Beranda blog Halaman 47

Cara Ampuh Kembalikan Chat WhatsApp Terhapus Tanpa Panik

0

Telset.id – Pernahkah Anda tiba-tiba menyadari bahwa sebuah chat WhatsApp terhapus yang berisi informasi penting hilang begitu saja? Perasaan panik dan frustasi tentu sulit dihindari, apalagi jika percakapan tersebut mengandung data berharga seperti nomor kontak, detail transaksi, atau kenangan berharga. Namun, jangan langsung menyerah—ternyata, ada beberapa cara efektif untuk mengembalikan pesan yang hilang tersebut, baik Anda pengguna Android maupun iPhone.

Kehilangan chat di WhatsApp seringkali terjadi tanpa disengaja. Mungkin karena jari yang salah sentuh, aplikasi yang tiba-tiba crash, atau bahkan karena anak kecil yang iseng memencet tombol hapus. Situasi ini memang membuat hati berdebar, tetapi kabar baiknya adalah platform pesan instan ini telah menyediakan mekanisme cadangan yang memungkinkan Anda memulihkan percakapan dengan relatif mudah—asalkan Anda telah mempersiapkannya sebelumnya.

Dalam panduan ini, kami akan membahas langkah-langkah praktis dan terverifikasi untuk mengembalikan chat WhatsApp yang terhapus. Dari memanfaatkan fitur cloud backup bawaan hingga opsi menggunakan aplikasi pihak ketiga, simak penjelasan lengkapnya berikut ini.

1. Pulihkan dari Cadangan Cloud (Google Drive atau iCloud)

Cara paling umum dan direkomendasikan untuk mengembalikan chat WhatsApp adalah melalui cadangan cloud. Baik Google Drive untuk pengguna Android maupun iCloud untuk pengguna iPhone, keduanya menawarkan solusi yang terintegrasi langsung dengan aplikasi.

Bagi pengguna Android, pastikan Anda telah mengaktifkan fitur backup otomatis ke Google Drive. Caranya? Buka WhatsApp > Settings > Chats > Chat Backup. Dari sini, Anda bisa mengatur frekuensi cadangan—mulai dari harian, mingguan, hingga bulanan. Setelah yakin backup tersimpan, hapus aplikasi WhatsApp, instal ulang dari Play Store, verifikasi nomor telepon, dan saat diminta, pilih opsi “Pulihkan” untuk mengambil data dari Google Drive.

Sementara pengguna iPhone dapat memanfaatkan iCloud. Pastikan storage iCloud masih mencukupi dan cadangan telah aktif. Hapus aplikasi WhatsApp sementara, instal ulang, login, dan pilih “Pulihkan dari Cadangan iCloud” ketika muncul opsi tersebut. Proses ini biasanya berjalan lancar selama koneksi internet stabil dan kapasitas penyimpanan memadai.

2. Manfaatkan Cadangan Lokal di Perangkat Android

Jika Anda tidak mengaktifkan backup cloud, jangan khawatir. WhatsApp secara default menyimpan cadangan lokal harian di memori internal perangkat Android. File ini biasanya tersimpan di folder WhatsApp/Databases dengan format nama seperti msgstore-YYYY-MM-DD.db.crypt12.

Untuk mengaksesnya, buka File Manager, navigasi ke folder tersebut, dan cari file backup terkini. Ganti namanya menjadi msgstore.db.crypt12 (atau .crypt14 tergantung versi), lalu hapus dan instal ulang WhatsApp. Setelah verifikasi nomor, pilih “Pulihkan” dan percakapan Anda akan kembali seperti sedia kala. Metode ini sangat berguna ketika akses internet terbatas atau Anda lebih nyaman mengandalkan penyimpanan lokal.

3. Gunakan Aplikasi Pihak Ketiga sebagai Opsi Cadangan

Bagaimana jika tidak ada backup sama sekali? Di sinilah aplikasi pihak ketiga seperti Dr. Fone, iMyFone D-Back, atau Tenorshare UltData bisa menjadi penyelamat. Tools ini dirancang khusus untuk memulihkan data yang terhapus, termasuk chat WhatsApp, baik di Android maupun iOS.

Cara kerjanya cukup sederhana: instal aplikasi di komputer, sambungkan ponsel, jalankan pemindaian, dan pilih pesan yang ingin dipulihkan. Meski berbayar, beberapa di antaranya menawarkan trial terbatas yang memungkinkan Anda melihat pratinjau hasil pemulihan sebelum memutuskan membeli lisensi penuh. Namun, ingat—gunakan aplikasi dari developer terpercaya untuk menghindari risiko keamanan data.

4. Tips Tambahan agar Chat Tidak Hilang untuk Kedua Kalinya

Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Aktifkan backup rutin—minimal mingguan—agar data Anda selalu aman. Pastikan juga kapasitas penyimpanan cloud mencukupi; Google Drive atau iCloud yang penuh dapat menggagalkan proses backup maupun restore.

Untuk pengguna Android, beberapa ponsel memiliki fitur Notification Log yang memungkinkan Anda melihat notifikasi terhapus tanpa instal ulang. Coba akses melalui widget atau aplikasi pihak ketiga yang kompatibel. Sementara pengguna iPhone dapat membackup seluruh perangkat via iCloud atau iTunes, yang juga mencakup data WhatsApp.

Terakhir, jangan lupa untuk sesekali membersihkan stiker atau file tidak penting di WhatsApp agar aplikasi tetap lancar. Jika perlu, simpan percakapan sangat penting secara manual—screenshot atau ekspor chat bisa jadi solusi tambahan.

Dengan persiapan yang matang dan pemahaman tentang opsi pemulihan, kehilangan chat WhatsApp bukan lagi mimpi buruk. Selamat mencoba!

5 HP Lipat Terbaik 2025: Desain Futuristik, Performa Gahar!

0

Telset.id – Bayangkan sebuah perangkat yang bisa berubah dari ponsel kompak menjadi tablet mini dalam sekejap—bukan lagi sekadar imajinasi, melainkan kenyataan yang hadir di genggaman Anda. HP lipat terbaik 2025 tidak hanya menawarkan desain yang memukau, tetapi juga performa tinggi yang siap mendukung segala aktivitas, dari produktivitas hingga hiburan kelas atas. Di tahun ini, sejumlah brand ternama menghadirkan inovasi terbaru dengan fitur lebih canggih, desain lebih elegan, dan kamera yang mumpuni. Mari kita telusuri rekomendasi ponsel lipat terbaik yang layak menjadi pilihan utama Anda.

Perkembangan teknologi ponsel lipat telah melesat jauh sejak kemunculan pertamanya. Awalnya dianggap sebagai produk niche dengan harga selangit, kini ponsel lipat semakin terjangkau dan dilengkapi fitur-fitur flagship yang setara dengan ponsel konvensional premium. Bahkan, beberapa model terbaru justru unggul dalam hal multitasking dan pengalaman visual berkat layar besar yang bisa dilipat. Tren ini tidak hanya didorong oleh inovasi desain, tetapi juga oleh permintaan konsumen yang menginginkan perangkat serba bisa tanpa kompromi.

Lantas, mana saja ponsel lipat yang patut Anda pertimbangkan di tahun 2025? Simak ulasan mendalam berikut ini, yang kami rangkum berdasarkan performa, desain, dan nilai tambah masing-masing perangkat.

Samsung Galaxy Z Flip 7: Ringkas tapi Tangguh

Jika Anda mencari ponsel lipat yang simpel namun bertenaga, Samsung Galaxy Z Flip 7 layak menjadi prioritas. Generasi terbaru ini hadir dengan engsel yang diklaim lebih kokoh, serta sudah dibekali beragam fitur flagship terkini. Desainnya yang compact membuatnya mudah dibawa ke mana saja, tanpa mengorbankan performa. Cocok untuk Anda yang mengutamakan gaya dan kepraktisan.

Samsung Galaxy Z Flip 7 dengan desain lipat compact dan warna menarik

Samsung Galaxy Z Fold 7: Layar Besar, Pengalaman Maksimal

Bagi pengguna yang lebih menyukai ponsel berlayar besar, Galaxy Z Fold 7 adalah jawabannya. Diluncurkan bersamaan dengan Flip 7, perangkat ini menawarkan bodi super tipis tanpa mengorbankan spesifikasi atau daya tahan baterai. Sangat ideal untuk multitasking, gaming, atau sekadar menikmati konten visual dalam format yang lebih immersive.

