Beranda blog Halaman 14

Studi Microsoft Ungkap Pekerjaan Paling Rentan Digantikan AI

0

Telset.id – Jika Anda khawatir pekerjaan Anda akan diambil alih oleh kecerdasan buatan (AI), studi terbaru Microsoft mungkin bisa memberikan jawaban. Penelitian ini mengungkap daftar pekerjaan dengan skor “aplikabilitas AI” tertinggi—yang berarti mereka paling rentan terhadap otomatisasi.

Microsoft menganalisis miliaran kueri yang dimasukkan ke dalam chatbot Bing Copilot untuk menentukan seberapa besar AI dapat membantu atau bahkan menggantikan peran manusia dalam berbagai profesi. Hasilnya? Pekerjaan berbasis pengetahuan seperti analis data, penulis, dan staf administrasi berada di puncak daftar yang paling terancam.

Sign at Microsoft headquarters.

AI Lebih Dominan di Sektor Pengetahuan

Studi Microsoft menunjukkan bahwa AI paling efektif dalam pekerjaan yang melibatkan pengolahan informasi, analisis data, dan komunikasi. “Kami menemukan skor aplikabilitas AI tertinggi untuk kelompok pekerjaan berbasis pengetahuan seperti komputer dan matematika, serta dukungan administrasi kantor,” tulis para peneliti.

Berikut adalah 40 pekerjaan dengan skor aplikabilitas AI tertinggi:

Screen Shot 2025 07 31 At 11.32.21 Am

Di sisi lain, pekerjaan blue-collar seperti tukang cuci piring, operator pompa bensin, dan pekerja penghilang limbah berbahaya memiliki skor aplikabilitas AI yang sangat rendah. Artinya, profesi ini relatif aman dari ancaman otomatisasi—setidaknya untuk saat ini.

AI sebagai Asisten, Bukan Pengganti?

Meskipun studi ini mengidentifikasi pekerjaan yang paling rentan terhadap AI, Microsoft menekankan bahwa teknologi ini lebih sering berperan sebagai “pelatih, penasihat, atau guru” daripada pengganti manusia sepenuhnya. Namun, sejarah menunjukkan bahwa inovasi teknologi sering kali mengubah lanskap pekerjaan secara drastis.

Seperti dilaporkan dalam studi GSMA, ekonomi digital Asia Pasifik diprediksi mencapai $1,4 triliun pada 2030—perubahan besar yang akan memengaruhi lapangan kerja secara signifikan.

Jadi, jika Anda bekerja di bidang kreatif atau teknis, mungkin sudah saatnya mempertimbangkan bagaimana AI dapat mengubah peran Anda. Namun, jika Anda seorang embalmer atau operator kapal motor, Anda bisa bernapas lega—setidaknya untuk beberapa tahun ke depan.

Lenovo Legion Go 2 Bocor Lagi, Kalahkan MSI Claw A8 dalam Benchmark

0

Telset.id – Bocoran terbaru tentang Lenovo Legion Go 2 kembali muncul, dan kali ini lebih menggoda dari sebelumnya. Prototipe handheld gaming ini terlihat menjalankan game berat dengan performa yang bahkan mengalahkan rival terdekatnya, MSI Claw A8. Apa rahasia di balik keunggulan ini?

Dalam sebuah video yang diunggah ke YouTube (via NotebookCheck), Legion Go 2 terlihat menjalankan Shadow of the Tomb Raider dengan mulus. Yang menarik, meski menggunakan prosesor yang sama yaitu Ryzen Z2 Extreme APU, Legion Go 2 berhasil mencetak rata-rata 49fps, sementara MSI Claw A8 hanya mencapai 44fps pada resolusi 1080p.

Lenovo Legion Go 2

Perbedaan ini cukup signifikan mengingat kedua perangkat menggunakan hardware yang serupa. Menurut analisis, keunggulan Legion Go 2 mungkin berasal dari tambahan RAM 8GB dan sistem pendinginan yang lebih baik. Seperti diketahui, manajemen panas menjadi faktor kritis dalam perangkat portable yang menjalankan game AAA.

Fakta bahwa Legion Go 2 yang diuji masih berupa prototipe membuat pencapaian ini semakin menarik. Ini menunjukkan potensi besar yang bisa dihadirkan Lenovo dalam generasi handheld gaming berikutnya. Sebelumnya, bocoran desain dan spesifikasi Lenovo Legion Go 2 juga telah beredar, memperkuat posisinya sebagai pesaing serius di pasar gaming handheld.

