Beranda blog Halaman 173

Samsung XR Headset Bakal Rilis Tahun Ini? Dibocorin Goolge!

0

Telset.id – Setelah lama dinanti, headset extended reality (XR) pertama Samsung, Project Moohan, akhirnya mulai menunjukkan tanda-tanda peluncuran. Bocoran terbaru dari Google I/O 2025 mengindikasikan bahwa perangkat ini mungkin akan meluncur lebih cepat dari perkiraan sebelumnya. Apakah ini akhirnya kesempatan Samsung untuk bersaing dengan Apple Vision Pro?

Proyek yang pertama kali diungkap akhir tahun lalu ini sempat dikabarkan tertunda hingga 2026. Namun, jadwal sesi teknis Google I/O 2025 yang baru saja dirilis menyisipkan petunjuk menarik: Android XR akan menjadi fokus utama. Ini bisa menjadi sinyal kuat bahwa era headset Android siap dimulai—dengan Samsung sebagai pionirnya.

Google I/O 2025: Panggung Peluncuran Android XR?

google i/o 2025 technical session 22 android xr 3d content apps

Konferensi tahunan Google yang digelar pada 20-21 Mei mendatang akan menampilkan sesi khusus bertajuk “Android XR: Membangun Aplikasi Immersif”. Dalam deskripsinya, Google menyebutkan SDK Android XR akan dirilis untuk developer, sekaligus mengonfirmasi bahwa platform ini akan diluncurkan secara resmi tahun ini.

Menariknya, Samsung sebelumnya telah dikonfirmasi sebagai mitra pertama yang akan menggunakan Android XR. Dengan demikian, Project Moohan kemungkinan besar akan menjadi perangkat pertama yang mengusung sistem operasi ini. Seperti diungkap dalam artikel sebelumnya, headset ini dirancang untuk bersaing langsung dengan produk-produk premium seperti Apple Vision Pro dan Meta Quest Pro.

Seperti Apa Tampilan Project Moohan?

samsung xr headset project moohan android xr unpacked 2025

Bocoran dari YouTuber ternama MKBHD yang sempat mencoba prototipe awal mengungkap beberapa fitur menarik:

  • Desain premium dengan frame logam dan layar Micro OLED ber-refresh rate tinggi
  • Ditenagai oleh baterai eksternal untuk mengurangi bobot
  • Puluhan sensor dan kamera untuk pelacakan gerak presisi
  • Antarmuka Android XR yang mendukung navigasi gestur tangan

Yang tak kalah menarik, Gemini AI—asisten virtual Google—akan menjadi tulang punggung pengalaman pengguna. Kabarnya, semua aplikasi Android bisa berjalan di headset ini, meski aplikasi yang dioptimalkan khusus akan menawarkan pengalaman lebih imersif.

Kapan Peluncuran Resminya?

Meski Google menyebut peluncuran Android XR akan terjadi tahun ini, belum ada konfirmasi resmi dari Samsung. Spekulasi terbaru mengarah pada acara Samsung Unpacked 2025 yang biasanya digelar sekitar Agustus. Namun, bisa saja perusahaan memilih acara terpisah untuk memperkenalkan produk barunya ini.

Dengan persaingan di pasar XR yang semakin ketat, kehadiran Project Moohan bisa menjadi penyeimbang bagi dominasi Apple dan Meta. Apalagi, seperti diungkap dalam strategi AI Samsung belakangan ini, perusahaan asal Korea Selatan ini jelas serius membangun ekosistem perangkat pintar yang terintegrasi.

Satu hal yang pasti: jika bocoran ini akurat, tahun 2025 akan menjadi tahun yang sangat sibuk bagi penggemar teknologi imersif. Siapkah Anda menyambut era baru komputasi spasial?

Henry Blodget dan Kontroversi Pelecehan Seksual terhadap AI

0

Pernahkah Anda membayangkan memiliki kolega yang sepenuhnya diciptakan oleh kecerdasan buatan? Bagaimana jika Anda kemudian merasa tergoda untuk melecehkan secara seksual rekan kerja virtual tersebut? Itulah yang terjadi pada Henry Blodget, mantan CEO Business Insider, yang baru-baru ini menghebohkan dunia maya dengan pengakuannya yang tak terduga.

Blodget, seorang veteran industri media berusia 59 tahun, sedang membangun “kantor berita AI” untuk platform Substack-nya, Regenerator. Dengan bantuan teknologi generatif AI, ia menciptakan tim eksekutif fiktif, termasuk seorang bernama Tess Ellery—seorang “ahli” dalam membangun perusahaan media digital. Namun, alih-alih fokus pada pengembangan bisnis, Blodget justru terdistraksi oleh penampilan avatar AI-nya.

Jean-Christian Bourcart/Getty Images

Pelecehan Seksual terhadap AI: Batasan yang Kabur

Blodget mengaku terpesona oleh tampilan visual Tess Ellery. Dalam postingan blognya, ia menulis, “Ini mungkin tidak pantas dan tidak profesional untuk dikatakan… tetapi kamu terlihat cantik, Tess.” Ia kemudian mengklaim telah “menegur dirinya sendiri” secara HR-style karena menyadari bahwa komentar semacam itu tidak pantas di dunia nyata.

