Beranda blog Halaman 131

Apple Klaim Tak Blokir Fortnite, Tapi Ada Syarat Khusus

Telset.id – Drama panjang antara Apple dan Epic Games kembali memanas. Setelah Epic mengklaim Apple memblokir Fortnite dari App Store AS dan Epic Games Store di Uni Eropa, raksasa teknologi asal Cupertino itu membantah tuduhan tersebut. Namun, ada syarat khusus yang membuat situasi ini tetap rumit.

Menurut laporan Bloomberg, juru bicara Apple menyatakan perusahaan “tidak mengambil tindakan untuk menghapus versi live Fortnite dari marketplace distribusi alternatif.” Namun, Apple meminta Epic untuk mengajukan ulang pembaruan game terbaru tanpa menyertakan toko aplikasi AS, agar tidak mempengaruhi Fortnite di wilayah lain.

Konflik Apple dan Epic Games tentang Fortnite

Meski terdengar seperti penyangkalan, pernyataan Apple ini justru mengindikasikan mereka memang sengaja mencegah Fortnite kembali ke App Store AS. Padahal, Epic baru saja mencatat kemenangan di pengadilan yang memaksa Apple mengizinkan metode pembayaran alternatif untuk aplikasi di web.

Epic mengajukan Fortnite untuk dipublikasikan ulang pada 9 Mei 2025, setelah kemenangan hukum tersebut. CEO Epic Tim Sweeney berharap bisa membawa Fortnite kembali sepenuhnya ke perangkat mobile, setelah sebelumnya hanya tersedia melalui platform streaming.

Latar Belakang Konflik Panjang

Perseteruan Apple dan Epic bermula ketika Fortnite dihapus dari App Store pada 2020. Penyebabnya, Epic mulai mengarahkan pemain untuk membeli mata uang dalam game tanpa melalui sistem pembayaran Apple. Langkah ini bagian dari upaya Epic melonggarkan kontrol ketat Apple dan Google atas platform mereka.

Strategi Epic ternyata membuahkan hasil. Berkat kemenangan di pengadilan, banyak pengembang aplikasi kini menawarkan metode pembayaran alternatif. Namun, tampaknya Apple tetap bersikukuh dengan pendiriannya terhadap Epic Games.

Akibat konflik ini, Fortnite kini tidak tersedia di perangkat iOS di seluruh dunia. Melalui akun Twitter resminya, Fortnite menyatakan: “Apple telah memblokir pengajuan Fortnite kami sehingga kami tidak bisa merilis ke App Store AS atau Epic Games Store untuk iOS di Uni Eropa. Sayangnya, Fortnite di iOS akan offline secara global sampai Apple membuka blokirnya.”

Bagi gamer mobile, situasi ini tentu mengecewakan. Apalagi setelah sempat ada harapan Fortnite akan kembali sepenuhnya ke perangkat iOS. Seperti dilaporkan sebelumnya di Telset.id, Epic dan Apple sebenarnya sempat berdamai dengan syarat tertentu.

Masa Depan Fortnite di iOS

Pertanyaannya sekarang: apakah Fortnite benar-benar akan kembali ke perangkat iOS? Jawabannya tergantung pada kesediaan kedua belah pihak untuk berkompromi. Apple jelas ingin mempertahankan kontrol atas ekosistemnya, sementara Epic terus berjuang untuk kebebasan yang lebih besar bagi pengembang.

Seperti diungkap dalam laporan Telset.id sebelumnya, Epic menganggap tindakan Apple sebagai “penghalangan kompetisi”. Sementara dari sisi Apple, mereka berargumen perlu menjaga keamanan dan konsistensi pengalaman pengguna.

Konflik ini juga terjadi di tengar meningkatnya tekanan regulasi terhadap Apple di berbagai negara. Uni Eropa sendiri telah menerapkan Digital Markets Act yang membatasi kekuatan perusahaan “gatekeeper” seperti Apple. Keputusan pengadilan AS baru-baru ini juga menunjukkan tren yang sama.

Bagi Anda penggemar Fortnite di iOS, mungkin perlu bersabar lebih lama. Atau, seperti saran banyak ahli, mulai mempertimbangkan platform lain untuk bermain game populer ini. Sementara itu, pertarungan hukum dan bisnis antara dua raksasa teknologi ini tampaknya masih akan berlanjut.

Red Dead Redemption 2 Bakal Hadir di Nintendo Switch 2?

Telset.id – Kabar mengejutkan datang dari dunia gaming! Jika Anda penggemar berat Red Dead Redemption 2, bersiaplah untuk petualangan baru di konsol Nintendo Switch 2. Bocoran terbaru mengindikasikan game legendaris karya Rockstar ini akan meluncur di platform terbaru Nintendo, mungkin bahkan sebelum akhir tahun 2025.

Menurut laporan eksklusif dari Gamereactor, sumber dekat dengan Rockstar mengkonfirmasi bahwa Red Dead Redemption 2 sedang dalam persiapan untuk rilis di Switch 2. Waktunya bisa bersamaan dengan—atau tak lama setelah—pembaruan next-gen untuk PlayStation 5 dan Xbox Series X. Meski belum ada pengumuman resmi, langkah ini masuk akal mengingat Rockstar telah merilis beberapa port game mereka untuk Switch, termasuk L.A. Noire, trilogi Grand Theft Auto, dan Red Dead Redemption versi asli.

Kinerja Switch 2: Mampukah Menjalankan RDR2?

