Beranda blog Halaman 41

Hypershell X Ultra: Eksoskeleton Terbaru yang Ubah Petualangan Outdoor Anda

0

Bayangkan bisa mendaki gunung tanpa kelelahan, bersepeda sejauh puluhan kilometer tanpa rasa pegal, atau menjelajahi medan terjal dengan energi yang seolah tak pernah habis. Apa yang terdengar seperti adegan film fiksi ilmiah kini menjadi kenyataan berkat kemajuan teknologi eksoskeleton. Dan bukan sembarang eksoskeleton—ini adalah Hypershell X Ultra, perangkat terbaru yang didesain untuk membawa kemampuan manusia ke level yang sebelumnya mustahil.

Selama beberapa tahun terakhir, Hypershell telah dikenal sebagai salah satu pelopor dalam industri eksoskeleton personal. Produk-produk sebelumnya seperti seri Pro dan Carbon sudah menunjukkan potensi besar, tetapi X Ultra datang dengan segudang peningkatan yang benar-benar mengubah permainan. Bagi para penggemar aktivitas luar ruangan, perangkat ini bukan sekadar alat bantu—ia adalah partner cerdas yang memungkinkan Anda menjelajah lebih jauh, lebih lama, dan lebih percaya diri.

Lantas, apa yang membuat Hypershell X Ultra begitu istimewa? Mari kita selidiki lebih dalam fitur, teknologi, dan dampaknya bagi pengalaman petualangan Anda.

Daya dan Efisiensi yang Meningkat Drastis

Salah satu peningkatan paling signifikan pada Hypershell X Ultra adalah sistem motor M-One Ultra yang benar-benar baru. Dengan satu motor yang terpasang di setiap pinggul, perangkat ini mampu menghasilkan daya puncak hingga 1000W—naik dari 800W pada model sebelumnya. Itu setara dengan 1.3 tenaga kuda yang melekat langsung pada tubuh Anda. Bayangkan kekuatan itu membantu setiap langkah atau kayuhan sepeda Anda.

Tak hanya daya, jarak tempuh juga ditingkatkan secara signifikan. X Ultra dapat menempuh jarak hingga 30 kilometer atau 18.6 mil, jauh melampaui pendahulunya yang hanya mencapai 17.5 km. Peningkatan ini dicapai berkat efisiensi motor yang kini lebih dari 90%, serta algoritma AI yang menganalisis gerakan Anda secara real-time. Hasilnya? Eksoskeleton ini tak hanya kuat, tetapi juga cerdas.

Hypershell X Ultra

Pengurangan Kelelahan yang Nyata

Angka-angka teknis mungkin terdengar mengesankan, tetapi bagaimana dampaknya dalam dunia nyata? Berdasarkan pengujian Hypershell, X Ultra mampu mengurangi exertion fisik hingga 22% saat berjalan dan 39% saat bersepeda. Bahkan, detak jantung dapat turun hingga 40% selama berolahraga. Artinya, Anda bisa melakukan lebih banyak dengan energi yang lebih sedikit—sebuah keuntungan besar bagi para petualang yang sering menghadapi medan menantang.

Dengan kemampuan beroperasi pada suhu antara -20°C hingga 60°C, serta bobot hanya 1.8 kg, perangkat ini dirancang untuk berbagai kondisi ekstrem tanpa membebani penggunanya. Bahan aerospace-grade seperti serat karbon memastikan daya tahan tinggi, sementara rating IP54 melindungi dari debu, hujan, dan salju.

Kecerdasan Buatan dan Perlindungan Cerdas

Salah satu fitur paling inovatif pada X Ultra adalah enhanced knee protection. Fitur ini secara otomatis menyesuaikan mode bantuan ketika eksoskeleton mendeteksi bahwa Anda sedang menuruni bukit. Tanpa perlu membuka aplikasi atau mengutak-atik setelan, perangkat akan mengurangi dampak pada kaki yang turun sekaligus meningkatkan dukungan pada kaki yang menahan beban.

Ini bukan hanya tentang kenyamanan—ini tentang kesehatan jangka panjang. Dengan kekakuan sendi lutut yang ditingkatkan, wear and tear pada lutut diminimalkan bahkan saat menuruni tebing terjal. Bagi para pendaki atau pelari trail, fitur ini bisa menjadi pembeda antara petualangan yang menyenangkan dan cedera yang mengganggu.

Hypershell X Ultra

12 Mode untuk Segala Medan

Dengan penambahan mode Snow dan Dune, Hypershell X Ultra kini menawarkan total 12 mode yang mencakup hampir semua aktivitas outdoor: Cycling, Down Stairs, Up Stairs, Downhill, Uphill, Mountain, Walking, Speed Walking, Running, Gravel, serta dua mode baru tersebut. Setiap mode dioptimalkan untuk memberikan bantuan yang tepat sesuai medan dan intensitas aktivitas.

Kontrol terhadap mode-mode ini dilakukan melalui aplikasi Hypershell+ yang tersedia untuk Android, iOS, dan kini juga watchOS. Untuk pertama kalinya, Anda dapat mengatur eksoskeleton langsung dari pergelangan tangan tanpa perlu mengeluarkan ponsel. Kepraktisan ini sangat berarti ketika Anda sedang berada di tengah rute pendakian atau bersepeda.

Diverifikasi Secara Independen

Klaim-klaim performa Hypershell X Ultra tidak hanya berasal dari internal perusahaan. Performa perangkat telah diaudit dan diverifikasi secara independen oleh SGS (Société Générale de Surveillance) SA di Swiss, salah satu pemimpin global dalam pengujian, inspeksi, dan sertifikasi. Ini memberikan jaminan tambahan bahwa angka-angka yang diumumkan bukan sekadar jargon pemasaran, tetapi hasil yang dapat diandalkan.

Hypershell X Ultra

Harga dan Ketersediaan

Dengan semua teknologi canggih yang ditawarkan, Anda mungkin mengira Hypershell X Ultra memiliki harga yang selangit. Namun, perangkat ini dapat dimiliki dengan harga $1,999—investasi yang masuk akal untuk mereka yang serius tentang petualangan outdoor dan kesehatan fisik.

Setelah empat tahun beroperasi, Hypershell telah menuangkan seluruh pengalaman dan inovasi mereka ke dalam X Ultra. Baik Anda sedang berlatih untuk Ironman, menjelajahi alam dengan keluarga, atau sekadar ingin mencapai tempat-tempat yang sebelumnya tidak terjangkau, eksoskeleton ini siap menjadi partner andal Anda.

Hypershell X Ultra bukan sekadar produk—ia adalah bukti bahwa batas kemampuan manusia dapat terus diperluas. Dengan teknologi yang terus berkembang, siapa tahu apa lagi yang akan mungkin dilakukan di masa depan? Untuk sekarang, satu hal pasti: petualangan Anda akan menjadi lebih jauh, lebih kuat, dan lebih cerdas.

Meta Ray-Ban Display: Kacamata Pintar dengan Layar dan Gelang Ajaib

0

Pernahkah Anda membayangkan bisa membaca notifikasi WhatsApp, menonton Instagram Reels, atau bahkan melakukan panggilan video langsung dari kacamata Anda? Bukan lagi sekadar impian—Meta baru saja mewujudkannya. Di tengah persaingan sengit perangkat wearable, perusahaan yang dipimpin Mark Zuckerberg ini meluncurkan generasi terbaru kacamata pintarnya yang benar-benar berbeda dari pendahulunya.

