Beranda blog Halaman 129

DeepSeek Pakai Ribuan Chip Nvidia untuk Saingi OpenAI dengan Biaya Lebih Rendah

0

Telset.id – Di tengah persaingan ketat di dunia kecerdasan buatan (AI), DeepSeek muncul dengan strategi unik: menggunakan ribuan chip Nvidia H800 untuk melatih model AI mereka dengan biaya lebih rendah dibandingkan pesaing seperti OpenAI. Bagaimana startup asal China ini mengubah permainan?

Dalam laporan resmi yang dirilis oleh pendiri DeepSeek, Liang Wenfeng, diungkap bahwa model terbaru mereka, DeepSeek-V3, dilatih menggunakan 2.048 GPU Nvidia H800. GPU ini didesain khusus untuk pasar China, menyesuaikan diri dengan pembatasan ekspor teknologi dari AS. Namun, langkah ini justru menjadi solusi cerdas untuk mengatasi tantangan biaya komputasi tinggi yang biasa dihadapi pengembang AI.

Optimasi Hardware: Kunci Efisiensi DeepSeek

DeepSeek dan High-Flyer, penyandang dana mereka, telah mempersiapkan diri dengan menimbun GPU H800 sebelum larangan ekspor diberlakukan pada 2023. Menurut Wenfeng, pendekatan ini memungkinkan mereka mencapai efisiensi yang signifikan dalam pelatihan dan inferensi AI. “DeepSeek-V3 yang dilatih menggunakan 2.048 GPU Nvidia H800 memperlihatkan bagaimana model hardware bisa mengubah tantangan ini secara efektif,” tulisnya.

DeepSeek AI menggunakan ribuan chip Nvidia H800 untuk efisiensi komputasi

Tak hanya mengandalkan hardware, DeepSeek juga menerapkan berbagai optimasi teknis, seperti peningkatan efisiensi memori dan komunikasi antar-chip. Metode ini diklaim mampu mengurangi biaya komputasi pra-pelatihan sekaligus meningkatkan kecepatan inferensi. Bahkan, Alibaba mengadopsi pendekatan serupa untuk model AI mereka, Qwen3.

Persaingan Sengit di Pasar AI China

DeepSeek sempat mengejutkan dunia dengan merilis model V3 pada Desember 2024 dan R1 sebulan kemudian. Keduanya dikenal dengan kebutuhan komputasi yang lebih irit dibanding GPT, namun dengan kemampuan yang sebanding. Namun, setelah itu, DeepSeek terlihat lebih diam tentang rencana penelitian mereka.

Sementara itu, perusahaan teknologi China lainnya tak tinggal diam. Baidu meluncurkan Ernie 4.5 Turbo dan X1 Turbo dengan kemampuan multimodal reasoning dan harga 40% lebih murah dari DeepSeek V3. Alibaba juga memperkenalkan Qwen terbaru, yang langsung menjadi model AI open source paling populer di dunia.

Masa Depan DeepSeek: Bisakah Bertahan?

Meski sempat menjadi sorotan, DeepSeek kini menghadapi tantangan baru. Larangan penggunaan di Korea Selatan karena tuduhan transfer data tanpa izin menjadi batu sandungan. Namun, dengan pendekatan efisiensi tinggi mereka, apakah DeepSeek masih bisa bersaing di pasar AI yang semakin kompetitif?

Jika Anda tertarik dengan perkembangan terbaru DeepSeek, simak juga bocoran model R2 mereka yang dikabarkan siap mengguncang pasar global.

AI Masih Gagal Baca Jam Analog dan Kalender, Ini Penjelasannya

0

Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa asisten virtual seperti Siri atau Google Assistant terkadang gagal menjawab pertanyaan sederhana seperti “Jam berapa sekarang?” atau “Hari apa tanggal 15 Maret 2025?” Ternyata, ini bukan sekadar bug—melainkan keterbatasan mendasar dalam kecerdasan buatan (AI) yang baru terungkap melalui penelitian terkini.

Dalam presentasi di International Conference on Learning Representations (ICLR) 2025, tim peneliti dari Edinburgh University mengungkap temuan mengejutkan: AI ternyata tidak mampu membaca jam analog atau menghitung hari dalam kalender dengan akurat. Padahal, dua kemampuan ini dikuasai manusia sejak usia dini. Studi yang dipublikasikan di arXiv pada 18 Maret 2025 ini menguji empat model AI mutakhir—termasuk GPT-4o milik OpenAI, Gemini 2.0 Google, dan Llama 3.2-Vision Meta—dengan hasil yang mengecewakan.

AI Versus Jam Tangan: Pertarungan yang Tidak Seimbang

Tim peneliti memberikan serangkaian gambar jam analog dan pertanyaan kalender kepada model AI. Hasilnya? AI hanya berhasil membaca waktu dengan benar 38,7% dari percobaan dan mengidentifikasi hari dalam seminggu untuk tanggal tertentu dengan akurasi 26,3%. “Ini seperti menyuruh anak kelas 1 SD mengerjakan soal matematika universitas,” ujar Rohit Saxena, peneliti utama, dalam pernyataannya kepada Live Science.

