hingga 120 km/jam dan spin ±5000 RPM.

Anda bahkan tidak perlu mengoperasikannya melalui aplikasi. Tenniix bisa dikendalikan via suara atau gestur tangan menggunakan armband khusus. LED display onboard memberikan umpan balik real-time, sementara aplikasi pendamping menyediakan analisis mendalam tentang performa latihan.

Dengan baterai yang tahan hingga 4.000 tembakan dalam 4 jam dan desain yang tahan lama, Tenniix siap menemani sesi latihan intensif tanpa jeda. T-Apex menawarkan tiga varian: Basic ($699), Pro ($999), dan Ultra ($1.499). Varian Ultra sudah termasuk basis bergerak, sementara untuk Pro, basis tersebut merupakan add-on opsional.

Jika Anda tertarik dengan inovasi robotik di dunia olahraga, jangan lewatkan perkembangan teknologi wearable yang juga semakin canggih dalam melacak performa atlet.

Robot Buatan Mahasiswa Pecahkan Rekor Dunia, Selesaikan Rubik’s Cube 4×4 dalam 45 Detik

0

Telset.id – Jika Anda mengira kecepatan manusia tak tertandingi dalam menyelesaikan Rubik’s Cube, pikirkan lagi. Sebuah robot buatan mahasiswa Universitas Bristol baru saja mencatatkan rekor dunia dengan menyelesaikan Rubik’s Cube 4×4 hanya dalam 45,305 detik—33 detik lebih cepat dari rekor sebelumnya!

Matt Pidden, mahasiswa Ilmu Komputer berusia 22 tahun, merancang dan membangun robot bernama The Revenger hanya dalam 15 minggu. Tidak menggunakan komponen jadi, robot ini sepenuhnya dikembangkan dari nol. “Saya menemukan rekor robot sebelumnya (1 menit 18 detik) dan merasa masih ada ruang untuk perbaikan besar,” ungkap Matt dalam rilis pers.

Robot The Revenger sedang memecahkan Rubik's Cube 4x4

Teknologi di Balik Kecepatan Luar Biasa

The Revenger menggunakan dua kamera web untuk memindai warna kubus, mekanisme khusus untuk memutar setiap sisi, dan algoritma buatan sendiri yang menemukan solusi tercepat. “Tantangan terbesar adalah menyinkronkan sistem pemindaian, solver, dan perangkat keras agar bekerja sempurna dalam waktu singkat,” jelas Matt.

Pada awal April, robot ini masih membutuhkan 2,5 menit. Namun, penyempurnaan analisis warna oleh kamera berhasil memangkas waktu secara dramatis. “Saya yakin rekor ini bisa dipecahkan lagi. Saya harap ini memotivasi mahasiswa lain,” tambahnya.

Manusia vs. Robot: Siapa yang Lebih Unggul?

Meski robot kini unggul di kategori 4×4, rekor manusia untuk kubus ini masih lebih cepat (15,71 detik). Namun, untuk kubus standar 3×3, robot seperti Sub1 Reloaded sudah mengalahkan manusia dengan waktu 0,38 detik.

Hasil ini sedang diajukan ke Guinness World Records. Diciptakan tahun 1974 oleh Ernő Rubik, kubus 4×4—dijuluki “Rubik’s Revenge”—ditemukan Péter Sebestény pada 1981 dan dikenal lebih kompleks karena tidak memiliki pusat tetap.

Pencapaian Matt membuktikan bahwa inovasi tak selalu membutuhkan dana besar atau waktu lama. Dengan semangat dan sumber daya kampus yang memadai, batas-batas teknologi terus terdorong. Siapa berikutnya yang akan mencatat sejarah?

Superwood: Kayu Super Kuat 10x Lebih Tangguh dari Baja Buatan AS

Telset.id – Bayangkan material yang memiliki kehangatan dan keindahan kayu alami, namun dengan kekuatan melebihi baja. Inilah yang berhasil diciptakan oleh perusahaan bioteknologi asal Amerika Serikat, InventWood, melalui inovasi terbaru mereka bernama Superwood.

Material revolusioner ini diklaim memiliki kekuatan 10 kali lebih tangguh dari baja, sekaligus tahan air, api, rayap, dan cuaca ekstrem. Tak hanya itu, Superwood tetap mempertahankan karakteristik alami kayu seperti tekstur, kemudahan pengerjaan, dan estetika yang hangat.

Papan Superwood hasil inovasi InventWood

Dari Laboratorium ke Industri Konstruksi

Dikembangkan oleh tim peneliti Universitas Maryland yang dipimpin oleh Profesor Liangbing Hu, Superwood merupakan hasil transformasi molekuler pada tingkat seluler kayu alami. Proses ini melibatkan penghilangan selektif komponen tertentu dari struktur sel kayu, kemudian dikompresi dalam kondisi terkendali.

