Beranda blog Halaman 64

Garmin Instinct 3 Tactical Edition: Smartwatch Tangguh untuk Misi Ekstrem

Telset.id – Jika Anda mencari smartwatch yang tak hanya canggih tetapi juga siap menghadapi medan terberat, Garmin baru saja meluncurkan jawabannya: Instinct 3 – Tactical Edition. Jam tangan pintar ini bukan sekadar aksesori, melainkan partner taktis yang dirancang untuk bertahan dalam kondisi ekstrem, mulai dari operasi militer hingga petualangan alam liar.

Diumumkan resmi di Indonesia pada 13 Mei 2025, Instinct 3 – Tactical Edition membawa sejumlah peningkatan signifikan dibanding pendahulunya. Layar AMOLED berkualitas tinggi, bezel logam penguat, dan senter LED bawaan hanyalah beberapa fitur yang membuatnya layak disebut sebagai “smartwatch paling tangguh” saat ini. Bahkan, Garmin mengklaim baterainya mampu bertahan hingga 24 hari dalam mode smartwatch biasa!

Desain Militer dengan Fitur Canggih

Instinct 3 – Tactical Edition dibangun dengan standar ketangguhan militer (MIL-STD-810), menjadikannya tahan terhadap guncangan, suhu ekstrem, dan tekanan air hingga 100 meter. Material fiber-reinforced polymer dan layar anti-gores memastikan jam ini tetap berfungsi meski terbentur batu atau terjatuh. Yang menarik, model 45mm dan 50mm dilengkapi senter LED dengan berbagai mode, termasuk cahaya hijau untuk operasi malam dan strobo untuk sinyal darurat.

Content image for article: Garmin Instinct 3 Tactical Edition: Smartwatch Tangguh untuk Misi Ekstrem

Fitur taktisnya pun tak main-main. Stealth Mode mematikan semua komunikasi nirkabel untuk menghindari deteksi, sementara Kill Switch memungkinkan penghapusan data instan jika perangkat jatuh ke tangan yang salah. Bagi pengguna yang sering terjun payung, fitur Jumpmaster akan menjadi penyelamat.

Fitur Khusus untuk Latihan dan Navigasi

Garmin memasukkan aktivitas rucking (berjalan dengan ransel berbeban) sebagai mode latihan baru, terinspirasi dari pelatihan militer. Untuk navigasi, multi-band GPS dan SatIQ™ memastikan akurasi tinggi tanpa boros baterai. Bahkan, model dengan panel surya generasi terbaru diklaim memiliki daya tahan 5x lebih lama daripada Instinct 2 Solar saat menggunakan GPS.

Tak ketinggalan, fitur kesehatan seperti pemantauan detak jantung, Pulse Ox, dan analisis tidur tetap hadir. Pengguna juga bisa memanfaatkan desain watch face kustom atau mengikuti pelatihan adaptif via Garmin Coach.

Harga dan Ketersediaan

Instinct 3 – Tactical Edition tersedia dalam tiga varian:

  • Solar 45mm (Rp 8.899.000)
  • Solar 50mm (Rp 9.799.000)
  • AMOLED 50mm (Rp 10.699.000)

Produk ini bisa dibeli melalui toko resmi Garmin baik online maupun offline. Tertarik menjadikannya partner petualangan Anda?

Marvel 1943: Rise of Hydra Ditunda hingga 2026, Ini Alasannya

Telset.id – Kabar mengejutkan datang dari Skydance Games. Marvel 1943: Rise of Hydra, game petualangan bertema Perang Dunia II yang dinanti-nanti, resmi ditunda hingga awal 2026. Padahal, game ini semula dijadwalkan rilis tahun ini. Apa alasan di balik keputusan ini?

Menurut pernyataan resmi Skydance Games, penundaan dilakukan untuk “memberikan sentuhan akhir yang lebih sempurna.” Alasan klasik, tapi selalu relevan. Bukankah lebih baik menunggu sedikit lebih lama untuk mendapatkan pengalaman bermain yang mulus, ketimbang menghadapi bug yang mengganggu?

Meski demikian, kabar ini tentu mengecewakan para penggemar Marvel yang sudah tidak sabar menantikan game ini. Marvel 1943: Rise of Hydra adalah game naratif dengan empat karakter yang bisa dimainkan, termasuk dua ikon besar: Black Panther dan Captain America. Berlatar Paris yang diduduki Nazi selama Perang Dunia II, game ini menjanjikan petualangan epik dengan sentuhan sejarah.

Marvel 1943: Rise of Hydra - Karakter Black Panther dan Captain America

Tim di Balik Layar: Amy Hennig dan Warisannya

Game ini dikembangkan oleh Amy Hennig, nama yang tidak asing bagi para pecinta game. Hennig adalah sosok di balik kesuksesan seri Uncharted, di mana ia bertindak sebagai penulis utama untuk tiga game pertama. Ia juga pernah menjadi creative director untuk franchise Legacy of Kain. Dengan rekam jejak seperti itu, tidak heran jika ekspektasi terhadap Marvel 1943: Rise of Hydra sangat tinggi.

