Beranda blog Halaman 2538

Perancis Tampilkan Pasukan Komando Siber di Parade Militer

0

Telset.id, Jakarta – Hampir seluruh negara mungkin memiliki unit militer yang menangani masalah keamanan siber alias dunia maya, tapi tidak ada yang menampilkannya dalam acara resmi seperti yang dilakukan Perancis.

Menurut theverge, Minggu (15/7/2018), Perancis menampilkan barisan Pasukan Komando Siber dalam parade Hari Bastille tahun ini di Champs Elysees, Paris, bersama unit lain dalam angkatan bersenjata negara anggota Uni Eropa tersebut.

Pihak Militer mencatat bahwa ini adalah pengakuan atas kemajuan yang telah dilakukan unit tersebut sejak pembentukannya tahun lalu. Disamping itu, penampilan pasukan siber memperkuat pernyataan mereka bahwa pertahanan dunia maya tetap menjadi prioritas nasional.

Menteri pertahanan Prancis, Jean-Yves Le Drian mengumumkan pembentukan COMCYBER pada Desember 2016, menegaskan bahwa munculnya aktor negara yang beroperasi di dunia maya adalah cara baru untuk mendekati peperangan.

Perintah tersebut sekaligus membuat semua tentara negara itu, yang fokus pada pertahanan siber, menjadi di bawah satu komando. Pasukan khusus ini memiliki tiga tugas utama, yakni intelijen maya, perlindungan dan pelanggaran.

baca juga: Rudiantara: Keamanan Siber Bukan Hanya Masalah Indonesia

Momentum pembentukan pasukan komando ini sendiri bukanlah suatu kebetulan, karena datang setelah ada tuduhan dari Amerika Serikat bahwa Rusia telah campur tangan dalam pemilihan Presiden 2016. Kemarin, tuduhan-tuduhan itu mendapat beberapa pengakuan tambahan ketika juri agung mengeluarkan tudingan terhadap 12 orang Rusia, yang mengklaim telah melakukan serangan siber untuk merusak infrastruktur pemilihan negara.

Pengakuan terhadap pasukan COMCYBER Perancis dengan diizinkan untuk berbaris dalam pawai bersama seluruh angkatan bersenjata negara adalah contoh nyata keseriusan negara itu.  Ini juga sebagai tindak lanjut peringatan para pejabat bahwa negara-negara seperti China, Rusia, Iran dan Korea Utara tetap menjadi ancaman bagi AS dan infrastruktur digital negara-negara lain. [WS/IF]

Sumber : Theverge

 

Survei: Ruang Kantor Terbuka Terbukti Turunkan Produktivitas

1

Telset.id, Jakarta – Anda yang merasa  terganggu oleh rekan kerja di ruang kantor terbuka yang bisa melihat semuanya, sepertinya tidak sendirian. Dibandingkan dengan ruang kantor tradisional, interaksi tatap muka di ruang kantor jenis ini justru turun 70 persen diiringi dengan merosotnya tingkat produktivitas.

Hal ini diungkapkan oleh survei canggih para peneliti Universitas Harvard dalam sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Philosophical Transactions of the Royal Society B bulan ini, seperti dilansir techcrunch, Sabtu (15/7/2018).

Dalam studi tersebut, para ahli meneliti dua perusahaan dalam kategori Fortune 500 yang dirahasiakan, selama masa transisi antara ruang kantor tradisional ke lingkungan terbuka. Mereka menggunakan sensor yang disebut lencana sosiometrik atau sosiometric badge, berbentuk seperti kartu Identitas perusahaan, untuk mencatat informasi rinci tentang jenis interaksi karyawan di kedua jenis ruang kantor.

Studi ini mengumpulkan informasi dalam dua tahap, yakni selama beberapa minggu sebelum renovasi dan yang selama beberapa minggu setelahnya. Konsep dibalik ruang kantor terbuka sendiri ditujukan untuk mendorong interaksi informal dan kolaborasi di antara karyawan.

Hasilnya, peneliti menemukan bahwa kedua kelompok karyawan yang dimonitor (52 untuk satu perusahaan dan 100 untuk perusahaan lain) memiliki penurunan dalam interaksi tatap muka. Sebaliknya, jumlah e-mail yang dikirim meningkat antara 20 hingga 50 persen dan eksekutif perusahaan melaporkan penurunan produktivitas secara kualitatif.