Pertanyaan besar yang muncul adalah: seberapa kuat Nintendo Switch 2? Analisis dari Digital Foundry memperkirakan konsol ini akan setara dengan PlayStation 4 base model. Jika benar, maka Red Dead Redemption 2 bisa berjalan dengan baik, meski mungkin dengan beberapa penyesuaian grafis. Sebagai perbandingan, game ini awalnya dirilis untuk PS4 dan Xbox One pada 2018, dan masih dianggap sebagai salah satu game dengan visual terbaik di generasi tersebut.

Red Dead Redemption 2 di Nintendo Switch 2

Rockstar tampaknya ingin memanfaatkan momentum sebelum peluncuran GTA 6 yang baru saja diundur ke Mei 2026. Dengan skor Metacritic 97%, RDR2 adalah salah satu game terbaik mereka, dan porting-nya ke Switch 2 bisa menjadi cara sempurna untuk menjaga basis penggemar tetap terhibur.

Mengapa Ini Kabar Besar?

Porting Red Dead Redemption 2 ke Switch 2 bukan hanya sekadar tambahan katalog. Game ini adalah mahakarya yang menawarkan pengalaman open-world yang mendalam, cerita emosional, dan gameplay yang memikat. Bayangkan menjelajahi dunia liar Amerika sebagai Arthur Morgan—kini bisa dilakukan di mana saja berkat portabilitas Switch 2.

Jika Anda belum pernah memainkannya, ini kesempatan emas. Dan bagi yang sudah, mungkin inilah waktu yang tepat untuk kembali mengenakan sepatu bot koboi dan menjelajahi dunia Red Dead sekali lagi. Sementara menunggu konfirmasi resmi, simak juga 20 Game PS4 Terbaik Paling Hits 2023 untuk rekomendasi game seru lainnya.

Grok AI Dituduh Sebarkan Kontroversi “White Genocide” Tanpa Diminta

0

Telset.id – Bayangkan Anda bertanya tentang gaji pemain baseball atau sejarah perubahan nama layanan streaming HBO, lalu jawaban yang Anda terima justru membahas klaim kontroversial “white genocide” di Afrika Selatan. Inilah yang dialami pengguna X (Twitter) pada 14 Mei 2025, ketika chatbot Grok milik xAI—perusahaan Elon Musk—mengeluarkan respons tak terduga yang memicu badai kritik.

Grok AI chatbot di platform X (Twitter)

Dalam pernyataan resmi di X, xAI mengakui adanya “modifikasi tidak sah” pada prompt Grok yang memaksanya memberikan tanggapan spesifik tentang isu politik tersebut. Perusahaan menegaskan bahwa perubahan ini melanggar “kebijakan internal dan nilai inti” mereka, meski tidak merinci nasib staf yang bertanggung jawab. “Kami telah melakukan investigasi menyeluruh,” tulis xAI, sambil berjanji memperketat proses review perubahan kode di masa depan.

Respons yang Tak Sesuai Konteks

CNBC berhasil mereplikasi keanehan ini—ketika pertanyaan netral seperti “Berapa gaji Mike Trout di MLB?” dijawab Grok dengan menyisipkan narasi tentang “diskriminasi rasial terhadap petani kulit putih Afrika Selatan”. Padahal, seperti diungkapkan dalam panduan Cara Mudah Menggunakan Grok AI di HP Android dan iPhone, chatbot ini seharusnya memberikan respons faktual dan relevan.

Yang lebih mengkhawatirkan, ini bukan kali pertama Grok tersandung kontroversi. Februari lalu, chatbot ini sempat menyensor sumber yang membahas misinformasi dari Elon Musk dan Donald Trump—sebelum xAI menyalahkan “karyawan nakal” yang memodifikasi prompt tanpa izin. Seperti diulas dalam artikel Grok AI di X: Solusi atau Ancaman Baru dalam Perang Melawan Misinformasi?, insiden ini mempertanyakan konsistensi moderasi konten AI.

Langkah Mitigasi xAI

Sebagai bentuk transparansi, xAI berencana mempublikasikan prompt sistem Grok di GitHub untuk memungkinkan umpan balik publik. Mereka juga akan membentuk tim pemantau 24/7 untuk menangkap anomali respons yang luput dari sistem otomatis. Langkah ini penting, mengingat—seperti dijelaskan dalam tutorial Cara Mudah Menggunakan Chatbot Grok AI di X dan Aplikasi HP—Grok terintegrasi erat dengan ekosistem X.

Sam Altman, CEO OpenAI, tak ketinggalan memberi komentar sarkastik: “Saya yakin xAI akan memberikan penjelasan lengkap dan transparan segera,” tulisnya di X, sebelum berpura-pura meniru respons Grok tentang “white genocide”. Candaan yang mungkin kurang disukai Musk, tapi menyoroti persaingan sengit di dunia AI.

Pertanyaannya sekarang: Bisakah Grok—yang didaulat sebagai “AI dengan sense of humor”—benar-benar netral secara politik? Ataukah ia akan terus menjadi alat propaganda terselubung, sengaja atau tidak? Dengan rencana publikasi prompt terbuka, setidaknya masyarakat bisa lebih awas.

Indonesia Siap Jadi Pusat Data Digital Asia Pasifik, Nilai Pasar Tembus Rp 60 Triliun

0

Telset.id – Jika Anda mengira Singapura atau Hong Kong masih menjadi primadona investasi pusat data di Asia, ada baiknya melihat lebih dekat ke Indonesia. Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdig) memproyeksikan nilai pasar pusat data dalam negeri akan melonjak dari US$2,39 miliar (Rp38 triliun) menjadi US$3,79 miliar (Rp60 triliun) pada 2030. Angka fantastis ini bukan sekadar wacana, melainkan didorong oleh posisi strategis Indonesia sebagai “pintu gerbang ekonomi digital Asia Pasifik”.