Hennig kini mengepalai studio baru di bawah naungan Skydance, dan game Marvel ini menjadi proyek pertamanya. Bagi yang mengenal karyanya, narasi yang mendalam dan karakter yang kuat adalah ciri khasnya. Apakah Marvel 1943: Rise of Hydra akan menjadi game terbaiknya? Kita tunggu saja.

Mengapa Penundaan Bisa Jadi Berita Baik?

Meski penundaan selalu mengecewakan, ada sisi positifnya. Industri game penuh dengan contoh game yang dirilis terlalu cepat dan berakhir dengan bencana. Cyberpunk 2077 adalah pelajaran berharga—rilis prematur bisa merusak reputasi game sekalipun dikembangkan oleh studio ternama.

Dengan tambahan waktu pengembangan, tim Hennig memiliki kesempatan untuk memastikan setiap elemen game—mulai dari mekanik permainan, grafis, hingga narasi—benar-benar matang. Jika hasilnya sesuai harapan, penantian ini akan terbayar lunas.

Jadi, meski harus menunggu hingga 2026, setidaknya kita tahu bahwa Skydance Games tidak mau mengorbankan kualitas. Bagaimana pendapat Anda? Apakah Anda rela menunggu demi pengalaman bermain yang sempurna, atau lebih suka game rilis tepat waktu meski berisiko bug?

Proyek Karbon Kenya vs Peternak Lokal: Konflik di Balik Klaim Netral Karbon

Telset.id – Bayangkan tanah leluhur yang telah menghidupi keluarga Anda selama ratusan tahun tiba-tiba diatur oleh aturan baru demi sertifikat karbon. Inilah dilema yang dihadapi komunitas peternak Maasai di Kenya utara, di mana proyek penangkapan karbon justru memicu konflik sosial. Laporan eksklusif The Wall Street Journal mengungkap bagaimana Northern Kenya Rangelands Carbon Project—program andalan perusahaan teknologi seperti Netflix dan Meta untuk offset emisi—kini terancam bubar.

Dua Dunia yang Bertabrakan

Proyek seluas 4,7 juta hektar ini mengubah padang rumput tradisional menjadi “spons karbon” dengan membiarkan rumput tumbuh untuk menyerap CO₂. Sebagai imbalan, masyarakat mendapat bagi hasil dari penjualan kredit karbon. Namun, syaratnya ketat: peternak harus menerapkan rotasi penggembalaan agar vegetasi pulih. Masalahnya, teknik ini bertentangan dengan kebiasaan turun-temurun suku Maasai yang menggembala ternak secara bebas.

Konflik peternak Maasai dengan proyek karbon di Kenya

“Mereka menjanjikan kemakmuran, tapi yang terjadi justru pembatasan akses ke tanah kami,” keluh seorang peternak dalam laporan tersebut. Beberapa bahkan mengaku tak memahami konsekuensi perjanjian awal. Ironisnya, kredit karbon dari sengketa ini telah dibeli raksasa teknologi untuk mengklaim status carbon neutral—istilah yang kini semakin dipertanyakan keabsahannya.

Kredit Karbon: Solusi atau Ilusi?

Industri teknologi memang bergantung pada mekanisme offset emisi untuk menetralkan dampak operasionalnya. Server cloud yang menjalankan streaming film atau pelatihan AI—seperti yang diungkap dalam laporan konsumsi energi Tesla—memerlukan daya listrik dan air yang masif. Namun, kasus Kenya membuktikan bahwa proyek karbon tak selalu berjalan mulus di lapangan.

Pertanyaannya: apakah skema ini benar-benar berkelanjutan, atau sekadar greenwashing yang dipoles angka-angka? Dengan proyek Kenya kini ditangguhkan, perusahaan yang telah membeli kreditnya—termasuk yang mengklaim produknya ramah lingkungan seperti Google—harus mempertanggungjawabkan klaim netral karbon mereka.

Kisah Kenya menjadi pengingat: transisi hijau harus inklusif. Tanpa melibatkan masyarakat lokal sebagai mitra setara, proyek lingkungan berisiko menjadi kolonialisme ekologis berkedok sustainability. Mungkin sudah waktunya industri teknologi—seperti inovasi perangkat hemat energi di era awal—mencari solusi yang lebih adil.

Nothing Phone 3 Bakal Lebih Mahal, Ini Alasannya

Telset.id – Jika Anda mengira Nothing Phone 3 akan mempertahankan harga terjangkau seperti pendahulunya, bersiaplah untuk kaget. Bocoran terbaru dari CEO Nothing, Carl Pei, mengungkap bahwa smartphone flagship terbaru mereka akan dibanderol sekitar £800 (sekitar Rp16 juta). Kenaikan signifikan ini menandai perubahan strategi besar-besaran dari brand yang sebelumnya dikenal dengan produk premium namun ramah kantong.