Oppo Find N5: Tajam dan Mulus di Setiap Sudut

Oppo Find N5 membawa layar Foldable LTPO OLED berukuran 8,12 inci dengan dukungan 1 miliar warna, Dolby Vision, HDR10+, serta refresh rate 120Hz. Tampilannya tajam dan mulus, dengan tingkat kecerahan mencapai 2100 nits—sempurna untuk penggunaan di bawah sinar matahari langsung. Saat dilipat, ponsel ini memiliki layar cover LTPO OLED 6,62 inci yang dilindungi Nanocrystal Glass. Performanya ditenagai chipset Snapdragon 8 Elite (3 nm) dengan RAM hingga 16 GB dan memori internal 1 TB. Untuk daya, tersedia baterai 5600 mAh dengan pengisian cepat 80W melalui kabel dan 50W secara nirkabel.

Oppo Find N5 dengan layar lipat lebar dan desain premium

Huawei Mate X6: Gaya yang Tak Tertandingi

Meski nama Huawei tidak sepopuler brand lain di Indonesia, perusahaan ini tetap konsisten menghadirkan seri lipatnya. Huawei Mate X6 mungkin bukan yang terkuat dari sisi performa, namun desain dan tampilannya tetap menawan. Bagi Anda yang mengutamakan gaya dan keunikan, seri ini masih layak dipertimbangkan.

Vivo X Fold5: Baterai Raksasa, Performa Ekstrem

Vivo X Fold5 hadir dengan dapur pacu Snapdragon 8 Gen 3 berbasis fabrikasi 4nm, dipadukan dengan GPU Adreno 750, RAM hingga 16 GB, serta penyimpanan internal 1 TB UFS 4.1. Kombinasi ini menjanjikan performa multitasking yang cepat dan mulus. Selain itu, ponsel ini dibekali baterai jumbo 6000 mAh berbahan silikon-karbon, lengkap dengan pengisian cepat 80W kabel, 40W nirkabel, serta fitur reverse charging baik wired maupun wireless. Untuk mengetahui lebih detail tentang keunggulan baterainya, Anda bisa membaca Vivo X Fold 5 Resmi di Indonesia: Ponsel Lipat dengan Baterai Raksasa.

Vivo X Fold5 dengan desain lipat elegan dan baterai besar

Dari segi ketahanan, Vivo X Fold5 juga tidak main-main. Perangkat ini didesain untuk tahan terhadap tekanan sehari-hari, seperti yang dijelaskan dalam vivo X Fold5 Tawarkan Ketahanan Ekstrem dalam Desain Ringkas. Sementara untuk kemampuan kameranya, Anda bisa melihat ulasan mendalam di Vivo X Fold 5 Buktikan Ponsel Lipat Bisa Punya Kamera Flagship.

Memilih ponsel lipat di tahun 2025 bukan sekadar soal mengikuti tren, tetapi juga investasi dalam pengalaman teknologi yang lebih dinamis dan personal. Setiap model menawarkan keunikan tersendiri, sesuai dengan kebutuhan dan preferensi Anda. Manakah yang paling cocok dengan gaya hidup Anda?

7 Game MOBA Mirip Mobile Legends yang Wajib Dicoba di 2025

0

Telset.id – Jika Anda mencari game MOBA mirip Mobile Legends untuk variasi bermain, ternyata ada banyak pilihan menarik yang layak dipertimbangkan. Mobile Legends: Bang Bang memang telah menjadi raja tak terbantahkan di jagat MOBA mobile Indonesia, berkat gameplay yang seru, hero beragam, dan komunitas yang masif. Namun, pernahkah terpikir oleh Anda bahwa masih ada sejumlah game serupa yang menawarkan pengalaman berbeda, mulai dari grafis memukau, fitur unik, hingga mode permainan yang tak kalah menantang?

Bermain game MOBA tidak melulu harus terpaku pada satu judul. Justru, menjelajahi alternatif lain dapat memperkaya wawasan dan skill bermain Anda. Beberapa game bahkan menawarkan keunggulan spesifik, seperti kemampuan dimainkan secara offline, grafis lebih tinggi, atau mekanik pertarungan yang lebih cepat. Dengan begitu, Anda tidak hanya terjebak dalam satu zona nyaman, tetapi juga bisa menikmati variasi tantangan dan strategi baru.

Nah, bagi Anda yang penasaran dan ingin mencoba hal baru, berikut Telset.id telah merangkum tujuh rekomendasi game MOBA selain Mobile Legends yang patut diunduh dan dimainkan. Simak ulasannya!

1. Heroes Strike: MOBA Cepat dan Offline

Bagi Anda yang sering bermain dalam waktu singkat atau berada di situasi tanpa koneksi internet, Heroes Strike bisa menjadi solusi sempurna. Game ini menawarkan mode pertarungan 3v3 yang cepat dan intens, serta dapat dimainkan secara offline. Selain itu, tersedia juga mode battle royale dengan 12 pemain, memberikan variasi yang segar dibandingkan format MOBA tradisional. Cocok untuk sesi gaming singkat namun tetap memuaskan.

2. Legendary Heroes MOBA: Grinding Tanpa Kuota

Ingin grinding hero dan arena tanpa harus khawatir kehabisan kuota? Legendary Heroes MOBA jawabannya. Game ini menghadirkan lebih dari 40 arena berbeda yang bisa dieksplorasi, dilengkapi dengan beragam pilihan hero dan sistem kategori yang rapi. Karena bisa dimainkan sepenuhnya offline, game ini sangat ideal bagi Anda yang hobi menjelajahi setiap sudut permainan tanpa gangguan sinyal atau data internet.

3. Heroes of Order & Chaos: Klasik ala Gameloft

Dikembangkan oleh Gameloft SE, Heroes of Order & Chaos menawarkan pengalaman MOBA klasik dengan format 5v5 yang mirip Mobile Legends. Yang menarik, game ini memiliki lebih dari 60 hero yang dapat dimainkan dan didesain untuk tetap lancar di perangkat dengan spesifikasi rendah. Jadi, Anda tidak perlu khawatir dengan lag atau performa yang menurun meski menggunakan smartphone entry-level.

4. Vainglory: Grafis Memukau dan Kompetitif

Vainglory telah lama dikenal sebagai salah satu MOBA mobile dengan kualitas visual terbaik. Setiap hero dirancang dengan kemampuan yang kompleks dan membutuhkan strategi mendalam. Tidak heran jika game ini memiliki komunitas esports yang cukup aktif. Jika Anda mencari tantangan lebih serius dan kompetitif, Vainglory layak masuk dalam list permainan Anda.

5. Heroes Arena: Simpel tapi Seru

Hadir dengan sistem pertarungan 5v5 online, Heroes Arena menawarkan gameplay yang nyaris mirip dengan Mobile Legends. Dukungan grafis yang ringan dan kontrol yang responsif membuatnya mudah dimainkan bahkan oleh pemula. Jika Anda ingin merasakan sensasi MOBA yang simpel namun tetap menghibur, Heroes Arena adalah pilihan yang tepat.

6. League of Legends: Wild Rift

Sebagai adaptasi mobile dari game PC legendaris, League of Legends: Wild Rift berhasil menghadirkan esensi MOBA yang mendalam dalam format yang lebih ringkas. Pertarungan 5v5 yang intens, champion dengan kemampuan unik, serta kebutuhan strategi tim yang solid menjadikannya salah satu pesaing terberat Mobile Legends. Tertarik mencoba?

7. Honor of Kings: MOBA Klasik yang Naik Daun

Honor of Kings, yang merupakan versi global dari game populer King of Glory, sedang naik daun dan digadang-gadang menjadi cabang esports potensial. Dengan hero-legendaris dan kontrol yang mudah dikuasai, game ini menawarkan pengalaman MOBA klasik yang memikat di perangkat mobile. Pantau perkembangannya, karena game ini berpotensi besar menjadi alternatif utama selain Mobile Legends.

Dari ketujuh game di atas, mana yang paling menarik perhatian Anda? Setiap game membawa keunikan dan nilai lebihnya masing-masing, baik dari segi gameplay, grafis, maupun fitur spesifik. Jelajahi, bandingkan, dan temukan yang paling sesuai dengan selera dan kebutuhan gaming Anda. Siapa tahu, Anda justru menemukan “hidden gem” yang selama ini tidak disadari.

Jangan lupa, sebelum memutuskan untuk mengunduh, pastikan perangkat Anda memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan. Selamat mencoba dan semoga menemukan pengalaman gaming yang lebih berwarna!

Samsung Galaxy Tab S10 Lite Fokus Jadi Tablet AI untuk Belajar dan Kreativitas

0

Telset.id – Bayangkan sebuah tablet yang bukan sekadar perangkat hiburan, melainkan pendamping setia untuk belajar, berkreasi, dan tetap produktif di mana saja. Itulah yang ditawarkan Samsung Galaxy Tab S10 Lite, tablet terjangkau dengan fitur AI canggih yang siap mengubah cara Anda mengeksplorasi ide dan mengelola aktivitas sehari-hari.