“(perusahaan) Mengubah arsitektur kantor mereka menjadi ruang terbuka dengan maksud untuk menciptakan lebih banyak interaksi (tatap muka) dan dengan demikian menciptakan lingkungan kerja yang lebih hidup,” kata Peneliti Ethan Bernstein dan Stephen Turban.

“(tetapi) Apa yang mereka dapatkan, seperti yang ditangkap oleh artikel berita yang menyatakan kematian kantor terbuka, adalah hamparan terbuka dimana kemungkinan karyawan memilih untuk mengisolasi diri sebaik mungkin (misalnya dengan memakai headphone besar) sambil tampil sesibuk mungkin (karena semua orang bisa melihatnya)” tambah mereka.

Walaupun ini bukan studi pertama yang menuding desain ruang kantor terbuka, para peneliti mengklaim ini adalah studi pertama dari jenis yang sama untuk mengumpulkan data kualitatif tentang perubahan dalam lingkungan kerja, daripada mengandalkan survei karyawan.

baca juga: Survei: Pengguna ‘Medsos’ Belum Merasa Kecanduan

Dari hasil ini, para peneliti memberikan tiga peringatan. Pertama ruang kantor terbuka tidak benar-benar mempromosikan interaksi. Sebaliknya, ini menyebabkan karyawan mencari privasi di mana pun mereka dapat menemukannya.

Kedua, ruang terbuka ini bisa menciptakan kabar buruk untuk kecerdasan perusahaan kolektif atau dengan kata lain ruang kantor yang menyusut atau hilang menciptakan penurunan produktivitas organisasi.

Sedangkan ketiga adalah tidak semua saluran interaksi akan berpengaruh sama dalam perubahan tata ruang terbuka.

Walaupun jumlah e-mail yang dikirim dalam penelitian itu meningkat, studi ini menemukan bahwa kekayaan interaksi ini tidak sama dengan yang hilang dalam interaksi tatap muka. [WS/IF]

Sumber: Techcrunch

Apple Dituding Susutkan Dana Inovasi

4

Telset.id, Jakarta – Apple dituding terus menyusutkan dana untuk inovasi teknologi, meskipun perusahaan tersebut tahun lalu menggelontorkan dana hingga US$12,7 juta atau mencapai Rp 182 miliar untuk riset dan pengembangan.

Analis dari firma Bernstein, Tony Sacconaghi menyatakan besaran uang yang dihabiskan Apple untuk riset dan pengembangan tahun lalu lebih besar dibandingkan investasi untuk produk baru periode 1998-2011. Periode ketika perusahaan menghasilkan iPhone, iPad dan iPod, demikian dilansir Phonearena, Sabtu (14/7/2018).

Sacconaghi berpendapat Apple hanya menghabiskan 2 persen dari aliran dana bebas alias free cash flow mereka untuk riset. Angka ini dinilai sangat kecil ketimbang perusahaan lain sekelasnya, yang tak segan menyisihkan hingga 25 persen alokasi dana. Free cash flow adalah dana sisa perusahaan yang didapat setelah dikurangi belanja modal, misalnya untuk gedung dan peralatan.

Apple menghabiskan 5,1 persen dari pendapatan mereka untuk riset dan pengembangan. Sementara perusahaan teknologi lainnya yang menghasilkan margin kotor sebesar Apple (38 persen), menghabiskan 10 persen dari uang itu untuk riset. Karena itu Apple dinilai perlu menggandakan investasi untuk riset agar bisa menyamai perusahaan lainnya.

baca juga: Siapkan Tiga iPhone Baru, Apple Pensiunkan iPhone X?

Saat ini Apple merupakan salah satu perusahaan berpenghasilan besar di antara 10 raksasa teknologi di Amerika Serikat. Namun demikian, perusahaan besutan Tim Cook itu hanya menduduki peringkat keenam untuk pengeluaran di bidang riset dan pengembangan.