Ilustrasi AI sedang mencoba membaca jam analog

Menurut Saxena, kegagalan ini terjadi karena AI dilatih dengan pendekatan berbeda dari manusia. “Membaca jam membutuhkan penalaran spasial—mendeteksi jarum yang tumpang tindih, mengukur sudut, dan memahami variasi desain seperti angka Romawi. AI hanya mengenali ‘ini jam’, bukan ‘berapa jam’.”

Kalender dan Tahun Kabisat: Masalah yang Lebih Rumit

Ketika diuji dengan pertanyaan seperti “Hari apa tanggal ke-153 dalam setahun?”, AI kembali menunjukkan kelemahan. Saxena menjelaskan, “AI tidak menjalankan algoritma matematika seperti komputer tradisional. Ia memprediksi jawaban berdasarkan pola data pelatihan.” Ini menjelaskan mengapa pertanyaan tentang tahun kabisat atau kalender kuno sering membuat AI kelabakan.

Fenomena ini juga terlihat dalam produk AI populer. Coba tanyakan pada Google Assistant tentang “berapa hari antara 1 Januari dan 1 Februari 2025″—jawabannya bisa bervariasi meski pertanyaannya identik.

Implikasi untuk Masa Depan AI

Temuan ini bukan sekadar trivia teknologi. Menurut penelitian, integrasi AI dalam aplikasi penjadwalan, otomatisasi pabrik, atau sistem bantuan akan bermasalah tanpa perbaikan kemampuan dasar ini. “Bayangkan AI salah membaca jadwal operasi rumah sakit atau jadwal penerbangan,” kata Saxena.

Solusinya? Peneliti menyarankan pelatihan khusus dengan dataset jam dan kalender yang lebih beragam, serta pengembangan arsitektur baru yang menggabungkan pemrosesan visual dengan logika simbolik. Beberapa startup seperti Vivo dikabarkan sedang mengembangkan chip AI dengan pendekatan hybrid untuk mengatasi masalah serupa.

Yang pasti, penelitian ini mengingatkan kita bahwa AI—sehebat apa pun—masih memiliki batasan. Seperti kata Saxena, “Untuk tugas yang memadukan persepsi dan penalaran tepat, kita tetap perlu manusia dalam loop.” Jadi, sebelum mempercayakan jadwal harian Anda pada AI, mungkin lebih baik tetap pakai jam tangan analog yang klasik.

MediaTek Dimensity 9400e Resmi Dirilis: Chipset Flagship dengan AI dan Gaming Mumpuni

Telset.id – MediaTek kembali menegaskan dominasinya di pasar chipset mobile dengan meluncurkan Dimensity 9400e, prosesor terbaru yang menjanjikan performa flagship dengan efisiensi daya lebih baik. Hadir sebagai varian lebih terjangkau dari lini Dimensity 9000 series, chipset ini membawa segudang fitur unggulan seperti dukungan AI generatif, konektivitas Wi-Fi 7, dan pengalaman gaming console-level.

Peluncuran Dimensity 9400e ini bukan sekadar tambahan produk biasa. Seperti pernah diulas sebelumnya di Telset.id, chipset ini dirancang untuk bersaing ketat dengan Snapdragon 8s Gen 4. MediaTek secara gamblang menyasar segmen pengguna yang menginginkan performa tinggi tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam.

Arsitektur All Big Core: Kekuatan Tanpa Kompromi

Dibangun dengan proses manufaktur 4nm generasi ketiga TSMC, Dimensity 9400e mengusung arsitektur CPU All Big Core yang terdiri dari empat inti Cortex-X4 (3.4GHz) dan empat inti Cortex-A720 (2.0GHz). Konfigurasi ini memungkinkan multitasking mulus untuk aplikasi berat sekaligus tetap efisien dalam konsumsi daya.

Di sisi grafis, Immortalis-G720 GPU 12-core siap menghadirkan visual memukau dengan dukungan ray tracing hardware-accelerated. Teknologi ini biasanya hanya ditemukan di konsol game premium, namun kini bisa dinikmati di smartphone berkat Dimensity 9400e.

HyperEngine: Gaming Lebih Lama dan Responsif

MediaTek membekali Dimensity 9400e dengan HyperEngine terbaru yang mencakup dua teknologi penting:

  • MAGT 2.0: Menjaga frame rate stabil sambil mengoptimalkan konsumsi daya
  • MFRC 2.0+: Mengurangi daya hingga 40% saat konversi frame rate

Kombinasi ini membuat chipset unggul untuk sesi gaming marathon. Anda bisa bermain Genshin Impact atau Honkai: Star Rail dengan setting maksimal tanpa khawatir baterai cepat habis.

AI Generatif di Ujung Jari

Dukungan MediaTek NeuroPilot SDK memungkinkan operasi AI generatif langsung di perangkat untuk model seperti Gemini Nano, LLaVA-1.5 7B, dan DeepSeek-R1. Dengan teknologi SpD+, proses inferensi menjadi 30% lebih efisien dibanding generasi sebelumnya.

Fitur ini akan sangat berguna untuk aplikasi seperti:

  • Penerjemah real-time
  • Generasi konten kreatif
  • Asisten virtual yang lebih responsif

Menariknya, beberapa vendor sudah mulai mengadopsi chipset ini. Seperti Vivo yang sebelumnya menggunakan Dimensity 8400, kini dikabarkan akan meluncurkan varian dengan 9400e.