Dengan harga mulai dari Rp 4.999.000, Galaxy Tab S10 Lite hadir sebagai solusi bagi mereka yang mencari perangkat serbaguna tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam. Tablet ini tidak hanya dirancang untuk menonton film atau bermain game, tetapi juga dilengkapi dengan S Pen bawaan dan sejumlah fitur pintar yang memudahkan proses belajar, mencatat, dan bahkan berkreasi dengan lebih intuitif.

Sebagai bagian dari strategi Samsung dalam menghadirkan perangkat yang dapat diakses lebih banyak orang, Galaxy Tab S10 Lite menjadi bukti bahwa teknologi canggih tidak selalu harus mahal. Seperti yang diungkapkan Changtae Kim, EVP & Head of New Computing R&D Team Samsung Electronics, tablet ini dirancang sebagai “pendamping terpercaya” yang memberdayakan pengguna dalam setiap momen—baik itu belajar, bekerja, atau sekadar bersantai.

Layar Imersif untuk Pengalaman Visual yang Memukau

Salah satu daya tarik utama Galaxy Tab S10 Lite adalah layarnya yang berukuran 10,9 inci dengan resolusi WUXGA+ (2112×1320). Dilengkapi dengan Vision Booster dan tingkat kecerahan puncak hingga 600 nits, layar ini mampu menyesuaikan diri dengan berbagai kondisi pencahayaan, baik di dalam maupun luar ruangan. Anda tidak perlu lagi menyipitkan mata saat menonton konten favorit di bawah terik matahari—semuanya tampak jelas dan hidup.

Content image for article: Samsung Galaxy Tab S10 Lite: Tablet AI untuk Bestie Belajar dan Kreativitas

Tak hanya itu, Samsung juga memastikan kenyamanan mata pengguna dengan mengurangi emisi cahaya biru, sehingga Anda bisa menikmati tontonan atau membaca materi belajar dalam waktu lama tanpa merasa lelah. Cocok untuk para pelajar atau profesional yang sering menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar.

Performa Andal dan Baterai Tahan Lama

Di bawah kapasitasnya yang ramping, Galaxy Tab S10 Lite ditenagai oleh prosesor Exynos 1380 yang telah ditingkatkan, didukung memori 6GB RAM dan penyimpanan internal 128GB yang dapat diperluas hingga 2TB via microSD. Kombinasi ini memastikan tablet dapat menangani multitasking dengan mulus—seperti berpindah antar aplikasi, melakukan riset online, atau mengolah ide kreatif tanpa lag.

Daya tahan baterainya juga patut diacungi jempol. Dengan kapasitas 8.000mAh dan dukungan Super-Fast Charging, tablet ini mampu menemani sesi belajar hingga larut malam atau maraton menonton tanpa khawatir kehabisan daya. Cocok untuk Anda yang sering mobile dan butuh perangkat yang siap kapan saja.

S Pen dan Fitur AI untuk Kreativitas Tanpa Batas

Inilah yang membedakan Galaxy Tab S10 Lite dari tablet lainnya: S Pen yang sudah termasuk dalam paket penjualan. Alat ini tidak sekadar stylus biasa, melainkan pena cerdas yang merespons gerakan Anda dengan presisi tinggi. Mulai dari mencatat ide spontan, membuat sketsa, hingga menandai dokumen PDF—semuanya terasa natural dan intuitif.

Fitur AI-nya semakin memudahkan kehidupan sehari-hari. Dengan Intelligent Features pada Samsung Notes, Anda dapat merapikan tulisan tangan menggunakan Handwriting Help atau menyelesaikan perhitungan matematika secara instan dengan Solve Math. Bahkan, fitur Split View memungkinkan Anda membuka dua aplikasi secara bersamaan, ideal untuk mencatat sambil mengikuti kuliah online atau mengerjakan tugas dengan referensi terbuka.

Tak ketinggalan, Circle to Search with Google memungkinkan pencarian dan terjemahan langsung dari layar—tanpa perlu keluar dari aplikasi yang sedang digunakan. Fitur ini sangat berguna bagi pelajar atau peneliti yang sering membutuhkan informasi cepat tanpa mengganggu alur kerja.

Galaxy Tab S10 Lite juga datang dengan beragam aplikasi pihak ketiga yang sudah terintegrasi, seperti Goodnotes, Clip Studio Paint, LumaFusion, dan Notion. Bahkan, Samsung menawarkan promo menarik seperti Goodnotes gratis selama 1 tahun dan uji coba gratis Clip Studio Paint selama 6 bulan. Ini adalah nilai tambah yang jarang ditemukan di tablet lain dengan harga serupa.

Ketersediaan dan Spesifikasi Lengkap

Galaxy Tab S10 Lite sudah dapat dipesan dalam dua pilihan warna: Gray dan Coral Red. Varian Wi-Fi dibanderol Rp 4.999.000, sementara varian 5G hadir dengan harga Rp 5.999.000. Untuk pembelian pada periode 12-28 September 2025, Samsung memberikan bonus Smartbook Cover senilai Rp 999.000 dan voucher S Lime Rp 600.000 yang dapat digunakan selama 12 bulan.

Bagi yang tertarik dengan opsi cicilan, pembelian di toko offline menyediakan Finance+ dengan bunga 0%, bebas admin, dan tanpa uang muka. Sebuah penawaran yang sulit ditolak untuk tablet dengan segudang fitur ini.

Dengan semua keunggulan tersebut, Samsung Galaxy Tab S10 Lite bukan sekadar tablet biasa. Ia adalah teman belajar, alat kreativitas, dan pusat hiburan yang siap mendukung setiap langkah Anda. Apakah ini akhir dari dominasi tablet premium yang mahal? Mungkin belum, tetapi Samsung telah membuktikan bahwa inovasi dan keterjangkauan bisa berjalan beriringan.

Jadi, jika Anda mencari tablet yang mampu menjawab kebutuhan belajar, kerja, dan hiburan tanpa menguras kantong, Galaxy Tab S10 Lite layak menjadi pertimbangan utama. Tertarik mencoba?

Intip Perbandingan iPhone 17 vs iPhone 16, Upgrade Signifikan atau Hanya Gimmick?

0

Telset.id – Apakah Anda termasuk yang masih ragu untuk beralih dari iPhone 16 ke iPhone 17? Setelah Apple resmi memperkenalkan perangkat terbarunya dalam acara bertajuk “Awe Dropping” di Cupertino, Rabu (10/9/2025) dini hari WIB, banyak yang bertanya-tanya: seberapa signifikan sebenarnya peningkatan yang ditawarkan?

Perbedaan antara iPhone 17 dan iPhone 16 tidak hanya sekadar angka dan spesifikasi teknis. Apple membawa sejumlah perubahan yang dirancang untuk meningkatkan pengalaman pengguna secara keseluruhan, mulai dari desain, performa, hingga fitur kamera. Namun, benarkah semua upgrade ini layak dipertimbangkan? Mari kita telusuri lebih dalam.

Sebelum kita bahas lebih lanjut, perlu diketahui bahwa kehadiran iPhone 17 di Indonesia masih menjadi misteri. Meski demikian, Kemenperin disebut-sebut akan membawa iPhone 17 ke Indonesia awal Oktober 2025. Jadi, bagi Anda yang penasaran, tak perlu menunggu terlalu lama.

Desain dan Layar: Lebih Besar, Lebih Cerah, Lebih Tangguh

iPhone 16 hadir dengan layar 6,1 inci dan kecerahan maksimum 2.000 nits, dilapisi shield glass yang diklaim 50% lebih tangguh. Desainnya masih mempertahankan bahasa visual yang familiar dengan panel kamera menonjol berorientasi vertikal.

Di sisi lain, iPhone 17 membawa layar lebih besar berukuran 6,3 inci dengan kecerahan mencapai 3.000 nits. Yang paling menarik, Apple akhirnya membawa fitur ProMotion 120Hz yang sebelumnya hanya eksklusif untuk varian “Pro” ke seri regular. Tidak hanya itu, lapisan pelindungnya juga ditingkatkan menjadi Ceramic Shield 2 yang disebut tiga kali lebih tahan goresan.

Apple juga menambahkan lapisan anti-reflektif untuk mengurangi efek glare pada layar. Dengan bezel yang lebih tipis, iPhone 17 menawarkan pengalaman visual yang lebih imersif dan premium. Bagi Anda yang sering menggunakan ponsel di bawah terik matahari, upgrade ini jelas sangat berarti.

Chipset dan Performa: Efisiensi yang Lebih Baik

iPhone 16 sudah dibekali chip A18 berteknologi fabrikasi 3nm dengan CPU 6-inti dan GPU yang lebih kencang 40% dari generasi sebelumnya. Chip ini juga mendukung fitur kecerdasan buatan Apple Intelligence.