Peningkatan belanja untuk riset produsen smartphone itu diharapkan sejalan dengan inovasi produk yang dihasilkan. Selain itu, Apple memerlukan perawatan yang signifikan agar bagian riset mereka dapat terus mengembangkan produk dan layanan.

Sebelumnya BlueFin Research Partners menyebut, tahun ini Apple akan merilis tiga seri iPhone terbaru yang punya desain sama dengan iPhone X. Ketika semuanya rilis, Apple akan menghentikan produksi iPhone X, juga iPhone SE.

BlueFin Research Partners menyatakan, strategi penghentian produksi iPhone X sebenarnya berkaitan dengan masalah penjualan yang diakui oleh Apple mengalami stagnasi. Permintaan iPhone X oleh pasar semakin sepi sehingga Apple merugi.

Menurut analis daridari firma yang sama, tahun ini Apple fokus dengan rencana memproduksi sederet ponsel lain yang lebih menjanjikan. Kabarnya, ponsel- ponsel terbaru Apple itu akan diberi nama iPhone 9, iPhone 11, dan iPhone 11 Plus. [WS/IF]

Sumber: Phonearena

SEC Selidiki Cara Facebook Ungkapkan Skandal Data

0

Telset.id, Jakarta – Awal bulan ini Komisi Keamanan dan Perdagangan alias Securities and Exchange Commission (SEC) Amerika Serikat memulai penyelidikannya sendiri terhadap skandal data Facebook.

Berdasarkan informasi dari narasumber yang tidak diungkapkan jati dirinya kepada harian The Wall Street Journal, engadget, Jumat (13/7/2018) mengatakan bahwa SEC secara khusus mencari tahu apakah raksasa media sosial itu pada 2015 silam seharusnya memberi tahu pemegang saham ketika mengetahui bahwa Cambridge Analytica telah memperoleh data 86 juta pengguna secara ilegal dari peneliti Aleksandr Kogan tahun sebelumnya.

Penyelidikan SEC adalah salah satu dari beberapa penyelidikan simultan, bersama dengan DOJ, FTC dan FBI, terhadap cara penanganan data pengguna Facebook. Mengingat perannya mengatur insiden apa yang harus diungkapkan perusahaan kepada pemegang saham, mantan komisi tersebut mengeksplorasi apakah kejadian Cambridge Analytica layak diungkapkan pada investor Facebook.

Narasumber tersebut mengatakan pada saat itu para pejabat perusahaan asal Silicon Valley, California itu tidak berpikir demikian.

“Data yang dibagikan kepada perusahaan sekuritas tidak sepeka yang diperoleh pihak lain, seperti informasi pembayaran,” kata dia.

baca juga: Terbukti Bersalah, Facebook Enggan Bayar Denda ke Inggris

Berita bahwa perusahaan pihak ketiga Cambridge Analytica memperoleh jutaan data pengguna Facebook tanpa persetujuan mereka muncul pada Maret lalu.

Pada awal skandal tersebut terungkap, perusahaan media sosial ini membantah kasus itu adalah pelanggaran data dan lebih memilih untuk menyebutnya ‘pelanggaran kepercayaan’.

Mengingat fokus baru SEC mendorong pengungkapan lebih jelas dari pelanggaran, dan denda US$ 35 juta atau sekitar Rp 503 miliar terhadap sisa-sisa Yahoo (sekarang dikenal sebagai Altaba) terkait kasus 2014 silam, agensi diperkirakan tidak setuju dengan pendapat Facebook. Bisa jadi SEC akan berkesimpulan perusahaan bersalah karena tidak memberi tahu dengan benar pemegang saham.

Sebelumnya Facebook merasa keberatan jika harus membayar denda sebesar 500 ribu pondsterling atau sekitar Rp 9,5 miliar kepada kantor Komisioner Informasi Inggris sebagai konsekuensi atas skandal penyalahgunaan data pengguna Facebook oleh Cambridge Analytica.

Dilansir Business Insider, Jumat (13/07/2018), Direktur Kebijakan Facebook untuk Wilayah Eropa, Richard Allen, mengemukakan pendapatnya saat sesi wawancara di sebuah stasiun televisi Inggris, Rabu (11/07/2018) waktu setempat.

