Telset.id, Jakarta – Seorang hacker mengklaim memiliki ratusan juta data pribadi pengguna Twitter. Data tersebut diperoleh dengan menyalahgunakan kerentanan API.
Berita negatif erat sekali dengan Twitter belakangan ini, dan kabar mengenai hacker yang memiliki data pribadi dari para pengguna Twitter kian menambah panjang catatan negatif tersebut.
Menurut laporan terbaru, sebagaimana dikutip Telset dari Gizmochina pada Kamis (29/12/2022), hacker telah memperoleh informasi dari para pengguna Twitter, tepatnya 400 juta data pengguna Twitter.
Hacker tersebut memiliki data pengguna Twitter secara ilegal pada tahun 2021 lalu. Data tersebut diperoleh hacker dengan menyalahgunakan kerentanan API yang telah diperbaiki sejak penemuan awalnya.
BACA JUGA:
- 1000 Ahli Kebijakan Korea Selatan Jadi Target Hacker Korea Utara
- Galaxy S22 Mudah Diretas, Hacker Hanya Butuh 55 Detik untuk Bobol
Hacker dengan nama Ryushi telah memberikan penawaran kepada CEO Twitter Elon Musk, dan hacker tersebut meminta uang terbusan yang cukup tinggi, yaitu USD200 ribu atau sekitar Rp3,1 miliar.
Jika menolak untuk menebus data tersebut, sosial media milik Elon Musk akan menghadapi denda yang lebih berat dari GDPR (General Data Protection Regulation), karena tidak bisa menjaga kemanan data para penggunanya dari para peretas.
Hacker Ryushi mengungkapkan di forum perkumpulan peretas bahwa pilihan terbaik adalah untuk membeli data yang dimilikinya secara eksklusif.
“Pilihan terbaik Anda untuk menghindari pembayaran USD276 juta untuk denda pelanggaran GDPR, seperti yang dilakukan Facebook adalah dengan membeli data ini secara eksklusif. Setelah itu saya akan menghapus thread ini dan tidak akan menjual data ini lagi,” tegas Ryushi.
Untuk membuktikan bahwa dia telah berhasil memiliki data dari para pengguna, dia membagikan data sampel lebih dari 1.000 pengguna yang mencakup sejumlah selebritas.
BACA JUGA:
- Sempat Hilang, Twitter Hadirkan Kembali Fitur Pencegah Bunuh Diri
- Pengguna Twitter Blue Bisa Posting Video Berdurasi 1 Jam
Informasi yang berhasil diretas merupakan data-data yang bersifat sensitif dari para pengguna, mulai dari alamat email, nama pengguna, jumlah pengikut, tanggal pembuatan, serta beberapa nomor telepon pengguna.
Lebih lanjut, peretas tersebut mengungkapkan bahwa jika Twitter tidak menebus data yang dimilikinya, dia juga terbuka untuk menjual ke pihak lain dengan jumlah USD60 ribu atau Rp946 juta, untuk pihak yang berkepentingan.
Hingga saat ini, belum jelas langkah apa yang akan diambil Twitter untuk menyikapi ancaman hacker tersebut. [FY/IF]