Dalam video pemasaran Android yang dirilis bersamaan dengan Google I/O 2025, Pei menjelaskan bahwa Nothing “berani all-in” untuk Phone 3. Langkah ini mencakup penggunaan material premium, peningkatan performa signifikan, dan penyempurnaan software yang disebutnya “benar-benar mengubah level permainan.” Bandingkan dengan Nothing Phone 2 yang diluncurkan dengan harga £580 di Inggris dan $600 di AS—lonjakan hampir 40% ini jelas bukan kenaikan biasa.

Nothing Phone 3 bocoran desain dan fitur premium

Dari Underdog Jadi Penantang Serius

Nothing sejak awal membangun reputasi melalui pendekatan unik: desain futuristik dengan harga bersaing. Produk seperti Nothing Phone 2 atau varian 3a yang rilis Maret 2025 membuktikan komitmen tersebut. Namun, keputusan menaikkan harga Phone 3 sejajar dengan Pixel 9 atau iPhone 16 menunjukkan ambisi baru—Nothing tak mau lagi hanya jadi “alternatif murah”.

Pertanyaannya: apakah pasar siap menerima Nothing sebagai brand premium? Analis pasar menyoroti dua hal. Pertama, kenaikan harga harus dibarengi dengan inovasi nyata—bukan sekadar upgrade spec sheet. Kedua, Nothing perlu membuktikan bahwa pengalaman pengguna (UX) mereka setara dengan raksasa seperti Apple atau Samsung. “Ini risiko besar, tapi jika berhasil, Nothing bisa mengubah persepsi pasar secara permanen,” komentar seorang pengamat teknologi.

Strategi Dua Jalur: Flagship dan Mid-Range

Menariknya, Nothing tampaknya tak meninggalkan segmen mid-range. Varian Phone 3a dan 3a Pro tetap mempertahankan harga kompetitif dengan chipset mid-range dan kamera sederhana, tetapi tetap mempertahankan DNA desain khas Nothing. Ini mirip strategi Google dengan seri Pixel-a atau Apple dengan iPhone SE—mempertahankan basis pengguna sambil berburu segmen premium.

Lalu, apa yang bisa kita harapkan dari Nothing Phone 3? Spekulasi mengarah ke tiga area utama: material seperti keramik atau logam aerospace, chipset Snapdragon 8 Gen 4, dan fitur AI eksklusif. Kabar tentang tombol baru mirip iPhone 16 juga menimbulkan dugaan integrasi hardware-software yang lebih dalam.

Jika prediksi ini akurat, £800 mungkin justru menjadi harga yang “masuk akal” untuk segmen flagship 2025. Tapi seperti kata pepatah di dunia tech: harga tinggi harus dibuktikan dengan pengalaman tinggi. Kita tunggu saja musim panas ini saat Nothing Phone 3 resmi diperkenalkan.

Valve SteamOS Siapkan Fitur Kompatibilitas Baru untuk Game

0

Telset.id – Jika Anda penggemar game PC dan sering bermain di perangkat handheld, kabar terbaru dari Valve ini patut disimak. Perusahaan di balik Steam mengumumkan fitur penilaian kompatibilitas baru untuk SteamOS yang akan membantu pemain mengidentifikasi game yang didukung di luar Steam Deck.

Fitur bernama SteamOS Compatibility ini rencananya akan diluncurkan dalam beberapa minggu ke depan. Ini merupakan perluasan dari program Steam Deck Verified yang sudah ada. Yang menarik, developer game tidak perlu melakukan langkah tambahan jika game mereka sudah lolos verifikasi Steam Deck. Sistem baru ini akan otomatis memberikan tanda centang biru pada game yang kompatibel di Steam Store dan Steam Client saat diakses dari perangkat selain Steam Deck.

Masa Depan SteamOS yang Lebih Terbuka

Langkah Valve ini jelas bukan tanpa alasan. Saat ini, Lenovo Legion Go S adalah satu-satunya perangkat handheld selain Steam Deck yang secara resmi menjalankan SteamOS. Namun, melihat gelagat di CES awal tahun ini, Lenovo sudah mulai mengisyaratkan generasi kedua perangkat mereka. Valve tampaknya sedang mempersiapkan ekosistem SteamOS untuk pertumbuhan yang lebih besar di masa depan.

SteamOS Compatibility Checkmark pada Steam Store

“Ini adalah langkah antisipatif Valve,” kata seorang analis industri game yang enggan disebutkan namanya. “Dengan semakin banyaknya perangkat handheld berbasis SteamOS yang akan datang, sistem penilaian kompatibilitas yang terpusat menjadi kebutuhan mendesak.”