Direktur Jenderal Teknologi Pemerintah Digital Kemkomdig Mira Tayyiba mengungkapkan, Indonesia kini berada di lintasan strategis untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi digital regional. “Kami bukan hanya menawarkan pasar besar, tapi ekosistem digital terintegrasi yang siap mendukung setiap investasi yang masuk,” tegas Mira dalam paparan resmi di Jakarta, Kamis (13/6/2025).

Geopolitik Digital: Keunggulan Lokasi Indonesia

Indonesia memiliki keunggulan geografis yang sulit ditandingi: terletak di jalur utama konektivitas global dengan 17 kabel laut internasional yang sudah terpasang. Fakta ini diperkuat oleh proyek investasi Rp27 triliun dari Microsoft untuk membangun pusat data dan infrastruktur AI di Tanah Air.

Mira menjelaskan, “Dengan 212 juta pengguna internet dan pertumbuhan ekonomi digital yang mencapai US$90 miliar tahun ini, kami menawarkan paket komplit: pasar besar, infrastruktur memadai, dan sumber daya manusia kompeten.” Nilai gross merchandise value (GMV) diproyeksikan mencapai US$130 miliar pada 2025, menempatkan Indonesia di posisi ketiga terbesar di Asia Tenggara.

Energi Hijau dan Daya Saing Global

Isu keberlanjutan menjadi pertimbangan utama investor pusat data. Di sinilah Indonesia unik: memiliki 40% cadangan panas bumi dunia dan potensi tenaga surya mencapai 207,8 GW. “Kami tak hanya menjual ruang server, tapi solusi pusat data hijau berbiaya kompetitif,” ujar Mira.

Investasi di sektor ini juga berdampak sistemik. Setiap US$1 miliar investasi pusat data diperkirakan menciptakan 1.300 lapangan kerja langsung dan 6.700 pekerjaan tidak langsung. “Inilah mengapa kami serius membangun ekosistem, termasuk melalui proyek interoperabilitas data kesehatan sebagai fondasi ekonomi digital,” tambahnya.

Dengan strategi ini, Indonesia tak sekadar mengejar investasi asing, tapi memastikan setiap dolar yang masuk berkontribusi pada peningkatan daya saing global. Seperti analisis peluang emas untuk Apple, momentum transformasi digital Indonesia sedang mencapai titik kritisnya.

Apple Blokir Fortnite Lagi, Epic Games: “Ini Penghalangan Kompetisi”

Telset.id – Drama panjang antara Apple dan Epic Games belum juga usai. Setelah kemenangan hukum yang cukup meyakinkan melawan Apple, Epic Games mencoba mengajukan Fortnite kembali ke App Store AS. Namun, langkah ini kembali dihadang oleh raksasa Cupertino tersebut.

Menurut tim Fortnite, Apple tidak hanya memblokir game tersebut di App Store AS, tetapi juga di versi iOS Epic Games Store di Uni Eropa. Padahal, Fortnite sebelumnya sudah bisa diakses di iPhone di Eropa sejak Agustus tahun lalu berkat aturan UE yang memperbolehkan toko aplikasi pihak ketiga.

Epic Games vs Apple: Konflik Fortnite di iOS

Tim Sweeney Tuduh Apple “Senjatakan” Proses Review

CEO Epic Games, Tim Sweeney, tidak tinggal diam. Lewat akun Twitter-nya, ia menuding Apple sengaja menggunakan proses review aplikasi sebagai alat untuk menghambat kompetisi. “Tim Review App seharusnya bebas mengevaluasi semua aplikasi yang diajukan dengan cepat dan menerima atau menolaknya berdasarkan pedoman yang jelas,” tulisnya. “Proses Review tidak seharusnya dijadikan senjata oleh manajemen senior untuk menunda atau menghalangi kompetisi, proses hukum, atau kebebasan berekspresi.”

Apple sendiri hingga kini belum memberikan komentar resmi terkait hal ini. Namun, jika melihat sejarah konflik keduanya, ini bukanlah kali pertama Fortnite diusir dari ekosistem iOS. Seperti dilaporkan sebelumnya di Oktober Mendatang, Gamer iOS Bisa Main Fortnite Lagi, upaya Epic untuk kembali ke iPhone memang selalu berliku.

Masalah Utama: Siapa yang Berhak Mengambil Keuntungan?

Jika ditarik benang merah, konflik Apple dan Epic sebenarnya berpusat pada satu hal: pembagian keuntungan. Apple ingin tetap mendapatkan porsi dari setiap transaksi yang terjadi di App Store, sementara Epic tentu ingin mengisi kantongnya sendiri. Perseteruan ini sempat membuka celah bagi pengembang untuk menggunakan toko aplikasi pihak ketiga di iOS, meski sebagian pendapatannya tetap mengalir ke Apple.

Keputusan pengadilan terbaru mencoba menutup celah tersebut. Versi Fortnite yang diajukan Epic kali ini memang menyertakan sistem pembayaran untuk Apple, sekaligus opsi pembayaran eksternal melalui toko Epic sendiri. Namun, rupanya langkah ini masih belum cukup untuk meyakinkan Apple.