Dalam wawancara tersebut, Allen menegaskan tidak setuju jika Facebook dinyatakan telah melanggar hukum perlindungan data Inggris. Meski demikian, Ia telah mengakui bahwa Facebook sudah melakukan sejumlah kesalahan seperti yang ada dalam laporan Komisioner Informasi Inggris. [WS/IF]

sumber: Engadget

Departemen Kehakiman Amerika Ajukan Banding Atas Merger Time Warner dan AT&T

0

Telset.id, Jakarta – Departemen Kehakiman Amerika Serikat (AS) nampaknya masih belum legowo terhadap putusan Hakim Pengadilan Distrik yang memberikan restu terhadap merger AT&T dan Time Warner. Otoritas hukum negeri Paman Sam ini mengajukan banding atas restu merger dua raksasa internet dan media itu, hanya sebulan setelah kedua perusahaan menerima dukungan pengadilan distrik.

Menurut dokumen pengadilan yang didapatkan oleh CNBC, seperti dilansir engadget, Jumat (13/7/2018), Departemen Kehakiman AS (DOJ) telah mengajukan permohonan untuk mengajukan banding atas persetujuan tersebut. Jika DOJ menang dalam sidang banding, maka kesepakatan dua perusahaan raksasa itu bisa dibatalkan.

AT&T mengumumkan tawaran US$ 85,4 miliar atau mencapai Rp 1.228 triliun untuk Time Warner pada 2016. Rencana tersebut ditentang keras oleh DOJ dengan gugatan antimonopoli alias antitrust November lalu.

Ketika merger tersebut dieksekusi pada awal Mei, DOJ mengujukan solusi untuk memastikan merger tidak akan melanggar hukum antimonopoli, dengan menyingkirkan DirecTV atau Turner (yang berisi TNT, TBS dan CNN).

Tapi tepat sebulan yang lalu, seorang hakim pengadilan distrik memutuskan bahwa pemerintah tidak menetapkan bahwa kesepakatan itu akan secara signifikan mengurangi persaingan. Dia memutuskan mendukung akuisisi tanpa syarat apapun.

Mega perusahaan AT&T dan Time Warner tetap mempertahankan kepemilikan Warner Bros., HBO dan Turner. Tidak lama setelah merger, AT&T tidak membuang waktu untuk menaikkan biaya pengguna untuk membayarnya.

baca juga: Streaming AT&T Paling Ngebut di AS

CEO perusahaan meyakinkan bahwa mereka akan melakukan pendekatan penuh dengan HBO. Tetapi dalam rapat di balai kota yang baru-baru ini ditutup, dia menyarankan peningkatan agresif dalam output konten jaringan premium.

Seperti yang Anda duga, tidak butuh waktu lama bagi AT&T untuk merespons.

“Keputusan Pengadilan hampir tidak bisa lebih menyeluruh, berdasarkan fakta, dan beralasan. Sementara pihak yang kalah dalam litigasi selalu memiliki hak untuk mengajukan banding jika ingin, kami terkejut bahwa DOJ telah memilih untuk melakukannya dalam situasi seperti ini,” kata General Counsel AT & T David McAtee kepada CNBC.

“Kami siap untuk membela keputusan Pengadilan Distrik di Pengadilan Banding Sirkuit DC.” [WS/IF]

Sumber : Engadget

 

Siemens dan Alstom Akan Merger, Uni Eropa Khawatir

0

Telset.id, Jakarta – Siemens dan Alstom berencana melakukan merger dan telah diumumkan pada September tahun lalu. Namun upaya penggabungan dua raksasa kereta api super cepat ini menimbulkan polemik, yang dipicu kekhawatiran dari regulator anti monopoli alias antitrust Uni Eropa. Langkah ini dikhawatirkan bisa mengurangi persaingan dan mengarah pada kenaikan tarif lebih tinggi.

Bahkan, regulator antitrust Eropa membuka penyelidikan skala penuh terhadap kesepakatan tersebut pada Jumat lalu, untuk membuktikan dugaan terkait persaingan dan tarif.

Grup industri asal Jerman, Siemens dan kompetitor mereka asal Prancis, Alstom mengumumkan penggabungan rel yang direncanakan pada September tahun lalu. Ini menjadi dorongan sektor industri untuk Presiden Prancis Emmanuel Macron, kendati telah memicu kritik dari politisi oposisi.

