Beranda blog Halaman 89

AS Uji Coba Rahasia Rudal Hipersonik Dark Eagle yang Bisa Serang 2.775 Km dalam Hitungan Menit

0

Bayangkan sebuah senjata yang bisa mencapai target di belahan dunia lain dalam waktu singkat, dengan kecepatan lima kali lipat kecepatan suara. Itulah yang baru saja diuji coba secara rahasia oleh Departemen Pertahanan AS. Rudal hipersonik Dark Eagle, yang dikembangkan bersama oleh Angkatan Darat dan Angkatan Laut AS, dikabarkan telah menjalani uji terbang kedua dari Cape Canaveral Space Force Station.

Dalam perlombaan senjata hipersonik global, AS tampaknya tak mau ketinggalan. Setelah Rusia mengaktifkan rudal Avangard yang juga berkecepatan hipersonik, kini giliran AS menunjukkan taringnya. Dark Eagle diklaim mampu menempuh jarak 2.775 kilometer dengan kecepatan mencapai 6.000 km/jam (Mach 5).

US secretly tests hypersonic missile that can strike 1,725 miles away in minutes

Misi Rahasia yang Hanya Bocor Lewat Peringatan Navigasi

Uniknya, uji coba ini sama sekali tidak diumumkan sebelumnya oleh Pentagon. Informasi tentang peluncuran hanya bisa dilacak dari peringatan navigasi yang dikeluarkan Penjaga Pantai AS, yang menetapkan zona keamanan di Samudra Atlantik. “Tim gabungan dari pemerintah, akademisi, dan mitra industri melakukan uji coba atas nama Departemen Pertahanan dari lokasi uji di Cape Canaveral,” ujar juru bicara DoD kepada Florida Today, tanpa memberikan detail lebih lanjut.

Ini merupakan uji terbang kedua Dark Eagle dari Cape Canaveral setelah yang pertama pada Desember 2024 lalu. Peluncuran ini juga menjadi salah satu uji rudal perang pertama dari lokasi tersebut sejak 1988, menandai babak baru dalam pengujian senjata strategis AS.

Kemampuan Mengerikan Dark Eagle

Menurut dokumen Angkatan Darat AS, Dark Eagle adalah sistem senjata berbasis darat yang diluncurkan dari truk. Rudal ini dirancang untuk terbang di tepian atmosfer bumi, tetap berada di luar jangkauan sistem pertahanan udara dan rudal musuh hingga saat terakhir sebelum menyerang. “Pada saat musuh menyadarinya, sudah terlambat untuk bereaksi,” tulis dokumen tersebut.

Hydraulic launching system on the new Long-Range Hypersonic Weapon

Setiap unit Dark Eagle akan terdiri dari empat peluncur dengan total delapan rudal. Sistem ini dijadwalkan mulai beroperasi penuh pada tahun fiskal 2025, meski terlambat dua tahun dari rencana awal. Patrick Mason, pejabat senior Departemen Angkatan Darat AS, menyebut senjata ini akan “memperumit kalkulasi musuh dan memperkuat daya gentar”.

Perlombaan Senjata Hipersonik Global

Pengembangan Dark Eagle terjadi di tengah perlombaan senjata hipersonik global yang semakin panas. Selain AS dan Rusia, China juga dikabarkan aktif mengembangkan senjata serupa. Bahkan, teknologi militer China telah membuat AS waswas dalam beberapa tahun terakhir.

Angkatan Laut AS juga berencana mengintegrasikan kemampuan hipersonik pada kapal perusak dan kapal selamnya dengan sistem bernama Conventional Prompt Strike. Perlombaan senjata ini mengingatkan pada era Perang Dingin, namun dengan teknologi yang jauh lebih maju dan mematikan.

Dengan kemampuan menyerang target di mana pun di dunia dalam hitungan menit, rudal hipersonik seperti Dark Eagle benar-benar mengubah paradigma peperangan modern. Pertanyaannya sekarang: seberapa siap dunia menghadapi era baru persenjataan yang bergerak lebih cepat dari kemampuan deteksi dan respons manusia?

China Kembangkan Drone Termos Terbang yang Bisa Jatuhkan Granat

0

Bayangkan sebuah termos yang bisa terbang, membawa granat, dan dikendalikan dari jarak jauh. Bukan adegan film sci-fi, melainkan teknologi nyata yang baru saja dikembangkan militer China. Drone berbobot hanya 2 pon (kurang dari 1 kg) ini dirancang untuk misi serangan dan pengintaian dengan presisi tinggi.

Dalam beberapa tahun terakhir, China gencar mengembangkan teknologi drone sebagai bagian dari doktrin “perang cerdas” mereka. Strategi ini bertujuan memanfaatkan sistem otonom berbasis AI untuk misi militer dengan biaya efektif. Drone berbentuk termos ini adalah salah satu bukti ambisi tersebut.

Dilaporkan oleh South China Morning Post, drone ini memiliki fitur unik yang membuatnya berbeda dari drone konvensional. Mari kita telusuri lebih dalam.

Desain Modular dengan Kemampuan Mematikan

Drone ini menggunakan sistem rotor ganda yang memungkinkannya membawa beban lebih berat dibanding quadcopter biasa. Dengan bobot ringan, ia mampu mengangkut tiga granat sekaligus dan menjatuhkannya secara diam-diam ke target.

China develops 2-pound drone that looks like a flying thermos and drops grenades

Yang menarik, drone ini bisa diluncurkan dari peluncur granat 35mm, mempercepat penyebarannya di medan perang. Selain itu, desainnya yang modular memungkinkan rotornya dilipat dan bagian muatannya disesuaikan dengan misi tertentu.