“Superwood menunjukkan apa yang mungkin terjadi ketika kita menggabungkan struktur alam yang paling berkembang dengan sains revolusioner,” ungkap Alex Lau, CEO InventWood, dalam pernyataan resminya.

Perusahaan yang berbasis di Maryland ini baru saja menyelesaikan pendanaan Seri A senilai $15 juta untuk memulai produksi komersial pada kuartal ketiga 2025. Total pendanaan yang telah dikumpulkan mencapai lebih dari $50 juta, dengan kontribusi dari berbagai lembaga terkemuka termasuk Departemen Energi dan Pertahanan AS.

Solusi Berkelanjutan untuk Masa Depan

Dalam industri konstruksi yang sedang mencari alternatif berkelanjutan untuk material impor seperti baja dan aluminium, kehadiran Superwood dinilai sebagai terobosan penting. Material ini tidak hanya menawarkan performa tinggi, tetapi juga ramah lingkungan dengan jejak karbon yang lebih rendah.

Paul Hawken, environmentalis ternama AS, menyebut Superwood sebagai “terobosan luar biasa yang memuliakan kejeniusan alam”. Ia meyakini material ini akan membentuk masa depan industri konstruksi global.

InventWood menekankan komitmen mereka untuk memprioritaskan sumber daya dan produksi domestik guna menjaga standar kualitas tinggi. Langkah ini juga diharapkan dapat mendukung ekonomi lokal sekaligus mengurangi risiko logistik dan emisi dari manufaktur luar negeri.

Untuk memperluas distribusi di Amerika Utara, perusahaan telah menjalin kemitraan strategis dengan Intectural, pemasok utama material arsitektur berkinerja tinggi. Dengan produksi komersial yang akan dimulai pertengahan 2025, Superwood siap menjadi game changer di industri konstruksi modern.

Robot Humanoid AS Dapatkan Mata LG untuk Keunggulan Visi Lebih Cerdas

0

Telset.id – Persaingan ketat di dunia robot humanoid semakin memanas. Kali ini, LG Innotek dan Boston Dynamics bergabung untuk menciptakan sistem visi terdepan yang akan memberikan keunggulan kompetitif melawan produk-produk China. Kolaborasi strategis ini akan membekali robot Atlas dengan kemampuan penglihatan canggih menggunakan teknologi terbaru LG.

Bayangkan robot yang bisa melihat dengan jelas dalam gelap atau kondisi cuaca buruk. Itulah yang akan dihadirkan oleh modul visi baru ini. Kombinasi kamera RGB dan sensor 3D mutakhir akan memungkinkan Atlas memiliki persepsi lingkungan yang lebih akurat dibanding sebelumnya.

Robot Humanoid Atlas dengan Sistem Visi LG

Revolusi Visi Robotik

Moon Hyuksoo, CEO LG Innotek, menjelaskan bahwa kerja sama ini merupakan langkah strategis perusahaan untuk memperluas pasar di luar komponen otomotif. “Dengan berkolaborasi dengan Boston Dynamics, pemimpin dunia di bidang robotika, LG Innotek mendapatkan keunggulan di pasar komponen robot,” ujarnya dalam pernyataan resmi.

Sistem baru ini tidak hanya sekadar kamera biasa. Modul ini akan mengintegrasikan berbagai teknologi sensor untuk menciptakan persepsi lingkungan yang komprehensif. Teknologi ini sebenarnya telah dikembangkan LG Innotek untuk kendaraan otonom, dan sekarang diadaptasi untuk kebutuhan robotika.

Masa Depan Pabrik Hyundai

Kolaborasi ini sejalan dengan rencana besar Hyundai Motor Group, perusahaan induk Boston Dynamics, untuk mengintegrasikan Atlas ke dalam operasi manufaktur mereka. Robot humanoid listrik ini akan mulai diuji di fasilitas Hyundai mulai tahun 2025, menjadikan Boston Dynamics salah satu pelopor dalam penggunaan robot humanoid untuk aplikasi industri nyata.

Robert Playter, CEO Boston Dynamics, menegaskan pentingnya penglihatan bagi robot: “Robot harus bisa melihat, memproses, dan memahami dunia sebaik manusia. Saya berharap kerja sama ini akan menghasilkan sistem visi terobosan yang setara dengan kamera di ponsel Anda.”

Pasar robot humanoid diproyeksikan akan melampaui $38 miliar pada tahun 2035. Dengan kemampuan visi yang ditingkatkan ini, Atlas diposisikan sebagai pemain utama dalam lanskap yang semakin kompetitif ini, terutama dalam menghadapi pesaing dari China yang juga terus berinovasi.