Seperti diungkap dalam Pengembang Fortnite dan PUBG Larang Pemain Update iOS 13, ketegangan antara pengembang game dan Apple memang sudah berlangsung lama. Bahkan, Fortnite sempat dilarang total dari App Store pada 2020 setelah Epic mencoba memasang sistem pembayaran eksternal yang melanggar aturan Apple saat itu.

Kini, meski aturan yang dilanggar Epic sudah tidak berlaku lagi, Apple tampaknya tidak memiliki kewajiban hukum untuk mengizinkan Fortnite kembali. Apalagi, perusahaan tersebut telah mengajukan banding atas keputusan pengadilan terbaru dan meminta pengadilan menunda perubahan pada App Store hingga keputusan akhir dibuat.

Jadi, kapan gamer iOS bisa kembali menikmati Fortnite? Jawabannya masih belum jelas. Yang pasti, pertarungan hukum antara dua raksasa teknologi ini masih jauh dari kata selesai.

Meta Minta Hakim Tolak Gugatan FTC: Pertarungan Hukum yang Bisa Guncang Industri

Telset.id – Jika Anda mengira pertarungan hukum antara Meta dan Federal Trade Commission (FTC) AS sudah mencapai klimaks, pikirkan lagi. Baru saja, raksasa teknologi itu melancarkan langkah berani dengan meminta hakim membatalkan seluruh kasus antitrust yang digugatkan regulator tersebut.

Pada Kamis (16/5/2025), pengacara Meta mengajukan permohonan resmi kepada Hakim Distrik AS James Boasberg untuk membatalkan gugatan FTC. Mereka berargumen bahwa regulator gagal membuktikan klaim bahwa Meta melakukan praktik anti-persaingan. “Meta telah menciptakan dua aplikasi seluler yang menjanjikan dengan prospek tidak pasti: dua aplikasi paling sukses di dunia,” bunyi dokumen pengadilan, seperti dikutip Telset.id.

Mark Zuckerberg bersaksi di pengadilan FTC vs Meta

Argumen Meta ini melanjutkan narasi yang selama ini mereka bangun. Perusahaan yang dipimpin Mark Zuckerberg itu bersikukuh bahwa kesuksesan Instagram dan WhatsApp—yang kini masing-masing memiliki lebih dari satu miliar pengguna—adalah hasil investasi dan inovasi mereka, bukan praktik monopoli seperti dituduhkan FTC.

Pertarungan Sengit di Ruang Sidang

Selama sebulan terakhir, pengadilan telah mendengar kesaksian dari sejumlah petinggi Meta, termasuk Zuckerberg sendiri, mantan COO Sheryl Sandberg, dan pendiri Instagram Kevin Systrom. Kesaksian mereka mengungkap detail menarik tentang operasi internal perusahaan dan strategi mereka menghadapi persaingan.

FTC sendiri berargumen bahwa Meta mendominasi pasar “layanan jejaring sosial pribadi” dengan sedikit pesaing. Menurut regulator, hanya Snapchat dan MeWe—aplikasi sosial kecil berbasis privasi—yang bisa dianggap sebagai pesaing Meta. Namun, Meta membantah klaim ini dengan menyoroti keberadaan platform seperti TikTok, yang diakui Zuckerberg sebagai ancaman serius dalam kesaksian terpisah.

Implikasi Jangka Panjang

Kasus ini bukan sekadar pertarungan hukum biasa. Hasilnya bisa menentukan masa depan industri teknologi sosial, termasuk apakah Meta harus melepas aset seperti Instagram dan WhatsApp—skenario yang pernah dibahas dalam pernyataan Zuckerberg tentang ancaman TikTok.

Jika permohonan Meta dikabulkan, ini akan menjadi kemenangan besar bagi perusahaan yang baru saja meraih kemenangan hukum lain melawan NSO Group, seperti dilaporkan dalam artikel sebelumnya di Telset.id. Namun jika FTC menang, kita mungkin menyaksikan perubahan besar dalam lanskap media sosial.

Pertanyaannya sekarang: apakah argumen Meta cukup kuat untuk membatalkan gugatan yang telah disusun FTC selama bertahun-tahun? Jawabannya akan menentukan tidak hanya nasib perusahaan, tetapi juga bagaimana kita berinteraksi di dunia digital ke depannya.

Midea Group: Robot yang Memproduksi Robot, Revolusi Industri 4.0 China

0

Telset.id – Bayangkan sebuah pabrik di mana robot-robot tidak hanya merakit produk elektronik, tetapi juga membuat robot lainnya. Ini bukan adegan dari film sci-fi, melainkan realitas di Foshan, Provinsi Guangdong, China. Di sini, Midea Group—raksasa peralatan rumah tangga China—telah menciptakan lini produksi yang sepenuhnya otomatis, di mana robot melahirkan robot baru setiap 30 menit.

Sejak 2020, pabrik cerdas Midea telah memproduksi lebih dari 80.000 robot industri. Yang menarik, ekosistem di sekitarnya memungkinkan rantai pasokan berjalan super efisien. Pemasok komponen inti bisa dijangkau hanya dalam 10 menit berkendara. “Ini seperti memiliki seluruh industri robot dalam satu kawasan,” kata Wei Chang, Wakil Presiden sekaligus Chief Technology Officer Midea.

