Beranda blog Halaman 62

Xiaomi Mix Flip 2 Bakal Rilis Juni 2025, Spesifikasi Gahar dan Desain Tipis

Telset.id – Xiaomi tak mau ketinggalan dalam persaingan smartphone lipat. Bocoran terbaru dari Digital Chat Station mengungkap bahwa perusahaan asal Tiongkok ini bersiap meluncurkan Mix Flip 2 pada Juni 2025. Kabarnya, perangkat ini akan menjadi satu-satunya smartphone lipat Xiaomi tahun ini, menggantikan seri Mix Fold yang tak akan hadir di 2025.

Mix Flip 2 disebut-sebut akan menjadi jawaban Xiaomi terhadap dominasi Samsung Galaxy Z Flip dan Huawei Pocket series. Dengan desain clamshell yang lebih tipis (hanya 7.6mm saat terbuka) dan bobot 190 gram, Xiaomi berambisi menawarkan pengalaman pengguna yang lebih nyaman dibanding pendahulunya. Bocoran juga menyebutkan layar OLED 6.85 inci beresolusi 1.5K dengan refresh rate 120Hz – spesifikasi yang cukup menjanjikan untuk segmen ponsel lipat.

Ditenagai Snapdragon 8 Elite, Baterai Tahan Lama

Di balik bodinya yang ramping, Mix Flip 2 akan mengandalkan chipset Snapdragon 8 Elite dari Qualcomm. Kombinasi chipset flagship dengan optimasi HyperOS diyakini akan memberikan performa maksimal. Untuk urusan daya, Xiaomi menyematkan baterai 5.100mAh dengan dukungan pengisian cepat 67W kabel dan 50W nirkabel – angka yang impresif untuk ponsel lipat.

Kabarnya, Mix Flip 2 sudah mendapatkan sertifikasi 3C di Tiongkok, menandakan peluncurannya sudah di depan mata. Selain itu, perangkat ini juga akan dilengkapi dengan aksesori trendy yang memperkuat posisinya sebagai perangkat lifestyle. Xiaomi tampaknya ingin menargetkan segmen pengguna muda yang mengutamakan gaya dan performa.

Kamera Ganda 50MP dan Fitur Premium

Di sektor kamera, Mix Flip 2 diprediksi membawa dual kamera 50MP – terdiri dari sensor utama dengan OIS dan lensa ultra-wide. Meski tidak sebanyak ponsel flagship biasa, konfigurasi ini dianggap cukup untuk memenuhi kebutuhan fotografi sehari-hari. Xiaomi juga dikabarkan akan mempertahankan fitur-fitur premium seperti IR blaster, NFC, pemindai sidik jari di layar, dan sertifikasi ketahanan air IPX8.

Peluncuran global Mix Flip 2 diperkirakan akan menyusul pada Juli 2025, tak lama setelah debut di Tiongkok. Sementara itu, Redmi K80 Ultra yang disebutkan akan meluncur bersamaan dengan Mix Flip 2 kemungkinan besar tetap eksklusif untuk pasar Tiongkok. Namun, varian globalnya mungkin akan hadir dengan nama berbeda, seperti Xiaomi 15T Pro di kuartal ketiga 2025.

Dengan strategi ini, Xiaomi tampaknya ingin fokus menyempurnakan satu varian ponsel lipat per tahun, alih-alih membanjiri pasar dengan berbagai model. Pendekatan ini mirip dengan yang dilakukan Samsung dengan seri Galaxy Z Flip mereka. Pertanyaannya sekarang: akankah Mix Flip 2 mampu menyaingi dominasi Samsung dan Huawei di pasar ponsel lipat premium? Jawabannya mungkin akan kita dapatkan setelah peluncuran resminya nanti.

Google Perkenalkan Fitur Baru Android Auto: Video Beralih ke Audio Saat Berkendara

0

Telset.id – Google tengah mempersiapkan fitur baru untuk Android Auto yang memungkinkan aplikasi video beralih ke mode audio saat pengguna mulai mengemudi. Fitur ini dirancang untuk menjaga pengalaman hiburan tanpa mengganggu konsentrasi berkendara.

