Beranda blog Halaman 150

AI Bisa Hapus 50% Pekerjaan Entry-Level, Benarkah?

0

Pernahkah Anda membayangkan dunia di mana separuh pekerjaan entry-level tiba-tiba lenyap? Dario Amodei, salah satu pendiri Anthropic, perusahaan AI bernilai miliaran dolar, memprediksi hal itu akan terjadi lebih cepat dari yang kita duga. Dalam wawancara dengan Axios, Amodei mengungkapkan bahwa teknologi AI yang dikembangkannya mampu menciptakan “kemungkinan tak terbayangkan”—baik positif maupun negatif. Dan salah satu dampak terbesarnya? Penggantian massal pekerja manusia oleh mesin.

Prediksi ini bukan sekadar ramalan tanpa dasar. Amodei, yang juga mantan peneliti OpenAI, menggambarkan krisis tenaga kerja dalam empat tahap. Pertama, perusahaan seperti OpenAI, Google, dan Anthropic akan terus menyempurnakan model bahasa besar (LLM) hingga mampu mengungguli kinerja manusia dalam berbagai tugas. Pemerintah, sibuk dengan persaingan global seperti China, dianggap akan abai terhadap regulasi AI. Sementara pekerja biasa, tanpa disadari, tiba-tiba menghadapi penggantian oleh AI hampir dalam semalam. “Publik baru menyadarinya ketika semuanya sudah terlambat,” ujarnya.

Masa Depan Ekstrem: 10% Pertumbuhan Ekonomi, 20% Pengangguran

Amodei bahkan menyodorkan skenario ekstrem: bagaimana jika AI berhasil menyembuhkan kanker, mendongkrak pertumbuhan ekonomi hingga 10% per tahun, sekaligus membuat 20% populasi kehilangan pekerjaan? “Kami, sebagai pembuat teknologi ini, punya kewajiban untuk jujur tentang apa yang akan datang,” tegasnya. Namun, pertanyaan besar muncul: jika ancaman ini nyata, mengapa Amodei tidak menghentikan Anthropic dan beralih ke upaya pencegahan?

Di balik narasi mengerikan ini, ada celah yang patut dipertanyakan. Meski perusahaan AI terus mengklaim peningkatan kemampuan LLM, faktanya model terbaru justru semakin rentan terhadap halusinasi, kesalahan generalisasi, dan ketergantungan berlebihan pada data pelatihan. Belum lagi hukum diminishing returns; peningkatan efisiensi AI di dunia kerja saat ini masih sangat minim, dan kemajuan berikutnya mungkin akan semakin lambat.

AI atau Hype? Siapa yang Sebenarnya Mengancam Pekerja?

Fenomena menarik justru terjadi di balik layar. Ketakutan akan AI sering kali dipicu oleh narasi industri teknologi sendiri—bukan oleh bukti nyata. Amodei dan rekan-rekannya, yang memiliki kepentingan finansial dan politik, secara aktif mendorong cerita tentang AI supercerdas. Alih-alih memicu kewaspadaan, hal ini malah membuat regulator AS justru menyerahkan kendali ke perusahaan teknologi untuk “mengatur diri sendiri”.

Ironisnya, kelompok yang paling rentan terhadap dampak AI bukanlah para eksekutif, melainkan pekerja kelas menengah ke bawah—mereka yang sudah menghadapi diskriminasi di pasar tenaga kerja. Jika ada gelombang PHK akibat AI saat ini, pemicunya lebih pada hype ketimbang kemampuan teknologi yang sesungguhnya. Seperti dikutip dalam laporan terbaru, beberapa perusahaan terburu-buru memangkas posisi manusia hanya karena tergoda janji efisiensi AI.

Lalu, bagaimana sebaiknya menyikapi prediksi Amodei? Daripada panik, ada baiknya kita mempertanyakan motif di balik narasi tersebut. Jika Anda ingin tetap relevan di era AI, mulailah dengan mempelajari tools yang benar-benar bermanfaat, seperti game simulasi untuk melatih keterampilan atau konten kreatif sebagai alternatif pengembangan diri. Bagaimanapun, masa depan tenaga kerja tak sepenuhnya ditentukan oleh mesin—tapi oleh kesiapan kita beradaptasi.