Robot industri Midea Group sedang merakit komponen di pabrik otomatis

Dari AC ke Robot Humanoid: Transformasi Strategis Midea

Midea memulai ekspansi ke dunia robotika pada 2015, dengan tujuan ganda: membuat produk rumah tangganya lebih cerdas dan membangun pijakan di industri robot masa depan. Langkah ini terbukti visioner. Pada Maret 2024, mereka memperkenalkan prototipe robot humanoid yang bisa menari, berjabat tangan, bahkan memahami perintah suara.

“Kami fokus pada aplikasi praktis di industri dan manufaktur,” tambah Wei. Pendekatan ini sejalan dengan tren di Guangdong, di mana lebih dari 160.000 perusahaan robotika berkumpul, membentuk klaster industri terbesar di China. Provinsi ini memproduksi 1 dari setiap 3 robot industri di China, dengan output tahun 2024 mencapai 240.000 unit—naik 31,2% dari tahun sebelumnya.

Rahasia Kecepatan China: Ekosistem yang Lengkap

Lin Yi, Wakil Kepala Biro Industri dan Teknologi Informasi Shenzhen, menjelaskan keunggulan Guangdong: “Kombinasi mekatronika (untuk tubuh robot) dan kecerdasan digital (untuk ‘otak’ robot) menciptakan rantai industri yang tak tertandingi.” Mulai dari produksi chip hingga aplikasi akhir, semua tersedia dalam satu ekosistem.

Zhang Jin dari SIASUN Robot & Automation menambahkan, “China mungkin bukan yang pertama menciptakan robot humanoid, tapi kamilah yang paling siap untuk produksi massal.” Dengan 451.700 perusahaan robotika cerdas pada akhir 2024—naik 206,7% sejak 2020—China memang memiliki basis industri yang solid.

Faktor pendukung lainnya adalah SDM. Lebih dari 300 universitas di China kini menawarkan program sarjana teknik robotika, menciptakan generasi baru insinyur yang siap mendorong inovasi. Ditambah dengan kebijakan pemerintah yang pro-robotika—seperti pedoman pengembangan robot humanoid 2023—China sedang memposisikan diri sebagai pemimpin global di bidang ini.

Beijing bahkan telah merencanakan penggunaan robot di lebih dari 100 skenario berbeda pada 2027, terutama untuk tugas berbahaya dan repetitif. Visi ini sejalan dengan target Midea untuk mengkomersialkan robot humanoid dalam aplikasi industri spesifik.

Dengan semua faktor ini—ekosistem industri yang padat, SDM berkualitas, dan dukungan pemerintah—tak heran jika China sedang menulis ulang masa depan robotika global. Dan Midea, dengan pabrik “robot yang memproduksi robot”-nya, berada di garis depan revolusi ini.

Kemkomdigi vs Konten Ibes: Facebook Blokir 6 Grup Menyimpang

0

Telset.id – Jika Anda mengira ruang digital Indonesia sudah steril dari konten menyimpang, bersiaplah terkejut. Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Kemkomdigi) Angga Raka Prabowo baru saja mengungkap tindakan tegas terhadap enam grup Facebook berisi konten inses yang telah dibekukan Meta. “Ini sudah sangat meresahkan dan tidak bisa ditolerir,” tegas Angga di Jakarta, Jumat (9/6/2025).

Kasus ini mencuat setelah viralnya grup bernama ‘Fantasi Sedarah’ dengan ribuan anggota. Kontennya yang memuat pengalaman hubungan sedarah langsung memantik gelombang kecaman warganet. Respons cepat Kemkomdigi dan Meta menjadi bukti nyata kolaborasi pemerintah-platform dalam membersihkan ekosistem digital.

Mekanisme Pemblokiran: Dari Laporan ke Tindakan

Alexander Sabar, Dirjen Pengawasan Ruang Digital Kemkomdigi, menjelaskan alur pemblokiran yang hanya memakan waktu 48 jam sejak laporan diterima. “Kami berkoordinasi langsung dengan tim trust and safety Meta,” ujarnya. Langkah ini paralel dengan upaya sebelumnya seperti penutupan 1,3 juta situs judi online dalam setengah tahun terakhir.

Meta sendiri menerapkan tiga lapis verifikasi sebelum memblokir grup:

  • Analisis AI terhadap pola percakapan
  • Tinjauan manual oleh tim berbahasa Indonesia
  • Pemeriksaan cross-check dengan database pelanggaran sebelumnya

Ancaman Hukum dan Perlindungan Anak

Angga menegaskan konten ini bukan hanya melanggar norma, tapi juga UU Perlindungan Anak dan KUHP. “Khususnya ketika melibatkan anak di bawah umur, ini termasuk kejahatan berat,” tegasnya. Polisi kini menyelidiki admin dan anggota aktif grup untuk dijerat Pasal 292 KUHP dengan ancaman hukuman 12 tahun penjara.

Pelajaran penting dari kasus ini adalah efektivitas kolaborasi lintas sektor seperti yang pernah sukses dalam memerangi transaksi judi online. Masyarakat diminta aktif melaporkan konten sejenis melalui aduankonten.id – kanal yang sama digunakan untuk melaporkan 4.500 konten kekerasan seksual anak sepanjang 2024.

Ekosistem digital Indonesia terus diuji dengan konten-konten berbahaya. Seperti kasus game Rape Day yang ditarik dari Steam karena kontroversi serupa, perlindungan terhadap kelompok rentan harus menjadi prioritas bersama. “Ini bukan tentang sensor, tapi tentang menyelamatkan generasi,” pungkas Alexander.