Performa unggul Legion Go 2 ini semakin menarik karena MSI Claw A8 sendiri termasuk salah satu handheld gaming paling powerful saat ini. Dengan hasil benchmark ini, Lenovo sepertinya serius ingin merebut pasar yang saat ini didominasi oleh Steam Deck dan ASUS ROG Ally.

Industri gaming handheld memang sedang panas-panasnya. Seperti diungkap dalam rencana Lenovo membangun ekosistem gaming terintegrasi, perusahaan ini tampaknya tidak ingin hanya menjadi penonton dalam tren ini. Legion Go 2 bisa menjadi senjata andalan mereka.

Lalu kapan kita bisa melihat produk finalnya? Sayangnya Lenovo masih sangat tertutup tentang rencana peluncuran. Namun dengan bocoran yang terus bermunculan, sepertinya waktu peluncuran sudah tidak lama lagi. Sementara menunggu, mungkin Anda tertarik melihat produk terbaru Lenovo untuk profesional kreatif yang juga tak kalah menarik.

Yang jelas, persaingan di pasar handheld gaming semakin sengit. Dengan kehadiran Legion Go 2, konsumen akan memiliki lebih banyak pilihan perangkat premium. Tinggal tunggu saja, apakah Lenovo bisa memenuhi harapan gamers dengan produk finalnya nanti.

Infinix GT 30 5G+ Segera Rilis di India: Spesifikasi dan Bocoran Harga

0

Telset.id – Infinix kembali memanaskan persaingan pasar smartphone gaming di India dengan mengonfirmasi kehadiran GT 30 5G+. Ponsel yang mengusung tagline “The Game Starts With You” ini akan dijual eksklusif melalui Flipkart, dengan microsite resmi yang sudah aktif. Apa saja yang perlu Anda ketahui sebelum peluncurannya?

Berdasarkan bocoran dari berbagai sertifikasi internasional, GT 30 5G+ akan dibekali chipset MediaTek Dimensity 7400 dan GPU ARM Mali G615. Kombinasi ini menjanjikan performa gaming yang mumpuni untuk segmen mid-range. Yang menarik, desain belakang ponsel ini mengadopsi elemen LED lighting mirip varian Pro-nya, seperti yang pernah kami ulas dalam review Infinix GT 30 Pro.

Infinix GT 30 5G+

Spesifikasi Teknis yang Menjanjikan

Beberapa fitur unggulan yang terungkap melalui sertifikasi TUV Rheinland dan FCC antara lain:

  • Layar 1.5K dengan resolusi 1224 x 2720 piksel (480 xxhdpi)
  • Sistem operasi Android 15 dengan lapisan kustom XOS 15.1.2
  • Dukungan jaringan WiFi dual-band (2.4GHz/5GHz) dan NFC
  • Dua varian RAM/storage: 8GB+128GB dan 8GB+256GB
  • Fast charging 45W dengan baterai berkapasitas 5200-6000mAh

Perbedaan kapasitas baterai ini kemungkinan menyesuaikan regulasi di tiap negara. Sebagai perbandingan, saudara tuanya yang kami bahas di artikel sebelumnya menggunakan konfigurasi serupa.

Strategi Pasar yang Cerdas

Kehadiran GT 30 5G+ memperkuat portofolio Infinix di segmen gaming, setelah kesuksesan seri Smart 10 di kategori entry-level. Dengan harga yang diprediksi berada di kisaran Rp 3-4 juta, ponsel ini siap bersaing ketat dengan merek China lainnya.

Meski belum ada konfirmasi resmi tanggal peluncuran, persiapan yang matang melalui berbagai sertifikasi dan kehadiran microsite Flipkart mengindikasikan peluncuran dalam waktu dekat. Pantau terus Telset.id untuk update terbaru seputar smartphone gaming ini!

Lenovo LOQ vs ASUS ROG: Mana yang Lebih Cocok untuk Gamer di 2025?

0

Telset.id – Dunia laptop gaming semakin ramai dengan kehadiran berbagai merek dan seri. Dua nama besar yang sering jadi perbincangan adalah Lenovo LOQ dan ASUS ROG. Keduanya menawarkan pengalaman berbeda, tapi mana yang lebih cocok untuk kebutuhan Anda di tahun 2025?

Pilihan laptop gaming kini tidak hanya tentang spesifikasi mentah, tetapi juga nilai tambah seperti desain, pendinginan, dan ekosistem perangkat lunak. Lenovo LOQ hadir sebagai pilihan terjangkau, sementara ASUS ROG tetap menjadi ikon performa tinggi. Mari kita telusuri lebih dalam.

