Telset.id, Jakarta – Seorang insinyur perangkat lunak di New York telah berhasil mengembangkan software berbasis AI (artificial intelligence). Software bernama N2N ini dapat memindai ratusan ribu foto untuk membantu mengidentifikasi korban Holocaust.
Foto korban Holocaust memperlihatkan kepedihan Perang Dunia II. Dokumentasi tentang kejadian itu cukup banyak tersebar, meski sedikit yang bisa mengidentifikasi para korban.
Namun kini ada titik terang, karena sorang insinyur perangkat lunak di New York, AS, telah berhasil mengembangkan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan untuk mengidentifikasi foto korban Holocaust.
Seperti Telset kutip dari Mashable, Selasa (28/6/2022), AI karya insinyur bernama Daniel Patt itu bisa memindai ratusan ribu foto untuk membantu mengidentifikasi korban dan penyintas Holocaust.
From Number to Names (N2N) adalah nama platform pengenalan wajah AI yang dikembangkan Daniel Patt. N2N bisa memindai foto-foto korban Perang Dunia II dan Holocaust dari Eropa antara tahun 1914-1945, dan menghubungkannya dengan orang-orang yang hidup saat ini.
BACA JUGA:
- Teknologi Ini Bantu Nasib Korban Holocaust Tentara Nazi
- Algoritma Facebook Promosikan Konten Penyangkal Holocaust
Daniel Patt adalah seorang insinyur perangkat lunak berusia 40 tahun yang sekarang bekerja untuk Google. Dia mengerjakan proyek tersebut sendiri di sela-sela waktu luangnya, dengan sumber dayanya sendiri.
Dia kemudian bergabung dengan tim insinyur, peneliti, dan ilmuwan data yang ikut mengengembangkan software buatannya.
Menurut informasi yang tertera di situs Museum Peringatan Holocaust Amerika Serikat (USHMM), tidak ada daftar tunggal yang mengidentifikasi para korban dan penyintas Holocaust.
Penelitian untuk menemukan cerita individu adalah proses yang panjang karena harus mengikuti petunjuk dari sumber informasi yang sangat minim. Namun, museum ini menawarkan kepada keluarga korban dan penyintas untuk mencarikan informasi dan dokumentasi.
Inspirasi Patt untuk menciptakan AI datang pada tahun 2016 saat mengunjungi Museum Sejarah Yahudi Polandia POLIN Warsawa. Dikisahkan The Times of Israel, ia seperti dihantui perasaan mungkin saja melihat wajah kerabatnya di antara foto para korban.
Patt kemudian mengembangkan N2N agar bisamembantu keluarganya dan orang lain menemukan foto orang-orang terkasih yang terbunuh dalam peristiwa kejahatan kemanusiaan yang dikenal dengan Holocaust itu.
Cara kerja N2N adalah dengan memindai ratusan ribu foto yang disediakan oleh USHMM, serta foto dari individu yang selamat dan keturunan mereka. Namun ia mengakui perangkat lunak buatannya belum sempurna, karena hanya mengembalikan 10 kecocokan potensial terbaik yang dapat ditemukan dalam database yang tersedia.
BACA JUGA:
- Facebook Larang Postingan Penolakan Holocaust
- Heboh! Lagu Nazi Viral di TikTok Ditonton 6,5 Juta Kali
Bagi orang yang ingin menggunakan situs ini, mereka hanya diminta untuk mengunggah foto dari periode waktu yang kira-kira sama. Patt mengatakan bahwa timnya tidak mengklaim software buatannya ini memiliki keakuratan identifikasi. Oleh sebab itu, ia menyerahkan penilaian kepada orang-orang yang menggunakan situs tersebut.
“Kami hanya menunjukkan hasil, dengan skor kesamaan, dan membiarkan individu memutuskan apakah hasilnya mengandung identifikasi positif,” kata Patt dalam sebuah wawancara dengan The Times of Israel.
Patt menyatakan akan terus mengembangkan N2N agar menjadi lebih baik dan memiliki tingkat akurasi yang tinggi dengan foto dan video yang saat ini tersedia di situs. Patt mengatakan saat ini dia sedang bekerja untuk mendapatkan 700.000 foto tambahan dari era pra-Holocaust dan Holocaust.
“Ke depan, kami ingin N2N menjadi wahana pendidikan Holocaust, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkontribusi langsung pada catatan sejarah,” kata Patt dalam wawancara.
“Siswa dapat menggunakan perangkat lunak untuk membantu mengidentifikasi wajah dan artefak dalam arsip foto dan video dan berpotensi menemukan hubungan baru antara keturunan Holocaust yang masih hidup dan nenek moyang mereka,” sambungnya.
Patt mengatakan bahwa sudah ada organisasi nirlaba yang telah melakukan kontak informal dengan USHMM, tetapi dia berharap di masa depan untuk dapat bermitra dengan museum, sekolah, lembaga penelitian, dan organisasi lain yang memiliki tujuan yang sama seputar pendidikan tentang Holocaust. [SN/HBS]