Selama ini, kacamata pintar sering kali dianggap sebagai gadget yang setengah hati. Fitur terbatas, desain yang kurang stylish, dan tentu saja—tidak adanya layar. Meta Ray-Ban generasi pertama memang sudah membawa terobosan dengan integrasi kamera dan asisten suara, tetapi tetap saja, banyak pengguna yang merasa ada yang kurang. Kini, dengan kehadiran Meta Ray-Ban Display, semua keluhan itu sepertinya terjawab.

Meluncur secara resmi dalam ajang tahunan Meta Connect 2025, kacamata pintar kolaborasi dengan Ray-Ban ini tidak hanya menawarkan layar in-lens berwarna, tetapi juga dilengkapi dengan gelang kontrol neural yang revolusioner. Dengan harga $799, apakah produk ini layak disebut sebagai lompatan besar dalam dunia wearable technology? Mari kita telusuri lebih dalam.

Layar Pertama yang Bisa “Hilang” di Mata Pengguna

Salah satu fitur paling dinanti dari Meta Ray-Ban Display adalah kehadiran layar in-lens berwarna. Bukan sembarang layar—resolusinya mencapai 600 x 600 dengan field of view 20 derajat. Yang menarik, layar ini bersifat monocular, artinya hanya tertanam di satu lensa (tepatnya di sudut kanan bawah). Dengan refresh rate 90Hz, pengalaman visual dijamin smooth dan nyaman.

Meta mengklaim bahwa cahaya yang bocor dari layar kurang dari 2%, sehingga orang di sekitar Anda tidak akan menyadari ketika layar sedang aktif. Ini adalah solusi cerdas untuk masalah privasi yang sering dikhawatirkan pengguna. Selain itu, kecerahan layar dapat disesuaikan dari 30 hingga 5.000 nits, membuatnya tetap terbaca bahkan di bawah terik matahari.

Fitur lain yang tak kalah menarik adalah lensa transition yang otomatis menyesuaikan dengan intensitas cahaya. Jadi, Anda bisa menggunakan kacamata ini baik di dalam ruangan maupun di luar tanpa harus repot mengganti lensa. Untuk gadget seharga $800, fitur semacam ini memang sudah seharusnya ada.

Meta Ray Ban Display Meta Ai

Meta Neural Band: Kontrol dengan Gestur Tangan yang Elegan

Jika layar adalah daya tarik visual, maka Meta Neural Band adalah jiwa dari pengalaman penggunaan kacamata pintar ini. Gelang pintar ini menggunakan teknologi sEMG (surface electromyography) untuk mendeteksi gerakan otot halus di pergelangan tangan. Dengan begitu, Anda dapat mengontrol antarmuka kacamata hanya dengan gestur seperti mencubit, menggesek, atau mengetuk.

Inovasi ini memecahkan masalah klasik yang dihadapi oleh hampir semua produsen kacamata pintar: bagaimana cara berinteraksi dengan perangkat tersebut tanpa terlihat aneh atau mengganggu? Bayangkan harus berbicara kepada asisten virtual di tengah keramaian—tentu kurang praktis dan canggung. Dengan Neural Band, semua bisa dilakukan secara diam-diam dan elegan.

Salah satu gestur favorit adalah mencubit untuk zoom saat mengambil foto atau video—mirip dengan yang dilakukan di Apple Vision Pro, tetapi tanpa kamera yang mengintai. Yang menggembirakan, gelang ini sudah termasuk dalam paket pembelian seharga $799, jadi tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan.

Meta Neural Band

Daya Tahan Baterai dan Integrasi Aplikasi

Meta mengklaim bahwa Ray-Ban Display dapat bertahan hingga 6 jam dengan penggunaan normal. Angka ini cukupimpresif mengingat adanya layar dan berbagai fitur canggih di dalamnya. Pencapaian ini didukung oleh teknologi “ultra-narrow steelcan batteries” yang masih misterius tetapi menjanjikan efisiensi tinggi.

Di sisi perangkat lunak, kacamata ini terintegrasi dengan aplikasi populer seperti WhatsApp dan Instagram. Anda bisa menerima notifikasi pesan, menonton Reels, bahkan melakukan panggilan video tanpa harus mengeluarkan ponsel. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang terbatas pada WhatsApp, kini notifikasi dapat diakses baik di perangkat iOS maupun Android.

Kamera dan Meta AI: Peningkatan yang Masih Dipertanyakan

Seperti pendahulunya, Meta Ray-Ban Display dilengkapi dengan kamera 12MP ultra-wide yang mampu merekam video 1080p pada 30fps. Ada juga zoom digital 3x untuk kebutuhan yang lebih fleksibel. Kamera ini tidak hanya untuk mengambil foto atau video, tetapi juga menjadi mata bagi Meta AI dalam mengenali lingkungan sekitar.

Sayangnya, Meta AI masih menjadi titik lemah berdasarkan pengalaman generasi sebelumnya. Untuk perintah dasar seperti memotret atau memutar musik, asisten suara bekerja dengan baik. Namun, untuk tugas yang lebih kompleks, performanya masih belum konsisten. Apakah Meta sudah memperbaiki kelemahan ini? Kita masih harus menunggu ulasan lebih lanjut.

Meskipun demikian, kehadiran layar dan Neural Band sudah cukup menjadi pembeda signifikan. Bahkan jika AI dan kamera hanya mengalami peningkatan minor, dua fitur utama ini sudah membawa kacamata pintar ke level yang benar-benar baru.

Persaingan di Pasar Kacamata Pintar

Kehadiran Meta Ray-Ban Display tidak hanya menjadi ancaman bagi kompetitor langsung seperti Apple yang dikabarkan sedang menggarap kacamata pintar dengan chip khusus AI, tetapi juga bagi produk sejenis yang sudah lebih dulu ada. Dengan layar dan metode input yang inovatif, Meta berhasil menciptakan diferensiasi yang sulit ditandingi.

Selain itu, integrasi dengan ekosistem Meta seperti Instagram dan WhatsApp memberikan keunggulan kompetitif yang jelas. Pengguna yang sudah terlanjur nyaman dengan platform tersebut akan lebih tertarik untuk mengadopsi kacamata pintar ini dibandingkan produk dari merek lain.

Namun, tantangan terbesar tetap pada harga. $799 bukanlah angka yang murah, dan Meta harus meyakinkan konsumen bahwa pengalaman yang ditawarkan setara dengan investasi yang dikeluarkan. Apalagi, keberadaan pop-up store Meta untuk kacamata pintar Ray-Ban menunjukkan komitmen perusahaan dalam memasarkan produk ini secara agresif.

Di sisi privasi, isu seperti pengenalan wajah yang kembali dikembangkan oleh Meta mungkin menjadi perhatian sebagian pengguna. Meskipun fitur ini belum secara eksplisit disebutkan dalam Ray-Ban Display, tidak menutup kemungkinan akan diintegrasikan di masa depan.

Dengan segala kelebihan dan tantangannya, Meta Ray-Ban Display hadir sebagai jawaban atas permintaan pasar akan kacamata pintar yang benar-benar “pintar” dan stylish. Layar yang hampir tak terlihat, kontrol gestur yang revolusioner, dan integrasi aplikasi yang solid menjadikannya produk yang patut diperhitungkan.

Bagi Anda yang selalu mengikuti perkembangan teknologi wearable, produk ini mungkin menjadi salah satu inovasi paling menarik tahun ini. Meskipun harganya cukup tinggi, fitur-fitur yang ditawarkan bisa jadi worth it—terutama jika Anda sudah terbiasa dengan ekosistem Meta. Bagaimana menurut Anda? Apakah kacamata pintar dengan layar adalah masa depan, atau hanya sekadar tren sesaat?

Anthropic vs Pemerintah AS: Perang Etika AI dan Pengawasan Massal

0

Telset.id – Bayangkan jika sebuah perusahaan teknologi menolak permintaan pemerintah untuk menggunakan AI-nya dalam operasi pengawasan massal. Itulah yang sedang terjadi dengan Anthropic, perusahaan di balik chatbot Claude, yang kini menjadi sorotan karena kebijakan etisnya yang keras. Dalam dunia di mana AI semakin sering digunakan untuk memantau warga, langkah Anthropic bukan hanya berani, tapi juga memicu pertanyaan besar: sejauh mana perusahaan teknologi harus tunduk pada permintaan pemerintah?

Menurut laporan eksklusif dari Semafor, Anthropic secara tegas menolak penggunaan model AI-nya untuk tujuan pengawasan, penegakan hukum yang bermasalah, atau aplikasi peradilan pidana. Kebijakan penggunaan mereka secara spesifik melarang penggunaan teknologi mereka untuk “membuat keputusan dalam aplikasi peradilan pidana,” “melacak lokasi fisik, keadaan emosional, atau komunikasi seseorang tanpa persetujuan mereka,” dan “menganalisis atau mengidentifikasi konten tertentu untuk disensor atas nama organisasi pemerintah.”

Kebijakan ini ternyata menjadi batu sandungan besar bagi beberapa lembaga federal AS, termasuk FBI, Secret Service, dan Immigration and Customs Enforcement (ICE). Yang menarik, ketegangan ini terjadi justru ketika Anthropic memberikan akses chatbot Claude dan suite alat AI-nya kepada pemerintah federal dengan harga sangat murah: hanya $1. Sebuah tawaran yang seharusnya menjadi kemudahan, tapi justru berubah menjadi sumber konflik karena batasan etis yang diterapkan Anthropic.

Mengapa Kebijakan Anthropic Berbeda dari Kompetitor?

Yang membedakan Anthropic dari perusahaan AI lain seperti OpenAI adalah ketegasan dan keluasan kebijakan penggunaannya. Sementara OpenAI membatasi “pemantauan individu tanpa otorisasi” – yang mungkin masih memungkinkan pemantauan “legal” – Anthropic sama sekali tidak memberikan celah untuk penggunaan pengawasan domestik. Seorang sumber yang familiar dengan masalah ini menjelaskan bahwa meskipun Claude digunakan oleh agensi untuk tujuan keamanan nasional termasuk cybersecurity, kebijakan perusahaan secara tegas membatasi penggunaan terkait pengawasan domestik.

Perwakilan Anthropic menyatakan bahwa mereka mengembangkan ClaudeGov khusus untuk komunitas intelijen, dan layanan ini telah menerima otorisasi “Tinggi” dari Federal Risk and Authorization Management Program (FedRAMP), yang memungkinkan penggunaannya dengan beban kerja pemerintah yang sensitif. Claude tersedia untuk digunakan di seluruh komunitas intelijen, tetapi dengan batasan etika yang jelas.

Posisi Etis atau Perlindungan Diri?

Seorang pejabat administrasi mengeluh kepada Semafor bahwa kebijakan Anthropic membuat penilaian moral tentang bagaimana lembaga penegak hukum melakukan pekerjaan mereka. Tapi mari kita jujur: ini bukan hanya masalah moral, tapi juga legal. Kita hidup dalam negara pengawasan di mana penegak hukum dapat dan telah memantau orang tanpa surat perintah di masa lalu dan hampir pasti akan terus melakukannya di masa depan.

Perusahaan yang memilih untuk tidak berpartisipasi dalam hal itu, sejauh yang dapat dilawannya, sedang melindungi kepentingannya sendiri sama seperti sedang mengambil sikap etis. Jika pemerintah federal kesal karena kebijakan penggunaan perusahaan mencegahnya melakukan pengawasan domestik, mungkin pelajaran utamanya adalah bahwa pemerintah melakukan pengawasan domestik yang luas dan berusaha mengotomatiskannya dengan sistem AI.

Posisi Anthropic yang secara teoritis berprinsip ini merupakan yang terbaru dalam upayanya memposisikan diri sebagai perusahaan AI yang masuk akal. Lebih awal bulan ini, mereka mendukung undang-undang keselamatan AI di California yang akan mewajibkannya dan perusahaan AI besar lainnya tunduk pada persyaratan keselamatan baru dan lebih ketat untuk memastikan model tidak berisiko melakukan kerusakan katastrofik. Anthropic adalah satu-satunya pemain besar di ruang AI yang mendukung undang-undang tersebut.

Perusahaan ini juga berada di Washington D.C., mempromosikan adopsi AI cepat dengan pengaman (tetapi penekanan pada bagian cepatnya). Posisinya sebagai perusahaan AI yang santai mungkin sedikit tercemar oleh fakta bahwa mereka membajak jutaan buku dan makalah yang digunakan untuk melatih model bahasa besarnya, melanggar hak pemegang hak cipta dan meninggalkan penulis tanpa pembayaran. Penyelesaian $1,5 miliar yang dicapai lebih awal bulan ini akan memasukkan setidaknya sebagian uang ke dalam kantong orang-orang yang benar-benar menciptakan karya yang digunakan untuk melatih model tersebut.

Sementara itu, Anthropic baru saja dinilai hampir $200 miliar dalam putaran pendanaan terbaru yang akan membuat penalti yang diperintahkan pengadilan menjadi kesalahan pembulatan. Sebuah ironi yang patut dicermati: perusahaan yang bersikap etis dalam hal pengawasan pemerintah, tetapi bermasalah dalam hal hak cipta.

Lalu bagaimana dengan kompetitor seperti perusahaan AI milik Elon Musk, X.AI Corp? Atau keputusan strategis OpenAI yang membatalkan rencana menjadi perusahaan profit? Dunia AI memang penuh dengan dinamika yang kompleks.

Pertanyaannya sekarang: apakah posisi etis Anthropic ini akan bertahan? Ataukah tekanan pemerintah dan kebutuhan bisnis akan memaksa mereka untuk melunak? Yang pasti, kasus ini menunjukkan bahwa perkembangan AI tidak hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang nilai-nilai yang kita tanamkan di dalamnya. Seperti yang ditunjukkan oleh kegagalan AI dalam menjalankan perusahaan virtual, teknologi ini masih memiliki banyak keterbatasan – termasuk dalam memahami kompleksitas etika dan moral manusia.

Anthropic mungkin sedang mencoba menjadi “orang baik” dalam ruang AI, tetapi seperti semua perusahaan teknologi, mereka harus menyeimbangkan antara idealisme etis dan realitas bisnis. Keputusan mereka untuk menolak pengawasan massal patut diapresiasi, tetapi konsistensi mereka dalam masalah hak cipta dan praktik bisnis lainnya masih perlu diawasi. Di era di mana AI semakin渗透 ke dalam setiap aspek kehidupan kita, perdebatan tentang etika AI seperti ini bukan hanya penting – tapi sangat mendesak.

Bocoran Resmi Xiaomi 15T: Chipset Dimensity 8400-Ultra dan Layar Lebar

0

Telset.id – Hanya beberapa hari sebelum peluncuran resminya, bocoran terbaru memberikan gambaran pertama tentang Xiaomi 15T. Sebuah foto yang beredar menunjukkan perangkat masih tersimpan rapi dalam sleeve kotaknya, mengungkap beberapa spesifikasi utama dan memberikan petunjuk tentang apa yang Xiaomi siapkan untuk penyegaran seri T-nya.

Bocoran ini bukan sekadar rumor biasa. Gambar yang tersebar menunjukkan box perangkat dengan detail yang cukup jelas, membuat banyak penggemar teknologi berspekulasi tentang bagaimana Xiaomi akan bersaing di segmen menengah-atas. Apakah mereka akan kembali mengulang kesuksesan seri sebelumnya, atau justru membawa terobosan baru?

Menurut foto yang beredar, Xiaomi 15T akan ditenagai oleh MediaTek Dimensity 8400-Ultra, chipset yang sama dengan yang digunakan pada Poco X7 Pro. Ini merupakan peningkatan signifikan dibandingkan Dimensity 8300-Ultra yang ada di Xiaomi 14T tahun lalu. Dengan konfigurasi ini, Xiaomi 15T diprediksi akan menjadi performer yang kuat untuk gaming dan penggunaan sehari-hari, tanpa harus mendongkrak harga terlalu tinggi.

Layar juga mendapatkan peningkatan yang cukup mencolok. Xiaomi 15T akan menggunakan panel 6,83 inci dengan refresh rate 120Hz. Ukuran ini lebih besar dibandingkan layar 6,67 inci yang digunakan pada 14T dan Poco X7 Pro, memberikan pengguna lebih banyak ruang untuk streaming, membaca, atau multitasking.

Kapasitas baterai juga mengalami peningkatan. Xiaomi 15T dilaporkan akan dibekali baterai 5.500mAh dengan dukungan pengisian cepat 67W. Ini berarti kapasitasnya 500mAh lebih besar dari pendahulunya, yang tentunya akan memberikan daya tahan lebih lama untuk penggunaan intensif.

Meskipun spesifikasi kamera tidak diungkap secara detail dalam bocoran ini, box perangkat mengonfirmasi kembalinya lensa Leica Summilux. Mengingat Xiaomi 14T diluncurkan dengan sistem triple-kamera yang cukup mumpuni (termasuk main 50MP dengan OIS, telephoto 50MP, dan ultra-wide 12MP), wajar jika kita berharap hardware yang sama atau bahkan lebih baik pada seri kali ini.

Selain varian reguler, Xiaomi juga menyiapkan 15T Pro. Model ini diperkirakan akan menggunakan chipset Dimensity 9400+, yang baru saja terlihat di Redmi K80 Ultra. Ini menunjukkan bahwa 15T Pro bisa memberikan lompatan performa yang signifikan untuk tugas-tugas yang lebih menuntut.

Xiaomi telah mengonfirmasi bahwa seri 15T akan diluncurkan pada 24 September, dan teaser sudah mulai bermunculan di akun X resmi mereka. Dengan posisi seri T sebagai alternatif yang lebih terjangkau dibandingkan model flagship Xiaomi, spesifikasi yang bocor ini menunjukkan bahwa perusahaan kembali berusaha menyeimbangkan harga dan performa sambil bersaing dengan rival-rivalnya.

Seperti yang telah kami laporkan sebelumnya dalam Xiaomi 15T Pro Bocor di Geekbench, Siap Rilis Global September!, kemunculan seri ini memang sudah dinanti-nantikan oleh banyak penggemar. Bocoran-bocoran sebelumnya juga mengindikasikan bahwa Xiaomi serius dengan rencana global mereka untuk seri T ini.

Dengan harga dan spesifikasi yang mulai terungkap, semakin jelas bahwa Xiaomi ingin mempertahankan reputasi mereka dalam menyediakan smartphone dengan nilai terbaik di kelasnya. Apakah strategi ini akan berhasil mengalahkan kompetitor? Kita tunggu saja peluncuran resminya.

Seperti yang terungkap dalam Kemunculan Xiaomi 15T and 15T Pro Mulai Terungkap!, perjalanan seri T Xiaomi memang selalu menarik untuk diikuti. Dari tahun ke tahun, mereka konsisten memberikan peningkatan yang berarti tanpa meninggalkan filosofi harga terjangkau dengan spesifikasi premium.

Jadi, apakah Xiaomi 15T akan menjadi game changer di segmen menengah-atas? Dengan kombinasi chipset Dimensity 8400-Ultra, layar besar 120Hz, baterai besar, dan dukungan Leica, tampaknya Xiaomi kembali siap membuat gebrakan. Tinggal tunggu berapa harga yang akan mereka patok, dan bagaimana respons pasar terhadap tawaran terbaru ini.

Honor Magic8 Series Bakal Jadi Flagship AI Paling Canggih di Q4 2025

0

Telset.id – Jika Anda berpikir smartphone flagship tahun depan hanya akan menawarkan peningkatan kamera dan performa biasa, siap-siap terkejut. Honor baru saja mengonfirmasi bahwa seri Magic8 akan meluncur pada kuartal terakhir 2025, dan mereka menyebutnya sebagai perangkat “AI-native” yang dirancang untuk membawa fitur cerdas langsung ke penggunaan sehari-hari. Ini bukan sekadar upgrade biasa — ini adalah lompatan besar dalam cara kita berinteraksi dengan teknologi.

Pengumuman resmi ini datang langsung dari CMO Honor, Guo Rui, melalui unggahan media sosialnya. Dia dengan percaya diri menyatakan bahwa Magic8 akan menjadi “flagship paling menarik di Q4.” Meskipun tanggal pasti belum diungkap, pengamat industri memperkirakan peluncuran akan terjadi pada pertengahan Oktober, sedikit lebih awal dari seri Magic7 tahun lalu. Strategi ini menunjukkan kepercayaan diri Honor dalam menghadapi persaingan pasar yang semakin ketat.

Seperti generasi sebelumnya, Honor kemungkinan akan menerapkan strategi peluncuran bertahap. Magic8 dan Magic8 Pro diperkirakan akan datang pertama, diikuti oleh Magic8 Ultra dan kemungkinan varian Magic8 Mini pada awal 2026. Pendekatan ini mirip dengan yang digunakan untuk keluarga Magic7, di mana edisi khusus muncul berbulan-bulan setelah gelombang pertama. Bagi konsumen, ini berarti lebih banyak waktu untuk mempertimbangkan pilihan — dan bagi Honor, lebih banyak peluan untuk memantau respons pasar.

Yang paling menarik dari semua ini adalah fokus pada kecerdasan buatan. CEO Honor James Li telah menyoroti MagicOS 10, yang diklaim menyertakan model bahasa besar (large language model) yang dirancang untuk mengotomatisasi tugas di latar belakang. Bayangkan smartphone yang tidak hanya menjalankan perintah, tetapi benar-benar memahami konteks dan kebutuhan Anda. Beberapa laporan bahkan menyebutkan tombol hardware khusus untuk akses cepat ke fitur AI ini, meskipun hal ini masih perlu dikonfirmasi.

Tidak hanya AI, sektor kamera juga mendapat perhatian serius. Bocoran terbaru mengindikasikan adanya teknologi “NoxGod” yang kemungkinan akan mendukung sensor telephoto 200 megapixel. Ditambah dengan modul Time-of-Flight (dToF) langsung, kemampuan fotografi dan aplikasi augmented reality diprediksi akan mengalami peningkatan signifikan. Dalam dunia di mana konten visual menjadi semakin penting, upgrade seperti ini bisa menjadi pembeda utama.

Honor juga dikenal dengan komitmennya pada desain tipis dan ringan. Kombinasi antara faktor bentuk yang ergonomis dengan teknologi canggih di dalamnya bisa membuat Magic8 unggul di pasar flagship yang padat. Bayangkan membawa kekuatan komputasi dan kecerdasan buatan dalam perangkat yang nyaman digenggam — itulah yang mungkin ditawarkan Honor.

Dengan jendela peluncuran yang sudah ditetapkan, Honor jelas memposisikan seri Magic8 sebagai lebih dari sekadar pembaruan inkremental. Jika fokus AI dan kebocoran imaging terbukti benar, ini bisa menjadi salah satu peluncuran smartphone yang paling banyak dibicarakan menuju musim liburan. Persaingan dengan merek seperti Motorola Edge 60 Pro dan varian flagship lainnya akan semakin panas.

Bagi konsumen yang mencari smartphone dengan kamera terbaik dalam segmen menengah, beberapa opsi sudah tersedia di pasar. Namun Magic8 jelas menargetkan segmen premium yang menginginkan yang terbaik dari yang terbaik. Sementara kita menunggu kehadiran seri ini, Honor 400 dan 400 Pro bisa menjadi alternatif yang menarik untuk diperhatikan.

Pertanyaan besarnya sekarang: apakah AI-native benar-benar akan mengubah pengalaman pengguna, atau ini sekadar jargon pemasaran belaka? Jawabannya akan terungkap pada akhir 2025. Yang pasti, Honor sedang berusaha keras untuk tidak hanya mengikuti tren, tetapi menciptakannya.

Motorola Avenger Bocor, Siap Guncang Pasar Edge Series?

0

Telset.id – Motorola tampaknya tidak berhenti berinovasi. Bocoran terbaru mengungkap kehadiran ponsel misterius dengan kode nama “Avenger”, yang diduga kuat akan menjadi bagian dari jajaran Edge series. Meski detail teknis masih tertutup rapat, kemunculannya di database IMEI dengan model XT2605-3 telah memicu spekulasi menarik. Apakah ini penantang baru di segmen mid-high end?

Para pengamat teknologi, termasuk pembocor Paras Guglani, mulai menyoroti kemunculan Avenger. Meski belum ada gambar atau spesifikasi yang terungkap, nama “Avenger” sendiri memberikan kesan bahwa Motorola sedang menyiapkan sesuatu yang besar. Seperti apa strategi mereka kali ini?

Motorola Edge series dalam setahun terakhir memang berkembang pesat. Mulai dari Motorola Edge 60 Pro yang mengusung AI hasil kolaborasi dengan Google, hingga varian Neo yang lebih terjangkau dengan chipset MediaTek Dimensity 7400. Avenger hadir di tengah ekspektasi tinggi untuk seri Edge 70 yang diperkirakan meluncur awal 2026.

Posisi Avenger di Lineup Motorola

Pertanyaan besar adalah di mana Avenger akan ditempatkan. Apakah sebagai penerus langsung Edge 60, atau justru varian khusus dengan positioning unik? Mengingat Motorola Edge 60 Fusion sudah hadir dengan sentuhan AI dan desain Pantone, Avenger mungkin membawa pendekatan berbeda.

Yang pasti, timing kemunculannya cukup strategis. Dengan Edge 70 series yang masih dalam tahap pengembangan, Avenger bisa menjadi “jembatan” atau bahkan varian eksperimental sebelum lompatan generasi berikutnya. Atau jangan-jangan, ini adalah perangkat yang sengaja dirancang untuk mengejutkan pasar?

Spesifikasi yang Masih Menjadi Misteri

Sampai saat ini, belum ada bocoran mengenai kamera, kapasitas baterai, atau chipset yang akan dibawa Avenger. Namun, jika mengikuti pola Motorola sebelumnya, kemungkinan besar mereka akan tetap mengusung kombinasi fitur premium dengan harga yang kompetitif.

Pelajaran dari uji coba Motorola Edge 60 Pro di wahana ekstrem Dufan menunjukkan bahwa ketangguhan dan performa AI menjadi fokus utama. Akankah Avenger mengusung konsep serupa, atau justru membawa terobosan baru?

Yang pasti, dalam beberapa bulan ke depan, kita dapat mengharapkan lebih banyak informasi muncul melalui benchmark dan sertifikasi. Untuk sekarang, Avenger tetap menjadi nama yang patut diawasi dalam peta persaingan smartphone.

Jadi, siapkah Anda menyambut kejutan berikutnya dari Motorola? Dengan track record mereka yang konsisten menghadirkan inovasi, Avenger mungkin bukan sekadar nama—tapi janji.

Bocoran Resmi! MacBook Pro OLED Touchscreen Rilis 2026-2027

0

Telset.id – Selama lebih dari satu dekade, Apple dengan tegas menolak kehadiran layar sentuh di Mac. Tapi kini, segalanya mungkin berubah. Bocoran terbaru dari analis terpercaya Ming-Chi Kuo mengindikasikan bahwa Apple sedang mempersiapkan MacBook Pro OLED pertama dengan dukungan touchscreen. Kapan peluncurannya? Bisa jadi akhir 2026 atau awal 2027. Apakah ini akhir dari era “Mac tanpa sentuhan” yang selama ini dipegang teguh?

Bagi Anda yang sudah lama mengikuti perkembangan Apple, pasti ingat betapa gigihnya perusahaan ini mempertahankan filosofi desainnya. Sementara pesaing seperti Microsoft dengan Surface Laptop-nya sudah lama mengadopsi layar sentuh, Apple memilih jalan berbeda. Tapi zaman berubah, dan kebutuhan pengguna pun berkembang. Generasi muda yang tumbuh dengan iPhone dan iPad kini mengharapkan setiap layar dapat merespons sentuhan jari. Dan Apple, sebagai perusahaan yang selalu mendengarkan pasar, tampaknya siap beradaptasi.

Sebelumnya, upaya terdekat Apple untuk menghadirkan elemen sentuh pada Mac adalah melalui Touch Bar. Strip kaca tipis di atas keyboard yang pertama kali muncul tahun 2016 itu memang menjadi fitur menarik. Ia berfungsi sebagai permukaan kontrol yang dapat disesuaikan, menawarkan kemudahan akses ke berbagai fitur tanpa harus mengubah fundamental macOS. Namun, Touch Bar akhirnya dihentikan pada MacBook Pro 13 inci dengan M2 yang secara diam-diam di-discontinue Apple tahun 2023. Mengapa? Karena fitur ini dianggap sebagai “setengah langkah” – tidak sepenuhnya menggantikan tombol fisik, sekaligus tidak memberikan manfaat layar sentuh penuh.

Roadmap Produk: Dari M5 Hingga M6 dengan OLED

Menurut laporan Kuo, rencana Apple cukup jelas. Perusahaan akan meluncurkan MacBook Pro bertenaga M5 pada tahun 2025, yang kemudian diikuti oleh MacBook Pro OLED dengan chip M6 generasi berikutnya. Artinya, kita mungkin hanya tinggal dua siklus produk lagi sebelum menyaksikan redesain besar-besaran pada lini MacBook. Transisi ini tidak hanya tentang menambahkan layar sentuh, tetapi juga peningkatan signifikan dalam teknologi tampilan dengan adopsi panel OLED yang menawarkan kontras lebih tinggi dan warna lebih hidup.

Lalu, bagaimana dengan lini produk lainnya? Menariknya, Kuo juga memberikan petunjuk bahwa teknologi touchscreen ini mungkin tidak akan menjadi eksklusif untuk MacBook Pro high-end saja. Laporan menyebutkan Apple sedang mengerjakan MacBook entry-level dengan prosesor bergaya iPhone. Produk generasi pertama yang rencananya mulai diproduksi massal pada Q4 2025 mungkin belum menyertakan layar sentuh, tetapi penerusnya – yang diharapkan hadir tahun 2027 – kemungkinan besar akan memilikinya. Ini berarti MacBook Air juga akan mendapatkan input sentuh, setidaknya dalam waktu dekat.

Mengapa Sekarang? Analisis Pergeseran Strategi Apple

Bagi Apple, langkah ini masuk akal secara strategis. Selama bertahun-tahun, perusahaan dengan sengaja menjaga jarak antara produk Mac dan iPad. Tapi batas antara laptop dan tablet semakin kabur, dan konsumen modern menginginkan perangkat yang dapat beradaptasi dengan berbagai mode penggunaan. Menambahkan layar sentuh pada MacBook akan mendorong produk ini lebih dekat ke iPad, menciptakan ekosistem yang lebih terintegrasi.

Pertanyaannya: apakah macOS siap untuk transformasi ini? Sistem operasi yang didesain untuk input pointer (trackpad dan mouse) harus melalui penyesuaian signifikan untuk memberikan pengalaman sentuh yang mulus. Apple mungkin akan mengambil pendekatan bertahap, mirip dengan yang mereka lakukan dengan transisi dari Intel ke chip Apple Silicon. Atau mungkin mereka punya kejutan lain yang belum terungkap?

Perkembangan ini juga menarik untuk diamati dari perspektif persaingan. Dengan MacBook Pro Lipat Terbaru Berukuran 20,5 inci yang dikabarkan sedang dalam pengembangan, ditambah dengan adopsi layar sentuh, Apple jelas tidak ingin ketinggalan dalam inovasi bentuk faktor perangkat. Mereka memahami bahwa pasar premium tidak hanya tentang performa, tetapi juga tentang pengalaman pengguna yang unik dan diferensiasi produk.

Dampak pada Pengguna dan Ecosystem Apple

Bagi pengguna setia Apple, perubahan ini bisa menjadi angin segar atau justru pertanyaan besar. Bagaimana aplikasi yang ada akan beradaptasi? Akankah developer harus mendesain ulang interface mereka untuk mendukung input sentuh? Dan yang paling penting: apakah fitur ini akan benar-benar berguna, atau hanya menjadi gimmick marketing belaka?

Sejarah membuktikan bahwa Apple tidak pernah setengah-setengah dalam mengimplementasikan fitur baru. Ketika mereka memutuskan untuk menghapus port USB-A dan HDMI, atau menghilangkan Touch Bar, semua dilakukan dengan pertimbangan matang. Mungkin kali ini pun sama – keputusan untuk menambahkan layar sentuh datang setelah bertahun-tahun penelitian dan pengembangan, memastikan bahwa fitur ini benar-benar menambah nilai, bukan sekadar mengikuti tren.

Bagi mereka yang tertarik dengan perkembangan teknologi display, kabar tentang MacBook Air 15 Inci dengan chip M2 dan kemungkinan adopsi OLED di masa depan menunjukkan komitmen Apple terhadap kualitas visual. Dan sementara kita menunggu revolusi touchscreen MacBook, produk seperti ViewSonic Proyektor X1 tetap menjadi pilihan menarik untuk kebutuhan hiburan rumahan.

Jadi, bersiaplah untuk menyambut era baru MacBook. Dengan sentuhan jari, kita mungkin akan berinteraksi dengan macOS dengan cara yang sama sekali berbeda. Dan seperti biasa, Apple mungkin akan membuktikan bahwa mereka tahu kapan waktu yang tepat untuk mengubah aturan permainan – atau dalam hal ini, mengubah layar yang selama ini hanya bisa ditatap, menjadi layar yang bisa disentuh.

PMC Gugat Google Soal AI Overviews yang Turunkan Traffic Media

0

Telset.id – Penske Media Corporation (PMC), penerbit media ternama seperti Rolling Stone, The Hollywood Reporter, dan Billboard, menggugat Google atas fitur AI Overviews yang dinilai merugikan industri media. Gugatan diajukan ke Pengadilan Tinggi Federal AS untuk Wilayah Distrik Columbia pada 12 September 2025 waktu AS.

PMC menilai bahwa fitur AI Overviews, yang menampilkan ringkasan otomatis di bagian atas hasil pencarian Google, membuat pengguna enggan mengklik tautan ke sumber asli. Akibatnya, traffic ke situs berita turun drastis, dan pendapatan dari tautan afiliasi merosot lebih dari 30 persen sepanjang tahun ini.

PMC juga menyoroti bahwa AI Overviews mengambil manfaat dari karya jurnalis tanpa memberikan imbal balik yang adil. Meskipun PMC bisa memblokir Google, langkah itu dianggap tidak efektif karena akan menghilangkan seluruh media mereka dari hasil pencarian.

Chief Executive Officer Penske Media, Jay Penske, menegaskan dalam pernyataannya kepada TechCrunch, “Sebagai penerbit global terkemuka, kami memiliki kewajiban untuk melindungi jurnalis terbaik PMC dan jurnalisme pemenang penghargaan sebagai sumber kebenaran.”

PMC meminta ganti rugi finansial atas pendapatan yang “digerogoti” AI Overviews, restitusi keuntungan Google dari konten PMC, serta penghentian tampilan AI Overviews tanpa kompensasi. Mereka juga meminta Google menanggung biaya hukum.

Juru bicara Google, Jose Castaneda, membantah klaim PMC dengan menyatakan bahwa AI Overviews justru menyumbang banyak traffic ke berbagai situs web. “Setiap hari, Google mengirimkan miliaran ‘klik’ ke situs web yang bervariasi. Kami akan mempertahankan klaim yang tak sejalan dengan fakta dan data kami,” ujarnya.

Vice President Government Affairs & Public Policy Google, Markham Erickson, menambahkan bahwa AI Overviews bermanfaat bagi pengguna untuk mendapatkan jawaban faktual dengan konteks yang jelas.

Gugatan ini menambah daftar masalah hukum yang dihadapi Google, seperti Iklan Google Dianggap Rugikan Persaingan oleh Pengawas Inggris dan Google Hadapi Gugatan Terkait Pengumpulan Data Chrome Sync.

Proses hukum masih berlangsung dan berpotensi dilanjutkan ke persidangan dalam waktu dekat. Kasus ini menjadi sorotan penting bagi masa depan media digital dan integritas konten online.

Sebelumnya, Google juga menghadapi kritik terkait strategi bisnisnya, termasuk Google Masuk Bisnis Film, Strategi Baru Perbaiki Citra Teknologi.

YouTube Rilis Fitur AI untuk Bantu Podcaster Buat Klip dan Shorts

0

Telset.id – YouTube meluncurkan fitur berbasis kecerdasan buatan (AI) yang dirancang khusus untuk membantu kreator podcast mengubah konten audio mereka menjadi video klip atau Shorts. Fitur baru ini diumumkan dalam acara Made on YouTube pada Selasa (16/9/2025) waktu AS, dan akan tersedia secara bertahap dalam beberapa bulan ke depan.

YouTube menyatakan bahwa inovasi ini merupakan bagian dari komitmen mereka untuk mendukung kreator dalam menciptakan konten yang lebih menarik dan mudah diakses. “Hari ini, di Made on YouTube, kami memperkenalkan produk dan inovasi baru yang akan mentenegai pembuatan konten, relasi, dan bisnis di YouTube selama satu dekade mendatang,” tulis YouTube dalam blog resminya.

Fitur AI ini tidak hanya memungkinkan konversi podcast video menjadi klip atau Shorts, tetapi juga membantu podcaster audio membuat versi video dari konten mereka. Kemampuan AI yang ditawarkan termasuk menambahkan transisi, personalisasi video, penambahan objek, pembuatan draf editan unik, serta integrasi audio sesuai tren terkini.

Kolaborasi dengan Google DeepMind

YouTube berkolaborasi dengan Google DeepMind untuk menghadirkan Veo 3 Fast, versi khusus dari model pembuatan video canggih yang dirancang bekerja mulus di YouTube Shorts. “Veo 3 Fast dirancang untuk bekerja dengan mulus di YouTube Shorts ke jutaan kreator secara gratis,” tambah pernyataan resmi YouTube.

Meski demikian, fitur ini belum tersedia untuk semua pengguna. Menurut laporan Tech Crunch, Rabu (17/9/2025), akses awal hanya diberikan kepada penyiar tertentu. YouTube belum merinci kriteria kreator yang akan mendapatkan akses lebih dulu, namun menjanjikan tools AI anyar ini akan diluncurkan lebih luas pada akhir 2026.

Persaingan dengan Platform Lain

Langkah YouTube ini tidak terlepas dari persaingan ketat dengan platform seperti Spotify, yang juga telah menghadirkan fitur interaktif untuk kreator audio. Spotify menawarkan kolom komentar, jajak pendapat (polling), fitur tanya-jawab (QnA), serta perangkat monetisasi.

Kehadiran fitur AI terbaru ini menunjukkan fokus YouTube dalam mengembangkan dukungan untuk kreator podcast selama beberapa tahun terakhir. Peningkatan fitur diharapkan dapat meningkatkan nilai jual YouTube dalam bersaing dengan TikTok dan Instagram Reels.

Data yang dirilis YouTube pada Februari 2025 menunjukkan pencapaian signifikan, dengan 1 miliar penonton podcast bulanan. Platform ini juga mencatat lebih dari 100 juta jam konten podcast dinikmati pengguna setiap hari per Juli 2025.

Upaya YouTube dalam meningkatkan pengalaman pengguna dan mendukung kreator sejalan dengan tren pertumbuhan podcast global. Kreator kini memiliki lebih banyak opsi untuk menyebarluaskan konten mereka ke audiens yang lebih luas.

Sebelumnya, YouTube juga telah menguji berbagai fitur berbasis AI, seperti AI Music Remixes dan fitur pemulihan akun yang diretas. Inisiatif ini semakin mengukuhkan posisi YouTube sebagai platform yang terus berinovasi untuk memenuhi kebutuhan kreator dan pengguna.

Selain itu, YouTube juga sedang menguji Fitur Catatan Komunitas untuk sebagian pengguna, menandakan komitmen platform dalam membangun ekosistem yang lebih interaktif dan terhubung.

Dengan peluncuran fitur AI untuk podcast ini, YouTube berharap dapat menarik lebih banyak pengguna baru dan meningkatkan keterlibatan audiens di platform mereka.

iOS 26: Ikon Dark Mode Tampak Miring, Begini Solusinya

0

Telset.id – Pengguna iOS 26 melaporkan masalah visual pada ikon aplikasi dalam mode gelap, di mana ikon tampak miring atau tidak sejajar. Keluhan ini muncul setelah Apple merilis pembaruan desain Liquid Glass yang menjadi bagian dari iOS 26. Sejumlah pengguna di platform Reddit dan internal tim Lifehacker mengungkapkan ketidaknyamanan tersebut.

Masalah ini diduga berasal dari sorotan cahaya baru yang ditambahkan Apple pada sudut-sudut tertentu ikon aplikasi saat Dark Mode aktif. Sorotan yang tidak merata ini menciptakan ilusi optik, membuat ikon terlihat miring meski sebenarnya posisinya tetap. Beberapa pengguna bahkan melaporkan gejala pusing akibat efek visual ini.

Tingkat keparahan efek ini bervariasi tergantung latar belakang wallpaper yang digunakan. Sorotan akan lebih terlihat jelas di area wallpaper yang gelap, sementara di area terang efeknya cenderung menyatu. Meski technically sorotan juga ada pada ikon mode terang, kontras yang lebih rendah membuatnya kurang terlihat.

Solusi Sementara untuk Masalah Ikon Miring

Sayangnya, opsi “Reduce Transparency” yang biasanya menjadi solusi untuk masalah visual Liquid Glass tidak efektif untuk kasus ini. Fitur yang dapat diakses melalui Settings > Accessibility > Display & Text Size ini tidak mempengaruhi ikon aplikasi karena sifatnya yang solid.

Sebagai alternatif, pengguna dapat mencoba fitur tinting ikon yang tersedia di iOS 26. Dengan mengetuk lama pada layar beranda hingga aplikasi bergoyang, lalu memilih Edit > Customize > Tinted, pengguna dapat mengubah tampilan ikon menjadi monokrom. Fitur ini menyediakan pemilih warna dan opsi Light/Dark untuk teks ikon.

Apple menyertakan beberapa shortcut termasuk opsi hitam-putih standar, tombol Apple Intelligence untuk mencocokkan warna dengan wallpaper, dan eyedropper untuk memilih warna manual. Meski tidak sama persis dengan Dark Mode icons, solusi ini dapat mengurangi efek miring yang mengganggu.

Harapan untuk Pembaruan Mendatang

Bagi pengguna yang tidak puas dengan solusi tinting, masih ada harapan untuk perbaikan dari Apple. Perusahaan diketahui telah melakukan penyesuaian pada Liquid Glass selama masa beta iOS 26, menunjukkan responsif terhadap umpan balik pengguna.

Mengingat keluhan ini sudah menyebar di komunitas online, kemungkinan besar Apple sedang memantau situasi dan akan merilis pembaruan untuk memperbaiki masalah visual ini. Pengguna yang mengalami ketidaknyamanan parah disarankan untuk memberikan umpan balik melalui saluran resmi Apple.

Sementara menunggu pembaruan, pengguna dapat menjelajahi berbagai cara backup data untuk memastikan keamanan konten mereka selama proses penyesuaian dengan sistem operasi baru. Untuk penggemar game, tersedia juga berbagai pilihan game MOBA terbaik yang dapat dinikmati sambil menunggu perbaikan sistem.

Masalah visual pada antarmuka pengguna memang sering kali subjektif. Beberapa pengguna mungkin tidak memperhatikan efek miring ini, sementara yang lain merasa sangat terganggu. Respons Apple terhadap keluhan serupa di masa lalu memberikan indikasi positif bahwa solusi permanen akan segera datang.

iOS 26 Hadirkan 5 Fitur Baru Siri, Personal Siri Tertunda

0

Telset.id – Apple resmi merilis iOS 26 dengan membawa lima fitur baru untuk asisten virtual Siri. Meski demikian, fitur yang paling dinanti, yaitu “Personal Siri”, tertunda hingga rilisnya iOS 26.4 pada musim semi mendatang. Pengguna iPhone kini dapat memanfaatkan integrasi ChatGPT, kontrol HomePod yang lebih cerdas, serta kemampuan kontekstual on-device yang ditingkatkan.

Sejak diperkenalkan pertama kali pada iPhone 4s tahun 2011, Siri sempat dianggap sebagai terobosan revolusioner. Namun, popularitasnya menurun seiring kemunculan pesaing seperti Google Assistant dan Alexa, serta maraknya aplikasi AI khusus di iOS dan Android. Kini, dengan iOS 26, Apple berupaya menghidupkan kembali Siri melalui pembaruan bertahap.

Menurut panduan resmi yang dirilis Apple, salah satu fitur baru Siri adalah kemampuan memanfaatkan ChatGPT untuk membuat dokumen. Pengguna dapat meminta ChatGPT membuat file melalui Siri, lalu membagikannya melalui ShareSheet untuk disimpan di aplikasi Files atau dibuka di aplikasi pilihan. Selain itu, ketika pengguna mengalihkan pertanyaan dari Siri ke ChatGPT, mereka dapat meminta tindakan lanjutan berdasarkan jawaban yang diberikan.

Apple promotes Siri by surrounding the name of the feature with Apple devices that use it.

Fitur lain yang disertakan adalah peningkatan pemahaman konteks perangkat. Siri kini dapat mengenali model iPhone yang digunakan, versi iOS yang berjalan, serta pengaturan yang diaktifkan atau dinonaktifkan pengguna. Kemampuan ini memanfaatkan konteks layar dan on-device untuk memberikan respons yang lebih personal dan akurat.

Tak ketinggalan, Siri juga mendukung pemformatan teks yang kaya saat menyalin dan menempel tanggapan dari ChatGPT. Teks tebal, tautan, heading, gambar inline, poin-poin, hingga tabel akan tetap utuh saat ditempel di aplikasi lain. Bagi pengguna HomePod, kini Siri dapat mengontrol pemutaran musik di beberapa speaker HomePod sekaligus melalui AirPlay, memudahkan pengalaman multi-room audio.

Sayangnya, fitur “Personal Siri” yang dijanjikan tidak termasuk dalam rilis iOS 26. Fitur ini dirancang untuk menjelajahi email, kalender, pesan teks, foto, dan aplikasi lain di iPhone guna menjawab pertanyaan spesifik pengguna. Awalnya, “Personal Siri” diharapkan dapat diluncurkan bersamaan dengan Apple Intelligence, namun mengalami kendala pengembangan sehingga penawarannya mundur hingga iOS 26.4.

Penundaan ini dinilai sebagai kemunduran bagi Apple, mengingat pesaing seperti Google telah meluncurkan Gemini AI sebagai pengganti Google Assistant, dilengkapi fitur Magic Cue pada seri Pixel 10 yang membuat perangkat lebih proaktif. Survei internal menunjukkan bahwa 76,92% pengguna merasa Siri saat ini “hampir tidak berguna”, sementara 23,08% puas dengan fungsionalitas dasarnya seperti pengatur timer dan penjawab pertanyaan sederhana.

With iOS 26, Siri can do five things that it couldn't before

Bagi pengguna yang ingin mencoba fitur baru Siri, pastikan perangkat iPhone mereka termasuk dalam daftar lengkap iPhone yang kompatibel dengan iOS 26. Apple telah menyediakan panduan instalasi untuk mempermudah proses pembaruan. Meski pembaruan ini tidak sebesar yang diharapkan, setidaknya menjadi langkah awal menuju Siri yang lebih cerdas dan kontekstual.

Ke depannya, dengan spekulasi bahwa Apple akan menandatangani kesepakatan untuk menggunakan Gemini di iPhone, tidak menutup kemungkinan Siri akan menjadi lebih proaktif seperti yang ditawarkan perangkat Pixel. Sampai saat itu tiba, pengguna dapat menikmati lima fitur baru Siri yang telah tersedia di iOS 26 sambil menanti kedatangan “Personal Siri” pada musim semi mendatang.

Informasi lebih lanjut mengenai fitur-fitur iOS 26 dapat dilihat pada panduan instalasi dan kompatibilitas perangkat. Untuk berita terbaru seputar Apple dan produk iPhone terbaru, simak rilis event “Awe-Dropping” Apple pada 9 September yang membahas iPhone 17, iOS 26, dan banyak lagi.

Vivo X300 Bawa Dimensity 9500 dan V3+, Rekam Video 4K 60fps Pertama di Dunia

0

Telset.id – Vivo X300 telah muncul di Geekbench dengan chipset Dimensity 9500 yang akan diumumkan pada 22 September, sehari sebelum Snapdragon 8 Elite Gen 5. Tak hanya itu, seri X300 juga akan mengintegrasikan chip pencitraan in-house V3+ yang memungkinkan perekaman video portrait sinematik 4K pada 60fps—sebuah pertama bagi ponsel Android dan Apple.

Han Boxiao, juru bicara vivo, menyatakan bahwa kemampuan ini melampaui iPhone 17 series yang hanya mendukung 4K 30fps, serta seri X200 sebelumnya. Lebih banyak detail tentang fitur video X300 akan diungkap besok, menurut janji Han.

Vivo X300 series akan menggabungkan Dimensity 9500 dengan V3+, menciptakan kombinasi yang kuat untuk performa komputasi visual. Vivo telah berkolaborasi dengan ARM dan MediaTek untuk meningkatkan NPU di dalam Dimensity 9500, memungkinkan komputasi cepat pada tugas-tugas seperti pelacakan fokus. Seri X300 akan mampu mencapai pelacakan gerak tingkat milidetik dan respons rana yang sangat cepat.

Dengan Dimensity 9500, vivo X300 series diprediksi menjadi ponsel pertama yang menembus penghalang 4 juta poin pada AnTuTu, seperti yang terlihat dalam screenshot yang dibagikan Han pekan lalu. Ini menegaskan posisinya sebagai flagship yang sangat kompetitif di pasar global.

Inovasi Lebih Lanjut: Dua Kamera 200MP

Selain keunggulan dalam performa chipset dan video, vivo X300 Ultra akan menjadi ponsel pertama di dunia yang dilengkapi dengan dua kamera 200MP. Fitur ini semakin mengukuhkan vivo sebagai pemain utama dalam inovasi fotografi seluler, bersaing ketat dengan merek-merek ternama lainnya.

Seri X300 tidak hanya unggul dalam hal spesifikasi, tetapi juga dalam integrasi perangkat lunak dan keras yang mulus. Pengguna dapat mengharapkan pengalaman multimedia yang lebih imersif dan responsif, berkat optimasi yang dilakukan vivo bersama mitra teknologinya.

Peluncuran vivo X300 series dinanti tidak hanya karena inovasi teknologinya, tetapi juga karena dampaknya terhadap tren pasar. Dengan bocoran yang beredar, vivo disebut-sebut akan mengguncang pasar smartphone 2025. Rilis ini juga bertepatan dengan peluncuran pesaing seperti Xiaomi 16, memperketat persaingan di segmen flagship.

Vivo X300 Pro, varian lain dalam seri ini, juga dikabarkan akan menghadirkan baterai berkapasitas besar 7.000mAh, seperti yang diungkap dalam bocoran terbaru. Ini menunjukkan komitmen vivo untuk tidak hanya unggul dalam performa dan kamera, tetapi juga daya tahan baterai.

Dengan semua fitur dan inovasi ini, vivo X300 series siap menjadi penantang serius di pasar smartphone global, menawarkan nilai lebih kepada konsumen yang mengutamakan teknologi mutakhir dan pengalaman pengguna yang unggul.