Menurut siaran CCTV, drone ini dilengkapi dengan unit pemrosesan neural yang memungkinkan satu operator mengendalikan beberapa drone sekaligus menggunakan AI. Teknologi ini mirip dengan yang dikembangkan Angkatan Udara AS dalam proyek drone otonom mereka.

Drone Kamikaze dengan Kendali Serat Optik

Selain drone termos, China juga mengembangkan drone kamikaze (first-person-view/FPV) yang dikendalikan via serat optik. Teknologi ini pertama kali terlihat digunakan di Ukraina dan kini diadopsi PLA.

Keunggulan utama drone ini adalah ketahanannya terhadap gangguan sinyal elektronik. Dengan kendali serat optik, operator bisa mengarahkannya secara presisi di area padat sinyal. Perusahaan seperti Skywalker Technology bahkan sudah memproduksi kit serat optik dengan jangkauan lebih dari 50 kilometer.

Kekhawatiran akan mudah putusnya kabel dijawab CCTV dengan penjelasan bahwa serat terurai mirip rudal kawat, mengurangi tegangan dan mencegah kerusakan saat manuver tajam.

Persiapan Perang Urban dan Ancaman Teknologi

PLA juga memanfaatkan drone murah untuk misi pengiriman granad dan mortir di medan urban. Beberapa unit bahkan merakit drone secara manual di garis depan, terinspirasi dari model seperti Blowfish A2 yang bisa meluncurkan delapan mortir.

Pengembangan ini tidak lepas dari kekhawatiran negara-negara Barat. Seperti dilaporkan dalam peringatan CEO Anthropic tentang risiko spionase AI, teknologi China dianggap memiliki potensi dual-use (sipil-militer) yang tinggi.

Kolaborasi antara Shanghai Jiao Tong University dan Xuntian Optoelectronics menghasilkan SKP-880FM, drone anti-gangguan elektromagnetik yang sudah menjalani uji terbang awal 2024. Inovasi ini memperkuat posisi China dalam perlombaan teknologi pertahanan global.

Sementara itu, latihan defensif terus dilakukan pasukan PLA, terutama di wilayah utara dan barat, dengan fokus pada taktik anti-drone dan kamuflase. Langkah ini menunjukkan kesiapan China menghadapi era baru peperangan berbasis AI dan sistem otonom.

Enzim SIRT2: Kunci Baru untuk Memahami Hubungan Peradangan Otak dan Alzheimer

0

Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa ingatan seseorang bisa memudar secara perlahan akibat Alzheimer? Penelitian terbaru dari Korea Selatan mungkin telah menemukan petunjuk penting dalam teka-teki ini. Sebuah enzim bernama SIRT2, yang sebelumnya kurang mendapat perhatian, kini terungkap sebagai penghubung kritis antara peradangan otak dan hilangnya memori pada penyakit Alzheimer.

Alzheimer, penyakit neurodegeneratif yang memengaruhi jutaan orang di dunia, telah lama dikaitkan dengan penumpukan plak amyloid-beta di otak. Namun, mekanisme pasti bagaimana plak ini menyebabkan kerusakan kognitif masih menjadi misteri. Temuan terbaru dari Institute for Basic Science (IBS) Korea Selatan ini memberikan cahaya baru pada peran sel astrosit—sel pendukung otak yang ternyata lebih aktif dari yang kita duga.

Astrosit, yang selama ini dianggap hanya sebagai “penjaga” neuron, ternyata memproduksi neurotransmitter GABA secara berlebihan ketika terpapar plak amyloid-beta. Produksi GABA yang tidak terkendali ini menekan aktivitas otak dan mengganggu pembentukan memori. Lebih buruk lagi, proses ini juga menghasilkan hidrogen peroksida (H₂O₂), senyawa yang mempercepat kerusakan sel-sel saraf.

SIRT2 dan ALDH1A1: Dua Enzim Kunci di Balik Kerusakan Memori

Tim peneliti IBS menggunakan kombinasi teknik analisis molekuler, pencitraan mikroskopis, dan elektrofisiologi untuk mengidentifikasi dua enzim yang bertanggung jawab atas lonjakan produksi GABA: SIRT2 dan ALDH1A1. Yang menarik, kadar SIRT2 ditemukan lebih tinggi pada astrosit pasien Alzheimer, baik pada model tikus maupun jaringan otak manusia.

Ilustrasi kerusakan otak akibat Alzheimer

“Ketika kami menghambat ekspresi SIRT2 pada tikus Alzheimer, kami melihat pemulihan sebagian memori kerja dan penurunan produksi GABA,” jelas Mridula Bhalla, penulis utama studi ini. Namun, pemulihan ini hanya terjadi pada memori jangka pendek, bukan memori spasial—fakta yang membuka pertanyaan baru bagi para peneliti.

Memisahkan Efek GABA dan Hidrogen Peroksida

Salah satu terobosan penting dari penelitian ini adalah kemampuan untuk memisahkan efek GABA dan H₂O₂. Sebelumnya, penghambatan enzim MAOB—yang terlibat dalam produksi kedua senyawa tersebut—menyulitkan peneliti mempelajari peran masing-masing secara terpisah. Dengan mengidentifikasi SIRT2 dan ALDH1A1 sebagai target di hilir MAOB, kini dimungkinkan untuk secara selektif menghambat GABA tanpa memengaruhi H₂O₂.