Paris mengatakan merger itu akan melindungi lapangan kerja di kedua negara. Tetapi para kritikus khawatir terhadap hilangnya kendali Prancis atas kereta api berkecepatan tinggi TGV. Merger antara TGV dan Siemens ICE, disinyalir akan memberikan omset 15,3 miliar euro (US $ 17,8 miliar) atau mencapai Rp 255 triliun.

Kedua perusahaan melakukan kesepakatan untuk mencegah ancaman persaingan dari pesaing besar, khususnya China CRRC (China Railway Rolling Stock Corporation) dan Bombardier Transportation Kanada.

Namun Komisi Eropa mengatakan dua perusahaan yang bergabung itu akan menjadi pemimpin global dengan tiga kali pangsa pasar saingan terdekatnya, sehingga tidak mungkin dibatasi oleh pesaing.

Komisaris Persaingan Eropa, Margrethe Vestager mengatakan penyelidikan akan memeriksa apakah kesepakatan ini akan mencabut operator kereta api Eropa dari pilihan pemasok. Selain itu, pihak berwenang juga akan mencari tahun apakah merger ini mengarah ke harga tiket lebih tinggi bagi jutaan orang Eropa yang menggunakan transportasi kereta api setiap harinya – baik untuk bekerja atau liburan, atau tidak.

Penegak persaingan Uni Eropa itu juga menolak argumen Siemens mengenai CRRC, dengan mengatakan para pemasok China kemungkinan tidak akan memasuki pasar untuk rolling stock dan belum memberi sinyal di masa mendatang.

baca juga: Uni Eropa Bakal Pantau Dunia Usaha dengan Algoritma

Siemens dan Alstom mengatakan mereka akan bekerja secara konstruktif dengan Komisi Eropa dan menegaskan kembali tujuan mereka untuk menutup kesepakatan pada paruh pertama 2019. Sementara Bombardier mengatakan kesepakatan itu membutuhkan pengamatan lebih dekat.

“Pandangan kami adalah kesepakatan ini akan mendistorsi persaingan yang adil dan memungkinkan satu pemain untuk memanfaatkan dominasi di ruang sinyal untuk mengunci persaingan dalam rolling stock dan menahan industri menarik itu, dengan mengorbankan semua pemangku kepentingan,” kata penasihat umum Komisi Eropa Daniel Desjardins.

Eksekutif Uni Eropa menetapkan batas waktu 21 November untuk memutuskan apakah akan menghapus kesepakatan tersebut. Perusahaan dapat menawarkan konsesi seperti penjualan aset dan janji untuk memungkinkan saingan mengakses teknologi atau layanan kunci, untuk mengatasi masalah regulasi. [WS/IF]

sumber : Channelnewsasia

 

Saingi Uber dan Airbus, Rolls-Royce Bikin Taksi Terbang

1

Telset.id, Jakarta – Taksi terbang buatan Airbus dan Uber akan punya kompetitor. Rolls-Royce telah meluncurkan kendaraan serupa berkonsep EVTOL atau Electric Vertical Take Off and Landing yang dapat membawa empat hingga lima penumpang.

Tak cuma membawa banyak penumpang, dilansir Engadget, Senin (16/7/2018), taksi terbang Rolls-Royce juga sanggup melakukan pendaratan ke hampir semua tempat. Asal tahu saja, taksi terbang EVTOL punya sayap yang dapat berputar 90 derajat.

Dengan mengangkut lima penumpang, taksi terbang Rolls-Royce diklaim mampu menempuh jarak sampai 500 mil di kecepatan puncak 250 mil per jam. Baling-baling sayapnya juga akan melipat saat berada di ketinggian untuk menghindari gangguan.

Taksi terbang Rolls-Royce bertenaga listrik hibrida dengan dukungan baterai mumpuni untuk penyimpanan energi. Desainnya difokuskan kepada mobilitas udara pribadi untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota yang padat penduduk.

Taksi terbang Rolls-Royce bisa digunakan untuk kepentingan komersil maupun kendaraan pribadi bagi orang-orang kaya. Saking fleksibelnya, taksi terbang mewah ini bisa pula dimanfaatkan untuk pengangkutan barang atau kargo dan keperluan militer.