Dampak pada Industri Game Handheld

Kehadiran fitur ini bisa menjadi game-changer bagi pasar perangkat gaming handheld. Jika SteamOS benar-benar berkembang sebagai layanan mandiri, lanskap gaming portabel mungkin akan berubah drastis. Pemain tidak lagi terikat pada satu perangkat tertentu, sementara developer bisa lebih mudah menjangkau audiens yang lebih luas.

Namun, tantangan tetap ada. Seperti yang diungkapkan dalam artikel kami sebelumnya tentang game yang tidak kompatibel di Steam Deck, masalah kompatibilitas seringkali lebih kompleks dari sekadar centang hijau atau biru. Apakah sistem baru Valve ini akan memberikan solusi menyeluruh? Atau justru menimbulkan kebingungan baru bagi pemain?

Yang pasti, langkah Valve ini menunjukkan komitmen mereka untuk memperluas ekosistem SteamOS. Bagi Anda yang penasaran dengan pengalaman gaming di Steam Deck, kami sudah membahasnya secara mendalam dalam artikel Perkenalkan Steam Deck, Main Game PC Terbaik dalam Genggaman.

Sementara itu, bagi yang mencari pengalaman gaming berbeda, jangan lewatkan rekomendasi kami tentang 20 Game Dewasa Android 18+ Terbaru 2025. Tapi ingat, konten tersebut hanya untuk audiens dewasa!

Dengan fitur baru ini, Valve sepertinya sedang menyiapkan panggung untuk pertempuran besar di pasar gaming handheld. Siapkah industri menyambut era baru di mana sistem operasi menjadi faktor penentu, bukan hanya perangkat kerasnya?

DJI Mavic 4 Pro Resmi Dirilis: Drone dengan Kamera 100MP dan Gimbal 360°

0

Telset.id – DJI kembali mengejutkan dunia dengan meluncurkan Mavic 4 Pro, drone terbaru yang membawa sejumlah peningkatan signifikan dibanding pendahulunya. Dengan kamera 100MP, gimbal 360°, dan waktu terbang hingga 51 menit, drone ini siap menjadi andalan para kreator konten profesional.

Jika Anda mengira DJI Mavic 3 Pro sudah cukup canggih, bersiaplah terpukau dengan generasi terbaru ini. DJI Mavic 4 Pro tidak hanya lebih cepat dan lebih tangguh, tetapi juga dilengkapi dengan fitur-fitur inovatif yang membuatnya layak disebut sebagai drone paling mutakhir saat ini.

Revolusi Gimbal 360° dan Kamera Triple Hasselblad

Salah satu fitur paling mencolok dari Mavic 4 Pro adalah gimbal 360° Infinity Gimbal yang memungkinkan rotasi penuh 360 derajat. Ini berarti Anda bisa mengambil sudut pengambilan gambar yang sebelumnya mustahil, seperti Dutch angles atau video vertikal tanpa perlu memutar drone. Gimbal ini juga bisa menengadah hingga 70° untuk bidikan dramatis.

DJI Mavic 4 Pro unveiled with 100+48+50MP cameras, longer range and higher endurance

Mavic 4 Pro membawa tiga kamera Hasselblad yang bekerja secara harmonis:

  • Kamera Utama: 100MP dengan sensor Four Thirds dan lensa 28mm (aperture f/2.0–f/11), mendukung rekaman 6K/60fps dan dynamic range 16 stop.
  • Kamera Medium Tele: 48MP dengan lensa 70mm (mirip Mavic 3 Pro).
  • Kamera Tele Panjang: 50MP dengan lensa 168mm (f/2.8), peningkatan signifikan dari versi sebelumnya.

Ketiga kamera ini menjamin reproduksi warna yang konsisten, memudahkan proses editing. Semuanya mendukung profil warna 10-bit D-Log, D-Log M, dan HLG. Untuk slow motion, kamera utama dan medium tele bisa merekam 4K/120fps, sementara tele panjang mencapai 4K/100fps.

Daya Tahan dan Kecepatan yang Meningkat

DJI Mavic 4 Pro ditenagai baterai 95Wh yang memberikan waktu terbang hingga 51 menit—lebih lama 8 menit dibanding Mavic 3 Pro. Kecepatan maksimalnya mencapai 90km/jam, cocok untuk pemburuan adegan aksi.

Sistem transmisi DJI O4+ memungkinkan jangkauan hingga 41km. Jika Anda membatasi jarak hingga 30km, Anda bisa menikmati transmisi video 10-bit HDR. Enam kamera fisheye dengan kemampuan low-light dan dual prosesor navigasi memastikan penghindaran rintangan omnidirectional hingga 65km/jam, bahkan dalam kondisi cahaya minim.

DJI Mavic 4 Pro unveiled with 100+48+50MP cameras, longer range and higher endurance

Fitur Canggih dan Harga

DJI juga memperkenalkan remote baru, DJI RC Pro 2, dengan layar mini-LED 7” dan memori internal 128GB. Remote ini bisa bertahan hingga 4 jam dan mendukung perekaman audio via mikrofon onboard atau DJI Mic.