1. Identitas Merek: Prestise vs Aksesibilitas

ASUS ROG telah lama dikenal sebagai merek premium di dunia gaming. Dengan desain agresif dan fitur canggih seperti sistem pendingin mutakhir dan RGB lighting, ROG memang ditujukan untuk gamer hardcore. Seperti yang terlihat pada ASUS ROG di CES 2022, seri ini terus mempertahankan reputasinya.

Asus ROG Strix G16 (2025)

Di sisi lain, Lenovo LOQ adalah pendatang baru yang fokus pada pasar menengah. Dengan harga lebih terjangkau, LOQ cocok untuk gamer casual atau mereka yang baru memulai petualangan gaming PC. Seperti dibahas dalam 10 Laptop Gaming Lenovo Terbaik, seri ini menawarkan nilai terbaik untuk uang.

2. Performa dan Pilihan Hardware

ASUS ROG menawarkan berbagai seri seperti Zephyrus, Strix, dan Flow – masing-masing dengan keunggulan berbeda. Dengan GPU Nvidia terbaru dan prosesor Intel/AMD kelas atas, ROG tidak hanya untuk gaming tetapi juga cocok untuk profesional kreatif. ROG dengan GeForce RTX 50 adalah contoh bagaimana ASUS selalu berada di garis depan teknologi.

Asus ROG Strix G16 (2025)

Lenovo LOQ lebih sederhana, biasanya membatasi diri pada hardware menengah seperti RTX 4060. Meski tidak sekuat ROG, LOQ tetap mampu menjalankan kebanyakan game modern dengan lancar di setting 1080p.

3. Harga dan Nilai Tambah

Di sinilah LOQ benar-benar bersinar. Dengan kisaran harga $700-$1200, LOQ sangat cocok untuk pelajar atau gamer dengan anggaran terbatas. Sementara ROG bisa mencapai $3000 untuk model high-end.

Lenovo LOQ Gaming Laptops

Pertanyaannya: seberapa serius Anda bermain game? Jika hanya sesekali atau game ringan, LOQ sudah lebih dari cukup. Tapi untuk gaming AAA dengan setting maksimal, ROG tetap yang terbaik.

4. Software dan Ekosistem

ASUS menyertakan Armoury Crate yang memungkinkan kontrol penuh atas performa, RGB lighting, dan monitoring sistem. Lenovo menggunakan Vantage yang lebih sederhana namun fungsional.

Lenovo LOQ gaming laptop

Keputusan akhir tergantung kebutuhan Anda. Jika ingin yang terbaik tanpa kompromi, ASUS ROG adalah pilihan tepat. Tapi jika mencari nilai terbaik dengan anggaran terbatas, Lenovo LOQ layak dipertimbangkan.

Revolusi Baterai Silicon-Carbon: Masa Depan Smartphone Tanpa Khawatir Daya Habis

0

Telset.id – Pernahkah Anda merasa frustrasi karena baterai smartphone habis di tengah hari, padahal baru saja mengisi penuh di pagi hari? Jika iya, Anda tidak sendirian. Selama bertahun-tahun, perkembangan baterai smartphone seolah jalan di tempat, sementara komponen lain seperti prosesor dan kamera melesat jauh ke depan. Namun, sebuah revolusi diam-diam sedang terjadi, dan namanya adalah baterai silicon-carbon.

Teknologi baterai lithium-ion yang selama ini menjadi andalan mulai menunjukkan batasnya. Dengan kapasitas teoritis maksimal 372mAh/g, baterai berbasis grafit sudah mencapai titik jenuh. Peningkatan kapasitas hanya sekitar 3-5% per generasi—terlalu kecil untuk memenuhi tuntutan perangkat yang semakin tipis namun harus bertahan lebih lama.

battery

Silicon-Carbon: Solusi Cerdas untuk Masalah Klasik

Di sinilah silicon-carbon (Si/C) muncul sebagai jawaban. Material silicon mampu menyerap lithium hampir 10 kali lebih banyak dibanding grafit, dengan kapasitas teoritis mencapai 4.200mAh/g. Namun, ada masalah besar: silicon mengembang 300-400% saat terisi, berpotensi merusak struktur baterai dalam hitungan bulan.

Solusinya? Kombinasi cerdas antara silicon dan karbon. Dengan mencampurkan 5-15% nano-silicon ke dalam matriks karbon, produsen berhasil meningkatkan kepadatan energi 10-20% tanpa risiko pembengkakan berlebihan. Hasilnya? Baterai yang lebih kecil namun bertenaga, atau kapasitas lebih besar dalam ukuran yang sama.

Dampak Nyata bagi Pengguna

Perubahan ini bukan sekadar angka di atas kertas. Honor menjadi pelopor dengan memperkenalkan baterai Si/C pertama pada 2023. Kini, merek seperti Xiaomi 15 Pro dan Vivo X Fold 5 telah mengadopsi teknologi ini dengan hasil mencengangkan.

