Beranda blog Halaman 174

Blibli Pay Day 2025: Solusi Cerdas Saat ART Tak Kunjung Balik

0

Telset.id – Lebaran sudah berlalu, tapi bagi banyak ibu rumah tangga, drama baru justru dimulai. Bagaimana jika Asisten Rumah Tangga (ART) tak kunjung kembali atau memutuskan berhenti bekerja? Rutinitas rumah tangga, urusan dapur, hingga mengurus anak tiba-tiba menjadi beban ganda. Namun, jangan panik—Blibli Pay Day 25-27 April 2025 hadir sebagai solusi cerdas untuk mengatasi semua tantangan ini.

PT Global Digital Niaga Tbk (Blibli) memahami betul keresahan ini. Melalui program Blibli Pay Day, mereka menawarkan berbagai promo dan fitur yang dirancang khusus untuk meringankan beban rumah tangga pasca-Lebaran. Mulai dari belanja bahan makanan segar hingga upgrade peralatan rumah tangga, semuanya bisa dilakukan dengan mudah, cepat, dan hemat.

Fresh by Bliblimart: Penyelamat Saat Kulkas Kosong

Bayangkan ini: pagi hari, anak-anak sudah siap berangkat sekolah, tapi kulkas kosong melompong. Tak ada waktu untuk belanja ke pasar tradisional atau supermarket. Di sinilah Fresh by Bliblimart menjadi penyelamat. Dengan layanan ini, Anda bisa memesan bahan makanan segar—mulai dari sayuran, buah-buahan, beras, hingga daging—secara online. Pesanan diantar langsung ke rumah tanpa perlu repot keluar atau antre panjang. Kualitasnya pun terjaga, seolah Anda belanja langsung dari pasar.

Tukar Tambah: Upgrade Alat Rumah Tangga Tanpa Ribet

Masalah lain yang sering muncul pasca-Lebaran adalah peralatan rumah tangga yang tiba-tiba rusak. Vacuum cleaner andalan mogok di saat cucian menumpuk? Jangan khawatir. Blibli menyediakan fitur Tukar Tambah yang memungkinkan Anda menukar perangkat lama dengan yang baru. Tak perlu repot ke toko elektronik—kurir Blibli akan menjemput barang lama sekaligus mengantarkan pesanan baru. Efisien dan anti-ribet!

Layanan 2 Jam Sampai & Click and Collect: Solusi Darurat

Untuk kebutuhan mendesak—seperti sabun cuci piring yang habis di tengah aktivitas atau sembako yang harus segera diisi—Blibli menawarkan layanan 2 Jam Sampai. Barang pesanan bisa tiba di depan pintu rumah dalam waktu singkat, bahkan sebelum tumpukan cucian semakin menggunung. Bagi yang lebih suka mengambil sendiri, fitur Click and Collect memungkinkan Anda mengambil pesanan di toko mitra Blibli terdekat tanpa harus antre panjang.

Blibli Affiliate: Cuan Tambahan di Tengah Kesibukan

Siapa bilang mengurus rumah tangga tak bisa menghasilkan uang? Blibli memberikan peluang bagi ibu rumah tangga untuk mendapatkan penghasilan tambahan melalui program Blibli Affiliate. Dengan membagikan tautan produk ke media sosial, Anda bisa mendapatkan komisi hingga 20%. Selama Blibli Pay Day, komisi bahkan bisa naik hingga Rp75.000 per transaksi. Jadi, sambil mengurus rumah, Anda juga bisa menambah pundi-pundi rupiah.

Tak hanya itu, Blibli Pay Day 25-27 April 2025 juga menawarkan berbagai promo menarik seperti cashback hingga Rp700.000, cashback 100% untuk pelanggan baru, dan gratis ongkir ke seluruh Indonesia. Semua produk dijamin 100% original, dan setiap pengiriman dilengkapi asuransi untuk memberikan ketenangan ekstra.

“Kami memahami tantangan nyata yang dihadapi pelanggan pasca-Lebaran, terutama ketika ART belum kembali. Dengan fitur dan promo yang relevan, Blibli hadir sebagai solusi belanja cerdas,” ujar Wilson Kiantoro, Head of Campaign Blibli.

Jadi, meski ART belum kembali, kendali tetap ada di tangan Anda. Manfaatkan Blibli Pay Day sekarang dan rasakan kemudahan belanja tanpa drama. Klik di sini untuk mulai berbelanja!

Cara Melacak Lokasi Orang Lewat Facebook 2025: Panduan Terbaru dan Legal

0

Updated on 27 April 2025

Telset.id – Facebook sebagai platform media sosial terus berkembang dengan berbagai fitur menarik, termasuk kemampuan untuk mengetahui lokasi teman. Di tahun 2025, fitur pelacakan lokasi di Facebook telah mengalami beberapa pembaruan penting yang perlu Anda ketahui. Tim Telset.id akan membahas secara lengkap cara melacak lokasi akun FB secara legal dan etis.

Dengan lebih dari 3 miliar pengguna aktif bulanan di seluruh dunia (data Meta Q1 2025), Facebook tetap menjadi salah satu platform sosial media paling populer. Fitur pelacakan lokasi yang disediakan sebenarnya ditujukan untuk memudahkan koneksi antar teman dan keluarga, bukan untuk memata-matai secara sembarangan.

Sebelum memulai, penting untuk diingat bahwa pelacakan lokasi seseorang tanpa persetujuan mereka bisa melanggar privasi dan hukum. Pastikan Anda hanya menggunakan fitur ini untuk tujuan yang baik dan dengan izin dari orang yang bersangkutan.