Reaksi di media sosial pun meledak. Banyak yang mempertanyakan moralitas Blodget, terutama mengingat latar belakangnya yang pernah terlibat skandal penipuan sekuritas pada era dot-com. “Apakah Anda bisa dipecat oleh HR AI Anda sendiri?” tanya seorang pengguna Bluesky sarkastik.

AI dan Normalisasi Pelecehan Seksual

Kasus Blodget bukanlah yang pertama. Pada 2022, aplikasi chatbot Replika dilaporkan digunakan untuk menciptakan “pacar virtual” yang kemudian dilecehkan secara verbal dan bahkan mengalami kekerasan simulasi. Fenomena ini mengkhawatirkan karena mencerminkan bagaimana teknologi dapat memperkuat perilaku buruk yang sudah ada di masyarakat.

Menurut laporan McKinsey dan Lean In (2024), 40% wanita di AS masih mengalami pelecehan seksual di tempat kerja—angka yang stagnan selama lima tahun terakhir. Dengan maraknya AI yang dipersonalisasi, apakah kita sedang menciptakan lingkungan baru untuk melanggengkan budaya toxic ini?

Jean-Christian Bourcart/Getty Images

Industri Media dan AI: Antara Inovasi dan Etika

Blodget mungkin hanya puncak gunung es. Banyak perusahaan media, termasuk Axel Springer (induk Business Insider), berlomba mengadopsi AI tanpa pertimbangan etika matang. Padahal, teknologi ini masih memiliki kelemahan fatal seperti “halusinasi” (output informasi palsu) yang berbahaya bagi industri berbasis fakta seperti jurnalisme.

Publik pun semakin skeptis. Survei menunjukkan penurunan kepercayaan terhadap konten berbasis AI. Lalu, mengapa para eksekutif seperti Blodget tetap nekat? Apakah ini sekadar euforia sementara atau tanda bahwa industri media sedang kehilangan arah?

Yang jelas, kasus ini mengingatkan kita bahwa teknologi secanggih apa pun tidak akan pernah menggantikan kebutuhan akan empati dan etika dasar. Seperti komentar seorang pengguna Bluesky: “Satu-satunya kesimpulan dari ini adalah Henry Blodget pasti pernah melecehkan wanita di sekitarnya.”

vivo V50 Lite Resmi Dirilis di Indonesia: Desain Tipis, Baterai Besar

0

Telset.id – Di tengah persaingan smartphone yang semakin ketat, vivo kembali menghadirkan solusi bagi pengguna yang menginginkan perangkat tipis namun tangguh. vivo V50 Lite resmi meluncur di seluruh Indonesia mulai hari ini, menawarkan kombinasi desain ramping 7,79mm dengan baterai berkapasitas besar 6500mAh. Dibanderol mulai Rp3,5 juta, apakah smartphone ini layak menjadi pilihan utama?

Kehadiran vivo V50 Lite seolah menjawab dilema klasik pengguna smartphone: memilih antara ketipisan atau ketahanan baterai. Dengan ketebalan hanya 7,79mm—lebih tipis dari kebanyakan pesaing di kelasnya—perangkat ini justru mengemas baterai berkapasitas 6500mAh. Sebuah pencapaian teknis yang patut diapresiasi, mengingat biasanya smartphone tipis mengorbankan kapasitas baterai.

Hidup Tanpa Khawatir Kehabisan Daya

Baterai besar saja tidak cukup jika tidak didukung teknologi pengisian cepat. vivo memahami betul kebutuhan ini dengan menyematkan 90W FlashCharge yang mampu mengisi 50% daya hanya dalam 24 menit. Fitur Zero-Power Superfast Startup-nya bahkan bisa menyalakan ponsel dari kondisi mati total dalam 3 detik—solusi tepat untuk situasi darurat.

Yang lebih mengesankan, vivo menjamin baterai V50 Lite mampu mempertahankan 80% kapasitasnya setelah 1.700 siklus pengisian. Artinya, dengan pemakaian normal, Anda tidak perlu khawatir baterai cepat rusak dalam 5 tahun ke depan. Perlindungan 24-Dimension Charging juga memastikan proses pengisian daya tetap aman dari risiko over-voltage atau panas berlebih.

Tangguh Layaknya Perangkat Militer

Untuk pengguna aktif yang sering bergerak dari satu tempat ke tempat lain, ketahanan fisik menjadi prioritas. vivo V50 Lite datang dengan sertifikasi ketahanan militer dan SGS 5-Star Drop Resistance. Struktur internalnya dilengkapi Tough Body Armor dan Diamond Anti-Drop Film yang mampu menyerap guncangan.

Bahkan tanpa casing, smartphone ini diuji tahan jatuh dari ketinggian 1,5 meter. Dengan casing khusus, ketahanannya meningkat hingga 1,7 meter. Sebuah jaminan yang memberi rasa percaya diri bagi pengguna yang sering mobilitas tinggi.

Harga dan Varian yang Kompetitif

vivo V50 Lite hadir dalam empat varian dengan harga yang cukup bersaing:

  • 4G (8/128GB): Rp3.599.000
  • 4G (8/256GB): Rp3.999.000
  • 5G (8/256GB): Rp4.599.000
  • 5G (12/512GB): Rp5.599.000

Fendy Tanjaya, Product Manager vivo Indonesia, menegaskan bahwa V50 Lite dirancang sebagai “life companion” yang memahami ritme hidup modern. “Ini bukan sekadar smartphone, tapi teman yang bisa diandalkan dari pagi hingga malam,” ujarnya dalam peluncuran resmi.