Ilmuwan Buktikan Manusia Memancarkan Cahaya yang Memudar Saat Meninggal

Telset.id – Jika Anda pernah mendengar konsep “aura manusia” yang sering dikaitkan dengan dunia spiritual, sains kini membuktikan bahwa tubuh kita memang memancarkan cahaya. Sebuah penelitian terbaru dari University of Calgary mengungkap bahwa semua makhluk hidup, termasuk manusia, memancarkan biophoton yang memudar saat kematian tiba.

Fenomena yang disebut “ultraweak photon emission” (UPE) ini bukanlah mitos New Age belaka. Menggunakan teknologi pencitraan mutakhir, para peneliti berhasil menangkap pancaran foton ultra lemah dari jaringan hidup yang sebelumnya terlalu redup untuk dideteksi. Temuan ini membuka pintu bagi metode diagnostik non-invasif yang revolusioner.

Cahaya Kehidupan yang Terukur

Tim peneliti memulai eksperimen dengan mengamati empat tikus yang ditempatkan dalam kotak gelap. Setelah tikus-tikus tersebut dieutanasia, para ilmuwan mempertahankan suhu tubuh mereka untuk menghilangkan faktor panas sebagai penyebab pancaran cahaya. Hasilnya mengejutkan: pancaran biophoton terdeteksi jelas saat tikus masih hidup, kemudian memudar secara bertahap dalam satu jam pertama setelah kematian.

Perbandingan pancaran UPE pada tikus hidup dan mati

Yang lebih menarik, cahaya ini tidak merata di seluruh tubuh. Menurut laporan Daily Mail, pancaran foton terkonsentrasi di area organ vital, kepala, dan kaki. “Ini menunjukkan dengan sangat jelas bahwa UPE terkait dengan kehidupan,” tegas Dr. Oblak, kepala penelitian, kepada Daily Mail.

Dari Tanaman ke Manusia: Pola yang Sama

Eksperimen dilanjutkan dengan mengamati tanaman thale cress dan pohon payung kerdil. Para peneliti sengaja memberikan stres pada tanaman dengan melukai mereka dan memberikan zat kimia seperti benzocaine. Hasilnya konsisten: area yang terluka memancarkan cahaya lebih terang dibanding bagian yang sehat.

Penemuan ini mengarah pada hipotesis bahwa pancaran cahaya mungkin berasal dari reactive oxygen species (ROS) – molekul yang terlibat dalam berbagai proses biologis, termasuk respons terhadap stres dan peradangan. “Ini bisa menjadi alat berharga untuk mengidentifikasi jaringan yang rusak,” jelas tim peneliti dalam publikasinya di The Journal of Physical Chemistry Letters.

Masa Depan Diagnostik Medis

Seorang ahli biologi yang tidak terlibat dalam penelitian ini menjelaskan kepada Daily Mail bahwa memudarnya cahaya terkait dengan berhentinya pasokan oksigen ke jaringan. Namun, jika sirkulasi darah tetap terjaga setelah kematian, efek ini mungkin akan bertahan lebih lama.

Temuan ini membuka kemungkinan baru dalam dunia medis. Dengan memantau tingkat pancaran cahaya tubuh, dokter di masa depan mungkin dapat mendeteksi masalah kesehatan seperti Alzheimer atau kerusakan jaringan tertentu secara non-invasif. Teknologi ini juga berpotensi digunakan untuk memantau efektivitas pengobatan dan proses penyembuhan.

Seperti yang diungkapkan dalam penelitian tentang ledakan bintang yang mempengaruhi evolusi kehidupan, alam semesta penuh dengan fenomena cahaya yang misterius. Kini, ternyata tubuh kita sendiri menyimpan rahasia cahaya yang selama ini tersembunyi.

Penemuan ini sekaligus mengingatkan kita pada konsep kuno tentang “cahaya kehidupan” yang ditemukan dalam berbagai budaya. Dari konsep “qi” dalam pengobatan Tiongkok kuno hingga deskripsi aura dalam tradisi spiritual, manusia sepertinya telah lama merasakan adanya energi cahaya dalam tubuh hidup, meski tanpa bukti ilmiah. Kini, sains modern akhirnya mengejar intuisi kuno tersebut.

Dengan perkembangan teknologi pencitraan seperti yang digunakan dalam penemuan lubang hitam baru, mungkin kita akan menemukan lebih banyak lagi fenomena cahaya misterius di dalam tubuh manusia yang selama ini tak terlihat oleh mata telanjang.

Apple Bakal Hadirkan Fitur Hemat Baterai Berbasis AI di iOS 19, Benarkah?