Lensa Kontak Revolusioner: Lihat dalam Gelap Tanpa Baterai

0

Bayangkan bisa melihat dalam kegelapan total seperti karakter dalam film sci-fi. Kini, itu bukan lagi khayalan. Para ilmuwan dari University of Science and Technology of China telah menciptakan lensa kontak yang memungkinkan penggunanya melihat cahaya inframerah — tanpa perlu sumber daya eksternal. Teknologi ini tidak hanya mengubah cara kita berinteraksi dengan lingkungan, tetapi juga membuka pintu bagi berbagai aplikasi praktis, mulai dari membantu orang buta warna hingga operasi rahasia.

Dalam makalah yang diterbitkan di jurnal Cell, tim peneliti menjelaskan bagaimana mereka menggunakan nanopartikel untuk mengubah cahaya inframerah — yang biasanya tidak terlihat oleh mata manusia — menjadi cahaya tampak. Uji coba pada tikus dan manusia menunjukkan bahwa lensa ini memungkinkan penggunanya melihat berbagai panjang gelombang inframerah, bahkan dengan mata tertutup. “Penelitian kami membuka potensi perangkat wearable non-invasif untuk memberikan ‘penglihatan super’ kepada manusia,” kata Tian Xue, neuroscientist senior yang terlibat dalam proyek ini.

Lensa kontak ini bukan sekadar alat untuk melihat dalam gelap. Mereka juga dapat digunakan untuk menerima data nirkabel melalui sinyal inframerah yang berkedip, membuka peluang baru di bidang keamanan, penyelamatan, dan enkripsi. “Ada banyak aplikasi potensial untuk material ini,” tambah Xue. “Misalnya, sinyal inframerah yang berkedip dapat digunakan untuk mengirim informasi rahasia dalam situasi darurat atau operasi khusus.”

Bagaimana Cara Kerjanya?

Lensa ini menggunakan nanopartikel khusus yang mampu mengubah spektrum cahaya inframerah menjadi panjang gelombang yang dapat dideteksi oleh mata manusia. Dalam percobaan, partisipan manusia mampu mengenali sinyal inframerah yang berkedip dalam pola seperti kode Morse. “Tanpa lensa kontak, subjek tidak bisa melihat apa pun. Tapi begitu memakainya, mereka bisa jelas melihat kedipan cahaya inframerah,” jelas Xue. Bahkan, kemampuan deteksi meningkat saat mata tertutup karena cahaya inframerah lebih mudah menembus kelopak mata dibandingkan cahaya tampak.

Membantu Orang Buta Warna

Tim peneliti tidak berhenti di situ. Mereka menyempurnakan nanopartikel agar panjang gelombang inframerah yang berbeda muncul sebagai warna berbeda, memungkinkan pengguna membedakannya. Ini membuka kemungkinan untuk membantu orang buta warna mengenali warna yang sebelumnya tidak terlihat oleh mereka. “Dengan mengubah cahaya merah menjadi hijau, teknologi ini bisa membuat yang tak terlihat menjadi terlihat bagi mereka yang buta warna,” kata Xue.

Keterbatasan dan Masa Depan

Meski menjanjikan, teknologi ini belum sempurna. Lensa saat ini belum bisa menangkap detail halus, dan masih ada ketidakjelasan apakah pengguna bisa melihat objek yang diterangi inframerah atau hanya sumber cahayanya. Namun, tim peneliti optimistis. “Ke depan, dengan kolaborasi ahli material dan optik, kami berharap bisa membuat lensa kontak dengan resolusi spasial lebih presisi dan sensitivitas lebih tinggi,” ujar Xue.

Teknologi ini bisa menjadi terobosan besar dalam dunia wearable tech, sejalan dengan perkembangan perangkat seperti smartphone berkamera canggih atau gadget kesehatan. Jika berhasil disempurnakan, lensa kontak inframerah ini tidak hanya akan mengubah cara kita melihat dunia, tetapi juga membuka pintu bagi inovasi yang sebelumnya hanya ada dalam imajinasi.

WhatsApp Perkenalkan Fitur Baru untuk Status: Kolase, Musik, dan Stiker

0

Telset.id – WhatsApp akan segera menghadirkan sejumlah fitur baru untuk Status, termasuk kolase foto, klip musik, dan stiker interaktif. Fitur ini diperkenalkan sebagai bagian dari upaya Meta untuk memperkaya pengalaman pengguna dalam berbagi momen sehari-hari.

Menurut pengumuman resmi Meta, fitur Status WhatsApp kini memungkinkan pengguna membuat kolase hingga enam foto dengan tata letak yang dapat disesuaikan. Selain itu, klip musik dari library aplikasi bisa diposting sebagai Status, dengan durasi 15 detik untuk foto dan 60 detik untuk video.