Cara Melacak Lokasi Teman di Facebook 2025

cara melacak orang lewat fb

Berikut langkah-langkah terbaru untuk melacak lokasi teman di Facebook dengan fitur Nearby Friends yang telah diperbarui:

  1. Buka aplikasi Facebook di smartphone Anda
  2. Ketuk ikon menu (tiga garis horizontal) di kanan atas
  3. Scroll ke bawah dan pilih “Nearby Friends”
  4. Aktifkan layanan lokasi jika diminta
  5. Pilih “Izinkan” saat muncul permintaan akses lokasi
  6. Tunggu beberapa saat hingga daftar teman muncul

melacak orang lewat facebook

Pembaruan Fitur Lokasi Facebook 2025

Di tahun 2025, Meta (perusahaan induk Facebook) telah memperkenalkan beberapa pembaruan penting pada fitur pelacakan lokasi:

  • Mode Privasi Cerdas: Pengguna sekarang bisa mengatur tingkat presisi lokasi yang dibagikan
  • Notifikasi Akses Lokasi: Sistem akan memberi tahu jika ada yang mengakses lokasi Anda secara intens
  • Pembaruan Real-time: Akurasi lokasi meningkat hingga 95% dengan teknologi GPS terbaru
  • Fitur Darurat: Tambahan tombol SOS untuk situasi darurat

cara melacak lokasi lewat Facebook2

FAQ Tentang Melacak Lokasi di Facebook

1. Apakah bisa melacak lokasi seseorang tanpa mereka ketahui?

Tidak, Facebook selalu memberi notifikasi ketika lokasi seseorang diakses melalui fitur Nearby Friends. Selain itu, melacak seseorang tanpa izin bisa melanggar hukum privasi di banyak negara.

2. Bagaimana jika fitur Nearby Friends tidak muncul?

Pastikan Anda dan teman Anda telah mengaktifkan fitur berbagi lokasi. Fitur ini juga hanya tersedia di beberapa negara tertentu.

3. Apakah ada alternatif lain untuk melacak lokasi?

Anda bisa mencoba fitur serupa di platform lain seperti Snap Map di Snapchat atau fitur berbagi lokasi di WhatsApp.

Bagaimana pendapat Anda tentang fitur pelacakan lokasi di Facebook? Apakah Anda pernah menggunakannya untuk tujuan positif? Bagikan pengalaman Anda di kolom komentar atau share artikel ini ke media sosial Anda!

Tes Darah AI Ini Bisa Deteksi 12 Jenis Kanker dengan Akurasi 99%

0

Telset.id – Bayangkan jika hanya dengan 10 tetes darah, Anda bisa mendeteksi 12 jenis kanker sekaligus sebelum gejala muncul. Teknologi revolusioner ini bukan lagi khayalan, melainkan kenyataan yang sedang diuji di Inggris Raya.

Dalam uji klinis terbaru, tes darah berbasis kecerdasan buatan bernama miONCO-Dx menunjukkan akurasi mencengangkan sebesar 99%. Dikembangkan oleh University of Southampton dan startup bioteknologi Xgenera, tes ini menganalisis fragmen genetik mikroskopis dari tumor yang beredar dalam darah.

Tes darah AI miONCO-Dx dengan akurasi 99% deteksi kanker

Mengubah Paradigma Diagnosis Kanker

Selama ini, diagnosis kanker seringkali memerlukan prosedur invasif seperti kolonoskopi atau biopsi. Namun, tes darah ini menawarkan solusi yang jauh lebih sederhana:

  • Hanya membutuhkan 10 tetes darah
  • Mendeteksi 12 jenis kanker termasuk paru-paru, payudara, pankreas, dan otak
  • Bisa mengidentifikasi lokasi tumor dalam tubuh

Seperti dilaporkan dalam artikel sebelumnya di Telset.id, teknologi serupa juga sedang dikembangkan untuk kanker paru-paru. Namun, miONCO-Dx menjadi yang pertama mencakup berbagai jenis kanker sekaligus.

Dampak Besar bagi Sistem Kesehatan

Uji klinis tahap berikutnya akan melibatkan 8.000 pasien di NHS dengan dana £2,4 juta dari pemerintah Inggris. Profesor Lucy Chappell, Penasihat Ilmiah Utama Departemen Kesehatan Inggris, menyebut ini sebagai “era baru dalam deteksi kanker.”

Keunggulan utama teknologi ini adalah:

  1. Deteksi dini yang meningkatkan peluang kesembuhan
  2. Mengurangi beban sistem kesehatan dengan tes non-invasif
  3. Potensi menurunkan biaya pengobatan kanker stadium lanjut

Seperti kasus protes penggunaan AI di Microsoft, perkembangan teknologi kesehatan juga memerlukan pertimbangan etika. Namun, tes darah ini justru menunjukkan potensi AI untuk menyelamatkan nyawa.

Warisan Seorang Pejuang Kanker

Pengembangan tes ini bertepatan dengan pembukaan Bowelbabe Laboratory di Inggris, dinamai sesuai nama Dame Deborah James, jurnalis dan aktivis kanker usus yang meninggal di usia 40 tahun. Laboratorium ini akan fokus pada deteksi dini kanker usus, salah satu jenis kanker yang bisa dideteksi oleh miONCO-Dx.

Dengan akurasi 99% dalam uji awal, tes darah AI ini berpotensi menyelamatkan jutaan nyawa di seluruh dunia. Pertanyaannya sekarang: kapan teknologi ini akan tersedia secara luas?