Saat ini, aplikasi video di mobil dengan Android built-in hanya dapat digunakan saat kendaraan dalam kondisi parkir. Dengan fitur baru ini, pengguna dapat terus mendengarkan konten seperti podcast atau siaran olahraga meski mobil sudah bergerak.

Google menjelaskan bahwa fitur ini akan bekerja secara otomatis. Sistem akan mendeteksi perpindahan dari mode “Parkir” ke “Drive” dan mengubah tampilan video menjadi audio saja. Misalnya, jika Anda menonton podcast video saat menunggu di area parkir, konten akan tetap terdengar saat mobil mulai melaju.

Copy of google i/o slide with audio-only android autoFitur ini sedang diuji coba untuk kendaraan dengan Android 14 ke atas yang menggunakan Android Automotive. Pengembang aplikasi perlu mengintegrasikan fitur ini ke dalam platform mereka agar dapat berfungsi optimal.

Google juga mengindikasikan bahwa aplikasi video akan segera hadir di Android Auto, sistem yang memproyeksikan layar ponsel ke dashboard mobil. Fitur audio-only ini kemungkinan akan diterapkan untuk aplikasi video tersebut, memungkinkan pengguna beralih dari menonton ke mendengarkan saat mobil bergerak.

Ini bukan pertama kalinya Google menghadirkan inovasi untuk pengalaman berkendara. Sebelumnya, mereka memperkenalkan fitur Spotify Jam yang memungkinkan penumpang berkolaborasi dalam playlist bersama.

Copy of google i/o slide with audio-only android auto

Langkah Google ini dinilai sebagai upaya untuk menyeimbangkan antara hiburan dan keselamatan berkendara. Dengan memberikan opsi audio-only, pengguna tetap bisa mengakses konten favorit tanpa terganggu oleh visual yang berpotensi membahayakan.

Pengguna yang tertarik mencoba fitur ini perlu menunggu hingga Google merilisnya secara resmi. Sementara itu, pengembang aplikasi dapat mulai mempersiapkan integrasi fitur tersebut ke dalam platform mereka.

Fitur ini juga sejalan dengan rencana Google untuk menghadirkan Google Gemini di Android Auto, yang akan semakin memperkaya pengalaman pengguna dalam berkendara.

Ilmuwan AS Rekam Video Pertama Kerusakan Baterai EV di Suhu Ekstrem

0

Telset.id – Untuk pertama kalinya, ilmuwan di Amerika Serikat berhasil merekam proses kerusakan baterai lithium-ion (Li-ion) kendaraan listrik (EV) saat terpapar suhu ekstrem. Tim peneliti dari Cornell University menggunakan mikroskop elektron canggih untuk menangkap fenomena ini dalam bentuk video.

Dipimpin oleh Yao Yang, asisten profesor kimia dan biologi kimia di Cornell, penelitian ini bertujuan memahami mekanisme degradasi baterai di iklim ekstrem. Metode yang disebut operando electrochemical transmission electron microscopy (TEM) ini memungkinkan pengamatan reaksi kimia secara real-time.

Proses kerusakan baterai EV dalam mikroskop elektron

“Kami sekarang bisa menyelidiki operasi baterai hingga suhu -50°C seperti di Arktik, atau aktivasi katalis hingga 300°C seperti pada converter katalitik mobil,” jelas Yang dalam pernyataan resmi.

Teknologi ini mampu menangkap perubahan material energi dalam skala nano, yang penting untuk pengembangan baterai lebih aman dan cepat diisi. Tantangan ini menjadi salah satu hambatan utama adopsi massal EV.

Dalam penelitian selama tiga tahun ini, tim menggunakan sirkuit elektrokimia tiga elektroda dan sirkuit pemanas/pendingin dua elektroda. Kolaborasi dengan Erik Thiede menghasilkan algoritma analisis data baru untuk memproses video dari TEM.

“Data yang dikumpulkan kelompok Yang adalah impian setiap ilmuwan komputasi,” kata Thiede. “Kami bisa melihat fenomena ilmiah baru yang membutuhkan algoritma baru, menunjukkan kekuatan pendekatan eksperimen-teori gabungan.”