Yang menarik, klip musik ini bisa diubah menjadi stiker untuk menambah kesan musikal pada Status. Pengguna juga bisa membagikan lagu secara utuh sebagai Status mandiri. Fitur baru lainnya adalah stiker “Add Yours” yang mengajak teman untuk merespons Status dengan foto mereka sendiri.

Fitur kolase foto memungkinkan pengguna menggabungkan beberapa gambar dalam satu frame dengan berbagai pilihan tata letak. Sementara itu, foto biasa kini bisa diubah menjadi stiker yang bisa disesuaikan ukuran dan bentuknya sebelum diposting ke Status.

Sejak Maret lalu, WhatsApp sudah memperkenalkan fitur musik untuk Status. Kini, platform tersebut memperluas fungsionalitas tersebut dengan opsi stiker musik dan pembagian lagu lengkap. Fitur ini mirip dengan yang sudah tersedia di Instagram dan Facebook.

Meta menyatakan bahwa fitur-fitur baru ini akan mulai diluncurkan dalam waktu dekat dan akan tersedia secara luas dalam beberapa bulan mendatang. Pembaruan ini menunjukkan komitmen WhatsApp untuk terus mengembangkan fitur Status yang bersaing dengan Stories di platform media sosial lainnya.

Sebelumnya, WhatsApp juga telah menguji berbagai fitur baru untuk Status, termasuk fitur mention grup dan indikator balasan Status. Perkembangan ini menunjukkan bahwa WhatsApp semakin fokus pada fitur berbagi konten sementara, mengikuti tren yang populer di kalangan pengguna media sosial.

iQOO 15 Bocor: Layar 2K dan Baterai 7.000mAh

0

Telset.id – iQOO 15 dikabarkan akan menjadi penerus iQOO 13 dengan sejumlah peningkatan signifikan. Menurut bocoran terbaru dari Digital Chat Station, ponsel ini akan dilengkapi layar 6,85 inci beresolusi 2K buatan Samsung.

Layar tersebut diduga menggunakan panel LTPO AMOLED dengan teknologi LIPO (Low Injection Pressure Overmolding) untuk mengurangi bezel. Selain itu, iQOO 15 juga diprediksi membawa modul kamera periskop, sebuah peningkatan dari lensa telefoto 2x pada pendahulunya.

iQOO 15 screen and camera specs tipped

Sebelumnya, iQOO 13 menjadi salah satu ponsel pertama yang menggunakan chipset Snapdragon 8 Gen Elite saat diluncurkan Oktober lalu. iQOO 15 diperkirakan akan dirilis sekitar waktu yang sama tahun ini, mengikuti pola rilis tahunan merek tersebut.

Bocoran lain menyebutkan bahwa iQOO 15 akan didukung baterai berkapasitas besar 7.000mAh. Jika benar, ini akan menjadi salah satu baterai terbesar di kelas flagship Android saat ini.

Sebagai bagian dari vivo, iQOO dikenal menghadirkan ponsel dengan performa tinggi dan fitur gaming. Peluncuran iQOO 15 akan bersaing ketat dengan flagship lain di akhir tahun 2025, termasuk seri baru dari merek seperti iQOO Neo 10R yang baru saja dirilis di India.

Informasi lebih lanjut tentang spesifikasi dan harga iQOO 15 diharapkan muncul dalam beberapa bulan mendatang seiring mendekatnya waktu peluncuran.

Infinix Xpad 20 Resmi: Tablet 11 Inci dengan Baterai 7.000mAh dan AI

0

Telset.id – Infinix memperkenalkan Xpad 20, tablet Android terbaru dengan layar 11 inci dan baterai besar 7.000mAh. Perangkat ini hadir dengan dukungan AI canggih, termasuk asisten Folax berbasis ChatGPT dan fitur penerjemahan untuk teks, suara, gambar, serta dokumen.

Xpad 20 juga dilengkapi dengan alat pemrograman AI yang memungkinkan pengguna membuat website, game, dan aplikasi langsung dari tablet. Alat ini didukung oleh Replit, platform coding berbasis cloud. Infinix belum mengumumkan harga dan ketersediaan tablet ini di pasaran.