0

Telset.id – Jika Anda pengguna iPhone yang sering khawatir dengan daya baterai yang cepat habis, kabar terbaru ini mungkin bisa menjadi angin segar. Bocoran terbaru mengindikasikan bahwa Apple sedang mengembangkan fitur hemat baterai berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk iOS 19. Fitur ini diklaim akan menganalisis kebiasaan pengguna dan mengoptimalkan penggunaan daya secara otomatis. Benarkah ini akhir dari “battery anxiety”?

Menurut laporan dari beberapa media terkemuka, fitur baru ini akan menjadi bagian dari platform “Apple Intelligence” yang lebih luas. Sistem ini akan mempelajari cara Anda menggunakan iPhone—aplikasi apa yang sering dipakai, kapan digunakan, dan seberapa besar daya yang dikonsumsi. Berdasarkan data ini, AI akan membuat prediksi dan menyesuaikan konsumsi daya aplikasi serta fitur tertentu untuk memperpanjang masa pakai baterai.

Apple to unleash AI-powered battery saving update for iPhones in iOS 19: Report

Bloomberg menyebutkan bahwa fitur ini akan menggunakan “data baterai yang dikumpulkan dari perangkat pengguna untuk memahami tren dan membuat prediksi kapan harus mengurangi daya yang digunakan oleh aplikasi atau fitur tertentu.” Dengan kata lain, iOS 19 akan bertindak seperti asisten pribadi yang belajar dari kebiasaan Anda seiring waktu.

Alih-alih harus mengatur penghematan daya secara manual, iOS 19 akan membatasi aktivitas latar belakang untuk aplikasi yang jarang digunakan atau mengoptimalkan seberapa sering fitur tertentu memperbarui data di latar belakang. Ini tentu menjadi solusi cerdas bagi mereka yang sering lupa mengaktifkan mode hemat daya.

Kaitan dengan iPhone 17 yang Lebih Tipis

Lalu, mengapa Apple begitu fokus pada pengoptimalan baterai? Ternyata, ini berkaitan dengan rencana peluncuran iPhone 17 yang dikabarkan akan menjadi iPhone paling tipis sejauh ini, mungkin dengan nama “iPhone 17 Air.” Perangkat yang lebih tipis biasanya memiliki baterai yang lebih kecil, sehingga manajemen daya yang efisien menjadi krusial.

Meski fitur ini sepertinya dirancang untuk iPhone 17, kabar baiknya adalah fitur ini akan tersedia untuk semua iPhone yang mendukung pembaruan iOS 19. Jadi, meski Anda tidak berencana mengganti perangkat, Anda tetap bisa menikmati manfaat dari manajemen baterai yang lebih cerdas.

Bukan yang Pertama, Tapi Mungkin yang Terbaik

Perlu dicatat bahwa manajemen baterai berbasis AI bukanlah hal baru di dunia smartphone. Pada 2018, Google memperkenalkan fitur serupa untuk perangkat Android. The Verge melaporkan bahwa fitur Adaptive Battery pada Android memanfaatkan pembelajaran mesin untuk mengoptimalkan masa pakai baterai dengan menganalisis pola penggunaan ponsel pengguna.

Namun, Apple dikenal dengan pendekatannya yang terintegrasi dan fokus pada privasi. Jika fitur ini benar-benar diluncurkan, besar kemungkinan akan menawarkan pengalaman yang lebih halus dan aman dibandingkan solusi yang sudah ada.

Selain fitur hemat baterai, iOS 19 juga dikabarkan akan membawa pembaruan besar pada antarmuka iPhone, termasuk perubahan pada ikon, menu, aplikasi, dan elemen sistem lainnya. Apple diperkirakan akan memberikan gambaran pertama tentang iOS 19 pada Worldwide Developers Conference (WWDC) yang dijadwalkan dimulai sekitar 9 Juni mendatang.

Seperti biasa, rilis publik iOS 19 kemungkinan akan bertepatan dengan peluncuran iPhone baru pada September. Sementara itu, dengan pembaruan iOS 18.5 terbaru, Apple telah membawa fitur satelit darurat ke pengguna iPhone 13. Fitur yang sebelumnya terbatas pada model iPhone 14 dan yang lebih baru ini memungkinkan pengguna menghubungi layanan darurat di area tanpa sinyal seluler atau Wi-Fi, berbagi lokasi, dan meminta bantuan darurat jalan.

Teknologi penyelamatan ini telah membantu dalam berbagai situasi darurat, termasuk menyelamatkan pendaki yang tersesat dan membantu korban kebakaran hutan. Dengan tambahan fitur hemat baterai berbasis AI di iOS 19, Apple semakin memperkuat posisinya dalam menyediakan solusi cerdas untuk masalah sehari-hari pengguna smartphone.