Namun, iPhone 17 melangkah lebih jauh dengan chip A19 yang lebih baru. Masih dengan CPU 6-inti, Apple menambahkan GPU 5-inti yang tidak hanya meningkatkan performa grafis tetapi juga efisiensi baterai. Klaim Apple, daya tahan baterai iPhone 17 bisa bertahan 8 jam lebih lama dibandingkan iPhone 16. Sebuah peningkatan yang cukup signifikan untuk pengguna berat.

Bocoran performa iPhone 17 juga telah beredar, dan skor Geekbench mengungkap strategi baru Apple dalam optimasi chipset. Tampaknya, Apple tidak hanya fokus pada kecepatan, tetapi juga efisiensi daya.

Fitur Kamera: Revolusi di Segi Hardware dan Software

iPhone 16 membawa kamera ganda dengan tombol kontrol kamera baru. Masing-masing beresolusi 48MP Fusion (wide) dengan kemampuan telefoto 2x, serta 12MP (ultrawide). Cukup solid, tetapi Apple rupanya ingin lebih.

iPhone 17 masih menggunakan setup kamera ganda, tetapi keduanya kini beresolusi 48MP. Kamera wide dengan kemampuan telefoto 2x tetap dipertahankan, tetapi kamera ultrawide kini juga ditingkatkan menjadi 48MP. Hasilnya? Fungsi ultrawide iPhone 17 disebut 4x lebih baik dibandingkan generasi sebelumnya.

Tidak hanya itu, kamera depan juga mengalami peningkatan signifikan. Resolusi ditingkatkan dari 12MP menjadi 18MP, dan Apple menggunakan sensor persegi yang memungkinkan penjepretan ‘Center Stage’ dengan bidang pandang lebih lebar. Fitur Dual Capture juga hadir, memungkinkan pengambilan foto atau video dari kamera depan dan belakang secara bersamaan. Untuk detail lebih lengkap, iPhone 17 memperkenalkan 3 fitur kamera baru yang revolusioner.

Kapasitas dan Harga: Mulai dari 256GB

iPhone 16 hadir dalam opsi memori 128GB, 256GB, dan 512GB. Harga model dasarnya adalah US$799, dan saat ini harga iPhone 16 di Indonesia sudah turun. Model dasar 128GB sekarang dibanderol Rp13.999.000, turun dari harga awal Rp16.999.000.

Sementara itu, iPhone 17 menghilangkan opsi 128GB dan langsung dimulai dari 256GB. Alasannya? Untuk mendukung fitur Apple Intelligence yang membutuhkan ruang penyimpanan lebih besar. Kabar baiknya, harga resminya di pasar internasional tetap sama dengan iPhone 16 saat rilis, yaitu mulai US$799 atau sekitar Rp13,2 juta.

Meski harganya terlihat lebih terjangkau, perlu diingat bahwa Anda mendapatkan storage yang lebih besar. Jadi, secara value for money, iPhone 17 menawarkan proposition yang menarik.

Jadi, apakah upgrade dari iPhone 16 ke iPhone 17 worth it? Jawabannya tergantung pada kebutuhan Anda. Jika Anda mengutamakan performa baterai, kualitas layar, dan kemampuan kamera yang lebih baik, iPhone 17 layak dipertimbangkan. Namun, jika Anda sudah menggunakan iPhone 16 dan merasa cukup dengan performanya, mungkin tidak perlu terburu-buru untuk beralih.

Siap-siap! Kemenperin Sebut iPhone 17 Segera Hadir di Indonesia Awal Oktober 2025

0

Telset.id – Bagi Anda yang sudah tak sabar menantikan kehadiran iPhone terbaru, kabar gembira datang dari Kementerian Perindustrian. iPhone 17 series dipastikan akan memasuki pasar Indonesia pada awal Oktober 2025, mengakhiri penantian panjang para penggemar Apple di tanah air.

Kepala Pusat Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) Kemenperin, Heru Kustanto, dengan tegas menyatakan bahwa proses sertifikasi TKDN untuk iPhone 17 telah rampung. “Iya, awal Oktober harusnya sudah beres insya Allah. Paling lama, ya, dua minggu dari sekarang,” ujarnya di Inspektorat Jenderal Kemenperin, Jakarta Selatan, Kamis (11/9). Pernyataan ini memberikan kepastian setelah sebelumnya iPhone 16 mengalami keterlambatan masuk ke Indonesia hingga April akibat masalah sertifikasi.

Proses sertifikasi TKDN iPhone 17 telah menghasilkan penerbitan 4 sertifikat untuk PT Apple Indonesia pada Kamis, 11 September 2025. Keempat model tersebut masing-masing mencapai nilai TKDN 40 persen, sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat pada Februari lalu. “Ya, 40 persen dapet. Sama seperti yang tempo hari, bulan Februari, kan. Masih satu paket sama investasi kemarin. Masih berlaku tiga tahun,” jelas Heru.

Model dan Varian iPhone 17 yang Akan Datang

Dari pengumuman resmi Kemenperin, teridentifikasi empat model iPhone 17 dengan kode spesifik: A3523 dan A3526 untuk iPhone 17 Pro dan iPhone 17 Pro Max, sementara A3520 merujuk pada model basic iPhone 17. Yang menarik, kode A3517 mengonfirmasi kehadiran varian baru bernama iPhone Air yang menggantikan posisi iPhone Plus.

Setelah menyelesaikan sertifikasi TKDN, Apple masih harus mengurus izin edar melalui sertifikat postel sebelum dapat secara resmi memasarkan produknya di Indonesia. “Ya, biasanya mereka akan mengurus izin edar, ya. Yes, setelah dari TKDN, sertifikat postel,” tambah Heru. Proses ini diharapkan berjalan lancar mengingat sertifikasi TKDN telah terselesaikan tepat waktu.

Spesifikasi Teknis yang Menggiurkan

iPhone 17 series yang resmi dirilis Apple pada Rabu (10/9) membawa sejumlah peningkatan signifikan. Perangkat ini ditenagai oleh chip A19 berbasis fabrikasi 3nm generasi ketiga, yang menjanjikan performa CPU 1,5 kali lebih cepat dan GPU 2 kali lebih cepat dibandingkan A15 Bionic. Tidak hanya itu, chip ini juga dilengkapi dengan akselerator Neural di setiap inti GPU, mendukung pemrosesan AI generatif langsung di perangkat.

Untuk varian Pro dan Pro Max, Apple menyematkan chip A19 Pro yang lebih powerful, dilengkapi tiga kamera 48 MP, serta fitur video profesional seperti ProRes RAW dan Apple Log 2. Spesifikasi ini menunjukkan komitmen Apple dalam memenuhi kebutuhan konten kreator profesional yang menginginkan perangkat mobile dengan kemampuan setara peralatan studio.

Kehadiran iPhone Air sebagai pengganti iPhone Plus juga menjadi perhatian khusus. Varian ini diyakini akan menawarkan kombinasi antara portabilitas dan performa, mengisi celah pasar yang selama ini diisi oleh model Plus. Apakah strategi ini akan berhasil? Hanya waktu yang bisa menjawab, namun langkah Apple dalam memperkenalkan varian baru patut diapresiasi.

Dengan kepastian tanggal kedatangan iPhone 17 di Indonesia, konsumen dapat mulai mempersiapkan budget dan memilih model yang paling sesuai dengan kebutuhan. Mengingat harga iPhone 12 yang mencapai Rp 17 jutaan saat peluncuran, tidak menutup kemungkinan iPhone 17 akan dibanderol dengan harga yang cukup premium. Sebagai perbandingan, iPhone 8 pernah mencapai harga Rp 17 jutaan di pasaran Indonesia, sementara iPhone SE 2022 dibanderol dengan harga yang lebih terjangkau.

Kedatangan iPhone 17 series pada Oktober 2025 ini tidak hanya menjadi kabar gembira bagi penggemar Apple, tetapi juga menunjukkan komitmen perusahaan dalam mematuhi regulasi lokal dan berkontribusi pada pengembangan industri dalam negeri melalui pemenuhan nilai TKDN. Dengan nilai 40 persen, Apple menunjukkan keseriusannya dalam berinvestasi di Indonesia, sekaligus membuka peluang bagi komponen lokal untuk terlibat dalam rantai pasok global.

Jadi, siapkah Anda menyambut iPhone 17 series bulan Oktober mendatang? Dengan segudang fitur canggih dan desain yang diprediksi akan memukau, smartphone flagship terbaru Apple ini pasti akan menjadi pembicaraan hangat di kalangan tech enthusiast Indonesia.