Infinix Xpad 20 debuts with 11” LCD, AI smarts and 7,000mAh battery

Spesifikasi Lengkap Infinix Xpad 20

Tablet ini mengusung layar IPS LCD 11 inci dengan resolusi FHD+ dan refresh rate 90Hz. Di sektor kamera, Xpad 20 memiliki kamera depan 5MP untuk panggilan video dan kamera belakang 8MP dengan LED flash. Performanya didukung chipset MediaTek Helio G88.

Xpad 20 tersedia dalam beberapa varian RAM dan penyimpanan, yakni 4GB/6GB/8GB RAM dan 128GB/256GB storage. Pengguna juga bisa memperluas penyimpanan via microSD dan menggunakan konektivitas seluler berkat slot nano SIM.

Fitur Unggulan dan Warna Tersedia

Daya tahan baterai menjadi salah satu keunggulan Xpad 20. Dengan kapasitas 7.000mAh, tablet ini mendukung pengisian daya 10W dan fitur reverse charging via OTG. Infinix menyediakan pilihan warna Stellar Grey, Forest Green, Dreamy Purple, dan Rising Red.

Sebagai bagian dari lini produk Infinix, Xpad 20 hadir sebagai alternatif lebih terjangkau dibanding Xpad GT yang berfokus pada segmen gaming. Peluncuran ini memperkuat portofolio Infinix di pasar tablet Android.

Infinix Xpad 20 debuts with 11” LCD, AI smarts and 7,000mAh battery

Dengan kombinasi fitur AI, baterai besar, dan layar berkualitas, Xpad 20 siap bersaing di segmen tablet menengah. Namun, Infinix masih belum memberikan informasi resmi mengenai harga dan tanggal rilisnya di berbagai negara.

Huawei Kembangkan Chip 3nm Tanpa EUV, Produksi Dimulai 2026

0

Telset.id – Huawei dikabarkan sedang mengembangkan lini produksi chip 5nm tanpa menggunakan mesin lithography EUV. Bahkan, perusahaan asal China itu sudah memasuki tahap riset untuk chip 3nm dengan rencana produksi dimulai pada 2026, menurut laporan UDN.

Kendala utama Huawei adalah ketidakmampuan menggunakan teknologi EUV standar yang dipatenkan oleh perusahaan Belanda, ASML. Larangan ekspor terhadap Huawei membuat perusahaan tersebut beralih ke mesin lithography SSA800 dengan teknologi multi-patterning buatan Shanghai Micro Electronics (SMEE).

Huawei plans to build 3nm chip in 2026

Pengembangan chip 3nm Huawei dilakukan melalui dua pendekatan berbeda. Pertama menggunakan arsitektur GAA yang juga dipakai oleh TSMC dan Samsung. Pendekatan kedua lebih inovatif dengan memanfaatkan chip berbasis carbon nanotube yang sudah melewati validasi laboratorium dan sedang disesuaikan untuk lini produksi SMIC.

Baru-baru ini, Huawei meluncurkan Matebook Fold yang ditenagai oleh Kirin X90. Meski diklaim sebagai “chip 5nm”, sebenarnya ini adalah desain 7nm dengan teknologi packaging canggih. Performanya setara chip 5nm, namun yield produksinya hanya 50% – angka yang sangat rendah dan berdampak pada biaya produksi lebih mahal.

Langkah Huawei ini menunjukkan tekad kuat untuk mandiri di tengah pembatasan teknologi dari Barat. Seperti dilaporkan sebelumnya, ketegangan teknologi antara China dan AS terus memanas dengan saling klaim tentang keamanan produk masing-masing.

Industri chip global kini menyaksikan persaingan sengit dengan munculnya pemain baru. Selain Huawei, Xiaomi juga mengembangkan chipset flagship buatan sendiri yang siap bersaing dengan produk Apple dan Qualcomm.

Keberhasilan Huawei dalam mengembangkan teknologi chip tanpa EUV bisa menjadi game changer di industri semikonduktor global. Namun tantangan utama tetap pada peningkatan yield produksi untuk menekan biaya dan meningkatkan daya saing.

Chongqing Catat Produksi Robot Capai 60.000 Unit pada 2024

0

Telset.id – Kota Chongqing, China, mencatat produksi robot lebih dari 60.000 unit pada 2024 dengan nilai output melebihi 37 miliar yuan (sekitar Rp83,5 triliun). Pencapaian ini didukung oleh rantai industri robot yang lengkap, mulai dari penelitian hingga layanan aplikasi.