Dari sisi konektivitas, Dimensity 9400e tidak main-main dengan dukungan:

  • Bluetooth jarak jauh (hingga 5km)
  • Wi-Fi 7 tri-band (7.3Gbps)
  • 5G UltraSave 3.0 untuk efisiensi daya

Smartphone pertama dengan chipset ini diprediksi akan hadir bulan ini, menandai babak baru persaingan chipset mobile kelas premium. Dengan harga yang lebih terjangkau dari flagship utama, Dimensity 9400e berpotensi menjadi pilihan utama bagi pengguna yang ingin merasakan performa tinggi tanpa perlu membayar mahal.

AMD Jadi Pelanggan Pertama TSMC 2nm untuk Prosesor EPYC Venice

Telset.id – Persaingan sengit di industri semikonduktor memasuki babak baru. AMD secara resmi mengumumkan diri sebagai pelanggan pertama TSMC untuk proses produksi 2nm. Langkah strategis ini akan digunakan untuk memproduksi prosesor server generasi berikutnya, EPYC Venice, yang rencananya diluncurkan tahun depan.

Dalam wawancara eksklusif dengan Chosun Biz, Senior Vice President AMD mengungkapkan keyakinannya bahwa TSMC adalah pemimpin tak terbantahkan dalam teknologi 2nm. “Kami mengembangkan prosesor (EPYC Venice) dan akan meluncurkannya secara resmi tahun depan. TSMC adalah pemimpin dalam proses 2nm, jadi kami fokus pada pengembangan dan produksi massal dengan efisiensi daya dan performa semikonduktor tertinggi,” jelasnya.

AMD's 6th Gen EPYC Venice Zen 6 & Zen 6C CPU Details Leak

Keputusan AMD ini bukan tanpa alasan. Seperti dilaporkan sebelumnya di artikel Telset.id, perusahaan telah beralih dari Samsung Foundry ke TSMC untuk produksi chip 4nm. Kini, langkah tersebut berlanjut ke generasi berikutnya yang lebih canggih.

Lisa Su, CEO AMD, bahkan secara khusus mengunjungi fasilitas TSMC di Arizona untuk mengumumkan kerja sama ini. Ini menunjukkan betapa pentingnya kolaborasi antara kedua raksasa teknologi tersebut dalam menghadapi persaingan ketat di pasar prosesor server.

Pasar data center menjadi fokus utama AMD. Menurut data perusahaan, bisnis mereka di segmen ini tumbuh 57% pada kuartal pertama 2025. Pertumbuhan ini diprediksi akan terus berlanjut dengan kehadiran EPYC Venice berbasis 2nm.

Meski begitu, AMD tidak menutup kemungkinan bekerja dengan foundry lain di masa depan. “Kami selalu berdiskusi dengan perusahaan yang bisa berkolaborasi dan memberikan layanan terbaik untuk pelanggan,” tambah SVP AMD. Ini membuka peluang bagi Samsung Foundry, yang juga sedang gencar mengembangkan teknologi 2nm seperti dilaporkan dalam artikel tentang Exynos 2600.

Kehadiran teknologi 2nm ini diprediksi akan membawa dampak signifikan tidak hanya di pasar server, tetapi juga perangkat konsumen. Seperti diungkap dalam analisis sebelumnya, proses produksi yang lebih canggih ini berpotensi memengaruhi harga berbagai perangkat elektronik.

Dengan langkah ini, AMD semakin mempertegas posisinya sebagai pemain utama di pasar prosesor server. EPYC Venice yang menggunakan teknologi 2nm TSMC diharapkan bisa memberikan lompatan performa signifikan dibanding generasi sebelumnya, sekaligus memperketat persaingan dengan Intel di pasar data center.

Infinix XPad GT Bocoran Resmi: Tablet Gaming dengan Snapdragon 888

Telset.id – Infinix siap mengguncang pasar tablet gaming dengan peluncuran resmi XPad GT pada 21 Mei mendatang di Malaysia. Bocoran terbaru mengungkap spesifikasi yang menjanjikan, termasuk chipset Snapdragon 888 dan layar 144Hz. Apakah ini akan menjadi pesaing serius di segmen mid-range?

Setelah sebelumnya mengonfirmasi kehadiran Infinix GT 30 Pro, perusahaan asal Hong Kong ini mempertegas ambisinya di dunia gaming dengan memperkenalkan varian tablet pertamanya. Menariknya, Infinix memilih chipset flagship tahun 2020 alih-alih prosesor terbaru. Strategi apa yang sebenarnya sedang dijalankan?

Spesifikasi Unggulan Infinix XPad GT

Berdasarkan teaser resmi, Infinix XPad GT akan mengusung layar 12,1 inci beresolusi 2.8K dengan refresh rate 144Hz. Meski belum dikonfirmasi secara resmi, sumber terpercaya menyebut panel ini menggunakan teknologi LCD untuk menekan harga.

Infinix XPad GT gaming tablet

Yang mengejutkan, Infinix memilih Snapdragon 888 sebagai otak tablet ini. Chipset yang pertama kali diperkenalkan Qualcomm pada akhir 2020 ini masih mampu menangani game-game berat berkat arsitektur 5nm dan GPU Adreno 660. Pilihan ini jelas strategi untuk menawarkan performa flagship dengan harga lebih terjangkau.