Saat ini, Rolls-Royce belum mengumumkan peruntukan taksi terbang tersebut. Kemungkinan, kendaraan canggih itu akan beroperasi pada 2020 mendatang. Perusahaan sedang menjajaki kerja sama dengan calon mitra yang membutuhkan angkutan nan mutakhir.

Hal yang sama berlaku untuk harga, dimana Rolls-Royce belum mau untuk mengungkapkannya. Perusahaan tengah melakukan penyempurnaan dan melakukan serangkaian uji coba. Namun, Rolls-Royce yakin armada tersebut bisa menjadi solusi moda transportasi di era seperti sekarang. [SN/IF]

Sumber : Engadget

Lagi, iPhone Meledak dan Melukai Pengguna

1

Telset.id, Jakarta – Untuk kali kesekian, ponsel iPhone kembali meledak dan terbakar. Kali ini, kejadian nahas tersebut menimpa seorang remaja asal Norfolk, Virginia, Amerika Serikat, Raele Manning-Moore (18).

Sebelum tidur, Manning-Moore meninggalkan ponsel miliknya berjenis iPhone 7 dalam keadaan diisi ulang daya baterai. Tiba-tiba, muncul api dan menyambar lengannya.

Dilaporkan WAVY, dikutip Telset.id pada Minggu (15/7/2018), Manning-Moore menderita luka bakar di lengan kiri. Kulitnya melepuh dan ada satu bagian yang tampak gosong.

“Saya terbangun karena merasakan panas luar biasa di lengan. Api membakar kulit lengan saya. Saya belum pernah merasakan sakit sehebat itu sebelumnya,” kata Manning-Moore.

Ia menduga iPhone 7 miliknya meledak karena tertindih dalam keadaan diisi daya baterai. Ponsel tersebut kemungkinan kepanasan sehingga memercikkan apik dan asap tebal.

Melihat kulit lengannya terbakar, ia langsung pergi ke pusat medis. Ia juga membawa iPhone 7 miliknya ke Apple Store terdekat. Petugas toko berjanji akan melakukan investigasi.

Kuat dugaan, peristiwa tersebut terjadi lantaran Manning-Moore mengisi daya baterai iPhone 7 menggunakan charger KW. Namun, remaja ini langsung membantahnya.

Kasus iPhone meledak sendiri sebenarnya bukan baru sekali atau dua kali ini saja terjadi. Mei 2018 lalu, sebuah berangkat serupa yang diletakkan di atas meja di sebuah toko reparasi di Las Vegas, Amerika Serikat, tiba-tiba meledak.

Peristiwa tersebut terekam oleh kamera pengawas. Di video yang terekam pada 11 Mei 2018 lalu, iPhone yang tak diketahui tipenya itu memercikkan api dan mengeluarkan asap.

Pada 25 Januari 2018, iPhone 6 meledak dahsyat di sebuah salon di Vietnam. Seorang karyawan salon bahkan dikabarkan menjadi korban insiden tersebut.

Ledakan iPhone di salon itu hanya berjarak beberapa meter dari para kapster dan seorang pengunjung. Tak ayal, mereka pun langsung lari tunggang-langgang.

Sebelumnya, 9 Januari 2018, sebuah ledakan juga terjadi di Apple Store yang terletak di kota Zurich, Swiss. Sumber ledakan diketahui berasal dari iPhone yang tidak diketahui serinya. [SN/IF]

Sumner : Wavy

Insinyur Belanda Bikin Lima Rumah Gunakan Printer 3D

Telset.id, Jakarta – Tren membuat benda menggunakan teknologi 3D semakin meningkat saja dari hari ke harinya. Di Eindhoven, Belanda, misalnya, para insinyur menciptakan rumah menggunakan printer 3D.

Diberi nama Proyek Milestone, para insinyur tersebut membuat lima rumah beton dengan menggunakan printer 3D raksasa. Rumah pertama sendiri direncanakan bakal memiliki tiga kamar dengan ukuran sekitar 1.000 kaki persegi.