UMKM Indonesia Butuh Perlindungan Ekstra Hadapi Serangan Siber AI

0

Telset.id – Bayangkan ini: sebuah usaha kecil yang baru mulai berkembang tiba-tiba bangkrut karena diretas. Bukan karena kesalahan produk atau pasar, melainkan karena penipuan suara AI yang menyamar sebagai direktur perusahaan. Fantasi? Tidak. Ini kenyataan yang mengintai 64 juta lebih pelaku UMKM Indonesia—penggerak utama ekonomi digital kita.

Data terbaru dari Palo Alto Networks mengungkap fakta mengejutkan: Indonesia justru berada di posisi teratas Asia Tenggara dalam hal ketahanan siber dengan skor 20,65 dari 25. UMKM kita bahkan mengalokasikan 14,4% dari omzet untuk investasi keamanan siber. Tapi di balik angka optimis ini, tersembunyi ancaman yang semakin canggih—serangan berbasis AI dan social engineering yang tak lagi bisa dihadapi dengan sistem konvensional.

Laporan Global Incident Response Unit 2025 menyebut social engineering sebagai taktik paling efektif, mencakup 36% dari seluruh kasus kejahatan siber. Peretas kini memanfaatkan AI generatif untuk mengeksploitasi sisi emosional manusia, mulai dari memanipulasi hasil pencarian Google, membuat prompt palsu, menyusup ke layanan customer service, hingga penipuan menggunakan suara hasil kloning AI. Lebih dari setengah serangan ini berujung pada kebocoran data atau lumpuhnya operasional bisnis—bahkan kebangkrutan.

AI di Tangan Peretas: Bukan Lagi Sekedar Phishing Biasa

Teknologi yang seharusnya memudahkan manusia justru dibajak untuk kejahatan yang lebih terstruktur dan personal. Sebanyak 45% penjahat siber menyamar sebagai pegawai perusahaan untuk membangun kepercayaan, sementara 23% memanfaatkan teknologi duplikasi suara dan callback untuk menjebak korbannya. Bayangkan menerima telepon dari “atasan” yang meminta transfer dana mendesak—dengan suara yang persis sama.

Tak berhenti di situ, otomasi AI memungkinkan serangan phishing dan SMS palsu disebarkan dalam skala masif dengan presisi tinggi. Bahkan, Agentic AI—sistem yang mampu menjalankan tugas rumit dengan intervensi manusia minimal—kini dipakai untuk membuat identitas palsu lengkap dengan CV dan profil media sosial. Dalam satu kasus, pelaku berhasil menyusup ke perusahaan lewat lamaran kerja bodong yang terlihat sangat meyakinkan.

Namun, kelemahan terbesar ternyata masih berasal dari manusia. Sebanyak 13% serangan social engineering berhasil karena karyawan mengabaikan peringatan keamanan. Kurangnya otentikasi berlapis dan pemberian hak akses yang terlalu luas juga berkontribusi pada 10% kasus kebocoran data. Tim keamanan yang kewalahan sering kali baru menyadari serangan setelah peretas sudah menguasai sistem.

Lalu, Bagaimana UMKM Bisa Bertahan?

Menurut Adi Rusli, Country Manager Indonesia Palo Alto Networks, UMKM Indonesia telah tumbuh dan adaptif dalam adopsi digital. Namun, menghadapi ancaman siber yang kian canggih, bisnis tidak bisa lagi mengandalkan sistem keamanan lama. “Perlu beralih ke solusi AI yang adaptif dan bereaksi langsung terhadap ancaman,” tegasnya.

Laporan tersebut merekomendasikan tiga strategi utama. Pertama, memperkuat SDM dengan pelatihan dan simulasi serangan nyata. Karyawan adalah garis pertahanan pertama yang harus mampu mendeteksi ancaman—terutama yang menyasar surel dan browser.

Kedua, menerapkan kendali di layer jaringan melalui Advanced DNS Security dan Advanced URL Filtering. Teknologi ini memblokir akses ke situs mencurigakan, domain palsu, atau tautan pencuri password—sebagai upaya terakhir ketika perlindungan di perangkat gagal.

Ketiga, mengadopsi framework Zero Trust yang membatasi pergerakan peretas meski mereka berhasil masuk. Setiap akses harus melalui evaluasi ketat: cek perangkat, verifikasi lokasi, dan analisis pola login. Prinsipnya: beri akses secukupnya, hanya ketika dibutuhkan, dan pisahkan jaringan untuk meminimalkan dampak peretasan.

Ancaman siber kini bukan soal teknologi semata, tapi juga soal transformasi bisnis secara menyeluruh. Seperti yang diungkap dalam laporan terkait, kolaborasi dan regulasi menjadi kunci—termasuk dalam menghadapi tantangan keamanan digital yang kian kompleks.

Jadi, masihkah UMKM kita hanya fokus pada pertumbuhan omzet tanpa memedulikan lubang keamanan yang siap menyedot segalanya? Ancaman sudah ada di depan mata. Yang diperlukan sekarang bukan sekadar investasi teknologi, tetapi perubahan mindset akan pentingnya manajemen data dan keamanan siber yang terintegrasi—sebelum semuanya terlambat.

Garena Delta Force Season War Ablaze: Kolaborasi SAW dan Map Baru!

0

Telset.id – Bayangkan jika Anda terjebak dalam medan perang yang penuh ketidakpastian, dihadapkan pada cuaca ekstrem dan musuh yang tak terduga. Itulah yang akan dihadirkan Garena® Delta Force dalam season terbaru bertajuk War Ablaze, yang akan rilis serentak pada 23 September 2025 untuk platform PC dan mobile. Tak hanya itu, kolaborasi mengejutkan dengan franchise horor legendaris “SAW” siap menambah dimensi seram dalam pengalaman bermain.

Gimana, sudah siap menghadapi tantangan terbaru dari Garena® Delta Force? Season War Ablaze bukan sekadar update biasa—ini adalah evolusi. Sejak peluncurannya yang spektakuler dengan mode pertempuran 24 vs 24, game FPS besutan Garena ini terus berinovasi. Kini, mereka kembali memukau dengan menghadirkan konten segar yang menjanjikan adrenalin tinggi dan kejutan tak terduga.

Bagi Anda yang sudah familiar dengan intensitas pertempuran di Garena Delta Force, season ini akan membawa pengalaman baru yang lebih mendalam. Mulai dari Operator dengan kemampuan khusus, map warfare yang dirancang untuk uji taktik, hingga kolaborasi unik yang mungkin tidak pernah Anda bayangkan sebelumnya. Semuanya dirancang untuk membuat Anda terus kembali ke medan tempur.

Raptor: Operator Recon yang Mengubah Permainan

Memperkenalkan Raptor, bounty hunter yang ahli dalam information warfare dan intel acquisition menggunakan drone. Kehadirannya bukan sekadar tambahan karakter, melainkan jawaban atas kondisi cuaca baru yang akan menghadang pemain. Dalam mode Warfare maupun Operations, Raptor menjadi pilihan strategis bagi mereka yang mengutamakan informasi daripada sekadar tembakan membabi buta.

Bayangkan memiliki mata di langit yang bisa menerobos kabut tebal atau mendeteksi pergerakan musuh dari kejauhan. Itulah yang ditawarkan Raptor. Dalam situasi di mana visibilitas terbatas, drone-nya menjadi senjata pamungkas yang bisa menentukan menang atau kalah. Tidak heran jika banyak pemain profesional sudah mulai mempertimbangkan untuk mengintegrasikan Raptor dalam strategi tim mereka.

Fault: Map Warfare Baru dengan Sentuhan Modern dan Klasik

Map baru Fault menghadirkan level pertempuran yang meningkat dengan sentuhan modern dalam setting klasik. Di sini, Anda tidak hanya bertarung melawan musuh, tetapi juga melawan elemen alam. Kabut tebal yang muncul secara tak terduga bisa menjadi sekutu atau pengkhianat—tergantung bagaimana Anda memanfaatkannya.

Yang membuat Fault semakin menarik adalah kehadiran jet tempur F-45A. Bayangkan dogfight berkecepatan tinggi di antara reruntuhan kuno, di mana setiap manuver bisa berarti hidup atau mati. Map ini dirancang untuk menantang naluri bertahan hidup Anda, sekaligus menguji kemampuan adaptasi dalam situasi yang terus berubah.

Bagi penggemar game FPS seperti Battlefield, Fault menawarkan kompleksitas yang familiar namun dengan twist khas Delta Force. Kombinasi antara lingkungan destruktible dan dinamika cuaca menciptakan pengalaman bermain yang tidak pernah statis—setiap match akan terasa seperti petualangan baru.