Cara Aman Pakai VPN di iPhone untuk Lindungi Privasi Anda

Telset.id – Tahukah Anda bahwa setiap kali membuka email, streaming film, atau belanja online lewat iPhone, aktivitas Anda bisa dilacak oleh ISP dan operator seluler? Ya, tanpa perlindungan ekstra, jejak digital Anda terbuka lebar untuk dimata-matai. Solusinya? VPN—tapi bukan sembarang VPN.

Banyak pengguna iPhone mengira fitur seperti iCloud Private Relay atau mode penyamaran di browser sudah cukup. Faktanya, keduanya tidak sepenuhnya mengamankan data Anda. Bahkan, kebocoran informasi bisa terjadi tanpa Anda sadari. Lalu, bagaimana memilih dan menggunakan VPN yang benar di iPhone?

Mitos VPN di iPhone yang Perlu Diluruskan

Pertama, iPhone tidak menyediakan VPN bawaan. iCloud Private Relay hanya menyembunyikan alamat IP di Safari, bukan di seluruh perangkat. Kedua, VPN gratis sering kali jadi bumerang—data Anda justru dijual ke pihak ketiga. Seperti kasus aplikasi yang disalahgunakan, keamanan harus jadi prioritas.

Perbandingan keamanan dengan dan tanpa VPN di iPhone

Langkah Praktis Pasang VPN di iPhone

1. Pilih penyedia tepercaya: Proton VPN (unlimited data gratis) atau layanan berbayar dengan uji coba.
2. Unduh dari App Store—hindari instalasi manual agar terhindar dari sideloading berisiko.
3. Aktifkan fitur kill switch untuk memutus koneksi jika VPN terputus.

Verifikasi VPN Sudah Berfungsi

Cek di whatismyipaddress.com—jika lokasi berubah, VPN aktif. Atau uji dengan Netflix: film yang biasanya tidak tersedia di Indonesia tiba-tiba muncul? Berarti Anda berhasil “teleport” digital.

VPN memungkinkan akses konten global di iPhone

Untuk pengguna korporat, VPN bisa diatur lewat Settings > General > VPN & Device Management. Namun, pastikan admin menyediakan detail server yang valid.

Dengan VPN, iPhone bukan sekadar gadget—tapi benteng privasi Anda. Sudah siap beralih ke browsing yang lebih aman?

Philips Luncurkan Program Fixables: Cetak 3D Suku Cadang Produk Perawatan Diri

Telset.id – Bayangkan jika Anda bisa mencetak suku cadang pengganti untuk alat cukur atau hair dryer kesayangan hanya dengan beberapa klik. Inilah yang ditawarkan Philips melalui program terbarunya bernama Fixables – sebuah terobosan yang bisa mengubah cara kita mempertahankan produk elektronik sehari-hari.

Revolusi Perawatan Produk dengan Teknologi 3D Printing

Philips, raksasa elektronik asal Belanda, baru saja meluncurkan inisiatif berkelanjutan yang cukup menarik. Program Fixables memungkinkan pelanggan mengunduh desain 3D untuk mencetak suku cadang pengganti produk perawatan pribadi mereka sendiri. Konsep ini hadir sebagai solusi cerdas mengurangi limbah elektronik dengan memperpanjang usia pakai produk.

Dalam video perkenalannya, Philips menggambarkan Fixables sebagai cara yang lebih sederhana dan efisien dibandingkan harus membuang seluruh perangkat hanya karena satu komponen kecil rusak. Bayangkan berapa banyak alat cukur atau hair dryer yang terbuang percuma hanya karena gagangnya patah atau sikatnya hilang.

Kolaborasi Strategis dengan Komunitas Maker

Untuk mewujudkan program ini, Philips tidak bekerja sendirian. Mereka menggandeng Prusa Research (perusahaan printer 3D ternama) dan LePub (agen kreatif) dalam proyek ambisius ini. Desain suku cadang akan dihosting di platform Printables, marketplace desain 3D printing terkemuka.

Namun seperti kebanyakan inovasi baru, Fixables masih memiliki beberapa keterbatasan. Kualitas suku cadang hasil cetak sangat bergantung pada material yang digunakan. Selain itu, tidak semua konsumen memiliki printer 3D di rumah – meskipun beberapa perpustakaan umum, universitas, atau komunitas maker lokal mungkin menyediakan akses ke peralatan tersebut.

Menariknya, Philips memilih Republik Ceko sebagai lokasi peluncuran pertama program ini. Alasannya cukup strategis – negara ini merupakan basis operasi Prusa Research. Dengan memanfaatkan komunitas maker yang sudah mapan di sana, Philips bisa menguji konsep ini dalam skala terbatas sebelum mungkin memperluasnya ke pasar global.