{Baca juga: Survei: Hanya 6 Persen Perusahaan Lakukan Transformasi Digital}

Proyek Milestone diperkirakan memakan waktu lima tahun. Para insinyur masih melakukan kajian lebih dalam, terutama dalam menyiasati pengurangan limbah beton dan mengkalkulasi biaya proyek.

Proyek ini diinisiasi untuk mendukung gerakan ramah lingkungan dan diyakini mampu mengurangi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari produksi semen berlebihan.

Oleh para insinyur, atap dan dinding rumah dibuat secara terpisah. Proses pemodelan merujuk kepada desain rumah masa depan yang terletak di tengah alam penuh pohon dan rumput hijau.

Rumah yang dibuat menggunakan printer 3D tersebut memantik minat khalayak. Dilaporkan Geek, baru-baru ini, setidaknya 20 keluarga sudah menyatakan minat untuk menyewa rumah pertama.

Para pakar di Inggris memprediksi bahwa teknologi printer 3D untuk membangun rumah akan jadi tren pada 2025. Rumah cetak 3D diklaim dapat mengatasi masalah krisis perumahan di Inggris.

Untuk diketahui, rata-rata harga rumah di Inggris kini naik di atas 220 ribu poundsterling. Karenanya, pembuatan rumah menggunakan terknologi tersebut dianggap sebagai solusi tepat.

Teknologi ini bekerja layaknya printer biasa. Namun demikian, cairan yang digunakan adalah bahan seperti plastik atau logam. Teknologi ini bahkan mampu membangun rumah secara cepat dan murah. [SN/IF]

Sunber : Geek

Microsoft Minta AS Kaji Ulang Regulasi Facial Recognition

Telset.id, Jakarta – Microsoft meminta  pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk mengkaji ulang pemberlakuan aturan  teknologi pengenal wajah atau Facial Recognition. Ini perlu dilakukan menyusul banyaknya pemakaian teknologi tersebut di Industri.

Dilaporkan CNBC, Sabtu (14/7/2018), teknologi Facial Recognition cukup efektif dipakai untuk membantu meningkatkan keamanan perusahaan.

{Baca juga: Berkat Teknologi Pemindai Wajah, Buronan Diciduk saat Nonton Konser}

Akan tetapi, ada hal yang berpotensi melanggar dalam penggunaan Facial Recognition. Pelanggaran tersebut berkaitan dengan privasi publik. Teknologi itu bahkan bisa disalahgunakan.

Smith, eksekutif di Microsoft, mengatakan bahwa pemerintah sebaiknya mengkaji ulang regulasi mengenai Facial Recognition. Pemerintah bisa meminta masukan dari perusahaan teknologi di AS.

Bulan lalu, otoritas Orlando, Florida, menghentikan ujicoba program sistem perangkat lunak pemindai wajah besutan Amazon. Perangkat lunak itu memicu keluhan dari para aktivis pembela hak privasi.

Protes muncul bahkan sejak alat tersebut diperkenalkan pada awal 2018. Keluhan datang karena Facial Recognition rentan penyalahgunaan. Banyak kelompok memprotes lantaran khawatir penyelewengan.

{Baca Juga: Bandara & Hotel di Jepang akan Pekerjakan Robot Hospi}

Penyelewengan yang dimaksud adalah teknologi pemindai wajah akan dimanfaatkan untuk mengincar para demonstran, imigran, dan siapapun yang berseberangan dengan pemerintah meski tak melanggar hukum.

Sebelumnya, maskapai JetBlue mengumumkan rencana menggunakan teknologi facial recognition untuk menggantikan tahap “tradisional” pada boarding pass.

Bukan cuma omongan belaka, teknologi facial recognition tersebut bahkan sudah dijalankan dalam penerbangan antara Bandara Internasional Logan di Boston.

Selian itu Bandara Internasional Queen Beatrix di Aruba yang juga bekerja sama dengan Custom and Border Protection Amerika sudah menggunakan teknologi ini. [SN/IF]

Sumner: CNBC

Teledor, Dokumen Rahasia Angkatan Udara Amerika Dicuri

1

Telset.id, Jakarta – Dokumen rahasia Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) yang disimpan di komputer hilang diambil oleh para hacker. Hal tersebut diakibatkan karena sistem router atau alat pengirim data yang tidak diperbarui.