Untuk pengalaman audio, Infinix menyematkan sistem delapan speaker dengan teknologi 3D surround sound. Fitur ini sangat krusial bagi gamer yang mengandalkan audio positioning dalam game battle royale seperti PUBG Mobile atau Call of Duty: Mobile.

Dapur Pacu dan Kapasitas Baterai

Meski belum dikonfirmasi resmi, spekulasi kuat menyebut XPad GT akan dibekali RAM LPDDR5x 8GB dan penyimpanan UFS 3.1 256GB. Konfigurasi ini cukup untuk menjalankan game AAA mobile seperti Genshin Impact di setting maksimal.

Yang tak kalah penting, tablet ini dikabarkan memiliki baterai raksasa 10.000mAh dengan dukungan fast charging 33W. Dengan kapasitas sebesar itu, Anda bisa bermain game berjam-jam tanpa khawatir kehabisan daya. Namun, pertanyaannya adalah: seberapa tebal bodi tablet ini nantinya?

Di sektor kamera, XPad GT mungkin tidak terlalu ambisius dengan konfigurasi 13MP di belakang dan 8MP di depan. Tapi mari kita jujur – siapa yang membeli tablet gaming untuk fotografi?

Ekosistem GT Verse yang Lebih Luas

Peluncuran 21 Mei nanti tidak hanya tentang XPad GT. Infinix juga akan memperkenalkan beberapa produk pendukung seperti GT Buds dengan ANC 30dB, ZCLIP earbuds clip-on, dan GT Power Bank berdaya 55W. Semua dirancang untuk melengkapi pengalaman gaming pengguna.

Untuk GT 30 Pro sendiri, smartphone gaming ini akan mengusung chipset Dimensity 8350 dengan fitur unggulan berupa shoulder trigger built-in dan cyber lighting yang dinamis. Kombinasi yang menarik bagi gamer mobile yang menginginkan perangkat all-in-one.

Dengan strategi harga yang kemungkinan akan kompetitif, Infinix berpotensi mengganggu dominasi merek-merek mapan di segmen gaming mid-range. Pertanyaannya sekarang: berapa harga yang akan mereka tawarkan untuk paket kombo GT Verse ini?

Sebagai informasi, Infinix memang sedang gencar memperluas portofolio produk gaming mereka. Sebelumnya, mereka telah meluncurkan beberapa varian smartphone gaming dengan harga terjangkau di Indonesia, seperti yang bisa Anda lihat pada artikel terkait.

realme GT 7 Series: Flagship Killer 2025 dengan Performa dan Desain Revolusioner

Telset.id – Jika Anda mengira smartphone flagship 2025 hanya soal chipset kencang dan kamera canggih, realme GT 7 Series siap mematahkan anggapan itu. Dijuluki “Flagship Killer 2025”, seri terbaru realme ini tak hanya mengandalkan performa, tetapi juga terobosan desain dan pendinginan yang belum pernah ada sebelumnya. Bagaimana tidak, perangkat ini menjadi yang pertama di dunia mengusung chipset MediaTek Dimensity 9400e dengan skor AnTuTu mencapai 2,25 juta – angka yang membuatnya setara dengan prosesor premium kelas atas.

Peluncuran global realme GT 7 Series di Paris pada 27 Mei 2025 bukan sekadar acara biasa. Ini adalah pernyataan ambisi realme untuk merebut tahta di segmen high-end. Dengan tema “Power That Never Stops”, realme berkomitmen menghadirkan pengalaman pengguna yang tak tertandingi, mulai dari gaming berat hingga multitasking ekstrem. Lantas, apa saja keunggulan yang membuat GT 7 Series layak disebut sebagai disruptor teknologi?

Dimensity 9400e dan AI: Kombinasi yang Menghancurkan Batas

realme GT 7 Series menjadi perangkat pertama yang ditenagai MediaTek Dimensity 9400e, chipset dengan arsitektur all-big-core dan teknologi AI mutakhir. Chipset ini dirancang untuk mengalokasikan sumber daya secara real-time berkat GT Boost, sistem optimasi berbasis AI yang bekerja dalam hitungan milidetik. Hasilnya? Performa stabil bahkan saat menjalankan game berat seperti Genshin Impact atau aplikasi editing video 8K.

Bicara soal gaming, realme GT 7 Series juga dilengkapi dengan teknologi pendinginan revolusioner bernama IceSense Design. Menggunakan material graphene dengan konduktivitas termal 10x lebih tinggi dari grafit biasa, sistem ini mampu menciptakan pendinginan 360° yang efisien. Tak heran jika realme berani menjamin performa konsisten tanpa throttling, bahkan dalam sesi gaming marathon.

Desain Premium dengan Sentuhan Futuristik

realme GT 7 Series tak hanya unggul di bagian dapur pacu. Desainnya pun dibuat untuk memukau, dengan dua pilihan warna eksklusif: IceSense Blue dan IceSense Black. Keduanya menampilkan tekstur premium berkat teknologi laser-etched dan lapisan anti-selip Pro-Gaming Coating. Layar ultra-narrow dengan bezel tipis semakin menegaskan kesan elegan sekaligus imersif.