“Ini memungkinkan kami mempelajari peran GABA dan H₂O₂ secara independen dalam perkembangan penyakit,” kata Direktur C. Justin LEE dari IBS. Meskipun SIRT2 sendiri mungkin bukan target obat yang ideal karena pengaruhnya yang terbatas pada neurodegenerasi, temuan ini memberikan dasar penting untuk pengembangan terapi yang lebih tepat sasaran.

Implikasi untuk Pengobatan Alzheimer di Masa Depan

Penelitian ini, yang diterbitkan dalam Molecular Neurodegeneration, membuka jalan bagi pendekatan pengobatan baru yang menargetkan reaktivitas astrosit secara spesifik. Daripada sekadar mencoba menghilangkan plak amyloid-beta—strategi yang belum menunjukkan keberhasilan signifikan—para ilmuwan kini dapat fokus pada regulasi produksi GABA di astrosit.

Di tengah berbagai tantangan dalam penelitian Alzheimer, temuan tentang SIRT2 ini memberikan harapan baru. Seperti yang ditunjukkan oleh studi tentang rekonstruksi genom bakteri dari mumi, terkadang jawaban untuk masalah modern justru datang dari pemahaman mendasar tentang mekanisme biologis.

Meskipun jalan menuju pengobatan yang efektif masih panjang, setiap penemuan seperti ini adalah langkah penting. Bagi jutaan orang yang hidup dengan Alzheimer dan keluarga mereka, penelitian semacam ini bukan hanya tentang sains—tapi tentang harapan untuk mempertahankan kenangan berharga sedikit lebih lama.

Eksperimen AI di Reddit: Ketika Bot Berdebat Seperti Manusia

0

Telset.id – Bayangkan Anda sedang berdebat sengit di forum online, tiba-tiba lawan bicara Anda mengaku sebagai korban kekerasan seksual atau seorang aktivis anti-Black Lives Matter. Lalu, Anda baru tahu itu semua hanya chatbot AI yang dirancang untuk memanipulasi opini Anda. Inilah yang terjadi di subreddit r/changemyview, tempat para peneliti Universitas Zurich diam-diam menyusupkan bot AI untuk menguji sejauh mana teknologi bisa mengubah pandangan manusia.

Eksperimen AI di Reddit oleh Universitas Zurich

Subreddit r/changemyview dikenal sebagai arena debat terbuka di Reddit, tempat pengguna saling mempertajam argumen tentang isu politik, sosial, hingga teknologi. Namun, belakangan, tidak semua “manusia” di sana benar-benar manusia. Menurut laporan 404 Media, tim peneliti Zurich menggunakan AI untuk berdebat dengan pengguna asli—tanpa izin—dalam eksperimen yang memicu badai kontroversi.

Bot yang Menyamar dan Melanggar Privasi

Yang membuat eksperimen ini begitu problematik adalah cara kerja bot-bot tersebut. Mereka tidak hanya mengadopsi persona fiktif (seperti korban trauma atau minoritas politik), tetapi juga mengais riwayat post pengguna target untuk menyesuaikan argumen. Praktik ini mirip dengan teori “dead internet” yang menyebut sebagian besar konten online sudah dihasilkan AI.

Ironisnya, dalam draft penelitian tanpa nama penulis (pelanggaran etika akademis), bot-bot itu diberi instruksi: “Pengguna telah menyetujui donasi data mereka“. Padahal, tidak ada persetujuan dari moderator Reddit maupun partisipan manusia. Bahkan, ketika dikonfirmasi, Universitas Zurich mengaku tidak mengetahui detail eksperimen ini dan memutuskan untuk tidak mempublikasikan hasilnya.

Reddit Siap Bertindak Hukum

Respon Reddit tegas. Ben Lee, penasihat hukum utama platform itu, menyebut eksperimen ini “pelanggaran berat norma penelitian dan hak asasi manusia“. Dalam pernyataannya, Lee mengungkapkan bahwa Reddit sedang mempersiapkan gugatan hukum terhadap Universitas Zurich dan tim peneliti. “Kami akan memastikan mereka bertanggung jawab,” tegasnya.

Kekhawatiran utama dari skandal ini adalah preseden buruk untuk masa depan internet. Jika AI bisa menyamar sebagai manusia dengan mudah—seperti dibuktikan oleh riset sebelumnya bahwa GPT-4.5 lolos uji Turing 73%—maka disinformasi dan manipulasi opini akan semakin sulit dideteksi.

Reddit ancam gugat peneliti AI Zurich

Belajar dari Kesalahan

Universitas Zurich kini berjanji memperketat proses evaluasi etika penelitian, termasuk koordinasi dengan platform sebelum melakukan eksperimen. Namun, kerusakan sudah terlanjur terjadi. Kasus ini menjadi pengingat betapa teknologi AI, meskipun menjanjikan, bisa menjadi pisau bermata dua jika digunakan tanpa pertimbangan etis.

Bagi pengguna internet, ini saatnya lebih kritis. Sebelum mempercayai—apalagi terlibat debat dengan—akun anonim, tanyakan pada diri sendiri: Bisa jadi ini bukan manusia, melainkan algoritma yang dirancang untuk mengubah pikiran Anda.

Manusia Zaman Es Ternyata Sudah Mahir Menguasai Api Hingga 600°C

0

Telset.id – Bayangkan hidup di tengah suhu beku Zaman Es tanpa listrik atau gas. Tapi jangan salah, nenek moyang kita ternyata sudah menjadi ahli “barbekyu” sejak 26.500 tahun lalu! Penelitian terbaru mengungkap manusia purba di Ukraina mampu menciptakan api dengan suhu mencengangkan – mencapai 600°C (1.112°F).