GAC Aion dan DiDi Luncurkan Mobil Otonom L4 dengan Sensor LiDAR Canggih di Shanghai Auto Show 2025

0

Telset.id – Jika Anda membayangkan mobil otonom masa depan, inilah wujud nyatanya. GAC Aion bersama DiDi Autonomous Driving baru saja menggebrak Shanghai Auto Show 2025 dengan meluncurkan kendaraan otonom Level 4 (L4) yang dilengkapi 10 sensor LiDAR dan sistem keamanan redundansi canggih.

Berdasarkan model GAC Aion Y “Tyrannosaurus”, kendaraan ini menawarkan lompatan teknologi signifikan di bidang kendaraan otonom. Dengan 33 sensor yang terpasang – 65% lebih banyak dari rata-rata industri yang hanya 20 sensor – mobil ini siap mengubah cara kita memahami transportasi mandiri.

Yang membuatnya istimewa? Kombinasi 4 LiDAR jarak jauh (mampu mendeteksi objek hingga 200 meter) dan 6 LiDAR blind-spot (memberikan cakupan 360 derajat dengan deteksi hingga 10 cm) menciptakan sistem persepsi yang belum pernah ada sebelumnya.

GAC Aion L4 Autonomous Vehicle di Shanghai Auto Show 2025

Kekuatan Komputasi yang Mengagumkan

Di balik semua sensor canggih tersebut, terdapat unit pemrosesan pusat dengan daya komputasi mencapai 2000 TOPS (Trillion Operations Per Second). Sebagai perbandingan, ini setara dengan gabungan:

  • Lebih dari 60 smartphone high-end
  • Atau 10 kartu grafis PC kelas atas

Kemampuan pemrosesan ini dirancang khusus untuk meningkatkan keamanan, pengalaman berkendara, dan efisiensi sistem otonom secara keseluruhan. Seperti yang pernah kami bahas dalam artikel sebelumnya, kolaborasi GAC Aion dan DiDi memang fokus pada pengembangan kendaraan otonom yang aman dan andal.

Sistem Redundansi: Keamanan di Atas Standar Penerbangan

Yang lebih mengesankan adalah pendekatan GAC Aion terhadap keamanan sistem. Mobil ini memiliki:

  • Redundansi untuk 8 komponen kritis (sensor, rem, sistem daya)
  • Tiga lapis redundansi: algoritma, perangkat lunak, dan perangkat keras
  • Target keamanan sistem “1FIT” – hanya satu kegagalan per miliar jam operasi

Artinya? Sistem ini 1000 kali lebih aman dari standar penerbangan komersial. Desain keamanan komprehensif ini dibangun di atas platform listrik murni GAC Aion dan platform redundansi keamanan yang kompatibel secara global khusus untuk L4.

Sistem Sensor LiDAR pada GAC Aion L4 Autonomous Vehicle

Efisiensi Produksi yang Mengubah Permainan

Berkolaborasi dengan GAC, DiDi Autonomous Driving berhasil mencapai terobosan dalam efisiensi produksi:

  • Pengurangan biaya 74% dibandingkan kendaraan retrofit
  • Peningkatan efisiensi perakitan 7 kali lipat
  • Tambahan ruang bagasi 88% lebih besar

Seperti teknologi LiDAR yang mulai populer di perangkat mobile seperti yang kami laporkan dalam artikel tentang iPhone 12, sensor canggih kini menemukan aplikasi yang lebih kompleks di dunia otomotif.

Roadmap Peluncuran

GAC Aion dan DiDi telah menyiapkan timeline ambisius:

  • Produksi dan pengiriman: Akhir 2025
  • Operasi demonstrasi: Mulai 2026 di beberapa wilayah Guangzhou dan Beijing
  • Versi konsumen L4: Direncanakan 2027

Interior GAC Aion L4 Autonomous Vehicle

Dengan semua inovasi ini, GAC Aion dan DiDi Autonomous Driving tidak hanya menawarkan mobil otonom, tetapi visi baru untuk mobilitas masa depan. Pertanyaan besarnya: Sudah siapkah kita menyambut era dimana mobil benar-benar bisa mengemudi sendiri?

Update PS5 Hadirkan Tema Retro dan Fitur Audio Baru

0

Telset.id – Nostalgia akan masa lalu kini bisa dirasakan di PlayStation 5 (PS5) terbaru. Sony baru saja mengumumkan update perangkat lunak yang membawa kembali tema retro dari generasi PlayStation sebelumnya. Bagi Anda yang merindukan tampilan klasik, ini adalah kabar gembira.

Update ini merupakan respons dari antusiasme fans saat Sony memperkenalkan tema retro selama perayaan 30 tahun PlayStation tahun lalu. Kini, perusahaan memutuskan untuk menjadikannya fitur permanen. Sayangnya, suara khas saat menyalakan konsol dari setiap generasi tidak ikut dibawa kembali.

Tampilan tema retro PS5

Empat Tema Klasik Kembali Hadir

Update terbaru PS5 ini menawarkan empat tema retro yang bisa dipilih sesuai selera. Anda dapat mengubah tampilan antarmuka menjadi gaya PlayStation generasi pertama, PS2, PS3, atau PS4. Perubahan ini bisa dilakukan melalui menu Settings di bagian Appearance.

Fitur ini bukan sekadar perubahan kosmetik. Bagi banyak gamer, ini adalah perjalanan nostalgia yang membawa kenangan bermain di era berbeda. Seperti yang pernah kami bahas dalam artikel sebelumnya tentang Update PS5 Anniversary Edition, antusiasme komunitas terhadap tema klasik memang sangat tinggi.