Mavic 4 Pro hadir dalam tiga paket:

  • Basic (€2.100): Drone (64GB), 1 baterai, DJI RC 2.
  • Fly More Combo (€2.700): +2 baterai, adapter 100W, hub pengisian, tas bahu.
  • Creator Combo (€3.540): Drone (512GB), DJI RC Pro 2, adapter 240W, kabel data USB-C.

Sayangnya, drone ini belum tersedia di AS, tetapi sudah bisa dipesan di Eropa. Dengan segudang fitur unggulan, Mavic 4 Pro siap menjadi primadona baru di dunia aerial photography.

nubia Z70S Ultra Meluncur Global, Hadirkan Kamera Pro & Performa Elite

0

Telset.id – Jika Anda mencari smartphone dengan kamera pro dan performa elite, nubia Z70S Ultra mungkin jawabannya. Setelah diluncurkan di China bulan April lalu, flagship terbaru ZTE ini akhirnya siap merambah pasar global dengan harga mulai dari $779 (Rp12 jutaan). Namun, di balik spesifikasi menggiurkan, ada satu pertanyaan besar: apakah ZTE mampu memberikan dukungan software yang memadai?

nubia Z70S Ultra menawarkan kombinasi hardware yang impresif. Layar OLED 6,85 inci dengan refresh rate 144 Hz menjadi kanvas bagi chipset Snapdragon 8 Elite. Baterai 6.600 mAh dengan dukungan fast charging 80W menjanjikan ketahanan seharian. Namun, yang paling mencolok adalah trio kamera belakangnya.

nubia Z70S Ultra dengan kamera pro dan desain premium

Revolusi Fotografi Smartphone

Sensor utama 50 MP OmniVision Light & Shadow Master 990 (1/1,3″) diklaim melebihi kualitas sensor satu inci. Dilengkapi lensa tetap f/1.7 35mm, kamera ini didukung oleh telephoto periskop 64 MP (1/2″) dan ultrawide 50 MP (1/2,88″) dengan autofokus. Untuk selfie, terdapat kamera under-display 16 MP.

“Ini bukan sekadar upgrade kamera, tapi perubahan paradigma dalam fotografi smartphone,” kata seorang analis industri yang enggan disebutkan namanya. “Tapi hardware canggih saja tidak cukup tanpa optimasi software yang matang.”

Dilema Dukungan Software

Meski spesifikasi hardware-nya elite, ZTE sering dikritik karena dukungan software yang singkat. Beberapa pengguna mengeluh pembaruan sistem hanya bertahan 6 bulan setelah peluncuran. “Sayang sekali, desain dan kameranya sangat menarik,” ujar seorang fotografer yang pernah menggunakan produk ZTE. “Tapi sebagai alat kerja, konsistensi pembaruan keamanan lebih penting daripada spesifikasi kertas.”

nubia Z70S Ultra tersedia dalam dua varian: 12GB/256GB seharga $779 (≈Rp12,4 juta) dan 16GB/512GB seharga $869 (≈Rp13,8 juta). Untuk pasar Eropa, harga sedikit lebih tinggi: €769 dan €869. Sementara nubia Pad Pro akan menyusul pada 12 Juni, meski harga belum diumumkan.

Dengan segudang keunggulan hardware, nubia Z70S Ultra berpotensi menjadi penantang serius di kelas flagship. Namun tanpa komitmen jangka panjang pada pembaruan software, apakah smartphone ini layak dipertimbangkan? Jawabannya mungkin tergantung pada seberapa sering Anda ingin mengganti ponsel.

Samsung Galaxy Ring Edisi Terbatas Hadir dalam Warna Titanium Dua Warna

0

Telset.id – Samsung baru saja mengumumkan kejutan terbarunya: Galaxy Ring edisi terbatas dengan warna titanium dua warna. Meski pengumuman resmi Galaxy S25 Edge menjadi sorotan utama, produk wearable ini berhasil mencuri perhatian dengan keunikan dan eksklusivitasnya.

Dalam rilis pers Korea, Samsung menyebutkan bahwa Galaxy Ring edisi terbatas ini akan tersedia dalam varian titanium hitam dua warna. Produk ini akan dijual mulai besok di toko flagship Samsung Gangnam, baik secara terpisah maupun dalam paket bundling dengan Galaxy S25 Edge. Yang menarik, pembelian paket bundling akan memberikan diskon 20% untuk ring serta poin membership senilai KRW 100.000.

Desain Eksklusif Tanpa Gambar Resmi?

Ironisnya, meski Samsung mengumumkan warna baru ini, mereka tidak menyertakan gambar resmi dari varian dua warna tersebut. Namun, berdasarkan warna titanium silver dan titanium black yang sudah ada, kita bisa membayangkan kombinasi yang elegan dari kedua warna tersebut.