Penelitian ini didanai oleh Cornell Atkinson Center for Sustainability Fast Grant 2025, The 2030 Project, dan Eric and Wendy Schmidt AI in Science Institute. Temuan ini dipublikasikan di Journal of the American Chemical Society.

Selain untuk baterai EV, teknologi ini juga digunakan dalam desain nanokatalis untuk mengurangi emisi karbon. “Ini bukan hanya terobosan diagnostik baterai, tapi juga langkah penting melawan perubahan iklim,” tambah Yang.

Perkembangan baterai tahan ekstrem menjadi krusial mengingat tantangan ketahanan baterai di berbagai iklim. Seperti ditunjukkan dalam perangkat elektronik tahan banting, material penyusun menjadi faktor penentu daya tahan produk.

China Kuasai Pasar Baterai Solid-State untuk EV dan Air Taxi

Telset.id – Perusahaan baterai China terus memperkuat dominasi di pasar teknologi solid-state dengan inovasi terbaru. Ganfeng Lithium mengumumkan telah menyelesaikan pengembangan rantai pasokan lengkap untuk baterai solid-state, sementara Gotion High-Tech memulai uji jalan baterai generasi terbarunya.

Menurut laporan China Daily, Ganfeng Lithium berhasil mencapai kepadatan energi 420 Wh/kg pada produknya, dengan sampel eksperimental mencapai 500 Wh/kg. Pencapaian ini menegaskan posisi China sebagai pemain utama dalam pengembangan baterai masa depan.

“Teknologi solid-state akan meningkatkan performa kendaraan listrik dan air taxi secara signifikan,” ungkap Zhu Xingbao, Chief Scientist Gotion High-Tech. Perusahaan tersebut baru saja meluncurkan baterai G-Yuan dengan kepadatan energi 300 Wh/kg yang ditujukan untuk kendaraan listrik, robot humanoid, dan transportasi udara.

Persaingan Ketat di Pasar Baterai

CATL, raksasa baterai China lainnya, juga mengklaim telah mencapai kepadatan energi 500 Wh/kg pada baterai solid-state-nya. Perusahaan ini bahkan sedang mengembangkan pesawat komersial bertenaga listrik berbasis teknologi tersebut.

China saat ini memproduksi lebih dari 60% kendaraan listrik dunia dan 80% baterai yang menggerakkannya. Dominasi ini diperkuat dengan rencana mass production baterai solid-state pada 2030, dengan demonstrasi skala kecil diperkirakan mulai 2027.

Teknologi solid-state dianggap sebagai solusi untuk meningkatkan adopsi EV yang sempat melambat. Data Motor Intelligence menunjukkan, penjualan hybrid di AS mencapai 1,9 juta unit tahun lalu, mengalahkan EV murni yang hanya 1,3 juta unit.

Tantangan Pengembangan Air Taxi

Baterai solid-state juga menjadi kunci pengembangan air taxi atau eVTOL. EHang, perusahaan China, telah melakukan uji terbang eVTOL dengan baterai solid-state selama 48 menit – peningkatan 60% dari tes sebelumnya.

Meski demikian, tantangan utama tetap pada kebutuhan daya yang tinggi. Rencana penerbangan perdana air taxi di Olimpiade Paris oleh Volocopter dari Jerman pun mengalami kendala teknis terkait baterai.

Perkembangan terbaru ini menunjukkan bagaimana China terus memimpin inovasi baterai global. Seperti dilaporkan dalam artikel sebelumnya, teknologi solid-state memang menjanjikan lonjakan performa signifikan untuk kendaraan listrik masa depan.

Paduan Elastis Baru Efisiensi 20x Lebih Baik untuk Pemanas dan Pendingin

Telset.id – Para peneliti di Hong Kong University of Science and Technology (HKUST) berhasil mengembangkan paduan elastis revolusioner yang mampu memanaskan dan mendinginkan dengan efisiensi 20 kali lebih baik daripada logam konvensional. Material bernama Ti₇₈Nb₂₂ ini memanfaatkan efek termoelastik (TeE) untuk menghasilkan perubahan suhu reversibel hingga 4–5 K hanya dengan peregangan atau kompresi.