Chongqing telah membangun ekosistem robot yang mencakup litbang, manufaktur, pengujian, integrasi sistem, dan pelatihan tenaga kerja. Salah satu produk unggulan adalah robot berkaki empat tahan ledakan yang dikembangkan Sevnce Robotics. Robot ini menjalani serangkaian pengujian ketat sebelum diluncurkan ke pasar.

Robot berkaki empat tahan ledakan di Sevnce Robotics

Seorang teknisi di Sevnce Robotics menjelaskan, robot berkaki empat dirancang untuk operasi di lingkungan berbahaya seperti pertambangan dan industri kimia. “Robot ini mampu bertahan dalam kondisi ekstrem dan mengurangi risiko kecelakaan kerja,” ujarnya.

Selain Sevnce Robotics, perusahaan seperti Huashu Robot juga berkontribusi dalam pengembangan robot industri. Seorang teknisi terlihat melakukan debugging pada robot industri di fasilitas Huashu Robot. Proses ini memastikan kinerja optimal sebelum robot digunakan di lini produksi.

Teknisi melakukan debugging robot industri di Huashu Robot

Pertumbuhan industri robot di Chongqing sejalan dengan dominasi China di pasar robotika global. Seperti dilaporkan Telset.id sebelumnya, China telah menjadi pemain utama dalam revolusi industri 4.0 dengan inovasi seperti Titan Robot yang menawarkan presisi hingga 1mm.

Pemerintah Chongqing terus mendorong pengembangan teknologi robot melalui kebijakan dan insentif. Langkah ini memperkuat posisi China dalam persaingan global, termasuk di sektor otomotif yang mengadopsi China Speed untuk efisiensi produksi.

Robot roda empat tahan ledakan menjalani tes di Sevnce Robotics

Keberhasilan Chongqing menjadi bukti transformasi industri China yang mengintegrasikan teknologi canggih. Robotika tidak hanya meningkatkan produktivitas tetapi juga membuka lapangan kerja baru di bidang engineering dan pemeliharaan.

Perkembangan terbaru di Chongqing menunjukkan bahwa China terus memimpin inovasi robotika, mengalahkan pesaing seperti AS dan Korea Selatan yang mengembangkan robot cair revolusioner untuk aplikasi medis.

Kemkominfo Buka Peluang Kerja Sama Pengembangan AI di Indonesia

0

Telset.id – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) terus membuka peluang kerja sama dalam pengembangan teknologi kecerdasan artifisial (AI) di Tanah Air. Hal ini disampaikan Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria dalam pertemuan bilateral dengan Prof Dawn Song dari Universitas California, Berkeley.

Nezar menjelaskan, pertemuan tersebut membahas pentingnya pembentukan jaringan institut keamanan AI untuk mendorong pengembangan kecerdasan buatan yang aman dan etis. “Jaringan ini akan menjadi wadah kolaborasi antara pemerintah, akademisi, masyarakat sipil, dan pelaku industri,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (24/5/2025).

Menurut Nezar, jaringan tersebut akan memfasilitasi pertukaran pengetahuan tentang praktik terbaik, standar keselamatan, dan harmonisasi regulasi global. Selain itu, juga akan mendukung penelitian terkait penyelarasan AI, interpretabilitas, ketahanan, dan mitigasi risiko.

Rekomendasi Pengembangan AI di Indonesia

Nezar menyampaikan beberapa rekomendasi penting hasil diskusi dengan Prof Song. Pertama, perlu memanfaatkan riset teknis untuk membentuk kerangka regulasi terkait keamanan, privasi, dan akuntabilitas AI. Kedua, pembentukan badan penasihat yang terdiri dari ilmuwan AI, ahli etika, pakar hukum, dan spesialis terkait.

“Pengembangan AI perlu didasarkan pada riset empiris, keahlian multidisipliner, dan praktik terbaik global,” tegas Nezar. Dia menambahkan, strategi nasional AI Indonesia harus selaras dengan standar global seperti OECD, Prinsip Hiroshima G7, dan Badan Penasihat AI PBB.

Pemerintah juga mendorong adopsi AI yang bertanggung jawab melalui pembangunan kapasitas, keterlibatan publik, dan pengembangan kebijakan. Beberapa agenda strategis lain yang dibahas meliputi penguatan talenta digital, sains data, keamanan siber, dan infrastruktur data.