Edisi terbatas ini tampaknya benar-benar eksklusif. Rilis pers di negara lain tidak menyebutkan varian ini, dan tidak diketahui berapa banyak unit yang diproduksi. Bagi kolektor atau penggemar berat Samsung, ini mungkin kesempatan terakhir untuk mendapatkan produk langka ini.

Paket Bundling yang Menguntungkan

Bagi yang ingin membeli Galaxy S25 Edge, paket bundling dengan Galaxy Ring dua warna bisa menjadi pilihan menarik. Selain diskon 20% untuk ring, pembeli juga mendapatkan poin membership yang bisa digunakan untuk pembelian produk Samsung lainnya. Ini adalah strategi cerdas Samsung untuk mendorong penjualan kedua produk secara bersamaan.

Meski demikian, bagi yang hanya ingin membeli Galaxy Ring, produk ini tetap tersedia secara terpisah. Namun, dengan keunggulan paket bundling, banyak yang mungkin tergoda untuk membeli keduanya.

Spekulasi Galaxy Ring 2

Meski ada kabar bahwa Galaxy Ring 2 akan diluncurkan lebih awal, Samsung belum memberikan konfirmasi resmi. Namun, dengan peluncuran edisi terbatas ini, apakah ini pertanda bahwa generasi berikutnya akan segera hadir? Kita mungkin harus menunggu acara peluncuran Galaxy Z Fold7 dan Z Flip7 untuk mendapatkan jawabannya.

Jika Anda tertarik dengan produk wearable Samsung, pastikan untuk membaca kompatibilitas Galaxy Ring dengan iPhone atau kompatibilitasnya dengan perangkat Android lainnya.

Dengan desain yang elegan dan fitur canggih, Galaxy Ring edisi terbatas ini bisa menjadi aksesori wajib bagi penggemar teknologi. Namun, dengan jumlah yang terbatas, sebaiknya buruan sebelum kehabisan!

Vivo V50 Elite Edition Segera Hadir di India dengan Kamera Zeiss dan Fitur Elite

0

Telset.id – Jika Anda mengira seri V50 dari vivo sudah lengkap dengan V50 dan V50e, bersiaplah untuk kejutan baru. vivo dikabarkan akan meluncurkan anggota ketiga dari keluarga V50 di India, yaitu V50 Elite Edition. Kabar ini semakin kuat setelah vivo mulai memposting teaser resmi di media sosial, dengan pengumuman resmi dijadwalkan pada 15 Mei mendatang.

Meskipun teaser tersebut tidak menyebutkan spesifikasi teknis secara rinci, ada petunjuk menarik yang bisa kita tangkap. Dalam video teaser, terlihat sebuah pulau kamera berbentuk lingkaran dengan tulisan “co-engineered with Zeiss”. Ini jelas menunjukkan bahwa kamera akan menjadi salah satu fitur unggulan dari ponsel ini.

Akun Twitter resmi vivo juga memberikan petunjuk tambahan dengan caption: “Elite. Enigmatic. Arriving soon. With sound that surrounds and portraits that captivate — this is more than just a phone.” Ungkapan “portraits that captivate” dan “sound that surrounds” mengindikasikan bahwa V50 Elite Edition akan membawa peningkatan di bidang fotografi portrait dan kualitas audio dibandingkan V50 biasa yang diluncurkan Februari lalu.

Sebagai perbandingan, V50 standar memiliki spesifikasi yang cukup mengesankan:

  • Layar AMOLED 6,77 inci dengan resolusi 1080×2392 dan refresh rate 120 Hz
  • Chipset Snapdragon 7 Gen 3
  • RAM 8GB/12GB dan penyimpanan 128GB/256GB/512GB
  • Kamera utama 50 MP dengan OIS, kamera ultrawide 50 MP dengan autofocus untuk makro, dan kamera selfie 50 MP dengan autofocus
  • Baterai 6.000 mAh dengan dukungan pengisian cepat 90W

Kolaborasi vivo dengan Zeiss bukanlah hal baru. Sebelumnya, kita sudah melihat hasil kerja sama ini di seri vivo X80 Series yang mendapat pujian untuk kualitas kameranya. Namun, penerapan teknologi Zeiss di seri V50 Elite Edition ini patut ditunggu, terutama untuk penggemar fotografi mobile.

Pertanyaan besar sekarang adalah: apa yang membuat edisi ini “elite”? Apakah hanya sekadar nama untuk membedakan dari varian biasa, atau benar-benar membawa peningkatan signifikan? Beberapa spekulasi menyebutkan mungkin ada peningkatan di sektor prosesor, kamera, atau bahkan desain yang lebih premium.