Menurut Dr. Li Qiao, asisten profesor peneliti di departemen teknik HKUST, teknologi ini berpotensi menggantikan sistem pemanas berbahan bakar fosil. “Kami sedang mengembangkan prototipe pompa panas berbasis paduan ini untuk aplikasi industri,” ujarnya dalam rilis resmi. Temuan ini dipublikasikan di jurnal Nature Communications dengan dukungan dana dari Hong Kong Research Grants Council.

Solusi Hijau untuk Kebutuhan Termal Global

Hampir separuh konsumsi energi dunia digunakan untuk kebutuhan termal, mulai dari pemanas gedung hingga proses industri. Paduan Ti₇₈Nb₂₂ menawarkan efisiensi Carnot hingga 90%, setara dengan refrigeran komersial, tanpa emisi karbon. Profesor Sun Qingping, ketua tim peneliti, menjelaskan bahwa material ini membuktikan efek termoelastik—yang sebelumnya dianggap terlalu lemah—dapat dimanfaatkan secara praktis.

Mekanisme Inovatif dan Potensi Masa Depan

Berbeda dengan teknologi fase-transisi konvensional, Ti₇₈Nb₂₂ bekerja melalui deformasi elastis linier. Tim HKUST memperkirakan, pengembangan lebih lanjut dengan material ferroelastik bisa mencapai perubahan suhu hingga 22 K. Teknologi ini telah diajukan untuk beberapa paten internasional dan diharapkan dapat diterapkan dalam sistem pemanas distrik maupun pendingin industri.

Seperti diungkapkan dalam review perangkat berteknologi tinggi, inovasi material sering kali menjadi kunci efisiensi energi. Keberhasilan HKUST membuka jalan bagi solusi termal berkelanjutan yang lebih hemat biaya dan ramah lingkungan.

NASA Pantau Tiga Asteroid Sebesar Rumah Melintas Dekat Bumi

0

Telset.id – NASA sedang memantau tiga asteroid berukuran rumah yang melintas dekat Bumi dengan kecepatan hipersonik. Meski dikategorikan sebagai Potentially Hazardous Asteroids (PHAs), badan antariksa AS itu memastikan tidak ada risiko tabrakan dalam 100 tahun ke depan.

Asteroid pertama, bernama “2025 KT1”, melintas pada 26 Mei dengan jarak 1,2 juta mil dari Bumi. Objek antariksa ini berdiameter 42,1 kaki (12,8 meter) dan bergerak dengan kecepatan tinggi. Dua asteroid lain, “2025 JP” dan “2025 KW”, akan menyusul pada 27 dan 28 Mei dengan jarak lebih jauh.

Visualisasi lintasan asteroid dekat Bumi

Menurut NASA, PHAs didefinisikan sebagai asteroid yang mendekati Bumi dalam jarak 4,6 juta mil. Saat ini, terdapat lebih dari 1.400 PHAs yang teridentifikasi dalam sistem tata surya kita. “Meski berukuran besar, ketiga asteroid ini tidak mengancam Bumi,” tegas juru bicara NASA dalam pernyataan resminya.

NASA menjelaskan bahwa asteroid seukuran rumah seperti ini sebenarnya sering melintas dekat Bumi. Badan antariksa tersebut mendeteksi lebih dari 3.000 Near-Earth Asteroids (NEAs) setiap tahunnya melalui teleskop survei khusus. “Kami terus memantau semua objek dekat Bumi untuk memastikan keselamatan planet kita,” tambah NASA.

Sebagai perbandingan, asteroid yang memusnahkan dinosaurus 66 juta tahun lalu memiliki diameter 6,2 mil. Menurut perhitungan NASA, asteroid sebesar itu hanya menghantam Bumi setiap 10.000 tahun sekali. Sementara asteroid seperti yang sedang dipantau saat ini memiliki dampak minimal jika masuk atmosfer.