Audio Focus: Pengalaman Bermain Lebih Imersif

Selain tema retro, update ini juga menghadirkan fitur Audio Focus yang dirancang untuk meningkatkan pengalaman bermain menggunakan headphone. Fitur ini memungkinkan Anda menyesuaikan suara sesuai preferensi:

  • Boost suara dialog
  • Meningkatkan suara bernada rendah
  • Memperjelas suara bernada tinggi
  • Menguatkan suara yang lembut

Anda juga bisa mengatur tingkat amplifikasi mulai dari weak, medium, hingga strong. Fitur ini akan sangat berguna untuk game dengan banyak dialog atau yang mengandalkan suara untuk petunjuk permainan.

Rollout Global Dimulai 24 April

Sony mengonfirmasi bahwa update ini akan mulai dirilis secara global mulai 24 April 2025. Proses update biasanya berlangsung bertahap, jadi mungkin perlu waktu beberapa hari sampai semua pengguna bisa mengaksesnya.

Ini bukan pertama kalinya Sony menghadirkan kejutan untuk para penggemarnya. Seperti yang pernah kami laporkan dalam Alpha Festival 2024, perusahaan ini terus berinovasi di berbagai lini produk.

Dengan update terbaru ini, Sony membuktikan komitmennya untuk terus meningkatkan pengalaman pengguna, baik melalui fitur baru maupun sentuhan nostalgia yang menyentuh hati para gamer setia.

Chery Pamerkan 53 Model di Shanghai Auto Show, Siap Kuasai Pasar Global

0

Telset.id – Pameran otomotif terbesar di Asia, Shanghai International Automobile Industry Exhibition, resmi dibuka hari ini. Di ajang bergengsi ini, Chery Group mencuri perhatian dengan memamerkan 53 model dari lima mereknya—Chery, Exeed, Jetour, iCAR, dan Luxeed—sekaligus menegaskan ambisinya sebagai pemain global di industri otomotif.

Gelaran ini bukan sekadar pamer kekuatan produk, melainkan juga pertanda bagaimana pabrikan asal China ini sedang bertransformasi dari produsen lokal menjadi raksasa otomotif berkelas dunia. Dengan penjualan global mencapai 620.000 unit di kuartal pertama tahun ini—255.000 di antaranya diekspor—Chery membuktikan daya saingnya di kancah internasional.

Lantas, apa saja kejutan yang dibawa Chery di ajang ini? Simak analisis mendalam dari Telset berikut ini.

Diversifikasi Produk: Dari Mobil Listrik hingga Konsep Futuristik

Chery tidak main-main dalam menghadirkan beragam pilihan bagi konsumen. Dari 53 model yang dipamerkan, 16 di antaranya berasal dari merek inti Chery. Salah satu yang menarik perhatian adalah Chery QQ yang didesain ulang sebagai kendaraan listrik kompak dengan fitur personalisasi tinggi.

Chery QQ Electric dengan Desain Futuristik

Tak kalah menarik, Chery juga memperkenalkan Fengyun A9—sedan premium yang diklaim telah menerima lebih dari 53.000 pesanan dalam 35 hari. Varian performa tinggi sedan ini mampu berakselerasi dari 0-100 km/jam hanya dalam 4 detik, sementara versi empat kursinya menawarkan kabin mewah dengan fitur pendingin khusus untuk penumpang belakang.

Inovasi Teknologi: AI hingga Kendaraan Terbang

Chery tidak hanya fokus pada produk konvensional. Mereka juga memamerkan sistem hibrida Kunpeng yang diklaim lebih efisien, serta prototipe kendaraan terbang yang siap mengubah wajah mobilitas masa depan.

Jetour G900 Amphibious Vehicle Konsep

Untuk segmen SUV, Tiggo 9L menjadi bintang dengan sistem sasis berbasis AI dan konfigurasi tiga baris kursi. Sementara itu, Jetour menghadirkan Traveller ‘Interstellar Guardian’ yang dirancang khusus untuk petualangan off-road.

Strategi Global: Dari Ekspor ke Produk Lokalisasi

Dengan total penjualan global melebihi 16 juta unit—4,7 juta di antaranya di luar China—Chery kini fokus pada pengembangan produk yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar spesifik. Wakil Presiden Eksekutif Li Xueyong menekankan pentingnya bersaing melalui standar teknis dan fitur keselamatan yang unggul.

Chery Lineup di Shanghai Auto Show 2025

Menurut daftar Hurun Brand 2024, nilai merek Chery mencapai 250 miliar yuan (sekitar 3,45 miliar USD), menempatkannya di peringkat 45 nasional dan tiga besar di antara produsen mobil China secara global. Prestasi ini tidak lepas dari strategi ekspansi global yang agresif, termasuk di pasar Eropa yang ketat seperti dibahas dalam artikel sebelumnya.

Masa Depan Chery: Elektrifikasi, AI, dan Mobilitas Cerdas

Ketua Chery Yin Tongyue mengungkapkan empat pilar utama pengembangan perusahaan: elektrifikasi, kecerdasan buatan, keberlanjutan, dan globalisasi. Ini termasuk teknologi baterai dan motor baru, sistem mengemudi cerdas, serta penggunaan material berkelanjutan.

Dengan mengundang lebih dari 5.000 tamu internasional ke pameran ini, Chery jelas sedang membangun jaringan global yang solid. Apakah strategi ini akan membawa mereka menjadi pemain utama di industri otomotif dunia? Waktu yang akan menjawab.