Kolaborasi Global untuk Pengembangan AI

Nezar menegaskan komitmen Indonesia untuk terus menjajaki kerja sama global dalam pengembangan AI, termasuk dengan UC Berkeley. “Kami terbuka untuk berbagai bentuk kolaborasi yang dapat mempercepat pengembangan AI di Indonesia,” ujarnya.

Prof Dawn Song sendiri merupakan pakar ternama di bidang AI dan keamanan digital yang telah meraih berbagai penghargaan internasional. Kehadirannya dalam diskusi ini dinilai penting untuk memberikan perspektif global tentang pengembangan AI yang bertanggung jawab.

Pengembangan AI di Indonesia sejalan dengan tren global yang semakin masif. Seperti dilaporkan Telset.id sebelumnya, berbagai perusahaan teknologi besar juga tengah mempercepat pengembangan produk berbasis AI, termasuk Meta yang membagi divisi AI-nya menjadi dua tim.

Selain itu, perkembangan ekosistem AI di Asia juga patut diperhatikan, dengan China yang telah membangun ekosistem AI senilai Rp1.361 triliun dan memiliki 1,5 juta paten terkait teknologi ini.

China Bangun Ekosistem AI Senilai Rp1.361 Triliun, Paten Capai 1,5 Juta

0

Telset.id – China telah membangun sistem industri kecerdasan buatan (AI) yang komprehensif dengan nilai inti mencapai hampir 600 miliar yuan (Rp1.361 triliun) per April 2025. Data ini diumumkan oleh Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China (NDRC) dalam Forum Kerja Sama AI China-Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) di Tianjin, Kamis (29/5).

Pejabat NDRC Huang Ru mengungkapkan, permohonan paten AI di China telah melampaui 1,5 juta, mencakup 40% dari total permohonan paten AI global. “China mencatat kemajuan menyeluruh dalam pengembangan AI dengan ekosistem industri yang berkembang pesat,” kata Huang dalam forum tersebut.

Negara itu kini memiliki lebih dari 400 perusahaan “raksasa kecil” (small giants) yang mengkhususkan diri di pasar AI spesifik, termasuk inovator seperti DeepSeek. SCO, sebagai organisasi dengan wilayah terluas dan populasi terbesar di dunia, disebut memiliki sumber daya data dan skenario penerapan AI yang beragam.

Dorongan Baru untuk Negara SCO

Huang menekankan, kerja sama teknologi AI antaranggota SCO akan memberikan dorongan baru bagi pembangunan ekonomi dan sosial. “Kerja sama ini juga diharapkan mendorong pembangunan global yang lebih inklusif dan mengurangi kesenjangan digital,” ujarnya.

China berkomitmen untuk berkolaborasi dengan negara-negara SCO lainnya dalam menjunjung “Semangat Shanghai” guna memastikan pengembangan AI yang bermanfaat, aman, dan adil. Langkah ini sejalan dengan upaya China memperkuat posisinya sebagai pemain utama di industri AI global.

Langkah Strategis China di Bidang AI

Pencapaian ini menegaskan dominasi China dalam inovasi AI, yang juga tercermin dari proyek-proyek seperti robot humanoid untuk pertempuran dan kendaraan otonom berbasis AI. Sementara itu, ketegangan teknologi dengan AS terus berlanjut, termasuk pembatasan ekspor chip AI ke China.

Dengan ekosistem AI yang matang, China siap memimpin transformasi digital global, meski menghadapi tantangan geopolitik dan persaingan teknologi yang ketat.

Razer Luncurkan Alat Pengembang Game Berbasis AI di AWS

0

Telset.id – Razer, merek global terkemuka untuk gamer, mengumumkan peluncuran alat pengembang game berbasis AI di Amazon Web Services (AWS). Alat ini terdiri dari Razer Game Assistant dan Razer QA Companion, yang dirancang untuk membantu studio game meningkatkan efisiensi dan kualitas produk mereka.

Kedua alat tersebut akan segera tersedia secara global di AWS Marketplace. Razer Game Assistant menawarkan saran ahli secara real-time, analisis pasca-permainan, dan wawasan kinerja perangkat keras. Sementara itu, Razer QA Companion adalah alat pengujian kualitas berbasis AI yang mendeteksi bug dan masalah kinerja secara otomatis.

“Dengan peluncuran Razer AI Game Developer Tools, kami bersemangat untuk memperdalam kolaborasi dengan AWS,” kata Quyen Quach, Wakil Presiden Software di Razer. “Kami menggabungkan kemampuan prototipe cepat kami dengan skalabilitas cloud AWS untuk mendukung generasi berikutnya dalam pembuatan game.”