Masyarakat tidak perlu khawatir karena NASA telah memetakan semua asteroid berpotensi berbahaya hingga 100 tahun ke depan. “Tidak ada ancaman signifikan yang kami identifikasi dalam abad ini,” pungkas NASA. Untuk memantau pergerakan asteroid secara real-time, publik dapat mengakses peta interaktif “Eyes on Asteroids” di situs resmi NASA.

AS Unggul dalam Teknologi Hipersonik dengan Mesin Detonasi Baru

0

Telset.id – Amerika Serikat (AS) berhasil mencapai terobosan signifikan dalam perlombaan teknologi hipersonik global. Venus Aerospace, startup asal Houston, baru saja menyelesaikan uji terbang pertama mesin roket detonasi berputar (RDRE) di AS. Teknologi ini diyakini dapat memberikan keunggulan strategis bagi AS dalam persaingan dengan China dan Rusia.

Andrew Duggleby, CTO dan salah satu pendiri Venus Aerospace, menjelaskan bahwa mesin RDRE memanfaatkan gelombang detonasi yang berputar di dalam ruang bakar berbentuk cincin. “Ini bukan sekadar mengejar ketertinggalan, tapi melompati pesaing. Mesin ini memungkinkan hipersonik berbiaya rendah, yang benar-benar mengubah permainan,” ujarnya dalam wawancara dengan Interesting Engineering.

Venus Aerospace supersonic flight test drone

Mesin RDRE yang diuji menggunakan etilen dan oksigen sebagai bahan bakar, menghasilkan efisiensi termodinamika lebih tinggi dibandingkan mesin konvensional. Duggleby menyebut, mesin ini berpotensi meningkatkan performa hingga 30%, yang berarti muatan peluncuran ke luar angkasa bisa hampir empat kali lipat lebih besar.

Keberhasilan ini menjadi kabar baik bagi AS, yang selama ini tertinggal dari China dan Rusia dalam pengembangan senjata hipersonik. Rusia telah meluncurkan senjata seperti Avangard dan Kinzhal, sementara China menguji kendaraan luncur DF-ZF. AS sendiri menghadapi tantangan dalam program hipersoniknya, termasuk pembatalan program Air-launched Rapid Response Weapon (ARRW) pada 2023.

Eropa Berusaha Mengejar Ketertinggalan

Sementara AS mulai menunjukkan kemajuan, Eropa masih tertinggal dalam perlombaan teknologi hipersonik. European Space Agency (ESA) baru memulai penelitian dasar untuk mengembangkan kendaraan hipersonik yang dapat digunakan kembali. Didier Schmitt dari ESA mengatakan, tantangan utama adalah menyelesaikan masalah teknis sebelum Eropa bisa memiliki sistem hipersonik yang canggih.

Startup seperti Hypersonica di Jerman berusaha mengisi celah ini dengan mengembangkan platform hipersonik untuk keperluan pertahanan dan luar angkasa. Namun, pendanaan masih menjadi kendala besar. Venus Aerospace, misalnya, telah mengumpulkan dana $43 juta sejak 2020, sementara startup Eropa kesulitan menarik investasi serupa.

Dengan dukungan NASA dan Angkatan Udara AS, Venus Aerospace berencana memperluas pengujian dan berkolaborasi dengan mitra pemerintah maupun swasta. Target jangka panjang mereka adalah mengembangkan pesawat luar angkasa yang bisa lepas landas dari landasan biasa, mencapai orbit rendah Bumi, dan mendarat tanpa tahapan pembuangan.

Perkembangan teknologi hipersonik tidak hanya berdampak pada pertahanan, tetapi juga perjalanan global. Dengan kecepatan Mach 9, perjalanan antar benua bisa ditempuh dalam waktu kurang dari satu jam. Namun, tantangan regulasi dan keamanan masih harus diatasi sebelum penerbangan hipersonik komersial menjadi kenyataan.

Samsung Galaxy Z Flip7 Bakal Pakai Exynos 2500, Begini Performanya

0

Telset.id – Samsung dikabarkan akan menggunakan chipset Exynos 2500 untuk Galaxy Z Flip7. Bocoran ini muncul setelah benchmark perangkat dengan model SM-F766U terlihat di database Geekbench. Menariknya, model tersebut adalah varian yang ditujukan untuk pasar AS, mengindikasikan bahwa Exynos 2500 akan digunakan secara global.