Bagi yang tertarik, vivo menyediakan berbagai kemudahan pembayaran termasuk cicilan 0% hingga 12 bulan melalui mitra seperti Home Credit, Kredivo, dan Spektra. Pembeli juga berkesempatan mendapatkan bonus Exclusive Gift Box berisi phone case dan aksesoris lainnya.

Program tukar tambah (trade-in) juga tersedia bekerja sama dengan Laku6 dan ENB, memudahkan pengguna yang ingin upgrade dari smartphone lama. Periode promo berlangsung hingga 30 September 2025, jadi Anda punya waktu cukup lama untuk mempertimbangkan.

Dengan semua keunggulan yang ditawarkan—desain tipis, baterai besar, ketahanan tinggi, dan harga kompetitif—vivo V50 Lite layak dipertimbangkan sebagai smartphone harian. Apalagi dengan garansi layar tambahan dan berbagai promo menarik yang menyertainya. Tertarik mencoba?

Xiaomi HyperOS 2.2: Bocoran Jadwal Rilis Resmi untuk Smartphone Flagship dan Mid-Range

0

Telset.id – Kabar gembira untuk pengguna Xiaomi! Setelah lama dinanti, akhirnya bocoran jadwal rilis HyperOS 2.2 terungkap secara tidak langsung melalui rencana peluncuran Xiaomi Camera 6. Sistem operasi terbaru Xiaomi ini akan membawa segudang peningkatan performa dan fitur baru. Namun, kapan tepatnya perangkat Anda akan menerima update ini?

HyperOS 2.2 dikabarkan akan datang pre-installed dengan Xiaomi Camera 6, aplikasi kamera anyar yang dijadwalkan rilis bertahap mulai pertengahan Mei. Jadwal ini memberikan petunjuk jelas tentang timeline update HyperOS 2.2 untuk berbagai seri smartphone Xiaomi. Berikut rinciannya berdasarkan informasi dari Xiaomi Time:

Gelombang Pertama: Flagship dan Model Terbaru (Pertengahan Mei – Pertengahan Juni)

Xiaomi tampaknya memprioritaskan perangkat flagship dan model terbaru untuk mendapatkan update HyperOS 2.2 terlebih dahulu. Daftar perangkat yang termasuk dalam gelombang pertama ini antara lain:

  • Xiaomi 15 Series (Xiaomi 15, 15 Pro, 15 Ultra)
  • Xiaomi 14 Series (Xiaomi 14, 14 Pro, 14 Ultra)
  • Xiaomi MIX Fold 4 dan MIX Flip
  • Redmi K80 Series (K80, K80 Pro)
  • Redmi K70 Series (K70, K70 Pro, K70 Ultra)
  • Redmi Note 14 Series (LTE/5G, Pro, Pro+ 5G)
  • Redmi Turbo 4

Xiaomi HyperOS 2.2

Bagi Anda yang memiliki Xiaomi 15 Series, kabar ini tentu sangat menggembirakan. Seri flagship terbaru Xiaomi ini tidak hanya unggul dalam hal hardware, tetapi juga akan segera menikmati optimasi software terbaik dari HyperOS 2.2.

Gelombang Kedua: Model Tahun Sebelumnya (Pertengahan Juni – Akhir Juli)

Untuk pengguna setia Xiaomi yang masih menggunakan perangkat tahun sebelumnya, jangan khawatir. HyperOS 2.2 juga akan datang untuk perangkat-perangkat berikut dalam gelombang kedua:

  • Xiaomi 13 Series (Xiaomi 13, 13 Pro, 13 Ultra)
  • Xiaomi 12 Series (Xiaomi 12, 12 Pro)
  • Xiaomi MIX Fold 3
  • Xiaomi Civi 4 Pro
  • Redmi K60 Series (K60, K60 Pro, K60 Ultra)
  • Redmi Note 13 Series (LTE/5G, Pro, Pro+)
  • Redmi Turbo 3

Meskipun daftar ini didasarkan pada jadwal rilis Xiaomi Camera 6, besar kemungkinan Xiaomi akan mengikuti timeline yang sama untuk rollout HyperOS 2.2. Namun, tentu saja kami akan terus memantau dan memberikan update resmi begitu informasi lebih lanjut tersedia.

Bagi Anda yang penasaran dengan fitur-fitur baru yang akan dibawa HyperOS 2.2, kabarnya update ini akan fokus pada peningkatan stabilitas sistem, optimasi baterai, dan beberapa tweak antarmuka pengguna. Selain itu, integrasi yang lebih baik dengan ekosistem perangkat Xiaomi juga menjadi salah satu poin utama pembaruan ini.

Jadi, apakah perangkat Anda termasuk dalam daftar penerima HyperOS 2.2? Pantau terus Telset.id untuk informasi terbaru seputar dunia teknologi, termasuk update resmi dari Xiaomi mengenai HyperOS 2.2.

iPhone 17 Bocoran Terbaru: Desain Ultra-Tipis dan Kamera Revolusioner

0

Telset.id – Jika Anda mengira Apple sudah kehabisan ide untuk iPhone terbarunya, bocoran terbaru tentang iPhone 17 mungkin akan mengubah pikiran Anda. Dummy unit dari seluruh lini iPhone 17—termasuk iPhone 17, 17 Air, 17 Pro, dan 17 Pro Max—telah muncul dalam foto grup, memberikan gambaran awal tentang desain yang akan datang. Ini adalah lanjutan dari bocoran sebelumnya yang menunjukkan cetakan logam dan dummy unit iPhone 17 Air yang disebut-sebut sebagai model paling tipis Apple sejauh ini.