Industri game global saat ini memiliki 3,32 miliar gamer dan diproyeksikan mencapai nilai pasar $424 miliar dalam dekade mendatang. Perkembangan teknologi AI dan cloud gaming telah mengubah cara game dikembangkan dan dimainkan.

Transformasi Pengembangan Game dengan AI

Razer Game Assistant, yang awalnya diperkenalkan sebagai Project AVA di CES 2025, menggunakan AI canggih untuk memberikan panduan personalisasi dan analisis mendalam. Alat ini dapat dilatih menggunakan data spesifik genre dan game, serta diintegrasikan langsung ke dalam gameplay.

Razer QA Companion bekerja sebagai asisten cerdas yang secara otomatis mendeteksi dan mencatat bug, crash, serta masalah kinerja. Alat ini tersedia sebagai plugin untuk Unreal, Unity, dan mesin kustom menggunakan C++. Template yang telah disiapkan untuk berbagai genre game mengurangi kebutuhan scripting manual, mempercepat proses pengujian.

Kolaborasi dengan AWS dan Side

Razer bermitra dengan penyedia layanan game global, Side, untuk mengembangkan alat QA otomatis yang lebih canggih. Kolaborasi ini bertujuan mengeksplorasi metode baru dalam otomatisasi QA, meningkatkan efisiensi, dan mengurangi waktu peluncuran produk.

Alat-alat ini dibangun di atas Amazon Bedrock, layanan Generative AI yang sepenuhnya dikelola oleh AWS. Solusi berbasis cloud ini memungkinkan skalabilitas global dan membantu pengembang menyederhanakan alur kerja, meningkatkan produktivitas, dan mempercepat siklus pengembangan.

“Industri game terus mendorong batas teknologi baru, mengubah cara game dibangun dan dimainkan,” ujar Gunish Chawla, Managing Director Commercial Sector ASEAN di Amazon Web Services. “Kolaborasi dengan Razer menunjukkan bagaimana alat AI untuk pelatihan gameplay dan pengujian QA di cloud dapat membantu studio berinovasi lebih cepat.”

Seperti yang terjadi di berbagai sektor, revolusi AI juga membawa perubahan signifikan dalam industri game. Razer berharap alat baru ini akan membantu pengembang game menghasilkan produk berkualitas tinggi dalam waktu lebih singkat.

Alat-alat ini saat ini sedang dalam tahap pengujian beta dengan studio game AAA dan indie. Melalui AWS Marketplace, pengembang dapat dengan mudah mengintegrasikan solusi ini ke dalam pipeline pengembangan mereka, mempercepat inovasi dan waktu peluncuran produk.

Begini Cara Membuat Channel YouTube untuk Jadi Youtuber

Telset.id, Jakarta – Youtuber menjadi profesi yang kini banyak diincar. Namun sebelum menjadi seorang kreator konten, kamu harus tahu cara bikin channel YouTube sendiri. Kami akan membagikan cara membuat channel YouTube di HP dan laptop.

Selain bisa berkarya, membuat konten di YouTube juga bisa menghasilkan uang. Maka tidak heran banyak orang yang tergiur untuk menjadi seorang konten kreator.

Bayangkan, platform video streaming besutan Google ini akan memberikan uang berdasarkan jumlah view atau disebut Revenue per Impression (RPM). Rata-rata paling rendah uang yang diberikan adalah USD 0,5 atau setara Rp 7.000 per 1.000 view.

Jika dikalkulasi, maka setiap konten video Anda yang sudah ditonton sebanyak 1 juta kali, maka akan mendapatkan uang sekitar USD 550 atau setara Rp 7 jutaan. Banyak kan?

Nah, buat yang belum tahu, Telset akan kasih tips bagaimana cara bikin Youtube channel untuk pemula. Dijamin sangat mudah dan bahkan bisa dilakukan melalui HP maupun laptop.

Sebelum memulai langkah-langkahnya, pastikan kamu sudah memiliki akun Google terlebih dahulu. Karena tanpa akun Google, kamu tidak akan bisa membuat channel sendiri.

BACA JUGA:

Setelah memiliki akun Google, silahkan ikuti langkah-langkah pembuatannya seperti di bawah ini.