Exynos 2500 sebenarnya direncanakan untuk seri Galaxy S25, namun digantikan oleh Snapdragon 8 Elite karena masalah produksi. Performanya di Geekbench menunjukkan skor single-core 2.012 dan multi-core 7.563, yang setara dengan Snapdragon 8 Gen 3 tetapi masih di bawah Snapdragon 8 Elite.

Bocoran Performa Samsung Galaxy Z Flip7
Bocoran Performa Samsung Galaxy Z Flip7

Chipset ini memiliki konfigurasi CPU 10-core, terdiri dari:

  • 1 core Cortex-X925 @ 3.3 GHz
  • 2 core Cortex-A725 @ 2.75 GHz
  • 5 core Cortex-A725 @ 2.36 GHz
  • 2 core Cortex-A520 @ 1.8 GHz

Frekuensi yang lebih rendah dibandingkan pesaing dari Qualcomm dan MediaTek mungkin disesuaikan untuk perangkat lipat yang memiliki keterbatasan dalam pendinginan. Galaxy Z Flip7 akan diluncurkan dengan Android 16 dan One UI 8, serta RAM 12GB.

Peluncuran Galaxy Z Flip7 diperkirakan berlangsung awal Juli, bersamaan dengan Galaxy Z Fold7. Sebelumnya, Samsung juga telah memulai produksi massal perangkat ini, seperti dilaporkan dalam artikel sebelumnya.

Dengan hadirnya Exynos 2500, Samsung tampaknya ingin mengoptimalkan efisiensi daya untuk perangkat lipat. Namun, performanya masih perlu dibuktikan di pasar yang didominasi Snapdragon.

Google Tensor G5 Akan Diproduksi TSMC, Tinggalkan Samsung

0

Telset.id – Google dikabarkan akan beralih dari Samsung Foundry ke TSMC untuk memproduksi chipset Tensor G5 yang akan menghadirkan performa dan efisiensi lebih baik. Perubahan ini diharapkan bisa membuat chipset Tensor lebih kompetitif di pasar flagship.

Menurut laporan terbaru dari Digitimes, Google telah menandatangani kontrak dengan TSMC untuk memproduksi beberapa generasi chipset Tensor mendatang. Kontrak ini diperkirakan berlangsung selama tiga hingga lima tahun, yang berarti TSMC kemungkinan akan memproduksi chipset hingga seri Pixel 14.

Google's future Tensor chipsets will be manufactured by TSMC

Selama ini, Tensor G1 hingga G4 diproduksi oleh Samsung Foundry. Namun, chipset tersebut kerap dikritik karena kurang efisien dibandingkan pesaingnya yang dibuat oleh TSMC. Sebagai contoh, Snapdragon 8 Gen 1 Plus yang diproduksi TSMC terbukti lebih hemat daya dan lebih bertenaga daripada versi buatan Samsung.

Peralihan ini juga terjadi di tengah masalah produksi yang dialami Samsung. Perusahaan asal Korea Selatan itu dikabarkan mengalami kendala dalam memproduksi Exynos 2500, sehingga Galaxy S25 sepenuhnya menggunakan chipset Qualcomm. Bahkan, Samsung dikabarkan akan melakukan restrukturisasi internal untuk memperbaiki bisnis produksi chipsetnya.

Google sendiri belum memberikan konfirmasi resmi terkait peralihan ini. Namun, Tensor G5 diperkirakan akan digunakan pertama kali di Pixel 10 yang rencananya diluncurkan musim gugur tahun ini. Jika laporan ini akurat, pengguna bisa berharap peningkatan signifikan dalam hal performa dan efisiensi daya.

Sebelumnya, Google juga dikabarkan akan menggunakan GPU dari Imagination Technologies untuk Tensor G5. Kombinasi antara desain baru dan proses produksi TSMC bisa menjadi langkah besar bagi Google dalam bersaing dengan chipset flagship lainnya.