Menariknya, ini bukan pertama kalinya vivo meluncurkan edisi khusus. Sebelumnya, kita sudah melihat vivo X200 Pro dengan kamera 200 MP yang mengesankan. Apakah V50 Elite Edition akan mengikuti jejak kesuksesan tersebut?

Dengan jadwal peluncuran yang semakin dekat, kita tidak perlu menunggu lama untuk mengetahui jawabannya. Yang pasti, persaingan di segmen smartphone menengah-tinggi di India semakin panas dengan kehadiran V50 Elite Edition ini.

Sementara menunggu pengumuman resmi, kita bisa berharap vivo memberikan kejutan menyenangkan, terutama bagi penggemar fotografi mobile dan audio berkualitas. Apakah Anda termasuk yang menantikan kehadiran V50 Elite Edition ini?

Tennix: Robot Pelatih Tenis Pertama di Dunia dengan Kecepatan 120 km/jam

0

Telset.id – Bayangkan memiliki pelatih tenis profesional yang tak pernah lelah, selalu siap melatih kapan saja, dan mampu menembakkan bola dengan kecepatan 120 km/jam. Itulah yang ditawarkan oleh Tenniix, robot pelatih tenis pertama di dunia yang menggabungkan kecerdasan buatan (AI) dengan teknologi pelacakan canggih.

Dikembangkan oleh T-Apex, Tenniix bukan sekadar mesin penembak bola biasa. Robot ini dilengkapi dengan basis bergerak 360°, gimbal horizontal 46°, dan peluncur vertikal 50° yang memungkinkannya menembakkan berbagai jenis pukulan—dari groundstroke yang mematikan hingga lob yang tinggi. Dengan berat hanya 7 kg, Tenniix jauh lebih ringan dibandingkan mesin tenis konvensional, namun tidak mengorbankan performa.

Robot Tenniix menembakkan bola tenis dengan kecepatan tinggi

Lebih dari Sekadar Mesin Bola

Tenniix didesain untuk meniru gerakan lawan sungguhan. Dengan sistem pelacakan hybrid yang menggabungkan teknologi visi dan sensor UWB (Ultra-Wideband), robot ini mampu membaca pergerakan pemain secara real-time dan menyesuaikan responsnya. Chip AI RK3588S memberikan daya pemrosesan hingga 6 TOPS (Tera Operations Per Second), memungkinkan Tenniix membuat keputusan secepat kilat.

“Ini bukan sekadar mesin penembak bola, melainkan pelatih yang bisa berstrategi,” jelas pernyataan resmi T-Apex. Tenniix menawarkan lebih dari 1.000 latihan yang disesuaikan dengan tingkat keterampilan pemain, mulai dari pemula hingga profesional. Fitur Smart Match Mode-nya bahkan bisa menganalisis kekuatan dan kelemahan pemain, lalu menyesuaikan latihan secara dinamis.

Modular dan Dikendalikan Suara

Salah satu keunggulan Tenniix adalah desain modularnya, yang memungkinkan pengguna menambah atau meningkatkan modul latihan seiring perkembangan skill mereka. Robot ini mendukung tujuh jenis pukulan, termasuk Baseline Ball, Moonball, dan Kill Shot, dengan kecepatan hingga 120 km/jam dan spin ±5000 RPM.

Anda bahkan tidak perlu mengoperasikannya melalui aplikasi. Tenniix bisa dikendalikan via suara atau gestur tangan menggunakan armband khusus. LED display onboard memberikan umpan balik real-time, sementara aplikasi pendamping menyediakan analisis mendalam tentang performa latihan.

Dengan baterai yang tahan hingga 4.000 tembakan dalam 4 jam dan desain yang tahan lama, Tenniix siap menemani sesi latihan intensif tanpa jeda. T-Apex menawarkan tiga varian: Basic ($699), Pro ($999), dan Ultra ($1.499). Varian Ultra sudah termasuk basis bergerak, sementara untuk Pro, basis tersebut merupakan add-on opsional.

Jika Anda tertarik dengan inovasi robotik di dunia olahraga, jangan lewatkan perkembangan teknologi wearable yang juga semakin canggih dalam melacak performa atlet.

Robot Buatan Mahasiswa Pecahkan Rekor Dunia, Selesaikan Rubik’s Cube 4×4 dalam 45 Detik

0

Telset.id – Jika Anda mengira kecepatan manusia tak tertandingi dalam menyelesaikan Rubik’s Cube, pikirkan lagi. Sebuah robot buatan mahasiswa Universitas Bristol baru saja mencatatkan rekor dunia dengan menyelesaikan Rubik’s Cube 4×4 hanya dalam 45,305 detik—33 detik lebih cepat dari rekor sebelumnya!

Matt Pidden, mahasiswa Ilmu Komputer berusia 22 tahun, merancang dan membangun robot bernama The Revenger hanya dalam 15 minggu. Tidak menggunakan komponen jadi, robot ini sepenuhnya dikembangkan dari nol. “Saya menemukan rekor robot sebelumnya (1 menit 18 detik) dan merasa masih ada ruang untuk perbaikan besar,” ungkap Matt dalam rilis pers.