Content image for article: realme GT 7 Series: Flagship Killer 2025 dengan Performa dan Desain Revolusioner

Fitur Skin-Touch Temperature Control menjadi nilai tambah yang jarang ditemui di smartphone lain. Teknologi ini memastikan permukaan perangkat tetap nyaman dipegang, baik dalam cuaca panas maupun dingin. Cocok untuk Anda yang sering bermain game atau streaming berjam-jam tanpa merasa tidak nyaman.

Peluncuran global realme GT 7 Series akan disiarkan langsung melalui kanal YouTube resmi realme Indonesia pada 27 Mei 2025 pukul 15:00 WIB. Bagi para penggemar setia realme, acara ini patut ditunggu karena dipastikan akan penuh kejutan. Informasi mengenai ketersediaan di Indonesia juga akan diumumkan dalam waktu dekat.

Dengan segala keunggulannya, realme GT 7 Series bukan sekadar upgrade biasa. Ini adalah lompatan besar yang siap mengubah lanskap smartphone flagship. Apakah Anda siap menyambut era baru performa dan desain?

Huawei MateBook Fold: Laptop Lipat Pertama dengan HarmonyOS

Telset.id – Dunia laptop lipat siap kedatangan pemain baru. Huawei dikabarkan akan meluncurkan MateBook Fold Ultimate Design pada 19 Mei mendatang, menandai debut perusahaan di segmen laptop dengan layar fleksibel. Ini bukan langkah gegabah—Huawei telah mengasah keahliannya di ranah perangkat lipat sejak era awal smartphone foldable.

Jika bocoran akurat, MateBook Fold akan menjadi penantang serius bagi dominasi Lenovo dan Asus di pasar niche ini. Perangkat ini disebutkan mengusung layar OLED lipat, ditenagai prosesor Kirin X90 buatan sendiri, serta menjalankan HarmonyOS—kombinasi yang menegaskan kemandirian Huawei dari rantai pasok global.

Huawei MateBook Fold bocoran desain

Persaingan Ketat di Pasar Laptop Lipat

Huawei tidak sendirian dalam eksplorasi bentuk laptop masa depan. Asus Zenbook Duo (2024) misalnya, memilih pendekatan dual-screen dengan dua panel OLED 14-inch yang bisa disusun vertikal atau horizontal. Seperti dilaporkan sebelumnya di Telset, produsen Taiwan ini termasuk pelopor laptop layar lipat.

Lenovo merespons dengan Yoga Book 9i yang lebih kompak (dual 13.3-inch), dilengkapi stand folio dan keyboard magnetik. Sementara GPD Duo mengambil jalur berbeda dengan desain tri-fold ekstrem untuk kalangan spesifik seperti developer dan content creator.

GPD DUO Dual-Screen Laptop

Tantangan di Balik Inovasi

Meski menjanjikan, laptop lipat masih menghadapi tantangan serius. Daya tahan engsel, optimisasi software untuk perubahan bentuk dinamis, dan efisiensi baterai menjadi pertanyaan besar. Huawei mungkin punya keunggulan di aspek terakhir—pengalaman mereka mengoptimalkan HarmonyOS untuk perangkat lipat bisa menjadi nilai tambah.

Keberhasilan MateBook Fold tak hanya ditentukan spesifikasi mentah. Seperti dibahas dalam analisis sebelumnya, adopsi massal laptop lipat bergantung pada bagaimana produsen menjawab tiga hal: harga, kompatibilitas aplikasi, dan siklus pembaruan yang terprediksi.

Dengan estimasi RAM 32GB dan penyimpanan 2TB, Huawei jelas menargetkan profesional premium. Pertanyaannya: apakah pasar sudah siap meninggalkan laptop konvensional untuk format yang lebih eksperimental ini?

Call of Duty: Warzone Mobile Resmi Ditutup, Ini Alasannya

Telset.id – Kabar mengejutkan datang dari Activision. Pengembang game ternama itu mengumumkan penghentian dukungan dan penghapusan Call of Duty: Warzone Mobile dari Google Play Store dan App Store. Keputusan ini diumumkan melalui akun X resmi game tersebut, menandai akhir perjalanan singkat adaptasi mobile dari franchise populer itu.

Bagi Anda yang belum sempat mengunduh, masih ada kesempatan terakhir hingga akhir hari ini, 19 Mei 2025. Setelah itu, game tersebut tak akan lagi tersedia untuk diunduh. Meski begitu, pemain yang sudah menginstal masih bisa mengaksesnya dengan fitur cross-progression yang memungkinkan penggunaan konten yang sama seperti versi PC dan konsol.

Kinerja di Bawah Ekspektasi

Activision secara blak-blakan mengakui bahwa Warzone Mobile “tidak memenuhi ekspektasi kami di kalangan pemain mobile, berbeda dengan audiens PC dan konsol.” Pengakuan jujur ini sebenarnya tidak terlalu mengejutkan mengingat riwayat peluncuran game yang penuh masalah.

Game yang pertama kali diumumkan pada 2022 ini akhirnya dirilis pada Maret 2024, setelah penantian lebih dari dua tahun dari para fans. Sayangnya, antusiasme awal langsung redup karena berbagai masalah teknis seperti optimasi buruk dan konsumsi baterai yang sangat tinggi.