Ilustrasi manusia purba menguasai api di Zaman Es

Tim arkeolog dari Universitas Wina dan Universitas Algarve menemukan tiga perapian kuno di Ukraina yang berasal dari puncak Zaman Es terakhir (19.000-26.500 tahun lalu). Yang mengejutkan, bukan hanya kayu yang dibakar – tapi juga tulang dan lemak hewan yang membuat api lebih panas dan tahan lama. Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Geoarchaeology.

Teknologi Api yang Hilang

“Kami tahu api sudah digunakan sebelum dan sesudah periode ini, tapi bukti dari puncak Zaman Es sangat langka,” kata William Murphree, peneliti utama dari Universitas Algarve. Ini memunculkan teka-teki: apakah manusia saat itu menemukan bahan bakar alternatif, atau mengembangkan teknologi lain yang belum kita ketahui?

Philip Nigst dari Universitas Wina menjelaskan keahlian luar biasa ini: “Mereka mengontrol api dengan sempurna dan tahu cara menggunakannya untuk berbagai tujuan.” Salah satu perapian berukuran lebih besar dan tebal, diduga digunakan untuk aktivitas yang membutuhkan suhu ekstrem.

Misteri yang Belum Terpecahkan

Penemuan ini justru membuka lebih banyak pertanyaan. Murphree berspekulasi: “Mungkin perapian lain dari era itu hancur oleh kondisi ekstrem Zaman Es.” Atau jangan-jangan, manusia purba sudah menemukan teknik khusus yang membuat api mereka berbeda?

Yang jelas, nenek moyang kita ini bukan sekadar bertahan hidup – mereka menguasai teknologi api dengan tingkat kecanggihan yang mengejutkan. Siapa sangka, di tengah suhu beku yang mematikan, mereka mungkin sedang menikmati steak mammoth panggang sempurna!

Rekonstruksi perapian manusia Zaman Es

Penelitian ini tidak hanya mengubah pemahaman kita tentang kemampuan manusia purba, tetapi juga menunjukkan betapa sedikit yang kita ketahui tentang teknologi kuno. Seperti perkembangan telepon yang dimulai dari engkol hingga smartphone, penguasaan api manusia ternyata memiliki sejarah yang lebih kompleks dari yang kita duga.

Sementara kita sibuk dengan teknologi AI pembaca berita atau ramalan AI tentang kiamat, nenek moyang kita justru telah menguasai salah satu teknologi paling fundamental dengan cara yang masih membuat kita terkagum-kagum hingga hari ini.

Gundam GQuuuuuuX: Misteri Besar Lalah Sune yang Kembali Menggema

0

Pernahkah Anda membayangkan bagaimana sebuah karakter yang hanya muncul sebentar dalam sebuah serial bisa meninggalkan jejak begitu mendalam? Dalam dunia Mobile Suit Gundam, Lalah Sune adalah salah satu figur semacam itu. Kini, dalam serial alternatif Gundam GQuuuuuuX, kehadirannya kembali menggema—meski belum terlihat secara fisik.

Serial ini, yang tayang di Prime Video, telah menarik perhatian penggemar dengan pendekatannya yang unik terhadap Universal Century, timeline utama waralaba Gundam. Dengan menghilangkan beberapa karakter kunci seperti Amuro Ray dan mengubah alur Perang Satu Tahun, GQuuuuuuX menawarkan perspektif segar. Namun, yang paling menarik adalah bagaimana serial ini bermain dengan konsep Newtype dan warisan Lalah Sune.

Dalam episode terbaru, “The Witch’s War”, penonton disuguhkan petunjuk paling jelas sejauh ini tentang pengaruh Lalah dalam narasi ini. Melalui motif musik “La-La Sound” yang ikonik, serial ini seolah menyatakan: Lalah mungkin tidak hadir secara fisik, tetapi keberadaannya tetap relevan.

Lalah Sune: Hantu yang Membayangi GQuuuuuuX

Bagi yang belum familiar, Lalah Sune adalah Newtype kuat yang diperkenalkan di akhir serial Gundam 1979. Meski perannya singkat, dampaknya terhadap Char Aznable dan Amuro Ray sangat mendalam. Kematiannya menjadi momen pivotal yang memengaruhi perkembangan kedua karakter tersebut sepanjang Universal Century.

Gundam Char Lalah

Di GQuuuuuuX, Lalah tampaknya tidak pernah bertemu Char—setidaknya, tidak seperti dalam timeline asli. Namun, motif “La-La Sound” yang muncul dalam episode terbaru menunjukkan bahwa entah bagaimana, jejaknya tetap ada. Dalam adegan kematian Shiiko Sugai, seorang veteran Perang Satu Tahun, suara tersebut terdengar jelas, menandakan hubungan psikis antara Lalah dan Newtype baru dalam serial ini.

Petunjuk Tersembunyi dan Misteri “Rose of Sharon”

Selain motif musik, serial ini juga menyisipkan petunjuk lain tentang kemungkinan keterlibatan Lalah. Salah satunya adalah penyebutan “Rose of Sharon”, sebuah objek misterius yang dicari oleh Shuji, pilot Red Gundam. Nama ini merujuk pada bunga dalam Alkitab, tetapi juga mengingatkan pada gaun kuning yang sering dikenakan Lalah di serial asli.

Apakah “Rose of Sharon” adalah metafora untuk Lalah? Ataukah objek ini memiliki kaitan langsung dengannya? Pertanyaan-pertanyaan ini masih belum terjawab, tetapi yang jelas, GQuuuuuuX sengaja membangun teka-teki seputar karakter ini.