SHADES: Dataset Baru untuk Uji Bias AI dalam Berbagai Bahasa

0

Telset.id – Jika Anda berpikir bias dalam kecerdasan buatan (AI) hanya terjadi dalam bahasa Inggris, pikirkan lagi. Margaret Mitchell, salah satu pionir etika AI, baru saja meluncurkan dataset bernama SHADES yang dirancang untuk menguji bias AI dalam berbagai bahasa dan budaya. Ini adalah terobosan penting di tengah maraknya penggunaan AI global yang sering kali mengabaikan kompleksitas linguistik dan stereotip lintas budaya.

Mitchell, yang pernah memimpin Tim Etika AI di Google sebelum beralih ke Hugging Face, menjelaskan bahwa SHADES adalah respons terhadap keterbatasan dataset bias AI yang selama ini hanya berfokus pada bahasa Inggris. “Kita tidak bisa hanya mengandalkan terjemahan mesin untuk memahami bias dalam bahasa lain,” ujarnya dalam wawancara eksklusif. Dataset ini dikembangkan melalui proyek BigScience, kolaborasi internasional yang melibatkan peneliti dari berbagai negara.

Lantas, mengapa SHADES begitu penting? Simak analisis mendalam berikut.

Mengapa AI Masih Penuh Stereotip?

Bias dalam AI bukanlah hal baru. Namun, Mitchell dan timnya menemukan bahwa model AI sering kali “mengarang” pembenaran pseudo-ilmiah untuk stereotip tertentu. “AI bisa merujuk pada literatur ilmiah palsu untuk mendukung klaim rasis atau seksis,” jelasnya. Misalnya, AI mungkin menyatakan bahwa “ilmu pengetahuan membuktikan perbedaan genetik berdasarkan ras” padahal klaim tersebut tidak berdasar.

Masalahnya semakin rumit ketika model AI digunakan dalam bahasa non-Inggris. “Konsep seperti ‘blonde itu bodoh’ mungkin tidak ada di budaya tertentu, tapi bisa muncul karena transfer semantik lintas bahasa dalam model AI,” tambah Mitchell. Hal ini menunjukkan bahwa bias tidak hanya direplikasi, tetapi juga bisa “diimpor” ke budaya yang sebelumnya tidak mengenal stereotip tersebut.

SHADES: Solusi untuk Evaluasi yang Lebih Adil

Dataset SHADES terinspirasi dari Gender Shades, proyek sebelumnya yang menguji bias dalam pengenalan wajah berdasarkan gender dan warna kulit. Namun, SHADES memperluas cakupannya dengan mempertimbangkan berbagai karakteristik identitas, seperti kebangsaan, gender, dan kelas sosial.

Salah satu tantangan terbesar dalam pengembangannya adalah perbedaan linguistik. “Dalam bahasa seperti Spanyol atau Prancis, seluruh kalimat harus berubah tergantung gender subjeknya,” jelas Mitchell. Timnya harus membuat anotasi linguistik khusus agar evaluasi bias bisa dilakukan secara akurat, bahkan dalam bahasa dengan aturan tata bahasa yang kompleks.

Mengapa Bahasa Inggris Tidak Cukup?

Mitchell menegaskan bahwa fokus pada bias dalam bahasa Inggris—terutama yang berpusat di AS—tidak cukup. “Model AI digunakan secara global, tapi mitigasi biasnya hanya untuk pengguna AS. Ini berisiko memperkuat stereotip berbahaya di wilayah lain,” tegasnya. Misalnya, upaya mengurangi bias terhadap kelompok tertentu dalam bahasa Inggris tidak otomatis menghilangkan bias serupa dalam bahasa Mandarin atau Swahili.

Dengan SHADES, tim peneliti berharap dapat memberikan alat yang lebih komprehensif untuk menguji dan mengurangi bias AI di seluruh dunia. “Ini bukan solusi instan, tapi langkah penting menuju AI yang lebih adil,” pungkas Mitchell.

Jika Anda tertarik dengan perkembangan teknologi AI, jangan lewatkan Review Razer Blackwidow V3 untuk melihat bagaimana perangkat keras juga beradaptasi dengan era kecerdasan buatan.

Para Ilmuwan Ciptakan Warna Baru “Olo” yang Tak Pernah Dilihat Mata Manusia

0

Telset.id – Bayangkan melihat warna yang belum pernah ada sebelumnya. Lima orang di dunia ini baru saja mengalami hal itu, berkat terobosan ilmuwan yang menciptakan warna baru bernama “olo”. Warna ini begitu unik hingga mustahil dilihat dalam kondisi alami — dan Anda pun tak akan menemukannya di layar smartphone tercanggih sekalipun.

Ilustrasi warna baru 'olo' yang diciptakan ilmuwan

Eksperimen Laser yang Mengubah Persepsi Warna

Dalam studi terbaru yang dipublikasikan di Science Advances, tim peneliti dari University of California, Berkeley berhasil “menipu” mata manusia dengan menembakkan pulsa laser khusus ke retina. Teknik ini mengaktifkan sel kerucut M (medium wavelength cones) — salah satu dari tiga reseptor warna di mata — tanpa merangsang sel kerucut L atau S. Hasilnya? Sebuah warna biru kehijauan dengan saturasi tak terbayangkan, yang kemudian dinamai “olo”.