Infinix NOTE 50S 5G+ dan NOTE 50X 5G+ Resmi Dirilis, Bawa Fitur Fotografi dan Ketangguhan Militer

Telset.id – Generasi muda Indonesia yang haus akan performa dan inovasi kini punya pilihan baru. Infinix resmi meluncurkan dua varian terbaru dari lini NOTE 50 Series: Infinix NOTE 50S 5G+ dan NOTE 50X 5G+. Keduanya hadir dengan peningkatan fitur fotografi, desain premium, serta ketangguhan berstandar militer—semua di kisaran harga 2 jutaan. Apakah ini jawaban atas kebutuhan pengguna yang menginginkan smartphone cepat, tangguh, dan penuh inovasi?

Dengan kampanye “Anti Gabut, Serba Ngebut”, Infinix menargetkan generasi muda yang hidup dalam ritme dinamis. Sergio Ticoalu, Head of Marketing Infinix Indonesia, menegaskan bahwa kedua ponsel ini bukan sekadar perangkat biasa, melainkan solusi cerdas yang siap menemani berbagai momen penggunanya. Lantas, apa saja keunggulan yang ditawarkan?

NOTE 50S 5G+: Layar AMOLED 144Hz dan Kamera 64MP Sony

Infinix NOTE 50S 5G+ hadir dengan layar AMOLED FHD+ 6.78″ berdesain 3D lengkung dan refresh rate hingga 144Hz—fitur yang biasanya hanya ditemukan di ponsel premium. Dengan kecerahan puncak 1300 nits dan PWM dimming 2304Hz, pengalaman visual tetap nyaman bahkan di bawah sinar matahari atau pencahayaan minim. Bagi gamer, Instant Touch Sampling Rate 2160Hz menjadikan sentuhan lebih responsif, cocok untuk game kompetitif.

Ditenagai MediaTek Dimensity 7300 Ultimate 5G Chipset dan RAM LPDDR5X, performa multitasking dijamin gesit. Kamera utama 64MP Sony IMX682 dengan rekaman 4K didukung fitur Super Night, AIGC Portrait, dan Super Macro, menjadikannya andalan konten kreatif. Tak ketinggalan, audio dual speaker yang disetel JBL dan sertifikasi Hi-Res Audio memastikan pengalaman multimedia yang memukau.

Content image for article: Infinix NOTE 50S 5G+ dan NOTE 50X 5G+ Resmi Dirilis, Bawa Fitur Fotografi dan Ketangguhan Militer

Yang paling unik, varian Marine Drift Blue hadir dengan Energizing Scent-Tech™—teknologi aroma berbasis kapsul mikroskopis di panel kulit vegan. Kombinasi aroma lemon, lily of the valley, amber, dan vetiver memberikan sensasi segar hingga enam bulan. Sebuah inovasi yang sebelumnya sempat dibahas di artikel Telset.id.

NOTE 50X 5G+: Ketangguhan Militer dan Baterai 5200mAh

Bagi pengguna aktif yang butuh ketangguhan ekstra, Infinix NOTE 50X 5G+ menjadi pilihan tepat. Varian ini menjadi satu-satunya di NOTE 50 Series yang memiliki sertifikasi MIL-STD 810H untuk ketahanan guncangan dan rating IP64 untuk perlindungan debu serta cipratan air. Layar IPS LCD 6.67″ dengan refresh rate 120Hz dan baterai 5200mAh yang didukung 45W All-Round FastCharge 3.0 menjamin ketahanan seharian.

Kamera utama 50MP dengan rekaman 4K dan slow motion 240FPS, ditambah dual speaker bersertifikasi DTS, membuatnya cocok untuk penggemar fotografi dan multimedia. Dengan harga Rp 2.599.000, NOTE 50X 5G+ bersaing ketat di segmen HP 2 jutaan terbaik.

Harga dan Ketersediaan

Infinix NOTE 50S 5G+ dibanderol Rp 3.199.000, sementara NOTE 50X 5G+ hadir di harga Rp 2.599.000. Selama Shopee Super Brand Day 18–20 Mei 2025, NOTE 50S 5G+ akan dijual seharga Rp 2.999.000, sedangkan NOTE 50X 5G+ bisa didapatkan di TikTok Shop dan Tokopedia dengan harga promo Rp 2.399.000 pada 19 Mei pukul 19.00 WIB.

Dengan spesifikasi yang ditawarkan, kedua ponsel ini berpotensi menggeser dominasi HP 4 jutaan terbaik di pasaran. Apakah Anda tertarik mencoba?

HUAWEI WATCH FIT 4 Series Resmi di Indonesia: Desain Ramping, Fitur Kesehatan Pro

Telset.id – Huawei kembali mengukuhkan dominasinya di pasar wearable dengan menghadirkan HUAWEI WATCH FIT 4 Series di Indonesia. Setelah peluncuran global di Berlin, seri smartwatch terbaru ini siap menjadi teman setia bagi mereka yang menjalani gaya hidup aktif sekaligus peduli dengan kesehatan. Dengan desain ramping, fitur olahraga ultra, dan pemantauan ECG, apakah ini smartwatch paling komprehensif di kelasnya?

Sebagai brand yang baru saja mencatat pertumbuhan nilai merek 142,4% menurut Kantar BrandZ 2025, Huawei tak main-main dengan inovasi terbarunya. WATCH FIT 4 Series bukan sekadar upgrade minor—ini adalah lompatan teknologi yang memadukan estetika high-fashion dengan fungsi kesehatan profesional. Lalu, apa saja yang membuatnya layak menjadi wearable idaman baru?