Robot The Revenger sedang memecahkan Rubik's Cube 4x4

Teknologi di Balik Kecepatan Luar Biasa

The Revenger menggunakan dua kamera web untuk memindai warna kubus, mekanisme khusus untuk memutar setiap sisi, dan algoritma buatan sendiri yang menemukan solusi tercepat. “Tantangan terbesar adalah menyinkronkan sistem pemindaian, solver, dan perangkat keras agar bekerja sempurna dalam waktu singkat,” jelas Matt.

Pada awal April, robot ini masih membutuhkan 2,5 menit. Namun, penyempurnaan analisis warna oleh kamera berhasil memangkas waktu secara dramatis. “Saya yakin rekor ini bisa dipecahkan lagi. Saya harap ini memotivasi mahasiswa lain,” tambahnya.

Manusia vs. Robot: Siapa yang Lebih Unggul?

Meski robot kini unggul di kategori 4×4, rekor manusia untuk kubus ini masih lebih cepat (15,71 detik). Namun, untuk kubus standar 3×3, robot seperti Sub1 Reloaded sudah mengalahkan manusia dengan waktu 0,38 detik.

Hasil ini sedang diajukan ke Guinness World Records. Diciptakan tahun 1974 oleh Ernő Rubik, kubus 4×4—dijuluki “Rubik’s Revenge”—ditemukan Péter Sebestény pada 1981 dan dikenal lebih kompleks karena tidak memiliki pusat tetap.

Pencapaian Matt membuktikan bahwa inovasi tak selalu membutuhkan dana besar atau waktu lama. Dengan semangat dan sumber daya kampus yang memadai, batas-batas teknologi terus terdorong. Siapa berikutnya yang akan mencatat sejarah?

Superwood: Kayu Super Kuat 10x Lebih Tangguh dari Baja Buatan AS

Telset.id – Bayangkan material yang memiliki kehangatan dan keindahan kayu alami, namun dengan kekuatan melebihi baja. Inilah yang berhasil diciptakan oleh perusahaan bioteknologi asal Amerika Serikat, InventWood, melalui inovasi terbaru mereka bernama Superwood.

Material revolusioner ini diklaim memiliki kekuatan 10 kali lebih tangguh dari baja, sekaligus tahan air, api, rayap, dan cuaca ekstrem. Tak hanya itu, Superwood tetap mempertahankan karakteristik alami kayu seperti tekstur, kemudahan pengerjaan, dan estetika yang hangat.

Papan Superwood hasil inovasi InventWood

Dari Laboratorium ke Industri Konstruksi

Dikembangkan oleh tim peneliti Universitas Maryland yang dipimpin oleh Profesor Liangbing Hu, Superwood merupakan hasil transformasi molekuler pada tingkat seluler kayu alami. Proses ini melibatkan penghilangan selektif komponen tertentu dari struktur sel kayu, kemudian dikompresi dalam kondisi terkendali.

“Superwood menunjukkan apa yang mungkin terjadi ketika kita menggabungkan struktur alam yang paling berkembang dengan sains revolusioner,” ungkap Alex Lau, CEO InventWood, dalam pernyataan resminya.

Perusahaan yang berbasis di Maryland ini baru saja menyelesaikan pendanaan Seri A senilai $15 juta untuk memulai produksi komersial pada kuartal ketiga 2025. Total pendanaan yang telah dikumpulkan mencapai lebih dari $50 juta, dengan kontribusi dari berbagai lembaga terkemuka termasuk Departemen Energi dan Pertahanan AS.

Solusi Berkelanjutan untuk Masa Depan

Dalam industri konstruksi yang sedang mencari alternatif berkelanjutan untuk material impor seperti baja dan aluminium, kehadiran Superwood dinilai sebagai terobosan penting. Material ini tidak hanya menawarkan performa tinggi, tetapi juga ramah lingkungan dengan jejak karbon yang lebih rendah.

Paul Hawken, environmentalis ternama AS, menyebut Superwood sebagai “terobosan luar biasa yang memuliakan kejeniusan alam”. Ia meyakini material ini akan membentuk masa depan industri konstruksi global.

InventWood menekankan komitmen mereka untuk memprioritaskan sumber daya dan produksi domestik guna menjaga standar kualitas tinggi. Langkah ini juga diharapkan dapat mendukung ekonomi lokal sekaligus mengurangi risiko logistik dan emisi dari manufaktur luar negeri.

Untuk memperluas distribusi di Amerika Utara, perusahaan telah menjalin kemitraan strategis dengan Intectural, pemasok utama material arsitektur berkinerja tinggi. Dengan produksi komersial yang akan dimulai pertengahan 2025, Superwood siap menjadi game changer di industri konstruksi modern.