Call of Duty Warzone Mobile gameplay di smartphone

Masa Depan yang Tidak Pasti

Activision menyatakan server akan tetap online untuk sementara waktu, dengan janji akan memberi tahu pemain jika ada perubahan. Namun, bagi komunitas yang sudah setia, janji ini terasa kurang meyakinkan. Tidak ada jaminan berapa lama server akan tetap aktif.

Sebagai kompensasi, Activision menawarkan insentif bagi pemain untuk beralih ke Call of Duty: Mobile. Dengan login menggunakan akun Activision yang sama, pemain bisa mendapatkan dua kali lipat jumlah COD Points yang dimiliki di Warzone Mobile, plus “hadiah menarik lainnya”. Sayangnya, semua pembelian dalam game dan COD Points yang belum digunakan tidak bisa direfund.

Keputusan Activision ini menimbulkan pertanyaan besar tentang masa depan franchise Call of Duty di platform mobile. Apakah ini tanda bahwa pasar mobile gaming sudah jenuh dengan battle royale? Ataukah ini sekadar langkah strategis sebelum meluncurkan produk baru yang lebih matang?

Yang jelas, nasib Warzone Mobile menjadi pelajaran berharga bagi pengembang game: antusiasme fans tidak boleh dikorbankan demi kecepatan rilis. Kualitas pengalaman bermain tetap menjadi faktor penentu kesuksesan, terlepas dari sebesar apa pun nama franchise-nya.

Sementara itu, bagi Anda yang penasaran dengan alternatif game battle royale mobile, mungkin Valorant Mobile bisa menjadi pilihan. Atau, jika ingin tetap setia dengan franchise Call of Duty, kabar tentang rencana Microsoft membawa Call of Duty ke perangkat Nintendo mungkin bisa menghibur.

Xiaomi Gelar Acara Spesial 15 Tahun, Luncurkan Chipset Xring 01 dan Xiaomi 15S Pro

Telset.id – Xiaomi tak main-main merayakan ulang tahun ke-15. Perusahaan asal Tiongkok ini telah mengumumkan acara peluncuran besar-besaran pada 22 Mei pukul 19.00 waktu setempat. Lewat postingan resmi di berbagai platform, termasuk akun pendiri Lei Jun, Xiaomi menjanjikan rangkaian produk yang bakal mengguncang pasar teknologi.

Acara ini bukan sekadar seremoni biasa. Xiaomi akan memperkenalkan Xring 01, chipset buatan sendiri yang menandai kembalinya perusahaan ke arena mobile SoC setelah beberapa tahun absen. Chipset ini akan menghidupi Xiaomi 15S Pro, flagship baru yang diproyeksikan sebagai pesaing berat di kelas premium.

Xring 01 is built with 3nm process

Xring 01: Ambisi Baru Xiaomi di Dunia Chipset

Xring 01 bukan sekadar produk tambahan. Chipset ini adalah hasil investasi besar-besaran Xiaomi dalam pengembangan semikonduktor. Dibangun dengan proses 3nm, Xring 01 mengusung konfigurasi CPU 10-core (2 x 3.9GHz + 4 x 3.4GHz + 2 x 1.89GHz + 2 x 1.8GHz) dan GPU Immortalis-G925. Skor benchmark Geekbench-nya mencengangkan: 3.119 (single-core) dan 9.673 (multi-core), setara dengan Dimensity 9400 dan Snapdragon 8 Elite.

Menurut informasi yang beredar, pengembangan Xring 01 dimulai sejak 2021 sebagai bagian dari strategi 10 tahun Xiaomi. Perusahaan telah menggelontorkan dana lebih dari 13,5 miliar Yuan (sekitar Rp 29 triliun) untuk riset chipset, dengan total investasi direncanakan mencapai 50 miliar Yuan (Rp 108 triliun). Angka ini menunjukkan betapa seriusnya Xiaomi ingin bersaing di lini semikonduktor.

Xiaomi 15S Pro: Flagship dengan DNA Baru

Sebagai perangkat pertama yang mengusung Xring 01, Xiaomi 15S Pro diprediksi akan menjadi andalan baru perusahaan. Dengan performa yang setara chipset premium lainnya, smartphone ini kemungkinan besar akan menawarkan pengalaman multitasking dan gaming yang mulus. Kabarnya, Xiaomi juga menyiapkan sistem pendingin canggih untuk mengoptimalkan kinerja chipset ini.

Tak hanya itu, acara ini juga akan menjadi panggung peluncuran Xiaomi Pad 7 Ultra, tablet premium berlayar 14 inci dengan resolusi 3.2K dan teknologi LTPO. Perangkat ini didukung pengisian daya super cepat 120W dan kemungkinan besar menggunakan chipset Snapdragon 8s Gen 4. Fitur multi-window yang dioptimalkan untuk produktivitas menjadi salah satu daya tarik utamanya.