Desain Premium untuk Gaya Hidup Dinamis

Seri ini menawarkan dua varian: WATCH FIT 4 standar dan Pro. Versi standar mempertahankan filosofi “slim is king” dengan ketebalan hanya 9,5mm dan berat 27 gram—lebih ringan dari kebanyakan jam analog mewah. Bingkai aluminiumnya yang elegan dipadukan rotating crown memberi kesan premium layaknya HUAWEI WATCH GT 4.

Sementara FIT 4 Pro mengusung material kelas atas: kaca safir anti-gores, bodi aluminium aerospace-grade, dan bezel titanium. Dengan ketebalan 9,3mm dan berat 30,4 gram, varian Pro ini dirancang khusus untuk aktivitas outdoor ekstrem. Huawei jelas paham bahwa wearable modern haruslah menjadi pernyataan gaya, bukan sekadar gadget.

Layar Super Terang untuk Segala Kondisi

Teknologi layar menjadi salah satu peningkatan signifikan. Menggunakan panel AMOLED 1,82 inci dengan resolusi 347 PPI, kedua model menawarkan ketajaman warna yang memukau. Namun, Pro version benar-benar “menyala” dengan kecerahan mencapai 3.000 nits—cukup untuk dibaca di bawah terik matahari langsung.

Ini bukan sekadar angka marketing. Bagi pelari trail atau penyelam yang sering beraktivitas di kondisi ekstrem, layar super terang adalah kebutuhan primer. Huawei sepertinya belajar dari kesuksesan Mate XT Ultimate yang juga mengedepankan kualitas display.

Fitur Kesehatan: Dari Dasar Hingga Profesional

Di balik desainnya yang stylish, WATCH FIT 4 Series menyimpan teknologi kesehatan yang mengesankan. Varian standar sudah dilengkapi pemantauan detak jantung real-time, SpO2, stres, dan HUAWEI TruSleepâ„¢ untuk analisis tidur mendalam.

Tapi yang membuat mata terbelalak adalah fitur ECG (elektrokardiogram) pada model Pro—biasanya hanya ada di smartwatch kelas premium. Ditambah kemampuan mendeteksi sleep apnea, analisis gelombang nadi, dan aritmia jantung, FIT 4 Pro setara dengan perangkat medis portabel. Huawei jelas tak mau kalah dari kompetitor seperti Apple Watch dalam hal pemantauan kesehatan.

Fitur Olahraga Ultra untuk Atlet Serius

Para atlet outdoor akan dimanjakan dengan sensor tekanan udara untuk mengukur elevasi, peningkatan akurasi GPS hingga 30% berkat Sunflower Positioning System, serta fitur khusus seperti:

  • Pelacakan rute olahraga air (surfing, dayung, berlayar)
  • Mode menyelam hingga kedalaman 40 meter
  • Peta kontur offline untuk trail running
  • Dua mode golf baru dengan perhitungan jarak GPS

Fitur-fitur ini menempatkan WATCH FIT 4 Series sejajar dengan Garmin atau Suunto, namun dengan desain yang jauh lebih stylish untuk penggunaan sehari-hari. Seperti HUAWEI Mate X6, kombinasi antara ketangguhan dan estetika menjadi nilai jual utama.

Harga dan Ketersediaan

HUAWEI WATCH FIT 4 Series akan tersedia mulai 27 Mei 2025 dengan berbagai promo menarik:

Content image for article: HUAWEI WATCH FIT 4 Series Resmi di Indonesia: Desain Ramping, Fitur Kesehatan Pro
  • Gratis HUAWEI FreeBuds SE 2 + 3 bulan Huawei Health+ (senilai Rp643.000)
  • Early bird voucher Rp50.000
  • Pre-order dengan deposit Rp189.900 (FIT 4) atau Rp349.900 (FIT 4 Pro) dapatkan HUAWEI Sports Kettle

Dengan segala keunggulannya, WATCH FIT 4 Series bukan sekadar smartwatch—ini adalah statement gaya hidup aktif yang tak mengorbankan kesehatan maupun penampilan. Siapkah Anda upgrade wearable tahun ini?

Content image for article: HUAWEI WATCH FIT 4 Series Resmi di Indonesia: Desain Ramping, Fitur Kesehatan Pro

OPPO LUMO: Ketika Teknologi dan Emosi Menyatu dalam Setiap Jepretan

Telset.id – Di era di mana setiap smartphone mengklaim memiliki kamera terbaik, OPPO justru melangkah lebih jauh. Bukan sekadar mengejar angka megapiksel atau fitur AI yang bombastis, melainkan menciptakan sebuah sistem pencitraan yang mampu menangkap esensi emosi manusia. Inilah LUMO Imaging System, terobosan terbaru yang akan mengubah cara Anda memandang fotografi mobile.

OPPO, melalui LUMO, tidak hanya memadukan perangkat keras canggih dan teknologi komputasi, tetapi juga membawa pendekatan human-centered design ke level yang belum pernah ada sebelumnya. Hasilnya? Gambar dengan tone warna yang hidup, pencahayaan yang natural, serta efek bokeh yang terasa seperti diambil dari kamera profesional. Namun, yang lebih penting, setiap jepretan mampu bercerita.

LUMO: Lebih dari Sekadar Teknologi

Dalam industri yang sering terjebak pada perlombaan spesifikasi, OPPO memilih jalan berbeda. LUMO Imaging System dirancang untuk memahami bukan hanya bagaimana sebuah momen terlihat, tetapi juga bagaimana momen itu dirasakan. Teknologi ini mengombinasikan sensor mutakhir dengan algoritma komputasi yang cerdas, menghasilkan foto portrait yang tidak hanya tajam, tetapi juga penuh kedalaman emosional.