Paralel Kematian: Shiiko Sugai dan Lalah Sune

Adegan kematian Shiiko Sugai dalam “The Witch’s War” memiliki kemiripan mencolok dengan kematian Lalah di serial asli. Keduanya melibatkan momen psikis antara Newtype, dan keduanya meninggalkan kesan mendalam pada karakter yang menyaksikannya. Ini bukan kebetulan—GQuuuuuuX jelas-jelas bermain dengan elemen visual dan naratif dari Gundam klasik.

Gundam Gquuuuuux Episode 4 Explosion

Dengan semua petunjuk ini, pertanyaan besarnya adalah: Akankah Lalah benar-benar muncul di GQuuuuuuX? Ataukah dia akan tetap menjadi “hantu” yang membayangi cerita? Apapun jawabannya, serial ini telah berhasil membangkitkan kembali minat pada salah satu karakter paling ikonik dalam waralaba Gundam.

Sebagai penutup, satu hal yang pasti: GQuuuuuuX bukan sekadar alternatif timeline—ini adalah eksplorasi mendalam tentang bagaimana satu karakter bisa mengubah segalanya, bahkan tanpa kehadiran fisik. Dan bagi penggemar Gundam, itu lebih dari cukup untuk membuat serial ini layak ditonton.

SMIC Sukses Produksi Chip 5nm Tanpa EUV, Tantangan Baru bagi Industri Global

0

Telset.id – Dalam langkah yang bisa mengubah peta persaingan industri semikonduktor global, China melalui Semiconductor Manufacturing International Corporation (SMIC) berhasil memproduksi chip 5nm tanpa menggunakan teknologi lithografi ultraviolet ekstrem (EUV). Padahal, selama ini EUV dianggap sebagai satu-satunya jalan untuk membuat chip di bawah 7nm. Lalu, bagaimana SMIC melakukannya?

Rupanya, SMIC menggunakan teknik canggih bernama Self-Aligned Quadruple Patterning (SAQP) yang dipadukan dengan peralatan deep ultraviolet (DUV) yang lebih tua. Bocoran ini pertama kali diungkap oleh analis semikonduktor William Huo melalui platform X (sebelumnya Twitter). Ini bukan sekadar pencapaian teknis, melainkan juga sinyal geopolitik yang keras: China tidak akan berhenti berinovasi meski dibatasi.

1. Teknologi DUV yang “Dipaksa” Lebih Kuat

Selama bertahun-tahun, industri percaya bahwa EUV—yang hanya diproduksi oleh perusahaan Belanda, ASML—adalah kunci untuk membuat chip 5nm ke bawah. Karena embargo teknologi dari AS dan sekutunya, banyak analis meragukan China bisa melampaui 7nm. Namun, SMIC membuktikan bahwa DUV masih bisa dimaksimalkan.

Dengan teknik SAQP, SMIC melakukan beberapa lapis proses lithografi dan etching untuk mencapai presisi setara EUV. Metode ini memang lebih lambat, rentan error, dan mahal, tetapi hasilnya nyata: chip 5nm kelas Huawei Kirin 9000S yang dipakai di Mate 60—ponsel yang bahkan mengalahkan iPhone 15 dalam fitur panggilan satelit.

Proses produksi chip 5nm SMIC

2. Bukan Sekadar Meniru, Tapi Berinovasi Mandiri

Pencapaian SMIC juga menunjukkan kemajuan China dalam pengembangan alat semikonduktor. Perusahaan seperti AMEC kini setara dengan Lam Research (AS) dalam teknologi etching, sementara NAURA mampu bersaing dengan Tokyo Electron Limited (Jepang) di bidang pembersih wafer. “Ini bukan duplikasi, tapi fabrikasi garis depan,” tegas Huo.

China kini tidak lagi sekadar mengikuti, tetapi menciptakan ekosistem sendiri. Seperti yang terjadi pada Huawei dengan Ascend 920—akselerator AI 6nm buatan SMIC yang menawarkan performa 900 TFLOPS. Padahal, tanpa akses ke EUV, SMIC harus mengandalkan multi-patterning DUV melalui proses N+3.

3. Sanksi AS Justru Memicu Pertumbuhan Huawei

Ironisnya, sanksi AS terhadap Nvidia—yang membatasi ekspor akselerator H20 ke China—justru menguntungkan Huawei. Banyak perusahaan China beralih ke Ascend 920 karena tidak perlu izin ekspor. “Kebijakan yang dirancang untuk melemahkan Huawei malah mendorong dominasinya di pasar AI domestik,” tulis Huo.

SMIC menjadi tulang punggung di balik perubahan ini. Meski chip 5nm berbasis DUV mungkin tidak sehebat buatan TSMC atau Samsung yang memakai EUV, kinerjanya sudah cukup untuk AI, 5G, dan elektronik konsumen. Bahkan, kabarnya SMIC sedang bereksperimen dengan Self-Aligned Octuple Patterning (SAOP) untuk mencapai 3nm—sebuah langkah yang dulu dianggap mustahil.

Seperti dikatakan Huo, “Hukum Moore tidak mati, ia pindah ke Shanghai.” China membuktikan bahwa inovasi bisa lahir dari keterbatasan. Dan kini, industri global harus memikirkan ulang asumsi mereka tentang ketergantungan pada EUV.