“Ini bukan sekadar turquoise yang lebih terang,” jelas Austin Roorda, salah satu peneliti, kepada The Guardian. “Tak ada monitor atau cetakan yang bisa mereproduksinya. Pengalaman melihat ‘olo’ secara langsung jauh melampaui deskripsi apa pun.”

Mengapa Warna Ini Mustahil Terlihat Secara Alami?

Mata manusia normal memiliki tiga jenis sel kerucut: L (merah), M (hijau), dan S (biru). Dalam kondisi alami, sel M selalu teraktivasi bersamaan dengan sel L atau S. “Tak ada cahaya di alam yang bisa hanya merangsang sel M,” terang Ren Ng, profesor teknik elektro UC Berkeley, kepada Scientific American.

Tim peneliti memetakan retina partisipan untuk menemukan lokasi tepat sel M, lalu menembakkan laser berdurasi femtodetik (sepertriliun detik) ke setiap sel. Hasilnya adalah bercak warna “olo” selebar dua kali bulan purnama di bidang pandang partisipan — walau hanya bersifat sementara.

Proses stimulasi sel kerucut M dengan laser

Kontroversi dan Potensi Aplikasi Masa Depan

Meski diakui sebagai terobosan teknis, beberapa ahli meragukan signifikansi penemuan ini. John Barbur dari City, University of London menyebutnya sebagai “hijau yang lebih jenuh”, bukan warna baru. Namun, teknologi ini berpotensi merevolusi layar digital dan membantu penderita buta warna — walau efeknya hanya sementara.

Seperti inovasi teknologi mutakhir lainnya, “olo” membuka pintu bagi eksplorasi persepsi manusia yang lebih dalam. Siapa tahu, suatu hari nanti Anda bisa menikmati warna ini melalui perangkat khusus — bukan sekadar membaca deskripsinya.

Elon Musk Dituduh Shadow Ban Kritikus di X, Bukti Hipokrisi Kebebasan Berbicara

0

Telset.id – Elon Musk, sang “absolutis kebebasan berbicara”, kini dituduh melakukan shadow ban terhadap kritikusnya di platform X (sebelumnya Twitter). Ironis? Tentu. Laporan terbaru dari The New York Times mengungkap tiga akun sayap kanan yang berdebat dengan Musk pada Desember lalu tiba-tiba mengalami penurunan engagement drastis — sebuah pola yang mengindikasikan praktik shadow banning.

BRENDAN SMIALOWSKI/AFP via Getty Images

Apa Itu Shadow Ban dan Bagaimana Terjadi?

Shadow banning adalah praktik halus yang digunakan platform media sosial untuk membatasi jangkauan konten pengguna tanpa pemberitahuan. Alih-alih menonaktifkan akun, algoritma secara diam-diam mengurangi visibilitas postingan. Efeknya? Konten seolah-olah “hilang” dari linimasa tanpa jejak.

Dalam kasus ini, tiga akun — termasuk Anastasia Maria Loupis (1 juta pengikut) dan Laura Loomer — melaporkan engagement mereka “runtuh dalam semalam” setelah berselisih dengan Musk terkait kebijakan imigrasi AS. Loupis, yang kerap menyebarkan teori konspirasi dan misinformasi vaksin, sebelumnya mendapat ratusan ribu tayangan per hari. Kini, postingannya hanya meraih puluhan ribu.

Bukti dan Respons yang Menggelitik

Loupis menguji teorinya dengan membuat akun baru. Hasilnya? Konten di akun baru itu langsung mendapat lebih banyak likes dan views ketimbang akun lamanya. “Jika dia melakukannya pada akun kecil, tak ada yang akan sadar,” ujarnya kepada NYT. Sementara Loomer, yang sempat kehilangan status premium X, menyatakan: “Salah jika mengklaim platform ini bebas bicara tapi mematikan monetisasi pengguna.”

Musk dan Sejarah Vindiktifnya

Ini bukan kali pertama Musk dituduh menyalahgunakan kekuasaannya di X. Pada 2022, dia membekukan akun beberapa jurnalis yang mengkritiknya. Dia juga pernah memblokir tautan ke Substack hanya karena platform tersebut meluncurkan fitur mirip feed Twitter. Ari Cohn dari Foundation for Individual Rights and Expression menyindir: “Jangan berkoar-koar tentang Amendemen Pertama (kebebasan berbicara AS), lalu melakukan hal seperti ini.”

Meski shadow banning sulit dibuktikan — karena penurunan engagement bisa disebabkan banyak faktor — waktu yang bersamaan dengan konflik mereka dengan Musk terlalu mencolok untuk diabaikan. Apalagi, engagement akun-akun itu pulih setelah Musk kembali berinteraksi dengan mereka.

BRENDAN SMIALOWSKI/AFP via Getty Images

Kebebasan Bicara atau Hipokrisi?

Musk kerap mengklaim X sebagai “town square digital” tempat semua suara didengar. Namun, tindakannya justru menunjukkan sebaliknya. Seperti dikatakan Cohn, praktik semacam ini bertentangan dengan lingkungan yang ingin dia bangun. Ironisnya, kritik tajam justru datang dari kalangan yang biasanya mendukungnya — sayap kanan.

Pertanyaannya: Jika Musk saja melakukan ini pada pendukung setianya, apa jaminan pengguna biasa bisa benar-benar bebas berbicara di X? Seperti ketika dia mengkritik kebijakan Apple, apakah standar kebebasan hanya berlaku untuk orang lain?

Kisah ini bukan sekadar tentang tiga akun. Ini tentang konsistensi nilai yang diusung pemilik platform terbesar kelima di dunia. Dan sejauh ini, Musk gagal menjawabnya.