Kejutan Lain: Xiaomi YU7, SUV Pertama Xiaomi

Xiaomi ternyata tak hanya fokus pada gadget. Perusahaan ini akan meluncurkan Xiaomi YU7, kendaraan SUV pertama mereka dengan desain lampu belakang bergaya “cincin Saturnus”. Dimensinya cukup besar: 4999mm x 1996mm x 1600mm, dengan opsi dual-motor yang mampu menghasilkan tenaga hingga 390 horsepower.

Peluncuran produk-produk ini menandai babak baru bagi Xiaomi. Dengan Xring 01, perusahaan tak lagi bergantung sepenuhnya pada vendor chipset lain. Sementara diversifikasi ke pasar otomotif melalui YU7 menunjukkan ambisi Xiaomi untuk berekspansi ke berbagai segmen teknologi.

Bagi Anda yang penasaran dengan detail lengkapnya, pastikan untuk mengikuti liputan eksklusif Telset.id selama acara berlangsung. Kami akan memberikan update terbaru seputar spesifikasi, harga, dan ketersediaan produk-produk tersebut di Indonesia.

Google Siapkan Desktop Mode untuk Android, Saingi Samsung DeX

0

Telset.id – Bocoran terbaru mengindikasikan Google sedang mempersiapkan fitur revolusioner untuk Android. Setelah bertahun-tahun menjadi penonton, raksasa teknologi ini akhirnya akan menghadirkan desktop mode sendiri, menyaingi Samsung DeX dan Motorola Smart Connect.

Berdasarkan laporan eksklusif yang menganalisis kode sumber bocoran, fitur yang dijuluki “Android Desktop Mode” ini akan menghadirkan pengalaman komputasi desktop penuh langsung dari smartphone Anda. Bayangkan: menghubungkan Pixel ke monitor eksternal dan langsung mendapatkan antarmuka mirip Windows atau Chrome OS, dengan jendela yang bisa diatur ulang, taskbar, dan manajemen aplikasi yang familiar.

Sebenarnya, jejak pertama fitur ini sudah terendus sejak 2023, tetapi sekarang perkembangan terbaru menunjukkan Google serius menyempurnakannya. Meski demikian, jangan terlalu berharap fitur ini akan datang bersama Android 16. Sumber menyebut antarmuka masih membutuhkan polesan akhir, dan kemungkinan besar baru akan meluncur bersama Android 17 pada generasi Pixel berikutnya.

Fitur ini diyakini akan bekerja melalui koneksi USB-C ke layar eksternal, meskipun kemungkinan opsi nirkabel juga sedang dipertimbangkan – mengikuti jejak Samsung dan Motorola yang sudah lebih dulu menawarkan fleksibilitas tersebut. Yang menarik, ada spekulasi bahwa fitur ini awalnya akan menjadi eksklusif untuk perangkat Pixel sebelum akhirnya tersedia untuk smartphone Android lainnya.

Lalu, apa yang membuat Android Desktop Mode istimewa? Fitur ini tidak sekadar memproyeksikan layar smartphone ke monitor besar. Google dikabarkan membangun sistem yang benar-benar mengubah paradigma:

  • Multitasking sejati: Buka beberapa aplikasi sekaligus dalam jendela yang bisa diatur ukurannya
  • Navigasi desktop: Taskbar, sistem notifikasi terpusat, dan kontrol yang dioptimalkan untuk mouse/keyboard
  • Transisi mulus: Beralih antara mode mobile dan desktop tanpa perlu restart aplikasi
  • Manajemen file: Sistem yang lebih powerful untuk mengelola dokumen dan data

Perkembangan ini menimbulkan pertanyaan menarik: apakah Google akan berkolaborasi dengan Microsoft untuk menyatukan Android dan Windows? Seperti diketahui, keduanya sama-sama mendukung arsitektur Oryon Cores. Bayangkan sebuah perangkat yang bisa menjalankan Android saat mode mobile dan Windows saat terhubung ke desktop – solusi yang mungkin lebih elegan daripada mengembangkan sistem dari nol.

Seperti dilaporkan sebelumnya di Android 16 Bebaskan Penyimpanan untuk Linux Terminal di Pixel, Google memang semakin serius mengembangkan kemampuan komputasi penuh di platform mobile mereka. Langkah ini juga bisa menjadi pendorong adopsi USB-C 3.0 yang lebih luas di kalangan produsen smartphone Android.

Sementara Apple dikabarkan juga sedang mengerjakan solusi serupa, Google memiliki keunggulan ekosistem Android yang sudah mapan. Pertanyaannya sekarang: apakah mereka bisa mengeksekusi ide ini dengan baik, atau akan terjebak dalam siklus pengembangan tanpa akhir seperti beberapa proyek ambisius mereka sebelumnya?

Dengan Google yang baru saja memperkenalkan AI Mode di Search, tampaknya perusahaan ini sedang dalam mode ofensif untuk menghadirkan inovasi-inovasi besar. Android Desktop Mode bisa menjadi game changer berikutnya – jika mereka bisa menghadirkannya tepat waktu dan dengan eksekusi sempurna.

Realme GT 7 Dream Edition Siap Meluncur, Ini Bocoran Spesifikasinya

0

Telset.id – Realme kembali memanaskan persaingan pasar smartphone global dengan rencana peluncuran GT 7 Dream Edition pada 27 Mei mendatang. Bocoran terbaru mengindikasikan, varian premium ini akan menjadi “senjata rahasia” Realme untuk menyaingi flagship dari merek-merek ternama.