Bayangkan: ponsel lipat dengan ketebalan di bawah 10mm bisa bertahan seharian penuh. Atau smartphone biasa dengan kapasitas 6.000mAh dalam bodi yang ramping. Bahkan, Honor berhasil memasang baterai 8.000mAh dalam perangkat setipis 8mm—sesuatu yang mustahil dengan teknologi lama.

Mengapa Apple dan Samsung Masih Ragu?

Meski menjanjikan, teknologi ini belum sempurna. Dua raksasa teknologi—Apple dan Samsung—masih memilih untuk menunggu. Alasannya? Baterai Si/C saat ini masih mengalami degradasi lebih cepat dibanding lithium-ion tradisional. Apple dikabarkan menunggu hingga teknologi ini mampu mempertahankan 80% kapasitas setelah 500 siklus pengisian.

Samsung, di sisi lain, disebut-sebut sedang menguji Si/C untuk Galaxy S26. Kendala lain adalah regulasi pengiriman baterai besar (di atas 20Wh) yang membuat banyak produsen memilih konfigurasi dual-cell untuk pasar global.

Tapi jangan khawatir, ini hanya soal waktu. Dengan perkembangan pesat saat ini, bukan tidak mungkin tahun depan kita akan melihat iPhone atau Galaxy dengan baterai Si/C yang diiklankan sebagai “terobosan terbesar sejak smartphone pertama”.

Untuk saat ini, teknologi silicon-carbon telah membuktikan dirinya sebagai solusi paling praktis untuk dilema baterai smartphone. Di era perangkat lipat yang semakin tipis dan fitur AI yang rakus daya, kehadiran Si/C tepat pada waktunya. Jadi, bersiaplah untuk mengucapkan selamat tinggal pada kekhawatiran baterai habis sebelum malam tiba.

ARM Siap Hadirkan Chip Sendiri, Bersaing dengan Intel dan NVIDIA

0

Telset.id – Jika Anda mengira ARM hanya akan bertahan sebagai pemasok desain chip untuk perusahaan lain, pikirkan lagi. Bocoran terbaru mengindikasikan bahwa raksasa teknologi asal Inggris ini sedang mempersiapkan lompatan besar: mengembangkan chip sendiri untuk bersaing langsung dengan Intel, AMD, dan NVIDIA.

Perubahan strategi ini bukan sekadar wacana. Dalam wawancara eksklusif dengan Reuters, CEO ARM Rene Haas mengungkapkan, “Kami secara sadar memutuskan untuk berinvestasi lebih besar – dalam kemungkinan melampaui desain dan membangun sesuatu, membangun chiplets atau bahkan solusi lengkap.” Pernyataan ini menjadi sinyal kuat bahwa ARM tidak ingin hanya menjadi pemasok Intellectual Property (IP) semata.

Arm IPO

Mengapa ARM Berani Ambil Risiko Besar Ini?

Selama puluhan tahun, model bisnis ARM bertumpu pada lisensi desain prosesor ke perusahaan seperti Qualcomm, Apple, dan NVIDIA. Namun, pasar komputasi yang terus berkembang, terutama di segmen AI dan data center, mendorong ARM untuk mengambil langkah radikal ini.

Menurut analisis pasar, lebih dari 50% CPU data center diperkirakan akan menggunakan arsitektur ARM dalam beberapa tahun mendatang. Dominasi ini didorong oleh adopsi besar-besaran oleh raksasa teknologi seperti Amazon, Microsoft, dan Google. ARM jelas memiliki keahlian dan pengalaman pasar yang mumpuni untuk terjun ke bisnis chip secara langsung.

High-performance Nvidia GPU chip, detailed and dual-core design, for advanced computing tasks.

Tetapi tantangannya tidak kecil. ARM harus membangun dari nol kapabilitas produksi chip, termasuk penelitian dan pengembangan intensif, pemilihan fabrikator yang tepat, hingga produksi massal. Biaya yang harus dikeluarkan tidak main-main, terutama mengingat kinerja kuartalan ARM yang sedang lesu.

Dilema Bisnis: Bersaing dengan Pelanggan Sendiri

Langkah ARM ini ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi, mereka bisa mendapatkan porsi pasar yang lebih besar. Di sisi lain, mereka harus bersaing dengan pelanggan setia seperti NVIDIA yang selama ini menggunakan desain ARM untuk produk mereka.

“Ini akan menjadi permainan yang sangat berbeda bagi ARM,” kata seorang analis industri yang enggan disebutkan namanya. “Mereka harus berhati-hati agar tidak kehilangan pelanggan utama sekaligus membuktikan bahwa chip mereka lebih unggul dari produk berbasis desain mereka sendiri.”