Tarif Trump vs Robot Tesla: Mampukah Optimus Bertahan dari Perang Dagang?

0

Bayangkan sebuah legiun robot humanoid siap melayani manusia—visi futuristik yang dijanjikan Elon Musk dengan Tesla Optimus. Namun, impian itu kini terancam oleh kebijakan perdagangan era Donald Trump yang masih membayangi. Bagaimana sebuah perang dagang bisa menggagalkan revolusi robotika?

Kisah ini bermula ketika Tesla memperkenalkan Optimus, robot humanoid yang diklaim akan menjadi asisten serba bisa. Namun, di balik janji-janjinya, ternyata proyek ini bergantung pada magnet logam tanah jarang yang 100% diimpor dari China. Di sinilah masalah muncul: kebijakan tarif Trump memicu pembalasan China dengan pembatasan ekspor material kritis tersebut.

Dalam konferensi investor terbaru, Musk mengakui dampak langsung kebijakan ini pada produksi Optimus. “Kami sedang berurusan dengan proses perizinan ekspor China untuk komponen magnet,” ujarnya, menggeser fokus dari kegagalan teknis ke hambatan geopolitik. Lantas, apakah ini alasan legit atau sekadar kamuflase untuk proyek yang belum matang?

Antara Janji dan Realita: Ujian Kredibilitas Musk

Elon Musk dan Donald Trump dengan latar robot Tesla Optimus

Musk sebelumnya menjanjikan 5.000 unit Optimus akan diproduksi pada 2025—jumlah yang disebutnya “setara legiun Romawi”. Bahkan, generasi kedua diklaim bakal diproduksi 100.000 unit/bulan pada 2026. Namun, realitasnya jauh dari kata siap: hingga April 2025, robot ini baru bisa berjalan lurus dan memegang telur—prestasi yang sudah dicapai robot sejak 1970-an.

Ross Gerber, CEO Gerber Kawasaki, menyoroti ironi ini: “Elon akan bicara tentang robot penakluk dunia agar Anda mengabaikan fakta: laba Tesla anjlok 71%.” Kritik ini menyentuh inti masalah: Optimus adalah proyek ambisius dengan bukti konkret yang minim, sementara Tesla sedang mengalami krisis keuangan terburuk dalam sejarah.

Ketergantungan pada China: Titik Lemah yang Fatal

Komponen kritis Optimus adalah magnet neodymium—bahan yang 90% dipasok China. Kebijakan Trump tahun 2018-2020 memicu perang tarif yang berujung pada pembatasan ekspor China. Dampaknya? Rantai pasok teknologi tinggi AS, termasuk Tesla, kelabakan.

Musk mengeluhkan sulitnya mendapatkan izin ekspor untuk servo tangan Optimus. Namun, analis mempertanyakan: mengapa Tesla tidak mengantisipasi risiko ini sejak awal? Apalagi, kegagalan proyek robotaxi perusahaan seperti GM sudah memberi pelajaran tentang kompleksitas teknologi otonom.

Lebih dari Sekadar Masalah Supply Chain

Tesla Optimus dalam demonstrasi terbatas

Masalah Tesla lebih dalam dari sekadar logistik. Janji-janji Musk tentang mobil terbang hingga Neuralink seringkali lebih spektakuler di tweet daripada di dunia nyata. Optimus menjadi contoh terbaru: tanpa kemampuan nyata di luar lab, apakah proyek ini layak diteruskan?

Pertanyaan besarnya: akankah Optimus menjadi pionir robot humanoid seperti yang diramalkan CEO Nvidia, atau sekadar proyek gagal lain yang dikubur oleh ego dan geopolitik? Dengan waktu yang terus berjalan, Musk perlu lebih dari sekadar menyalahkan Trump.

Yang jelas, kisah Optimus mengajarkan satu hal: di era di mana teknologi dan politik semakin berkelindan, bahkan visi paling revolusioner bisa tumbang oleh kebijakan perdagangan yang tak terduga. Lalu, siapakah yang sebenarnya merintangi inovasi: pemerintah yang protektif atau pengusaha yang terlalu optimistis?

AI dan Dilema Aktor: Ketika Wajah Digital Tak Lagi Bisa Dikendalikan

0

Bayangkan wajah Anda tiba-tiba muncul dalam video propaganda politik atau iklan produk abal-abal tanpa izin. Itulah kenyataan pahit yang kini dialami puluhan aktor global setelah menjual lisensi wajah mereka ke perusahaan AI. Teknologi kloning digital yang awalnya dianggap sebagai sumber penghasilan tambahan, berubah menjadi mimpi buruk ketika citra mereka digunakan untuk konten meragukan—dan mereka tak bisa berbuat apa-apa.

Industri AI avatar berkembang pesat, menawarkan bayaran menggiurkan bagi aktor yang bersedia “menyewakan” ekspresi wajah dan suara. Namun, seperti diungkapkan dalam laporan AFP, banyak yang tak menyadari betapa longgarnya klausul kontrak hingga akhirnya menemukan diri mereka menjadi bintang iklan scam atau alat propaganda.