Teaser Pertama “Scarlet” Karya Mamoru Hosoda: Petualangan Fantasi Epik yang Menjanjikan

0

Telset.id – Jika Anda penggemar film animasi Jepang, bersiaplah untuk menyambut karya terbaru dari Mamoru Hosoda, sutradara di balik film-film sukses seperti Mirai dan Belle. Baru sehari setelah Sony mengumumkan tanggal rilis film animasi fantasi Scarlet di Amerika Serikat, teaser pertamanya pun dirilis. Meskipun ditujukan untuk penonton Jepang, visual yang ditampilkan sudah cukup membuat siapa pun terpukau.

Scarlet

Menurut Variety, Scarlet mengisahkan seorang putri pemberani yang melampaui batas ruang dan waktu. Dari cuplikan yang dirilis, sang putri tampak mahir menggunakan pedang, menjanjikan aksi yang memukau. Film ini merupakan kolaborasi pertama antara Sony Pictures dan Studio CHIZU, yang didirikan bersama oleh Hosoda pada 2011. Sony turut memproduksi dan mendanai film ini bersama Studio CHIZU dan Nippon TV. Sementara Toho akan merilisnya di Jepang, Sony bertanggung jawab untuk distribusi global.

Mamoru Hosoda bukan nama asing di dunia animasi. Debutnya sebagai sutradara film panjang dimulai dengan Digimon: The Movie pada 2000. Pada 2019, Mirai meraih nominasi Oscar untuk kategori Best Animated Feature, meski akhirnya kalah dari Spider-Man: Into the Spider-Verse. Karyanya yang lain, Belle (2021), sukses secara global dan menjadi film Jepang dengan pendapatan tertinggi ketiga pada tahun itu.

Dengan track record Hosoda yang solid, Scarlet diprediksi akan menjadi salah satu film animasi terbaik tahun ini. Visual yang memukau dan cerita yang menggabungkan elemen fantasi dan petualangan menjadi daya tarik utamanya. Film ini dijadwalkan tayang di bioskop Amerika Serikat pada 12 Desember 2025.

Bagaimana pendapat Anda? Apakah Scarlet akan menjadi film animasi terbaik Hosoda? Atau justru karya sebelumnya masih sulit ditandingi? Simak terus kabar terbaru seputar film ini hanya di Telset.id.

Awan Molekuler EOS: Temuan Baru Dekat Bumi yang Bisa Ungkap Kelahiran Bintang

0

Telset.id – Jika Anda mengira proses kelahiran bintang hanya bisa diamati dari jarak ribuan tahun cahaya, siap-siap terkejut. Para astronom baru saja menemukan awan molekuler raksasa bernama EOS yang hanya berjarak 300 tahun cahaya dari Bumi – mungkin yang terdekat yang pernah ditemukan!

The star-forming cloud EOS is one of the largest structures in the sky.

Dalam penelitian yang dipublikasikan di Nature Astronomy, awan berbentuk bulan sabit ini memiliki massa 3.400 kali Matahari dan membentang selebar 40 bulan purnama di langit. “Ini seperti memiliki laboratorium pembentuk bintang di halaman belakang kosmik kita,” kata Blakesley Burkhart, profesor fisika dan astronomi di Rutgers School of Arts and Sciences yang memimpin studi ini.

Cara Baru Melihat yang Tak Terlihat

Selama ini, para ilmuwan mengandalkan emisi debu untuk menemukan awan molekuler di dalam Gelembung Lokal (Local Bubble) – rongga besar berisi plasma panas yang mengelilingi tata surya kita. Namun EOS ditemukan dengan metode revolusioner: mendeteksi fluoresensi hidrogen molekuler dalam spektrum ultraviolet jauh.

“Ini pertama kalinya awan molekuler ditemukan dengan mencari emisi ultraviolet jauh dari hidrogen molekuler secara langsung,” jelas Burkhart. Molekul hidrogen, yang terdiri dari dua atom hidrogen yang terikat, sebenarnya adalah molekul paling melimpah di alam semesta. Tapi selama ini sulit dideteksi karena pancarannya diserap atmosfer Bumi.

Pintu Masuk ke Proses Kelahiran Bintang

Dengan jaraknya yang relatif dekat, EOS memberikan kesempatan langka bagi para astronom untuk mempelajari secara detail bagaimana awan molekuler terbentuk dan terurai, serta bagaimana galaksi mulai mengubah gas dan debu antarbintang menjadi bintang dan planet.

“Ketika kita melihat melalui teleskop, kita melihat seluruh sistem tata surya sedang terbentuk, tapi kita tidak tahu secara detail bagaimana proses itu terjadi,” ujar Burkhart. “Penemuan Eos menarik karena sekarang kita bisa langsung mengukur bagaimana awan molekuler terbentuk dan terurai.”

Teknik yang sama yang mengungkap EOS ini bisa digunakan untuk menemukan lebih banyak awan tersembunyi di seluruh galaksi Bima Sakti. Ini membuka babak baru dalam pemahaman kita tentang pembentukan bintang dan planet.

Penemuan ini juga mengingatkan kita bahwa masih banyak misteri alam semesta yang menunggu untuk diungkap, bahkan di “halaman belakang” kosmik kita sendiri. Siapa tahu, mungkin dalam beberapa tahun ke depan, kita akan menyaksikan kelahiran bintang baru dari awan EOS ini.

Xiaomi 16 Bocoran Terbaru: Layar Lebih Besar dan Baterai Monster

0

Pernahkah Anda membayangkan ponsel dengan layar hampir tanpa bezel dan baterai yang tahan seharian penuh? Bocoran terbaru tentang Xiaomi 16 mengindikasikan hal itu mungkin menjadi kenyataan. Setelah rumor awal Maret lalu menyebutkan peningkatan ukuran layar, kabar terkini dari China justru memberikan gambaran lebih detail—dan sedikit kontradiktif.