1. Cara Membuat Channel YouTube di Laptop

Cara Membuat Channel YouTube di Laptop
Cara praktis membuat channel YouTube di laptop atau PC

Berikut ini cara membuat channel YouTube di laptop atau PC:

  • Tahap pertama adalah buka laman YouTube melalui browser.
  • Kemudian klik Sign In di bagian pojok kanan atas.
  • Masukkan email Google Anda. Pastikan juga email tersebut masih aktif.
  • Setelah berhasil login, klik foto Anda di bagian kanan atas, kemudian pilih Settings.
  • Selanjutnya pilih Create a New Channel.
  • Kemudian isi nama untuk channel tersebut. Disarankan memilih nama yang sesuai dengan konten yang akan Anda tampilkan. Atau bisa juga menggunakan nama Anda sebagai personal branding.
  • Jika Anda ingin menggunakan channel tersebut untuk keperluan bisnis, maka Anda tinggal klik opsi Use a Bussiness or Other Name.
  • Setelah selesai, klik tombol Create.
  • Voila! kini Anda telah berhasil membuat channel sendiri. Tinggal upload konten-konten video yang sudah Anda buat.

2. Cara Membuat Channel YouTube di HP

Cara Membuat Channel YouTube di HP
Cara mudah membuat channel YouTube di smartphone

Berikut ini cara buat channel YouTube di HP:

  • Pastikan Anda sudah Sign In akun Google di HP.
  • Buka aplikasi. Lalu, klik ikon profil di kanan atas layar.
  • Kemudian pilih Your Channel.
  • Akan muncul pilihan Create Channel.
  • Selanjutnya, Anda tinggal mengisi data-data yang diperlukan.
  • Pastikan untuk menentukan nama channel yang sesuai dengan isi konten.
  • Selesai! Kini Anda sudah memiliki channel sendiri.

BACA JUGA:

Nah, itu tadi tips cara membuat Youtube channel di HP dan laptop. Siapa tahu Anda bisa mengumpulkan pundi-pundi uang. Selamat mencoba dan semoga berhasil ya, sob! (HBS)

Jerman Akan Terapkan Pajak Digital 10% untuk Google dan Facebook

0

Telset.id – Pemerintah Jerman sedang mempertimbangkan langkah berani untuk mengenakan pajak digital sebesar 10% pada raksasa platform online seperti Google dan Facebook. Kebijakan ini, yang digagas di bawah kepemimpinan Kanselir baru Friedrich Merz, bertujuan untuk mengatasi ketimpangan kontribusi perusahaan teknologi terhadap perekonomian negara.

Menurut laporan Reuters, berbagai fraksi politik di Jerman telah mencapai kesepakatan awal tahun ini untuk memberlakukan pungutan ini. Menteri Kebudayaan Jerman Wolfram Weimer dalam wawancara dengan majalah Stern menyatakan, “Perusahaan-perusahaan ini menghasilkan miliaran bisnis di Jerman dengan margin keuntungan yang sangat tinggi. Mereka menikmati manfaat besar dari infrastruktur dan output budaya kami, tetapi hampir tidak membayar pajak dan berinvestasi terlalu sedikit.”

Langkah Global dan Potensi Retaliasi

Jerman bukan satu-satunya negara yang mengambil langkah ini. Inggris, Prancis, Italia, Spanyol, Turki, India, Austria, dan Kanada telah memiliki regulasi serupa. Namun, kebijakan ini berisiko memicu ketegangan dengan Amerika Serikat. Pada Februari lalu, mantan Presiden Donald Trump mengancam akan memberlakukan tarif balasan terhadap negara-negara yang mengenakan pajak layanan digital pada perusahaan teknologi AS.

Dampak pada Ekosistem Digital

Jika disahkan, pajak ini dapat mengubah lanskap digital Jerman. Perusahaan teknologi mungkin akan menyesuaikan model bisnis mereka, sementara pemerintah berharap pendapatan baru ini dapat mendukung pembangunan infrastruktur dan konten lokal. Di Indonesia sendiri, digitalisasi pembayaran pajak sudah mulai berkembang, seperti terlihat pada pembayaran pajak kendaraan melalui Bukalapak.

Langkah Jerman ini juga menjadi pertanda semakin kuatnya tekanan global terhadap perusahaan teknologi untuk berkontribusi lebih adil. Seperti yang terjadi di Indonesia, di mana digitalisasi UMKM terus didorong untuk menciptakan ekosistem yang lebih seimbang.

Bagaimana pendapat Anda tentang kebijakan pajak digital ini? Apakah Indonesia perlu mengikuti jejak Jerman? Diskusikan di kolom komentar!