Update Mode Operations: Tantangan Baru yang Lebih Mendebarkan

Mode Operations mendapat penyegaran signifikan dengan hadirnya Tide Prison di platform mobile. Dua bos baru, Warden dan Raven, siap menguji kemampuan para pemain dengan mekanik pertarungan yang unik. Selama kedua penjaga gerbang ini masih berdiri, Tide Prison tidak akan pernah runtuh—tantangan yang membutuhkan koordinasi tim dan strategi matang.

Selain Tide Prison, Layali Grove juga mengalami transformasi dramatis. Lingkungan yang sebelumnya familiar kini dipenuhi kobaran api, menciptakan arena pertempuran yang panas secara harfiah dan metaforis. Perubahan ini tidak hanya visual belaka; api mempengaruhi jalur pergerakan, visibilitas, bahkan taktik yang harus Anda terapkan.

Update ini menunjukkan komitmen Garena® Delta Force untuk terus menghadirkan konten yang relevan dan menantang. Seperti halnya kolaborasi AOV dengan Jujutsu Kaisen, inovasi dalam game live service menjadi kunci untuk mempertahankan engagement pemain.

Kolaborasi Mencekam: Garena® Delta Force x SAW

Inilah yang mungkin paling tidak terduga: kolaborasi dengan franchise horor legendaris “SAW” dari Lionsgate. Mulai 23 September 2025, pemain bisa mendapatkan berbagai item in-game bertema SAW, termasuk skin Operator, skin senjata spesial, charm Billy-Wolf, dan item loot ikonik lainnya.

Content image for article: Garena Delta Force Season War Ablaze: Kolaborasi SAW dan Map Baru!

Kolaborasi semacam ini bukanlah hal baru di industri game, tetapi execution-nya yang menentukan keberhasilannya. Dengan memasukkan elemen horror ke dalam game FPS yang sudah intense, Garena® Delta Force berhasil menciptakan crossover yang organic dan menarik. Bayangkan harus bertarung sambil dihantui oleh estetika SAW—tentu menambah lapisan psychological pressure yang unik.

Pendekatan semacam ini mengingatkan pada bagaimana game seperti InZOI berusaha menonjol melalui kolaborasi kreatif. Namun, Delta Force melakukannya dengan gaya mereka sendiri—lebih gelap, lebih tense, dan pasti tidak akan mudah dilupakan.

Delta Force Invitational World Championship: Ajang Prestisius untuk Para Competitor

Selain konten baru, Garena® Delta Force juga menggelar Delta Force Invitational World Championship pada 19-21 September 2025. Turnamen esports untuk mode Operations di platform PC ini akan menampilkan 12 tim dari 8 region yang bersaing merebut gelar juara.

Sayangnya, RRQ GTP sebagai satu-satunya wakil Indonesia harus gugur terlebih dahulu dalam babak kualifikasi regional PAN-PACIFIC pada Agustus lalu. Meskipun demikian, turnamen ini tetap menjadi ajang yang ditunggu untuk melihat meta terbaru dan strategi kompetitif level tinggi.

Dengan segala pembaruan dan event yang diumumkan, jelas bahwa Garena® Delta Force tidak setengah-setengah dalam mengembangkan ekosistem game mereka. Dari konten PvE yang challenging hingga kompetisi esports yang prestisius, mereka membangun pengalaman yang komprehensif untuk berbagai tipe pemain.

Jadi, apakah Anda siap untuk War Ablaze? Dengan segala kejutan yang diumumkan, season ini menjanjikan pengalaman bermain yang lebih kaya, lebih menantang, dan tentu saja—lebih mengasyikkan. Tunggu sampai 23 September, dan siap-siap untuk membakar medan tempur!

FTC Investigasi Chatbot AI Pendamping, Lindungi Anak dan Remaja

0

Telset.id – Bayangkan jika anak atau remaja Anda menghabiskan waktu berjam-jam berbicara dengan chatbot AI yang seharusnya menjadi teman virtual, namun justru memicu pikiran negatif atau bahkan membahas topik seksual. Itulah yang kini menjadi perhatian serius Federal Trade Commission (FTC) di Amerika Serikat, yang baru saja meluncurkan investigasi formal terhadap tujuh perusahaan pengembang chatbot AI pendamping.

FTC, badan pengawas perdagangan dan konsumen AS, secara resmi meminta tujuh perusahaan teknologi terkemuka untuk berpartisipasi dalam penyelidikan ini. Perusahaan-perusahaan tersebut adalah Alphabet (induk perusahaan Google), Character Technologies (pembuat Character.AI), Meta, anak perusahaannya Instagram, OpenAI, Snap, dan X.AI. Investigasi ini bukanlah tindakan regulasi, melainkan upaya untuk memahami bagaimana perusahaan-perusahaan ini “mengukur, menguji, dan memantau dampak negatif potensial teknologi ini pada anak-anak dan remaja.”

FTC meminta berbagai informasi dari perusahaan-perusahaan tersebut, termasuk bagaimana mereka mengembangkan dan menyetujui karakter AI, serta cara mereka “memonetisasi keterlibatan pengguna.” Praktik data dan bagaimana perusahaan melindungi pengguna di bawah umur juga menjadi area yang ingin dipelajari lebih lanjut oleh FTC, sebagian untuk melihat apakah pembuat chatbot “mematuhi Aturan Perlindungan Privasi Online Anak-Anak.”

Ilustrasi investigasi FTC terhadap chatbot AI pendamping untuk melindungi anak dan remaja

Meskipun FTC tidak memberikan motivasi jelas untuk investigasinya, dalam pernyataan terpisah, Komisioner FTC Mark Meador menyiratkan bahwa Komisi merespons laporan terbaru dari The New York Times dan Wall Street Journal tentang “chatbot yang memperkuat ide bunuh diri” dan terlibat dalam “diskusi bertema seksual dengan pengguna di bawah umur.” Meador menegaskan, “Jika fakta — yang dikembangkan melalui penyelidikan penegakan hukum berikutnya dan tepat sasaran, jika diperlukan — menunjukkan bahwa hukum telah dilanggar, Komisi tidak boleh ragu untuk bertindak melindungi yang paling rentang di antara kita.”

Fenomena ini bukanlah hal baru. Sebelumnya, telah terjadi kasus remaja 14 tahun bunuh diri akibat jatuh cinta dengan chatbot AI yang mengguncang dunia maya. Insiden ini menunjukkan betapa dalamnya dampak emosional yang dapat ditimbulkan oleh interaksi dengan AI, terutama pada pengguna muda yang masih dalam tahap perkembangan psikologis.

Investigasi FTC ini terjadi dalam konteks yang lebih luas dimana manfaat produktivitas jangka panjang penggunaan AI menjadi semakin tidak pasti, sementara dampak negatif langsung pada privasi dan kesehatan telah menjadi perhatian utama regulator. Texas Attorney General bahkan telah meluncurkan investigasi terpisah terhadap Character.AI dan Meta AI Studio atas kekhawatiran serupa tentang privasi data dan chatbot yang mengklaim sebagai profesional kesehatan mental.

Perhatian terhadap dampak teknologi pada kesehatan mental remaja bukanlah hal baru. Sebelumnya, AS telah menggugat Meta karena Instagram merusak mental remaja, menunjukkan pola yang konsisten dimana regulator semakin memperketat pengawasan terhadap platform digital yang berinteraksi dengan pengguna muda.

Di tengah kekhawatiran ini, muncul solusi alternatif seperti Backpack Healthcare yang menawarkan solusi AI untuk kesehatan mental anak dengan pendekatan manusiawi. Pendekatan ini menekankan pentingnya keseimbangan antara teknologi AI dan sentuhan manusia, terutama ketika berhadapan dengan isu-isu sensitif seperti kesehatan mental.

Beberapa perusahaan yang diselidiki telah mengambil langkah proaktif. Meta menggunakan AI untuk memeriksa usia pengguna yang masih anak-anak, menunjukkan kesadaran akan pentingnya melindungi pengguna muda. Namun, investigasi FTC menunjukkan bahwa langkah-langkah ini mungkin belum cukup.

Pertanyaan besar yang muncul adalah: sejauh mana perusahaan teknologi harus bertanggung jawab atas dampak emosional dan psikologis dari produk AI mereka? Apakah cukup dengan menambahkan peringatan usia, atau perlu ada pengawasan yang lebih ketat terhadap konten dan interaksi yang dihasilkan oleh chatbot ini?

Investigasi FTC terhadap chatbot AI pendamping ini menandai babak baru dalam regulasi teknologi AI. Ini bukan hanya tentang privasi data atau keamanan informasi, tetapi tentang dampak emosional dan psikologis yang dalam dari interaksi manusia-AI. Hasil investigasi ini kemungkinan akan menentukan standar baru untuk pengembangan dan penerapan AI, terutama yang berinteraksi dengan populasi rentan seperti anak-anak dan remaja.