Xiaomi 15, pendahulunya, sudah mencuri perhatian dengan layar 6,36 inci dan bobot 192 gram. Namun, apakah Xiaomi 16 akan menjadi lebih besar atau justru mempertahankan ukuran yang nyaris sama? Yang jelas, jika bocoran ini akurat, Xiaomi sedang menyiapkan sesuatu yang istimewa untuk para penggemarnya.

Menurut sumber terbaru, Xiaomi 16 akan tetap berada di kisaran 6,3 inci—mungkin hingga 6,39 inci. Meski peningkatannya minimal, kabarnya layar ini akan menjadi “yang terbaik dan paling indah” di kelasnya, dengan bezel super tipis dan fitur perlindungan mata yang diklaim jauh lebih unggul daripada pesaing. Tidak hanya itu, baterainya disebut-sebut sebagai yang terbesar untuk ponsel berukuran serupa.

Layar Mungil dengan Performa Monster

Meski ukuran layar Xiaomi 16 tidak jauh berbeda dari pendahulunya, bocoran menyebutkan bahwa bezel akan menjadi lebih tipis, memberikan rasio layar-ke-badan yang lebih tinggi. Fitur eye protection juga diklaim lebih maju, meski detail teknisnya masih belum terungkap. Apakah ini berarti teknologi LTPO atau refresh rate adaptif yang lebih canggih? Kita tunggu saja.

Xiaomi 15

Yang menarik, Xiaomi 16 disebutkan akan memiliki baterai berkapasitas besar—bahkan lebih besar dari OnePlus 13T yang baru diluncurkan dengan baterai 6.260 mAh. Jika klaim ini akurat, baterai Xiaomi 16 minimal 6.270 mAh, atau bahkan 6.700 mAh seperti yang diungkapkan oleh sumber lain. Bayangkan, ponsel dengan layar 6,3 inci tetapi memiliki daya tahan baterai seperti ponsel gaming!

Sistem Kamera Triple dengan Sensor 50 MP

Selain layar dan baterai, kamera juga menjadi sorotan. Xiaomi 16 dikabarkan akan membawa sistem triple kamera belakang dengan sensor utama 50 MP. Yang lebih menarik, rumor sebelumnya menyebutkan bahwa ponsel ini akan dilengkapi kamera telephoto periskop—fitur yang biasanya ditemukan di ponsel flagship premium.

Jika benar, ini bisa menjadi keunggulan kompetitif Xiaomi 16 dibandingkan pesaing seperti Samsung Galaxy S25 atau iPhone 16. Apalagi, dengan bobot yang disebutkan “tidak jauh berbeda” dari Xiaomi 15 (192 gram), ketebalan bodi yang ramping, dan baterai besar, Xiaomi tampaknya berusaha menyeimbangkan performa dan ergonomi.

HyperOS 3.0 dan Android 16

Di sisi perangkat lunak, Xiaomi 16 diprediksi akan langsung menjalankan HyperOS 3.0 berbasis Android 16. Google sendiri rencananya merilis Android 16 pada akhir Juni, sementara Xiaomi 16 kemungkinan baru meluncur pada Oktober. Jadi, dari segi waktu, semuanya tampak sesuai.

Xiaomi releases Android 16 Developer Preview for two phones

Dengan kombinasi layar premium, baterai besar, kamera canggih, dan sistem operasi terbaru, Xiaomi 16 berpotensi menjadi salah satu flagship terkuat di paruh kedua 2025. Namun, apakah semua klaim ini akan terbukti? Kita harus menunggu pengumuman resmi dari Xiaomi.

Sementara itu, bagi Anda yang penasaran dengan varian sebelumnya, Xiaomi 14 dan 14 Pro sudah menunjukkan performa yang mengesankan dengan RAM 16GB. Apakah Xiaomi 16 akan melampauinya?

Samsung One UI 8 Bakal Hadir dengan Fitur AI Canggih untuk Ringkas Video

0

Bayangkan bisa menonton video panjang dalam waktu singkat, hanya dengan bantuan kecerdasan buatan. Bocoran terbaru mengindikasikan bahwa Samsung sedang menguji fitur revolusioner di One UI 8 berbasis Android 16—kemampuan untuk meringkas video online secara otomatis. Fitur ini akan menjadi andalan di browser bawaan Samsung Internet, dan kabarnya akan berjalan sepenuhnya di perangkat untuk Galaxy S25 series.

Setelah penundaan panjang peluncuran One UI 7 berbasis Android 15, Samsung kini bersiap melangkah lebih jauh dengan One UI 8. Fitur AI Summarize ini bukan sekadar tambahan biasa, melainkan terobosan yang bisa mengubah cara Anda mengonsumsi konten video. Dengan dukungan chipset Snapdragon 8 Elite, proses meringkas video akan terjadi secara lokal, menjaga privasi dan kecepatan.

Lalu, bagaimana cara kerja fitur ini? Dan kapan kita bisa menikmatinya secara resmi? Mari kita telusuri lebih dalam.

One UI 8 dan Kemampuan AI Summarize yang Mengagumkan

Berdasarkan pengujian internal, fitur AI Summarize di Samsung Internet akan memungkinkan pengguna mendapatkan rangkuman otomatis dari video online. Anda cukup membuka video di browser, dan sistem AI akan menganalisis konten untuk menyajikan poin-poin penting. Ini sangat berguna untuk video tutorial, berita, atau konten edukasi yang panjang.