Masa Depan Berkelanjutan untuk Produk Elektronik

Saat ini, baru ada satu desain yang tersedia di situs Fixables (yang seluruhnya dalam bahasa Ceko) – yaitu attachment comb untuk alat cukur OneBlade. Namun menurut terjemahan Google, dua desain lainnya sedang dalam pengerjaan, dengan tiga ikon misterius yang mengindikasikan rencana ekspansi lebih lanjut.

Yang lebih menarik, situs tersebut juga menyediakan opsi bagi konsumen untuk mengajukan permintaan suku cadang tertentu yang ingin mereka bisa cetak sendiri. Fitur partisipatif ini menunjukkan komitmen Philips untuk benar-benar mendengarkan kebutuhan pengguna.

Meski masih dalam tahap awal, inisiatif Fixables ini patut diapresiasi sebagai langkah nyata perusahaan besar menuju ekonomi sirkular. Seperti yang pernah kita lihat pada inovasi produsen mobil yang membuat ventilator dari komponen kendaraan, teknologi seringkali memberikan solusi tak terduga untuk masalah keberlanjutan.

Lantas, apakah program semacam ini akan menjadi standar baru di industri elektronik konsumen? Waktu yang akan menjawab. Tapi satu hal pasti – dengan semakin terjangkaunya teknologi printer 3D, masa depan di mana kita bisa “mencetak” suku cadang pengganti sendiri mungkin tidak terlalu jauh lagi.

Logo Baru Google: Perubahan Diam-Diam yang Bikin Penasaran

Telset.id – Tanpa pengumuman resmi atau kampanye besar-besaran, Google diam-diam memperkenalkan perubahan kecil namun signifikan pada logonya. Jika Anda pengguna setia aplikasi Google di Android atau iOS, mungkin sudah menyadari bahwa huruf “G” ikonik mereka kini memiliki gradasi warna yang lebih halus.

Perubahan ini pertama kali terlihat beberapa hari lalu oleh pengguna yang jeli. Alih-alih empat warna solid yang tajam, logo Google sekarang menampilkan transisi yang lebih lembut antara merah, kuning, hijau, dan biru. Namun, yang menarik adalah perubahan ini tidak seragam di semua platform. Favicon browser dan koleksi gambar resmi untuk pers masih menggunakan desain lama.

Perbandingan logo Google lama dan baru dengan gradasi warna

Perubahan Bertahap atau Uji Coba?

Yang membuat perubahan ini semakin misterius adalah ketidakkonsistenannya. Hanya aplikasi Google utama yang mendapat pembaruan, sementara aplikasi lain seperti Gmail atau Maps tetap mempertahankan logo klasik. Uniknya, logo Gemini—asisten AI Google—juga memiliki sentuhan gradasi pada simbol bintangnya. Apakah ini pertanda bahwa AI akan memimpin tren desain Google di masa depan?

Seperti dilaporkan dalam artikel sebelumnya di Telset.id, Google memang memiliki sejarah panjang dalam bereksperimen dengan identitas visualnya. Namun, biasanya perubahan besar selalu diiringi kampanye pemasaran yang matang. Terakhir kali mereka merombak logo pada 2015, seluruh tim desain menjelaskan filosofi di balik setiap detail baru.

Strategi Baru atau Kesalahan Sistem?

Para ahli branding berpendapat bahwa perubahan kecil seperti ini biasanya melalui proses panjang—dari iterasi desain hingga persetujuan berbagai komite. Untuk perusahaan sekelas Google yang sangat menjaga konsistensi merek, ketidakkonsistenan ini terasa janggal. Apakah ini bagian dari strategi baru mereka untuk menguji reaksi pengguna sebelum meluncurkan perubahan besar? Atau hanya kesalahan teknis dalam pembaruan sistem?

Seperti yang terjadi pada perubahan logo Verizon beberapa waktu lalu, perusahaan teknologi besar memang mulai bereksperimen dengan pendekatan yang lebih organik dalam memperbarui identitas merek mereka. Mungkin Google sedang mengadopsi strategi serupa—memperkenalkan perubahan secara perlahan untuk menghindari kejutan besar bagi pengguna.

Apapun alasannya, satu hal yang pasti: di era di mana setiap perubahan kecil bisa menjadi viral, keheningan Google dalam hal ini justru menciptakan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Mungkin kita harus menunggu pembaruan berikutnya untuk melihat apakah gradasi warna ini akan menjadi standar baru atau hanya eksperimen singkat.

Kompromi Kamera Galaxy S25 Edge untuk Bodi Super Tipis

0

Telset.id – Samsung baru saja meluncurkan Galaxy S25 Edge, smartphone dengan bodi paling tipis dalam jajaran flagship mereka. Namun, di balik desain futuristiknya, ada satu pengorbanan besar: sistem kamera yang dipangkas. Apakah ini langkah berani atau kesalahan fatal?