Google's future Tensor chipsets will be manufactured by TSMC

Selain itu, peralihan ke TSMC juga bisa berdampak pada harga jual Pixel. Sebab, biaya produksi di TSMC umumnya lebih tinggi dibandingkan Samsung. Namun, jika performa dan efisiensinya meningkat signifikan, langkah ini bisa menjadi nilai tambah bagi Google.

Sebagai informasi, Tensor G4 yang digunakan di Pixel 9 masih diproduksi oleh Samsung. Namun, chipset ini sudah menunjukkan peningkatan dalam hal manajemen daya. Dengan beralih ke TSMC, Tensor G5 diharapkan bisa melampaui ekspektasi tersebut.

Samsung Galaxy A57 Bakal Gunakan Exynos 1680, Performa Lebih Kencang

0

Telset.id – Samsung dikabarkan sedang mempersiapkan Galaxy A57 sebagai penerus Galaxy A56 yang dirilis Maret lalu. Menurut laporan terbaru, ponsel ini akan ditenagai oleh chipset Exynos 1680, generasi terbaru dari Exynos 1580 yang digunakan di Galaxy A56.

Exynos 1680 disebut memiliki model number S5E8865 dan codename “Terra”. Meski detail spesifik belum terungkap, chipset ini kemungkinan besar akan menggunakan GPU Xclipse seperti pendahulunya. Exynos 1580 sendiri memberikan peningkatan performa signifikan dibandingkan Exynos 1480, dan ekspektasi terhadap Exynos 1680 tentu lebih tinggi lagi.

Galaxy A57 diperkirakan akan dirilis pada 2026, sehingga masih ada waktu cukup lama sebelum pengumuman resmi. Selama periode ini, informasi lebih lanjut tentang chipset ini kemungkinan akan terungkap secara bertahap.

Evolusi Chipset Exynos di Seri Galaxy A

Seri Galaxy A Samsung dikenal sebagai lini mid-range yang konsisten menggunakan chipset Exynos. Galaxy A56 dengan Exynos 1580 misalnya, memberikan lonjakan performa yang cukup besar dibandingkan pendahulunya. Jika tren ini berlanjut, Exynos 1680 di Galaxy A57 diharapkan bisa memberikan peningkatan yang lebih besar lagi.

Sebagai perbandingan, Galaxy A34 sebelumnya menggunakan chipset MediaTek Dimensity 1080 yang justru lebih unggul dibanding Exynos 1380 di Galaxy A54. Hal ini membuat Samsung kemungkinan akan lebih serius meningkatkan performa chipset Exynos untuk seri mid-range-nya.

Selain itu, Samsung juga dikenal sering bereksperimen dengan chipset berbeda di seri A3x. Namun, tahun 2025 tampaknya menjadi tahun pertama di mana Samsung tidak menggunakan chipset Dimensity untuk ponsel mid-range-nya.

Dengan jadwal rilis yang masih cukup lama, informasi lebih rinci tentang Exynos 1680 dan Galaxy A57 kemungkinan akan muncul dalam beberapa bulan mendatang. Samsung sendiri belum memberikan komentar resmi terkait kabar ini.

Vivo T4 Ultra Segera Rilis dengan Dimensity 9300+ dan Fitur AI Canggih

0

Telset.id – Vivo bersiap meluncurkan smartphone terbarunya, T4 Ultra, pada Juni mendatang. Perangkat ini akan bergabung dengan seri T4 dan T4x di pasar India, dengan kemungkinan varian T4 Lite yang juga akan menyusul.

Menurut bocoran terbaru, Vivo T4 Ultra akan ditenagai oleh chipset MediaTek Dimensity 9300+. Pilihan ini sejalan dengan pendahulunya, T3 Ultra, yang menggunakan Dimensity 9200+. Perangkat ini akan menjalankan Funtouch OS 15 berbasis Android 15 dan menawarkan sejumlah fitur AI canggih seperti AI Image Studio, AI Erase 2.0, dan Live Cutout.

Spesifikasi lain yang terungkap termasuk layar OLED 6,67 inci dengan resolusi “1.5K” dan refresh rate 120 Hz. Di sektor kamera, T4 Ultra dibekali sensor utama Sony IMX921 50 MP serta kamera telefoto periskop 50 MP. Perangkat ini juga dilengkapi RAM 8GB dan dukungan pengisian daya cepat 90W.

