Telset.id, Jakarta – Biasanya hal yang paling wajar dilakukan oleh manusia untuk mengetahui hal yang baru adalah dengan belajar. Seorang murid yang sedang menuntut ilmu misalnya, ia diwajibkan untuk belajar agar bisa mengetahui semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolahnya.
Namun pernahkah Anda membayangkan jika seandainya otak kita ini seperti PC yang mendapatkan data baru dari hardisk eksternal atau flash disk yang hanya tinggal transfer data saja? Atau prosesnya seperti otak sebuah robot yang mendapatkan pembelajaran hanya dengan mengunggah datanya saja ke dalam memori?
Nah, hal inilah yang dilakukan oleh para ilmuwan yang telah menemukan cara untuk bagaimana mereka memberikan informasi ke otak seseorang dengan mudahnya bahkan tidak harus melewati proses belajar yang “melelahkan” tersebut. Cara ini secara garis besarnya bisa disebut dengan upload ilmu ke otak.
[Baca juga: Robot Ini Punya ‘Keseimbangan Tubuh’ yang Luar Biasa]
Para ilmuwan dari HRL Laboratories telah bekerja stimulasi dari Electrical Brain untuk memodulasi proses belajar seseorang yang kompleks. Dr Matthew Philips yang merupakan pimpinan dari tim penelitian tersebut menyatakan bahwa simulasi tersebut memanfaatkan teknik yang dikenal sebagai TDCS atau Transcranial direct current stimulation untuk merangsang daerah pada otak yang bertanggung jawab untuk belajar dan daya ingat.
Teknik TDCS sendiri merupakan noninvasif artinya tanpa menimbulkan rasa sakit secara tiba-tiba karena hanya menggunakan arus listrik kecil untuk merangsang daerah otak tertentu saja.
“Sistem kami adalah salah satu yang pertama dari jenisnya. Ini adalah sistem stimulasi otak. Kedengarannya memang seperti sci-fi, tapi ada dasar ilmiah yang besar untuk pengembangan sistem kami,” ujar Dr Philips.
[Baca juga: Mirip Film Chappie, Teknologi Ini Bisa “Hidupkan” Orang Mati]
Ia juga mengatakan sistem ini secara spesifik ditujukan untuk ilmu atau pembelajaran yang membutuhkan sinergi dari kognitif dan motorik pada otak seperti mengemudikan pesawat terbang.
“Ketika Anda belajar sesuatu, otak Anda secara fisik berubah. Koneksi yang dibuat dan diperkuat dalam proses belajar disebut dengan neuroplasticity,” jelasnya.
Ia juga mengatakan bahwa dari penelitian timnya tersebut, mereka mampu melatih sekelompok individu untuk mencapai tingkatan yang sama, namun tetap melihat kontak fisik dari kulit kepala dengan gel konduktif untuk mengaliri arus ke kulit karena hal tersebut sangat mempengaruhi metode yang digunakan.
[Baca juga: Ini 5 Teknologi Smartphone Masa Depan]
“Saat kita menemukan lebih banyak lagi tentang mengoptimalkan, personalisasi, dan beradaptasi pada protokol stimulasi otak, kita mungkin akan melihat teknologi ini menjadi rutinitas dalam pelatihan dan lingkungan kelas,” ucap ketua dari tim penelitian tersebut.
Philips juga menambahkan ada kemungkinan sistem stimulasi otak ini diterapkan di kelas-kelas seperti tempat latihan mengendarai mobil hingga tempat les bahasa. (FHP/HBS)