Galaxy S25 Edge menjadi perangkat pertama Samsung dalam beberapa tahun terakhir yang hanya mengusung dua kamera belakang, berbeda dengan seri sebelumnya yang selalu memiliki tiga lensa. Keputusan ini jelas menimbulkan pertanyaan: seberapa besar dampaknya terhadap kualitas fotografi?

Spesifikasi Kamera Galaxy S25 Edge

Berikut perbandingan spesifikasi kamera Galaxy S25 Edge dengan varian Ultra:

Perbandingan kamera Galaxy S25 Edge dan S25 Ultra

  • Kamera Utama: 200 MP ISOCELL HP2 (sama dengan S25 Ultra)
  • Kamera Ultra-wide: 12 MP (vs 50 MP pada S25 Ultra)
  • Kamera Telefoto: Tidak ada (vs 12 MP 3X zoom dan 50 MP 5X zoom pada Ultra)

Kabar baiknya, kamera utama Galaxy S25 Edge menggunakan sensor yang sama persis dengan varian Ultra. Menurut artikel sebelumnya di Telset.id, Samsung melakukan tweak pada lensanya untuk mengoptimalkan performa di bodi yang lebih tipis.

Dampak Pengurangan Kamera

Kehilangan kamera telefoto mungkin menjadi pukulan terbesar bagi penggemar fotografi. Tanpa lensa khusus untuk zoom optik, Galaxy S25 Edge mengandalkan:

  • Digital zoom dari kamera utama
  • Kemungkinan crop sensor (menggunakan bagian dari sensor 200MP)

Meski demikian, seperti diungkap dalam bocoran spesifikasi sebelumnya, Samsung tetap mempertahankan semua fitur software canggih termasuk Galaxy AI, 8K video recording, dan mode Expert RAW.

Lantas, apakah keputusan Samsung ini tepat? Bagi pengguna yang jarang menggunakan zoom optik, mungkin tidak masalah. Tapi bagi yang terbiasa memotret dari jarak jauh, ini bisa menjadi pertimbangan serius sebelum membeli.

Yang jelas, Galaxy S25 Edge membuktikan bahwa di era smartphone super tipis, setiap milimeter tebal tubuh berarti pengorbanan fitur. Pertanyaannya sekarang: seberapa jauh Anda bersedia berkompromi?

Galaxy S25 Edge Usung Kekuatan Penuh Galaxy AI dalam Bodi Tipis Futuristik!

0

Telset.id – Jika Anda mengira smartphone flagship harus tebal untuk menawarkan performa maksimal, Galaxy S25 Edge AI siap mengubah persepsi itu. Dengan ketipisan hanya 5.8mm, perangkat ini membuktikan bahwa “slim is the new powerful”. Tapi jangan salah, di balik bodinya yang ramping, tersembunyi kecerdasan buatan terdepan dari Samsung.

Sebagai anggota terbaru keluarga Galaxy S25, Edge menghadirkan pengalaman AI paling natural dan kontekstual yang pernah ditawarkan Samsung. Bagaimana sebuah perangkat setipis “kartu kredit” bisa menyimpan begitu banyak kecerdasan? Mari kita kupas lebih dalam.

Desain Tipis, Proteksi Ekstra Kuat

Ketipisan 5.8mm Galaxy S25 Edge bukan sekadar gimmick. Samsung berhasil memadatkan semua teknologi canggih mereka dalam bodi yang lebih ramping dari kebanyakan smartphone di pasaran. Namun, jangan khawatir soal ketahanan. Seperti diungkap dalam artikel sebelumnya, perangkat ini dilengkapi Gorilla Glass Ceramic 2 yang tahan banting.

Keamanan data juga tak diabaikan. Knox Vault pada S25 Edge menciptakan zona terisolasi khusus untuk menyimpan informasi sensitif seperti sidik jari, PIN, dan data biometrik. Sistem ini bekerja terpisah dari prosesor utama, memberikan lapisan proteksi ekstra.

Galaxy AI: Lebih dari Sekadar Asisten Virtual

Di jantung Galaxy S25 Edge terdapat Galaxy AI yang telah mengalami peningkatan signifikan. Tidak seperti asisten virtual biasa, AI di perangkat ini bersifat multimodal dan benar-benar memahami konteks penggunaannya.

Fitur Now Brief dan Now Bar yang sebelumnya hanya bekerja dengan aplikasi bawaan, kini mendukung aplikasi pihak ketiga. Bayangkan mendapatkan rekomendasi restoran terdekat langsung di lock screen saat Anda berjalan di mal, atau pengingat untuk membeli obat ketika melewati apotek – semua bekerja otomatis berdasarkan kebiasaan Anda.