Mengutip unggahan resmi akun X Realme India, perusahaan mengunggah teaser bergambar mobil F1 yang diselimuti kain. Meski tidak merinci spesifikasi, teaser ini menyiratkan GT 7 Dream Edition akan mengusung tema balap dan performa tinggi. Tanggal 20 Mei disebut sebagai waktu pengungkapan detail lebih lanjut.

Spesifikasi yang Bikin Penasaran

Realme belum membocorkan spesifikasi resmi GT 7 Dream Edition. Namun, berdasarkan varian GT 7 global yang sudah diumumkan, kita bisa memperkirakan beberapa fitur andalannya. GT 7 global diketahui menggunakan chipset Dimensity 9400e, baterai 7.000 mAh, dan dukungan pengisian cepat 120W.

Menariknya, GT 7 Dream Edition kemungkinan akan melampaui spesifikasi tersebut. Analis industri memperkirakan, Realme akan menyematkan chipset yang lebih bertenaga, mungkin Dimensity 9400+, serta kapasitas baterai yang lebih besar. Desain premium dengan material kelas atas juga menjadi salah satu daya tarik yang diunggulkan.

Peluncuran Serentak di Pasar Global

Tak hanya di India, Realme GT 7 Dream Edition juga akan diluncurkan secara global. Hal ini terlihat dari unggahan akun X Realme global yang menampilkan teaser serupa dengan tagar #2025FlagshipKiller. Peluncuran akan digelar di Paris, Prancis, pada 27 Mei pukul 13.30 IST (17.00 WIB).

Selain GT 7 Dream Edition, Realme juga akan memperkenalkan GT 7 dan GT 7T di hari yang sama. GT 7T khusus dirancang untuk pasar India dengan sedikit penyesuaian spesifikasi. Realme juga akan meluncurkan Buds Air7 Pro, earphone TWS terbarunya yang sebelumnya sudah dirilis di China.

Dengan strategi peluncuran yang matang dan spesifikasi yang menjanjikan, Realme GT 7 Dream Edition berpotensi menjadi pesaing serius di kelas flagship. Namun, apakah performanya bisa mengimbangi hype yang dibangun? Kita tunggu saja pengumuman resminya pada 27 Mei mendatang.

Netflix Akan Luncurkan Iklan AI di 2026, Akankah Pengguna Kabur?

Telset.id – Jika Anda masih menganggap Netflix sebagai surga bebas iklan, bersiaplah untuk kenyataan pahit. Platform streaming raksasa ini telah mengumumkan rencana untuk meluncurkan iklan berbasis AI pada 2026—sebuah langkah kontroversial yang bisa mengubah wajah industri streaming selamanya.

Dalam acara Upfront untuk para pengiklan, Amy Reinhard, Presiden Divisi Periklanan Netflix, memamerkan fitur baru berupa iklan interaktif yang akan muncul di tengah tayangan atau saat pengguna menekan tombol pause. Iklan-iklan ini akan menggunakan teknologi generative AI untuk menyesuaikan konten dengan preferensi penonton. Sebuah ironi mengingat Netflix dulu terkenal karena model bisnisnya yang bebas iklan sejak era pengiriman DVD di tahun 1997.

Netflix AI Ads Concept

Dari Pahlawan ke “Penjahat”?

Seperti kutipan Harvey Dent di The Dark Knight, Netflix mungkin telah hidup cukup lama untuk berubah menjadi “penjahat” di mata penggemar setianya. Langkah ini bukan yang pertama kalinya Netflix bermain dengan AI. Sebulan sebelumnya, mereka menguji fitur pencarian berbasis OpenAI untuk membantu pengguna menemukan konten sesuai preferensi. Namun, iklan AI jelas merupakan lompatan besar yang bisa memicu reaksi keras.

Reinhard menegaskan, “Dasar bisnis iklan kami sudah terbentuk, dan ke depan, laju inovasi akan semakin cepat.” Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa Netflix tidak akan berhenti di sini. Dengan kenaikan harga berkelanjutan untuk paket tanpa iklan, banyak pengguna mungkin terpaksa beralih ke paket standar yang lebih terjangkau—meski harus menerima kehadiran iklan.

Masa Depan yang Tak Terhindarkan?

Netflix bukan satu-satunya pemain yang bereksperimen dengan AI. Seperti yang terjadi pada Google yang masuk ke bisnis film atau YouTube yang mencapai 20 miliar unggahan, teknologi terus mendorong batas-batas baru. Namun, pertanyaannya adalah: sejauh mana pengguna bersedia berkompromi?

Bayangkan menonton Squid Game hanya untuk disodori iklan burger di tengah adegan paling menegangkan. Atau, saat Anda pause untuk mengambil minuman, layar tiba-tiba menawarkan diskon produk kecantikan. Jika ini membuat Anda frustrasi, opsi lain adalah beralih ke alternatif Netflix gratis—meski dengan kualitas yang mungkin tak sebanding.

Netflix telah membuktikan kemampuannya bertahan dalam persaingan ketat. Tapi, apakah langkah ini akan memperkuat posisinya atau justru memicu eksodus massal? Jawabannya akan terungkap di 2026.