Kisah Connor Yeates, aktor asal Inggris, adalah contoh nyata. Ia menerima €4,600 (Rp77 juta) dari Synthesia—perusahaan AI video—saat sedang kesulitan finansial. Tiga tahun kemudian, wajah digitalnya muncul dalam video mendukung Presiden Burkina Faso yang berkuasa lewat kudeta. “Ini seperti menjual jiwa tanpa tahu konsekuensinya,” katanya kepada The Guardian.

deepfake

Dari Dokter Palsu hingga Politik: Penyalahgunaan yang Tak Terduga

Kasus serupa dialami Simon Lee, aktor Korea Selatan. Wajah AI-nya tiba-tiba menjadi dokter palsu di TikTok, merekomendasikan teh lemon untuk diet dan es batu untuk jerawat. “Kontrak saya justru melarang meminta penghapusan konten,” keluhnya. Padahal, seperti diungkap dalam artikel terkait, teknologi replika suara dan wajah AI seharusnya memberi kontrol lebih pada kreator.

Synthesia mengakui ada celah moderasi konten. “Beberapa video lolos dengan klaim berlebihan,” kata Alexandru Voica, kepala urusan korporat mereka. Perusahaan ini memungkinkan klien membuat video AI hanya dengan memilih wajah, bahasa, dan skrip—proses yang bisa dilakukan siapa saja dengan anggaran minim.

Kontrak “Abadi” yang Mengikat: Bahasa Hukum vs Pemahaman Artis

Alyssa Malchiodi, pengacara spesialis kontrak, membeberkan trik licik dalam perjanjian lisensi AI: “Klausul ‘perpetual and irrevocable’ berarti aktor kehilangan hak selamanya.” Bahasa hukum yang rumit sengaja dibuat agar artis—yang umumnya bukan ahli hukum—tak menyadari risiko.

Teknologi berkembang lebih cepat daripada regulasi. Sementara Hollywood mulai merespons lewat negosiasi dengan raksasa teknologi, aktor independen seperti Yeates dan Lee terjebak tanpa perlindungan. Mereka hanya punya dua pilihan: menerima kenyataan atau berperang hukum dengan biaya mahal.

A leopard stands on a forest path surrounded by dense greenery. Beside it, a smaller wildcat with a gray coat and white markings stands on the forest floor, also looking toward the camera.

Pelajaran pentingnya? Seperti diungkap dalam perkembangan teknologi terkini, kemajuan AI harus diimbangi dengan literasi digital dan perlindungan hukum. Sebelum menandatangani kontrak berbau “digital immortality”, pastikan Anda benar-benar paham arti setiap klausul—karena sekali wajah Anda menjadi milik algoritma, sulit untuk merebutnya kembali.

Google Photos Bakal Ubah Foto Biasa Jadi Ultra HDR, Begini Cara Kerjanya

0

Pernahkah Anda merasa foto lama di galeri terlihat datar dan kurang hidup? Google punya solusi revolusioner. Aplikasi Google Photos segera menghadirkan fitur yang mampu mengubah foto standar menjadi gambar Ultra HDR—format terbaru yang menjanjikan dinamika warna lebih kaya, highlight lebih terang, dan bayangan lebih dalam.

Ultra HDR bukan sekadar upgrade biasa. Format ini merupakan lompatan teknologi yang didukung natively oleh perangkat Android mulai versi 14 (API level 34). Menurut laporan Android Authority, teknologi ini menggunakan machine learning untuk menganalisis foto standar (SDR) lalu menghasilkan “gainmap” yang memperkaya rentang dinamis gambar.


“Slider Ultra HDR memungkinkan pengguna mengkonversi foto biasa menjadi gambar Ultra HDR dengan hasil yang lebih natural—kontras lebih tajam, warna lebih hidup, dan detail highlight yang sebelumnya tak terlihat,” jelas Google kepada PetaPixel. Yang menarik, fitur ini juga tersedia untuk foto-foto lama yang sudah ada di galeri Anda.

Mengapa Ultra HDR Begitu Spesial?

Berbeda dengan HDR konvensional, Ultra HDR menggunakan teknik encoding canggih yang mempertahankan ukuran file lebih kecil namun dengan kualitas visual jauh superior. Format ini secara khusus dirancang untuk layar kompatibel yang mampu menampilkan rentang luminositas 0-10,000 nits.

A smartphone displays the Google Photos logo and app name on its screen, with a colorful, blurred background of lights.

Pengguna yang sudah mencoba fitur ini melaporkan perubahan dramatis pada foto landscape maupun portrait. “Foto sunset yang sebelumnya terlihat redup tiba-tiba memiliki gradasi warna lebih halus antara langit dan awan,” tutur salah satu pengguna Pixel 8 Pro.

Ketersediaan dan Cara Menggunakan

Google mengonfirmasi update ini sedang diroll out bertahap untuk:

  • Google Pixel 7 dan seri lebih baru
  • Perangkat Android dengan dukungan Ultra HDR
  • Perangkat iOS dalam beberapa minggu mendatang

Fitur ini muncul sebagai slider baru di tab “Adjust” Google Photos, berada di antara opsi Contrast dan Tone. Selain konversi manual, fitur “Auto Enhance” juga akan otomatis meng-upgrade foto SDR ke Ultra HDR.

Masa Depan Fotografi Mobile

Kehadiran Ultra HDR menandai babak baru dalam fotografi digital. Dengan kemampuan meng-upgrade foto lama sekalipun, teknologi ini berpotensi mengubah cara kita mengarsipkan momen berharga. Namun perlu diingat, hasil optimal hanya terlihat pada layar yang mendukung Ultra HDR.

Sayangnya, update ini bersifat server-side, artinya pengguna harus menunggu giliran perangkat mereka mendapat akses. Bagi Anda yang penasaran, pastikan Google Photos selalu diperbarui dan bersabar menanti revolusi visual ini.