Desain yang Mencuri Perhatian

Foto-foto terbaru menunjukkan dummy unit iPhone 17 dalam dua varian warna: hitam dan putih. Dalam susunan hitam, iPhone 17 standar berada di paling kiri, diikuti oleh 17 Air, 17 Pro, dan 17 Pro Max. Sementara itu, susunan putih membalik urutannya, dimulai dari 17 Pro Max hingga 17 standar. Meskipun ini hanya dummy unit yang kemungkinan digunakan untuk pengujian awal atau desain casing, mereka memberikan petunjuk kuat tentang estetika seragam yang akan diusung Apple.

Dummy unit iPhone 17 dalam warna hitam dan putih

Yang paling mencolok adalah iPhone 17 Air, yang dikabarkan memiliki ketebalan hanya 5,65 mm—menjadikannya iPhone paling tipis yang pernah dibuat Apple. Jika bocoran ini akurat, model ini bisa menjadi game-changer di pasar smartphone premium.

Spesifikasi yang Ditunggu

Meskipun Apple masih merahasiakan detail spesifikasinya, rumor yang beredar menyebutkan beberapa poin menarik:

  • Layar 6,7 inci untuk iPhone 17 Air, mengikuti tren layar besar.
  • Kamera tunggal di belakang untuk model Air, sementara Pro dan Pro Max kemungkinan akan dilengkapi dengan lensa telefoto periskop.
  • Chipset A19 untuk seluruh seri, dengan varian A19 Pro khusus untuk model Pro.

Peluncuran dan Ekspektasi

iPhone 17 series diperkirakan akan diluncurkan pada September 2025. Dengan desain yang lebih tipis dan kemungkinan peningkatan performa, seri ini diprediksi akan menjadi salah yang paling laris di pasaran. Namun, seperti yang diungkapkan dalam laporan sebelumnya, Apple juga menghadapi tantangan dalam manajemen inventori yang bisa memengaruhi ketersediaan produk.

Perbandingan ketebalan iPhone 17 Air dengan model lainnya

Bagi Anda yang penasaran dengan varian lain, kabarnya Apple juga sedang mempersiapkan iPhone 17e sebagai opsi lebih terjangkau. Namun, untuk saat ini, fokus utama tetap pada lini premium yang menjanjikan inovasi desain dan performa.

Dengan semakin banyaknya bocoran yang muncul, apakah iPhone 17 akan memenuhi ekspektasi? Kita tunggu saja kabar selanjutnya. Pastikan untuk mengikuti update terbaru di Telset.id!

Menilik Spesifikasi AMD Ryzen AI 300 Series, Prosesor Laptop dengan Kekuatan AI Terdepan

0

Telset.id – Bayangkan laptop yang tidak hanya cepat, tetapi juga cerdas seperti asisten pribadi. AMD Ryzen AI 300 Series hadir dengan janji itu, menggabungkan performa komputasi tinggi dan kecerdasan buatan (AI) yang revolusioner. Prosesor ini bukan sekadar upgrade biasa—ini adalah lompatan besar dalam dunia komputasi modern.

Kekuatan AI yang Tak Tertandingi

AMD Ryzen AI 300 Series adalah generasi ketiga dari lini prosesor AI AMD, dan ini membawa perubahan signifikan. Dibangun dengan arsitektur AMD XDNA 2, Neural Processing Unit (NPU) di dalamnya mampu mencapai 50 TOPS (Triliun Operasi Per Detik), tiga kali lipat lebih cepat dibanding generasi sebelumnya. Ini bukan hanya memenuhi standar Copilot+ PC dari Microsoft, tetapi melampaukannya dengan margin yang cukup besar.

Dengan NPU sekuat ini, laptop yang menggunakan Ryzen AI 300 Series dapat menangani beban kerja AI lokal dengan efisiensi tinggi. Mulai dari pengeditan foto berbasis AI, transkripsi suara real-time, hingga pengoptimalan alur kerja kreatif—semuanya berjalan lebih cepat tanpa perlu bergantung pada cloud. Privasi Anda pun terjaga karena data tidak perlu dikirim ke server luar.

Performa Komputasi dan Gaming yang Supercharged

Selain AI, AMD tidak mengabaikan kebutuhan komputasi tradisional. Prosesor ini hadir dengan hingga 8 core CPU berbasis arsitektur Zen 5 dan grafis RDNA 3.5 terbaru. Hasilnya? Kinerja multitasking yang mulus, rendering konten yang cepat, dan pengalaman gaming AAA yang memukau.

AMD Radeon 800M Graphics yang tertanam di dalamnya menjamin frame rate tinggi dan latensi rendah. Teknologi AMD Fluid Motion Frames (AFMF) 2 semakin memperhalus gerakan dalam game, sementara fitur Variable Graphics Memory memungkinkan pengaturan VRAM hingga 24GB—sesuatu yang sebelumnya mustahil di laptop ultrathin.