Namun, ARM memiliki keunggulan dibanding pendatang baru di industri chip. Pengalaman puluhan tahun dalam desain prosesor dan dukungan finansial dari SoftBank Group – yang dikenal tidak segan menggelontorkan miliaran dolar untuk proyek ambisius – menjadi modal berharga.

Pertanyaan besarnya: Apakah konsumen dan perusahaan siap menerima chip buatan ARM sebagai alternatif serius dari Intel dan AMD? Jawabannya mungkin terletak pada seberapa baik ARM bisa mengeksekusi strategi barunya ini.

Samsung Konfirmasi Rilis Ponsel Lipat Tiga dan Headset XR Akhir 2025

0

Telset.id – Jika Anda mengira inovasi ponsel lipat sudah mencapai puncaknya, bersiaplah untuk terkejut. Samsung secara resmi mengumumkan rencana peluncuran ponsel lipat tiga (tri-fold) dan headset XR (Extended Reality) mereka sebelum akhir 2025. Pengumuman ini disampaikan langsung dalam laporan keuangan terbaru perusahaan, mengakhiri spekulasi yang berlarut-larut.

Sebagai pelopor di pasar ponsel lipat dengan seri Galaxy Z Fold dan Z Flip, Samsung kini melangkah lebih jauh dengan menghadirkan perangkat lipat tiga yang diklaim lebih canggih dan tahan lama. Bocoran terbaru mengindikasikan, ponsel ini akan menggunakan dua engsel yang melipat ke dalam (inward folding), berbeda dengan Huawei Mate XT Ultimate yang mengadopsi mekanisme lipat ke luar.

Samsung officially confirms release date of XR headset and tri-fold phone

Strategi Baru Samsung di Pasar Foldable

Dengan rencana peluncuran Oktober 2025, Samsung berpotensi menjadi perusahaan global pertama yang merilis ponsel lipat tiga. Langkah ini jelas sebuah gebrakan, mengingat Apple baru diprediksi meluncurkan iPhone lipat pertamanya pada 2026. Tak hanya itu, desain lipat ke dalam pada perangkat ini disebut lebih protektif bagi layar dibandingkan kompetitor seperti Huawei atau Xiaomi yang baru mulai mengembangkan teknologi serupa.

Analis pasar melihat langkah Samsung ini sebagai upaya untuk memperkuat dominasinya di segmen ponsel lipat, terutama setelah Huawei mulai menggeser posisinya di beberapa wilayah. Dengan teknologi lipat tiga, Samsung tidak hanya menawarkan lebih banyak ruang layar, tetapi juga solusi yang lebih tahan lama—faktor krusial bagi konsen foldable.

Headset XR: Kolaborasi dengan Google

Tidak hanya ponsel lipat tiga, Samsung juga mengonfirmasi headset XR yang dikembangkan bersama Google. Perangkat ini akan menjadi yang pertama menggunakan platform Android XR, menandai langkah serius Samsung di pasar teknologi imersif. Dengan Apple Vision Pro yang sudah lebih dulu beredar, headset ini diharapkan bisa menjadi alternatif yang lebih terjangkau dengan dukungan ekosistem Android yang luas.

Samsung XR headset with Android XR platform

Kedua produk ini menunjukkan perubahan strategi Samsung yang kini lebih agresif dalam berinovasi. Alih-alih menunggu kompetitor, perusahaan asal Korea Selatan ini memilih untuk memimpin dengan teknologi terbaru. Apakah langkah ini akan mengembalikan dominasi Samsung di pasar premium? Jawabannya akan kita lihat dalam beberapa bulan ke depan.

Motorola Edge 60 Pro: Smartphone AI Tangguh Hasil Kolaborasi dengan Google

Telset.id – Jika Anda mengira kecerdasan buatan (AI) di smartphone masih sekadar gimmick, Motorola Edge 60 Pro siap mengubah persepsi itu. Melalui kemitraan strategis dengan Google Indonesia, perangkat ini menghadirkan pengalaman mobile yang tak hanya cerdas, tetapi juga tangguh dalam kondisi ekstrem.

Kolaborasi antara Motorola dan Google bukanlah sekadar kerja sama biasa. Ini adalah upaya untuk membentuk ulang lanskap teknologi mobile di Indonesia, dengan AI sebagai tulang punggungnya. Seperti diungkapkan Bagus Prasetyo, Country Head Motorola Indonesia, aliansi ini dirancang untuk “mewujudkan Indonesia yang lebih cerdas” melalui inovasi yang nyata.