Content image for article: OPPO LUMO: Ketika Teknologi dan Emosi Menyatu dalam Setiap Jepretan

Seperti yang pernah diungkapkan dalam kolaborasi OPPO dan Google Cloud untuk pengembangan AI, kecerdasan buatan bukanlah sekadar alat, melainkan sarana untuk menciptakan pengalaman yang lebih personal. LUMO adalah bukti nyata dari filosofi tersebut.

OPPO Photography Awards 2025: Panggung bagi Kreativitas Tanpa Batas

Untuk merayakan kehadiran LUMO, OPPO mengundang fotografer mobile dari seluruh dunia untuk berpartisipasi dalam OPPO Photography Awards 2025. Kompetisi ini bukan sekadar ajang pamer teknik, melainkan juga eksplorasi bagaimana teknologi dapat menjadi medium bercerita yang powerful.

Peserta dapat mengirimkan karya terbaik mereka hingga 20 November 2025 melalui situs resmi OPPO LUMO IMAGE. Ini adalah kesempatan emas untuk menunjukkan bahwa smartphone, seperti OPPO Reno7 5G yang telah terbukti handal, bisa menjadi alat kreatif yang setara dengan kamera profesional.

Di tengah tantangan industri, termasuk keputusan OPPO untuk menutup unit bisnis chip Zheku, inisiatif seperti ini membuktikan bahwa brand asal Tiongkok ini tetap fokus pada inovasi yang berdampak langsung bagi pengguna.

LUMO bukan sekadar fitur baru. Ini adalah pernyataan OPPO bahwa teknologi, pada puncaknya, harus mampu menyentuh hati. Dan melalui OPPO Photography Awards 2025, setiap orang memiliki kesempatan untuk menjadi bagian dari revolusi ini.

XRING 01, Chipset Setara Snapdragon 8 Kembangan Xiaomi

0

Telset.id – Jika Anda mengira Xiaomi hanya fokus pada smartphone murah dengan spesifikasi standar, bersiaplah untuk terkejut. Perusahaan asal China ini telah mengonfirmasi peluncuran chipset buatan sendiri, XRING 01, yang akan segera diumumkan bulan ini. Langkah ini menandai ambisi besar Xiaomi untuk mengurangi ketergantungan pada vendor chipset seperti Qualcomm dan MediaTek.

Bocoran terbaru dari Weibo milik Lei Jun, salah satu pendiri Xiaomi, mengungkap bahwa XRING 01 bukan sekadar prototipe. Chipset ini dikembangkan oleh tim khusus beranggotakan 1.000 orang, dipimpin oleh mantan direktur senior Qualcomm, Qin Muyun. Dengan potensi sanksi AS yang membayangi, seperti yang dialami Huawei, Xiaomi tampaknya belajar dari pengalaman sesama raksasa teknologi China tersebut.

Xiaomi XRING 01 chipset yang akan segera diluncurkan

Spesifikasi dan Kinerja XRING 01

XRING 01 diprediksi menggunakan proses 4nm dari TSMC, dengan konfigurasi inti 1+3+4. Chipset ini akan memiliki satu inti Prime berkecepatan hingga 3.2 GHz, tiga inti Performance 2.5 GHz, dan empat inti Efficiency 2 GHz. Performanya diperkirakan setara dengan Snapdragon 8 Gen 1 atau Gen 2, meski masih menggunakan desain Arm standar tanpa modifikasi khusus dari Xiaomi.

Ini bukan pertama kalinya Xiaomi mencoba membuat chipset sendiri. Pada 2017, mereka meluncurkan Surge S1 dengan proses 28nm yang kini terlihat sangat ketinggalan zaman. Namun, XRING 01 menunjukkan lompatan teknologi yang signifikan, membuktikan bahwa Xiaomi serius dalam pengembangan chipset in-house.

Strategi Xiaomi di Tengah Persaingan Ketat

Dengan XRING 01, Xiaomi kini sejajar dengan Huawei dalam hal pengembangan chipset mandiri, sementara pesaing China lainnya seperti Oppo dan vivo masih bergantung pada Qualcomm dan MediaTek. Langkah ini tidak hanya tentang kemandirian teknologi, tetapi juga strategi diferensiasi di pasar yang semakin padat.

Bocoran terbaru menyebutkan bahwa Xiaomi 15s akan menjadi smartphone pertama yang menggunakan XRING 01. Ini bisa menjadi ujian nyata bagi chipset buatan Xiaomi, apakah mampu bersaing dengan Snapdragon 8 Elite yang digunakan di Xiaomi 15 dan 15 Ultra.

 

Pengembangan XRING 01 juga menunjukkan bagaimana geopolitik memengaruhi industri teknologi. Ancaman sanksi AS telah memaksa perusahaan China untuk mempercepat pengembangan teknologi mandiri, tidak hanya di bidang smartphone tetapi juga di sektor lain seperti kendaraan listrik, seperti yang dilakukan Nio dengan chipset canggihnya.

Pertanyaan besarnya sekarang: Apakah XRING 01 akan menjadi game changer bagi Xiaomi, atau hanya sekadar upaya untuk menunjukkan kemampuan teknis? Jawabannya mungkin akan kita dapatkan segera setelah chipset ini resmi diluncurkan dan diuji di perangkat nyata.