Model dan Spesifikasi Unggulan

  • AMD Ryzen AI 7 350: 8 core/16 thread, kecepatan hingga 5.0 GHz, grafis Radeon 860M, dan cache 24MB.
  • AMD Ryzen AI 5 340: 6 core/12 thread, kecepatan hingga 4.8 GHz, grafis Radeon 840M, dan cache 22MB.

Keduanya menawarkan efisiensi daya yang luar biasa dengan kisaran TDP 15-54W, membuatnya ideal untuk laptop premium dan ultrathin tanpa mengorbankan performa.

Mengapa Ini Penting untuk Masa Depan Komputasi?

AMD Ryzen AI 300 Series bukan hanya tentang angka—ini tentang pengalaman. Dengan dukungan Copilot+, laptop generasi berikutnya akan lebih responsif dan intuitif. Bayangkan asisten AI yang memahami kebiasaan kerja Anda, atau game yang beradaptasi dengan gaya bermain Anda. Semua ini menjadi mungkin berkat kekuatan pemrosesan lokal yang sebelumnya hanya ada di data center.

AMD saat ini menjadi satu-satunya yang menawarkan dukungan Copilot+ untuk laptop ultrathin dan gaming dengan grafis diskrit. Ini adalah langkah besar menuju era di mana AI dan komputasi tradisional bersatu tanpa kompromi.

Jadi, jika Anda mencari laptop yang tidak hanya cepat tetapi juga cerdas, AMD Ryzen AI 300 Series layak menjadi pertimbangan utama. Masa depan komputasi sudah ada di sini—dan AMD memimpin di garis depan.

AMD Ryzen AI 300 Series: Prosesor Terkuat untuk Era Komputasi AI

0

Telset.id – Jika Anda mengira prosesor laptop masa kini hanya sekadar tentang kecepatan clock dan jumlah core, bersiaplah untuk terkejut. AMD baru saja meluncurkan generasi terbaru prosesor mereka, AMD Ryzen AI 300 Series dan AMD Ryzen AI Max Series, yang tidak hanya mengubah standar performa tetapi juga membawa revolusi dalam komputasi berbasis kecerdasan buatan (AI).

Dalam dunia yang semakin didorong oleh AI, perangkat keras yang mampu menangani beban kerja kompleks menjadi kunci utama. Namun, tidak semua prosesor diciptakan sama. Banyak yang gagal memahami bahwa komputasi AI membutuhkan lebih dari sekadar daya pemrosesan—ia memerlukan efisiensi, keandalan, dan kemampuan khusus seperti Neural Processing Unit (NPU). Di sinilah AMD Ryzen AI 300 Series hadir sebagai jawaban.

Mengapa AI Membutuhkan Prosesor Khusus?

AI bukan lagi sekadar teknologi masa depan—ia sudah menjadi bagian dari keseharian kita, mulai dari pengeditan foto otomatis hingga asisten virtual yang cerdas. Namun, tantangan terbesar adalah memastikan perangkat Anda dapat menjalankan tugas-tugas AI tanpa lag atau overheating. AMD Ryzen AI 300 Series dirancang untuk mengatasi ini dengan menggabungkan tiga komponen kunci: CPU, GPU, dan NPU.

  • CPU Zen 5 & Zen 5c: Dengan konfigurasi hingga 12 core dan 24 thread, prosesor ini menawarkan performa multitasking yang mulus.
  • GPU Radeon 800M: Berbasis arsitektur RDNA 3.5, grafis terintegrasi ini memastikan pengalaman visual yang memukau, baik untuk gaming AAA maupun rendering konten.
  • NPU Terkuat di Dunia: Dedicated Neural Processor Unit memungkinkan komputasi AI berjalan secara lokal, tanpa bergantung pada cloud.

Revolusi Produktivitas dan Gaming

Bagi kreator konten, profesional, atau gamer, AMD Ryzen AI 300 Series bukan sekadar upgrade—ini adalah lompatan besar. Bayangkan mengedit video 4K dengan efek AI real-time tanpa jeda, atau bermain game dengan fitur upscaling berbasis AI yang membuat grafis terlihat lebih tajam. Bahkan, Armawati Cen dari AMD Indonesia menegaskan bahwa teknologi ini akan menjadi fokus utama di pasar retail Indonesia, khususnya untuk meningkatkan produktivitas dan pengalaman gaming.

Yang lebih menarik, prosesor ini juga hadir dalam varian AMD Ryzen AI Max Series, yang dirancang untuk notebook tipis dan ringan tanpa mengorbankan performa. Jadi, apakah Anda seorang desainer grafis, programmer, atau gamer hardcore, ada opsi yang sesuai dengan kebutuhan.

Masa Depan Komputasi AI Ada di Tangan Anda

Dengan dukungan penuh dari AMD, era di mana AI hanya bisa diakses melalui server cloud telah berakhir. Sekarang, Anda dapat menjalankan model AI canggih langsung di laptop pribadi, dengan keamanan dan kecepatan yang lebih baik. Tidak heran jika AMD Ryzenâ„¢ AI 300 Series disebut-sebut sebagai prosesor paling revolusioner tahun ini.

Jadi, apakah Anda siap memasuki era baru komputasi AI? Satu hal yang pasti: dengan AMD Ryzen AI 300 Series, masa depan sudah ada di sini.