Lebih dari Sekadar Smartphone Biasa

Motorola Edge 60 Pro hadir dengan moto ai, sistem kecerdasan buatan yang tidak hanya meningkatkan performa kamera atau baterai, tetapi juga berperan sebagai asisten pribadi yang proaktif. Dalam uji coba di Dufan, Ancol, fitur-fitur seperti Pay Attention berhasil merekam dan merangkum instruksi pemandu dengan sempurna, sementara AI Snap Quest membuktikan kemampuan stabilisasi gambar yang luar biasa bahkan di wahana ekstrem seperti Kora-Kora.

Daya Tahan yang Tak Tertandingi

Bukan hanya kecerdasannya yang mengesankan. Edge 60 Pro dibekali sertifikasi MIL-810H (standar militer) dan peringkat IP68/IP69, membuatnya tahan terhadap debu, air, bahkan guncangan ekstrem. Uji coba di wahana arung jeram membuktikan kamera tetap stabil meski terkena cipratan air deras.

Ditenagai chipset MediaTek Dimensity 8350 Extreme dan baterai 6000mAh dengan pengisian TurboPower 90W, perangkat ini siap menemani petualangan sehari-hari tanpa khawatir kehabisan daya. Layar Quad Curved 1,5K-nya juga menghadirkan visual yang memukau untuk segala jenis konten.

Sinergi dengan Google: Kombinasi yang Sempurna

Kolaborasi dengan Google membawa fitur-fitur seperti Magic Editor dan Photo Unblur yang memudahkan pengeditan foto langsung dari perangkat. Denny Galant dari Google Indonesia menekankan, integrasi ini dirancang untuk “menyederhanakan kehidupan pengguna” melalui teknologi yang intuitif.

Dengan harga mulai Rp 7.399.000, Motorola Edge 60 Pro bukan sekadar smartphone, melainkan teman digital yang siap menghadapi segala petualangan. Seperti dikatakan Miranda Warokka, Marketing Head Motorola Indonesia, “Ini adalah #EdgeOfIntelligence yang nyata.”

Bagi yang penasaran dengan performa lengkapnya, kunjungi artikel comeback Motorola di Indonesia untuk memahami strategi besar di balik peluncuran perangkat ini.

Cara Mengatasi iPad yang Tidak Mau Menyala

0

Telset.id – iPad yang tiba-tiba tidak mau menyala bisa menjadi masalah serius bagi pengguna. Mulai dari baterai habis hingga kerusakan hardware, berikut solusi praktis untuk mengatasinya sebelum membawanya ke Apple Store.

Menurut Daniel Nations, seorang ahli teknologi dengan pengalaman sejak 1994, masalah iPad tidak menyala seringkali disebabkan oleh baterai yang habis atau perangkat dalam mode tidur. “Sebelum panik, coba tekan tombol power atau charge perangkat selama beberapa saat,” jelasnya.

Langkah-Langkah Mengatasi iPad Mati Total

Berikut beberapa solusi yang bisa dicoba:

  • Nyalakan dengan benar: Tekan tombol Sleep/Wake di bagian atas iPad selama beberapa detik hingga logo Apple muncul.
  • Force restart: Untuk iPad tanpa tombol Home, tekan tombol volume atas, lalu volume bawah, dan tahan tombol power. Untuk iPad dengan tombol Home, tekan tombol power dan Home bersamaan.
  • Charge baterai: Gunakan charger original dan biarkan mengisi daya minimal satu jam. Jika baterai sering habis, pelajari cara mengoptimalkan daya tahan baterai.

Penyebab dan Solusi Lanjutan

Jika iPad tetap tidak menyala, kemungkinan ada masalah hardware atau software. Beberapa model iPad lawas sudah tidak didukung update, seperti daftar perangkat usang dari Apple. Untuk perbaikan profesional, hubungi Apple Support atau kunjungi Apple Store terdekat.

iPad generasi terbaru seperti iPad Pro M4 memiliki teknologi lebih canggih, namun tetap bisa mengalami masalah serupa. Pastikan untuk selalu menggunakan aksesoris original dan hindari pengisian daya sembarangan.

Cara Mudah Melacak Perangkat Bluetooth yang Hilang

0

Telset.id – Kehilangan perangkat Bluetooth seperti earphone atau smart tag bisa sangat menjengkelkan. Namun, dengan bantuan aplikasi pemindai Bluetooth seperti LightBlue, Anda dapat melacaknya selama perangkat masih memiliki daya dan dalam jangkauan.