Kolaborasi Samsung dengan Google juga membawa fitur Gemini Live yang memungkinkan interaksi real-time dengan apa yang Anda lihat di layar. Tunjukkan sebuah menu restoran melalui kamera, dan Gemini bisa langsung menerjemahkan sekaligus memberikan rekomendasi hidangan terbaik. Atau misal ketika Anda bingung harus memakai baju apa untuk pergi ke konser, cukup arahkan kamera dan Gemini AI akan merekomendasikan baju yang cocok untuk Anda pakai. Menariknya, Anda bisa melakukannya dengan cara “ngobrol” layaknya sedang video call dengan teman.

Galaxy S25 Edge Gemini AI
Gemini AI di Galaxy S25 Edge

Kamera Cerdas dalam Bodiy Tipis

Jangan biarkan ketipisannya menipu Anda. Galaxy S25 Edge membawa semua kehebatan sistem kamera seri S25. Teknologi ProScaler Imaging hasil kolaborasi Samsung dan Qualcomm meningkatkan kualitas gambar hingga 40%, terutama saat melakukan zoom digital.

Fitur Audio Eraser menjadi solusi bagi Anda yang sering merekam video di tempat ramai. Dengan satu ketukan, suara latar yang mengganggu bisa dihilangkan tanpa mengurangi kualitas audio utama. Sementara AI-powered camera secara otomatis mengenali pemandangan dan objek untuk menghasilkan pengaturan terbaik.

Seperti dibahas dalam artikel terkait, kamera 200MP pada S25 Edge mampu menangkap detail yang biasanya hanya mungkin didapatkan dari kamera profesional.

Dengan semua keunggulan ini, Galaxy S25 Edge bukan sekadar smartphone tipis – ia adalah bukti bahwa inovasi bisa datang dalam paket yang ramping namun penuh daya. Apakah ini menjadi penanda baru era smartphone ultra-slim yang powerful? Waktu yang akan menjawab.

Xiaomi Civi 5 Pro Bocor di Geekbench, Bawa Snapdragon 8s Gen 4

0

Telset.id – Xiaomi kembali membuat gebrakan dengan bocoran terbaru smartphone andalannya. Kali ini, Civi 5 Pro terlihat di database Geekbench dengan dukungan chipset Snapdragon 8s Gen 4. Bocoran ini mengindikasikan bahwa Xiaomi siap menghadirkan varian premium dengan performa yang lebih gahar dibanding pendahulunya.

Jika Anda penasaran dengan spesifikasi terbaru dari lini Civi, bocoran ini bisa jadi kabar gembira. Civi 5 Pro disebut-sebut sebagai penerus dari Xiaomi Civi 4 Pro yang diluncurkan Maret tahun lalu. Dengan Snapdragon 8s Gen 4 di dalamnya, performa multitasking dan gaming dijamin lebih mulus.

Spesifikasi Unggulan Civi 5 Pro

Berdasarkan hasil benchmark Geekbench, Civi 5 Pro menggunakan chipset Qualcomm Snapdragon 8s Gen 4 dengan konfigurasi inti yang impresif:

  • 1 Core × 3.21 GHz
  • 3 Cores × 3.01 GHz
  • 2 Cores × 2.80 GHz
  • 2 Cores × 2.02 GHz

Tak hanya itu, GPU Adreno 825 juga siap mendongkrak pengalaman gaming. Dengan RAM 16GB (versi prototipe), smartphone ini jelas diperuntukkan bagi pengguna yang mengutamakan kecepatan.

Android 15 dan HyperOS Jadi Kombinasi Mematikan

Civi 5 Pro akan langsung mengusung Android 15 dengan lapisan antarmuka HyperOS dari Xiaomi. Kombinasi ini diharapkan memberikan pengalaman pengguna yang lebih responsif dan efisien. Jika Anda penasaran dengan fitur terbaru HyperOS, simak jadwal rilis resmi HyperOS 2.2 untuk mengetahui lebih lanjut.

Kapan Rilis dan Apakah Tersedia di Indonesia?

Sayangnya, belum ada konfirmasi resmi dari Xiaomi mengenai tanggal peluncuran Civi 5 Pro. Namun, melihat pola rilis sebelumnya, kemungkinan besar smartphone ini akan segera hadir dalam beberapa bulan ke depan. Seperti varian Civi sebelumnya, perangkat ini mungkin akan eksklusif di China. Namun, jangan kecewa dulu—Xiaomi bisa saja menghadirkan versi global, seperti yang mereka lakukan dengan Xiaomi 14 Civi di India tahun lalu.

Dengan Snapdragon 8s Gen 4 dan HyperOS, Civi 5 Pro berpotensi menjadi salah satu smartphone mid-range premium terbaik tahun ini. Tunggu saja kabar resmi dari Xiaomi!