Melansir dari Digital Trends, Minggu (15/7/2018), peretas berhasil mengakses kode rahasia komputer milik Angkatan Udara AS dan mencuri dokumen penting dengan cara memanfaatkan kelemahan router yang belum mendapatkan pembaruan.

Belum ada informasi dokumen apa saja yang dicuri oleh para hacker. Namun beberapa di antaranya kemungkinan merupakan dokumen perawatan drone MQ-9 Reaper, petunjuk pelatihan tank M1 Abrams, dan taktik pertahanan kontra alat peledak. Sebab, dokumen tersebut diketahui telah dijual di sebuah situs.

Kasus pencurian dokumen penting ini pertama kali terungkap ketika badan intelijen dari Recorded Future menemukan dokumen rahasia Angkatan Udara AS dijual di sebuah situs.

Baca Juga: Awas! Jutaan Smartphone Android Terinfeksi Malware Berbahaya

Karena temuan ini, publik pun langsung mempertanyakan sistem keamanan data yang diterapkan oleh pihak militer Negeri Paman Sam.

Kasus peretasan ini bukanlah pertama kali menimpa pasukan militer AS. Pada Februari 2018 lalu, komputer Angkatan Laut AS juga dibobol oleh hacker asal China. Mereka mencuri ratusan gigabyte informasi tentang proyek rahasia.

Baca Juga: Gara-gara Hoax, Dua Pria Babak Belur Dihajar Massa

Target penyerangan sendiri adalah kontraktor tanpa nama yang bekerja dengan Naval Undersea Warfare Centre, yang digunakan Angkatan Laut AS sebagai pusat penelitian, pengembangan, pengujian dan evaluasi, serta teknik dan armada untuk kapal selam.

Dalam menjalankan aksinya, para hacker 614 GB data terkait proyek yang disebut Sea Dragon yang juga disebut sebagai disruptive offensive capability oleh Departemen Pertahanan AS.

Baca Juga: iPhone Kembali Meledak, Kali Ini di Toko Reparasi Las Vegas

Selain informasi tentang Sea Dragon, para hacker juga mencuri sinyal dan data sensor, informasi ruang radio bawah laut yang berkaitan dengan sistem kriptografi, dan unit pengembangan kapal selam Angkatan Laut perpustakaan peperangan elektronik. (SN/FHP)

Google Phone Bikin Pengguna Bebas dari Panggilan Spam

2

Telset.id, Jakarta – Kini aplikasi Google Phone mampu secara otomatis mendeteksi panggilan spam, lalu mengirimkannya langsung ke voicemail. Dengan kemampuan tersebut, smartphone pengguna tidak akan berdering, ketika panggila bersifat spam masuk.

Seperti dilansir dari The Verge, Minggu (15/07/2018), kemampuan itu juga memungkinkan pengguna untuk tidak mendapatkan notifikasi panggilan tak terjawab, setiap panggilan spam “dihilangkan” oleh Google Phone.

“Anda masih akan melihat panggilan yang difilter di riwayat panggilan. Anda bisa memeriksa voicemail apapun yang masuk,” kata Google.

Untuk mengaktifkan fitur panggilan spam, pengguna tak perlu bersusah payah. Cukup ubah toggle dari area Setting aplikasi Google Phone.

Baca Juga: Gara-gara Telur, Google Dikecam Netizen

Nantinya, aplikasi ini dapat mengidentifikasi penelepon spam dengan mengubah keseluruhan layar ponsel menjadi berwarna merah saat berdering. Indikator visual tersebut sebagai pengingat bagi pengguna agar tidak mengangkat telepon.

Baca Juga: Google Images Contek Tampilan Pinterest?

Namun, fitur itu hanya berfungsi untuk panggilan yang berhasil dideteksi Google. Sebab, berdasarkan percobaan yang dilakukan, Google Phone kerap gagal menangkap neighborhood spoofing alias panggilan menyebalkan dengan kode area yang sama.

Pengguna bisa pula membantu sistem Google Phone dengan cara melaporkan gangguan yang berhasil diselesaikan sebagai spam di dalam pengaturan aplikasi. (SN/FHP)