LightBlue tersedia untuk perangkat Android dan iOS, memungkinkan pengguna mendeteksi kekuatan sinyal Bluetooth dari perangkat yang hilang. “Aplikasi ini bekerja dengan memindai perangkat Bluetooth di sekitar dan menampilkan kekuatan sinyalnya dalam desibel (dBm). Semakin tinggi angkanya, semakin dekat Anda dengan perangkat yang dicari,” jelas Andy O’Donnell, pakar keamanan teknologi.

Langkah-Langkah Melacak Perangkat Bluetooth

Berikut cara menggunakan LightBlue untuk menemukan perangkat Bluetooth yang hilang:

  • Aktifkan Bluetooth di smartphone atau tablet melalui pengaturan cepat (Android) atau menu Settings (iOS).
  • Unduh dan instal aplikasi LightBlue dari App Store atau Google Play Store.
  • Buka aplikasi dan berikan izin akses lokasi serta perangkat di sekitarnya.
  • Mulai pemindaian dan cari nama perangkat yang hilang dalam daftar.
  • Perhatikan kekuatan sinyal (-dBm). Bergeraklah hingga sinyal semakin kuat, menandakan Anda mendekati lokasi perangkat.

Tips Tambahan untuk Menemukan Perangkat Bluetooth

Selain menggunakan aplikasi pemindai, beberapa trik berikut dapat membantu:

  • Jika perangkat yang hilang adalah earphone atau speaker, putar musik dengan volume maksimal untuk melacak sumber suara.
  • Manfaatkan fitur pelacakan bawaan seperti Find My Device (Google) atau Find My (Apple) jika perangkat terhubung sebelumnya.
  • Gunakan pelacak Bluetooth khusus seperti Samsung Galaxy SmartTag untuk perangkat penting.

Untuk perangkat yang sering hilang, pertimbangkan memberi nama unik melalui menu Bluetooth di pengaturan smartphone. Pada Android, buka Settings > Connected Devices > Bluetooth > Device Name. Di iOS, navigasi ke Settings > Bluetooth > pilih perangkat > Name.

Jika perangkat tidak lagi digunakan, Anda dapat melepas pairing-nya melalui menu Connected Devices di Android atau Bluetooth di iOS. Langkah ini juga meningkatkan keamanan perangkat utama dari koneksi tidak sah.

11 Cara Mengatasi Port Charging iPhone yang Tidak Berfungsi

0

Telset.id – Port charging yang tidak berfungsi menjadi masalah umum bagi pengguna iPhone. Masalah ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari kabel yang rusak hingga kotoran yang menyumbat port. Berikut 11 solusi praktis untuk mengatasi port charging iPhone yang bermasalah.

Menurut Rob Rich, seorang reporter teknologi yang berpengalaman menulis untuk berbagai media seperti IGN dan Unwinnable, masalah charging pada iPhone seringkali disebabkan oleh lima faktor utama: kabel yang rusak, port yang kotor, kerusakan hardware, overheating, atau pengaturan Optimized Battery Charging.

Diagnosis Masalah Charging iPhone

Sebelum mencoba berbagai solusi, penting untuk melakukan diagnosis awal. Berikut beberapa penyebab umum port charging iPhone tidak berfungsi:

  • Kabel charger yang rusak atau tidak asli
  • Kotoran atau debu yang menumpuk di port charging
  • Kerusakan fisik pada port akibat benturan atau air
  • iPhone yang terlalu panas
  • Masalah software atau sistem

Solusi untuk Port Charging iPhone yang Bermasalah

Berikut langkah-langkah yang bisa Anda coba untuk mengatasi masalah port charging iPhone:

  1. Ganti kabel charger: Coba gunakan kabel berbeda untuk memastikan masalah bukan pada kabel.
  2. Periksa koneksi: Pastikan kabel terhubung dengan benar ke port dan sumber daya.
  3. Coba sumber daya lain: Uji dengan power bank, laptop, atau stopkontak berbeda.
  4. Bersihkan port charging: Gunakan senter dan kaca pembesar untuk memeriksa kotoran, lalu bersihkan dengan hati-hati.
  5. Biarkan iPhone dingin: Jika terlalu panas, iPhone akan berhenti charging untuk mencegah kerusakan.
  6. Restart iPhone: Matikan dan nyalakan kembali perangkat, lalu coba charging lagi.
  7. Periksa update sistem: Kadang masalah charging bisa diperbaiki dengan update software terbaru.
  8. Nonaktifkan Optimized Battery Charging: Fitur ini bisa menyebabkan charging terhenti di 80%.
  9. Gunakan wireless charging: Untuk iPhone 8 ke atas, charging nirkabel bisa menjadi solusi sementara.
  10. Factory reset: Sebagai opsi terakhir, reset iPhone ke pengaturan pabrik setelah backup data.
  11. Bawa ke service center: Jika semua solusi gagal, mungkin ada kerusakan hardware yang perlu diperbaiki profesional.

