Telset.id, Jakarta – Hal pertama yang dibanggakan Samsung saat pertama kali memperkenalkan Galaxy Note 7 adalah tentang kapasitas baterai yang lebih besar dan teknologi baru “fast charging” yang mereka gunakan. Ironisnya, kedua fitur baru ini justru menjadi “biang kerok” dari bencana yang menimpa Galaxy Note 7.
“Ponsel kami memiliki baterai yang lebih besar dan mampu mengisi baterai lebih cepat (daripada iPhone 7),” ujar pimpinan Samsung dengan bangganya saat pertama kali mempekenalkan Galaxy Note 7 pada Juli lalu.
Tapi tanpa pernah diduga, kedua fitur baru yang ditanamkan pada Galaxy Note 7 itu (baterai besar dan ast charging) kemudian justru menjadi salah satu alasan utama penyebab baterai Note 7 menjadi mudah meledak atau terbakar.
Ya, selepas mengumumkan Galaxy Note 7 pada 3 Agustus 2016, Samsung nampak masih sangat happy karena phablet canggihnya itu laris manis. Galaxy Note 7 bahkan sempat membuat rekor menjadi smartphone seri Galaxy yang mencatat pre-order terbanyak di negerinya sendiri, setelah menerima lebih dari 200.000 pre-order dalam waktu dua hari saja.
Tak cukup hanya memecahkan rekor pre-order di negerinya sendiri, Note 7 juga juga mencatatkan perolehan yang mengagumkan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Saat menyambangi Tanah Air, pihak Samsung Indonesia mengatakan terkejut (gembira tentunya), karena Note 7 langsung ludes hanya dalam waktu tiga hari sejak dibuka pre-order. Padahal, waktu yang ditargetkan adalah dua minggu.
Namun eforia kesuksesan Galaxy Note 7 ternyata tak lebih dari “seumur jagung”. Keceriaan yang sempat menghampiri, berubah menjadi mimpi buruk. Laporan tentang terbakarnya Note 7 datang bagaikan gelombang tsunami yang tak dapat terbendung. Jumlah korbannya semakin banyak dan mengkhawatirkan.
Semakin banyaknya laporan terbakaranya Note 7, membuat status perangkat ini berubah dari sebelumnya “smartphone keren idaman” menjadi “smartphone yang menakutkan”. Bahkan saking menakutkannya, Federal Aviation Administration (FAA) secara resmi melarang ponsel ini dari semua kegiatan penerbangan.
Larangan ini kemudian diikuti oleh sejumlah maskapai penerbangan di Eropa, Australia, Singapura, Malaysia, India, dan termasuk Indonesia juga mengeluarkan aturan serupa. Yup, Note 7 ‘dicekal’ naik pesawat. Phablet ini pun akhirnya menjadi barang yang diharamkan di wilayah Amerika Serikat.
Karen jumlah korban yang terus bertambah, akhirnya Samsung dengan terpaksa melakukan recall (menarik kembali) semua unit Note 7 yang sudah beredar di pasaran. Selain me-recall Note 7, Samsung juga memutuskan untuk menghentikan sementara produksi smartphone yang bermasalah itu.
Meski pada akhirnya Samsung mengambil langkah dramatis untuk menghentikan sementara produksi Galaxy Note 7, namun hal itu masih belum dapat menentukan dengan pasti alasan baterai di ponsel buatannya itu mudah meledak.
Setelah mendapat tekanan dari pihak regulator Korea Selatan dan semakin masifnya pemberitaan di media soal kasus terbakarnya Note 7, para engineer di Samsung berjuang siang dan malam untuk dapat segera menemukan biang masalahnya.
Samsung kemudian sempat merasa ‘sudah menemukan’ penyebab masalahnya. Raksasa elektronik Korea ini kemudian memberikan penjelasan teknis secara singkat soal penyebab baterai Note 7 yang bermasalah.
“Sebuah overheating dari sel baterai terjadi ketika anoda ke katoda datang ke dalam kontak yang merupakan kesalahan proses manufaktur yang sangat jarang terjadi,” demikian penjelasan Samsung saat itu.