Sebagai konsumen dan orang tua, kita perlu lebih kritis dalam memantau interaksi anak-anak dengan teknologi AI. Sementara chatbot AI pendamping menawarkan janji persahabatan virtual dan dukungan emosional, kita harus tetap waspada terhadap potensi risiko yang mungkin timbul. Investigasi FTC ini mengingatkan kita bahwa di balik kecanggihan teknologi, selalu ada tanggung jawab etis yang harus dipikul oleh pengembang dan regulator.

Pengisi Suara Lara Croft Gugat Aspyr Soal AI di Tomb Raider Remastered

0

Telset.id – Bayangkan jika suara Anda, yang telah menjadi bagian dari kenangan jutaan pemain game, tiba-tiba diubah tanpa izin menggunakan kecerdasan buatan. Itulah yang dialami Françoise Cadol, pengisi suara Lara Croft dalam versi bahasa Prancis untuk Tomb Raider IV-VI Remastered. Ia baru-baru ini mengirimkan somasi hukum kepada Aspyr, penerbit game tersebut, karena diduga menggunakan AI untuk memodifikasi performa vokalnya tanpa persetujuan. Bagaimana cerita lengkapnya?

Kasus ini bermula dari laporan media Prancis, Le Parisien, yang kemudian diangkat oleh Game Developer. Menurut informasi yang beredar, pembaruan patch Agustus 2025 untuk koleksi game remaster tersebut mencakup penyesuaian audio, termasuk perbaikan masalah volume suara yang terlalu pelan dan pemulihan beberapa rekaman suara yang hilang di versi Steam. Namun, yang mengejutkan, penggemar setia Tomb Raider versi Prancis mendeteksi perubahan pada suara Lara Croft yang dianggap tidak wajar—seolah-olah hasil olahan artificial intelligence.

Françoise Cadol, yang telah lama menjadi suara ikonik karakter tersebut, langsung mengambil tindakan. Ia mengirim somasi resmi kepada Aspyr meminta agar penjualan game koleksi remaster dihentikan sementara sampai masalah ini diselesaikan. Aspyr sendiri belum memberikan pernyataan resmi terkait tuntutan tersebut, meski Telset.id telah menghubungi mereka untuk meminta tanggapan.

Françoise Cadol, pengisi suara Lara Croft versi Prancis

Isu penggunaan AI dalam industri hiburan, termasuk game, bukanlah hal baru. Seiring dengan perkembangan teknologi, kekhawatiran akan penyalahgunaan AI untuk mereplikasi atau memodifikasi karya seni manusia semakin mengemuka. Bahkan, aksi protes besar-besaran pernah dilakukan oleh serikat pekerja seperti SAG-AFTRA, yang melakukan pemogokan terhadap beberapa perusahaan game pada musim panas lalu. Pemogokan tersebut baru dihentikan pada Juni 2025 setelah dicapainya kesepakatan yang lebih melindungi hak-hak para pekerja seni.

Lantas, mengapa kasus seperti ini penting untuk diperhatikan? Selain menyangkut hak cipta dan kepemilikan intelektual, modifikasi suara tanpa izin dapat merusak integritas artistik dan emosional yang dibangun oleh pengisi suara. Bagi para penggemar, suara asli Lara Croft bukan sekadar elemen teknis, melainkan bagian dari pengalaman bermain yang autentik. Perubahan yang tidak transparan berpotensi mengikis kepercayaan konsumen terhadap developer dan publisher game.

Industri game global tengah berada di persimpangan antara inovasi teknologi dan etika. Di satu sisi, AI menawarkan efisiensi dan kemudahan dalam produksi konten. Di sisi lain, praktik yang tidak bertanggung jawab dapat memicu konflik hukum dan reputasi. Beberapa perusahaan teknologi besar telah mulai mengadopsi AI dalam layanan mereka, seperti yang terjadi pada penggantian Google Assistant oleh Gemini di ChromeOS. Namun, penting untuk memastikan bahwa adopsi teknologi ini dilakukan dengan mempertimbangkan aspek etika dan hukum.

Kasus Françoise Cadol juga mengingatkan kita pada tren penggantian tenaga manusia oleh AI di berbagai sektor. Beberapa waktu lalu, Duolingo mengganti sebagian pekerja manusia dengan AI, memicu debat tentang kualitas dan keberlanjutan layanan. Apakah langkah serupa akan terjadi di industri game? Jika ya, bagaimana dampaknya terhadap kreativitas dan kualitas narasi dalam game?

Selain isu AI, industri game juga tidak lepas dari masalah teknis lainnya yang sering kali mengganggu pengalaman pengguna. Misalnya, masalah perangkat keras seperti yang dialami oleh iPhone 14 Pro yang tiba-tiba restart saat mengisi daya, atau bahkan insiden berbahaya seperti Pixel 6a yang meledak saat charging. Namun, kasus modifikasi suara dengan AI membawa dimensi baru yang lebih kompleks karena menyentuh ranah hak cipta dan moral.

Ke depan, kolaborasi antara pengembang teknologi, seniman, dan regulator menjadi kunci untuk menciptakan ekosistem yang adil. Penggunaan AI seharusnya tidak dimaksudkan untuk menggantikan manusia, melainkan melengkapi dan meningkatkan kreativitas mereka. Tanpa batasan yang jelas, innovation bisa berubah menjadi exploitation.

Jadi, apa yang bisa kita pelajari dari kasus Françoise Cadol? Pertama, pentingnya transparansi dalam penggunaan teknologi baru seperti AI. Kedua, penghormatan terhadap hak dan kontribusi seniman sebagai pencipta karya. Ketiga, peran komunitas dan penggemar dalam mengawasi praktik-praktik yang meragukan. Aspyr kini berada di bawah sorotan, dan tanggapan mereka akan menjadi penentu apakah perusahaan lain akan belajar dari insiden ini atau justru mengulangi kesalahan yang sama.

Tensor G5 vs Snapdragon 8 Gen 2: Chipset Mana yang Lebih Unggul?

0

Telset.id – Bayangkan ini: chipset terbaru Google, Tensor G5, yang baru diumumkan Agustus 2025, harus berhadapan dengan Snapdragon 8 Gen 2 yang sudah berumur hampir tiga tahun. Apakah Tensor G5 akhirnya bisa membuktikan diri, atau justru kalah dari veteran Qualcomm? Mari kita selidiki fakta-fakta yang tersembunyi di balik angka benchmark.

Sejak kemunculan perdana chipset Tensor, Google selalu mendapat kritik karena performanya yang dianggap tidak sebanding dengan pesaing dari Qualcomm dan MediaTek. Meski cukup andal untuk tugas sehari-hari, Tensor kerap tertinggal jauh dalam hal performa puncak. Tensor G5 pun, meski diklaim memiliki “peningkatan performa signifikan”, masih tidak sanggup menyaingi Snapdragon 8 Elite atau bahkan Snapdragon 8 Gen 3. Lantas, bagaimana jika dibandingkan dengan Snapdragon 8 Gen 2 yang sudah berusia tiga tahun? Apakah Google akhirnya unggul, atau malah makin mempermalukan diri?

Pertarungan ini bukan sekadar soal gengsi. Bagi pengguna yang mencari smartphone dengan performa terbaik, pilihan chipset bisa menjadi penentu kepuasan penggunaan jangka panjang. Tensor G5 hadir dengan janji efisiensi dan AI yang lebih cerdas, sementara Snapdragon 8 Gen 2 sudah teruji di berbagai flagship ternama. Mana yang lebih layak jadi pilihan? Simak analisis mendalam berikut.

Benchmark AnTuTu: CPU vs GPU, Dua Dunia Berbeda

Dalam tes AnTuTu, Snapdragon 8 Gen 2 masih unggul tipis dengan skor keseluruhan 1.512.682, sementara Tensor G5 berada di angka 1.429.557. Tapi jangan buru-buru mengambil kesimpulan. Cerita sebenarnya justru terletak pada rincian masing-masing komponen.

Tensor G5 vs Snapdragon 8 Gen 2 AnTuTu score

Tensor G5 ternyata lebih perkasa dalam hal CPU, dengan skor 483.989 berbanding 373.687 untuk Snapdragon 8 Gen 2. Itu artinya keunggulan 29% untuk Tensor, menunjukkan bahwa core custom terbaru Google memang dirancang untuk memproses data dengan lebih gesit. Namun, Snapdragon 8 Gen 2 membalas dengan keperkasaan GPU-nya: 599.957 berbanding 416.313 untuk Tensor. Keunggulan 44% ini membuktikan bahwa chipset Qualcomm masih jadi jawara untuk urusan grafis, gaming, dan rendering 3D.