Untuk pengguna iPhone yang port charging-nya terkena air, Rich menyarankan untuk tidak menggunakan hair dryer atau udara bertekanan. “Goyangkan iPhone dengan lembut untuk mengeluarkan air berlebih, lalu gunakan cotton bud untuk membersihkan port. Biarkan mengering secara alami sebelum mencoba charging lagi,” jelasnya.

Jika Anda tidak memiliki charger, iPhone bisa di-charge melalui koneksi USB ke Mac atau menggunakan wireless charger. Namun, seperti yang dibahas dalam artikel tentang iPhone 17e, teknologi charging terus berkembang dan mungkin akan ada solusi lebih baik di masa depan.

Masalah charging port seringkali bisa diatasi dengan perawatan rutin. Seperti halnya perangkat lain seperti Samsung Galaxy S24 Ultra atau Galaxy Z Fold3, menjaga kebersihan port dan menggunakan aksesori asli bisa mencegah banyak masalah.

Warna Favorit Samsung Galaxy Z Fold7 dan Z Flip7: Blue Shadow dan Coral Red Mendominasi

Telset.id – Dalam peluncuran resmi Samsung Galaxy Z Fold7 dan Z Flip7 di Tangerang, 30 Juli 2025, bukan hanya spesifikasi canggih yang menjadi sorotan. Pilihan warna kedua ponsel lipat premium ini juga menarik perhatian, terutama setelah Verry Octavianus, MX Product Marketing Senior Manager Samsung Electronics Indonesia, mengungkapkan warna favorit konsumen selama masa preorder.

Menurut Verry, warna Blue Shadow menjadi yang paling diminati untuk Galaxy Z Fold7, sementara Coral Red mendominasi pemesanan Galaxy Z Flip7. “Blue Shadow adalah zero colour kami untuk Z Fold7. Sedangkan untuk Z Flip7, selain Blue Shadow, Coral Red juga paling banyak dipesan,” ujarnya dalam sesi QnA.

Dayung Pasar dengan Warna Eksklusif

Samsung tampaknya paham betul bahwa warna bukan sekadar estetika, melainkan juga strategi pemasaran. Galaxy Z Fold7 hadir dalam tiga pilihan: Blue Shadow, Jet Black, dan Silver Shadow. Sementara Z Flip7 menawarkan Blue Shadow, Jet Black, dan Coral Red. Dari ketiga opsi tersebut, dua warna—Blue Shadow dan Coral Red—menjadi primadona.

Blue Shadow, yang disebut sebagai “zero colour” oleh Samsung, merupakan warna eksklusif dengan gradasi biru gelap yang terkesan elegan namun modern. Warna ini konsisten menjadi favorit sejak seri sebelumnya, seperti terlihat pada pembaruan desain Galaxy Z Fold7 yang lebih ramping.

Content image for article: Warna Favorit Samsung Galaxy Z Fold7 dan Z Flip7: Blue Shadow dan Coral Red Mendominasi

Sementara itu, Coral Red pada Z Flip7 menawarkan kesan berani dan youthful, cocok untuk segmen pengguna yang ingin menonjolkan kepribadian. Warna ini juga menjadi pembeda dari varian Flip6 yang sebelumnya didominasi warna netral.

Content image for article: Warna Favorit Samsung Galaxy Z Fold7 dan Z Flip7: Blue Shadow dan Coral Red Mendominasi

Tak Hanya Ponsel, Galaxy Watch8 Juga Punya Warna Andalan

Selain ponsel lipat, Samsung juga meluncurkan Galaxy Watch8 Series dengan dua varian: Watch8 reguler dan Watch8 Classic. Verry menyebut bahwa warna hitam menjadi favorit untuk Watch8 Classic, sedangkan silver mendominasi pemesanan varian reguler.

Di Indonesia, Watch8 tersedia dalam warna Graphite dan Silver, sementara Watch8 Classic hadir dengan pilihan Black dan White. Preferensi warna ini menunjukkan bahwa konsumen Indonesia cenderung memilih opsi yang timeless untuk perangkat wearable.

Peluncuran seri terbaru ini, termasuk update software yang sudah tersedia sebelum rilis, semakin mengukuhkan Samsung sebagai pemain utama di pasar perangkat lipat dan wearable.

Dengan kombinasi inovasi teknologi dan strategi warna yang matang, Samsung berhasil menciptakan produk yang tidak hanya powerful, tetapi juga personal. Jadi, warna mana yang akan Anda pilih?