YouTube Capai 20 Miliar Video Unggahan dalam 20 Tahun

0

Telset.id – Bayangkan sebuah platform yang dimulai dari ide sederhana di sebuah pesta makan malam, kini menjadi raksasa digital dengan lebih dari 20 miliar video diunggah dalam dua dekade. YouTube, yang dulu hanya dianggap sebagai tempat untuk video amatir, sekarang bersaing ketat dengan televisi tradisional.

Pada 23 April 2005, Jawed Karim mengunggah video pertama berjudul “Me at the Zoo” — klip 19 detik yang kini ditonton 348 juta kali. Dua puluh tahun kemudian, YouTube telah berkembang menjadi ekosistem konten global dengan 20 juta video baru setiap hari, mulai dari konser, podcast, hingga tutorial dan iklan politik.

Seluncuran di kantor YouTube di San Bruno, California, yang mencerminkan semangat awal platform ini

Dari Gagasan Sederhana ke Ancaman bagi Televisi

Didirikan oleh mantan karyawan PayPal — Steve Chen, Chad Hurley, dan Jawed Karim — YouTube awalnya hanya dianggap sebagai platform berbagi video casual. Namun, dengan akuisisi Google senilai $1,65 miliar pada 2006, YouTube mendapatkan sumber daya untuk berkembang pesat.

Ross Benes, analis eMarketer, menyatakan, “20 tahun lalu, mustahil membayangkan situs dengan video parodi anak-anak bisa mengancam Disney, ABC, atau CBS.” Kini, YouTube memiliki lebih dari 2,5 miliar penonton global dan 100 juta pelanggan layanan premiumnya. Bahkan, diprediksi dalam dua tahun ke depan, YouTube akan melampaui jumlah pelanggan TV kabel di AS.

Evolusi dan Tantangan YouTube

YouTube tidak hanya mengubah cara kita menonton, tetapi juga bagaimana konten dibuat dan dimonetisasi. Dengan model berbagi pendapatan, platform ini melahirkan generasi kreator baru. Namun, perjalanannya tidak mulus. Masalah pelanggaran hak cipta dan konten tidak pantas yang direkomendasikan ke anak-anak sempat menjadi tantangan besar.

Kini, YouTube bersaing dengan Netflix, Disney+, dan TikTok. Untuk memperkuat posisinya, YouTube berencana meningkatkan pengalaman menonton di TV dengan pembaruan fitur musim panas ini. Menurut Google, pengguna global menonton lebih dari satu miliar jam konten YouTube di TV setiap hari.

Seperti yang terjadi pada 10 Video YouTube Paling Populer di Tahun 2017, tren konten terus berubah. Namun, satu hal tetap sama: YouTube telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan digital kita.

Big Tech vs Media: Perlukah Jurnalisme Diperbarui di Era Digital?

0

Telset.id – Bayangkan hidup sehari-hari tanpa Google, Facebook, atau smartphone. Mustahil? Itulah kekuatan Big Tech—Amazon, Apple, Alphabet (Google), Meta (Facebook), dan Microsoft—yang telah menyusup ke setiap aspek kehidupan kita, mulai dari kesehatan, pendidikan, hingga politik. Namun, siapa yang mengawasi raksasa-raksasa ini ketika mereka terus melangkah lebih cepat daripada regulasi?

Alexandra Schwinges, peneliti dari University of Amsterdam, meneliti peran media dalam mengawasi Big Tech. Hasilnya? Jurnalisme perlu “software update” untuk tetap relevan sebagai “penjaga demokrasi”.

Kesenjangan Akuntabilitas: Ketika Regulasi Tertinggal

Big Tech bukan sekadar perusahaan teknologi—mereka adalah penyedia layanan yang hampir tak tergantikan. Lobi mereka yang kuat dan jangkauan global membuat pemerintah kesulitan mengatur aktivitas mereka. Schwinges menyebut ini sebagai “accountability gap”, di mana kekuatan sosial perusahaan jauh melampaui pengawasan hukum.

“Kita baru benar-benar menyadari skala kekuatan Big Tech belakangan ini,” kata Schwinges. “Kehadiran CEO Big Tech di pelantikan Donald Trump dan peran Elon Musk dalam pemerintahan AS membuka mata banyak orang.”

Apple sebagai salah satu raksasa Big Tech

Media vs Big Tech: Pertarungan Narasi

Media diharapkan menjadi pengawas, tetapi kenyataannya lebih rumit. Publik menuntut jurnalisme yang kritis, namun kepercayaan terhadap media menurun ketika harapan ini tak terpenuhi. Di sisi lain, jurnalis menghadapi tantangan besar: ketergantungan pada sumber ahli, kompleksitas topik, dan prioritas editorial.

“Sulit bagi jurnalis,” jelas Schwinges. “Mereka harus memahami teknologi dan kebijakan secara mendalam, sementara waktu dan sumber daya terbatas.”

Big Tech juga pandai membentuk narasi. Mereka memposisikan diri sebagai “penjaga kepentingan publik” dengan jargon seperti “hak dasar atas internet”. Sayangnya, media sering mengulang framing ini, memperkuat citra positif mereka.

Jurnalisme Abad 21: Kolaborasi atau Kalah

Schwinges menyarankan tiga langkah penting:

  • Data Journalism: Lebih banyak pelaporan berbasis data untuk mengungkap praktik tersembunyi Big Tech.
  • Kolaborasi Lintas Batas: Media nasional harus bekerja sama menghadapi perusahaan global.
  • Kemitraan Multipihak: Jurnalis, akademisi, dan pembuat kebijakan perlu bersinergi.

