Telset.id, Jakarta – Pandemi Covid 19 telah membuat semua pelaku industri menyesuaikan aktifitasnya ke kearah digital. Dan mereka harus mengedepankan kolaborasi untuk bisa bertahan dalam kondisi yang tidak biasa.
Seperti yang disampaikan oleh Fernando Uffie, Founder dan CEO KELAS PINTAR saat memberikan presentasi pada diskusi Selular Digital Telco Outlook 2021 yang diselenggarakan secara daring pada Kamis (16/12/2020) lalu.
“Industri digital tidak bisa stand alone, harus berkolaborasi. Karena industri digital itu membutuhkan infrastruktur yang menjadi domainnya operator, membutuhkan financial technology atau industri lain untuk saling mendukung. Demikian juga di education technology, seperti KELAS PINTAR, yang tidak bisa tumbuh, jika tidak ada infrastruktur,” kata Uffie.
{Baca juga: Daftar Lengkap Paket Layanan GURU dari Kelas Pintar}
Terlebih ketika masa pandemi ini, saat siswa harus belajar dari rumah, menjadi sebuah moment dimana teknologi masuk ke dalam dunia pendidikan secara cepat.
Memang membutuhkan waktu adaptasi. Tapi dikarenakan kondisi yang mengharuskan belajar dari rumah, maka adaptasi tersebut pun menjadi lebih cepat.
Semisal pada daerah percontohan KELAS PINTAR di wilayah Jawa Barat. Ada 356 SD dan 49 SMP, ke 405 sekolah itu menggunakan platform KELAS PINTAR pada tahun ajaran yang dimulai Juli 2020 lalu.
Di bulan pertama, usage terhadap platform pendidikan berbasis teknologi ini masih kecil, baik untuk Learning, Pratice dan Test nya, hanya 20- 30% saja.
Lalu, dengan berjalannya waktu, ketika siswa, guru dan orang tua semakin meningkat pemahamannya terhadap teknologi, penggunaan platform pendidikan ikut meningkat. Pada bulan Agustus 2020 terjadi kenaikan sampai 50% dan puncaknya mencapai 60% di bulan Oktober 2020.
Hal senada juga disampaikan oleh Nazir Muhammad, Head of Strategic Investments Telkomsel yang menyatakan bahwa tidak semua industri terdapak negatif akibat pandemi ini. Salah satu nya adalah education technology yang meningkat cukup pesat.
“Pandemi ini mampu mempercepat industri masuk ke digital. Salah satu kunci nya adalah kolaborasi. Itu sebabnya, saat pandemi ini banyak hal baru yang muncul,” ujar Nazir Muhammad.
Demikian juga dengan masyarakatnya yang cepat menerima digitalisasi dalam kehidupannya.
“Seperti e-commerce yang meningkat 3 kali lipat, Asuransi dan fintech yang meningkat 4-5 kali lipat dan tentu saja education technology yang tumbuh sangat besar,” tambahnya.
Tantangan Edutech di Indonesia
Tantangan edutech di Indonesia menurut Uffie adalah bagaimana untuk bisa diterima oleh pasar. Dalam hal ini bagaimana para pengguna dari sistem pendidikan di Indonesia sendiri bisa menerima.
Tantangannya bagaimana kita membangun sesuatu yang disukai oleh pengguna di dunia pendidikan. Terlebih fokus kita pada kelas 1 sampai kelas 12.
“Kita memiliki konsep yang didasarkan resource internal dan apa yang kita amati, dan itu yang akan kita implementasikan. Tapi pada akhirnya, kita kembali kan pada pasar. Kita bersyukur karena pada education technology ini yang akan banyak memberikan informasi bagaimana progress dan perkembangan atau respon dari market itu sendiri,” tutur Uffie.
“Karena dengan teknologi itu sendiri, kita bisa tahu behavior dari user, apa yang dia suka, di jam berapa sehingga dari hal tersebut, kita menentukan langkah yang nantinya akan memenangkan kompetisi dalam industri pendidikan di Indonesia,” sambungnya.
{Baca juga: Kelas Pintar Luncurkan GURU, Apa Fungsinya?}
Jika bicara harapanya di tahun 2021 mendatang, Uffie berharap semakin banyak sekolah yang menggunakan service KELAS PINTAR. Baik sekolah negeri maupun sekolah swasta. Kalau sampai saat ini kita ada di 4-5 kabupaten atau kotamadya.
Untuk tahun 2021, lanjut Uffie, pihaknya akan hadir di lebih banyak lagi sekolah swasta karena sekolah swasta juga menggunakan kurikulum yang ada di Indonesia.
Dan untuk consumer, KELAS PINTAR akan melakukan banyak campaign di 2021. Saat ini Kelas Pintar sudah digunakan oleh lebih dari 700 ribu user dan akan terus meningkat lagi jumlah penggunanya. [NM/HBS]