Samsung's One UI 8 based on Android 16 to AI summarize any online video

Menariknya, pada Galaxy S25 series, proses ini akan sepenuhnya dilakukan di perangkat (on-device) tanpa perlu mengandalkan cloud. Artinya, kecepatan dan keamanan data Anda lebih terjamin. Fitur ini didukung oleh kemampuan pemrosesan AI dari Snapdragon 8 Elite, yang menjanjikan efisiensi tinggi.

Bisa Dicoba Sekarang, Tapi Harap Hati-Hati!

Bagi yang penasaran, fitur ini sebenarnya sudah bisa diakses melalui mode debug di Samsung Internet. Caranya:

  1. Ketik internet://debug di address bar.
  2. Tekan Go.
  3. Buka menu tiga garis di pojok kanan bawah.
  4. Pilih Settings > Debug settings > Single module tests > AI Summarize Settings.
  5. Aktifkan Enable Video Summarize.

Namun, perlu diingat bahwa fitur ini masih dalam tahap pengujian. Tidak semua pengguna mungkin bisa mengaksesnya dengan lancar, dan bisa saja terjadi bug. Jadi, jika Anda mencobanya, lakukan dengan risiko sendiri.

One UI 8 hands-on video gives us our best look yet at Samsung's next Android skin

Kapan One UI 8 Resmi Diluncurkan?

Samsung belum mengumumkan tanggal pasti peluncuran One UI 8. Namun, melihat pola rilis sebelumnya, kemungkinan besar akan tiba di akhir 2025 atau awal 2026. Yang pasti, Samsung berharap bisa menghindari penundaan seperti yang terjadi pada One UI 7.

Selain fitur AI Summarize, One UI 8 juga diprediksi membawa sejumlah peningkatan lainnya, termasuk optimasi baterai yang lebih baik dan desain antarmuka yang lebih halus. Jika Anda ingin tahu lebih banyak tentang perangkat yang akan mendukung One UI 8, simak artikel lengkapnya di sini.

Dengan fitur-fitur seperti ini, Samsung terus memperkuat posisinya sebagai salah satu inovator terdepan di dunia Android. Apakah Anda siap menyambut era baru kecerdasan buatan di genggaman?

Bocoran Baru: Update Besar Galaxy S25 Tertunda, Hanya Dapat Patch Keamanan

0

Telset.id – Kabar mengejutkan datang dari Samsung. Rencana update besar untuk seri Galaxy S25 yang dijadwalkan Mei 2025 ternyata harus tertunda. Bocoran terbaru dari tipster ternama Alfaturk mengungkap, update tersebut kini hanya akan membawa patch keamanan biasa, tanpa tambahan fitur yang dijanjikan sebelumnya.

Sebelumnya, beredar rumor bahwa Samsung akan menghadirkan peningkatan signifikan untuk kamera dan performa melalui firmware terbaru. Pengguna berharap dapat menikmati foto lebih tajam dan rekaman video lebih mulus, ditambah optimasi sistem yang membuat Galaxy S25 semakin gesit. Namun, harapan itu pupus—setidaknya untuk sementara waktu.

Galaxy S25 May update hanya membawa patch keamanan

Update Minim, Kode Firmware Berubah

Alfaturk membagikan informasi ini melalui akun X-nya. Menurutnya, Samsung mengubah rencana update dengan mengganti kode firmware dari “U2” dan “DB” menjadi “S3” dan “DA”. Perubahan ini mengindikasikan bahwa update Mei 2025 hanya akan bersifat minor, bukan major seperti yang diharapkan.

Meski demikian, beberapa aplikasi bawaan seperti sistem launcher dan kamera mungkin masih mendapatkan penyegaran kecil. Namun, peningkatan besar-besaran—termasuk fitur AI seperti Photo Assist—terpaksa ditunda karena masalah teknis yang belum terpecahkan selama fase pengujian.

Reaksi Penggemar: Kecewa Tapi Masih Berharap

Respons dari penggemar Samsung beragam. Sebagian merasa kecewa karena harus menunggu lebih lama untuk mendapatkan fitur yang dijanjikan. Namun, ada juga yang memahami keputusan Samsung, mengingat brand ini dikenal sangat ketat dalam hal kualitas update.

“Lebih baik ditunda daripada rilis setengah matang,” tulis salah satu pengguna di X. Spekulasi pun bermunculan—apakah update besar akan dirilis pada Juni atau Juli 2025? Samsung sendiri belum memberikan konfirmasi resmi.

Seri Galaxy S25 sejatinya sudah unggul dengan layar AMOLED 6,2-6,9 inci dan kamera 200MP (pada varian Ultra). Namun, peningkatan software tetap dinantikan untuk memaksimalkan potensi perangkat. Jika Anda penasaran dengan fitur AI terbaru Samsung, simak ulasan lengkapnya di sini.

Bagi yang masih mempertimbangkan upgrade ke S25 atau menunggu S26, perlu diingat bahwa seri penerus dikabarkan akan menggunakan chipset Exynos di sebagian besar pasar. Jika Anda menginginkan stabilitas, Galaxy S25 mungkin pilihan lebih aman—terutama dengan update yang dijamin terus datang, meski sedikit terlambat.

Jadi, bersiaplah untuk update Mei yang lebih sederhana. Cek pengaturan perangkat Anda (Settings > Software Update) untuk mendapatkan patch keamanan terbaru. Sementara itu, kita tunggu kabar selanjutnya dari Samsung.