Skor memory dan UX keduanya berdekatan. Tensor unggul di memory (293.467 vs 273.714), sementara Snapdragon memimpin di UX (265.325 vs 235.788). Intinya, untuk penggunaan sehari-hari, kedua chipset ini akan terasa mulus. Tapi kalau Anda gemar main game berat, Snapdragon 8 Gen 2 masih jadi pilihan yang lebih meyakinkan.

Geekbench: Kemenangan Mutlak Tensor G5 di Sektor CPU

Google mengklaim peningkatan CPU rata-rata 30% pada Tensor G5 dibandingkan pendahulunya, Tensor G4. Klaim ini terbukti dalam benchmark Geekbench. Dalam single-core, Tensor mencetak 2.316, mengalahkan Snapdragon 8 Gen 2 yang hanya 1.912. Itu berarti keunggulan 21% yang bisa Anda rasakan saat membuka aplikasi, menjelajahi web, atau sekadar menggeser antarmuka.

Tensor G5 vs Snapdragon 8 Gen 2 Geekbench score

Di multi-core, jaraknya makin melebar: 6.452 untuk Tensor vs 5.204 untuk Snapdragon. Keunggulan 24% ini menjadikan Tensor G5 lebih handal dalam menangani multitasking, aplikasi berat, dan proses latar belakang. Jadi, kecuali Anda adalah gamer hardcore atau sering bekerja dengan konten visual intensif, Tensor G5 menawarkan responsivitas yang lebih memuaskan.

Dengan kata lain, selama Anda tidak tergantung pada performa grafis tinggi, Tensor G5 adalah pemenangnya. Tapi ingat, Snapdragon 8 Gen 2 bukanlah chipset sembarangan. Ia masih menjadi tulang punggung banyak flagship tangguh, termasuk beberapa ponsel dengan DNA flagship yang beredar di pasaran.

Spesifikasi Teknis: Mengapa Tensor G5 Lebih Cepat?

Spesifikasi Tensor G5 dan Snapdragon 8 Gen 2 mengungkapkan mengapa hasil benchmark bisa begitu berbeda. Tensor G5 diproduksi dengan proses 3nm TSMC, lebih mutakhir daripada 4nm pada Snapdragon 8 Gen 2. Konfigurasi CPU-nya juga lebih modern: 1x Cortex-X4 3.78GHz, 5x Cortex-A725 3.05GHz, dan 2x Cortex-A520 2.25GHz. Bandingkan dengan Snapdragon yang masih menggunakan Cortex-X3, A715, A710, dan A510.

Sayangnya, Tensor G5 masih tertinggal di sektor GPU. Ia mengandalkan PowerVR DXT-48-1536 tanpa dukungan ray tracing, sementara Snapdragon 8 Gen 2 punya Adreno 740 dengan ray tracing dan fitur Snapdragon Elite Gaming. Untuk AI, Tensor dilengkapi Google Edge TPU yang mungkin lebih canggih daripada Hexagon NPU Qualcomm. Tensor juga lebih unggul dalam konektivitas, dengan Bluetooth 6.0 vs 5.3 pada Snapdragon.

Jadi, meski Tensor G5 unggul di CPU dan efisiensi, Snapdragon 8 Gen 2 tetap juara di grafis dan gaming. Tertarik dengan performa baterai? Cek hasil tes baterai ekstrem Pixel 10 Pro yang mengungguli iPhone 16 Pro.

Lantas, mana yang harus Anda pilih? Jika Anda lebih sering bekerja dengan aplikasi produktif, browsing, dan multitasking, Tensor G5 di Pixel 10 series layak dipertimbangkan. Tapi kalau gaming adalah prioritas, Snapdragon 8 Gen 2 masih belum tergantikan. Atau mungkin Anda ingin menunggu Pixel 11 dengan chipset 2nm yang dikabarkan lebih gahar?

Pada akhirnya, pilihan kembali kepada kebutuhan dan preferensi Anda. Tensor G5 membawa angin segar dengan CPU yang lebih cepat dan efisien, sementara Snapdragon 8 Gen 2 membuktikan bahwa usia bukanlah halangan untuk tetap relevan. Yang jelas, persaingan chipset makin seru, dan kita sebagai konsumen yang diuntungkan.

OpenAI Temukan Penyebab AI Berhalusinasi, Ini Solusinya

0

Telset.id – Pernahkah Anda bertanya pada chatbot AI dan mendapatkan jawaban yang terdengar meyakinkan, tapi ternyata salah besar? Itulah yang disebut “halusinasi AI”—fenomena di mana model bahasa besar (LLM) menghasilkan informasi yang tidak akurat atau sama sekali fiktif. OpenAI, salah satu pelopor di bidang kecerdasan buatan, kini mengklaim telah menemukan akar masalahnya dan sedang mengembangkan solusi yang dapat membuat AI lebih dapat dipercaya.

Masalah halusinasi bukanlah hal sepele. Bayangkan Anda menggunakan AI untuk riset akademis, dan ia memberikan kutipan dari jurnal yang tidak pernah ada. Atau saat meminta rekomendasi produk, AI menyebutkan fitur yang sebenarnya tidak dimiliki. Ini bukan hanya mengganggu, tetapi juga berpotensi merugikan. OpenAI, melalui penelitian kolaboratif dengan Georgia Tech, telah menerbitkan makalah sepanjang 36 halaman yang mengupas tuntas mengapa hal ini terjadi—dan yang mengejutkan, kesalahannya mungkin bukan pada desain model, melainkan pada cara kita mengujinya.

Ilustrasi AI chatbot sedang berhalusinasi dengan gelembung pikiran berisi informasi salah

Menurut penelitian tersebut, sistem penilaian (benchmark) yang digunakan saat ini justru memicu AI untuk “berbohong”. Sebagian besar tes dirancang untuk menghukum model yang menjawab “Saya tidak tahu” atau menolak pertanyaan, sementara memberi reward pada model yang berani menjawab—bahkan jika jawabannya salah. Analoginya seperti ujian pilihan ganda di sekolah: lebih baik menebak daripada tidak menjawab sama sekali. Akibatnya, AI cenderung memproduksi jawaban dengan keyakinan tinggi, meskipun faktanya ia tidak yakin.

OpenAI dan tim peneliti, termasuk Santosh Vempala dari Georgia Tech, mengusulkan perubahan radikal dalam metodologi evaluasi. Alih-alih menghargai kuantitas jawaban, sistem seharusnya lebih menghargai kejujuran dan kehati-hatian. Misalnya, jawaban yang “percaya diri tetapi salah” harus diberi penalti besar, sementara pengakuan ketidaktahuan atau respons yang hati-hati justru diberi nilai positif.

Contoh nyata dari paper tersebut menunjukkan perbedaan mencolok. Satu model yang hati-hati hanya menjawab 50% pertanyaan, tetapi akurasinya mencapai 74%. Sebaliknya, model lain yang menjawab hampir semua pertanyaan justru berhalusinasi pada tiga dari empat kesempatan. Artinya, kepercayaan buta pada AI yang selalu siap menjawab justru berisiko tinggi.

Jika pendekatan ini diadopsi secara luas, perilaku asisten AI sehari-hari bisa berubah drastis. Daripada dengan yakin menyebutkan statistik palsu atau merujuk sumber fiktif—seperti yang terjadi pada kasus restoran di Montana yang memprotes Google AI karena memberikan informasi menu yang salah—AI akan lebih sering mengakui batasan pengetahuannya. Mungkin terdengar kurang “pintar”, tetapi ini justru langkah maju menuju transparansi dan keandalan.

Bagi pengguna, ini berarti lebih sedikit waktu yang dihabiskan untuk memverifikasi setiap klaim AI. Bagi developer dan peneliti, ini adalah pengingat bahwa kecerdasan buatan bukan hanya tentang kecepatan atau keluwesan bahasa, tetapi juga integritas informasi. Bahkan isu kepercayaan terhadap AI ini telah memicu kekhawatiran mendalam, seperti yang tercermin dalam keputusan seorang mantan mahasiswa MIT yang memilih keluar karena khawatir AI dapat mengancam manusia.

OpenAI bukan satu-satunya yang bergulat dengan tantangan ini. Persaingan dalam pengembangan AI semakin ketat, termasuk dengan kehadiran Grok xAI yang baru saja disetujui pemerintah AS. Namun, pendekatan berbasis kejujuran ini bisa menjadi standar baru dalam industri—terutama jika OpenAI berhasil mengintegrasikannya ke dalam model generasi berikutnya seperti GPT-5.

Jadi, lain kali Anda berinteraksi dengan chatbot dan ia menjawab “Saya tidak yakin” atau “Saya belum mempelajari itu”, jangan langsung menganggapnya kurang canggih. Bisa jadi, itulah AI yang lebih cerdas dan bertanggung jawab—AI yang lebih peduli pada kebenaran daripada tampilan percaya diri.