Canggihnya Baruna Jaya IV, Kapal Pencari Sriwijaya Air SJ182

Telset.id, Jakarta – Proses pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang jatuh di Kepulauan Seribu melibatkan kapal Baruna Jaya IV milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Tak banyak yang tahu, kapal Baruna Jaya IV memiliki sejumlah teknologi canggih.

Baruna Jaya IV dibuat di galangan kapal Cherbourg-France. Kapal ini pertama kali diluncurkan pada tahun 1989 dan memiliki bobot 1.219 ton dengan panjang 60,4 meter dan lebar 12,1 meter.

Dimotori dengan mesin ganda 1.100 HP @850 RPM, Niigata SEMT Pielstick 5PA5L, kapal ini dapat melaju dengan kesepatan maksimal hingga 8 knot.

{Baca Juga: Mengenal Boeing 737-524, Pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang Jatuh}

Kapal ini biasa digunakan oleh BPPT untuk melakukan survei dan riset lingkungan, serta melakukan pemetaan permukaan laut.

Maka dari itu, sejumlah teknologi canggih sudah dibenamkan pada kapal Baruna Jaya IV yang bantu proses pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ182.

Teknologi Canggih Kapal Baruna Jaya IV

Ilustrasi Kapal Baruna Jaya IV
Kapal Baruna Jaya IV milik BPPT yang membantu pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang jatuh di Kepulauan Seribu.

Salah satu keunggulan dari kapal Baruna Jaya IV adalah perangkat teknologi sinyal sonar yang canggih. Teknologi sinyal sonar ini disebut mampu mendeteksi objek di laut hingga kedalaman 2.500 meter.

Sinyal sonar bekerja dengan mengandalkan gelombang suara di dalam air. Apabila gelombang tersebut menyentuh objek berjenis logam, maka gelombang akan kembali dipantulkan.

{Baca Juga: Apa Itu FlightRadar24, Aplikasi yang Melacak Sriwijaya Air SJ182}

Pusat kontrol di kapal kemudian akan menerima sinyal pantulan dan mengukur jarak serta mengonversinya menjadi objek visual. Dalam kasus pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang jatuh, besar kemungkinan objek yang ada di dalam air merupakan serpihan pesawat.

Teknologi canggih lainnya dari kapal Baruna Jaya IV adalah kemampuannya untuk melacak sinyal dari dua jenis black box pesawat, yaitu voice data recorder (VDR) dan flight data recorder (FDR).

Selain itu, kapal inipun mengusung teknologi CTD. Fitur ini berfungsi untuk mengukur suhu, baik di permukaan hingga kedalaman 3.000 meter. Terpasang juga ADCP yang sanggup mengukur kecepatan air laut.

{Baca Juga: FlightRadar24: Sriwijaya Air SJ182 Hilang Kontak Setelah 4 Menit Lepas Landas}

Ini bukan kali pertama kapal milik BPPT itu dilibatkan dalam proses pencarian pesawat. Sebelumnya, kapal ini juga turut andil dalam menemukan pesawat Adam Air yang jatuh di Selat Makassar pada tahun 2007.

Tak hanya itu, kapal ini juga disertakan dalam operasi pencarian pesawat Air Asia QZ8501 yang diketahui jatuh di Laut Jawa pada tahun 2014.

Pada tanggal 30 Desember 2020 yang lalu, kapal tersebutberhasil menyelesaikan misi pelayaran selama 182 hari di Jakarta dalam rangka melaksanakan inovasi teknologi khususnya di bidang survei kelautan. (HR/MF)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKAIT

REKOMENDASI
ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI