Beranda blog Halaman 40

Ayaneo Pocket Air Mini: Handheld Retro dengan Harga Terjangkau

0

Telset.id – Bayangkan bisa membawa nostalgia gaming retro di genggaman Anda tanpa harus merogoh kocek dalam-dalam. Itulah yang ditawarkan Ayaneo melalui Pocket Air Mini, handheld Android terbaru mereka yang resmi diumumkan pekan ini dengan harga mulai dari $69.99 secara global. Sebuah langkah berani dari brand yang dikenal dengan perangkat premium, kini hadir dengan pendekatan lebih demokratis.

Bagi para penggemar gaming portabel, nama Ayaneo mungkin sudah tidak asing di telinga. Brand ini dikenal dengan seri handheld high-end mereka yang sering dibandingkan dengan perangkat seperti Steam Deck atau Nintendo Switch. Namun, kali ini Ayaneo mengambil pendekatan berbeda: membuat gaming handheld yang terjangkau tanpa mengorbankan DNA flagship mereka.

Lalu, apa yang membuat Pocket Air Mini layak diperhitungkan di pasar yang semakin ramai? Mari kita telusuri lebih dalam spesifikasi dan penawaran nilai yang dibawa oleh perangkat ini.

Ayaneo Pocket Air Mini

Spesifikasi yang Menarik untuk Kelas Entry-Level

Pocket Air Mini menghadirkan layar LCD 4.2 inci dengan aspek rasio 4:3 yang sempurna untuk game-game retro. Resolusi 1280×960 dan brightness hingga 500 nits menjanjikan pengalaman visual yang memuaskan, didukung kalibrasi warna pabrik yang akurat. Bagi Anda yang sering bermain di luar ruangan, brightness tinggi ini tentu menjadi nilai tambah.

Ditenagai oleh MediaTek Helio G90T, chipset octa-core ini menggabungkan dua core Cortex-A76 untuk performa dan enam core Cortex-A55 untuk efisiensi, dipasangkan dengan GPU Mali-G76 MP4. Meski bukan prosesor paling mutakhir, kombinasi ini cukup untuk menjalankan game Android dan emulasi retro dengan lancar.

Perangkat ini hadir dalam dua varian: 2GB RAM/32GB penyimpanan dan 3GB RAM/64GB penyimpanan, dengan dukungan ekspansi melalui MicroSD. Yang menarik, Ayaneo menyertakan sistem pendingin aktif dengan kipas built-in untuk menjaga suhu tetap stabil selama sesi gaming panjang.

Desain dan Kontrol yang Diperhatikan

Dengan berat 269 gram dan dimensi 165.9 x 82.5 x 18.7 mm, Pocket Air Mini dirancang agar nyaman digenggam dalam waktu lama. Area grip mencapai ketebalan 27.6 mm, memberikan ergonomi yang baik. Kontrolnya termasuk joystick dan trigger Hall-effect dengan lighting RGB, D-pad, tombol ABXY dengan conductive rubber, shoulder buttons, dan motor getar dengan dukungan XInput.

Perangkat ini juga dilengkapi tombol AYA dan navigasi untuk akses sistem yang cepat. Tersedia dalam tiga pilihan warna: Retro White, Aurora Black, dan Retro Power – pilihan yang sesuai dengan tema retro yang diusung.

Baterai 4500mAh dengan dukungan fast charging 18W memastikan Anda bisa bermain lebih lama dengan waktu pengisian yang cepat. Konektivitas lengkap dengan USB Type-C, jack headphone 3.5mm, Wi-Fi dual-band (5GHz), dan Bluetooth 5.0.

Software dan Pengalaman Pengguna

Pocket Air Mini menjalankan Android 11 dengan suite software Ayaneo termasuk AYASpace dan AYAHome. Aplikasi-aplikasi ini menyediakan tuning performa, pemetaan tombol, kontrol kipas, dan manajemen library game – fitur yang biasanya hanya ditemukan di perangkat high-end Ayaneo.

Ini menunjukkan komitmen Ayaneo untuk tidak mengorbankan pengalaman pengguna meski dengan harga yang lebih terjangkau. Bagi Anda yang tertarik dengan handheld Android lainnya, mungkin ingin membandingkan dengan Ayn Thor yang menawarkan pengalaman dual-layer atau mempertimbangkan perkembangan prosesor gaming handheld seperti Snapdragon G Series terbaru dari Qualcomm.

Dengan harga mulai 499 yuan untuk versi 2+32GB di China (terbatas untuk 3.000 unit pertama di JD.com) dan 599 yuan untuk versi 3+64GB, Pocket Air Mini jelas menawarkan nilai yang menarik. Harga global dimulai dari $69.99 dan $79.99 untuk early bird, yang kemudian akan naik menjadi $89.99 dan $99.99 setelah peluncuran penuh.

Kehadiran Pocket Air Mini terjadi di saat yang tepat, mengingat beberapa produsen handheld lain menghadapi tantangan distribusi. Ayaneo tampaknya membaca peluang ini dengan baik, menawarkan produk yang tidak hanya terjangkau tetapi juga lengkap fitur.

Apakah Pocket Air Mini akan menjadi game-changer di pasar handheld entry-level? Jawabannya mungkin terletak pada bagaimana konsumen merespons kombinasi harga, spesifikasi, dan brand value yang ditawarkan. Satu hal yang pasti: kompetisi di segmen handheld gaming semakin panas, dan yang untung adalah kita, para gamer.

Meta Ray-Ban Display Resmi Dirilis! Kacamata AR dengan Layar Transparan

0

Telset.id – Bayangkan jika kacamata biasa tiba-tiba bisa menampilkan pesan teks, arahan navigasi, bahkan panggilan video langsung di lensa Anda. Itulah yang ditawarkan Meta Ray-Ban Display, kacamata pintar pertama Meta dengan layar built-in yang baru saja diumumkan di Connect 2025. Dengan harga $799, perangkat ini siap mengubah cara kita berinteraksi dengan dunia digital.

Setelah berbulan-bulan beredarnya rumor, akhirnya Meta membuktikan bahwa mereka serius memasuki arena augmented reality. Kacamata ini tidak hanya sekadar aksesori fashion, tetapi sebuah perangkat komputasi yang dikenakan di wajah. Bagaimana performanya? Mari kita selidiki lebih dalam.

Meta Ray-Ban Display akan tersedia secara terbatas di toko-toko fisik di Amerika Serikat mulai 30 September. Retailer yang dipilih termasuk Best Buy, LensCrafters, Ray-Ban, dan Verizon. Untuk pasar internasional seperti Kanada, Prancis, Italia, dan Inggris Raya, produk ini baru akan meluncur pada awal 2026. Ekspansi bertahap ini menunjukkan strategi Meta yang berhati-hati dalam memasuki pasar global.

Demo Meta Ray-Ban Display di Meta Connect 2025

Fitur utama yang membedakan Ray-Ban Display dari pendahulunya adalah adanya heads-up display (HUD) transparan. Layar ini memungkinkan pengguna melihat dan membalas chat teks, prompt AI, arahan navigasi, dan panggilan video tanpa harus mengeluarkan smartphone. Interaksi dengan HUD dilakukan melalui gestur tangan, termasuk gerakan mengusap jari untuk mengetik balasan chat.

Yang menarik, setiap pasang kacamata dilengkapi dengan gelang khusus bernama Meta Neural Band. Gelang EMG (electromyography) ini mendeteksi sinyal saraf dari gerakan tangan pengguna, memungkinkan kontrol yang lebih presisi terhadap antarmuka kacamata. Tanpa gelang ini, interaksi dengan HUD tidak akan mungkin dilakukan.

Demo Langsung: Sukses dan Gagal

Presentasi di Meta Connect 2025 memberikan gambaran nyata tentang kemampuan kacamata ini. Sayangnya, demo langsung tidak berjalan mulus – kacamata gagal menerima panggilan telepon saat diperagakan. Namun, Mark Zuckerberg berhasil menunjukkan fitur-fitur lain dengan impresif. CEO Meta itu membuka Spotify dan memutar lagu, mengambil dan melihat foto, serta mendemonstrasikan fitur subtitle real-time yang terlihat sangat berguna.

HUD pada Ray-Ban Display mendukung Meta AI dengan visual, messaging, video calling, preview dan zoom foto, navigasi pejalan kaki turn-by-turn, live captions dan terjemahan, serta pemutaran musik. Zuckerberg bahkan membuka konferensi dengan streaming POV dari kacamata ini, menunjukkan HUD di sisi kanan yang menampilkan Spotify, pengingat kalender, chat teks, dan gambar masuk dengan opsi balasan melalui pesan dikte, emoji, atau frasa tertulis.

Spesifikasi Teknis yang Mengagumkan

Dari segi desain, kacamata dan gelang tersedia dalam dua warna (black dan sand) dan dua ukuran (standard dan large). Semua pasang dilengkapi lensa Transitions yang menyesuaikan secara otomatis dengan kondisi cahaya. Zuckerberg dengan bangga melaporkan bahwa layarnya memiliki “resolusi sangat tinggi” – full color dengan 42 piksel per derajat bidang pandang. Sebagai perbandingan, Meta Quest 3S hanya memiliki 20 piksel per derajat.

Untuk daya tahan baterai, kacamata mengklaim “enam jam untuk penggunaan campuran dan hingga 30 jam total,” sementara Meta Neural Band memiliki daya tahan 18 jam dengan rating air IPX7. Spesifikasi ini cukup menjanjikan untuk penggunaan sehari-hari.

Peluncuran Meta Ray-Ban Display tidak terjadi dalam vakum. Produk ini merupakan bagian dari lineup kacamata pintar yang diumumkan di Connect 2025, termasuk generasi kedua Ray-Ban Meta glasses (yang juga gagal dalam demo langsung kemampuan asisten AI-nya) dan Oakley Meta Vanguard yang sporty. Persaingan di pasar kacamata pintar semakin panas, terutama dengan Apple yang sedang menggarap chip baru untuk kacamata pintar dan AI.

Masa Depan yang Transparan

Keberhasilan Meta Ray-Ban Display tidak hanya tergantung pada hardware-nya yang canggih, tetapi juga pada pengembangan software dan AI yang berkelanjutan. Meta Aria Gen 2 yang baru dirilis menunjukkan komitmen perusahaan dalam riset AI, sementara pengembangan teknologi pengenalan wajah mengindikasikan arah yang mungkin diambil untuk fitur-fitur masa depan.

Dengan harga $799, Meta Ray-Ban Display memang tidak murah. Namun, untuk teknologi yang bisa mengubah cara kita berinteraksi dengan dunia digital, harga tersebut mungkin sepadan. Pertanyaan besarnya: apakah konsumen siap menerima bentuk komputasi yang benar-benar baru ini? Waktu yang akan menjawabnya.

Yang pasti, dengan Ray-Ban Display, Meta telah meletakkan dasar yang kuat untuk masa depan augmented reality. Kacamata ini bukan sekadar gadget, tetapi jendela menuju dunia di mana digital dan fisik menyatu secara mulus. Dan bagi kita yang menyaksikan kelahirannya, ini hanya awal dari revolusi yang jauh lebih besar.

HUAWEI Pura 80 Series Resmi di Indonesia, Zoom Super Jernih & Low-Light Menawan

0

Telset.id – Bayangkan bisa memotret detail wajah dari jarak dekat atau menangkap keindahan langit malam dengan ketajaman luar biasa, semua dari genggaman smartphone Anda. Itulah yang dihadirkan HUAWEI Pura 80 Series, yang resmi meluncur di Indonesia hari ini, 17 September 2025. Dengan teknologi kamera terdepan dan desain elegan, seri ini tidak hanya menawarkan performa fotografi terbaik, tetapi juga menjadi simbol inovasi yang terus berdenyut dari Huawei.

Peluncuran HUAWEI Pura 80 Series di Indonesia bukan sekadar peristiwa biasa. Ini adalah momen di mana Huawei kembali membuktikan dedikasinya dalam menghadirkan teknologi terkini yang memadukan estetika dan fungsi. Sebagai penerus Pura Series yang telah dikenal dengan inovasi fotografi mobile, seri ini menghadirkan dua flagship: HUAWEI Pura 80 Ultra dan HUAWEI Pura 80 Pro. Keduanya dirancang untuk memenuhi kebutuhan berbagai segmen pengguna, dari fotografer profesional hingga pecinta gaya hidup premium.

Selama periode launching 17 September hingga 17 Oktober 2025, konsumen dapat membeli HUAWEI Pura 80 Ultra dengan harga Rp22.999.000 dan HUAWEI Pura 80 Pro seharga Rp14.999.000. Tidak hanya itu, Huawei juga menawarkan benefit hingga Rp10 juta untuk setiap pembelian, termasuk HUAWEI WATCH GT 5 senilai Rp2,6 juta secara gratis, trade-in cashback hingga Rp2,5 juta, bank cashback hingga Rp2 juta, layanan perlindungan HUAWEI Care+ senilai Rp2,4 juta, serta cashback Rp500 ribu untuk transaksi di Tiket.com. Penawaran menggiurkan ini tersedia baik secara online melalui Huawei Official Store di berbagai platform e-commerce maupun offline di HUAWEI Authorized Experience Store dan mitra resmi lainnya.

Inovasi Kamera yang Mengubah Segalanya

HUAWEI Pura 80 Series membawa terobosan besar dalam dunia fotografi mobile dengan menghadirkan Industry First Switchable Dual Telephoto Lens. Teknologi ini memungkinkan pengguna menikmati fleksibilitas zoom optik 3,7x hingga 9,4x dalam satu modul, menghasilkan Crystal-Clear Zoom yang menjaga ketajaman dan kejernihan foto di setiap tingkat zoom. Bayangkan Anda bisa memotret detail arsitektur dari kejauhan atau close-up wajah dengan presisi tinggi, tanpa kehilangan kualitas.

Selain itu, seri ini dilengkapi dengan 1 inch Ultra Large Sensor yang mampu menangkap cahaya secara maksimal, terutama dalam kondisi low-light. Sensor ini menghasilkan dynamic range hingga 16EV, memastikan detail tetap terjaga baik di area terang maupun gelap. Hasilnya? Potret malam yang dramatis dan pemandangan dengan pencahayaan kompleks dapat diabadikan dengan warna yang tetap alami dan hidup.

Bicara soal warna, HUAWEI Pura 80 Pro hadir dengan Ultra Chroma Technology yang memproses 1,5 juta channel warna untuk reproduksi warna yang akurat dan natural. Fitur ini sangat ideal untuk fotografi kuliner, fashion, dan lanskap yang membutuhkan ketepatan warna tinggi. Sementara itu, HUAWEI Pura 80 Ultra, yang ditujukan untuk fotografer profesional dan pencinta desain mewah, telah meraih peringkat pertama DXOMARK Global untuk kualitas foto dan video.

Desain Elegan dan Ketahanan Tangguh

HUAWEI Pura 80 Series tidak hanya unggul dalam hal teknologi, tetapi juga dalam estetika. Seri ini hadir dengan Dazzling Forward Symbol Design yang terinspirasi dari kemewahan perhiasan. Pada model Ultra, Huawei menambahkan sentuhan Ultra Golden Look yang memancarkan karakter eksklusif dan elegan. Pilihan warna yang ditawarkan pun beragam: HUAWEI Pura 80 Ultra tersedia dalam Golden Black dan Prestige Gold, sedangkan HUAWEI Pura 80 Pro hadir dalam Glazed Red, Glazed Black, dan Glazed White.

Dari sisi ketahanan, Huawei tidak main-main. HUAWEI Pura 80 Pro menggunakan 2nd-Gen Kunlun Glass yang meningkatkan ketahanan terhadap jatuh hingga 20 kali lipat. Sementara itu, HUAWEI Pura 80 Ultra dilengkapi dengan 2nd-Gen Crystal Armor Kunlun Glass yang meningkatkan ketahanan terhadap goresan hingga 16 kali lipat dan ketahanan terhadap jatuh hingga 25 kali lipat. Dengan demikian, pengguna dapat merasa aman dan nyaman membawa perangkat ini dalam aktivitas sehari-hari.

Dukungan AI dan Pengalaman Pengguna yang Mulus

HUAWEI Pura 80 Series didukung oleh HUAWEI XMAGE Imaging System yang cerdas dalam mengoptimalkan tekstur, warna, dan cahaya. Sistem ini menawarkan fitur Moving Picture yang merekam tiga detik footage untuk membantu pengguna memilih momen terbaik saat berfoto, serta efek AI Multi Exposure yang memberi sentuhan kreatif pada hasil jepretan.

Selain itu, seri ini dilengkapi dengan berbagai fitur AI yang memudahkan pengguna dalam aktivitas sehari-hari. AI Smart Controls Button memberikan akses cepat ke kamera, AI Removal menghapus objek yang tidak diinginkan pada foto, AI Messaging melindungi privasi pesan, dan AI Noise Cancellation menjaga kejernihan panggilan suara dan video. Pengguna juga dapat menikmati tema interaktif seperti Emoji Crush dan Air Hoops, serta dynamic wallpapers yang merespons pergerakan mata untuk pengalaman visual yang lebih personal.

Daya tahan baterai juga menjadi perhatian utama. HUAWEI Pura 80 Series memiliki baterai 5170mAh dan teknologi 100W Wired & 80W Wireless HUAWEI SuperCharge, memastikan produktivitas dan kreativitas pengguna tidak terputus oleh kekurangan daya.

Huiler Fan, CEO Huawei Device Indonesia, mengatakan, “HUAWEI Pura Series lebih dari sekadar smartphone; ini adalah partner fashion dan gaya hidup yang memadukan desain elegan dengan kamera bertenaga. Setelah 12 tahun inovasi, seri P berevolusi menjadi Pura — sebuah brand yang berani membayangkan dan menetapkan tren baru. Di Huawei, kami terus maju, membuka babak baru di mana inovasi tidak pernah berhenti.”

Dengan segala keunggulan yang ditawarkan, HUAWEI Pura 80 Series tidak hanya menjadi smartphone biasa, tetapi juga simbol inovasi dan gaya hidup modern. Bagi Anda yang mencari perangkat dengan kemampuan fotografi terbaik dan desain yang memukau, seri ini layak menjadi pertimbangan utama.

Jangan lewatkan kesempatan untuk memiliki HUAWEI Pura 80 Series dengan benefit hingga Rp10 juta selama periode launching. Kunjungi Huawei Official Website atau akses My HUAWEI App untuk informasi lebih lanjut.

AMD Ryzen AI 300 Series: Laptop Kreator Masa Depan Hadir di Indonesia

0

Telset.id – Bayangkan jika laptop Anda tak hanya memahami perintah, tetapi juga mampu memprediksi kebutuhan kreativitas Anda. Itulah yang ditawarkan AMD Ryzen AI 300 Series melalui kolaborasi strategis dengan Lenovo dan Microsoft—sebuah lompatan besar dalam komputasi AI personal yang siap mengubah cara kita bekerja dan berkreasi.

Dalam acara “Next-Gen Storytelling: AI-Driven Creativity with Ryzen AI”, AMD dan Lenovo tidak sekadar memamerkan produk, tetapi membuktikan bagaimana teknologi AI dapat menjadi mitra kreatif yang nyata. Dengan dukungan penuh Microsoft Copilot+ dan optimasi perangkat lunak dari CyberLink, laptop berbasis Ryzen AI 300 Series hadir sebagai jawaban atas kebutuhan konten kreator modern yang menginginkan efisiensi tanpa kompromi.

Lantas, apa yang membuat seri prosesor ini begitu istimewa? Mari kita telusuri lebih dalam.

AMD Ryzen AI 300 Series: Otak di Balik Revolusi Kreativitas

Dibangun di atas arsitektur AMD XDNA™ 2, Ryzen AI 300 Series menawarkan Neural Processing Unit (NPU) dengan kemampuan pemrosesan AI hingga 50 TOPS—melampaui standar PC AI Copilot+ dan tiga kali lebih cepat dari generasi sebelumnya. Ini bukan sekadar angka, melainkan fondasi bagi pengalaman komputasi yang lebih responsif dan privat.

“AI adalah teknologi paling transformatif dalam 50 tahun terakhir,” tegas Cen Armawati, Consumer Business Development Manager AMD Indonesia. “Kami berkomitmen untuk mendefinisikan ulang cara kita hidup dan bekerja.”

Seri ini menghadirkan hingga 12 core CPU “Zen 5” dengan 24 thread, dilengkapi cache L3 50% lebih besar dari generasi sebelumnya. Hasilnya? Performa multitasking yang secepat kilat, bahkan untuk rendering video 4K atau desain grafis kompleks. Tak ketinggalan, grafis AMD Radeon™ 800M Series dengan arsitektur RDNA™ 3.5 memastikan pengalaman gaming mulus dengan frame rate tinggi—sebuah kombinasi langka di laptop ultra-tipis.

Yang membedakan Ryzen AI adalah kemampuannya menangani beban kerja AI secara lokal. Alih-alih mengandalkan cloud, prosesor ini memproses data di perangkat, menjaga privasi sekaligus mengurangi ketergantungan pada koneksi internet. Fitur seperti automated workflow dan content generation berjalan lancar, membebaskan kreator dari tugas-tugas repetitif.

Lenovo: Wadah Sempurna untuk Ryzen AI

Lenovo memahami bahwa hardware canggih perlu diwadahi dengan desain yang intuitif. Melalui seri Yoga dan IdeaPad, mereka menghadirkan PC AI yang tidak hanya bertenaga, tetapi juga adaptif terhadap gaya hidup pengguna.

“Kemitraan kami dengan AMD dan Microsoft memungkinkan kami menghadirkan PC AI yang intuitif,” ujar Santi Nainggolan, Consumer Lead Lenovo Indonesia. “Perangkat seperti Lenovo Yoga Pro memberdayakan pengguna mencapai tingkat produktivitas dan kreativitas baru.”

Lenovo Yoga Pro, misalnya, memadukan keanggunan dengan performa. Layar OLED PureSight Pro 2.8K dengan refresh rate 120Hz menjanjikan visual memukau, sementara keyboard dengan keycaps berbentuk piringan dan lapisan tahan air memberikan pengalaman mengetik yang premium. Fitur andalannya, Lenovo AI Now, didukung local language model berbasis Llama 3 dari Meta, memungkinkan tugas seperti pencarian dokumen dan peringkasan berjalan langsung di perangkat—tanpa khawatir data bocor ke cloud.

Tak ketinggalan, seri IdeaPad menawarkan fleksibilitas lebih dengan harga terjangkau mulai Rp 12,999.000. Dengan layar hingga OLED 2.8K dan dukungan fitur cerdas seperti Windows Hello serta peredam bising AI, IdeaPad cocok bagi mereka yang mengutamakan portabilitas tanpa mengorbankan produktivitas.

Lenovo tak hanya menjual produk, tetapi juga pengalaman. Seperti yang pernah mereka demonstrasikan dalam acara Smarter Experience di MRT Bundaran HI, brand ini serius membawa AI lebih dekat ke khalayak Indonesia.

CyberLink: Software yang Memanfaatkan Kekuatan Ryzen AI

Hardware hebat perlu didukung software yang equally powerful. Di sinilah CyberLink berperan dengan PowerDirector 365. Aplikasi editing video ini dioptimalkan khusus untuk Ryzen AI, memanfaatkan NPU untuk tugas berat seperti rendering AI Body Effects.

Hasilnya? Pada AMD Ryzen AI 9 HX 370, performa NPU 15% lebih tinggi daripada CPU. Artinya, pengeditan video yang biasanya memakan waktu berjam-jam kini bisa diselesaikan lebih cepat, dengan GPU dan CPU yang lebih bebas menangani efek tambahan dan koreksi warna.

Bagi kreator, ini bukan sekadar percepatan proses, tetapi perluasan kemungkinan bereksperimen tanpa dibatasi waktu render yang lama.

Perkembangan PC AI seperti ini juga mempengaruhi dinamika pasar. Seperti dilaporkan dalam artikel sebelumnya, ASUS menguasai 60% pasar Copilot+ PC berkat laptop dengan NPU 45+ TOPS. Kini, dengan kehadiran Ryzen AI 300 Series, persaingan semakin panas—dan konsumen yang diuntungkan.

Namun, tantangan tetap ada. Kebijakan perdagangan global, seperti yang dibahas dalam analisis kebijakan Trump, dapat mempengaruhi ketersediaan dan harga gadget. Meski demikian, AMD dan Lenovo tampaknya siap menghadapi tantangan ini dengan strategi lokal yang matang.

Masa Depan Komputasi Ada di Genggaman Anda

AMD Ryzen AI 300 Series bukan sekadar prosesor—ia adalah pintu gerbang menuju era baru di mana AI menjadi bagian tak terpisahkan dari kreativitas manusia. Dengan dukungan Lenovo yang menghadirkan hardware elegan dan software seperti CyberLink PowerDirector yang dioptimalkan sempurna, laptop kini lebih dari sekadar alat; ia adalah partner kreatif yang cerdas.

Bagi Anda yang berkecimpung di dunia konten kreator, pertanyaan bukan lagi “apakah perlu upgrade?”, tetapi “kapan Anda siap menyambut masa depan?”

Samsung Galaxy S25 FE, Smartphone dengan AI dan Kamera Andal

0

Telset.id – Apakah Anda termasuk generasi yang tak pernah berhenti bereksplorasi? Dari hunting kuliner kekinian, hangout bersama teman, hingga menciptakan konten yang estetik—setiap momen adalah kanvas untuk berekspresi. Tapi, bagaimana jika smartphone Anda tidak hanya merekam, tetapi juga menjadi partner kreatif yang memahami visi unik Anda? Samsung menjawab tantangan ini dengan meluncurkan Galaxy S25 FE, perangkat yang dirancang khusus untuk memenuhi aspirasi Gen Z.

Diresmikan pada 17 September 2025, Galaxy S25 FE hadir dengan janji menjadi lebih dari sekadar gadget. Menurut Ilham Indrawan, MX Product Marketing Senior Manager Samsung Electronics Indonesia, smartphone ini adalah partner yang mengerti bagaimana Gen Z berinteraksi, berkreasi, dan menikmati hidup. Dengan dukungan Galaxy AI canggih, peningkatan signifikan pada kamera selfie, serta desain yang lebih ramping dan ringan, S25 FE siap mendongkrak kreativitas penggunanya.

Lantas, mengapa Galaxy S25 FE layak masuk wishlist Anda? Simak tiga alasan utamanya.

Selfie Auto Jernih, Konten Auto Keren

Bagi Gen Z, selfie bukan sekadar foto—ia adalah medium ekspresi diri. Galaxy S25 FE memahami betul kebutuhan ini dengan meningkatkan kamera depan menjadi 12MP, atau 20% lebih baik dari generasi sebelumnya. Hasilnya? Selfie yang lebih jernih, tajam, dan penuh detail. Ekspresi lucu, gaya cool, atau nuansa aesthetic—semua tertangkap sempurna.

Dilengkapi ProVisual Engine tercanggih, S25 FE memastikan selfie tetap on point bahkan dalam kondisi cahaya menantang. Wajah terlihat natural, warna kulit akurat, dan hasilnya siap diunggah tanpa filter berlebihan. Tak hanya selfie, kamera belakang—50MP wide-angle, 8MP telephoto dengan 3x optical zoom, dan 12MP ultra-wide—siap menghasilkan foto dan video berkualitas profesional untuk vlog atau story Anda.

Kreatif Tanpa Batas dengan Galaxy AI

Pernahkah Anda frustasi karena ada photobom yang merusak komposisi foto? Atau terganggu dengan remah makanan yang mengganggu aesthetic flatlay? Galaxy S25 FE menghadirkan solusi melalui Galaxy AI terbaru yang diintegrasikan dengan One UI 8. Ini bukan sekadar fitur—ini adalah asisten AI pribadi yang memahami keinginan Anda. Interaksinya natural, bisa melalui sentuhan, suara, atau kamera.

Fitur andalannya, Generative Edit, ibarat sulap digital. Anda dapat memindahkan objek, menghilangkan photobom, atau mengubah ukuran elemen dalam foto hanya dengan beberapa ketuk. AI ini semakin pintar dalam menghapus bayangan dan membuat hasil editan terlihat natural. Bahkan, foto lama yang rusak atau terpotong dapat “disulap” menjadi utuh kembali dengan detail realistis.

Selain itu, S25 FE menawarkan Instant Slow-Mo untuk membuat video slow motion yang mulus hanya dengan mengetuk layar. Sketch to Image dan AI Composer membantu menambahkan ornamen lucu atau menghasilkan caption catchy untuk media sosial. Dengan Galaxy AI, Anda tidak perlu aplikasi tambahan atau keahlian khusus—ide kreatif langsung dapat diwujudkan.

Bagi yang penasaran dengan perbandingan dengan seri lainnya, Galaxy S25 FE vs S25: Mana yang Lebih Layak Dibeli di 2025? bisa menjadi referensi tepat.

Desain Ramping, Performa Tangguh

Tak hanya cerdas, Galaxy S25 FE juga memukau dari segi penampilan. Desainnya premium namun nyaman digenggam. Dibandingkan pendahulunya, S24 FE, model terbaru ini lebih tipis (7,4mm) dan ringan (190g). Pilihan warnanya pun fresh: Navy, Icy Blue, Jet Black, dan White dengan tekstur hazy yang memberi kesan matte dan lembut.

Layar 6,7 inci Dynamic AMOLED 2X dengan refresh rate 120Hz menghadirkan pengalaman menonton dan gaming yang imersif. Di balik tampilan stylishnya, S25 FE ditenagai chipset Exynos 2400 yang efisien dan vapor chamber 10% lebih besar—menjamin performa anti-lag bahkan untuk gaming berat atau multitasking intensif. Baterai 4.900mAh dan dukungan super-fast charging 45W memastikan daya tahan seharian.

Dibangun dengan rangka Armor Aluminum, Gorilla Glass Victus+, dan sertifikasi IP68, smartphone ini siap menemani petualangan Anda dalam kondisi apa pun. Seperti diungkap dalam Galaxy S25 FE Rilis! Bawa Desain Elegan, Performa Andal, dan Fitur AI Canggih, perangkat ini memang dirancang untuk investasi jangka panjang.

Galaxy S25 FE resmi tersedia mulai 26 September 2025. Pembeli berkesempatan mendapatkan beragam keuntungan dengan total nilai hingga Rp2.699.000, termasuk free memory upgrade, clear case gratis, Galaxy Fit3 untuk pembelian offline, bank cashback hingga Rp750.000, serta diskon 20% untuk Galaxy Buds3 FE. Sungguh, tawaran yang #BeneranWorthIt!

Dengan kombinasi kamera selfie yang ditingkatkan, inovasi AI yang membuka horizon kreatif, serta desain dan performa yang memukau, Galaxy S25 FE bukan sekadar smartphone—ia adalah ekstensi diri bagi generasi yang tak pernah berhenti berkarya. Jadi, tunggu apa lagi? Segera daftar Samsung Reservation+ dan jadikan setiap momen Anda #BeneranWorthIt!

Hypershell X Ultra: Eksoskeleton Terbaru yang Ubah Petualangan Outdoor Anda

0

Bayangkan bisa mendaki gunung tanpa kelelahan, bersepeda sejauh puluhan kilometer tanpa rasa pegal, atau menjelajahi medan terjal dengan energi yang seolah tak pernah habis. Apa yang terdengar seperti adegan film fiksi ilmiah kini menjadi kenyataan berkat kemajuan teknologi eksoskeleton. Dan bukan sembarang eksoskeleton—ini adalah Hypershell X Ultra, perangkat terbaru yang didesain untuk membawa kemampuan manusia ke level yang sebelumnya mustahil.

Selama beberapa tahun terakhir, Hypershell telah dikenal sebagai salah satu pelopor dalam industri eksoskeleton personal. Produk-produk sebelumnya seperti seri Pro dan Carbon sudah menunjukkan potensi besar, tetapi X Ultra datang dengan segudang peningkatan yang benar-benar mengubah permainan. Bagi para penggemar aktivitas luar ruangan, perangkat ini bukan sekadar alat bantu—ia adalah partner cerdas yang memungkinkan Anda menjelajah lebih jauh, lebih lama, dan lebih percaya diri.

Lantas, apa yang membuat Hypershell X Ultra begitu istimewa? Mari kita selidiki lebih dalam fitur, teknologi, dan dampaknya bagi pengalaman petualangan Anda.

Daya dan Efisiensi yang Meningkat Drastis

Salah satu peningkatan paling signifikan pada Hypershell X Ultra adalah sistem motor M-One Ultra yang benar-benar baru. Dengan satu motor yang terpasang di setiap pinggul, perangkat ini mampu menghasilkan daya puncak hingga 1000W—naik dari 800W pada model sebelumnya. Itu setara dengan 1.3 tenaga kuda yang melekat langsung pada tubuh Anda. Bayangkan kekuatan itu membantu setiap langkah atau kayuhan sepeda Anda.

Tak hanya daya, jarak tempuh juga ditingkatkan secara signifikan. X Ultra dapat menempuh jarak hingga 30 kilometer atau 18.6 mil, jauh melampaui pendahulunya yang hanya mencapai 17.5 km. Peningkatan ini dicapai berkat efisiensi motor yang kini lebih dari 90%, serta algoritma AI yang menganalisis gerakan Anda secara real-time. Hasilnya? Eksoskeleton ini tak hanya kuat, tetapi juga cerdas.

Hypershell X Ultra

Pengurangan Kelelahan yang Nyata

Angka-angka teknis mungkin terdengar mengesankan, tetapi bagaimana dampaknya dalam dunia nyata? Berdasarkan pengujian Hypershell, X Ultra mampu mengurangi exertion fisik hingga 22% saat berjalan dan 39% saat bersepeda. Bahkan, detak jantung dapat turun hingga 40% selama berolahraga. Artinya, Anda bisa melakukan lebih banyak dengan energi yang lebih sedikit—sebuah keuntungan besar bagi para petualang yang sering menghadapi medan menantang.

Dengan kemampuan beroperasi pada suhu antara -20°C hingga 60°C, serta bobot hanya 1.8 kg, perangkat ini dirancang untuk berbagai kondisi ekstrem tanpa membebani penggunanya. Bahan aerospace-grade seperti serat karbon memastikan daya tahan tinggi, sementara rating IP54 melindungi dari debu, hujan, dan salju.

Kecerdasan Buatan dan Perlindungan Cerdas

Salah satu fitur paling inovatif pada X Ultra adalah enhanced knee protection. Fitur ini secara otomatis menyesuaikan mode bantuan ketika eksoskeleton mendeteksi bahwa Anda sedang menuruni bukit. Tanpa perlu membuka aplikasi atau mengutak-atik setelan, perangkat akan mengurangi dampak pada kaki yang turun sekaligus meningkatkan dukungan pada kaki yang menahan beban.

Ini bukan hanya tentang kenyamanan—ini tentang kesehatan jangka panjang. Dengan kekakuan sendi lutut yang ditingkatkan, wear and tear pada lutut diminimalkan bahkan saat menuruni tebing terjal. Bagi para pendaki atau pelari trail, fitur ini bisa menjadi pembeda antara petualangan yang menyenangkan dan cedera yang mengganggu.

Hypershell X Ultra

12 Mode untuk Segala Medan

Dengan penambahan mode Snow dan Dune, Hypershell X Ultra kini menawarkan total 12 mode yang mencakup hampir semua aktivitas outdoor: Cycling, Down Stairs, Up Stairs, Downhill, Uphill, Mountain, Walking, Speed Walking, Running, Gravel, serta dua mode baru tersebut. Setiap mode dioptimalkan untuk memberikan bantuan yang tepat sesuai medan dan intensitas aktivitas.

Kontrol terhadap mode-mode ini dilakukan melalui aplikasi Hypershell+ yang tersedia untuk Android, iOS, dan kini juga watchOS. Untuk pertama kalinya, Anda dapat mengatur eksoskeleton langsung dari pergelangan tangan tanpa perlu mengeluarkan ponsel. Kepraktisan ini sangat berarti ketika Anda sedang berada di tengah rute pendakian atau bersepeda.

Diverifikasi Secara Independen

Klaim-klaim performa Hypershell X Ultra tidak hanya berasal dari internal perusahaan. Performa perangkat telah diaudit dan diverifikasi secara independen oleh SGS (Société Générale de Surveillance) SA di Swiss, salah satu pemimpin global dalam pengujian, inspeksi, dan sertifikasi. Ini memberikan jaminan tambahan bahwa angka-angka yang diumumkan bukan sekadar jargon pemasaran, tetapi hasil yang dapat diandalkan.

Hypershell X Ultra

Harga dan Ketersediaan

Dengan semua teknologi canggih yang ditawarkan, Anda mungkin mengira Hypershell X Ultra memiliki harga yang selangit. Namun, perangkat ini dapat dimiliki dengan harga $1,999—investasi yang masuk akal untuk mereka yang serius tentang petualangan outdoor dan kesehatan fisik.

Setelah empat tahun beroperasi, Hypershell telah menuangkan seluruh pengalaman dan inovasi mereka ke dalam X Ultra. Baik Anda sedang berlatih untuk Ironman, menjelajahi alam dengan keluarga, atau sekadar ingin mencapai tempat-tempat yang sebelumnya tidak terjangkau, eksoskeleton ini siap menjadi partner andal Anda.

Hypershell X Ultra bukan sekadar produk—ia adalah bukti bahwa batas kemampuan manusia dapat terus diperluas. Dengan teknologi yang terus berkembang, siapa tahu apa lagi yang akan mungkin dilakukan di masa depan? Untuk sekarang, satu hal pasti: petualangan Anda akan menjadi lebih jauh, lebih kuat, dan lebih cerdas.

Meta Ray-Ban Display: Kacamata Pintar dengan Layar dan Gelang Ajaib

0

Pernahkah Anda membayangkan bisa membaca notifikasi WhatsApp, menonton Instagram Reels, atau bahkan melakukan panggilan video langsung dari kacamata Anda? Bukan lagi sekadar impian—Meta baru saja mewujudkannya. Di tengah persaingan sengit perangkat wearable, perusahaan yang dipimpin Mark Zuckerberg ini meluncurkan generasi terbaru kacamata pintarnya yang benar-benar berbeda dari pendahulunya.

Selama ini, kacamata pintar sering kali dianggap sebagai gadget yang setengah hati. Fitur terbatas, desain yang kurang stylish, dan tentu saja—tidak adanya layar. Meta Ray-Ban generasi pertama memang sudah membawa terobosan dengan integrasi kamera dan asisten suara, tetapi tetap saja, banyak pengguna yang merasa ada yang kurang. Kini, dengan kehadiran Meta Ray-Ban Display, semua keluhan itu sepertinya terjawab.

Meluncur secara resmi dalam ajang tahunan Meta Connect 2025, kacamata pintar kolaborasi dengan Ray-Ban ini tidak hanya menawarkan layar in-lens berwarna, tetapi juga dilengkapi dengan gelang kontrol neural yang revolusioner. Dengan harga $799, apakah produk ini layak disebut sebagai lompatan besar dalam dunia wearable technology? Mari kita telusuri lebih dalam.

Layar Pertama yang Bisa “Hilang” di Mata Pengguna

Salah satu fitur paling dinanti dari Meta Ray-Ban Display adalah kehadiran layar in-lens berwarna. Bukan sembarang layar—resolusinya mencapai 600 x 600 dengan field of view 20 derajat. Yang menarik, layar ini bersifat monocular, artinya hanya tertanam di satu lensa (tepatnya di sudut kanan bawah). Dengan refresh rate 90Hz, pengalaman visual dijamin smooth dan nyaman.

Meta mengklaim bahwa cahaya yang bocor dari layar kurang dari 2%, sehingga orang di sekitar Anda tidak akan menyadari ketika layar sedang aktif. Ini adalah solusi cerdas untuk masalah privasi yang sering dikhawatirkan pengguna. Selain itu, kecerahan layar dapat disesuaikan dari 30 hingga 5.000 nits, membuatnya tetap terbaca bahkan di bawah terik matahari.

Fitur lain yang tak kalah menarik adalah lensa transition yang otomatis menyesuaikan dengan intensitas cahaya. Jadi, Anda bisa menggunakan kacamata ini baik di dalam ruangan maupun di luar tanpa harus repot mengganti lensa. Untuk gadget seharga $800, fitur semacam ini memang sudah seharusnya ada.

Meta Ray Ban Display Meta Ai

Meta Neural Band: Kontrol dengan Gestur Tangan yang Elegan

Jika layar adalah daya tarik visual, maka Meta Neural Band adalah jiwa dari pengalaman penggunaan kacamata pintar ini. Gelang pintar ini menggunakan teknologi sEMG (surface electromyography) untuk mendeteksi gerakan otot halus di pergelangan tangan. Dengan begitu, Anda dapat mengontrol antarmuka kacamata hanya dengan gestur seperti mencubit, menggesek, atau mengetuk.

Inovasi ini memecahkan masalah klasik yang dihadapi oleh hampir semua produsen kacamata pintar: bagaimana cara berinteraksi dengan perangkat tersebut tanpa terlihat aneh atau mengganggu? Bayangkan harus berbicara kepada asisten virtual di tengah keramaian—tentu kurang praktis dan canggung. Dengan Neural Band, semua bisa dilakukan secara diam-diam dan elegan.

Salah satu gestur favorit adalah mencubit untuk zoom saat mengambil foto atau video—mirip dengan yang dilakukan di Apple Vision Pro, tetapi tanpa kamera yang mengintai. Yang menggembirakan, gelang ini sudah termasuk dalam paket pembelian seharga $799, jadi tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan.

Meta Neural Band

Daya Tahan Baterai dan Integrasi Aplikasi

Meta mengklaim bahwa Ray-Ban Display dapat bertahan hingga 6 jam dengan penggunaan normal. Angka ini cukupimpresif mengingat adanya layar dan berbagai fitur canggih di dalamnya. Pencapaian ini didukung oleh teknologi “ultra-narrow steelcan batteries” yang masih misterius tetapi menjanjikan efisiensi tinggi.

Di sisi perangkat lunak, kacamata ini terintegrasi dengan aplikasi populer seperti WhatsApp dan Instagram. Anda bisa menerima notifikasi pesan, menonton Reels, bahkan melakukan panggilan video tanpa harus mengeluarkan ponsel. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang terbatas pada WhatsApp, kini notifikasi dapat diakses baik di perangkat iOS maupun Android.

Kamera dan Meta AI: Peningkatan yang Masih Dipertanyakan

Seperti pendahulunya, Meta Ray-Ban Display dilengkapi dengan kamera 12MP ultra-wide yang mampu merekam video 1080p pada 30fps. Ada juga zoom digital 3x untuk kebutuhan yang lebih fleksibel. Kamera ini tidak hanya untuk mengambil foto atau video, tetapi juga menjadi mata bagi Meta AI dalam mengenali lingkungan sekitar.

Sayangnya, Meta AI masih menjadi titik lemah berdasarkan pengalaman generasi sebelumnya. Untuk perintah dasar seperti memotret atau memutar musik, asisten suara bekerja dengan baik. Namun, untuk tugas yang lebih kompleks, performanya masih belum konsisten. Apakah Meta sudah memperbaiki kelemahan ini? Kita masih harus menunggu ulasan lebih lanjut.

Meskipun demikian, kehadiran layar dan Neural Band sudah cukup menjadi pembeda signifikan. Bahkan jika AI dan kamera hanya mengalami peningkatan minor, dua fitur utama ini sudah membawa kacamata pintar ke level yang benar-benar baru.

Persaingan di Pasar Kacamata Pintar

Kehadiran Meta Ray-Ban Display tidak hanya menjadi ancaman bagi kompetitor langsung seperti Apple yang dikabarkan sedang menggarap kacamata pintar dengan chip khusus AI, tetapi juga bagi produk sejenis yang sudah lebih dulu ada. Dengan layar dan metode input yang inovatif, Meta berhasil menciptakan diferensiasi yang sulit ditandingi.

Selain itu, integrasi dengan ekosistem Meta seperti Instagram dan WhatsApp memberikan keunggulan kompetitif yang jelas. Pengguna yang sudah terlanjur nyaman dengan platform tersebut akan lebih tertarik untuk mengadopsi kacamata pintar ini dibandingkan produk dari merek lain.

Namun, tantangan terbesar tetap pada harga. $799 bukanlah angka yang murah, dan Meta harus meyakinkan konsumen bahwa pengalaman yang ditawarkan setara dengan investasi yang dikeluarkan. Apalagi, keberadaan pop-up store Meta untuk kacamata pintar Ray-Ban menunjukkan komitmen perusahaan dalam memasarkan produk ini secara agresif.

Di sisi privasi, isu seperti pengenalan wajah yang kembali dikembangkan oleh Meta mungkin menjadi perhatian sebagian pengguna. Meskipun fitur ini belum secara eksplisit disebutkan dalam Ray-Ban Display, tidak menutup kemungkinan akan diintegrasikan di masa depan.

Dengan segala kelebihan dan tantangannya, Meta Ray-Ban Display hadir sebagai jawaban atas permintaan pasar akan kacamata pintar yang benar-benar “pintar” dan stylish. Layar yang hampir tak terlihat, kontrol gestur yang revolusioner, dan integrasi aplikasi yang solid menjadikannya produk yang patut diperhitungkan.

Bagi Anda yang selalu mengikuti perkembangan teknologi wearable, produk ini mungkin menjadi salah satu inovasi paling menarik tahun ini. Meskipun harganya cukup tinggi, fitur-fitur yang ditawarkan bisa jadi worth it—terutama jika Anda sudah terbiasa dengan ekosistem Meta. Bagaimana menurut Anda? Apakah kacamata pintar dengan layar adalah masa depan, atau hanya sekadar tren sesaat?

Anthropic vs Pemerintah AS: Perang Etika AI dan Pengawasan Massal

0

Telset.id – Bayangkan jika sebuah perusahaan teknologi menolak permintaan pemerintah untuk menggunakan AI-nya dalam operasi pengawasan massal. Itulah yang sedang terjadi dengan Anthropic, perusahaan di balik chatbot Claude, yang kini menjadi sorotan karena kebijakan etisnya yang keras. Dalam dunia di mana AI semakin sering digunakan untuk memantau warga, langkah Anthropic bukan hanya berani, tapi juga memicu pertanyaan besar: sejauh mana perusahaan teknologi harus tunduk pada permintaan pemerintah?

Menurut laporan eksklusif dari Semafor, Anthropic secara tegas menolak penggunaan model AI-nya untuk tujuan pengawasan, penegakan hukum yang bermasalah, atau aplikasi peradilan pidana. Kebijakan penggunaan mereka secara spesifik melarang penggunaan teknologi mereka untuk “membuat keputusan dalam aplikasi peradilan pidana,” “melacak lokasi fisik, keadaan emosional, atau komunikasi seseorang tanpa persetujuan mereka,” dan “menganalisis atau mengidentifikasi konten tertentu untuk disensor atas nama organisasi pemerintah.”

Kebijakan ini ternyata menjadi batu sandungan besar bagi beberapa lembaga federal AS, termasuk FBI, Secret Service, dan Immigration and Customs Enforcement (ICE). Yang menarik, ketegangan ini terjadi justru ketika Anthropic memberikan akses chatbot Claude dan suite alat AI-nya kepada pemerintah federal dengan harga sangat murah: hanya $1. Sebuah tawaran yang seharusnya menjadi kemudahan, tapi justru berubah menjadi sumber konflik karena batasan etis yang diterapkan Anthropic.

Mengapa Kebijakan Anthropic Berbeda dari Kompetitor?

Yang membedakan Anthropic dari perusahaan AI lain seperti OpenAI adalah ketegasan dan keluasan kebijakan penggunaannya. Sementara OpenAI membatasi “pemantauan individu tanpa otorisasi” – yang mungkin masih memungkinkan pemantauan “legal” – Anthropic sama sekali tidak memberikan celah untuk penggunaan pengawasan domestik. Seorang sumber yang familiar dengan masalah ini menjelaskan bahwa meskipun Claude digunakan oleh agensi untuk tujuan keamanan nasional termasuk cybersecurity, kebijakan perusahaan secara tegas membatasi penggunaan terkait pengawasan domestik.

Perwakilan Anthropic menyatakan bahwa mereka mengembangkan ClaudeGov khusus untuk komunitas intelijen, dan layanan ini telah menerima otorisasi “Tinggi” dari Federal Risk and Authorization Management Program (FedRAMP), yang memungkinkan penggunaannya dengan beban kerja pemerintah yang sensitif. Claude tersedia untuk digunakan di seluruh komunitas intelijen, tetapi dengan batasan etika yang jelas.

Posisi Etis atau Perlindungan Diri?

Seorang pejabat administrasi mengeluh kepada Semafor bahwa kebijakan Anthropic membuat penilaian moral tentang bagaimana lembaga penegak hukum melakukan pekerjaan mereka. Tapi mari kita jujur: ini bukan hanya masalah moral, tapi juga legal. Kita hidup dalam negara pengawasan di mana penegak hukum dapat dan telah memantau orang tanpa surat perintah di masa lalu dan hampir pasti akan terus melakukannya di masa depan.

Perusahaan yang memilih untuk tidak berpartisipasi dalam hal itu, sejauh yang dapat dilawannya, sedang melindungi kepentingannya sendiri sama seperti sedang mengambil sikap etis. Jika pemerintah federal kesal karena kebijakan penggunaan perusahaan mencegahnya melakukan pengawasan domestik, mungkin pelajaran utamanya adalah bahwa pemerintah melakukan pengawasan domestik yang luas dan berusaha mengotomatiskannya dengan sistem AI.

Posisi Anthropic yang secara teoritis berprinsip ini merupakan yang terbaru dalam upayanya memposisikan diri sebagai perusahaan AI yang masuk akal. Lebih awal bulan ini, mereka mendukung undang-undang keselamatan AI di California yang akan mewajibkannya dan perusahaan AI besar lainnya tunduk pada persyaratan keselamatan baru dan lebih ketat untuk memastikan model tidak berisiko melakukan kerusakan katastrofik. Anthropic adalah satu-satunya pemain besar di ruang AI yang mendukung undang-undang tersebut.

Perusahaan ini juga berada di Washington D.C., mempromosikan adopsi AI cepat dengan pengaman (tetapi penekanan pada bagian cepatnya). Posisinya sebagai perusahaan AI yang santai mungkin sedikit tercemar oleh fakta bahwa mereka membajak jutaan buku dan makalah yang digunakan untuk melatih model bahasa besarnya, melanggar hak pemegang hak cipta dan meninggalkan penulis tanpa pembayaran. Penyelesaian $1,5 miliar yang dicapai lebih awal bulan ini akan memasukkan setidaknya sebagian uang ke dalam kantong orang-orang yang benar-benar menciptakan karya yang digunakan untuk melatih model tersebut.

Sementara itu, Anthropic baru saja dinilai hampir $200 miliar dalam putaran pendanaan terbaru yang akan membuat penalti yang diperintahkan pengadilan menjadi kesalahan pembulatan. Sebuah ironi yang patut dicermati: perusahaan yang bersikap etis dalam hal pengawasan pemerintah, tetapi bermasalah dalam hal hak cipta.

Lalu bagaimana dengan kompetitor seperti perusahaan AI milik Elon Musk, X.AI Corp? Atau keputusan strategis OpenAI yang membatalkan rencana menjadi perusahaan profit? Dunia AI memang penuh dengan dinamika yang kompleks.

Pertanyaannya sekarang: apakah posisi etis Anthropic ini akan bertahan? Ataukah tekanan pemerintah dan kebutuhan bisnis akan memaksa mereka untuk melunak? Yang pasti, kasus ini menunjukkan bahwa perkembangan AI tidak hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang nilai-nilai yang kita tanamkan di dalamnya. Seperti yang ditunjukkan oleh kegagalan AI dalam menjalankan perusahaan virtual, teknologi ini masih memiliki banyak keterbatasan – termasuk dalam memahami kompleksitas etika dan moral manusia.

Anthropic mungkin sedang mencoba menjadi “orang baik” dalam ruang AI, tetapi seperti semua perusahaan teknologi, mereka harus menyeimbangkan antara idealisme etis dan realitas bisnis. Keputusan mereka untuk menolak pengawasan massal patut diapresiasi, tetapi konsistensi mereka dalam masalah hak cipta dan praktik bisnis lainnya masih perlu diawasi. Di era di mana AI semakin渗透 ke dalam setiap aspek kehidupan kita, perdebatan tentang etika AI seperti ini bukan hanya penting – tapi sangat mendesak.

Bocoran Resmi Xiaomi 15T: Chipset Dimensity 8400-Ultra dan Layar Lebar

0

Telset.id – Hanya beberapa hari sebelum peluncuran resminya, bocoran terbaru memberikan gambaran pertama tentang Xiaomi 15T. Sebuah foto yang beredar menunjukkan perangkat masih tersimpan rapi dalam sleeve kotaknya, mengungkap beberapa spesifikasi utama dan memberikan petunjuk tentang apa yang Xiaomi siapkan untuk penyegaran seri T-nya.

Bocoran ini bukan sekadar rumor biasa. Gambar yang tersebar menunjukkan box perangkat dengan detail yang cukup jelas, membuat banyak penggemar teknologi berspekulasi tentang bagaimana Xiaomi akan bersaing di segmen menengah-atas. Apakah mereka akan kembali mengulang kesuksesan seri sebelumnya, atau justru membawa terobosan baru?

Menurut foto yang beredar, Xiaomi 15T akan ditenagai oleh MediaTek Dimensity 8400-Ultra, chipset yang sama dengan yang digunakan pada Poco X7 Pro. Ini merupakan peningkatan signifikan dibandingkan Dimensity 8300-Ultra yang ada di Xiaomi 14T tahun lalu. Dengan konfigurasi ini, Xiaomi 15T diprediksi akan menjadi performer yang kuat untuk gaming dan penggunaan sehari-hari, tanpa harus mendongkrak harga terlalu tinggi.

Layar juga mendapatkan peningkatan yang cukup mencolok. Xiaomi 15T akan menggunakan panel 6,83 inci dengan refresh rate 120Hz. Ukuran ini lebih besar dibandingkan layar 6,67 inci yang digunakan pada 14T dan Poco X7 Pro, memberikan pengguna lebih banyak ruang untuk streaming, membaca, atau multitasking.

Kapasitas baterai juga mengalami peningkatan. Xiaomi 15T dilaporkan akan dibekali baterai 5.500mAh dengan dukungan pengisian cepat 67W. Ini berarti kapasitasnya 500mAh lebih besar dari pendahulunya, yang tentunya akan memberikan daya tahan lebih lama untuk penggunaan intensif.

Meskipun spesifikasi kamera tidak diungkap secara detail dalam bocoran ini, box perangkat mengonfirmasi kembalinya lensa Leica Summilux. Mengingat Xiaomi 14T diluncurkan dengan sistem triple-kamera yang cukup mumpuni (termasuk main 50MP dengan OIS, telephoto 50MP, dan ultra-wide 12MP), wajar jika kita berharap hardware yang sama atau bahkan lebih baik pada seri kali ini.

Selain varian reguler, Xiaomi juga menyiapkan 15T Pro. Model ini diperkirakan akan menggunakan chipset Dimensity 9400+, yang baru saja terlihat di Redmi K80 Ultra. Ini menunjukkan bahwa 15T Pro bisa memberikan lompatan performa yang signifikan untuk tugas-tugas yang lebih menuntut.

Xiaomi telah mengonfirmasi bahwa seri 15T akan diluncurkan pada 24 September, dan teaser sudah mulai bermunculan di akun X resmi mereka. Dengan posisi seri T sebagai alternatif yang lebih terjangkau dibandingkan model flagship Xiaomi, spesifikasi yang bocor ini menunjukkan bahwa perusahaan kembali berusaha menyeimbangkan harga dan performa sambil bersaing dengan rival-rivalnya.

Seperti yang telah kami laporkan sebelumnya dalam Xiaomi 15T Pro Bocor di Geekbench, Siap Rilis Global September!, kemunculan seri ini memang sudah dinanti-nantikan oleh banyak penggemar. Bocoran-bocoran sebelumnya juga mengindikasikan bahwa Xiaomi serius dengan rencana global mereka untuk seri T ini.

Dengan harga dan spesifikasi yang mulai terungkap, semakin jelas bahwa Xiaomi ingin mempertahankan reputasi mereka dalam menyediakan smartphone dengan nilai terbaik di kelasnya. Apakah strategi ini akan berhasil mengalahkan kompetitor? Kita tunggu saja peluncuran resminya.

Seperti yang terungkap dalam Kemunculan Xiaomi 15T and 15T Pro Mulai Terungkap!, perjalanan seri T Xiaomi memang selalu menarik untuk diikuti. Dari tahun ke tahun, mereka konsisten memberikan peningkatan yang berarti tanpa meninggalkan filosofi harga terjangkau dengan spesifikasi premium.

Jadi, apakah Xiaomi 15T akan menjadi game changer di segmen menengah-atas? Dengan kombinasi chipset Dimensity 8400-Ultra, layar besar 120Hz, baterai besar, dan dukungan Leica, tampaknya Xiaomi kembali siap membuat gebrakan. Tinggal tunggu berapa harga yang akan mereka patok, dan bagaimana respons pasar terhadap tawaran terbaru ini.

Honor Magic8 Series Bakal Jadi Flagship AI Paling Canggih di Q4 2025

0

Telset.id – Jika Anda berpikir smartphone flagship tahun depan hanya akan menawarkan peningkatan kamera dan performa biasa, siap-siap terkejut. Honor baru saja mengonfirmasi bahwa seri Magic8 akan meluncur pada kuartal terakhir 2025, dan mereka menyebutnya sebagai perangkat “AI-native” yang dirancang untuk membawa fitur cerdas langsung ke penggunaan sehari-hari. Ini bukan sekadar upgrade biasa — ini adalah lompatan besar dalam cara kita berinteraksi dengan teknologi.

Pengumuman resmi ini datang langsung dari CMO Honor, Guo Rui, melalui unggahan media sosialnya. Dia dengan percaya diri menyatakan bahwa Magic8 akan menjadi “flagship paling menarik di Q4.” Meskipun tanggal pasti belum diungkap, pengamat industri memperkirakan peluncuran akan terjadi pada pertengahan Oktober, sedikit lebih awal dari seri Magic7 tahun lalu. Strategi ini menunjukkan kepercayaan diri Honor dalam menghadapi persaingan pasar yang semakin ketat.

Seperti generasi sebelumnya, Honor kemungkinan akan menerapkan strategi peluncuran bertahap. Magic8 dan Magic8 Pro diperkirakan akan datang pertama, diikuti oleh Magic8 Ultra dan kemungkinan varian Magic8 Mini pada awal 2026. Pendekatan ini mirip dengan yang digunakan untuk keluarga Magic7, di mana edisi khusus muncul berbulan-bulan setelah gelombang pertama. Bagi konsumen, ini berarti lebih banyak waktu untuk mempertimbangkan pilihan — dan bagi Honor, lebih banyak peluan untuk memantau respons pasar.

Yang paling menarik dari semua ini adalah fokus pada kecerdasan buatan. CEO Honor James Li telah menyoroti MagicOS 10, yang diklaim menyertakan model bahasa besar (large language model) yang dirancang untuk mengotomatisasi tugas di latar belakang. Bayangkan smartphone yang tidak hanya menjalankan perintah, tetapi benar-benar memahami konteks dan kebutuhan Anda. Beberapa laporan bahkan menyebutkan tombol hardware khusus untuk akses cepat ke fitur AI ini, meskipun hal ini masih perlu dikonfirmasi.

Tidak hanya AI, sektor kamera juga mendapat perhatian serius. Bocoran terbaru mengindikasikan adanya teknologi “NoxGod” yang kemungkinan akan mendukung sensor telephoto 200 megapixel. Ditambah dengan modul Time-of-Flight (dToF) langsung, kemampuan fotografi dan aplikasi augmented reality diprediksi akan mengalami peningkatan signifikan. Dalam dunia di mana konten visual menjadi semakin penting, upgrade seperti ini bisa menjadi pembeda utama.

Honor juga dikenal dengan komitmennya pada desain tipis dan ringan. Kombinasi antara faktor bentuk yang ergonomis dengan teknologi canggih di dalamnya bisa membuat Magic8 unggul di pasar flagship yang padat. Bayangkan membawa kekuatan komputasi dan kecerdasan buatan dalam perangkat yang nyaman digenggam — itulah yang mungkin ditawarkan Honor.

Dengan jendela peluncuran yang sudah ditetapkan, Honor jelas memposisikan seri Magic8 sebagai lebih dari sekadar pembaruan inkremental. Jika fokus AI dan kebocoran imaging terbukti benar, ini bisa menjadi salah satu peluncuran smartphone yang paling banyak dibicarakan menuju musim liburan. Persaingan dengan merek seperti Motorola Edge 60 Pro dan varian flagship lainnya akan semakin panas.

Bagi konsumen yang mencari smartphone dengan kamera terbaik dalam segmen menengah, beberapa opsi sudah tersedia di pasar. Namun Magic8 jelas menargetkan segmen premium yang menginginkan yang terbaik dari yang terbaik. Sementara kita menunggu kehadiran seri ini, Honor 400 dan 400 Pro bisa menjadi alternatif yang menarik untuk diperhatikan.

Pertanyaan besarnya sekarang: apakah AI-native benar-benar akan mengubah pengalaman pengguna, atau ini sekadar jargon pemasaran belaka? Jawabannya akan terungkap pada akhir 2025. Yang pasti, Honor sedang berusaha keras untuk tidak hanya mengikuti tren, tetapi menciptakannya.

Motorola Avenger Bocor, Siap Guncang Pasar Edge Series?

0

Telset.id – Motorola tampaknya tidak berhenti berinovasi. Bocoran terbaru mengungkap kehadiran ponsel misterius dengan kode nama “Avenger”, yang diduga kuat akan menjadi bagian dari jajaran Edge series. Meski detail teknis masih tertutup rapat, kemunculannya di database IMEI dengan model XT2605-3 telah memicu spekulasi menarik. Apakah ini penantang baru di segmen mid-high end?

Para pengamat teknologi, termasuk pembocor Paras Guglani, mulai menyoroti kemunculan Avenger. Meski belum ada gambar atau spesifikasi yang terungkap, nama “Avenger” sendiri memberikan kesan bahwa Motorola sedang menyiapkan sesuatu yang besar. Seperti apa strategi mereka kali ini?

Motorola Edge series dalam setahun terakhir memang berkembang pesat. Mulai dari Motorola Edge 60 Pro yang mengusung AI hasil kolaborasi dengan Google, hingga varian Neo yang lebih terjangkau dengan chipset MediaTek Dimensity 7400. Avenger hadir di tengah ekspektasi tinggi untuk seri Edge 70 yang diperkirakan meluncur awal 2026.

Posisi Avenger di Lineup Motorola

Pertanyaan besar adalah di mana Avenger akan ditempatkan. Apakah sebagai penerus langsung Edge 60, atau justru varian khusus dengan positioning unik? Mengingat Motorola Edge 60 Fusion sudah hadir dengan sentuhan AI dan desain Pantone, Avenger mungkin membawa pendekatan berbeda.

Yang pasti, timing kemunculannya cukup strategis. Dengan Edge 70 series yang masih dalam tahap pengembangan, Avenger bisa menjadi “jembatan” atau bahkan varian eksperimental sebelum lompatan generasi berikutnya. Atau jangan-jangan, ini adalah perangkat yang sengaja dirancang untuk mengejutkan pasar?

Spesifikasi yang Masih Menjadi Misteri

Sampai saat ini, belum ada bocoran mengenai kamera, kapasitas baterai, atau chipset yang akan dibawa Avenger. Namun, jika mengikuti pola Motorola sebelumnya, kemungkinan besar mereka akan tetap mengusung kombinasi fitur premium dengan harga yang kompetitif.

Pelajaran dari uji coba Motorola Edge 60 Pro di wahana ekstrem Dufan menunjukkan bahwa ketangguhan dan performa AI menjadi fokus utama. Akankah Avenger mengusung konsep serupa, atau justru membawa terobosan baru?

Yang pasti, dalam beberapa bulan ke depan, kita dapat mengharapkan lebih banyak informasi muncul melalui benchmark dan sertifikasi. Untuk sekarang, Avenger tetap menjadi nama yang patut diawasi dalam peta persaingan smartphone.

Jadi, siapkah Anda menyambut kejutan berikutnya dari Motorola? Dengan track record mereka yang konsisten menghadirkan inovasi, Avenger mungkin bukan sekadar nama—tapi janji.

Bocoran Resmi! MacBook Pro OLED Touchscreen Rilis 2026-2027

0

Telset.id – Selama lebih dari satu dekade, Apple dengan tegas menolak kehadiran layar sentuh di Mac. Tapi kini, segalanya mungkin berubah. Bocoran terbaru dari analis terpercaya Ming-Chi Kuo mengindikasikan bahwa Apple sedang mempersiapkan MacBook Pro OLED pertama dengan dukungan touchscreen. Kapan peluncurannya? Bisa jadi akhir 2026 atau awal 2027. Apakah ini akhir dari era “Mac tanpa sentuhan” yang selama ini dipegang teguh?

Bagi Anda yang sudah lama mengikuti perkembangan Apple, pasti ingat betapa gigihnya perusahaan ini mempertahankan filosofi desainnya. Sementara pesaing seperti Microsoft dengan Surface Laptop-nya sudah lama mengadopsi layar sentuh, Apple memilih jalan berbeda. Tapi zaman berubah, dan kebutuhan pengguna pun berkembang. Generasi muda yang tumbuh dengan iPhone dan iPad kini mengharapkan setiap layar dapat merespons sentuhan jari. Dan Apple, sebagai perusahaan yang selalu mendengarkan pasar, tampaknya siap beradaptasi.

Sebelumnya, upaya terdekat Apple untuk menghadirkan elemen sentuh pada Mac adalah melalui Touch Bar. Strip kaca tipis di atas keyboard yang pertama kali muncul tahun 2016 itu memang menjadi fitur menarik. Ia berfungsi sebagai permukaan kontrol yang dapat disesuaikan, menawarkan kemudahan akses ke berbagai fitur tanpa harus mengubah fundamental macOS. Namun, Touch Bar akhirnya dihentikan pada MacBook Pro 13 inci dengan M2 yang secara diam-diam di-discontinue Apple tahun 2023. Mengapa? Karena fitur ini dianggap sebagai “setengah langkah” – tidak sepenuhnya menggantikan tombol fisik, sekaligus tidak memberikan manfaat layar sentuh penuh.

Roadmap Produk: Dari M5 Hingga M6 dengan OLED

Menurut laporan Kuo, rencana Apple cukup jelas. Perusahaan akan meluncurkan MacBook Pro bertenaga M5 pada tahun 2025, yang kemudian diikuti oleh MacBook Pro OLED dengan chip M6 generasi berikutnya. Artinya, kita mungkin hanya tinggal dua siklus produk lagi sebelum menyaksikan redesain besar-besaran pada lini MacBook. Transisi ini tidak hanya tentang menambahkan layar sentuh, tetapi juga peningkatan signifikan dalam teknologi tampilan dengan adopsi panel OLED yang menawarkan kontras lebih tinggi dan warna lebih hidup.

Lalu, bagaimana dengan lini produk lainnya? Menariknya, Kuo juga memberikan petunjuk bahwa teknologi touchscreen ini mungkin tidak akan menjadi eksklusif untuk MacBook Pro high-end saja. Laporan menyebutkan Apple sedang mengerjakan MacBook entry-level dengan prosesor bergaya iPhone. Produk generasi pertama yang rencananya mulai diproduksi massal pada Q4 2025 mungkin belum menyertakan layar sentuh, tetapi penerusnya – yang diharapkan hadir tahun 2027 – kemungkinan besar akan memilikinya. Ini berarti MacBook Air juga akan mendapatkan input sentuh, setidaknya dalam waktu dekat.

Mengapa Sekarang? Analisis Pergeseran Strategi Apple

Bagi Apple, langkah ini masuk akal secara strategis. Selama bertahun-tahun, perusahaan dengan sengaja menjaga jarak antara produk Mac dan iPad. Tapi batas antara laptop dan tablet semakin kabur, dan konsumen modern menginginkan perangkat yang dapat beradaptasi dengan berbagai mode penggunaan. Menambahkan layar sentuh pada MacBook akan mendorong produk ini lebih dekat ke iPad, menciptakan ekosistem yang lebih terintegrasi.

Pertanyaannya: apakah macOS siap untuk transformasi ini? Sistem operasi yang didesain untuk input pointer (trackpad dan mouse) harus melalui penyesuaian signifikan untuk memberikan pengalaman sentuh yang mulus. Apple mungkin akan mengambil pendekatan bertahap, mirip dengan yang mereka lakukan dengan transisi dari Intel ke chip Apple Silicon. Atau mungkin mereka punya kejutan lain yang belum terungkap?

Perkembangan ini juga menarik untuk diamati dari perspektif persaingan. Dengan MacBook Pro Lipat Terbaru Berukuran 20,5 inci yang dikabarkan sedang dalam pengembangan, ditambah dengan adopsi layar sentuh, Apple jelas tidak ingin ketinggalan dalam inovasi bentuk faktor perangkat. Mereka memahami bahwa pasar premium tidak hanya tentang performa, tetapi juga tentang pengalaman pengguna yang unik dan diferensiasi produk.

Dampak pada Pengguna dan Ecosystem Apple

Bagi pengguna setia Apple, perubahan ini bisa menjadi angin segar atau justru pertanyaan besar. Bagaimana aplikasi yang ada akan beradaptasi? Akankah developer harus mendesain ulang interface mereka untuk mendukung input sentuh? Dan yang paling penting: apakah fitur ini akan benar-benar berguna, atau hanya menjadi gimmick marketing belaka?

Sejarah membuktikan bahwa Apple tidak pernah setengah-setengah dalam mengimplementasikan fitur baru. Ketika mereka memutuskan untuk menghapus port USB-A dan HDMI, atau menghilangkan Touch Bar, semua dilakukan dengan pertimbangan matang. Mungkin kali ini pun sama – keputusan untuk menambahkan layar sentuh datang setelah bertahun-tahun penelitian dan pengembangan, memastikan bahwa fitur ini benar-benar menambah nilai, bukan sekadar mengikuti tren.

Bagi mereka yang tertarik dengan perkembangan teknologi display, kabar tentang MacBook Air 15 Inci dengan chip M2 dan kemungkinan adopsi OLED di masa depan menunjukkan komitmen Apple terhadap kualitas visual. Dan sementara kita menunggu revolusi touchscreen MacBook, produk seperti ViewSonic Proyektor X1 tetap menjadi pilihan menarik untuk kebutuhan hiburan rumahan.

Jadi, bersiaplah untuk menyambut era baru MacBook. Dengan sentuhan jari, kita mungkin akan berinteraksi dengan macOS dengan cara yang sama sekali berbeda. Dan seperti biasa, Apple mungkin akan membuktikan bahwa mereka tahu kapan waktu yang tepat untuk mengubah aturan permainan – atau dalam hal ini, mengubah layar yang selama ini hanya bisa ditatap, menjadi layar yang bisa disentuh.