Apesnya, SDI yang menjadi rekanan Samsung dalam memproduksi baterai Note 7 menjadi “korban”, karena dituding baterai buatan mereka yang bermasalah. Samsung kemudian mengganti semua baterai di Note 7 yang bermasalah dengan baterai yang dibuat pemasok lain, yakni ATL (Amperex Technology Ltd), anak perusahaan dari TDK.
[Baca juga: Galaxy Note 7 Meledak, Samsung Tak Pakai Baterai SDI Lagi]
Keputusan Samsung yang terkesan melempar kesalahan kepada SDI ini sempat dipertanyakan oleh analis IDC, Will Stofega. Sebagai analis, Stofega merasa aneh jika Samsung “melempar kesalahan” kepada SDI yang memiliki sejarah panjang sebagai produsen baterai berkualitas. SDI dinilai tidak punya rekam jejak yang buruk, dan baterai buatannya tidak pernah ada masalah meledak/ terbakar.
Dan benar saja, meski telah mengganti semua baterai Note 7 yang bermasalah dengan baterai baru buatan ATL, namun kejadian terbakarnya Note 7 masih tetap berlanjut. Saat itu, Samsung sudah meluncurkan ulang Galaxy Note 7 “versi aman”, tapi laporan meledaknya Note 7 versi aman mulai bermunculan.
Pada tanggal 23 September, laporan meledaknya Note 7 semakin banyak bermunculan di berbagai negara. Puncak “teror” ini terjadi saat adanya laporan bahwa Note 7 ‘versi aman’ terbakar di pesawat.
Pasca kejadian tersebut, Samsung pun nampak mulai irit bicara. Musuh bebuyutan Apple ini menyatakan masih membutuhkan waktu untuk menemukan penyebab meledaknya Note 7 yang sempat diklaim “sudah aman”.
“Sebuah penyelidikan menyeluruh membutuhkan waktu, dan masih terlalu dini untuk berspekulasi tentang hasil penyelidikan,” kata juru bicara Samsung dalam sebuah pernyataan yang dikirimkan via email, Rabu (12/10) lalu.
“Di AS, kami telah menerima sejumlah kecil kasus yang dilaporkan terkait masalah penggantian Note 7. Kami bekerja sepanjang waktu untuk menganalisa penyebab dari kasus yang dilaporkan,” tulis Samsung lagi.
[Baca juga: Recall Galaxy Note 7, Samsung Nombok Rp 13 Triliun]
The New York Times melaporkan bahwa para engineer Samsung telah berusaha mencoba untuk mencari tahu apa yang menyebabkan baterai SDI dan ATL meledak, namun tetap saja gagal.
Karena merasa belum bisa menemukan penyebabnya, dan semakin besarnya tekanan dari berbagai pihak yang merasa khawatir dengan ponsel tersebut, Samsung akhirnya “melempar handuk” alias menyerah untuk dapat membuat Note 7 menjadi “aman“.
Dan seperti kita tahu, pada hari Kamis (13/10) kemarin, perjalanan ‘cerita horor‘ Galaxy Note 7 akhirnya berakhir. Samsung secara resmi mengumumkan telah menghentikan semua produksi Galaxy Note 7 untuk selamanya alias mematikan phablet tahan air itu.
[Baca juga: RIP Galaxy Note 7, Samsung Hentikan Produksi Selamanya]
Berbagai kejadian negatif yang menimpa Samsung terkait soal kasus terbakarnya Galaxy Note 7, akhirnya membuat perusahaan kebanggaan Negeri Gingseng itu menyampaikan permintaan maafnya. Samsung meminta maaf atas kegagalan Note7.
Permintaan maaf disampaikan langsung oleh pentolan Samsung, Koh Dong-Jin, yang secara terbuka di hadapan para jurnalis yang hadir. Ia meminta maaf kepada para konsumen untuk semua masalah yang terjadi pada Galaxy Note 7.
[Baca juga: Galaxy Note 7 Gagal, Berakhirkah Seri Note?]
Well, meski telah meminta maaf, namun faktanya hingga hari ini, penyebab kehancuran Galaxy Note 7 masih tetap menjadi tanda tanya besar. Apakah Samsung akan segera menjelaskan biang kerok meledaknya Note 7? Kita tunggu saja. RIP Galaxy Note 7. [HBS]