Tanpa perubahan ini, demokrasi bisa terancam. Seperti yang terjadi dalam kasus penggunaan teknologi pengenalan wajah di sekolah, teknologi tanpa pengawasan berisiko melanggar privasi.

Di Indonesia, di mana penetrasi digital meningkat pesat seperti dibahas dalam artikel IoT Merubah Inovasi Dunia Usaha, peran media sebagai pengawas semakin krusial. Apakah jurnalisme siap menjalankan tugas barunya?

AI MIT Hadirkan Tekstur Taktil untuk Objek 3D dengan Teknologi Baru

0

Telset.id – Bayangkan Anda bisa merasakan tekstur kayu atau batu hanya dengan menyentuh objek hasil cetak 3D. Mimpi ini kini semakin nyata berkat terobosan terbaru dari Massachusetts Institute of Technology (MIT). Para peneliti di Computer Science and Artificial Intelligence Laboratory (CSAIL) MIT telah mengembangkan sistem bernama TactStyle yang memungkinkan replikasi tekstur taktil melalui kecerdasan buatan (AI).

Selama ini, industri 3D modeling lebih fokus pada aspek visual seperti warna dan bentuk. Padahal, elemen taktil seperti kekasaran permukaan atau pola tekstur merupakan bagian penting dalam pengalaman manusia berinteraksi dengan objek fisik. TactStyle hadir untuk menjembatani kesenjangan ini dengan teknologi yang mampu menangkap dan mereproduksi karakteristik taktil dari sebuah gambar.

Revolusi dalam Dunia Cetak 3D

Faraz Faruqi, Ph.D. student MIT yang memimpin penelitian ini, menjelaskan bahwa TactStyle bekerja dengan memisahkan proses stylization visual dan geometris. “Sistem kami menggunakan AI untuk menerjemahkan gambar tekstur menjadi heightfield – representasi digital dari mikrogeometri permukaan,” jelas Faruqi.

Researchers generate tactile textures with generative AI for digital fabrication

Teknologi ini berbeda dengan metode tradisional yang memerlukan sensor fisik seperti GelSight untuk menangkap tekstur permukaan. TactStyle justru memanfaatkan generative AI untuk membuat heightfield langsung dari gambar tekstur, menyederhanakan proses secara signifikan.

Aplikasi Praktis di Berbagai Bidang

Potensi aplikasi TactStyle sangat luas. Dalam dunia desain produk, teknologi ini memungkinkan prototyping cepat dengan berbagai variasi tekstur. Faruqi memberikan contoh: “Anda bisa mencetak stand headphone dengan tekstur kayu asli atau batu alam hanya dengan mengunggah gambar tekstur yang diinginkan.”

Bidang pendidikan juga akan diuntungkan. TactStyle memungkinkan pembuatan alat peraga taktil untuk mempelajari berbagai konsep, mulai dari biologi hingga geologi, tanpa perlu memiliki sampel fisik aslinya. “Siswa bisa merasakan tekstur daun tropis atau batuan vulkanik meskipun sekolah mereka berada di tengah kota,” tambah Faruqi.

Masa Depan Teknologi Taktil

Tim MIT tidak berhenti di sini. Mereka berencana mengembangkan TactStyle lebih jauh dengan menambahkan kemampuan generative AI untuk menciptakan model 3D baru dengan tekstur bawaan. Yang lebih menarik, mereka sedang meneliti kemungkinan menciptakan “ketidakcocokan visuo-haptik” – misalnya objek yang terlihat seperti marmer tetapi terasa seperti kayu.

Inovasi ini bisa merevolusi berbagai industri, mulai dari desain produk hingga hiburan. Bayangkan karakter CGI dalam film yang tidak hanya terlihat nyata, tetapi juga memiliki tekstur kulit yang bisa dirasakan. Atau produk elektronik seperti smartphone tahan air dengan genggaman yang disesuaikan secara personal.

Dengan perkembangan seperti TactStyle, batas antara dunia digital dan fisik semakin kabur. Teknologi ini tidak hanya mengubah cara kita berinteraksi dengan objek cetak 3D, tetapi juga membuka pintu bagi pengalaman multisensori yang sebelumnya mustahil.

Robot Cacing Tanpa Kaki Ini Bisa Melompat Setinggi Ring Basket!

0

Telset.id – Bayangkan sebuah robot kecil sepanjang 5 inci (sekitar 12 cm) yang tidak memiliki kaki, namun mampu melompat setinggi 3 meter – hampir setinggi ring basket! Inilah terobosan terbaru dari para insinyur di Georgia Institute of Technology yang terinspirasi oleh gerakan cacing nematoda.

Robot cacing tanpa kaki melompat setinggi ring basket

Robot bernama SoftJM (Soft Jumping Model) ini dibuat dari batang silikon yang diperkuat dengan tulang punggung serat karbon. Yang menakjubkan, robot ini tidak menggunakan mekanisme pegas konvensional atau kaki untuk melompat, melainkan meniru gerakan memuntir dan melepaskan diri seperti yang dilakukan nematoda di alam.