Kehadiran Dimensity 9300+ pada Vivo T4 Ultra menunjukkan peningkatan signifikan dalam performa dan efisiensi energi. Chipset ini sebelumnya juga digunakan di perangkat seperti Samsung Galaxy Tab S10+ dan S10 Ultra, yang dikenal dengan performa tinggi dan konsumsi daya yang optimal.

Vivo belum memberikan konfirmasi resmi terkait tanggal peluncuran dan harga T4 Ultra. Namun, bocoran ini memberikan gambaran bahwa seri T4 akan menjadi salah satu lini andalan Vivo di pasar mid-range hingga flagship.

Sebagai perbandingan, Vivo X60 Pro yang diluncurkan sebelumnya telah membuktikan kemampuan Vivo dalam menghadirkan fitur kamera unggulan. Dengan tambahan fitur AI pada T4 Ultra, Vivo semakin memperkuat posisinya di segmen smartphone berbasis kecerdasan buatan.

RedMagic 10S Pro Resmi Dirilis dengan Chipset Snapdragon 8 Elite

0

Telset.id – RedMagic secara resmi meluncurkan smartphone gaming terbarunya, RedMagic 10S Pro, di China. Ponsel ini dibanderol mulai dari 4.999 RMB (sekitar Rp11,3 juta) dan sudah tersedia sejak hari ini. Perangkat ini mengusung chipset Snapdragon 8 Elite Leading Edition, versi overclock dari Snapdragon 8 Elite dengan kecepatan clock lebih tinggi pada inti Prime.

RedMagic 10S Pro juga dilengkapi dengan chip gaming khusus RedCore R3 Pro, memori LPDDR5T hingga 24GB, dan penyimpanan UFS 4.1 Pro hingga 1TB. Untuk mengatasi panas, ponsel ini menggunakan ICE-X Cooling System yang memadukan logam cair dan pendingin udara aktif. Sistem ini diklaim meningkatkan konduktivitas termal hingga 250% dan memperluas area dissipasi panas sebesar 30%, sehingga suhu CPU turun 5°C lebih rendah.

RedMagic 10S Pro launched in China with Snapdragon 8 Elite Leading Edition

Spesifikasi Unggulan untuk Gaming

Layar RedMagic 10S Pro berukuran 6,85 inci dengan resolusi 1,5K, kecerahan puncak 2000 nits, dan refresh rate 144Hz. Desain bezel tipis 1,25mm tanpa notch kamera membuat tampilan lebih imersif. Selain layar sentuh, ponsel ini juga memiliki tombol bahu dengan polling rate 520Hz dan touch sampling 2500Hz untuk responsivitas maksimal.

Daya tahan baterai menjadi sorotan utama dengan kapasitas 7500mAh yang diklaim mampu bertahan 10 jam untuk gaming nonstop. Pengisian daya didukung teknologi 120W fast charging yang mengisi penuh dalam 35 menit. Fitur lainnya meliputi kamera triple 50MP (utama, ultra-wide) + 2MP (depth), kamera depan 16MP, lampu RGB dengan 14 pilihan warna, tombol Magic Key yang bisa diprogram, speaker stereo DTS:X Ultra 3D, dan motor haptic X-axis linear.

Varian dan Peluncuran Global

RedMagic 10S Pro hadir dalam dua varian: standar dan Pro+. Keduanya menawarkan beberapa opsi konfigurasi RAM/storage serta warna. Varian standar juga mendapatkan edisi khusus Wuthering Waves. Peluncuran global dijadwalkan pada 5 Juni mendatang, dengan harga dan ketersediaan di pasar internasional akan diumumkan kemudian.

REDMAGIC 10S Pro launched in China with Snapdragon 8 Elite Leading Edition

Dengan spesifikasi yang ditujukan untuk gaming berat, RedMagic 10S Pro bersaing ketat dengan perangkat gaming lainnya seperti tablet Nubia Red Magic dan Infinix GT 30 Pro yang baru-baru ini dirilis.