Belajar dari Master Pelompat Miniatur

Nematoda, atau cacing gelang, adalah organisme mikroskopis yang tersebar luas di berbagai lingkungan. Beberapa spesies dikenal sebagai parasit berbahaya, sementara yang lain justru dimanfaatkan petani sebagai pengendali hama alami. Yang menarik, nematoda memiliki kemampuan melompat yang luar biasa untuk ukurannya yang kecil.

Dengan menggunakan kamera berkecepatan tinggi, para peneliti mengamati bagaimana nematoda menggerakkan tubuhnya. Untuk melompat ke belakang, nematoda mengangkat kepalanya dan membentuk gulungan ketat di tengah tubuhnya – mirip posisi orang yang sedang berjongkok. Ketika tegangan ini dilepaskan tiba-tiba, cacing akan terlempar ke belakang seperti gerakan salto.

Fisika di Balik Lompatan Spektakuler

Tim peneliti menemukan bahwa nematoda menggunakan prinsip “kinking” atau pembengkokan untuk menyimpan energi elastis. Mirip seperti balon berisi air, tubuh nematoda berfungsi sebagai hidroskeleton dengan kutikula luar yang keras. Pembengkokan ini memungkinkan nematoda menyimpan energi lebih banyak tanpa melebihi batas kekuatan ototnya.

“Dengan meniru strategi unik nematoda dalam membentuk, membengkokkan, dan melepaskan gulungan ketat, kami dapat menciptakan robot yang mampu melakukan lompatan efektif bahkan di permukaan tidak stabil seperti pasir,” jelas Sunny Kumar, peneliti utama dari Georgia Tech.

Masa Depan Robotika Lunak

Penemuan ini membuka babak baru dalam pengembangan robot lunak (soft robotics). Berbeda dengan robot konvensional yang kaku, robot lunak memiliki fleksibilitas dan kemampuan adaptasi yang lebih baik di lingkungan tak terduga.

Potensi aplikasinya sangat luas – mulai dari misi pencarian dan penyelamatan di daerah bencana, eksplorasi permukaan planet lain, hingga perangkat medis yang bisa bergerak di dalam tubuh manusia. Seperti yang ditunjukkan dalam robot humanoid yang berlari maraton, dunia robotika terus mengejar kemampuan gerak yang semakin alami.

Penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal Science Robotics, menandai terobosan signifikan dalam bidang bio-inspired robotics. Dengan pendekatan ini, mungkin tak lama lagi kita akan melihat generasi baru robot yang bisa melompat, merayap, dan beradaptasi seperti makhluk hidup sesungguhnya.

Daydreamers: Film Vampir Vietnam yang Menyegarkan dengan Visual Memukau

0

Pernahkah Anda merasa jenuh dengan film vampir yang selalu berkutat di Eropa atau Amerika? Daydreamers hadir sebagai angin segar dari Vietnam, membawa narasi vampir yang familiar namun dikemas dengan gaya visual yang memikat dan pemeran yang memesona. Film ini tidak hanya menawarkan pertarungan klan vampir, tetapi juga eksplorasi filosofis tentang makna hidup dan kematian.

Dibandingkan dengan film vampir Hollywood yang sudah terlalu sering kita saksikan, Daydreamers menawarkan perspektif baru dengan latar Ho Chi Minh City yang dipenuhi neon. Film ini mengisahkan dua kelompok vampir yang bertolak belakang: satu kelompok berusaha menjadi manusia kembali dengan menahan diri dari membunuh, sementara kelompok lain menikmati kehidupan abadi dengan gaya hidup hedonis.

Di tengah konflik tersebut, ada kisah persaudaraan antara Nhat (Tran Ngoc Vang) dan Marco (Thuan Nguyen), yang terpisah oleh pilihan hidup mereka. Film ini juga menyisipkan romansa terlarang antara Nhat dan Ha (Trinh Thao), meskipun chemistry mereka kurang terasa. Justru, hubungan antara Marco dan ratu vampir Trieu (Chi Pu) lebih menarik perhatian.

Visual Neon dan Gaya yang Memikat

Daydreamerslovers 2

Film ini mengambil latar malam dengan dominasi warna neon, menciptakan atmosfer yang glamor sekaligus gelap. Adegan klub vampir menjadi salah satu sorotan, meskipun tidak sehumor What We Do in the Shadows. Daydreamers lebih serius dalam menyajikan dunia vampirnya, mungkin karena Vietnam belum terlalu sering mengeksplorasi genre ini.

Aturan Vampir yang Unik

Seperti film vampir lainnya, Daydreamers memiliki aturan sendiri. Vampir di sini bisa mati dengan senjata perak, tusukan jantung, atau paparan sinar matahari. Namun, ada kebingungan dalam penjelasan tentang larangan membunuh manusia versus prinsip “jangan tinggalkan saksi”. Meski begitu, konflik moral Nhat sebagai vampir yang ingin kembali menjadi manusia menjadi inti cerita yang menarik.

Pemeran yang Mencuri Perhatian

Daydreamersbike

Chi Pu sebagai Trieu tampil memukau dengan karisma alaminya. Sayangnya, film tidak cukup mengeksplorasi karakternya. Sementara itu, chemistry antara Nhat dan Ha terasa dipaksakan, meskipun mereka harus saling melindungi dalam waktu singkat.

Film ini akan tayang di bioskop terpilih mulai 2 Mei dan tersedia di platform VOD pada 3 Juni. Jika Anda mencari film vampir dengan nuansa berbeda, Daydreamers layak dicoba.